Anda di halaman 1dari 30

CORPORATE GOVERNANCE

KELOMPOK 2 :

Nadhillah Yusrini Zuhri -11180000250


Nabiilah Aldina - 11190000173
Afifah Ainiyyah - 11190600045
Peran dan Tugas fiduciary
BOD, komite dewan, model
dewan dan sifat dewan
Peranan Board of
01
Directors

Menurut teori agensi, manajemen atau dewan direksi ialah


agen bagi stakeholder. Peran dan fungsi yang dimiliki dewan direksi
pada suatu perusahaan sangatlah penting. Dewan direksi bertugas
menjadi penentu kebijakan perusahaan baik dalam jangka panjang
atau pendek, serta bertanggung jawab atas perkembangan
perusahaan.
Peranan Board of Directors
01

Peranan BOD dalam menjalankan fungsi pemberian nasihat


(advisoryroles) kepada pihak manjemen atau direksi tidak hanya
ditemukan pada system dewan satu-tingkat.
Dewan direksi pada akhirnya bertanggung jawab atas urusan
bisnis dan tata kelola perusahaan sebagaimana tercantum dalam
dokumen peraturannya, termasuk anggaran dasar, anggaran rumah
tangga, dan perjanjian pemegang saham.
Peran dan tanggung jawab dewan direksi
adalah:

1. Mewakili pemegang saham dan menciptakan nilai pemegang saham.


2. Menyelaraskan kepentingan manajemen dengan kepentingan
pemegang saham sekaligus melindungi kepentingan pemangku
kepentingan lainnya (pelanggan, kreditur, pemasok).
3. Menetapkan misi dan tujuan perusahaan.
4. Menetapkan atau menyetujui rencana dan keputusan strategis untuk
mencapai tujuan tersebut.
5. Menunjuk eksekutif senior untuk mengelola perusahaan sesuai dengan
strategi, rencana, kebijakan, dan prosedur yang telah ditetapkan.
Peran dan tanggung jawab dewan direksi
adalah:
6. Mengawasi kinerja perusahaan dengan menetapkan tujuan,
menetapkan strategi jangka pendek dan jangka panjang untuk
mencapai tujuan tersebut.
7. Menyetujui transaksi bisnis besar dan rencana, keputusan, dan
tindakan perusahaan sesuai dengan anggaran rumah tangga.
8. Mengembangkan dan menyetujui program kompensasi eksekutif,
pensiun, imbalan pasca kerja, dan imbalan jangka panjang lainnya,
termasuk kepemilikan saham dan opsi saham.
9. Meninjau laporan keuangan
10. Meninjau laporan manajemen mengenai efektivitas pengendalian
internal atas pelaporan keuangan.
KEWAJIBAN FIDUCIARY BOD

Tanggung jawab berdasarkan prinsip fiduciary duties dan duty to skill and care.
Yang dimaksud dengan tugas fiduciary duties dari seorang direksi dalam hal ini adalah
tugas yang terbit secara hukum (by the operation of law) dari suatu hubungan fidusia
antara direksi dan perusahaan yang dipimpinnya, sehingga seorang direksi haruslah
mempunyai kepedulian dan kemampuan (duty of skill and care). Oleh karena
kedudukannya sebagai fidusia maka tanggung jawab direksi menjadi sangat tinggi (high
degree).
02Literatur tata kelola perusahaan
menyajikan tugas fidusia dewan
direksi sebagai berikut:

01 03

Duty of Due Care (Kewajiban


Kehati-hatian)
02 Kewajiban Itikad Baik

Ini merupakan kewajiban fidusia


Menentukan cara direksi Kewajiban Loyalitas direktur yang penting, dan perilaku
harus melaksanakan atau tindakan apa pun yang tidak

tanggung jawabnya Mengharuskan direksi untuk menahan diri bertanggung jawab dapat melanggar

dari mengejar kepentingan mereka sendiri di kewajiban fidusia tersebut.

atas kepentingan perusahaan


02Literatur tata kelola perusahaan
menyajikan tugas fidusia dewan
direksi sebagai berikut:

04 05

Kewajiban untuk mendorong


Kewajiban untuk melakukan uji
kesuksesan
tuntas

Direktur harus bertindak dengan itikad baik dan


mempromosikan kesuksesan perusahaan demi Penilaian independen, dan keterampilan -

kepentingan pemegang saham dan pemangku direktur harus memiliki pengetahuan

kepentingan lainnya tentang bisnis dan urusan perusahaan


Peran dan Fungsi Board
03 Governance

Peranan BOD di dalam organisasi secara mendasar selalu dikaitkan dengan fungsi pelaksanaan
tugasnya yang dicantumkan secara legal dalam bentuk Anggaran Dasar ( articles of incorporation )
korporasi dan aturan lainnya di berbagai belahan dunia. Fungsi utama board governance secara legal
mencakup duty of loyalty dan duty of care dalam menjalankan tugas dan fungsi utamanya (lihat Ward,
2007). Hal ini mempertegas bahwa tugas BOD yang utama harus bertindak dengan niat baik( good
intention ) dan menahan diri ( refreained ) dari berbagai tindakan yang mendahulukan kepentingan
pribadi dihandingkan kepentingan institusi.
04 Komite Dewan

Komite dewan biasanya berfungsi secara independen satu sama lain,


dilengkapi dengan sumber daya dan wewenang yang memadai, dan
dievaluasi oleh dewan direksi. Komite dewan merupakan bagian dari
dewan dan menjalankan fungsi khusus yang membantu dewan dalam
melaksanakan tanggung jawab penasehatan dan pengawasannya.
04 Komite Dewan

Perusahaan publik biasanya memiliki komite dewan berikut:


1. Komite Audit
2. Komite Kompensasi
3. Komite Tata Kelola
4. Komite nominasi
5. Komite pengungkapan
6. Panitia tetap atau panitia khusus lainnya
05 Sifat Dewan

Di dalam aspek integritas sebagai atribut utama yang harus dimiliki oleh anggota BOD, terdapat
beberapa aspek terkait kualitas personal sebagaimana lazim ditemukan pada anggota BOD yang
memiliki kaliber tinggi (Tricker, 2009, pp. 266-267). Di antarannya adalah intelektualitas
(intellect) yang dapat didefinisikan sebagai cara berpikir yang baik (a good mind). Karakteristik
ini merupakan kombinasi dari tingkat intelektual yang memadai, kemampuan untuk berpikir pada
berbagai tingkatan abstraksi, dan memiliki imajinasi untuk dapatmelihat dan memetakan situasi
dari berbagai perspektif yang berbeda.
KASUS LAPINDO BRANTAS

Profil PT Lapindo Brantas, Inc PT Lapindo Brantas, Inc adalah suatu


perusahaan yang bergerak di bidang usaha eksplorasi dan produksi migas
di Indonesia yang beroperasi melalui skema Kontraktor Kontrak Kerja
Sama (KKKS) di blok Brantas, Jawa Timur. PT Lapindo Brantas, Inc
melakukan eksplorasi secara komersil di 2 wilayah kerja (WK) di darat dan
3 WK lepas pantai dan saat ini total luas WK Blok Brantas secara
keseluruhan adalah 3.042 km2. PT Lapindo Brantas, Inc. Adalah
perusahaan eksplorasi gas dan minyak yang merupakan joint venture antara
PT. Energi Mega Persada Tbk. (50%), PT Medco Energi Tbk. (32%) dan
Santos Australia (18%).
Sementara komposisi jumlah Penyertaan Saham ( Participating Interest )
perusahaan terdiri dari Lapindo Brantas Inc. ( Bakrie Group ) sebagai
operator sebesar50%, PT Prakarsa Brantas sebesar 32% dan Minarak
Labuan Co. Ltd(MLC) sebesar 18%. Dari kepemilikan sebelumnya,
walaupun perizinan usaha PT Lapindo Brantas, Inc terdaftar berdasarkan
hukum negara bagian Delaware di Amerika Serikat, namun saat ini 100%
sahamnya dimiliki oleh pengusaha nasional. PT Energi Mega Persada, Tbk
sebagai pemegang saham mayoritas dari PT Lapindo Brantas, Inc adalah
anak perusahaan dari Grup Bakrie. Grup Bakrie memiliki 63,53% saham,
sisanya dimiliki oleh komisaris PT Energi Mega Persada, Tbk, Rennier A.R
Latief sebesar3,11%, Julianto Benhayudi sebesar 2,18%, dan publik
sebesar 31,18%. Chief Executive Officer PT Lapindo Brantas, Inc adalah
Nirwan Bakrie,yang merupakan adik kandung dari Aburizal Bakrie.
Kasus PT Lapindo Brantas, Inc PT Lapindo Brantas, Inc sangat dikenal secara
luas balik dalam maupun luar negeri semenjak peristiwa banjir lumpur panas
sidoarjo,atau yang biasa dikenal dengan perisitwa Lumpur Lapindo yang terjadi
pada 29 Mei 2006. Peristiwa Lumpur Lapindo, adalah peristiwa menyemburnya
lumpur panas di lokasi pengeboran PT Lapindo Brantas di Sumur Banjar Panji 1
(BJP-1) yang terletak di Dusun Balongnongo Desa Renokenongo, Kecamatan
Porong,Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Indonesia. Semburan lumpur yang
berbahaya ini sampai sekarang masih berlanjut dan belum dapat ditutup, atau
bahkan untuk diberhentikan. Semburan lumpur lapindo ini merupakan suatu
peristiwa yang sangat memilukan dan merugikan banyak pihak. Oleh karena
peristiwa ini, menyebabkan tutup nya tidak kurang dari 10 pabrik, merendam
lebih dari 100 hektar lahan produktif dan pemukiman penduduk yang pada
akhirnya memaksa para penduduk setempat untuk mengungsi ke tempat yang
lebih aman agar tidak terendam lumpur panas tersebut.
Selain itu lumpur panas di Sidoarjo tersebut mengganggu jadwal perjalanan
kereta api dan akses transportasi jalan tol Surabaya-Gempol yang harus
ditutup. Semburan atas lumpur panas ini mengakibatkan kerugian yang
sangat besar hingga tidak dapat diperkirakan atas kerugian ekonomi dan
lingkungannya. Di sisi lain, pengrajin kulit didaerah Tanggulangin terpaksa
untuk gulung tikar dan mengakibatkan kerugian serta pengangguran yang
meningkat. Lumpur panas yang tersembur tersebut juga berbahaya bagi
kesehatan masyarakat karena dapat menyebabkan infeksi saluran
pernapasan, iritasi kulit dan kanker, menyebabkan sel darah merah pecah
( hemolisis ), jantung berdebar ( cardiac aritmia ), dan gangguan ginjal.
Ringkasnya,Selain perusakan lingkungan dan gangguan kesehatan, dampak
sosial banjir lumpur tidak bisa dipandang remeh. Kasus ini tidak
menunjukkan perbaikan kondisi, ketidak pastian penyelesaian, dan tekanan
psikis yang bertubi-tubi.
Penyebab Terjadinya Peristiwa Lumpur Lapindo Pada awalnya, PT
Lapindo Brantas Inc sebagai operator blok brantas telah menunjuk PT
Medici Citra Nusa untuk melaksanakan pekerjaan pemboran eksplorasi
Sumur BJP-1. PT Medici Citra Nusa sebagai kontraktor utama bertanggung
jawab terhadap semua pekerjaan yang terkait dengan eksplorasi sumur
seperti cementing , mudlodging , penyediaan peralatan pemboran,maupun
pekerjaan terkait lainnya. Pemboran dimulai pada tanggal 8Maret 2006 dan
terus berlangsung hingga tanggal 29 Mei 2006.Akhirnya, pada tanggal 29
Mei 2006 muncul erupsi lumpur panas ketika pemboran Sumur BJP-1
belum selesai.
Atas kemunculan erupsi lumpur panas tersebut, PT Lapindo Brantas, Inc
bersembunyi dibalik gempa tektonik di Yogyakarta yang terjadi pada hari yang
sama dimana erupsi lumpur panas tersebut menyembur keluar dari tanah.
Namun atas beberapa ahli yang di datangkan dalam pemeriksaan masalah ini,
mereka mengatakan bahwa tidak ada hubungannya antara gempa tektonik di
Yogyakarta dengan Surabaya. Setelah diselidiki, hal yang menjadi penyebab
adanya semburan lumpur panas tersebut adalah PT Lapindo Brantas,
Incsebagai operator dan PT Medici Citra Nusa dianggap kurang telit idalam
melakukan pengeboran sumur dan terlalu menyepelekan baik kinerja maupun
dampak yang mungkin dapat diterima atas pengeboran yang dilakukannya.
Kurang teliti dan menyepelekannya pengeboran tersebut dilihat atas ketidak
sesuaian rancangan pengeboran dengan kenyataan. Awalnya rancangan
pengeboran adalah sumur akan dibor dengan kedalaman 8500 kaki (2590
meter)untuk bisa mencapai batu gamping
Lalu sumur tersebut dipasang casing yang bervariasi sesuai dengan kedalaman sebelum
mencapai batu gamping. Casing merupakan suatu pipa baja yang berfungsi untuk
mencegah gugurnya dinding sumur, menutup zona bertekanan abnormal, zona lost dan
sebagainya. Awalnya, PT Lapindo sudah memasang casing 30 inci pada kedalaman 150
kaki,20 inci pada 1195 kaki, 16 inci pada 2385 kaki dan 13-3/8 inci pada3580 kaki.
Namun setelah mengebor lebih dalam lagi, mereka tidak melanjutkan untuk memasang
casing . Mereka berencana akan memasang casing lagi setelah mencapai/menyentuh titik
batu gamping. Selama pengeboran tersebut, lumpur yang bertekanan tinggi sudah mulai
menerobos, namun PT Lapindo masih bisa mengatasi dengan pompa lumpur dari PT
Medici.Dan setelah kedalam 9297 kaki, akhirnya mata bor menyentuh batu gamping.
Kemudian, sumur menembus satu zona bertekanan tinggi yang menyebabkan kick , yaitu
masuknya fluida formasi tersebut ke dalam sumur. ketika bor akan diangkat untuk
mengganti rangkaian, tiba-tiba bor macet sehingga gas tidak bisa keluar dari melalui
saluran fire pit dalam rangkaian pipa bor dan menekan kesamping.
Oleh karena itu, gas mencari celah dan keluar melalui permukaan tanah yang
merekah di permukaan rawa. Pada akhirnya, bor dipotong dan operasi pengeboran
dihentikan serta perangkap BOP ( Blow Out Proventer ) ditutup. Selanjutnya,
Lapindo di duga memiliki motivasi untuk melakukan biaya penghematan karena
kelalaian dalam pemasangan casing dan pengeboran vertikal. Pengeboran vertikal
jauh lebih menghemat biaya, begitu juga dengan tidak dipasangnya casing.
Indikasi pengiritan lain juga terlihat dengan terbatasnya persediaan lumpur sebagai
pelumas dan pemberat dalam pengelolaan tekanan dasar sumur untuk menghindari
loss, kick, dan blowout . Atas kasus ini, Direktur Eksplorasi Lapindo Imam
Agustino dan Direktur PT Medici CitraYeni Namawi ditetapkan menjadi tersangka
karena keduanya telah lalai memasang casing sehingga terjadi under ground blow
out yang sulit dikendalikan
Pelanggaran PT Lapindo Brantas, Inc Terkait Tata Kelola Perusahaan Dalam tata kelola
perusahaan, perusahaan yang mempraktikan tata kelola perusahaan yang baik akan menjadi kunci
sukses perusahaan untuk tumbuh menguntungkan dalam jangka panjang, sedangkan perusahaan
yang tidak menerapkan tata kelola perusahaan yang baik dapat memiliki kegagalan dalam
usahanya.
a. Pelanggaran Prinsip-Prinsip OECD Dalam hal tata kelola perusahaan, terdapat prinsip-
prinsip OECD 2004, yang menjadi acuan masyarakat internasional dalam pengembangan
corporate governance. Prinsip-Prinsip OECD yang dilanggar oleh PT Lapindo Brantas, Inc
adalah sebagai berikut:
1. Prinsip : Peranan Stake holder dalam Corporate Governance Dalam prinsip ini, OECD
berfokus pada stake holder atau pemangku kepentingan perusahaan (masyarakat,
pemerintah,karyawan, investor, kreditur, pemasok, dan lain-lain). Prinsip ini terdiri atas
6 sub prinsip. PT Lapindo Brantas, Inc melanggar sub prinsip A dimana perusahaan tidak
menghormati peraturan perundang-undangan yang melindungi para pemangku
kepentingan, dimana dalam hal ini melanggar UU No. 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan UU No. 22 Tahun 2001 Tentang
Minyak dan Gas Bumi
Selain itu, PT Lapindo Brantas, Inc juga melanggar Sub prinsip D dimana dalam sub prinsip tersebut
disebutkan bahwa stake holder seharusnya memiliki akses atas informasi yang relevan, cukup, dan dapat
diandalkan secara tepat waktu dan teratur. Namun, PT Lapindo Brantas, Inc tidak memberikan akses untuk
mengetahui informasi yang relevan atas kegiatan operasi perusahaan yang tidak berjalan sesuai dengan
standar operasi pengeboran.
2. Prinsip VI: Tanggung Jawab Dewan Komisaris dan Direksi Prinsip yang diuraikan menjadi enam sub
prinsip ini menyatakan bahwa kerangka tata kelola perusahaan harus memastikan pedoman strategis
perusahaan, monitoring yang efektif terhadap manajemen oleh dewan, sertaa kuntabilitas dewan terhadap
perusahaan dan pemegang saham.Menurut prinsip ini, tanggung jawab dewan yang utama adalah
memonitor kinerja manajerial dan mencapai tingkat imbal balik yang memadai bagi pemegang saham.Selain
itu, tanggung jawab lain yang tidak kalah penting adalah memastikan bahwa perusahaan selalu mematuhi
ketentuan peraturan yang berlaku. Dewan juga harus mencegah timbulnya benturan kepentingan dan
menyeimbangkan berbagai kepentingan di perusahaan.Atas dasar tersebut, PT Lapindo Brantas Inc
melakukan pelanggaran pada sub prinsip A dimana dalam sub prinsipini disebutkan bahwa anggota dewan
harus bertindak berdasarkan informasi yang jelas, dengan itikad yang baik, berdasarkan due diligence dan
kehati-hatian, serta demi kepentingan perusahaan dan pemegang saham.Berdasarkan sub prinsip tersebut
direksi PT Lapindo Brantas tidak bertindak sesuai dengan sub prinsip tersebut, dimana terdapat upaya untuk
melakukan penghematan yang dilihat dari tidak dipasangnya casing , pengeboran yang vertikal,dan
persediaan lumpur yang terbatas
Selain itu, PT Lapindo Brantas melanggar sub prinsip C dimana dewan direksi tidak menetapkan standar
etika yang tinggi dan memperhatikan kepentingan para pemangku kepentingan dengan mengabaikan
sejumlah peringatan yang diberikan dari PT Medco dan ahli-ahli dalam pengeboran tersebut yang
menemukan lapisan lempung bergerak labil, dan apabila ditembus secara vertikal sudah diprediksi akan
adanya risiko ledakan lumpur panas. Namun, hal ini diabaikan oleh PT Lapindo Brantas Inc. Selanjutnya,
PT Lapindo Brantas, Inc melanggar sub prinsip D dimana dewan direksi dan komisaris tidak menjalankan
fungsi-fungsi utamanya.Fungsi-Fungsi utama yang dilanggar komisaris adalah kurangnya memonitor
penerapan dan kinerja perusahaan,serta tidak adanya kebijakan mengenai risiko. Selain itu,komisaris tidak
mengawasi kebijakan direksi dalam menjalankan perseroan. Kemudian, dewan komisaris tidak memonitor
dan mengelola potensi benturan kepentingan dari manajemen dan tidak mengawasi proses keterbukaan dan
transparansi.
b. Pelanggaran Tata Kelola Perusahaan Berdasakan KNKG
Berdasarkan Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia yang dikeluarkan oleh KNKG, PT
Lapindo Brantas,Inc melanggar asas- asas Good Corporate Governance sebagai berikut:
1) Transparansi. PT Lapindo Brantas, Inc dinilai tidak menyediakan informasi yang material dan relevan
dengan cara yang mudah diaksesdan dipahami oleh pemangku kepentingan. Selain itu, perusahaan juga
tidak mengambil inisiatif untuk mengungkapkan hal penting dalam kasus ini yaitu tidak melanjutkan
pemasangan casing saat melakukan pengeboran.
2) Akuntabilitas Dalam hal ini, PT Lapindo Brantas, Inc tidak dapat mempertanggung
jawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Dan jelas tidak memperdulikan kepentingan
bagi para pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Dikarenakan tidak adanya
akuntabilitas, maka tidak tercipta kinerja yang berkesinambungan
3) Responsibilitas. PT Lapindo Brantas, Inc tidak mematuhi peraturan perundang-undangan
dan tidak melaksanakan tanggung jawab kepada masyarakat dan lingkungan karena tidak
berpegang dengan prinsip kehati-hatian dan memastikan kepatuhannya terhadap peraturan
perundang- undangan.Selain itu, perusahaan juga tidak menjalankan tanggung jawab sosial
dengan baik.
4)Independensi. PT Lapindo Brantas, Inc tidak dikelola secara independen,terpengaruh atas
suatu kepentingan tertentu, dan memiliki benturan kepentingan dimana dapat terlihat adanya
kinerja buruk dari perusahaan yang merugikan para pemegang saham
c.Pelanggaran Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan
1)Pelanggaran UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Dalam hal ini, PT Lapindo Brantas, Inc melanggar
pasal- pasal sebagai berikut:
a)Pasal 74 Dalam pasal ini, diatur tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan. PT Lapindo Brantas, Inc
melanggar pasal ini dikarenakan tidak menjalankan Tanggung jawab sosial dan lingkungan dengan baik sehingga harus
diberikan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang terkait.
b)Pasal 92 Berdasarkan pasal ini, seharusnya PT Lapindo Brantas,Inc menjalankan pengurusan perseroan untuk
kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan tertentu.Direksi PT Lapindo Brantas, Inc juga seharusnya
menjalankan kepengurusan sesuai dengan kebijakan yang dipandang tepat dan tidak menyimpang dari aturan
demikepentingan pribadi maupun pihak lainnya.
c)Pasal 97 Atas kelalaiannya, Direksi PT Lapindo Brantas, Inc melanggar pasal 97. Direksi dianggap tidak bertanggung
jawab atas kepengurusan Perseroan, tidak dilaksanakan dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab. Dalam hal ini,
Direksi PT Lapindo Brantas, Inc diwajibkan untuk bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian Perseroan
dikarenakan kelalaiannya dalam mengerjakan tugas.
d)Pasal 108 Komisaris PT Lapindo Brantas, Inc dinilai kurang melakukan pengawasan dan kebijakan pengurusan nya
kepada direksi, serta memberikan nasihat kepada direksi sehingga kasus ini terjadi
2)Pelanggaran Berdasarkan UU No. 8 Tahun1995 Tentang Pasar Modal Dalam peraturan di UU PM, PT Lapindo
Brantas, Inc melanggar Pasal 15, dimana pelanggaran yang dilakukan pada pasal ini adalah PT Lapindo Brantas, Inc
tidak menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik,tidak melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan, tidak
menghormati tradisi budaya sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal, dan tidak mematuhi ketentuan
perundangang-undangan.
3) Pelanggaran Berdasarkan UU No. 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi Undang-undang ini mengatur
bahwa minyak dan gas bumi memiliki peranan penting dalam perekonomian sehingga pengelolaannya harus dapat
secara maksimal memberikan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, serta memberikan nilai tambah secara nyata
kepada pertumbuhan ekonomi nasional yang meningkat dan berkelanjutan. Pada undang-undang ini, PT Lapindo
Brantas, Inc melanggar pasal-pasal sebagai berikut:
a)Pasal 3 PT Lapindo Brantas, Inc tidak memiliki tujuan yang sesuai dalam penyelenggaraan kegiatan usaha
migasnya,dimana tidak dapat menjamin efektivitas pelaksanaan dan pengendalian usaha Eksplorasi dan Eksploitasi
secara berdaya guna, berhasil guna, berdaya saing tinggi, dan berkelanjutan melalui mekanisme yang terbuka dan
transparan (ayat a). Selain itu, PT Lapindo Brantas, Inctidak menjamin adanya efisiensi dan efektivitas tersedianya Gas
Bumi untuk kebutuhan dalam megerti karena banyak gas bumi yang seharusnya dapat diolah menjadi terbuang atas
terjadinya peristiwa lumpur lapindo tersebut (ayat c). Selanjutnya, PT Lapindo Brantas, Inc juga tidak dapat menjaga
kelestarian lingkungan hidup dengan perusakan lingkungan yang sangat besar.
Pasal 40 Dalam pasal ini disebutkan bahwa, Badan Usaha harus menjamin standar dan mutu yang berlaku sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta menerapkan kaidah keteknikan yang baik. PT Lapindo
Brantas, Inc tidak menjamin standar dan mutunya yang berlaku dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
tidak menerapkan kaidah keteknikan yang baik, dimana ia tidak memasang casing , melakukan pengeboran secara
vertikal padahal sudah ada peringatan, dan tidak memiliki lumpur berat yang cukup untuk mengatasi masalah apabila
terjadi blowout (ayat 1).Kemudian, PT Lapindo Brantas, Inc juga tidak melakukan pengelolaan lingkungan hidup karena
tidak adanya upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran, serta pemulihan atas kerusakan lingkungan hidup
hingga saat ini (ayat 2 dan 3), dan tidak adanya transparansi dalam melaksanakan kegiatan (ayat 4). PT Lapindo Brantas,
Inc juga tidak bertanggung jawab dalam mengembangkan lingkungan dan masyarakat setempat(ayat 5).
c)Pasal 42 PT Lapindo Brantas, Inc melanggar pasal ini atas kurangnya pengawasan pada penerapan kaidah
keteknikan yang baik, pengelolaan lingkungan hidup, pengembangan lingkungan dan masyarakat
setempat,kegiatan-kegiatan yang menyangkut kepentingan umum.

4)Pelanggaran Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Pasal-pasal yang dilanggar oleh PT Lapindo Brantas, Inc atas undang-undang ini diantara lain adalah
:
a)Pasal 47. PT Lapindo Brantas, Inc tidak melakukan analisis risiko lingkungan hidup yang meliputi
pengkajian risiko, pengelolaan risiko, dan komunikasi risiko atas adanya risiko ledakan lumpur panas yang
terjadi dalam pengeboran tersebut.
b)Pasal 53. Dalam pelanggaran pasal ini, PT Lapindo Brantas, Inctidak melakukan penanggulangan hingga
saat ini atas peristiwa lumpur lapindo tersebut.
c)Pasal 54. Belum adanya pemulihan fungsi lingkungan hidup seperti pemberhentian sumber pencemaran
dan pembersihan unsur pencemar yang dilakukan oleh PT Lapindo Brantas hingga saat ini.
d)Pasal 68. PT Lapindo Brantas, Inc melanggar pasal ini atas tidak menjaga keberlangsungan fungsi hidup.
Pelanggaran Berdasarkan Peraturan Bapepam-LK IX.I.6.
Dalam kasus ini, Anggota Direksi tidak mengungkapkan fakta yang
material, dimana hal ini menyesatkan mengenai keadaan PT Lapindo
Brantas, Inc yang sebenarnya. Perusahaan tidak mengungkapkan sistem
kinerjanya yang tidak menggunakan casing dengan motivasi menghemat
biayadan berusaha menutupi adanya kelalaian dengan bersembunyi di
balik gempa yang terjadi di Yogyakarta pada hari yang sama.
Seharusnya, pihak direksi PTLapindo Brantas, Inc melakukan ganti rugi
baik secara sendiri- sendiri maupun secara tanggung renteng atas
kerugian yang menimpa pihak lain.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai