Anda di halaman 1dari 3

Nama : Fatthika Hayu Putri Pinandita

NIM : 30702000079

Bentuk-bentuk krisis yang ada dalam suatu keluarga:

1. Krisis karena perceraian


Perceraian dan perpisahan menempati posisi tertinggi. Di
perkirakan sekitar 40%-50% generasi mendatang akan menjadi keluarga
yang broken home akibat perceraian orang tuanya atau mereka yang
hanya mempunyai orang tua tunggal (Single Parent).
2. Krisis karena perselingkuhan
Perselingkuhan yang terjadi antara suami istri sebenarnya tidak terlepas dari
urusan pribadi masing-masing. Perlu di sadari bahwa dalam perkawinan
terdapat dua orang yang mempunyai karakter dan temperamen yang sangat
berbeda satu sama lain. Sebagai hasil pembentukan dari pola asuh orang tua di
masa lalu, pengaruh lingkungan, dan juga unsur genetika keturunan).
3. Krisis karena perkawinan antar agama
Perselingkuhan yang terjadi antara suami istri sebenarnya tidak terlepas dari
urusan pribadi masing-masing. Perlu di sadari bahwa dalam perkawinan
terdapat dua orang yang mempunyai karakter dan temperamen yang sangat
berbeda satu sama lain. Sebagai hasil pembentukan dari pola asuh orang tua di
masa lalu, pengaruh lingkungan, dan juga unsur genetika (keturunan).
4. Krisis karena perkawinan mengalami penyimpangan seksual
Penyimpangan social merupakan perilaku abnormal yang terkait dengan
pemuasan seksualnya. Yang berdampak kepada perilaku suami (maladjusted),
karena sering merintangi penyesuaian personal dan sosial. Tipe-tipe
penyimpangan seksual:
 Sadisme, adalah cara seseorang untuk mendapatkan kepuasan seksual
dengan menghukum atau menyakiti lawan jenisnya.
 Masochisme, adalah sebaliknya dari sadisme yaitu cara memperoleh
kepuasan sex yang dilakukan seseorang melalui hukuman atau
penyiksaan dari lawan jenisnya.
 Homosex (pria dengan pria),dan lesbiansme (wanita dengan wanita),
merupakan masalah identitas social di mana seseorang mencintai atau
menyenangi orang lain yang jenis kelaminnya sama.
Secara pesikologis, perilaku homo sex, tersebut merupakan hasil belajar
melalui conditioning atau pembiasan pada awal kehidupan, atau terjadi
sebagai akibat dari kekeliruan hubungan dalam keluarga atau perlakuan orang
tua patologis.
Sumber: https://dr-suparyanto.blogspot.com/2013/10/krisis-keluarga.html
Faktor-Faktor Perceraian:

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Badruddin Nasir (Nasir, 2012), beliau
menyimpulkan beberapa faktor-faktor pemicu perceraian terjadi karena poligami dan
meninggalkan kewajiban.

 Pologami dan Kawin Paksa, pada dasarnya dalam perkawinan seorang pria hanya
boleh memiliki seorang istri. Kawin paksa menjadi salah satu faktor-faktor
pemicu perceraian, selain itu hal tersebut juga bertentangan dengan hati nurani
pasangan suami istri. Poligami dan kawin paksa bisa saja terjadi perceraian dalam
suatu keluarga yang telah melakukan pernikahan dengan sebab: kepribadian yang
belum matang, faktor pendidikan, dan latar belakang keluarga

 Meninggalkan kewajiban, kasus perceraian juga kerap terjadi akibat salah satu
dari suami istri meninggalkan kewajiban. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya
pasangan suami istri yang mengajukan gugatan cerai dengan alasan
meninggalkan kewajiban tanpa ada pemberitahuan dan tidak diketahui
keberadaannya. Meninggalkan kewajiban diakibatkan karena hubungan yang
kurang harmonis dan bisa disebabkan karena adanya ketidakpuasan dalam rumah
tangga yang salah satu contohnya adalah menikah lagi tanpa adanya persetujuan
dari pasangannya atau bisa juga karena salah satu dari pasangan suami istri
tersebut melakukan zina dengan pihak ketiga.

Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Nibras Syafriani Manna (Manna et al.,
2021), Shinta Doriza, dan Oktaviani perceraian disebabkan karena beberapa faktor
yaitu:

 Komunikasi yang buruk, pada kenyataanya komunikasi yang buruk menciptakan


masalah yang lebih luas seperti; merasa tidak dihargai, merasa tidak bisa diajak
berbagi, dan merasa tidak dibutuhkan. Komunikasi yang buruk juga disebabkan
karena jarak yang terpaut sangat jauh hal ini biasanya dialami oleh pasangan yang
memiliki hubungan jarak jauh. Buruknya komunikasi antar pasangan berawal dari
ketidakmampuan dalam menyampaikan perasaan yang dirasakan. Hal ini akan
menyebabkan permasalahan yang lebih kompleks dan bisa berakhir perceraian.

 Sosial dan budaya, menjadi salah satu faktor perceraian. Hal ini disebabkan
karena benturan dan kendala yang berupa komunikasi. Pasangan yang berbeda
suku biasanya mengalami rintangan yaitu perbedaan pola pikir, perbedaan
persepsi, dan perbedaan bahasa sehingga dapat menyebabkan kesalahpahaman
dari komunikasi nonverbal. Kesalahan komunikasi nonverbal terjadi karena
adanya lintas budaya.
Sumber: Manna, N. S., Doriza, S., & Oktaviani, M. (2021). Cerai Gugat: Telaah
Penyebab Perceraian Pada Keluarga di Indonesia. JURNAL Al-AZHAR
INDONESIA SERI HUMANIORA, 6(1), 11. https://doi.org/10.36722/sh.v6i1.443
Nasir, B. (2012). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perceraian Di Kecamatan
Sungai Kunjang Kota Samarinda. Psikostudia : Jurnal Psikologi, 1(1), 31.
https://doi.org/10.30872/psikostudia.v1i1.2172

Anda mungkin juga menyukai