Anda di halaman 1dari 14

Psikologi

Abnormal
m pok 1
ke l o
Kelompok 1
• Endang Erawati
• Fatthika Hayu Putri P
• Luthfi Fauziani
• Muhammad Rizky
• Muhammad Akbar Ali
Diagnosis Multiaksial
Kasus 1
X (wanita, 30 tahun) selalu menunjukkan reaksi kecemasan berlebih dan
tidak realistis saat berhadapan dengan ayam (seperti keluar keringat,
gemetar, sakit kepala, histeris, dan reaksi kecemasan lain). Begitu juga
saat melihat gambar ayam, tulisan “ayam”, saat mendengar kata “ayam”,
dan melihat makanan yang terbuat dari ayam. X dipecat dari restoran
tempatnya bekerja karena selalu ketakutan saat menghadapi situasi yang
berhubungan dengan ayam. X didiagnosis mengalami fobia spesifik. Ia
ingin menjalani terapi rutin, tetapi tidak memiliki cukup uang karena
keuangan difokuskan untuk biaya terapi anaknya yang mengalami
retardasi mental. Suami belum bisa menerima kondisi X sehingga
keharmonisan rumah tangga pun terganggu. X juga memiliki tetangga
yang mengalami gangguan depresi.
Analisis Aksis
Aksis 1= Kecemasan berlebih
Aksis 2= Fobia Spesifik
Aksis 3= -
Aksis 4= Suami X belum bisa menerima keadaan si X sehingga
keharmonisan keluarga terganggu
Aksis 5= 50-41
Kasus 2
Berdasarkan hasil asesmen, Y (perempuan, 15 th) didiagnosis
mengalami depresi ringan dan kecenderungan gangguan kepribadian
dependen. Gejala depresi mulai muncul setelah Y menjadi korban
bullying. Penyebabnya adalah Y tidak bisa menggerakkan tangannya
dengan lancar setelah jatuh dari tangga, sehingga sering diejek oleh
sekelompok teman di sekolah. Setelah itu Y tidak mau masuk sekolah.
Orang tua segera memberikan penanganan dengan terapi rutin di salah
satu biro psikologi. Kondisi tangan Y juga membaik karena perawatan
medis terbaik yang dipilih oleh orang tuanya. Y berjanji akan masuk
kuliah setelah perawatan medis selesai.
Analisis Aksis
Aksis 1= Depresi Ringan
Aksis 2= Gangguan Kepribadian dependen
Aksis 3= Tidak bisa menggerakan tangannya dengan lancar
Aksis 4= Korban bullying,sering diejek oleh sekelompok teman disekolah
Aksis 5= 80-71
Kasus 3
Z (laki-laki, 22th) didiagnosis mengalami skizofrenia hebefrenik. Ia juga
mengalami gangguan kepribadian tipe ambang dengan salah satu cirinya
ditunjukkan oleh ketidakstabilan emosi dan sangat takut ditinggalkan orang lain.
Simptom skizofrenia mulai muncul setelah ia kehilangan pekerjaan dan terlibat
konflik dengan keluarga, terutama ayah. Ia dibawa ke Rumah Sakit Jiwa setelah
menunjukkan gejala halusinasi dan mengamuk ingin membunuh ayahnya.
Menurut catatan dalam rekam medik, ini adalah keempat kalinya Ia menjalani
rawat inap karena mengalami kekambuhan, malas minum obat dan dukungan dari
keluarga juga sangat kurang.
Analisis Aksis
Aksis 1= Skizofrenia Heberfenik
Aksis 2= Ketidakstabilan Emosional dan sangat takut ditinggalkan orang lain
Aksis 3= -
Aksis 4= Kehilangan pekerjaan dan konflik keluarga terutama ayah
Aksis 5= 10-01
Culture Bound Syndromes
• Taijin-Kyofu-So (TKS)
Diterjemahkan sebagai "gangguan rasa takut," taijin kyofusho, atau TKS, adalah bentuk khusus,
budaya terikat, gangguan kecemasan sosial fobia sosial . Ketakutan ini terjadi pada sekitar 10
hingga 20 persen orang Jepang dan lebih sering terjadi pada pria daripada wanita. Sebaliknya,
gangguan kecemasan secara signifikan lebih umum pada wanita daripada pria. Orang dengan
simptom ini mungkin sangat takut bahwa penampilan atau fungsi tubuh menyinggung atau tidak
menyenangkan bagi orang lain.

Beberapa orang Jepang dengan taijin kyofusho terutama fokus pada bau, saat mereka bergerak,
dan bentuk tubuh atau estetika mereka. Ketakutan juga bisa menjadi aspek pikiran daripada
tubuh fisik. Mungkin penderita takut bahwa sikap, perilaku, keyakinan, atau pemikiran si
penderita berbeda dari teman sebaya.

Sumber: https://id.reoveme.com/ taijin-kyofusho-japanese-social-phobia/


• Amok
Terjadi pada laki-laki di bagian Tenggara Asia, pulau-pulau Pasifik, Puerto Riko,
Navajo di Barat. Di Malaysia: amoq. Orang normal tiba-tiba gelap mata, memukul
orang lain/objek bahkan membunuh. Selama episode, subjek merasa bertindak
otomatis. Sering disertai dengan persepsi dikejar-kejar. Setelah kejadian, kembali
normal -> disosiatif. Penderita tiba–tiba mengamuk, berteriak, merusak, membunuh,
berlarian, tanpa sebab tapi diawali dengan melamun dan sedih lalu diakhiri dengan
lelah, amnesia dan kemudian sering bunuh diri. Kesurupan : reaksi disosiatif.

Sumber: https://www.psychologymania.com/2011/09/patologi-terkait-budaya-culture-
bound.html?m=1
• Dhat
Ditemukan pada laki-laki India. Kecemasan/ketakutan intens atas
habisnya air mani melalui mimpi basah, ejakulasi keluar bersama urin.
Di India ada kepercayaan bahwa hilangnya air mani menghabiskan
energi alami vital laki2 -> kecemasan.

• Ghost Sickness
Di temukan pada populasi Indian Amerika. Melibatkan fokus dengan
kematian dan roh orang mati. Simtom: mimpi buruk, merasa lemah,
hilang selera, ketakutan, kecemasan dan firasat buruk. Mungkin
muncul halusinasi, hilang kesadaran dan keadaan kebingungan.

Sumber: https://www.psychologymania.com/2011/09/patologiterkait-
budaya-culture-bound.html?m=1
• Koro
Ditemukan di Cina dan Asia Selatan dan Timur. Kecemasan akut disertai ketakutan
bahwa alat kelamin seseorang (penis pada laki2 dan vulva serta putting pada wanita)
menyusut dan melesak ke dalam badan dan akibatnya mungkin kematian.

Koro adalah sindroma anxietas yang mendadak sampai dengan panik disebabkan
oleh adanya waham bahwa alat kelaminnya akan mengkerut masuk dan menghilang
ke dalam tubuhnya sehingga dirinya akan mati, pada umumnya terjadi pada laki–laki.
Orang itu berusaha mencegah dengan cara memegang erat– erat alat kelaminnya atau
mengikat dengan tali, kalau perlu minta bantuan orang lain memegang alat
kelaminnya secara terus menerus. Dalam keadaan koro, orang–orang jenis kelamin
berlawanan dilarang berada di sekitar pasien, oleh karena dapat menyebabkan
kematiannya. Serangan ini pada suatu saat dapat menghilang sendiri dan pasienpun
menjadi tenang kembali.

Sumber: https:// www.psychologymania.com/2011/09/patologi-terkait-budaya-


culture-bound.html?m=1
• Zar
Ditemukan di Afrika Utara dan Timur Tengah. Kerasukan roh. Ditandai oleh
periode teriakan, membenturkan kepala ke dinding, tertawa, menyanyi atau
menangis. Orangorang ini mungkin tampak bersikap masa bodoh atau menarik
diri menolak makan atau tidak melakukan tanggung jawab yang biasa ->
disosiatif.

• Hikikimori
Ditemukan di Jepang. Biasanya dialami anak muda. Sindrom penarikan sosial
secara ekstrem. Rata-rata berusia 13-15 tahun, pada suatu hari masuk ke kamar
mereka dan tidak mau keluar lagi hingga bertahun-tahun yang pada banyak kasus
bertahan hingga lebih dari 10 tahun.Masuk kamar dan tidak keluar lagi.
Meninggalkan dan menutup diri dari dunia luar. Kebanyakan menghabiskan
waktu dengan bermain game atau musik, atau menghabiskan waktu di depan
komputer dan entah apa lagi yang mereka kerjakan di dalam kamarnya.

Sumber :https://www.psychologymania.com/2011/09/patologi-terkait-
budayaculture-bound.html?m=1
• Latah
Latah adalah suatu keadaan yang sering timbul pada wanita setengah tua, tidak bersuami yang biasanya berasal dari kalangan
rendah dengan kehidupan dan cara berpikir yang sederhana, gejalanya sering diawali dengan mimpi–mimpi tentang alat kelamin
laki– laki atau sesuatu yang melambangkan alat kelamin yang bergantungan di dinding atau di dalam kamar tidurnya, dan apabila
ia dikagetkan oleh suara atau gerakan ia segera bereaksi koprolalia, echolalia atau echopraxia (hiper sugestibilitas). Setelah episode
ini berakhir, ia merasa malu, menyesal dan minta maaf atau menyalahkan orang yang telah mengejutkan dirinya. Oleh masyarakat
keadaan ini tidak dianggap sebagai gangguan jiwa dan terbanyak terdapat di pulau Jawa.

Contoh penelitian mengenai latah ini adalah dari Soestiantoro (1985) yang mengulas latah secara historis dengan mengambil kasus
di Palembang. Menurutnya, fenomena latah belum banyak diketahui, baik mengenai mekanisme psikopatologinya maupun
hubungan dengan masalah budaya yang kompleks. Namun akhir dekade ini latah seakan menjadi suatu trend di kalangan anak
muda, karena dianggap sebagai hal yang lucu dan gaul. Menurut analisa penulis, fenomena trend latah ini tidak lepas dari
perkembangan dunia hiburan pertelevisian. Para public figure seakan memakai latah sebagai alat untuk melucu, sehingga
masyarakatpun dengan mudah meniru dan menganggap latah sebagai “penyakit yang keren”. Latah sendiri juga bisa terjadi dengan
sengaja, saat seseorang ingin eksistensinya diakui di masyarakat, dia berpura-pura menjadi seorang yang latah saat dikejutkan agar
dilabeli sebagai orang yang lucu dan gaul. Saat kejadian tersebut berlangsung kontinum, maka latah dalam arti penyakit kejiwaan
yang asli akan timbul dalam individu tersebut.

Sumber: https://www.psychologymania.com/ 2011/09/patologi-terkait-budaya-culture-bound.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai