Anda di halaman 1dari 139

PEMICU 7

Kelompok 15
Komang Rendy (08117) ketua
Ina CN (0896) sekretaris
Feli CWS (08201) penulis
Anggota:
Chelly regina (08143)
Handrianto (0824)
Ronny handoko (08105)
Metha D (0814)
Dessy Harlani (0891)
Cynthia w (08147)
Ayu W (08149)
William TD (08172)
Laurensia S (08178)
Takut Naik Pesawat
Seorang laki-laki,berusia 36 tahun,bekerja sebagai manajer di sebuah perusahaan
asing datang ke dokter diantar oleh istrinya karena jantungnya sering berdebar-
debar.Satu tahun lalu,teman baiknya mendapat serangan jantung.Sejak saat itu,ia
merasa takut bila sewaktu-waktu mendapat serangan jantung seperti temannya
tersebut.Ia mulai merasakan jantungnya sering berdebar-debar secara tiba-tiba dan
langsung terpikir bahwa dia mendapat serangan jantung seperti temannya
sehingga panik dan segera pergi ke UGD.
Selain itu,ia juga merasakan mual,kembung,berkeringat,kepala seperti melayang
dan napas terasa berat.Keadaan ini berlangsung sekitar 10 menit,setelah itu mulai
mereda.Sejak saat itu ia selalu khawatir bila sewaktu-waktu timbul serangan
jantung sehingga selalu waspada.Semakin lama gejala tersebut semakin sering
muncul (3 kali/minggu) sehingga ia semakin takut dan mulai menjadi pendiam serta
selalu tampak tegang.Pekerjaannya mulai terganggu dan bila mendapat tugas ke
luar negeri dimana harus naik pesawat,ia selalu menghindar dengan berbagai
alasan.Sebenarnya ia takut mendapat serangan jantung di pesawat dan tidak ada
yang dapat menolongnya.Karena keadaan semakin berat maka akhirnya ia berobat
ke dokter.
Ia sudah sering berobat ke UGD dan dokter selalu menyatakan jantungnya sehat.
Apa yang dapat anda pelajari dari kasus ini ?
LO
1. Menjelaskan gangguan 2. Menjelaskan gangguan
Anxietas Somatoform
Definisi Definisi
Klasifikasi Klasifikasi
Tanda dan gejala Tanda dan gejala
Diagnosis (PPDGJ-III, Diagnosis (PPDGJ-III,
DSM-IV, ICD-10) DSM-IV, ICD-10)
Pemeriksaan Pemeriksaan
Penatalaksanaan Penatalaksanaan
Prognosis Prognosis
Neurotic, Stress-Related and Somatoform
Disorders (F40-F48)
F40 Phobic anxiety disorders
F41 Other anxiety disorders
F42 Obsessive-compulsive disorder
F43 Reaction to severe stress, and adjustment
disorders
F44 Dissociative [conversion] disorders
F45 Somatoform disorders
F48 Other neurotic disorders
F40 Phobic anxiety disorders

F40 Phobic anxiety disorders


F40.0 Agoraphobia
F40.1 Social phobias
F40.2 Specific (isolated) phobias
F40.8 Other phobic anxiety disorders
F40.9 Phobic anxiety disorder, unspecified
Definisi
Kata fobia berasal dari bahasa Yunani, phobos,
yang berarti takut.
ketakutan yang tidak beralasan / ketakutan
yang berlebihan terhadap situasi sosial, dan
interaksi dengan orang lain yang secara
otomatis dapat membawa perasaan-perasaan
self-consciousness, judgement, evaluasi, dan
perasaan inferior.
DSM IV
Epidemiologi
1/10 orang, dengan wanita sedikit lebih
banyak dari pria.
Biasanya mulai muncul pada saat anak-anak /
remaja, dengan 20% hilang dengan sendirinya.
Tanda dan Gejala
Berdasarkan DSM-IV-TR :
Ketakutan yang berlebihan, tidak beralasan, dan
menetap yang dipicu oleh objek / situasi.
Keterpaparan dengan pemicu menyebabkan
kecemasan intens.
Orang tersebut menyadari ketakutannya tidak
realistis.
Objek / situasi tersebut dihindari / dihadapi
dengan kecemasan intens.
Etiologi
Secara umum, timbul sebagai interaksi faktor :
bergantung pada proses maturasi.
rasa takut yang berasal dari pembelajaran pengamalan
seseorang dan sosial.
Secara spesifik, krn :
pengaruh keturunan.
Kepribadian.
pengaruh budaya dan daerah.
pengaruh faal (fungsi) tubuh.
faktor biokimia.
trauma dan tekanan.
teladan orang lain.
Klasifikasi fobia
Fobia terhadap rangsangan dari luar :
Fobia sosial :
Orang yang takut pada aktivitas social karena takut akan
terjadinya rasa canggung dan cemas pada waktu makan,
minum, berbicara di depan umum / dgn jenis kelamin lain.
Fobia sosial biasanya disertai harga diri yang rendah dan
takut untuk dikritik.
Fobia hewan :
Jarang terdapat di rumah sakit jiwa. Kebanyakan wanita
dan terjadi sejak kecil.
Fobia khusus :
Terbatas pada situasi spesifik, misalnya : tempat tinggi,
petir, guntur dll. Biasanya timbul pada masa kanak-kanak /
dewasa muda dan menetap sampai puluhan tahun bila
tidak diobati.
Klasifikasi Fobia
Fobia terhadap rangsangan dari dalam :
Fobia terhadap penyakit :
Rasa takut yang sangat terhadap penyakit khusus mis :
kanker, sakit jantung, dll.
Fobia obsesif :
Rasa takut terhadap perasaan sendiri dan disadari namun
tidak atas kehendaknya dimana ia tidak dapat mengtasinya
lagi, mis: khawatir menyakiti orang lain / mengeluarkan
kata-kata kotor, dll.
Agora fobia (phobic anxiety state ) :
Jenis tersering dan tersukar untuk diatasi, sering
membutuhkan perawatan RS apabila sgt hebat rasa
takutnya shg penderita tidak dapat melakukan apapun.
Kecemasan / ketakutan yang intens, menetap,
berlebihan dan tidak dapat dikendalikan dalam
berbagai situasi sosial.
Situasi sosial yang biasa memicu ketakutan misalnya,
berbicara di depan umum /menjadi pusat perhatian
(pidato, baca puisi, dll), berbicara dengan orang lain
baik yang familiar / unfamiliar, makan di tempat
umum, menggunakan fasilitas umum, dll.
Biasanya dimulai pada masa kanak-kanak / remaja,
biasanya pada usia 13 tahun.
Diagnosis fobia sosial jika memiliki gejala setidaknya
selama 6 bulan.
Fobia sosial tipikal bermula pada masa kanak-kanak /
remaja dan seringkali diasosiasikan dengan riwayat
rasa malu.
(USDHHS, 1999a)
Diagnosis
Menurut DSM-IV
Kriteria A
Ketakutan yang jelas dan menetap terhadap satu / lebih situasi sosial tampil
didepan orang yang belum dikenal / situasi yang memungkinkan ia dinilai oleh
orang lain / menjadi pusat perhatian. Ada perasaan takut bahwa ia akan
berperilaku memalukan / menampakkan gejala cemas / bersikap yang dapat
merendahkan dirinya.
Kriteria B
Apabila pasien terpapar dengan situasi sosial, hampir selalu timbul kecemasan /
bahkan mungkin serangan panik.
Kriteria C
Pasien menyadari bahwa ketakutannya sangat berlebihan dan tidak masuk akal.
Ketakutan tersebut tidak merupakan waham / paranoid.
Kriteria D
Pasien menghindar dari situasi sosial / menghindar untuk tampil di depan umum /
pasien tetap bertahan pada situasi sosial tersebut tetapi dengan perassan sangat
cemas / sangat menderita.
Diagnosis
Kriteria E
Penghindaran dan kecemasan / penderitaan akibat ketakutan terhadap situasi
sosial / tampil di depan umum tersebut mempengaruhi kehidupan pasien secara
bermakna / mempengaruhi fungsi pekerjaan, aktivitas dan hubungan sosial /
secara subjektif pasien merasa sangat menderita.
Kriteria F
Untuk yang berusia <18 tahun, durasi paling sedikit 6 bulan.
Kriteria G
Ketakutan / sikap menghindar tersebut tidak disebabkan oleh efek fisiologik zat /
kondisi medik umum / gangguan mental lain (gangguan panik dengan / tanpa
agoraphobia, gangaguan dismorfik, gangguan perkembangan prevasif, atau dengan
gangguan kepribadian skizoid).
Kriteria H
Bila terdapat kondisi medik umum / gangguan mental lain, ketakutan pada kriteria
A tidak berhubungan dengannya (gagap, Parkinson, atau gangguan perilaku makan
seperti bulimia / anoreksia nervosa). Kriteria A merupakan kunci gejala fobia sosial.
Diagnosis
Menurut PPDGJ - III
Semua kriteria di bawah harus dipenuhi untuk diagnosis pasti:
gejala psikologis, perilaku atau otonomilk yang timbul harus
merupakan manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan
sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham
atau pikiran obsesif;
anxietasnya harus mendominasi / terbatas pada situasi
sosial tertentu (outside the family circle); dan
menghindari situasi fobik harus / sudah merupakan gejala
yang menonjol
Bile terlalu sulit untuk membedakan antara fobia sosial
dengan agorafobaa, hendaknya diutamakan diagnosa
agorafobia.
Tanda dan Gejala
Gejala fisik
Tangan atau seluruh tubuh gemetar
Suara bergetar / tidak dapat berkata sama sekali, mulut sulit berucap baik
karena malu / karena takut akan mengatakan sesuatu yang salah / yang
terasa memalukan.
Dada berdebar-debar
Mual / muntah
Pusing
Wajah memerah
Tubuh gelisah / tidak bisa diam
Gejala psikologis
Mempunyai harga diri yang rendah, rendah diri, minder, tidak percaya diri
Merasa selalu diperhatikan orang lain
Merasa selalu orang lain semua berkompeten kecuali dirinya yang tidak
berkompeten
Merasa semua orang membenci dirinya, semua orang menganggapnya
buruk
Merasa tidak berdaya, kacau, seolah dunia akan runtuh
Selalu mempermasalahkan penampilan fisiknya dan caranya dalam
berkomunikasi dengan orang lain
Merasa satu / beberapa anggota tubuhnya lucu, aneh, sehingga
patut menjadi bahan cemoohan orang lain
Senang memperhatikan gerak-gerik orang lain, namun ketika ia
sendiri yang diperhatikan, ia akan merasa sangat tidak nyaman
Sensitif terhadap kritik (mudah marah).
Merasa dirinya bodoh, tidak berarti, laksana patung / mayat hidup
Tidak berani menatap mata orang yang berbicara dengannya
Tidak berani berbicara dalam sebuah kelompok (besar maupun
kecil)
Etiologi
Gen atau keturunan
Penderita fobia sosial memiliki anggota keluarga dgn
kecemasan serupa. Pengidap fobia sosial memiliki gen
yang lebih sensitif terhadap kecemasan.

Pola asuh
Tidak semua yang memiliki gen cemas berpotensi menjadi
fobia sosial, ditentukan oleh pola asuh individu.

Trauma masa lalu


Pernah mengalami trauma berkaitan dengan hal-hal yang
membuat malu, dihina, ataupun dilecehkan juga dapat
menjadi pemicu terjadinya fobia sosial.
1. Faktor biologis
Predisposisi genetik analisis pedigree/silsilah keluarga
Iregularitas fungsi neurotransmitter
Abnormalitas dalam jalur otak
2. Faktor sosial-lingkungan
Pemaparan terhadap peristiwa yang mengancam/traumatis
Mengamati respon takut pada orang lain
Kurangnya dukungan sosial
3. Faktor behavioral (tingkah laku)
Classical conditioning
Operant conditioning
Extinction
4. Faktor kognitif-emosional
Konflik psikologis yang tidak terselesaikan
Faktor-faktor kognitif, seperti prediksi berlebih tentang
ketakutan, keyakinan yang irasional, sensitivitas berlebih
tehadap ancaman, sensitivitas kecemasan.
5. Faktor spiritual
Karena kurangnya rasa percaya akan adanya
perlindungan yang selalu diberikan oleh
Allah. Selain itu, fobia sosial juga dapat
disebabkan oleh kurangnya mendekatkan diri
kepada Allah sehingga individu tersebut
rentan memiliki prasangka / pikiran negatif
terhadap orang lain.
Keadaan yg memicu terjadi kecemasan :
berbicara di depan umum
tampil di depan umum (main drama / main musik)
makan di depan orang lain
menandatangani dokumen sebelum bersaksi
menggunakan kamar mandi umum.
Penderita merasa penampilan / aksi mereka tidak tepat.

Biasa khawatir bahwa kecemasannya akan tampak berkeringat,


pipinya kemerahan, muntah, gemetaran / suaranya bergetar; jalan
pikirannya terganggu / tidak mampu menemukan kata-kata yang
tepat untuk mengungkapkan maksud mereka.
Prevalensi
Estimasi prevalensi seumur hidup untuk fobia
sosial berkisar antara 3% sampai 13% (APA,
2000).
Fobia ini memiliki tingkat komorbiditas tinggi
dengan berbagai gangguan mood dan
penyalahgunaan alkohol
(Crum & Pratt, 2001; Jansen dkk., 1994; Kessler dkk., 1999; Lecrubier & Weiler, 1997).
Tatalaksana
Medication (terapi obat)
1. Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIS)
2. Benzodiazepines
3. Buspirone
4. Propranolol (Beta-Blockers )
5. Monoamine oxidase inhibitors (MAOIS)

Terapi Kognitif
untuk bisa memandang situasi secara rasional dengan
cara mengumpulkan bukti-bukti untuk menguji
keyakinan klien sehingga mampu mengubah keyakinan
yang irasional menjadi rasional.
Tatalaksana
Virtual Reality Exposure Terapi CBT
Melalui proses pemaparan Rangkaian terapi :
terhadap suatu seri stimuli assessment independent
virtual yang makin dan self report terhadap
bertambah menakutkan klien. Kemudian diikuti
dan hanya bila ketakutan dengan pelatihan dalam hal
sudah berkurang pada restrukturisasi keterampilan
langkah terdahulu, orang kognitif, exposure yang
belajar untuk mengatasi diulang terhadap simulasi
ketakutan dengan cara yang dari situasi yang ditakuti
sama dengan seandainya dalam tiap sesi, dan
mereka mengikuti program dihubungkan dengan
pemaparan gradual homework assignments
terhadap stimuli fobik (Heimberg, Juster, Hope, &
dalam situasi aktual. Mattia, 1995).
Tatalaksana
Terapi Pemaparan
Klien mendapatkan instruksi untuk memasuki
situasi sosial yang makin penuh stres dan untuk
tetap tinggal dalam situasi tersebut sampai
dorongan untuk kabur sudah menjadi berkurang.
Terapis dapat membantu membimbing mereka
selama percobaan pada pemaparan, dan secara
bertahap menarik dukungan langsung sehingga
klien mampu untuk menghadapi sendiri situasi
tersebut.
Prevensi
Memberikan pola asuh yang dapat menumbuhkan
rasa percaya diri dan keberanian pada anak sehingga
anak mampu beradaptasi dan membina hubungan
sosial yang baik dengan orang lain.
Diagnosis Banding
Di bbrp tingkat, cemas perpisahan mrpkn
fenomena normal pd anak kecil.
Pd anak yg menolak sekolah, perlu dievaluasi
apakah ok takut perpisahan, kekuatiran umum
thd penampilan / ketakutkan akan dipermalukan
di depan teman2 / guru.
Ggn Perkembangan Pervasif
Skizofrenia
Ggn Depresi
Ggn Panik
Prognosis
Fobia sosial cenderung menjadi kronik.
Bila tidak diobati dapat menjadi komorbiditas
dengan gangguan lain seperti depresi,
penyalahgunaan alkohol / obat.
Anak yang memiliki kegiatan sekolah dan aktivitas
sosial memiliki prognosis yang lebih baik.
Definisi
Takut pada objek, tempat situasi tertentu.
Ketakutan yang berlebihan dan persisten terhadap objek / situasi
spesifik, seperti :

Acrophobia : takut terhadap ketinggian, bahkan hanya setinggi 2


meter.
Claustrophobia : takut terhadap tempat tertutup/terkunci.
Fobia binatang : takut shg mengganggu kehidupan sehari-hari /
menyebabkan distres emosional yang signifikan terhadap binatang
tertentu seperti tikus, ular, atau binatang-binatang menjijikkan.
Fobia benda-benda tertentu : seperti jarum suntik (bukan sakitnya
yang mereka takuti, tetapi jarumnya), pisau, benda-benda
elektronik, atau benda-benda lain.
4 kategori (APA, 1994) :
Animal type : takut pada binatang tertentu /
insekta.
Natural environment type : takut pada suatu
peristiwa / situasi yang ada di alam.
Situational type : takut pada transportasi umum,
terowongan, jembatan, elevator, penerbangan
dan mengemudi.
Blood-injuction-injury type : takut pada darah,
suntikan, luka.
Epidemiologi
Paling sering terjadi.
Sekitar 7% wanita dan 4,3% pria mengalami fobia spesifik setiap
periode 6 bulan.
Beberapa fobia spesifik (misalnya takut binatang, kegelapan /orang
asing) mulai timbul pada masa kanak-kanak.
Banyak fobia menghilang setelah penderita beranjak dewasa.
Fobia lainnya (misalnya takut hewan pengerat, serangga, badai, air,
ketinggian, terbang / tempat tertutup) baru timbul di kemudian
hari.
5% penduduk menderita fobia tingkat tertentu pada darah, suntikan
/ cedera; dan penderita bisa mengalami pingsan, yang tidak terjadi
pada fobia maupun penyakit kecemasan lainnya.
Penderita penyakit kecemasan mengalami hiperventilasi, yang
menimbulkan perasaan akan pingsan, tetapi mereka tidak pernah
benar-benar pingsan.
Diagnosis
Menurut DSM-IV-TR
Ditandai dan diperkuat mengenai ketakutan yang berlebihan dan tidak
masuk akal, diisyaratkan dengan kehadiran / antisipasi terhadap objek /
situasi spesifik. Contohnya : terbang, ketinggian, atau melihat darah.
Pada stimulus fobia hampir selalu memberikan respon anxiety dengan
segera, mungkin dalam bentuk situasi serangan panik. (pada anak-anak,
kecemasan mungkin di ekspresikan dengan menangis atau tantrum).
Orang mengenal ketakutan tersebut sebagai sesuatu yang berlebihan dan
tidak masuk akal. (pada anak-anak cirri ini mungkin tidak ditonjolkan).
Situasi fobia menghindarkan atau menahan kecemasan yang intens atau
distress.
Penghindaran, antisipasi kecemasan, atau distress yang mengganggu
secara signifikan dengan fungsi orang normal, aktivitas atau hubungan
sosial, atau ditandai dengan distress karena memiliki fobia.
Pada individu yang berumur 18 tahun ke bawah, sekurang-kurangnya
selama 6 bulan.
Tatalaksana
Terapi pemaparan : terapi perilaku dimana penderita secara
bertahap dihadapkan kepada benda / keadaan yang
ditakutinya. Terapi ini merupakan pengobatan terbaik
untuk fobia spesifik.
Obat-obatan tidak terlalu bermanfaat dalam mengatasi
fobia spesifik.
Benzodiazepin (obat anti-cemas) bisa diberikan sebagai
pengendali fobia jangka pendek pada penderita yang takut
terbang ketika akan bepergian dengan pesawat terbang.
Psikoterapi dilakukan agar penderita memahami
pertentangan psikis yang mungkin melatarbelakangi
terjadinya fobia spesifik.
2 kriteria agorafobia :
Dengan ggg panik.
Tanpa ggg panik.
Kecemasan yang luar biasa dialami saat
seseorang yang menderita gangguan di luar zona
aman-nya.
Epidemiologi
Pada 3,8% wanita dan 1,8% pria.
Penyakit ini paling sering muncul pada awal usia 20
tahun, jarang terjadi > 40 tahun.
Fobia ini sering terjadi pada wanita, biasanya setelah
pubertas ( 15-35 tahun ).
Tanda dan Gejala
Gejala depresi (seringkali ditemukan pada
serangan panik dan agorafobia).
Biasanya ditandai dengan ketakutan :
- pergi sendiri
- perjalanan
- ruang yang terbuka
- keramaian / tempat-tempat umum misal : pasar,
banyak orang.
Akibat fobia tersebut, penderita menjadi terpaku
di rumah.
GAMBARAN KLINIS
Serangan panik pertama seringkali spontan, tanpa tanda mau serangan panik,
walaupun serangan panik kadang2 tjd setelah luapan kegembiraan, kelelahan
fisik, aktivitas seksual/ trauma emosional. .
Serangan sering dimulai dgn periode gejala yg meningkat dgn cepat selama 10
menit.
Gejala mental
Yg utama adalah ketakutan yg kuat, suatu perasaan ancaman kematian dan
kiamat.
Pasien biasanya tidak mampu menyebutkan sumber ketakutannya.
Pasien mungkin merasa kebingungan dan mengalami kesulitan dalam
memusatkan perhatian.
Tanda fisik: takikardia, palpitasi, sesak nafas dan berkeringat. Pasien seringkali
mencoba u/ mencari bantuan. Serangan biasanya berlangsung 20-30 menit
DIAGNOSA BANDING
Penyakit kardiovaskuler : anemia,
GEJALA PENYERTA hipertensi, infark iniokardium, dsb.
Gejala depresi seringkali Penyakit pulmonum : asma,
ditemukan pd serangan hiperventilasi, emboli paru-paru.
panik dan agorafobia, Penyakit neurologis : penyakit
Penelitian telah menemukan serebrovaskular, epilepsi, inigrain,
tumor, dsb.
bahwa resiko bunuh diri
selama hidup pd orang dgn Penyakit endokrin : diabetes,
hipertroidisme, hipoglikemi,
gangguan panik adalah lebih sindroma pramestruasi, gangguan
tinggi dibandingkan pd menopause, dsb.
orang tanpa gangguan lntoksikasi obat, putus obat.
mental. Kondisi lain : anafilaksis, gangguan
elektrolit, keracunan logam berat,
uremia dsb
Diagnosis
Kecemasan berada di dalam suatu tempat / situasi dimana kemungkinan
sulit meloloskan diri.
Situasi dihindari, misal jarang bepergian.
Kecemasan / penghindaran fobik bukan karena gangguan mental lain,
misal fobia sosial.

Tingkat I Agoraphobia :
ketakutan ideasional / serangan panik aktual sebagai hasil dari perjalanan di
luar batas-batas umum berada di wilayah satu, seperti kota besar / kabupaten.
Tingkat II Agoraphobia :
ketakutan ideasional / serangan panik aktual sebagai hasil dari perjalanan di
luar batas-batas umum lingkungan seseorang / daerah pemukiman.
Tingkat III Agoraphobia :
ketakutan ideasional / serangan panik aktual sebagai akibat dari melangkah di
luar batas-batas / tempat tinggal seseorang.
Kebanyakan penderita dari kategori ini dapat berjalan keluar ke sebuah teras,
balkon, atap, halaman atau teras, tetapi minoritas Tingkat III menderita takut
melangkah luar rumah sama sekali.
Etiologi
Penyebab pasti saat ini tidak diketahui.
Kondisi ini dikaitkan dengan adanya gangguan kecemasan
lainnya, lingkungan stres / penyalahgunaan zat.
Kronis penggunaan obat penenang dan pil tidur seperti
benzodiazepine telah dikaitkan.

Tanda dan Gejala


Fungsi vestibular lemah lebih mengandalkan sinyal visual
/ taktil. Mereka mungkin menjadi bingung ketika isyarat
visual jarang seperti di ruang terbuka lebar / besar. Juga
mungkin bingung dengan permukaan miring / tidak
beraturan.
PEDOMAN DIAGNOSTIK PEDOMAN DIAGNOSTIK GANGGUAN
AGORAFOBIA PANIK
Serangan panik rekuren dan tidak
Kecemasan berada di dalam diharapkan
suatu tempat atau situasi Sekurangnya satu serangan , diikuti
dimana kemungkinan sulit satu/ lebih : kekawatiran menetap
meloloskan diri akan mengalami serangan tambahan,
Situasi dihindari, misal ketakutan tentang arti serangan,
perubahan perilaku bermakna berhub
jarang bepergian dgn serangan
Kecemasan atau Serangan panik bukan krn efek
penghindaran fobik bukan fisiologis lgsg/ suatu kondisi medis
karena gangguan mental umum
lain, misal fobia sosial Serangan panik tdk lebih baik
diterangkan oleh gggn mental lain.
misal gggn obsesif kompulsif.
Gangguan panik bisa dgn agorafobia/
tanpa agorafobia
Tatalaksana
Konseling :
Pengobatan paparan.
Perawatan ini melibatkan pembinaan peserta melalui
diskusi dianoetic, dengan maksud dari mengganti irasional,
kepercayaan kontraproduktif dengan faktual dan yang lebih
menguntungkan.
Teknik Relaksasi.

Terapi Kognitif :
Mencakup menemukan faktor yang menimbulkan
kecemasan dan belajar bagaimana mengendalikan mereka
dengan menghadapi mekanisme seperti teknik pernapasan.
Terapi perilaku :
terapi perilaku mencakup eksposur bertahap kepada orang-orang
dan tempat-tempat yang menimbulkan kecemasan.Proses ini sering
disebut sebagai desensitisasi.
Perawatan Alternatif :
Gerakan mata desensitisasi dan pemrograman ulang (EMDR) telah
dipelajari sebagai pengobatan mungkin untuk agorafobia, dengan
hasil yang buruk. Karena itu, EMDR hanya direkomendasikan dalam
kasus-kasus di mana pendekatan perilaku-kognitif telah terbukti
tidak efektif / dalam kasus di mana agorafobia telah dikembangkan
berikut trauma.
Self-help
Olahraga aerobik mungkin memiliki efek menenangkan.
Kafein, obat-obatan terlarang tertentu harus dihindari, krn dapat
memperburuk gejala gangguan kecemasan.
F41 Gangguan Anxietas Lainnya
F41.0 Gangguan Panik (anxietas paroxismal
episodik)
F41. 1 Gangguan anxietas menyeluruh
F41. 2 Gangguan campuran anxietas &
depresif
F 41.3 Gangguan anxietas campuran lainnya
F41.8 Gangguan anxietas lainnya YDT
F41.9 Gangguan anxietas YTT
F41 Gangguan Anxietas Lainnya
Manifestasi dari anxietas merupakan gejala
utama dari gangguan ini dan tidak terbatas
pada situasi lingkungan tertentu saja.
Dapat disertai gejala depresif & obsesif,
bahkan jg beberapa unsur dr anxietas fobik,
asal saja jelas bersifat sekunder atau ringan /
tidak begitu parah
F41.0 Gangguan Panik (Anxietas
Paroksismal Episodik)
Tanda & Gejala
Adanya serangan anxietas berat (panik) yg berulang, tdk
terbatas pd situasi ttt / rangkaian kejadian tdk terduga
Gejala yg dominan bervariasi pd msg2 orang, ttp onset
mendadak dlm bentuk: palpitasi, nyeri dada, perasaan
tercekik, pusing kepala, & perasaan yg tdk riil
(depersoanalisasi / derealisasi), mrpkn gejala yg lazim. Jg
hmpr sll scr sekunder timbul rasa takut mati, kehilangan
kendali / menjadi gila.
Setiap serangan biasanya berlangsung hny bbrp menit,
mskpn kdg2 bs lbh lama. Perjalanan penyakit & fekuensi
seranganya agak bervariasi
F41.0 Gangguan Panik (Anxietas
Paroksismal Episodik)
Seorang individu yg sdg mengalami serangan panik srg x
merasakan ketakutan yg smkn meningkat dg disertai gejala
otonomik ybs, biasanya dg terburu2, meninggalkan t4
dmn ia sdg berada. Bila hal ini tjd dlm situasi yg spesifik,
mis di dlm bis / ditengah2 org bnyk, utk selanjutnya ps akn
menghindari situasi2 spt itu.
Seringnya mengalami serangan panik yg tak terduga
ketakutan akn kesendirian / utk pergi ke tempat2 umum.
Serangan panik srg x diikuti dg ketakutan yg menetap
kemungkinan mengalami serangan lg
F41.0 Gangguan Panik (Anxietas
Paroksismal Episodik)
Pedoman diagnostik
Di dlm klasifikasi ini, suatu srangan panik yg tjd pd
suatu situasi fobik yg sdh ada dianggap sbg
ekspresi dr keparahan fobia tsb. G3 panik br mjd
diagnosis utama bilamana tdk ditemukan adanya
slh g3 fobia spt yg tercakup dlm F40.
F41.0 Gangguan Panik (Anxietas
Paroksismal Episodik)
Utk diagnosis pasti, bbrp serangan berat dr anxietas
otonomik hrs tjd dlm periode kira2 1 bln
Pd keadaan2 dimana sebenarnya secara objektif tidak ada
bahaya
Tidak terbatas hanya pd situasi yg telah diketahui / yg dpt
diduga sblmnya
Dg keadaan yg relatif bebas dr gejala anxietas dlm periode
antara serangan2 panik (meskipun lazim terjadi jg anxietas
antisipatorik)
Termasuk:
Serangan panik (panic attack)
Keadaan panik (panic state)
F41.0 Gangguan Panik (Anxietas
Paroksismal Episodik)
Diagnosis Banding
G3 panik hrs dibedakan dr serangan panik yg
tjd sbg bag dr g3 fobik yg sdh ada
Serangan panik dpt merupakan hal sekunder
dr g3 depresif, terutama pd lk2
Jk pd wkt yg sm kriteria g3 depresif dipenuhi,
mk g3 panik jgn dijadikan diagnosis utama
F41.1 Gangguan Anxietas Menyeluruh
Tanda & Gejala
Adanya anxietas yg menyeluruh & menetap
(bertahan lama) ttp tdk terbatas pd / hny
menonjol pd setiap keadaan lingk ttt sj.
Gejala yg dominan sgt bervariasi, ttp keluhan
tegang yg berkepanjangan, gemetaran,
ketegangan otot, berkeringat, kepala terasa
ringan, palpitasi, pusing kepala & keluhan
epigastrik adl keluhan2 yg lazim dijumpai
F41.1 Gangguan Anxietas Menyeluruh
Ketakutan bhw dirinya / anggota keluarganya akan
menderita sakit / akan mengalami kecelakaan dlm
wkt dkt, mrpkn keluhan yg plg sering diungkapkan,
bersamaan dg berbagai kekhawatiran & firasat
lain
G3 ini lebih lazim tjd pd wanita & srg x berkaitan
dg adanya stress lingk yg kronis
Perjalanan penyakitnya bervariasi, ttp cenderung
berfluktuasi & kronis
F41.1 Gangguan Anxietas Menyeluruh
Pedoman Diagnostik
Penderita hrs menunjukkan gej primer anxietas yg
berlangsung hmpr setiap hr slm bbrp mgg, bhkn
biasanya smp bbrp bln. Gej2 ini biasanya mencakup
hal2 berikut:
Kecemasan ttg ms dpn (khawatir akn nasib buruk,
perasaan gelisah spt di ujung tanduk, sulit berkonsentrasi,
dsb)
Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetar, tdk dpt
santai)
Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat,
takikardi, takipneu, keluhan epigastrik, pusing kepala,
mulut kering, dsb)
F41.1 Gangguan Anxietas Menyeluruh
Pd anak2 srg terlhat adanya kebutuhan berlebihan utk
ditenangkan serta keluhan2 somatik berulang
Adanya gejala2 yg bersifat sementara (utk bbrp hr) terutama
depresi tdk menyingkirkan g3 anxietas menyeluruh sbg
diagnosis utama slm ps tdk memenuhi kriteria lgkp dr episode
depresif, g3 anxietas fobik, g3 panik / g3 obsesif-kompulsif
Termasuk:
Neurosis anxietas
Reaksi anxietas
Keadaan anxietas
Tak termasuk
Neuroastenia
F41.2 Ganguan Campuran Anxietas &
Depresif
Kategori campuran ini hrs digunakan bl tdpt gej2
anxietas maupun depresi dmn msg2 tdk
menunjukkan rangkaian gej yg ckp berat utk
menegakkan diagnosis tersendiri
Bl ditemukan anxietas berat disertai depresi yg lbh
ringan, mk slh 1 dr kategori yg lain utk g3 anxietas /
g3 fobik hrs digunakan
Bl ditemukan sindrom depresi & anxietas yg ckp
berat utk menegaka msg2 diagnosis, mk ke2
diagnosis tsb hrs dikemukakan & diagnosis g3
campuran ini tdk blh dipakai g3 depresif hrs
diutamakan
F41.2 Ganguan Campuran Anxietas &
Depresif
Bbrp gej otonomik (tremor, palpitasi, mulut kering, sakit
perut, dsb) hrs ditemukan mskpn tdk terus-menerus. Apbl hny
kecemasan / kekhawatiran berlebihan sj yg ditemukan tnp
adanya gej otonomik, mk kategori ini tdk blh digunakan
Jk gej2 yg memenuhi kriteria utk g3 ini tjd & berkaitan erat dg
stress kehidupan / perubahan dlm hidup yg berwarna mk hrs
digunaa kategori F43.2 g3 penyesuaian
Ps dg gej2 campuran yg relatif ringan srg x dtg ke pelayanan
kes dsr, ttp msh lbh bnyk lg kasus yg ada di masyarakat yg tdk
prnh dtg ke dr. / psikiater.
Termasuk: depresi anxietas (ringan / tdk menetap)
Tak termasuk: depresi anxietas menetap (distimia)
F41.3 Gangguan Anxietas Campuran
Lainnya
Digunakan untuk gangguan yang memenuhi
kriteria gangguan anxietas menyeluruh (F41.1)
dan yg juga menunjukkan (meskipun hanya
dalam jangka pendek) ciri2 yg menonjol dari
gangguan lain dalam F40 F49 walaupun
kriteria yg lengkap untuk gangguan tambahan
ini tidak dipenuhi
F41.8 Gangguan Anxietas Lainnya
YDT
Termasuk : histeria anxietas (anxietas hysteria)

F41.9 Gangguan Anxietas YTT


Termasuk : anxietas YTT
F42
Obsessive-Compulsive Disorder (OCD)
PPDGJ and ICD
F42 Obsessive-compulsive disorder
F42.0 Predominantly obsessional thoughts or
ruminations
F42.1 Predominantly compulsive acts
(obsessional rituals)
F42.2 Mixed obsessional thoughts and acts
F42.8 Other obsessive-compulsive disorders
F42.9 Obsessive-compulsive disorder,
unspecified
DSM Criteria's
A. Either obsession or compulsion
a) Definition of obsession
b) Definition of compulsion
B. At some point, they realize that obsession or
compulsion unreasonable.
C. Obsession & compulsion cause distress, time
consuming ( more than 1 hour/day), interfere with
normal routine, occupation function, social activity.
D. If other Axis I disorder, the obsession & compulsion
not restricted to it.
E. Disturbance not due to direct physiological effect of a
substance.
Pengertian
a. Obsesif
- Obsesif pikiran, perasaan, ide, atau sensasi yang manggangu (intrusif).
- Obsesif isi pikiran yang kukuh (Persistent) timbul, biarpun tidak diketahuinya,
dan diketahuinya bahwa hal itu tidak wajar atau tidak mungkin.

b. Kompulsi
Kompulsi pikiran atau prilaku yang disadari, dilakukan, dan rekuren, seperti
menghitung, memeriksa, mencari, atau menghindari.

Obsesif meningkatkan kecemasan seseorang, sedangkan melakukan kompulsi


menurunkan kecemasan seseorang.
Tetapi jika seseorang memaksa untuk melakukan suatu kompulsi, kecemasan adalah
meningkat.
Seseorang dengan gangguan Obsesif-Kompulsi biasanya menyadari irasionalitas dari
obsesi dan merasakan bahwa obsesi dan kompulsi sebagai ego-distorik.
Gangguan Obsesif-Kompulsi dapat merupakan gangguan yang menyebabkan
ketidakberdayaan, karena obsesif dapat menghabiskan waktu dan dapat menggangu
secara bermakna pada rutinitas normal seseorang, fungsi pekerjaan, aktivitas social
yang biasanya, atau hubungan dengan teman dan anggota keluarga.
Epidemiologi

4th common psychiatric disorder.


Prevalence of 2-3%.
Western countries (adults)
- both sexes
- onset before 20s.
They can occur in children aged 10 & in
adolescent also.
Faktor Predisposisi dan Faktor Prepitasi
Faktor Predisposisi
a. Faktor Biologis
- Neurotransmiter
Suatu disregulasi serotinin adalah terlibat dalam pembentukan gejala
obsesif dan kompulsif dari gangguan . Data menunjukkan bahwa obat
serotonergik adalah lebih efektif dibandingkan obat yang mempengaruhi
neurotransmitter lain.
- Penelitia Pencitraan Otak
PET (Positron emession Tomography) peningkatan aktivitas (sebagai
contohnya ; metabolisme dan aliran darah) dilobus frontalis, ganglia
basalis (khususnya kaudata), dan singulum pada pasien dengan gangguan
obsesif-kompulsif .
Tomografi komputer (CT) dan Pencitraan Resonansi Magnetik (MRI)
penurunan ukuran kaudata secara bilateral pada pasien dengan gangguan
obsesif-kompulsif .
- Genetika
Pada penelitian kesesuain pada anak kembar untuk gangguan obsesif-
kompulsif telah secara konsisten menemukan adanya angka kesesuian
yang lebih tinggi secara bermakna pada kembar monozigotik dibandingkan
kembar dizigotik.
b. Faktor Prilaku
Obsesif adalah stimuli yang dibiasakan. Stimuli yang relatif netral
menjadi disertai dengan ketakutan atau kecemasan, melalui proses
pembiasaan responden dengan memasangkannya dengan peristiwa
yang secara alami adalah berbahaya atau menghasilkan kecemasan.
Jadi objek dan pikiran yang sebelumnya netral menjadi stimuli yang
tebiasakan yang mamapu menimbulkan kecemasan atau gangguan.
Kompulsi dicapai dalam cara yang berbeda, seseorang menemukan
bahwa tindakan tertentu menurunkan kecemasan yang berkaitan
dengan pikiran obsesional.
c. Faktor Psikososial
Faktor Keperibadian
Gangguan obsesif-kompulsif adalah berbeda dari gangguan
keperibadian obsesif-kompulsif . Sebagian besar pasien gangguan
obsesif-kompulsif tidak memiliki gejala kompulsif pramorbid ;
dengan demikian, sejak keperibadian tersebut tidak diperlukan atau
tidak cukup untuk perkembangan gangguan obsesif-kompulsif.
Faktor Psikodinamika
Sigmud Freud menjelaskan tiga mekanisme pertahanan psikologis utama yang
menentukan bentuk dan kualitas gejala dan sifat karakter obsesif-kompulsif :
1. Isolasi
Adalah mekanisme pertahanan yang melindungi seseorang dari aspek dan
impuls yang mencetuskan kecemasan.
2. Meruntuhkan (UNDOING)
Adalah suatu tindakan kompulsif yang dilakukan dalam usaha untuk mencegah
atau menentuksn akibat yang secara irasional akan dialami pasien akibat pikiran
atau impuls obsesional yang menakutkan.
3. Pembentukan Reaksi (Reaction Formation)
Pembentukan Reaksi melibatkan pola perilaku yang bermanifestasi dan sikap
yang asecara sadar dialami yang jelas berlawanan dengan impuls dasar.
Seringkali pola yang terlihat oleh pengamat adalah sangat dilebih-lebihkan dan
tidak sesuai.
Pikiran Magis
Adalah regresi yang mengungkapkan cara pikiran awal, ketimbang impuls ; yaitu
fungsi ego dan juga fumgsi id, dipengaruhi oleh regresi yang melekat pada
pikiran magis adalah pikiran kemahakuasaan.

Faktor prepitasi kebanyakan mengarah kepada kejadian ataupun peristiwa yang


menyebabkan stress karena tidak efektifnya koping individu terhadap stress
tersebut.
Tanda dan Gejala
Obsesif dan Kompulsif memiliki ciri tertentu, secara umum diantaranya :
1. Suatu gangguan atau impuls yang memaksa dirinya secara bertubi-tubi dan terus
menerus kedalam kesadaran sesorang.
2. Suatu perasaan ketakutan yang mencemaskan, yang menyebabkan orang
melakukan tindakan kebalikan melawan gagasan ataun impuls awal.
3. Obsesif dan kompulsif adalah asing bagi ego (ego-alien) ; yaitu ia dialami sebagai
asing bagi pengalaman sseseorang tentang dirinya sebagai makhluk psikologis.
4. Tidak peduli bagaimana jelas dan memaksanya obsesif atau kompulsi tersebut,
orang biasanya menyadarinya sebagai mustahil dan tiak masuk akal.
5. Orang yang menderita akibat obsesif dan kompulsi biasanya merasakan suatu
dorongan yang kuat untuk menahannya, tetapi kira-kira separuh dari smua
pasien memiliki pertahanan yang kecil terhadap kompulsi. Kira-kira 80 % dari
semua pasien percaya bahwa kompulsi adalah irasional.

Gambaran obsesif dan kompulsi adalah heterogen pada orang dewasa, demikian
juga pada anak-anak remaja.
Pedoman DIagnosis
Harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya 2 minggu berturut-
turut,dan merupakan sumber distress atau gangguan aktivitas.
Harus dikenal/disadari sebagai pikiran atau impuls dari diri individu
senndiri.
Setidaknya ada satu pikiran atau tindakan yang masih tidak berhasil
dilawan, meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh
penderita.
Pikiran untuk melaksanakantindakan tersebut di atas bukan
merupakan hal yang memberi kepuasan atau kesenangan (sekadar
perasaan lega dari ketegangan atau anxietas tidak dianggap sebagai
kesenangan seperti maksud di atas).
Pikira, bayangan,atau impuls tersebut harus merupakan
pengulangan yang tidak menyenangkan.
Washing/ Cleaning Compulsions.
- Obsession contamination
- Compulsion-washing/avoidance
- ConcernsConcerns
High excess estimate of dangerous event.
Increased severity of contracting illness.
- Want perfect condition.
Checking Compulsion.
- Obsession doubt, danger of violence, self-doubt.
- Compulsive Checking.
- Objective to prevent harm/critism/ guilt
They are voluntary but executed against ones rational inclination.
- Features + occur in persons own home
+ carried out more religiously when person is alone.
+ resistance.
+ evolve slowly with internal resistance.
+ tension/ anxiety.
Compulsive Hoarding.
- Objective - avoid mistakes
- perfectionism
- Manifestation
- compulsive buying
- inability to discard possession
Primary Obsessional Slowness.
- Obsession- Symmetry
- Compulsion - Slowness
- Feature Simple everyday task done in excessively - meticulous, -
precise,- unvarying manner, - sequence.
Other Overt Compulsion.
- Obsessional Rumination: Thoughts which are- Repetitive- Intrusive -
Unacceptable
- Rumination : Self-focused thinking engaged in by the person.
Obsession Without Overt Compulsion.
Pemeriksaan
Pemerikasaan Status Mental
Pada pemerikasaan status mental, pasien
gangguan obsesif-kompulsif menunjukkan
gejala depresif. Gejala tersebut ditemukan
pada kira-kira 50 % dari semua pasien.
Beberapa pasien gangguan obsesif-kompulsif
memiliki karakter/sifat yang mengarahkan
pada gangguan keperibadian obsesif-
kompulsif , tetapi sebagian besar tidak.
Penatalaksanaan
Pharmacological Management
Pendekatan standar adalah memulai dengan obat spesifik-serotonim (sebagai
contoh, clomipramine (Anafranil) atau inhibitorambilan kembali spesifik serotonin
(SSRI : serotonin-spesifik Reuptake Inhibitor), seperti flouxitine (Prozac) dan
selanjutnya pindah kestrategi farmakologis lain jika obat spesifik serotinin adalah
tidak efektif.
Therapies
Expose and response prevention
1st - Exposure to anxiety- provoking situation
- Exposure hierarchyposure in hierarchy
- Done repeatedly till adapted
2nd - Response prevention
- prevention of compulsive act.
- avoiding patient's urge to carry out compulsion.
Cognitive behavioral therapy
Strategy - Modify inflated risk appraisal - Modify responsibility appraisal -Cognitive
continuum - Behavioral experience
Key theme Distinguish between intrusion & appraisal. - Identify appraisal -
Normalizing intrusion - Effect of thought suppression
General Management
YOGA : It helps in reducing the stress level and helps the person in
controlling of their thoughts and thus maintains a better control
over the thought process
Self care measures:
- Sticking to treatment plan, even if it's sometimes uncomfortable or
challenging
- Taking medications as directed and talking to your health care
professionals about side effects or other concerns
- Joining a support group to share experiences with others in a
similar situation
- Enlisting support of loved ones who can offer encouragement in
tough times
- Learning about disorder so that can understand the myths and
realities
- Avoiding alcohol and illicit drugs as coping mechanisms
- Getting involved in social activities, rather than isolating yourself
Homeopathic management
Diagnosa Banding
GAD : EATING DISORDER:
- bound.- It is time bound. - Thoughts of food or weight gain.
- Involve everyday issues - Purposeful.
- Thoughts are realistic IMPULSE CONTROL DISORDER:
PHOBIA: - Ego syntonic
- Fear only in presence of stimuli - Pleasurable
- Can avoid stimulus. DEPRESSION :
TOURETTES SYNDROME: - Real life events.
- Motor behavior are involuntary - Past events.
and unintentional. - Non intrusive & rarely resisted.
HYPOCHONDRIASIS : OCPD :
- Somatic sensation must be - Interferance in life is less
perceived. - Ego syntonico syntonic
- Vocalize to justify seriousness of - No sense of compulsion
illness.
BODY DISMORPHIC DISORDER : Psychotic Disorder
- Ideational content, complexity & - Presence of hallucination
frequency. - Thought insertion.
- Self appearance is the main focus.
Prognosis
Suatu prognosis yang buruk dinyatakan oleh mengolah
(bukannya menahan) pada kompulsi, onset pada masa
anak-anak, kompulsi yang aneh (bizarre) perlu
perawata di rumah sakit, gangguan desfresi berat yang
menyertai, kepercayaan waham, adanya gagasan yang
terlalu dipegang (overvalued) yaitu penerimaan obsesi
dan kompulsi dan adanya gangguan keperibadian
(terutama gangguan keperibadian skizotipal).
Prognosis yang baik ditandai oleh penyesuian sosial
dan pekerjaan yang baik, adanya peristiwa pencetus,
dan suatu sifat gejala yang episodik. Isi obsesional
tampaknya tidak berhubungan dengan prognosis
F43 Reaction to Severe Stress, and
Adjustment Disorders
F43 Reaction to severe stress, and
adjustment disorders
F43.0 Acute stress reaction
F43.1 Post-traumatic stress disorder
F43.2 Adjustment disorders
F43.8 Other reactions to severe stress
F43.9 Reaction to severe stress, unspecified
Stress Berat

Pada gangguan ini harus terdapat suatu stress


emosional yang besar yang akan traumatik
bagi semua orang.
Etiologi
Respons subyektif terhadap trauma lebih berperan
daripada beratnya stres. Faktor predisposisi yang
membuat seseorang rentan adalah:
1. Adanya trauma masa anak-anak
2. Sifat gangguan kepribadian ambang, paranoid,
dependen, atau antisosial
3. Sistem pendukung yang tidak adekuat
4. Kerentanan genetik
5. Perubahan hidup penuh stres yang baru terjadi
6. Persepsi lokus kontrol eksternal, bukan internal
7. Penggunaan alkohol yang baru.
Manifestasi Klinis
Gambaran klinis utama adalah pengalaman ulang peristiwa
yang menyakitkan, suatu pola menghindar dan kekakuan
emosional, serta kesadaran berlebihan yang hampir
menetap.

Karakteristik dari kategori ini tidak hanya atas identifikasi


dasar simtomatologi dan perjalanan penyakit, akan tetapi
juga atas dasar salah satu dari dua faktor pencetus:
1. Suatu stres kehidupan yang luar biasa yang
menyebabkan reaksi stres akut, atau
2. Suatu perubahan penting dalam kehidupan, yang
menimbulkan situasi tidak nyaman yang berkelanjutan
dengan akibat terjadi gangguan penyesuaian.
Gangguan dalam kategori ini selalu merupakan
konsekuensi langsung dari stres akut yang berat atau
trauma yang berkelanjutan.

Stres yang terjadi atau faktor tidak nyaman yang


berkelanjutan merupakan faktor penyebab utama dan
tanpa hal itu gangguan tersebut tidak akan terjadi.

Gangguan-gangguan ini dapat dianggap sebagai respons


maladaptif terhadap stres berat atau stres
berkelanjutan di mana mekanisme penyesuaian tidak
berhasil mengatasi sehingga menimbulkan masalah
dalam fungsi sosialnya.
F43.0. Reaksi stres akut
Reaksi terhadap trauma/stresor bersifat :
katastropik, biasanya setelah beberapa menit
atau segera, menghilang dalam beberapa hari
(3 hari)
Gejala yang timbul : terpaku (daze), dapat
disertai gejala cemas,depresi, marah, menarik
diri dll
F43.1. Gangguan stres pasca trauma
Dalam kurun waktu 6 bulan setelah kejadian
traumatik
Gejala flashback, re-experience, avoidance
F43.2. Gangguan penyesuaian

Reaksi terhadap stres dalam kehidupan sehari-


hari. Hal ini tergantung dari berat ringan stres,
kepribadian seseorang
KARAKTER KELIMA
F43.20 Reaksi depresi singkat
F43.21 Reaksi depresi berkepanjangan
F43.22 Reaksi campuran anxietas dan depresi
F43.23 Dengan predominan gangguan emosi lain
F43.24 Dengan predominan gangguan perilaku
F43.25 Dengan gangguan campuran emosi dan perilaku
F43.28 Dengan gejala predominan lainnya YDT
Terapi
Pendekatan utama adalah mendukung,
mendorong untuk mendiskusikan peristiwa,
dan pendidikan tentang berbagai mekanisme
mengatasinya.

Uji klinik menyatakan imipramin dan


amitriptilin baik. Obat lain yang mungkin
berguna adalah SSRI, MAOI, dan
antikonvulsan.
Perjalanan Penyakit dan Prognosis

Kira-kira 30 % pasien pulih dengan sempurna,


40 % terus menderita gejala ringan, 20 % terus
menderita gejala sedang, dan 10 % tidak
berubah atau memburuk.

Umumnya orang yang sangat muda atau


sangat tua lebih mengalami kesulitan.
Penatalaksanaan
Kalau pasien datang dgn keluhan sesuai Terapi: obat golongan benzodiazepin,
dngn gejala fobik (takut terhadap sesuatu antidepresan, SSRI, venlafaxine,
obyek/ situasi tertentu) => Gangguan dulocetine disertai dengan terapi
Fobik(F40) psikologik(terapi perilaku)

Terapi: alprazolam 3 dd 0,5 mg atau


Kalau pasien datang dgn keluhan sesuai dgn antidepresan golongan SSRI, atau
gejala panik (gejala cemas yg memuncak imipramine, dan terapi psikologik
dan berlangsung sesaat saja) => Gangguan
Panik (F41.0)
Terapi: Benzodiazepin seperti
chlordiazepoxide, diazepam,
Kalau pasien datang dgn keluhan sesuai dgn clobazam, bromazepam, alprazolam,
gejala anxietas (cemas disertai gejala debar- lorazepam; non-benzodiazepin seperti
debar, keringat dingin, tegang) => Gangguan buspirone, hydroxyzine (Iterax)
Anxietas (F41.1)
Kalau pasien datang dgn keluhan sesuai dgn gejala Terapi: SSRI, clomipramin (Anafranil),
obsesif kompulsif (pikiran dan/atau perilaku yg berulang, clonazepam; kadang-kadang perlu obat
disertai kecemasan, dan tak bisa dihindarkan) => antipsikotik seperti haloperidol.
Gangguan Obsesif Kompulsif (F42)

Kalau pasien datang dgn keluhan sesuai dgn gejala


anxietas atau gejala depresi yg timbul segera setelah Terapi: obat antianxietas dan/atau
suatu kejadian/stresor berat => Reaksi Stres Akut(F43.0) antidepresan dan terapi psikologik

Kalau pasien datang dgn keluhan sesuai dgn gejala


anxietas/ gejala depresi yg timbul dalam kurun waktu 6
bln setelah suatu kejadian traumatik/stresor/berat => Terapi: obat antianxietas dan/atau
Gangguan Stres Pasca Trauma (F43.1) antidepresan dan terapi psikologik

Kalau pasien datang dgn keluhan sesuai dgn gejala


anxietas/ gejala depresi yg timbul karena perubahan
situasi/ lingkungan => Gangguan Penyesuaian dgn gejala
anxietas/depresif(F43.2) Terapi: obat antianxietas dan/atau
antidepresan dan terapi psikologik
Kalau pasien datang dgn keluhan sesuai dgn gejala fisik
tanpa kelainan struktural/ organ yg dilatarbelakangi oleh
gejala anxietas/ depresi => Gangguan Somatoform (F45)
Terapi: obatantianxietas dan/atau
antidepresan danterapi psikologik
F44 Dissociative (Conversion)
Disorders
F44 Dissociative (conversion) disorders
F44.0 Dissociative amnesia
F44.1 Dissociative fugue
F44.2 Dissociative stupor
F44.3 Trance and possession disorders
F44.4 Dissociative motor disorders
F44.5 Dissociative convulsions
F44.6 Dissociative anaesthesia and sensory loss
F44.7 Mixed dissociative (conversion) disorders
F44.8 Other dissociative (conversion) disorders
F44.9 Dissociative (conversion) disorder, unspecified
Gangguan Somatoform
(F 45)
Somatoform Istilah berasal dari kata soma
(Tubuh), gangguan somatoform adalah
kelompok luas penyakit yang memiliki tanda
dan gejala tubuh sebagai komponen utama
Dari bahasa Yunani Soma : Tubuh
Pendahuluan
Ciri utama
Keluhan gejala fisik berulang disertai permintaan
pemeriksaan medis walaupun sudah berkali2
terbukti hasilnya negatif dan sudah dijelaskan
dokter tidak ditemukan kelainan fisik yang
menjadi dasar keluhannnya
Pasien menolak upaya untuk membahas
penyebab psikologis meskipun gejala anxietas dan
depresi nyata
Perilaku mencari perhatian
Klasifikasi PPDGJ III
F45.0 Gangguan Somatisasi
F45.1 Gangguan Somatoform tak terinci
F45.2 Gangguan hipokondrik
F45.3 Disfungsi otonomik somatoform
F45.4 Gangguan nyeri somatoform menetap
F45.8 Gangguan somatoform lainnya
F45.9 Gangguan somatoform YTT
Klasifikasi DSM IV
1. somatization disorder: fisikal komplain mengenai banyak sistem
organ
2. conversion disorder: ada 1 atau 2 keluhan neurologikal
3. Hypochondriasis: characterized less by a focus on symptoms than
by patients' beliefs that they have a specific disease;
4. body dysmorphic disorder: kepercayaan pasien yang salah atau
persepsi yang berlebihan bahwa bagian tubuhnya mengalami
defek
5. pain disorder: ada gejala dengan rasa sakit yang berhubungan
erat dengan faktor psikologikal
6. undifferentiated somatoform disorder: somatoform disorders
yang tidak terdeskirbsikan selama 6 bulan atau lebih
7. somatoform disorder not otherwise specified: ketegori lainnya
yang tidak ditemukan di atas
Ciri utama
Gejala fisik bermacam2, berulang, sering
berubah2
Kebanyakan memiliki riwayat pengobatan panjang
dan kompleks ketergantungan atau penyalah
gunaan obat
Keluhan dapat mengenai sistem apapun (paling
sering GI, kulit)
Sering disertai depresi dan anxietas yang nyata
Lebih sering pada wanita dan sering dimulai
pada usia dewasa muda
Somatization disorder:
gangguan mental ditandai dengan keluhan somatik
multipel yang tidak dapat dijelaskan secara penuh oleh
kondisi medis umum, atau efek langsung obat, tetapi
secara tidak sengaja atau berpura-pura, mulai sebelum
usia 30 dan terjadi selama beberapa tahun.
keluhan terjadi dari kombinasi sedikitnya gejala nyeri
multipel, gejala gastrointestinal multipel, seksual dan
gejala neurologis.
Gejala sering dimunculkan dengan cara dramatis,
samar-samar, atau dilebih-lebihkan; disebut juga
briquets sindrom
Etiology
Psychosocial Factors
parental teaching, parental example, and ethnic mores may teach some
children to somatize more than others.
somatization disorder come from unstable homes and have been
physically abused. Social, cultural, and ethnic factors may also be involved
in the development of symptoms.

Biological Factors
patients have characteristic attention and cognitive impairments that
result in the faulty perception and assessment of somatosensory inputs.
excessive distractibility, inability to habituate to repetitive stimuli,
grouping of cognitive constructs on an impressionistic basis, partial and
circumstantial associations, and lack of selectivity, as indicated in some
studies of evoked potentials.
decreased metabolism in the frontal lobes and the nondominant
hemisphere.
Etiology
Genetics
in 10 to 20 percent of the first-degree female relatives of probands of
patients with somatization disorder.
first-degree male relatives are susceptible to substance abuse and
antisocial personality disorder.
29 percent in monozygotic twins and 10 percent in dizygotic twins
The male relatives of women with somatization disorder show an
increased risk of antisocial personality disorder and substance-related
disorders.
biological or adoptive parent with any of these disorders increases the
risk of developing antisocial personality disorder, a substance-related
disorder, or somatization disorder.

Cytokines
contribute to some of the nonspecific symptoms of disease, such as
hypersomnia, anorexia, fatigue, and depression. (under investigation)
Diagnosis pasti memerlukan semua hal
berikut:
Adanya keluhan2 fisik yang bermacam-macam yang
tidak dapat dijelaskan atas dasar adanya kelainan
fisik, yang sudah berlangsung minimal 2 tahun
Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari
beberapa dokter bahwa tidak ada kelainan fisik
dapat menjelaskan keluhan2nya
Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat
dan keluarga yang berkaitan dengan sifat
keluhan2nya dan dampak dari perilakunya
Kriteria diagnostik (DSM-IV)
Riwayat banyak keluhan fisik yg dimulai sebelum usia 30 tahun yg terjadi
selama periode beberapa tahun dan membutuhkan terapi, yang
menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi
penting lain.
Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan, dgn gejala individual yg terjadi pada
sembarang waktu selama perjalanan gangguan:
Empat gejala nyeri: riwayat nyeri yang berhubungan dengan sekurangnya
empat tempat atau fungsi yang berlainan (misalnya kepala, perut,
punggung, sendi, anggota gerak, dada, rektum, selama menstruasi,
selama hubungan seksual, atau selama miksi)
Dua gejala gastrointestinal: riwayat sekurangnya dua gejala
gastrointestinal selain nyeri (misalnya mual, kembung, muntah selain dari
selama kehamilan, diare, atau intoleransi terhadap beberapa jenis
makanan)
Satu gejala seksual: riwayat sekurangnya satu gejala seksual atau
reproduktif selain dari nyeri (misalnya indiferensi seksual, disfungsi erektil
atau ejakulasi, menstruasi tidak teratur, perdarahan menstruasi
berlebihan, muntah sepanjang kehamilan).
Satu gejala pseudoneurologis: riwayat sekurangnya satu gejala atau defisit
yang mengarahkan pada kondisi neurologis yang tidak terbatas pada nyeri
(gejala konversi seperti gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis
atau kelemahan setempat, sulit menelan atau benjolan di tenggorokan,
afonia, retensi urin, halusinasi, hilangnya sensasi atau nyeri, pandangan
ganda, kebutaan, ketulian, kejang; gejala disosiatif seperti amnesia; atau
hilangnya kesadaran selain pingsan).
Salah satu (1)atau (2):
Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B tidak dapat
dijelaskan sepenuhnya oleh sebuah kondisi medis umum yang dikenal
atau efek langsung dan suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat,
atau alkohol)
Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau gangguan sosial atau
pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkirakan
dan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium.
Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti gangguan
buatan atau pura-pura).
Gangguan somatisasi (F45.0)
DD
Gangguan fisik
Gangguan afektif (depresif) dan anxietas
Gangguan hipokondrik
Gangguan waham

Bila gejala kurang menonjol dan berlangsung singkat (<


2thn) diklasifikasikan sebagai gangguan somatoform
tak terinci (F45.1)
Gangguan somatisasi (F45.0)
Prognosis
Gangguan somatisasi bersifat kronik dan sering mengalami
relaps serta jarang mengalami remisi komplit
It is unusual for the individual with somatization disorder
to be free of symptoms for greater than 1 year
Research has indicated that a person diagnosed with
somatization disorder has approximately an 80 percent
chance of being diagnosed with this disorder 5 years later.
Although patients with this disorder consider themselves
to be medically ill, good evidence is that they are no more
likely to develop another medical illness in the next 20
years than people without somatization disorder.
Gangguan somatisasi (F45.0)
Terapi
Pasien gangguan somatisasi lebih baik diobati dengan hanya
melibatkan satu dokter tunggal lebih dari 1 dokter pasien
cenderung memiliki kemungkinan untuk menunjukan
peningkatan keluhan.
Pemberian psychotropic harus dipantau, karena pasien dengan
gangguan somatisasi cenderung menggunakan obat-obatan
tak menentu dan unreliably.
Psychotherapy mengurangi rawat inap
Dalam psikoterapi pasien dibantu untuk mengatasi gejala
mereka, untuk mengekspresikan emosi yang mendasari, dan
untuk mengembangkan strategi alternatif untuk
mengekspresikan perasaan mereka.
Diagnosis PPDGJ III:
Keluhan2 fisik bersifat multipel, bervariasi, dan
menetap akan tetapi gambaran klinis yang khas dan
lengkap dari gangguan somatisasi tidak terpenuhi
Kemungkinan ada ataupun tidak ada faktor
penyebab psikologis, tetapi tidak boleh ada
penyebab fisik

DD sama seperti gangguan somatisasi


Ciri utama:
Preokupasi menetap akan kemungkinan
menderita satu atau lebih gangguan fisik yang
serius dan progresif
Keluhan2 somatik menetap
Pengindraan dan penampilan yang normal dapat
dianggap abnormal
Pasien dapat menyebutkan penyakit atau
perubahan apa yg menakutkannya
Gangguan hipokondrik
Depresi dan anxietas sering menonjol +
memenuhi syarat diagnosis tambahan
Onset jarang > usia 50thn
Tidak boleh ada waham menetap mengenai
gangguan fungsi atau bentuk badan
Nosofobia masuk dalam kategori ini
Dapat mengenai pria dan wanita
Untuk diagnostik pasti, kedua hal berikut
harus ada:
Keyakinan yang menetap adanya min 1 pykt fisik
yang serius yang melandasi keluhan2nya,
meskipun pemeriksaan yang berulang tidak
menunjang adanya alasan fisik yang memadai
ataupun adanya preokupasi menetap
kemungkinan deformitas atau perubahan bentuk
penampakan fisiknya (tidak sampai waham)
Tidak mau menerima nasehat atau dukungan
penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak
ditemukan panyakit atau abnormalitas fisik yang
melandasi keluhan2nya
Kriteria Diagnostik untuk Hipokondriasis
Pereokupasi dengan ketakutan menderita, atau ide bahwa ia menderita, suatu
penyakit serius didasarkan pada interpretasi keliru orang tersebut terhadap
gejalagejala tubuh.
Perokupasi menetap walaupun telah dilakukan pemeriksaan medis yang tepat
dan penentraman.
Keyakinan dalam kriteria A tidak memiliki intensitas waham (seperti gangguan
delusional, tipe somatik) dan tidakterbatas pada kekhawatiran tentang
penampilan (seperti pada gangguan dismorfik tubuh).
Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara kilnis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
Lama gangguan sekurangnya 6 bulan.
Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan kecemasan
umum, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan panik, gangguan depresif berat,
cemas perpisahan, atau gangguan somatoform lain.
Diagnosis menurut ICD-10
Gangguan hipokondrik
DD
Gangguan somatisasi
Gangguan depresif
Gangguan waham
Gangguan anxietas dan gangguan panik
Penatalaksanaan
Psikoterapi suportif (behavior therapy, cognitive therapy,
and hypnosis)
Transquilaizer atau neuroleptika dosis rendah
Th/ keluarga, kelompok, latihan fisik
Group psychotherapy often benefits such patients, in part
because it provides the social support and social
interaction that seem to reduce their anxiety
Gangguan hipokondrik
Prognosis
usually episodic last from months to years and are separated by
equally long quiescent periods.
There may be an obvious association between exacerbations of
hypochondriacal symptoms and psychosocial stressors.
estimated one third to one half of all patients with hypochondriasis
eventually improve significantly.
A good prognosis is associated with high socioeconomic status,
treatment-responsive anxiety or depression, sudden onset of
symptoms, the absence of a personality disorder, and the absence of a
related nonpsychiatric medical condition
Most children with hypochondriasis recover by late adolescence or
early adulthood.
Ciri khas:
Kombinasi dari adanya keterlibatan otonomik dgn
keluhan2 subjektif nonspesifik serta kegigihan
yang menetap mengkaitkannya dgn organ atau
sistem tertentu
Gejala umunya ada 2 jenis
Gejala utama
Tanda2 objektif dari rangsangan otonom (palpitasi,
berkeringat, flushing, tremor)
Gejala idiosinkratik, subjektif, tidak khas
Perasaan sakitm nyeri, rasa terbakar, dll
Gangguan otonomik somatoform
Pada banyak pasien ditemukan bukti stress psikologis
Pada bbrp gangguan ini, tdpt bbrp gangguan ringan
fx fisiologis (cegukan, perut kembung, hiperventilasi)
tapi tidak mengganggu fx esensial organ atau sistem
bersangkutan
DD
Gangguan anxietas menyeluruh
Gangguan somatisasi
Diagnosis pasti memerlukan smua hal berikut:
Adanya gejala2 bangkitan otonomik (palpitasi, berkeringat,
tremor, flushing) yang menetap dan mengganggu
Gejala subjektif tambahan mengacu pada sistem atau
organ tertentu (gejala tidak khas)
Preokupasi dengan dan penderitaan (distress) mengenai
kemungkinan adanya gangguan serius dari sistem atau
organ tertentu yang tidak terpengaruh oleh hasil
pemeriksaan2 berulang, maupun penjelasan para dokter
Tidak terbukti adanya gangguan yang cukup berarti pada
struktur/fungsi dari sistem atau organ yang dimaksud
Gangguan otonomik somatoform
Karakter kelima (klasifikasi):
Jantung dan sistem KV (F45.30)
Saluran pencernaan bag atas (F45.31)
Saluran pencernaan bag bawah (F45.32)
Saluran pernafasan (F45.33)
Sistem genitourinaria (F45.34)
Sistem atau organ lainnya (F45.38)
Pedoman diagnosis PPDGJ III
Keluhan
Nyeri berat, menyiksa, dan menetap yang tidak dapat dijelaskan
sepenuhnya atas dasar proses fisiologis maupun gangguan fisik
Nyeri timbul dalam hubungan dgn konflik emosional atau
problem psikososial yang cukup jelas
Dampaknya : meningkatnya perhatian dan dukungan

DD
Nyeri pada gangguan somatisasi
Nyeri oleh sebab organik
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Nyeri
Nyeri pada satu atau lebih tempat anatomis merupakan pusat
gambaran klinis dan cukup parah untuk memerlukan perhatian
klinis.
Nyeri menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
Faktor psikologis dianggap memiliki peranan penting dalam onset,
kemarahan, eksaserbasi atau bertahannnya nyeri.
Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-
buat (seperti pada gangguan buatan atau berpura-pura).
Nyeri tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mood,
kecemasan, atau gangguan psikotik dan tidak memenuhi kriteria
dispareunia.
Diagnosis menurut ICD-10
Gangguan nyeri somatoform menetap
Prognosis
The prognosis varies pain disorder can often be
chronic, distressful, and completely disabling
Acute pain disorders have a more favorable prognosis
than chronic pain disorders.
People with pain disorder who resume
participation in regularly scheduled activities,
despite the pain, have a more favorable prognosis
Gangguan nyeri somatoform menetap
Terapi
may not be possible to reduce the pain, the treatment
approach must address rehabilitation
Farmakoth/
Antidepressants, such as tricyclics and SSRIs, are the most
effective pharmacological agents.
Psikoth/
The first step in psychotherapy is to develop a solid therapeutic
alliance by empathizing with the patient's suffering
Cognitive therapy has been used to alter negative thoughts and to
foster a positive attitude.
Pedoman diagnostik PPDGJ III
Pada gangguan ini keluhan2nya tidak melalui
sistem saraf otonom dan terbatas secara spesifik
pada bagian tubuh atau sistem tertentu sgt
berbeda dgn gangguan somatisasi dan gangguan
somatoform tak terinci
Tidak ada kaitan dengan adanya kerusakan
jaringan
Gangguan somatoform lainnya
Gangguan gangguan berikut juga dimasukan
dalam kelompok ini
globus hystericus perasaan ada benjolan di
kerongkongan yang menyebabkan disfagia
torticolis psikogenik gangguan gerakan
spasmodik
Pruritus psikogenik
Dismenore psikogenik
teeth grinding
Diagnosis menurut ICD-10
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Somatoform yang Tidak
Digolongkan
Satu atau lebih keluhan fisik (misalnya kelelahan, hilangnya nafsu makan, keluhan
gastrointestinal atau saluran kemih)
Salah satu (1)atau (2)
Setelah pemeriksaan yang tepat, gejala tidak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh
kondisi medis umum yang diketahui/ oleh efek langsung dan suatu zat (misalnya
efek cedera, medikasi, obat, atau alkohol)
Jika terdapat kondisi medis umum yg berhub, keluhan fisik atau ggg sosial/
pekerjaan yg ditimbulkannya adalah melebihi apa yg diperkirakan menurut riwayat
penyakit, pemeriksaan fisik, / temuan laboratonium.
Gejala menyebabkan penderitaan yg bermakna secara klinis/ ggg dalam fungsi sosial,
pekerjaan,/ fungsi penting lainnya.
Durasi ggg sekurangnya enam bulan.
Ggg tidak dapat diterangkan lebih baik oleh ggg mental lain (misalnya ggg somatoform,
disfungsi seksual, ggg mood, ggg kecemasan, gggtidur, atau ggg psikotik).
Gejala tidak ditimbulkan dengan sengaja atau dibuat-buat (seperti pada ggg buatan
atau berpura-pura)
gejala konversi (sensorik & motorik) seperti
kejang paralisis, diskinesia, anestesi, kebutaan,
atau afoni tanpa kelainan fisiologis dan
diperparah saat terjadi stress psikologis
Kriteria diagnostik (DSM-IV)
Satu atau lebih gejala atau defisit yang mengenai fungsi motorik
volunter atau sensorik yang mengarahkan pada kondisi
neurologis atau kondisi medis lain.
Faktor psikologis dipertimbangkan berhubungan dengan gejala
atau defisit karena awal atau eksaserbasi gejala atau defisit
adalah didahului oleh konflik atau stresor lain.
Gejala atau defisit tidak ditimbulkkan secara sengaja atau
dibuat-buat (seperti pada gangguan buatan atau berpura-pura).
Gejala atau defisit tidak dapat, setelah penelitian yang
diperlukan, dijelaskan sepenuhnya oleh kondisi medis umum,
atau oleh efek langsung suatu zat, atau sebagai perilaku atau
pengalaman yang diterima secara kultural.
Gejala atau defisit menyebabkan penderitaan yang
bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi
sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain atau
memerlukan pemeriksaan medis.
Gejala atau defisit tidak terbatas pada nyeri atau
disfungsi seksual, tidak terjadi semata-mata selama
perjalanan gangguan somatisasi, dan tidak dapat
diterangkan dengan lebih baik oleh gangguan mental
lain.
Sebutkan tipe gejala atau defisit:
Dengan gejata atau defisit motorik
Dengan gejala atau defisit sensorik
Dengan kejang atau konvulsi
Dengan gambaran campuran
Common
Symptoms
of
Conversion
Disorder
gangguan mental pada seseorang normal yang asyik
dengan beberapa defek imaginasi pada kinerjanya,
atau sangat memperhatikan beberapa anomali fisik
yang sangat ringan

DSM-IV-TR Diagnostic Criteria for Body


Dysmorphic Disorder
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Dismorfik
Tubuh
Preokupasi dengan bayangan cacat dalam penampilan. Jika
ditemukan sedikit anomali tubuh, kekhawatiran orang
tersebut adalah berlebihan dengan nyat.
Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara
klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau
fungsi penting lainnya.
Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan
mental lain (misalnya, ketidakpuasan dengan bentuk dan
ukuran tubuh pada anorexia nervosa).
Treatment
behavior modification
Although the literature is limited, some
patients with somatization disorder may
benefit from antidepressant treatment.
Other Neurotic Disorders

F48 Other neurotic disorders


F48.0 Neurasthenia
F48.1 Depersonalization-derealization syndrome
F48.8 Other specified neurotic disorders
F48.9 Neurotic disorder, unspecified
KESIMPULAN
Laki-laki ini mengalami gangguan neurotik
dengan kemungkinan diagnosis anxietas fobik
dan somatoform
SARAN
Sebaiknya laki-laki ini dirujuk ke psikiatri.
Daftar pustaka
DEPKES RI. Gangguan neurotik, gangguan
somatoform dan gangguan yang berkaitan dgn
stress. In : Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa III Di Indonesia.
Indonesia. 1993. pp.209-20
Maramis WF. Nerosa. In:catatan ilmu
kedokteran jiwa. Surabaya: airlangga
university press. 2005. pp.250-76

Anda mungkin juga menyukai