Kelompok 15
Komang Rendy (08117) ketua
Ina CN (0896) sekretaris
Feli CWS (08201) penulis
Anggota:
Chelly regina (08143)
Handrianto (0824)
Ronny handoko (08105)
Metha D (0814)
Dessy Harlani (0891)
Cynthia w (08147)
Ayu W (08149)
William TD (08172)
Laurensia S (08178)
Takut Naik Pesawat
Seorang laki-laki,berusia 36 tahun,bekerja sebagai manajer di sebuah perusahaan
asing datang ke dokter diantar oleh istrinya karena jantungnya sering berdebar-
debar.Satu tahun lalu,teman baiknya mendapat serangan jantung.Sejak saat itu,ia
merasa takut bila sewaktu-waktu mendapat serangan jantung seperti temannya
tersebut.Ia mulai merasakan jantungnya sering berdebar-debar secara tiba-tiba dan
langsung terpikir bahwa dia mendapat serangan jantung seperti temannya
sehingga panik dan segera pergi ke UGD.
Selain itu,ia juga merasakan mual,kembung,berkeringat,kepala seperti melayang
dan napas terasa berat.Keadaan ini berlangsung sekitar 10 menit,setelah itu mulai
mereda.Sejak saat itu ia selalu khawatir bila sewaktu-waktu timbul serangan
jantung sehingga selalu waspada.Semakin lama gejala tersebut semakin sering
muncul (3 kali/minggu) sehingga ia semakin takut dan mulai menjadi pendiam serta
selalu tampak tegang.Pekerjaannya mulai terganggu dan bila mendapat tugas ke
luar negeri dimana harus naik pesawat,ia selalu menghindar dengan berbagai
alasan.Sebenarnya ia takut mendapat serangan jantung di pesawat dan tidak ada
yang dapat menolongnya.Karena keadaan semakin berat maka akhirnya ia berobat
ke dokter.
Ia sudah sering berobat ke UGD dan dokter selalu menyatakan jantungnya sehat.
Apa yang dapat anda pelajari dari kasus ini ?
LO
1. Menjelaskan gangguan 2. Menjelaskan gangguan
Anxietas Somatoform
Definisi Definisi
Klasifikasi Klasifikasi
Tanda dan gejala Tanda dan gejala
Diagnosis (PPDGJ-III, Diagnosis (PPDGJ-III,
DSM-IV, ICD-10) DSM-IV, ICD-10)
Pemeriksaan Pemeriksaan
Penatalaksanaan Penatalaksanaan
Prognosis Prognosis
Neurotic, Stress-Related and Somatoform
Disorders (F40-F48)
F40 Phobic anxiety disorders
F41 Other anxiety disorders
F42 Obsessive-compulsive disorder
F43 Reaction to severe stress, and adjustment
disorders
F44 Dissociative [conversion] disorders
F45 Somatoform disorders
F48 Other neurotic disorders
F40 Phobic anxiety disorders
Pola asuh
Tidak semua yang memiliki gen cemas berpotensi menjadi
fobia sosial, ditentukan oleh pola asuh individu.
Terapi Kognitif
untuk bisa memandang situasi secara rasional dengan
cara mengumpulkan bukti-bukti untuk menguji
keyakinan klien sehingga mampu mengubah keyakinan
yang irasional menjadi rasional.
Tatalaksana
Virtual Reality Exposure Terapi CBT
Melalui proses pemaparan Rangkaian terapi :
terhadap suatu seri stimuli assessment independent
virtual yang makin dan self report terhadap
bertambah menakutkan klien. Kemudian diikuti
dan hanya bila ketakutan dengan pelatihan dalam hal
sudah berkurang pada restrukturisasi keterampilan
langkah terdahulu, orang kognitif, exposure yang
belajar untuk mengatasi diulang terhadap simulasi
ketakutan dengan cara yang dari situasi yang ditakuti
sama dengan seandainya dalam tiap sesi, dan
mereka mengikuti program dihubungkan dengan
pemaparan gradual homework assignments
terhadap stimuli fobik (Heimberg, Juster, Hope, &
dalam situasi aktual. Mattia, 1995).
Tatalaksana
Terapi Pemaparan
Klien mendapatkan instruksi untuk memasuki
situasi sosial yang makin penuh stres dan untuk
tetap tinggal dalam situasi tersebut sampai
dorongan untuk kabur sudah menjadi berkurang.
Terapis dapat membantu membimbing mereka
selama percobaan pada pemaparan, dan secara
bertahap menarik dukungan langsung sehingga
klien mampu untuk menghadapi sendiri situasi
tersebut.
Prevensi
Memberikan pola asuh yang dapat menumbuhkan
rasa percaya diri dan keberanian pada anak sehingga
anak mampu beradaptasi dan membina hubungan
sosial yang baik dengan orang lain.
Diagnosis Banding
Di bbrp tingkat, cemas perpisahan mrpkn
fenomena normal pd anak kecil.
Pd anak yg menolak sekolah, perlu dievaluasi
apakah ok takut perpisahan, kekuatiran umum
thd penampilan / ketakutkan akan dipermalukan
di depan teman2 / guru.
Ggn Perkembangan Pervasif
Skizofrenia
Ggn Depresi
Ggn Panik
Prognosis
Fobia sosial cenderung menjadi kronik.
Bila tidak diobati dapat menjadi komorbiditas
dengan gangguan lain seperti depresi,
penyalahgunaan alkohol / obat.
Anak yang memiliki kegiatan sekolah dan aktivitas
sosial memiliki prognosis yang lebih baik.
Definisi
Takut pada objek, tempat situasi tertentu.
Ketakutan yang berlebihan dan persisten terhadap objek / situasi
spesifik, seperti :
Tingkat I Agoraphobia :
ketakutan ideasional / serangan panik aktual sebagai hasil dari perjalanan di
luar batas-batas umum berada di wilayah satu, seperti kota besar / kabupaten.
Tingkat II Agoraphobia :
ketakutan ideasional / serangan panik aktual sebagai hasil dari perjalanan di
luar batas-batas umum lingkungan seseorang / daerah pemukiman.
Tingkat III Agoraphobia :
ketakutan ideasional / serangan panik aktual sebagai akibat dari melangkah di
luar batas-batas / tempat tinggal seseorang.
Kebanyakan penderita dari kategori ini dapat berjalan keluar ke sebuah teras,
balkon, atap, halaman atau teras, tetapi minoritas Tingkat III menderita takut
melangkah luar rumah sama sekali.
Etiologi
Penyebab pasti saat ini tidak diketahui.
Kondisi ini dikaitkan dengan adanya gangguan kecemasan
lainnya, lingkungan stres / penyalahgunaan zat.
Kronis penggunaan obat penenang dan pil tidur seperti
benzodiazepine telah dikaitkan.
Terapi Kognitif :
Mencakup menemukan faktor yang menimbulkan
kecemasan dan belajar bagaimana mengendalikan mereka
dengan menghadapi mekanisme seperti teknik pernapasan.
Terapi perilaku :
terapi perilaku mencakup eksposur bertahap kepada orang-orang
dan tempat-tempat yang menimbulkan kecemasan.Proses ini sering
disebut sebagai desensitisasi.
Perawatan Alternatif :
Gerakan mata desensitisasi dan pemrograman ulang (EMDR) telah
dipelajari sebagai pengobatan mungkin untuk agorafobia, dengan
hasil yang buruk. Karena itu, EMDR hanya direkomendasikan dalam
kasus-kasus di mana pendekatan perilaku-kognitif telah terbukti
tidak efektif / dalam kasus di mana agorafobia telah dikembangkan
berikut trauma.
Self-help
Olahraga aerobik mungkin memiliki efek menenangkan.
Kafein, obat-obatan terlarang tertentu harus dihindari, krn dapat
memperburuk gejala gangguan kecemasan.
F41 Gangguan Anxietas Lainnya
F41.0 Gangguan Panik (anxietas paroxismal
episodik)
F41. 1 Gangguan anxietas menyeluruh
F41. 2 Gangguan campuran anxietas &
depresif
F 41.3 Gangguan anxietas campuran lainnya
F41.8 Gangguan anxietas lainnya YDT
F41.9 Gangguan anxietas YTT
F41 Gangguan Anxietas Lainnya
Manifestasi dari anxietas merupakan gejala
utama dari gangguan ini dan tidak terbatas
pada situasi lingkungan tertentu saja.
Dapat disertai gejala depresif & obsesif,
bahkan jg beberapa unsur dr anxietas fobik,
asal saja jelas bersifat sekunder atau ringan /
tidak begitu parah
F41.0 Gangguan Panik (Anxietas
Paroksismal Episodik)
Tanda & Gejala
Adanya serangan anxietas berat (panik) yg berulang, tdk
terbatas pd situasi ttt / rangkaian kejadian tdk terduga
Gejala yg dominan bervariasi pd msg2 orang, ttp onset
mendadak dlm bentuk: palpitasi, nyeri dada, perasaan
tercekik, pusing kepala, & perasaan yg tdk riil
(depersoanalisasi / derealisasi), mrpkn gejala yg lazim. Jg
hmpr sll scr sekunder timbul rasa takut mati, kehilangan
kendali / menjadi gila.
Setiap serangan biasanya berlangsung hny bbrp menit,
mskpn kdg2 bs lbh lama. Perjalanan penyakit & fekuensi
seranganya agak bervariasi
F41.0 Gangguan Panik (Anxietas
Paroksismal Episodik)
Seorang individu yg sdg mengalami serangan panik srg x
merasakan ketakutan yg smkn meningkat dg disertai gejala
otonomik ybs, biasanya dg terburu2, meninggalkan t4
dmn ia sdg berada. Bila hal ini tjd dlm situasi yg spesifik,
mis di dlm bis / ditengah2 org bnyk, utk selanjutnya ps akn
menghindari situasi2 spt itu.
Seringnya mengalami serangan panik yg tak terduga
ketakutan akn kesendirian / utk pergi ke tempat2 umum.
Serangan panik srg x diikuti dg ketakutan yg menetap
kemungkinan mengalami serangan lg
F41.0 Gangguan Panik (Anxietas
Paroksismal Episodik)
Pedoman diagnostik
Di dlm klasifikasi ini, suatu srangan panik yg tjd pd
suatu situasi fobik yg sdh ada dianggap sbg
ekspresi dr keparahan fobia tsb. G3 panik br mjd
diagnosis utama bilamana tdk ditemukan adanya
slh g3 fobia spt yg tercakup dlm F40.
F41.0 Gangguan Panik (Anxietas
Paroksismal Episodik)
Utk diagnosis pasti, bbrp serangan berat dr anxietas
otonomik hrs tjd dlm periode kira2 1 bln
Pd keadaan2 dimana sebenarnya secara objektif tidak ada
bahaya
Tidak terbatas hanya pd situasi yg telah diketahui / yg dpt
diduga sblmnya
Dg keadaan yg relatif bebas dr gejala anxietas dlm periode
antara serangan2 panik (meskipun lazim terjadi jg anxietas
antisipatorik)
Termasuk:
Serangan panik (panic attack)
Keadaan panik (panic state)
F41.0 Gangguan Panik (Anxietas
Paroksismal Episodik)
Diagnosis Banding
G3 panik hrs dibedakan dr serangan panik yg
tjd sbg bag dr g3 fobik yg sdh ada
Serangan panik dpt merupakan hal sekunder
dr g3 depresif, terutama pd lk2
Jk pd wkt yg sm kriteria g3 depresif dipenuhi,
mk g3 panik jgn dijadikan diagnosis utama
F41.1 Gangguan Anxietas Menyeluruh
Tanda & Gejala
Adanya anxietas yg menyeluruh & menetap
(bertahan lama) ttp tdk terbatas pd / hny
menonjol pd setiap keadaan lingk ttt sj.
Gejala yg dominan sgt bervariasi, ttp keluhan
tegang yg berkepanjangan, gemetaran,
ketegangan otot, berkeringat, kepala terasa
ringan, palpitasi, pusing kepala & keluhan
epigastrik adl keluhan2 yg lazim dijumpai
F41.1 Gangguan Anxietas Menyeluruh
Ketakutan bhw dirinya / anggota keluarganya akan
menderita sakit / akan mengalami kecelakaan dlm
wkt dkt, mrpkn keluhan yg plg sering diungkapkan,
bersamaan dg berbagai kekhawatiran & firasat
lain
G3 ini lebih lazim tjd pd wanita & srg x berkaitan
dg adanya stress lingk yg kronis
Perjalanan penyakitnya bervariasi, ttp cenderung
berfluktuasi & kronis
F41.1 Gangguan Anxietas Menyeluruh
Pedoman Diagnostik
Penderita hrs menunjukkan gej primer anxietas yg
berlangsung hmpr setiap hr slm bbrp mgg, bhkn
biasanya smp bbrp bln. Gej2 ini biasanya mencakup
hal2 berikut:
Kecemasan ttg ms dpn (khawatir akn nasib buruk,
perasaan gelisah spt di ujung tanduk, sulit berkonsentrasi,
dsb)
Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetar, tdk dpt
santai)
Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat,
takikardi, takipneu, keluhan epigastrik, pusing kepala,
mulut kering, dsb)
F41.1 Gangguan Anxietas Menyeluruh
Pd anak2 srg terlhat adanya kebutuhan berlebihan utk
ditenangkan serta keluhan2 somatik berulang
Adanya gejala2 yg bersifat sementara (utk bbrp hr) terutama
depresi tdk menyingkirkan g3 anxietas menyeluruh sbg
diagnosis utama slm ps tdk memenuhi kriteria lgkp dr episode
depresif, g3 anxietas fobik, g3 panik / g3 obsesif-kompulsif
Termasuk:
Neurosis anxietas
Reaksi anxietas
Keadaan anxietas
Tak termasuk
Neuroastenia
F41.2 Ganguan Campuran Anxietas &
Depresif
Kategori campuran ini hrs digunakan bl tdpt gej2
anxietas maupun depresi dmn msg2 tdk
menunjukkan rangkaian gej yg ckp berat utk
menegakkan diagnosis tersendiri
Bl ditemukan anxietas berat disertai depresi yg lbh
ringan, mk slh 1 dr kategori yg lain utk g3 anxietas /
g3 fobik hrs digunakan
Bl ditemukan sindrom depresi & anxietas yg ckp
berat utk menegaka msg2 diagnosis, mk ke2
diagnosis tsb hrs dikemukakan & diagnosis g3
campuran ini tdk blh dipakai g3 depresif hrs
diutamakan
F41.2 Ganguan Campuran Anxietas &
Depresif
Bbrp gej otonomik (tremor, palpitasi, mulut kering, sakit
perut, dsb) hrs ditemukan mskpn tdk terus-menerus. Apbl hny
kecemasan / kekhawatiran berlebihan sj yg ditemukan tnp
adanya gej otonomik, mk kategori ini tdk blh digunakan
Jk gej2 yg memenuhi kriteria utk g3 ini tjd & berkaitan erat dg
stress kehidupan / perubahan dlm hidup yg berwarna mk hrs
digunaa kategori F43.2 g3 penyesuaian
Ps dg gej2 campuran yg relatif ringan srg x dtg ke pelayanan
kes dsr, ttp msh lbh bnyk lg kasus yg ada di masyarakat yg tdk
prnh dtg ke dr. / psikiater.
Termasuk: depresi anxietas (ringan / tdk menetap)
Tak termasuk: depresi anxietas menetap (distimia)
F41.3 Gangguan Anxietas Campuran
Lainnya
Digunakan untuk gangguan yang memenuhi
kriteria gangguan anxietas menyeluruh (F41.1)
dan yg juga menunjukkan (meskipun hanya
dalam jangka pendek) ciri2 yg menonjol dari
gangguan lain dalam F40 F49 walaupun
kriteria yg lengkap untuk gangguan tambahan
ini tidak dipenuhi
F41.8 Gangguan Anxietas Lainnya
YDT
Termasuk : histeria anxietas (anxietas hysteria)
b. Kompulsi
Kompulsi pikiran atau prilaku yang disadari, dilakukan, dan rekuren, seperti
menghitung, memeriksa, mencari, atau menghindari.
Gambaran obsesif dan kompulsi adalah heterogen pada orang dewasa, demikian
juga pada anak-anak remaja.
Pedoman DIagnosis
Harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya 2 minggu berturut-
turut,dan merupakan sumber distress atau gangguan aktivitas.
Harus dikenal/disadari sebagai pikiran atau impuls dari diri individu
senndiri.
Setidaknya ada satu pikiran atau tindakan yang masih tidak berhasil
dilawan, meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh
penderita.
Pikiran untuk melaksanakantindakan tersebut di atas bukan
merupakan hal yang memberi kepuasan atau kesenangan (sekadar
perasaan lega dari ketegangan atau anxietas tidak dianggap sebagai
kesenangan seperti maksud di atas).
Pikira, bayangan,atau impuls tersebut harus merupakan
pengulangan yang tidak menyenangkan.
Washing/ Cleaning Compulsions.
- Obsession contamination
- Compulsion-washing/avoidance
- ConcernsConcerns
High excess estimate of dangerous event.
Increased severity of contracting illness.
- Want perfect condition.
Checking Compulsion.
- Obsession doubt, danger of violence, self-doubt.
- Compulsive Checking.
- Objective to prevent harm/critism/ guilt
They are voluntary but executed against ones rational inclination.
- Features + occur in persons own home
+ carried out more religiously when person is alone.
+ resistance.
+ evolve slowly with internal resistance.
+ tension/ anxiety.
Compulsive Hoarding.
- Objective - avoid mistakes
- perfectionism
- Manifestation
- compulsive buying
- inability to discard possession
Primary Obsessional Slowness.
- Obsession- Symmetry
- Compulsion - Slowness
- Feature Simple everyday task done in excessively - meticulous, -
precise,- unvarying manner, - sequence.
Other Overt Compulsion.
- Obsessional Rumination: Thoughts which are- Repetitive- Intrusive -
Unacceptable
- Rumination : Self-focused thinking engaged in by the person.
Obsession Without Overt Compulsion.
Pemeriksaan
Pemerikasaan Status Mental
Pada pemerikasaan status mental, pasien
gangguan obsesif-kompulsif menunjukkan
gejala depresif. Gejala tersebut ditemukan
pada kira-kira 50 % dari semua pasien.
Beberapa pasien gangguan obsesif-kompulsif
memiliki karakter/sifat yang mengarahkan
pada gangguan keperibadian obsesif-
kompulsif , tetapi sebagian besar tidak.
Penatalaksanaan
Pharmacological Management
Pendekatan standar adalah memulai dengan obat spesifik-serotonim (sebagai
contoh, clomipramine (Anafranil) atau inhibitorambilan kembali spesifik serotonin
(SSRI : serotonin-spesifik Reuptake Inhibitor), seperti flouxitine (Prozac) dan
selanjutnya pindah kestrategi farmakologis lain jika obat spesifik serotinin adalah
tidak efektif.
Therapies
Expose and response prevention
1st - Exposure to anxiety- provoking situation
- Exposure hierarchyposure in hierarchy
- Done repeatedly till adapted
2nd - Response prevention
- prevention of compulsive act.
- avoiding patient's urge to carry out compulsion.
Cognitive behavioral therapy
Strategy - Modify inflated risk appraisal - Modify responsibility appraisal -Cognitive
continuum - Behavioral experience
Key theme Distinguish between intrusion & appraisal. - Identify appraisal -
Normalizing intrusion - Effect of thought suppression
General Management
YOGA : It helps in reducing the stress level and helps the person in
controlling of their thoughts and thus maintains a better control
over the thought process
Self care measures:
- Sticking to treatment plan, even if it's sometimes uncomfortable or
challenging
- Taking medications as directed and talking to your health care
professionals about side effects or other concerns
- Joining a support group to share experiences with others in a
similar situation
- Enlisting support of loved ones who can offer encouragement in
tough times
- Learning about disorder so that can understand the myths and
realities
- Avoiding alcohol and illicit drugs as coping mechanisms
- Getting involved in social activities, rather than isolating yourself
Homeopathic management
Diagnosa Banding
GAD : EATING DISORDER:
- bound.- It is time bound. - Thoughts of food or weight gain.
- Involve everyday issues - Purposeful.
- Thoughts are realistic IMPULSE CONTROL DISORDER:
PHOBIA: - Ego syntonic
- Fear only in presence of stimuli - Pleasurable
- Can avoid stimulus. DEPRESSION :
TOURETTES SYNDROME: - Real life events.
- Motor behavior are involuntary - Past events.
and unintentional. - Non intrusive & rarely resisted.
HYPOCHONDRIASIS : OCPD :
- Somatic sensation must be - Interferance in life is less
perceived. - Ego syntonico syntonic
- Vocalize to justify seriousness of - No sense of compulsion
illness.
BODY DISMORPHIC DISORDER : Psychotic Disorder
- Ideational content, complexity & - Presence of hallucination
frequency. - Thought insertion.
- Self appearance is the main focus.
Prognosis
Suatu prognosis yang buruk dinyatakan oleh mengolah
(bukannya menahan) pada kompulsi, onset pada masa
anak-anak, kompulsi yang aneh (bizarre) perlu
perawata di rumah sakit, gangguan desfresi berat yang
menyertai, kepercayaan waham, adanya gagasan yang
terlalu dipegang (overvalued) yaitu penerimaan obsesi
dan kompulsi dan adanya gangguan keperibadian
(terutama gangguan keperibadian skizotipal).
Prognosis yang baik ditandai oleh penyesuian sosial
dan pekerjaan yang baik, adanya peristiwa pencetus,
dan suatu sifat gejala yang episodik. Isi obsesional
tampaknya tidak berhubungan dengan prognosis
F43 Reaction to Severe Stress, and
Adjustment Disorders
F43 Reaction to severe stress, and
adjustment disorders
F43.0 Acute stress reaction
F43.1 Post-traumatic stress disorder
F43.2 Adjustment disorders
F43.8 Other reactions to severe stress
F43.9 Reaction to severe stress, unspecified
Stress Berat
Biological Factors
patients have characteristic attention and cognitive impairments that
result in the faulty perception and assessment of somatosensory inputs.
excessive distractibility, inability to habituate to repetitive stimuli,
grouping of cognitive constructs on an impressionistic basis, partial and
circumstantial associations, and lack of selectivity, as indicated in some
studies of evoked potentials.
decreased metabolism in the frontal lobes and the nondominant
hemisphere.
Etiology
Genetics
in 10 to 20 percent of the first-degree female relatives of probands of
patients with somatization disorder.
first-degree male relatives are susceptible to substance abuse and
antisocial personality disorder.
29 percent in monozygotic twins and 10 percent in dizygotic twins
The male relatives of women with somatization disorder show an
increased risk of antisocial personality disorder and substance-related
disorders.
biological or adoptive parent with any of these disorders increases the
risk of developing antisocial personality disorder, a substance-related
disorder, or somatization disorder.
Cytokines
contribute to some of the nonspecific symptoms of disease, such as
hypersomnia, anorexia, fatigue, and depression. (under investigation)
Diagnosis pasti memerlukan semua hal
berikut:
Adanya keluhan2 fisik yang bermacam-macam yang
tidak dapat dijelaskan atas dasar adanya kelainan
fisik, yang sudah berlangsung minimal 2 tahun
Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari
beberapa dokter bahwa tidak ada kelainan fisik
dapat menjelaskan keluhan2nya
Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat
dan keluarga yang berkaitan dengan sifat
keluhan2nya dan dampak dari perilakunya
Kriteria diagnostik (DSM-IV)
Riwayat banyak keluhan fisik yg dimulai sebelum usia 30 tahun yg terjadi
selama periode beberapa tahun dan membutuhkan terapi, yang
menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi
penting lain.
Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan, dgn gejala individual yg terjadi pada
sembarang waktu selama perjalanan gangguan:
Empat gejala nyeri: riwayat nyeri yang berhubungan dengan sekurangnya
empat tempat atau fungsi yang berlainan (misalnya kepala, perut,
punggung, sendi, anggota gerak, dada, rektum, selama menstruasi,
selama hubungan seksual, atau selama miksi)
Dua gejala gastrointestinal: riwayat sekurangnya dua gejala
gastrointestinal selain nyeri (misalnya mual, kembung, muntah selain dari
selama kehamilan, diare, atau intoleransi terhadap beberapa jenis
makanan)
Satu gejala seksual: riwayat sekurangnya satu gejala seksual atau
reproduktif selain dari nyeri (misalnya indiferensi seksual, disfungsi erektil
atau ejakulasi, menstruasi tidak teratur, perdarahan menstruasi
berlebihan, muntah sepanjang kehamilan).
Satu gejala pseudoneurologis: riwayat sekurangnya satu gejala atau defisit
yang mengarahkan pada kondisi neurologis yang tidak terbatas pada nyeri
(gejala konversi seperti gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis
atau kelemahan setempat, sulit menelan atau benjolan di tenggorokan,
afonia, retensi urin, halusinasi, hilangnya sensasi atau nyeri, pandangan
ganda, kebutaan, ketulian, kejang; gejala disosiatif seperti amnesia; atau
hilangnya kesadaran selain pingsan).
Salah satu (1)atau (2):
Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B tidak dapat
dijelaskan sepenuhnya oleh sebuah kondisi medis umum yang dikenal
atau efek langsung dan suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat,
atau alkohol)
Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau gangguan sosial atau
pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkirakan
dan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium.
Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti gangguan
buatan atau pura-pura).
Gangguan somatisasi (F45.0)
DD
Gangguan fisik
Gangguan afektif (depresif) dan anxietas
Gangguan hipokondrik
Gangguan waham
DD
Nyeri pada gangguan somatisasi
Nyeri oleh sebab organik
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Nyeri
Nyeri pada satu atau lebih tempat anatomis merupakan pusat
gambaran klinis dan cukup parah untuk memerlukan perhatian
klinis.
Nyeri menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
Faktor psikologis dianggap memiliki peranan penting dalam onset,
kemarahan, eksaserbasi atau bertahannnya nyeri.
Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-
buat (seperti pada gangguan buatan atau berpura-pura).
Nyeri tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mood,
kecemasan, atau gangguan psikotik dan tidak memenuhi kriteria
dispareunia.
Diagnosis menurut ICD-10
Gangguan nyeri somatoform menetap
Prognosis
The prognosis varies pain disorder can often be
chronic, distressful, and completely disabling
Acute pain disorders have a more favorable prognosis
than chronic pain disorders.
People with pain disorder who resume
participation in regularly scheduled activities,
despite the pain, have a more favorable prognosis
Gangguan nyeri somatoform menetap
Terapi
may not be possible to reduce the pain, the treatment
approach must address rehabilitation
Farmakoth/
Antidepressants, such as tricyclics and SSRIs, are the most
effective pharmacological agents.
Psikoth/
The first step in psychotherapy is to develop a solid therapeutic
alliance by empathizing with the patient's suffering
Cognitive therapy has been used to alter negative thoughts and to
foster a positive attitude.
Pedoman diagnostik PPDGJ III
Pada gangguan ini keluhan2nya tidak melalui
sistem saraf otonom dan terbatas secara spesifik
pada bagian tubuh atau sistem tertentu sgt
berbeda dgn gangguan somatisasi dan gangguan
somatoform tak terinci
Tidak ada kaitan dengan adanya kerusakan
jaringan
Gangguan somatoform lainnya
Gangguan gangguan berikut juga dimasukan
dalam kelompok ini
globus hystericus perasaan ada benjolan di
kerongkongan yang menyebabkan disfagia
torticolis psikogenik gangguan gerakan
spasmodik
Pruritus psikogenik
Dismenore psikogenik
teeth grinding
Diagnosis menurut ICD-10
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Somatoform yang Tidak
Digolongkan
Satu atau lebih keluhan fisik (misalnya kelelahan, hilangnya nafsu makan, keluhan
gastrointestinal atau saluran kemih)
Salah satu (1)atau (2)
Setelah pemeriksaan yang tepat, gejala tidak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh
kondisi medis umum yang diketahui/ oleh efek langsung dan suatu zat (misalnya
efek cedera, medikasi, obat, atau alkohol)
Jika terdapat kondisi medis umum yg berhub, keluhan fisik atau ggg sosial/
pekerjaan yg ditimbulkannya adalah melebihi apa yg diperkirakan menurut riwayat
penyakit, pemeriksaan fisik, / temuan laboratonium.
Gejala menyebabkan penderitaan yg bermakna secara klinis/ ggg dalam fungsi sosial,
pekerjaan,/ fungsi penting lainnya.
Durasi ggg sekurangnya enam bulan.
Ggg tidak dapat diterangkan lebih baik oleh ggg mental lain (misalnya ggg somatoform,
disfungsi seksual, ggg mood, ggg kecemasan, gggtidur, atau ggg psikotik).
Gejala tidak ditimbulkan dengan sengaja atau dibuat-buat (seperti pada ggg buatan
atau berpura-pura)
gejala konversi (sensorik & motorik) seperti
kejang paralisis, diskinesia, anestesi, kebutaan,
atau afoni tanpa kelainan fisiologis dan
diperparah saat terjadi stress psikologis
Kriteria diagnostik (DSM-IV)
Satu atau lebih gejala atau defisit yang mengenai fungsi motorik
volunter atau sensorik yang mengarahkan pada kondisi
neurologis atau kondisi medis lain.
Faktor psikologis dipertimbangkan berhubungan dengan gejala
atau defisit karena awal atau eksaserbasi gejala atau defisit
adalah didahului oleh konflik atau stresor lain.
Gejala atau defisit tidak ditimbulkkan secara sengaja atau
dibuat-buat (seperti pada gangguan buatan atau berpura-pura).
Gejala atau defisit tidak dapat, setelah penelitian yang
diperlukan, dijelaskan sepenuhnya oleh kondisi medis umum,
atau oleh efek langsung suatu zat, atau sebagai perilaku atau
pengalaman yang diterima secara kultural.
Gejala atau defisit menyebabkan penderitaan yang
bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi
sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain atau
memerlukan pemeriksaan medis.
Gejala atau defisit tidak terbatas pada nyeri atau
disfungsi seksual, tidak terjadi semata-mata selama
perjalanan gangguan somatisasi, dan tidak dapat
diterangkan dengan lebih baik oleh gangguan mental
lain.
Sebutkan tipe gejala atau defisit:
Dengan gejata atau defisit motorik
Dengan gejala atau defisit sensorik
Dengan kejang atau konvulsi
Dengan gambaran campuran
Common
Symptoms
of
Conversion
Disorder
gangguan mental pada seseorang normal yang asyik
dengan beberapa defek imaginasi pada kinerjanya,
atau sangat memperhatikan beberapa anomali fisik
yang sangat ringan