Efektifitas Gcs Dan Four Score Dalam Prediksi Perburukan Kondisi Pasien Di Ruang Intensive Care Rs Bhayangkara Tk. I Raden Said Sukanto Jakarta

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 12

EFEKTIFITAS GCS DAN FOUR SCORE DALAM PREDIKSI

PERBURUKAN KONDISI PASIEN DI RUANG INTENSIVE CARE RS


BHAYANGKARA TK. I RADEN SAID SUKANTO JAKARTA
Amelia Andini¹, Fitrian Rayasari², Besral³, Diana Irawati , Dian Noviati Kurniasih
1
RS Bhayangkara Tk.I Raden Said Sukanto. Jakarta 13510. Indonesia
2
Universitas Muhammadiyah Jakarta. Jakarta 10510. Indonesia
3
Universitas Indonesia. Depok. Jawa Barat. Indonesia
4
Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso. Jakarta 14340. Indonesia

*E-mail: amelia.andini128@gmail.com

ABSTRAK

Pelayanan di ruang perawatan intensif merupakan bagian penting dari pelayanan rumah sakit dengan staf khusus serta
memiliki kelengkapan peralatan khusus sesuai dengan keputusan menteri kesehatan Nomor
1778/MENKES/SK/XII/2010. Perawat Intensive Care memiliki pemikrian kritis dan analisa kuat dalam memberikan
pelayanan dan asuhan keperawatan sehingga dapat mengidientifikasi perburukan kondisi yang akurat dalam
memberikan pelayanan yang maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas GCS dan FOUR score
dalam prediksi perburukan kondisi pasien di ruang intensive care. Penelitian ini menggunakan Desain Penelitian cross
sectional. Sampel penelitian ini sebanyak 36 responden. Uji statistik didapatkan Hasil analisa sensitifitas pada
pemeriksaan GCS yaitu 100% sehingga dapat menberikan klarifikasi terhadap kondisi klinis perburukan pasien
neurologi pada kondisi nyata. Hasil analisa spesifisitas pada GCS dengan nilai 68.7%, artinya bahwa GCS memiliki
nilai spesifisitas lemah untuk mendeteksi tidak terjadinya perburukan kondisi pasien di Intensive Care. Sedangkan
hasil analisa sensitifitas FOUR Score didapatkan nilai sebesar 65%, artinya pemeriksaan FOUR Score dapat
menberikan klarifikasi terhadap kondisi klinis perburukan pasien neurologi pada kondisi nyata. Nilai spesifisitas dari
FOUR score didapatkan nilai 81.2%. Kesimpulannya bahwa FOUR Score memiliki nilai spesifisitas baik untuk
mendeteksi tidak terjadinya perburukan kondisi pasien di ruang Intensive Care. Diharapkan FOUR Score dapat
diterapkan oleh perawat dalam menilai tingkat kesadaran di ruang intensive care terutama pda pasien dengan gangguan
neurologi.

Kata Kunci: Four Score, GCS, Intensive Care

ABSTRACT

Services in the intensive care room are an important part of hospital services with special staff and have special
equipment in accordance with the decree of the minister of health Number 1778 / MENKES / SK / XII / 2010. Intensive
Care nurses have a critical assessment and strong analysis in providing nursing services and care so that they can
accurately identify the worsening of conditions in providing maximum service. This study aims to determine the
effectiveness of GCS and FOUR scores in predicting the worsening of patients' conditions in the intensive care room.
This study used a cross-sectional Research Design. The sample of this study was 36 respondents. Statistical tests
obtained The results of the sensitivity analysis on the GCS examination are 100% so that it can provide clarification
on the clinical condition of worsening neurology patients in real conditions. The results of the specificity analysis on
GCS with a value of 68.7%, meaning that GCS has a weak specificity value to detect the non-occurrence of worsening
of the patient's condition in Intensive Care. Meanwhile, the results of the FOUR Score sensitivity analysis obtained a
value of 65%, meaning that the FOUR Score examination can provide clarification on the clinical condition of
worsening neurology patients in real conditions. The specificity value of the FOUR score was obtained at 81.2%,
meaning that the FOUR Score has a good specificity value to detect the non-worsening of the patient's condition in
the Intensive Care Unit.
Keywords: Four Score, GCS, Intensive Care

1
Pendahuluan (Ventilator) mencapai 40-50% (Susanti et
al., 2015). Laporan data rekam medis pada
Pelayanan di ruang perawatan tahun 2021, kematian pasien di ruang
intensif (Intensive Care) merupakan intensive care Rumah Sakit Bhayangkara
bagian penting dari pelayanan rumah sakit TK. I Raden Said Sukanto Jakarta
yang mandiri dengan staf khusus serta didapatkan 42% dari jumlah total pasien
memiliki kelengkapan peralatan khusus yang terpasang ventilator sebanyak 520
sesuai dengan keputusan menteri pasien.
kesehatan Nomor Tetapi menurut penelitian (Rudini,
1778/MENKES/SK/XII/2010 2018) menyatakan bahwa pemeriksaan
(Kementerian Kesehatan RI, 2010). Ruang GCS belum secara efektif mengukur
intensive care adalah ruang perawatan tingkat kesadaran pada pasien yang
bagi pasien yang memerlukan terpasang vetilator, dikarenakan dalam
pemantauan secara terus-menerus dan penilaian verbal pasien yang terpasang
berkelanjutan serta pengelolaan fungsi ventilator mekanik akan terpasang
sistem organ tubuh secara terkoordinasi. endotrakheal tube (ETT) dimana alat
Fokus dalam perawatan pasien di ruang invasif tersebut akan masuk melalui mulut
intensive care adalah pasien yang menuju pita suara (epligotis) dan menuju
mengalami perubahan tingkat kesadaran ke saluran pernapasan (bhronkus).
yang dapat mengakibatkan terjadinya Sehingga akan mengakibatkan terjadinya
peningkatan perburukan kondisi dan gangguan verbal pada pasien yang akan
morbiditas atau pasien-pasien dalam memberikan dampak penilaian GCS.
keadaan kritis (Rohaut et al., 2019). FOUR score dan GCS dengan
Tingkat kesadaran seseorang dapat metode prospektif observasional pada 74
menurun sehingga mengakibatkan pasien dengan penurunan kesadaran yang
kewaspadaannya juga mengalami dirawat di ruang Intensive Care
penurunan. Penurunan tingkat kesadaran menemukan bahwa nilai sensitivitas dan
dapat mengakibatkan terjadinya hal yang spesifisitas FOUR score lebih tinggi
dapat mengancam jiwa yang berujung dibandingkan GCS. FOUR score memiliki
pada kematian. Tingkat kesadaran juga sensitivitas 0,861 dan spesifisitas 0,816.
dapat menjadi tanda kegawatdaruratan Sedangkan GCS memiliki sensitivitas
neurologis akut yang ditandai dengan 0,722 dan nilai spesifisitas 0,737. Dengan
kerusakan otak dan memerlukan demikian FOUR score dapat digunakan
penanganan dan evaluasi yang sangat sebagai pengganti GCS untuk menilai
cepat (Reynolds et al., 2018). tingkat kesadaran terhadap pasien di
Peningkatan angka perburukan ruangan Intensive Care Unit (Silvitasari et
kondisi dan morbiditas di ruang intensive al., 2017).
care lebih tinggi dibandingkan dengan Instrumen penilaian untuk
ruang perawatan biasa. Menurut (Detsky mengukur tingkat kesadaran pasien di
et al., 2017) menemukan bahwa kasus ruang intensive care mulai berpindah dari
kematian di ruang intensive care di negara GCS menjadi FOUR score. Salah satunya
Amerika mencapai 500.000, sedangkan di adalah Rumah Sakit Umum Pusat
negara Australia dilaporkan 131.236 jiwa Nasional Cipto Mangunkusumo di ruang
mengalami kematian disetiap tahunnya di intensive care penilaian tingkat kesadaran
ruang intensive care. Indonesia belum menggunakan FOUR score penilaian ini
adanya pelaporan terkait kematian di memiliki tingkat akurasi yang lebih dalam
ruang intensive care, tetapi dapat penilai tingkat kesadaran pada pasien yang
dilaporkan bahwa pasien yang memiliki terpasang ETT (Andreas et al., 2020;
angka perburukan kondisi dan morbiditas Aprilia & Wreksoatmodjo, 2015)
tinggi terpasang alat bantu nafas invasive (Dwiyanto, et al., 2022).

2
Perburukan kondisi merupakan peluang 11,875 kali lebih besar untuk
istilah epidemiologi dan data statistik vital meninggal dibandingkan dengan pasien
untuk kematian. Di kalangan masyarakat cedera kepala ringan (GCS 13-15).
kita, ada tiga hal umum yang Terdapat hubungan antara Glasgow Coma
menyebabkan kematian yaitu degenerasi Scale (GCS) dan tingkat perburukan
organ vital dan kondisi terkait, status kondisi yaitu terjadi peningkatan
penyakit, dan Sebagai akibat masyarakat perburukan kondisi pada pasien cidera
atau lingkungan (bunuh diri, kecelakaan, kepala sedang (GCS 9-12) hingga pasien
bencana alam, dan sebagainya). Penyebab cidera kepala berat (GCS 3-8).
dasar terjadinya suatu kematian adalah Penilaian kesadaran yang akurat
penyakit atau trauma apa pun yang dapat membantu dalam menentukan
memulai serangkaian kejadian seperti perawatan dan penanganan pasien
tindak kejahatan atau kecelakaan yang selanjutnya. Penurunan skor GCS
berakhir pada kematian (Thomas, 2014). berhubungan dengan peningkatan risiko
Penentuan tingkat perburukan kematian pada pasien (Hartanto et al.,
kondisi merupakan hal penting dalam 2019). Hasil penelitian tersebut
rangkaian rencana tindak lanjut perawatan menjelaskan bahwa pasien dengan nilai
pasien di ruang Intensive Care. Kwizera et GCS yang rendah maka memiliki tingkat
al mengemukakan bahwa lama pasien perburukan kondisi yang tinggi.
yang dirawat di ruang Intensive Care dan
mengalami kematian adalah 1-5 hari dari Berdasarkan hal-hal yang telah
total 571 pasien (43,9%). Kemampuan diuraikan diatas Perawat intensive care
hidup pada pasien yang dirawat 6 - 15 hari perlu adanya pemikrian kritis dan analisa
di ruang Intensive Care lebih baik kuat dalam memberikan pelayanan dan
dibandingkan yang dirawat kurang dari 5 asuhan keperawatan sehingga dapat
hari atau lebih dari 2 minggu. Hal ini mengidientifikasi tingkat kesadaran yang
diartikan bahwa kematian terjadi lebih akurat sehingga memberikan pelayanan
awal (dalam beberapa hari) atau bisa lebih yang maksimal. Berdasarkan beberapa
terlambat (setelah 2 minggu) (Kwizera et isntrumen penilaian tingkat kesadaran
al., 2012). Kematian dini sebagian besar yang terbaru dan Rumah Sakit Umum
disebabkan karena kasus penyakit pasien Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo
yang mengenai sistem tubuh yang vital yang dinyatakan sebagai rumah sakit pusat
(neurologis, kardiovaskuler, sepsis) dan rujukan Nasional mengidientifikasi
kondisi penyakit yang sudah parah, bahwa FOUR score memberikan akurasi
kurangnya sumber daya untuk menyediakan penilaian tingkat kesadaran dengan
perawatan yang memadai bagi pasien yang dibuktikan dengan lebih cepat dalam
sakit kritis dengan tingkat keparahan penyakit mengambil keputuhan medis maupun
yang tinggi (misalnya dengan trauma otak, proses perawatan selama di ruang
syok atau sepsis) (Kwizera et al., 2012). intensive dan buktikan dengan laporan
perburukan kondisi di ruang intensive care
menurun sejak menggunakan FOUR
Penelitian yang dilakukan oleh score.
Mustafiroh dkk pada tahun 2018
menyebutkan bahwa tingkat kesadaran Metode
pada pasien dengan cidera kepala Desain
mempengaruhi perburukan kondisi Penelitian ini menggunakan desain cross
diwakili dengan nilai odd ratio yaitu sectional yang digunakan untuk menilai
11,875 yang berarti pasien cedera kepala efektifitas dari Glasgow Coma Scale
sedang (GCS 9-12) dan pasien cedera (GCS) dan Full Outline of UnResponsive
kepala berat (GCS 3-8) mempunyai Score (FOUR Score) dalam memprediksi

3
perburukan kondisi pasien di ruang pasien baru dengan menggunakan
intensive care, dengan GCS sebagai gold instrument GCS dan Four Score melalui
standar. Penelitian ini dilaksanakan dengan pelaksanaan serah terima tugas perawat
tujuan untuk menilai sensitivitas, dan WA group 7. lembar observasi
spesifisitas, rasio kemungkinan positif dan instrument GCS dan Four Score diberi
rasio kemungkinan negatif, nilai duga kode Four untuk Four Score dan GCS
positif dan nilai duga negatif dan menilai untuk instrument GCS.
Receiver Opearing Charateristics (ROC)
dan nila Area Under The Curve (AUC)
(Kemenkes RI, 2017; Putra et al., 2016).
Jumlah sampel yang digunakan sebanyak
36 responden untuk masing-masing
kelompok yang diukur dengan FOUR score
dan GCS. Adapun kriteria inklusi pada
penelitian ini adalah: Pasien dirawat
diruang intensive care, Responden berusia
> 18 tahun, Pasien perawatan hari pertama
diruang intensive care, Pasien dengan
penyakit cerebrovascular gangguan
neurologi. penelitian dibuktikan dengan
menandatangani informed consent.
Pengumpulan data dilakukan
dengan cara: 1. Melakukan pemilihan
responden yang sesuai dengan kriteria
inklusi. 2. Sebelum melakukan
pengambilan data responden diberikan
penjelasan kepada renponden dan
keluarga terkait maksud dan tujuan serta
manfaat dan prosedur penelitian yang akan
dilakukan. 3. Setelah diberikan penjelasan
dan keluarga responden bersedia menjadi
responden dalam penelitian ini, responden
diberikan lembar inform consent sebagai
Gambar 3 Alur Penelitian
persyaratan bahwa menyetujui sebagai
responden dalam penelitian ini tanpa
Hasil Penelitian
adanya paksaan. 4. Sebelum dilakukan
penilaian tingkat kesadaran dengan A. Univariat
menggunakan lembar observasi GCS dan
1. Karakteristik Responden
Four Score oleh dua perawat yang berbeda
kemudian peneliti menilai dengan cara
menghitung hasil dari lembar observasi Tabel 1 Distribusi Responden
penilaian tingkat kesadaran pada masing Berdasarkan Karateristik Pasien
masing instrumen 5. Penilaian tingkat Neurologi Di Ruang Intensive Care
kesadaran menggunakan instrument GCS Rumah Sakit Bayangkhara TK. I
dan Four Score dilakukan pada hari Jakarta
pertama pasien mendapatkan perawatan di
ruang intensive care 6. Pada saat masih
dalam proses penelitian peneliti selalu
mengingatkan kepada asisten penelitin
untuk melakukan penilaian terhadap

4
Variabel Frekuensi Presentase
(%)
Jenis Kelamin
Laki-Laki 22 61.1
Pada tabel 2 menunjukan bahwa
Perempuan 14 38.9 pada penilaian GCS pada kondisi
Usia perburukan memiliki rata-rata 5.95 dan
< 69 Tahun 19 52.8 FOUR Score memiliki rata-rata 7.40.
> 70 Tahun 17 47.2 Hasil uji statistic didapatkan nilai α yaitu
Diagnosis Medis 0.000, maka artinya p-value <0.05,
Stroke 21 58.3
Bukan Stroke 15 41.7
sehingga dapat disimpulakan bahwa ada
Tingkat Kesadaran perbandingan antara penilaian GCS dan
Composmentis 6 12.8 FOUR Score terhadap penilaian kondisi
Apatis 3 14.9 perburukan pasien di ruang Intensive Care.
Delirium 1 2.1
Somnolen 10 21.3 B. Receiver Operating Characteristic
Sopor 11 27.7
Coma 5 21.3 (ROC)
1. Glasgow Coma Scale (GCS)
Gambar 1 Diagram Receiver Operating
Tabel 1 diatas menunjukan jenis
Characteristic (ROC) GCS Terhadap
kelamin responden pada penelitian ini Perburukan Pasien di Ruang Intensive
yaitu mayoritas laki-laki sebanyak 22 Care RS Bhayangkara Tk.I Raden Said
orang (61.1%), sedangkan perempuan Sukanto Jakarta
sebanyak 14 orang (38.9%). Usia pada
penelitian ini mayoritas memiliki usia > 70
tahun sebanyak 17 orang (47.2%),
sedangkan usia < 69 tahun sebanyak 19
orang (52.8%). Pada diagnosis penyakit
neurologi menurut jenisnya mayoritas dari
responden mengalami stroke sebanyak 21
orang (58.3%), dan penyakit bukan Stroke
sebanyak 15 orang (41.7%). Pada tingkat
kesadaran GCS yang dikategorikan
berdasarkan kualitatif mayoritas
mengalami tingkat kesadaran sopor
sebanyak 11 orang (27.7%), somnolen
sebanyak 10 orang (21.3%),
composmentis sebanyak 6 orang (12.8%), Sensitivity Sensitifitas
coma sebanyak 5 orang (21.5%), apatis 1.500
sebanyak 3 orang (14.9%), sedangkan
delirium sebanyak 1 orang (2.1%). 1.000

0.500
Tabel 2 Perbandingan Efektifitas Rata-Rata
Penilaian GSC dan FOUR Score di Ruang 0.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Intensive Care RS Bhayangkara TK.I
Jakarta Gambar 2. Grafik Garis Potong Lintang GCS
P- terhadap Perburukan Pasien
Penilaian Kondisi n Mean SD
Value
Perbaikan 16 10.38 4.097 Gambar 2 di atas terdapat nilai
GCS .000
Perburukan 20 5.95 1.638 sensitivitas dan spesifisitas yang
FOUR Perbaikan 16 12.81 3.544 menghasilkan grafik untuk menentukan
.000
Score Perburukan 20 7.40 1.698 nilai potong lintang (cut off point) untuk
pengkategorian perburukan kondisi pasien
dengan nilai GCS. Hasil nilai cut off point

5
yaitu jika nilai < 8 maka kondisi pasien lintang (cutt off point) untuk
dikategorikan mengalam perburukan, pengkategorian perburukan kondisi pasien
sedangkan jika pasien dikatakan stabil dengan nilai FOUR Score. Hasil nilai cut
atau perbaikan maka nilai cutt off point off point yaitu jika nilai < 8 maka kondisi
didapatkan > 9. pasien dikategorikan mengalam
Hal ini sesuai dengan penelitian perburukan, sedangkan jika pasien
terdahulu yang menyatakan bahwa nilai dikatakan stabil atau perbaikan maka nilai
GCS < 8 memprediksi terjadinya resiko cutt off point didapatkan > 9.
kematian lebih tinggi atau perburukan Hal ini sesuai dengan penelitian
kondisi pasien dibandingkandengan GCS terdahulu yang menyatakan bahwa nilai
> 9. Jadi responden dengan total skor X > FOUR Score < 8 memprediksi terjadinya
9 dikategorikan resiko perburukan kondisi resiko kematian atau perburukan kondisi
(Iyer et al., 2009; Wijdicks et al., 2005). lebih tinggi dibandingkan dengan FOUR
Score > 9. Jadi responden dengan total
2. Full Outline of Un- skor X > 9 dikategorikan resiko
perburukan kondisi (Iyer et al., 2009;
Responsiveness Score (FOUR score)
Wijdicks et al., 2005).

C. Analisa Sensitifitas dan


Spesifisitas

1. Glasgow Coma Scale (GCS)

Tabel 3. Nilai Sensitivitas, Nilai Spesifisitas,


Nilai Duga Positif, dan Nilai Duga Negatif
dari Penilaian Usia Terhadap Perburukan
Kondisi Pasien Neurologi di Ruang
Intensive Care RS Bhayangkara TK I
Jakarta
Gambar 3 Diagram Receiver Operating
Characteristic (ROC) FOUR Score
Terhadap Perburukan Pasien di Ruang Nilai Diagnostik Rumus Hasil
1. Sensitifitas 20 : (20+0)*100% 100%
Intensive Care RS Bhayangkara Tk.I
2. Spesifisitas 11 : ( 5+11)*100% 68.7%
Raden Said Sukanto Jakarta 3. Nilai Duga 20 : (20+5)*100% 80%
Positif 11 : (0+11)*100% 100%
4. Nilai Duga 1 : (1-0.687) 3.19
Negatif (1 – 1) : 0.687 0

Berdasarkan tabel 3 didapatkan


nilai sensitifitas dari GCS yaitu 100%,
artinya bahwa pemeriksaan GCS dapat
menberikan klarifikasi terhadap kondisi
klinis perburukan pasien neurologi pada
Gambar 3. Grafik Garis Potong Lintang FOUR kondisi nyata sekitar 100%. Nilai
Score terhadap Perburukan Pasien sensitifitas ini dikatakan sangat baik untuk
memprediksi adanya perburukan kondisi
pasien neurologi di ruang Intensive Care.
Gambar 3 diatas berdasarkan nilai Nilai spesifisitas dari GCS
sensitivitas dan spesifisitas menghasilkan memperlihatkan kemampuan GCS dalam
grafik untuk menentukan nilai potong mendeteksi tidak adanya perburukan
6
kondisi pasien neurologi di ruang 2. Full Outline Of Un-Responsiveness
Intensive Care yang benar-benar tidak Score (FOUR Score)
mengalami perburukan kondisi yaitu
68.7%. Hasil analisa spesifisitas pada GCS Tabel 4 Nilai Sensitivitas, Spesivisitas, Duga
dengan nilai 68.7%, artinya bahwa GCS Positif, Duga Negatif, Rasio Kemungkinan
Positif dan Negatif dari Peneriksaan FOUR
memiliki nilai spesifisitas lemah untuk Score terhadap perburukan kondisi pasien di
mendeteksi tidak terjadinya perburukan Ruang Intensive Care RS Bhayangkara TK I
kondisi pasien di Intensive Care. Analisa Jakarta
nilai duga positif pada penelitian ini
menunjukan seberapa besar nilai positif Nilai Diagnostik Rumus Hasil
berdasarkan pemeriksaan GCS pada 1. Sensitivitas 13 : 65%
perburukan kondisi pasien di ruang 2. Spesifisitas (13+7)*100% 81.2%
Intensive Care. Berdasarkan hasil analisa 3. Nilai Duga 13 : ( 81.2%
Positif 3+13)*100% 92.8%
nilai duga positif untuk memperlihatkan 4. Nilai Duga 13 : 1.85
seberapa besar hasil positif perburukan Negatif (13+3)*100% 0.54
kondisi pasien neurologi 80%. 13 :
Berdasarkan tabel 5.9 didapatkan hasil
analisa nilai duga negative untuk
memperlihatkan seberapa besar hasil Berdasarkan tabel 4 didapatkan
negative pada perburukan kondisi pasien nilai sensitivitas dari FOUR Score yaitu
dengan pemeriksaan GCS benar-benar 65%, artinya bahwa pemeriksaan FOUR
negative yaitu 100%. Nilai duga negative Score dapat menberikan klarifikasi
pemeriksaan GCS pada penelitian ini terhadap kondisi klinis perburukan pasien
sangat tinggi. Hal ini berarti dimasa akan neurologi pada kondisi nyata sekitar 65%.
datang kejadian perburukan kondisi pasien Nilai sensitivitas ini dikatakan lemah untuk
sesuai dengan pemeriksaan GCS akan memprediksi adanya perburukan kondisi
terdeteksi tinggi dan kemungkinan akan pasien neurologi di ruang Intensive Care.
terjadi negative palsu sangat sedikit karena Nilai spesifisitas dari GCS
nilai 100%. Hasil analisa rasio memperlihatkan kemampuan FOUR score
kemungkinan positif pada penelitian ini dalam mendeteksi tidak adanya
untuk memperlihatkan perbandingan perburukan kondisi pasien neurologi di
antara hasil positif perburukan konsisi ruang Intensive Care yang benar-benar
pasien pada pemeriksaan GCS yang tidak tidak mengalami perburukan kondisi yaitu
mengalami perburukan yaitu 3.19. nilai 81.2%. Hasil analisa spesifisitas pada
rasio kemungkinan positif dari GCS FOUR Score dengan nilai 81.2%, artinya
menunjukan bahwa FOUR Score bahwa FOUR Score memiliki nilai
mempunyai nilai dignostik yang kurang spesifisitas baik untuk mendeteksi tidak
baik. terjadinya perburukan kondisi pasien di
Berdasarkan analisa tabel 4 ruang Intensive Care. Berdasarkan tabel
didapatkan hasil rasio kemungkinan didapatkan hasil analisa nilai duga positif
negatif untuk memperlihatkan untuk memperlihatkan seberapa besar
perbandingan antara hasil negatif hasil positif perburukan kondisi pasien
penurunan kondisi pasien pada kelompok neurologi 81.2%. Hasil analisa nilai duga
positif dibandingkan dengan hasil negative negative untuk memperlihatkan seberapa
berdasarkan pemeriksaan GCS yaitu 0. besar hasil negative pada perburukan
Hasil uji yang negatif kuat akan kondisi pasien dengan pemeriksaan FOUR
memberikan nilai rasio menunjukan nilai Score benar-benar negative yaitu 92.8%.
negative 0. Nilai duga negative pemeriksaan FOUR
Score pada penelitian ini sangat tinggi.
Hal ini berarti dimasa akan datang

7
kejadian perburukan kondisi pasien sesuai tidak membutuhkan alat-alat untuk
dengan pemeriksaan FOUR Score akan menggunakannya, sehingga lebih efisien
terdeteksi tinggi dan kemungkinan akan dalam melakukan skrining. Tanpa adanya
terjadi negatif palsu sangat sedikit karena alat khusus dalam penilaian FOUR score
nilai 92.8%. dan GCS akan dapat membuat penilaian
Hasil analisa rasio kemungkinan ini dapat dilakukan di setiap pelayanan
positif pada penelitian ini untuk kesehatan. Titik potong dalam deteksi dini
memperlihatkan perbandingan antara hasil untuk menentukan senssitivitas dan
positif perburukan konsisi pasien pada spesifisitas dalam memprediksi terjadinya
pemeriksaan FOUR Score yang tidak perburukan kondisi pasien nurolologi di
mengalami perburukan yaitu 1.85. nilai ruang ICU adalah cut off poit GCS dan
rasio kemungkinan positif dari GCS FOUR score < 8 dengan sensitifitas untuk
menunjukan bahwa FOUR Score GCS 100% dan untuk FOUR score 65%,
mempunyai nilai dignostik yang kurang sedangkan spesifisitas untuk GCS 68.7%
baik. dan FOUR score 81.2%. Hal ini
menunjukan bahwa ketepatan uji FOUR
score dalam mendeteksi adanya
D. Area Under The Cruve (AUC)
perburukan kondisi pasien neurologi di
Tabel 5. Area Under the Curve
ruang ICU sbenyak 65% dan ketepatan
Test Result Variabel (s) Area Sig. dalam menyingkirkan kondisi perburukan
sebanyak 81.2%.
GCS .800 .000 Hasil penelitian ini sejalan dengan
FOUR Score .879 .000 penelitian Silvitasari dkk tahun 2017 yang
meneliti sensitivitas dan spesifisitas
FOUR score dan GCS dengan metode
Pada tabel 5.didapatkan nilai Area prospektif observasional pada 74 pasien
Under the Cruve (AUC) untuk GCS dengan penurunan kesadaran yang dirawat
menunjukan 0.800, yang artinya bahwa di ruang Intensive Care Unit menemukan
nilai AUC pada GCS menunjukan 80% bahwa nilai sensitivitas dan spesifisitas
dapat memprediksi kondisi perburukan FOUR score lebih tinggi dibandingkan
pasien di ruang Intensive Care dengan GCS. FOUR score memiliki sensitivitas
baik, sedangkan nilai AUC pada penilain 0,861 dan spesifisitas 0,816. Sedangkan
FOUR Score didapatkan hasil 0.879, yang GCS memiliki sensitivitas 0,722 dan nilai
artinya bahwa nilai AUC pada FOUR spesifisitas 0,737. Dengan demikian
Score menunjukan 87,9% dapat FOUR score dapat digunakan sebagai
memprediksi kondisi perburukan pasien di pengganti GCS untuk menilai tingkat
ruang Intensive Care dengan baik. kesadaran terhadap pasien di ruangan
Intensive Care Unit (Silvitasari et al.,
2017).
Pembahasan Pemantauan perburukan kondisi
dengan menggunakan FOUR score dan
1. Hasil Pemeriksaan GCS dan FOUR GCS dapat diaplikasikan di pelayanan
Score rumah sakit khususnya ruang ICU,
Penilaian FOUR score merupakan metode sehingga dapat memberikan skrining awal
baru di Rumah Sakit Bhayangkara TK I terhadap kondisi perburukan pasien
Jakarta dibandingkan dengan GCS yang sehingga menurunkan perburukan pasien
digunkan dalam pemeriksaan untuk yang berdampak pada penggunaan alat
mengetahui status kondisi perburukan bantu nafas.
pasien neurologi di Ruang ICU. Efektivitas GCS dan FOUR Score
Penggunaan pemeriksaan penilaian ini Terhadap Penilaian Kondisi Perburukan

8
Pasien di Ruang Intensive Care. Pada pemenuhan kebutuhan sehari-hari ataupun
penelitian ini dilakukan penilaian GCS pemantauan hemodinamik untuk menjaga
dan FOUR Score pada pasien dengan kondisi klinis agar terjadi perbaikan.
penyakit neurologi yang sesuai dengak Sehingga FOUR Score dapat menjadi
kriteria inklusi dan ekslusi. Didapatkan alternative dalam menilai kondisi pasien di
FOUR Score memiliki kemampuan dalam ruang intensive care selain GCS. Karena
menilai dan memprediksi perburukan pengambilan keputusan klinis dalam
pasien neurologi dengan ketepatan 80%. menilai kondisi pasien di ruang intensive
Penelitian ini didukung oleh care, merupakan salah satu tugas perawat
penelitian sebelumnya (Dewi et al., 2016) yang ada pada Peraturan Kemenkes No. 3
bahwa FOUR Score dapat memprediksi tahun 2020, dimana tertulis bahwa perawat
prognosis pada pasien yang dirawat di ruang intensif memiliki kemampuan
ruang intensive lebih baik dibandingkan dalam menilai kondisi klinis pasien dan
GCS. Penilaian FOUR Score memberikan memberikan tindakan kegawatdaruratan.
gambaran kepada perawat secara lebih
terperinci dibandingkan dengan GCS
dalam menilai pasien dengan
menggunakan alat bantu nafas mekanik. Referensi;
Sehingga perawat dapat mengambil Adeleye, A. O., Owolabi, M. O., Rabiu, T.
keputusan klinis tentang kondisi klinis B., & Orimadegun, A. E. (2012).
pasien yang mengalami perburukan. Physicians ’ knowledge of the
Penilaian GCS merupakan Glasgow Coma Scale in a Nigerian
penilaian yang umum yang digunakan di university hospital : is the simple GCS
berbagai rumah sakit di Indonesia, salah still too complex ? 3(March), 1–7.
satunya adalah Rumah Sakit Bhayangkara https://doi.org/10.3389/fneur.2012.00
TK I Raden Said Sukanto Jakarta. Pada 028
penelitian ini penilian FOUR Score
memiliki kemampuan yang lebih baik Andreas, H., Arianto, P., Sihombing, B.,
dibandingkan GCS dalam mendeteksi Aprilia, D., & Dewi Fuji Lestari.
kondisi pasien neurologi di instalasi gawat (2020). Profile of Decreased
darurat dan ruang intensive care. Pada Consciousness in Geriatric Patients At
penelitian (Sujianto et al., 2017) H. Adam Malik Hospital Medan in
menunjukan bahwa instrumen FOUR 2018. International Journal of
Score dengan uji Kappa menunjukan nilai Research Science and Management,
0.888, yaitu memiliki nilai rentan baik 7(9), 17–22.
dalam menentukan kondisi keluaran https://doi.org/10.29121/ijrsm.v7.i9.2
perburukan pada pasien di ruang intensive 020.3
care. Adanya alat ukur baru dalam Aprilia, M., & Wreksoatmodjo, B. (2015).
menentukan kondisi perburukan pasien di Pemeriksaan Neurologis pada
ruang intensive care, perawat sebagai garis Kesadaran Menurun. Cdk-233,
terdepan yang ada didekat pasien selama 42(10), 780–786.
24 jam, akan dapat memberikan
pemantauan dan ketajaman analisa terkait Bevers, M. B., & Kimberly, W. T. (2017).
kondisi perburukan pasien. Sehingga akan Critical Care Management of Acute
dapat meningkatkan proses perawatan Ischemic Stroke Matthew. HHS
professional asuhan keperawatan pada Public Access.
pasien kritis (Vincent et al., 2018). https://doi.org/10.1007/s11936-017-
Pasien yang dirawat diruang 0542-6.Critical
intensive care memiliki ketergantungan Boehme, A. K., Esenwa, C., & Elkind, M.
tinggi kepada perawat baik secara S. V. (2017). Stroke Risk Factors ,

9
Genetics , and Prevention. 472–495. Journal of Medicine and Health, 2(4),
https://doi.org/10.1161/CIRCRESAH 938–944.
A.116.308398 https://doi.org/10.28932/jmh.v2i4.113
9
Detsky, M. E., Harhay, M. O., Bayard, D.
F., Delman, A. M., Buehler, A. E., Hoffmann, F., Schmalhofer, M., Lehner,
Kent, S. A., Ciuffetelli, I. V., Cooney, M., Zimatschek, S., Grote, V., &
E., Gabler, N. B., Ratcliffe, S. J., Reiter, K. (2016). Comparison of the
Mikkelsen, M. E., & Halpern, S. D. AVPU Scale and the Pediatric GCS in
(2017). Six-month morbidity and Prehospital Setting. Prehospital
mortality among intensive care unit Emergency Care, 20(4), 493–498.
patients receiving life-sustaining https://doi.org/10.3109/10903127.201
therapy: A prospective cohort study. 6.1139216
Annals of the American Thoracic
Indrawati, N., Kupa, C. N., Putri, E. M., &
Society, 14(10), 1562–1570.
Lesimanuaya, L. L. (2020).
https://doi.org/10.1513/AnnalsATS.2
Comparison of Glasgow Coma Scale (
01611-875OC
Gcs ) and Full Outline of
Dewi, R., Mangunatmadja, I., & Yuniar, I. Unresponsiveness ( Four ) To Assess
(2016). Perbandingan Full Outline of Mortality of Patients With Head
Unresponsiveness Score dengan Injuries in Critical Care Area : a
Glasgow Coma Scale dalam Literature Review Komparasi
Menentukan Prognostik Pasien Sakit Glasgow Coma Scale ( Gcs ) Dan Full
Kritis. Sari Pediatri, 13(3), 215. Outline of Unresponsiveness. Jurnal
https://doi.org/10.14238/sp13.3.2011. Kesehatan, 8(1), 19–27.
215-20
Irmawartini, & Nurhaedah. (2017).
Foo, C. C., Loan, J. J. M., & Brennan, P. M. Metodologi Penelitian. Kementerian
(2019). The Relationship of the FOUR Kesehatan Republik Indonesia.
Score to Patient Outcome: A http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiks
Systematic Review. Journal of dmk/wp-
Neurotrauma, 36(17), 2469–2483. content/uploads/2017/11/Daftar-isi-
https://doi.org/10.1089/neu.2018.624 Metodologi-Penelitian_k1_restu.pdf
3
Iyer, V. N., Mandrekar, J. N., Danielson, R.
Gorji, M. A. H., Hoseini, S. H., Gholipur, D., Zubkov, A. Y., Elmer, J. L., &
A., & Mohammadpur, R. A. (2014). A Wijdicks, E. F. M. (2009). Validity of
comparison of the diagnostic power of the FOUR score coma scale in the
the Full Outline of Unresponsiveness medical intensive care unit. Mayo
scale and the Glasgow coma scale in Clinic Proceedings, 84(8), 694–701.
the discharge outcome prediction of https://doi.org/10.4065/84.8.694
patients with traumatic brain injury
Kemenkes RI. (2009). Profil Data
admitted to the intensive care unit.
Kesehatan Indonesia. In Profil Data
Saudi Journal of Anaesthesia, 8(2),
Kesehatan Indonesia Tahun 2009.
193–197.
http://www.depkes.go.id
https://doi.org/10.4103/1658-
354X.130708 Kemenkes RI. (2017). Buku Panduan
Penilaian Teknologi Kesehatan
Hartanto, A. S., Basuki, A., & Juli, C.
Efektivitas Klinis Buku Panduan
(2019). Correlation of Glasgow Coma
Penilaian Teknologi Kesehatan
Scale Score at Hospital Admission
Efektivitas Klinis. p 1-44.
with Stroke Hemorrhagic Patient
Mortality at Hasan Sadikin Hospital. Kementerian Kesehatan RI. (2010).
10
Pedoman Penyelenggaraan- Orban, J. C., Walrave, Y., Leone, M.,
Pelayanan ICU di Rumah Sakit. Allaouchiche, B., Lefrant, J. Y.,
Kementerian Kesehatan Republik Constantin, J. M., Jaber, S., & Ichai, C.
Indonesia. (2015). Causes and characteristics of
death in ICU : a national study.
Khajeh, A., Fayyazi, A., Miri-Aliabad, G.,
3(Suppl 1), 1–2.
Askari, H., Noori, N., & Khajeh, B.
https://doi.org/10.1186/2197-425X-3-
(2014). Comparison between the
S1-A770
ability of glasgow coma scale and full
outline of unresponsiveness score to Parahoo, K., Thompson, K., Cooper, M.,
predict the mortality and discharge Stringer, M., Ennis, E., & McCollam,
rate of pediatric intensive care unit P. (2003). Stroke: Awareness of the
patients. Iranian Journal of signs, symptoms and risk factors - A
Pediatrics, 24(5), 603–608. population-based survey.
Cerebrovascular Diseases, 16(2),
Khan, T., Stecker, M., & Stecker, M.
134–140.
(2015). Evaluating the patient with
https://doi.org/10.1159/000070593
loss of consciousness. Surgical
Neurology International, 6(7), S262- Putra, I. A. E., Sutarga, I., Kardiwinata, M.,
265. https://doi.org/10.4103/2152- Suariyani, N., Septarini, N., &
7806.157615 Subrata, I. (2016). Modul Penelitian
Uji Diagnostik Dan Skrining.
Kwizera, A., Dünser, M., & Nakibuuka, J.
Program Studi Kesehatan Masyarakat
(2012). National intensive care unit
Fakultas Kedokteran Universitas
bed capacity and ICU patient
Udayana, 45.
characteristics in a low income
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file
country. https://doi.org/10.1186/1756-
_pendidikan_1_dir/d204d4a5ad0870a
0500-5-475
0965416e671a38791.pdf
Margaret Kelly-Hayes. (2016). Influence of
Rexrode, K. M., Madsen, T. E., Yu, A. Y.
Age and Health Behaviors on Stroke
X., Carcel, C., Lichtman, J. H., &
Risk: Lessons from. National
Miller, E. C. (2022). The Impact of Sex
Instritutes Of Health, 58(Suppl 2), 1–
and Gender on Stroke. 512–528.
8. https://doi.org/10.1111/j.1532-
https://doi.org/10.1161/CIRCRESAH
5415.2010.02915.x.Influence
A.121.319915
Middleton, P. M. (2012). Practical use of
Reynolds, S., Marikar, Di., & Roland, D.
the Glasgow Coma Scale; a
(2018). Management of children and
comprehensive narrative review of
young people with an acute decrease
GCS methodology. Australasian
in conscious level (RCPCH guideline
Emergency Nursing Journal, 15(3),
update 2015). Archives of Disease in
170–183.
Childhood: Education and Practice
https://doi.org/10.1016/j.aenj.2012.06
Edition, 103(3), 146–151.
.002
https://doi.org/10.1136/archdischild-
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi 2016-310574
Penelitian Kesehatan. PT. Rineka
Rohaut, B., Eliseyev, A., & Claassen, J.
Cipta.
(2019). Uncovering Consciousness in
O’Callaghan, P. (2016). Transient loss of Unresponsive ICU Patients:
consciousness. Medicine (United Technical, Medical and Ethical
Kingdom), 44(8), 480–483. Considerations. Critical Care, 23(1).
https://doi.org/10.1016/j.mpmed.2016 https://doi.org/10.1186/s13054-019-
.05.007 2370-4
11
Rudini, D. (2018). EFEKTIFITAS Kejadian Infeksi Nosokomial
ANTARA ALAT UKUR COMA Pneumonia Pada Pasien Yang
RECOVERY SCALE – REVISED Terpasang Ventilator Di Ruang
(CRS-R), FULL OUTLINE Intensive Care. Jom, 2(1), 590–599.
UNRESPONSIVENESS (FOUR)
Temiz, N. C., Kose, G., Tehli, O., Acikel,
SCORE, DAN GLASGOW COMA
C., & Hatipoglu, S. (2018). A
SCALE (GCS) DALAM MENILAI
comparison between the effectiveness
TINGKAT KESADARAN PASIEN
of full outline of unresponsiveness and
DI UNIT PERAWATAN INTENSIF
Glasgow Coma Score at neurosurgical
RSUD RADEN MATTAHER JAMBI
intensive care unit patients. Turkish
Dini. Jurnal Ilmiah Ilmu Terapan
Neurosurgery, 28(2), 248–250.
Universitas Jambi, 1(1), 1–13.
https://doi.org/10.5137/1019-
http://link.springer.com/10.1007/978-
5149.JTN.19504-16.0
3-319-76887-
8%0Ahttp://link.springer.com/10.100 Trefan, L., Houston, R., Pearson, G.,
7/978-3-319-93594- Edwards, R., Hyde, P., Maconochie,
2%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/B978 I., Parslow, R. C., & Kemp, A. (2016).
-0-12-409517-5.00007- Epidemiology of children with head
3%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.jff.2 injury: A national overview. Archives
015.06.018%0Ahttp://dx.doi.org/10.1 of Disease in Childhood, 101(6), 527–
038/s41559-019-0877-3%0Aht 532.
https://doi.org/10.1136/archdischild-
S. Notoadmodjo. (2012). Metodologi
2015-308424
Penelitian Kesehatan. In Metodologi
Penelitian Kesehatan. PT Rineka Vincent, J., Einav, S., Pearse, R., Jaber, S.,
Cipta. Kranke, P., Overdyk, F. J., Whitaker,
D. K., Gordo, F., Dahan, A., & Hoeft,
Silvitasari, I., Purnomo, H. D., & Sujianto,
A. (2018). Improving detection of
U. (2017). Sensitivity and Specificity
patient deterioration in the general
of Full Outline of Unresponsiveness
hospital ward environment. 0, 325–
Score and Glasgow Coma Scale
333.
towards Patients’ Outcomes at the
https://doi.org/10.1097/EJA.0000000
Intensive Care Units. IOSR Journal of
000000798
Nursing and Health Science, 06(01),
10–13. https://doi.org/10.9790/1959- Wijdicks, E. F. M., Bamlet, W. R.,
0601031013 Maramattom, B. V., Manno, E. M., &
McClelland, R. L. (2005). Validation
Siyoto, S., & Sodik, M. A. (2015). DASAR
of a new coma scale: The FOUR score.
METODOLOGI PENELITIAN (Ayup
Annals of Neurology, 58(4), 585–593.
(ed.); Cetakan 1). Literasi Media
https://doi.org/10.1002/ana.20611
Publishing.
Sujianto, U., Silvitasari, I., & Purnomo, H.
D. (2017). Reliabilitas Instrumen GCS
Dan FOUR Score Untuk Menilai
Tingkat Kesadaran Pasien Di Ruang
ICU 2017. Adi Husada Nursing
Journal, 3(1), 23–27.
https://adihusada.ac.id/jurnal/index.ph
p/AHNJ/article/view/72
Susanti, E., Utomo, W., & Dewi, Y. I.
(2015). Identifikasi Faktor Resiko
12

Anda mungkin juga menyukai