Anda di halaman 1dari 7

SAINS

ISLAM
DAN PEMBENTUKAN
RENAISSANS
EROPA
GEORGE SALIBA

The MIT Press


Cambridge, Massachausets
London, England

2007

Ditrasnsliterasikan ke dalam Bahasa Indonesia oleh:

Agung Sholihin, Andi Gumungtiri, Argarry Akbar, Faiq Falahi, Hidayat Edi Santoso, Lexi Z.
Hikmah, Moch. Taufiqurrahman, Novie Febrianti, Rico, Rinawati, Rizky Prayogo, Rusdiana,
Saifil Muiz, Sofyan R.H. Zaid.

Desember, 2023
14x20. hlm. vii + 294

Sebagai pemenuhan tugas UAS mata kuliah Ilmu dan Sejarah Peradaban Islam program
Magister Ilmu Agama Islam,Universitas Paramadina, bersama Prof. Dr. Herdi Syahrazad.
Daftar Isi

Pengantar iii

1. Tradisi Ilmiah Islam: Pertanyaan tentang Permulaan I 1


2. Tradisi Ilmiah Islam: Pertanyaan tentang Permulaan II 26
3. Pertemuan Dengan Tradisi Ilmiah Yunani 74
4. Astronomi Islam Mendefinisikan Dirinya Sendiri:
Inovasi-inovasi Kritis 134
5. Sains, Antara Filsafat dan Agama: Kasus Astronomi 173
6. Sains Islam dan Renaissans Eropa: Koneksi Copernican 195
7. Era Kemunduran: Kesuburan Pemikiran Astronomi 232

Catatan dan Rujukan 256


Bibliografi 280
Index 294

II
Pengantar

Ini pada dasarnya adalah sebuah esai historiografi. Buku ini mengkritik tren historiografi ilmu
pengetahuan Islam dan Arab saat ini dan berupaya memanfaatkan temuan-temuan sejarah
terbaru untuk mengusulkan historiografi baru yang dapat menjelaskan dengan lebih baik
perkembangan ilmiah dan, dalam pengertian yang lebih umum, tren-tren utama dalam sejarah
intelektual peradaban Islam. Hal ini menyentuh periodisasi, hubungan sains dengan lingkungan
intelektual umum, dimensi sosial dan politik dari produksi ilmiah, dan hubungan antara detil
teknis ilmiah, dalam disiplin tertentu serta dukungan dan pengakuan sosial dari disiplin ilmu
tersebut.

Gagasan utama yang dibahas di sini telah diartikulasikan, sebagai pendahuluan, dalam buku
saya al-Fikr al-'ilmi al-'Arabi (Balamand University Press, Lebanon, 1998). Kini buku tersebut
tersedia—yang dikembangkan secara lebih luas dalam beberapa bidang utama yang lain—bagi
mereka yang tidak bisa membaca bahasa Arab. Tesis utama yang diungkapkan dalam tesis di
buku ini dari yang sebelumnya di dalam al-Fikr didukung oleh bukti yang lebih lengkap. Lebih
jauh lagi, literatur-literatur baru yang muncul sejak terbitnya al-Fikr, khususnya yang memuat
tesis utama buku tersebut, dikritik dalam buku ini. Maka, hal ini dapat dilihat sebagai kritik
terhadap isi literatur tersebut, dan terhadap kesimpulan yang dicapai di dalamnya. Penelitian
yang cermat terhadap kesimpulan-kesimpulan tersebut diperlukan karena adanya bukti-bukti
baru yang menimbulkan keraguan mengenai validitas kesimpulan-kesimpulan tersebut.

Istilah "ilmu pengetahuan Islam" dan "astronomi Arab", yang digunakan secara luas dalam
buku ini, memerlukan penjelasan yang jelas. Yang dimaksud dengan “ilmu pengetahuan Islam”
adalah ilmu-ilmu yang dikembangkan dalam peradaban Islam dan tidak termasuk dalam
lingkup disiplin ilmu yang biasanya disebut dengan ungkapan Arab al-'ulum al-islamiya
(ilmu-ilmu Islam). Rumpun ilmu yang disebut terakhir itu biasanya membahas pemikiran
keagamaan Islam secara mutlak dan karenanya tidak menjadi perhatian utama dalam buku ini.
Sebaliknya, “ilmu-ilmu Islam” yang dipelajari di sini adalah yang biasanya dianggap sebagai

III
bagian dari ilmu-ilmu yang “asing” atau “rasional” ('ulum al’-awail atau ulum al-aqliya), atau
bahkan ilmu-ilmu "filosofis" (al-'ulum al-falsafiya atau al-hikmiya), pada zaman Islam klasik,
dan sama sekali tidak menunjuk pada ilmu agama, fiqih, tafsir, linguistik, atau ilmu-ilmu
Al-Qur'an yang biasanya digolongkan tersendiri sebagai al-'ulum al-naqliya (ilmu-ilmu yang
ditranmisikan). Oleh karena itu, di sini, kata "Islam" digunakan dalam pengertian peradaban
yang lebih kompleks dan bukan dalam pengertian keagamaan itu.

Istilah "Arab" mendapat validasi dalam dua cara utama: Pertama, bahasa Arab telah lama
menjadi bahasa ilmiah peradaban Islam, dari abad kedelapan dan kesembilan hingga zaman
kita sekarang, sama seperti bahasa Arab., ilmu-ilmu agama juga, terlepas dari wilayah
geografis di mana ilmu-ilmu tersebut ditulis atau dipelajari. Kondisi-kondisi ini, yang terjadi
sepanjang sebagian besar sejarah Islam, membuka berbagai jalan bagi orang-orang dari
berbagai ras dan latar belakang agama untuk berpartisipasi dalam produksi peradaban ini.
Orang-orang yang sama mungkin berbicara dalam bahasa Persia, Syria, atau bahkan kemudian
bahasa Turki dan Urdu di rumah. Namun mereka sebagian besar mengekspresikan produksi
intelektual mereka, dan khususnya bagian ilmiahnya, dalam bahasa Arab, misalnya seperti Ibnu
Maymun (Maimonides) yang menulis sebagian besar karya filosofis dan medisnya dalam
bahasa Arab sambil menggunakan bahasa Ibrani untuk produksi keagamaan dan yuridisnya.
Kedua, sejarah disiplin ilmu astronomi digunakan dalam buku ini sebagai acuan untuk
menggambarkan periodisasi dan naik turunnya pemikiran ilmiah Islam pada umumnya. Dan
jenis ilmu astronomi yang paling lazim dalam peradaban Islam, dan juga paling dinamis,
adalah ilmu astronomi baru yang disebut 'ilm al-hay'a (ilmu tentang konfigurasi [dunia] =
Astronomi) , sebuah frasa Arab yang--sebenarnya--tidak ada padanannya dalam bahasa Yunani.
Astronomi inilah yang terus ditulis hampir secara eksklusif dalam bahasa Arab sejak abad
kesembilan. Astronomi inilah yang menjadi fokus utama buku ini. Lebih jauh lagi, sepanjang
sejarah intelektual Islam, tidak pernah ada istilah “Astronomi Arab” yang mungkin diartikan
bahwa astronomi ini dengan cara apa pun terbatas pada lingkup geografis wilayah berbahasa
Arab, atau bahwa bahasa Arab adalah wilayah yang berbahasa Arab sebagai bahasa eksklusif
disiplin itu. Cara penggunaan istilah ini di sini berarti bahwa bahasa Arab jelas merupakan
bahasa yang digunakan dalam sebagian besar karya disiplin ini ditulis, sebagaimana dibuktikan
oleh sebagian besar teks yang masih ada.

Meskipun buku ini ditulis dalam bahasa Inggris, dan mungkin nantinya akan muncul dalam
bahasa-bahasa Eropa lainnya, pesan utamanya mungkin akan diterima secara berbeda oleh para
pembaca yang merasakan rasa kekeluargaan dengan peradaban Islam, apapun afiliasi ras,

IV
kebangsaan, bahasa, atau agama mereka. Bagi para pembaca, isu-isu yang dibahas di sini
mungkin akan menjadi yang paling masuk akal, terlepas dari apakah mereka ingin menyebut
produksi ini sebagai produksi Islam atau Arab. Dan kepada para pembaca yang sama, saya
menyampaikan undangan untuk berpartisipasi dalam diskusi yang saya harap dapat dihasilkan
oleh buku ini.

Namun saya harus segera mengingatkan para pembaca untuk tidak membaca buku ini sebagai
sebuah ekspresi kehebatan tradisi ilmiah Islam, meskipun ia memang merupakan salah satu
tradisi terbesar di antara tradisi-tradisi tersebut, namun membacanya sebagai sebuah ajakan
untuk merefleksikan makna sejarah mereka sendiri, terutama di masa “pasca-kolonial” namun
sangat “kolonial” bagi dunia Muslim dan Arab.

Saya dengan tulus ingin mengajak para pembaca untuk mempertimbangkan pada akhirnya jenis
sejarah yang dapat ditulis ketika kita tidak lagi menekankan sejarah politik dan agama yang
lazim yang sering dinarasikan tanpa membuat mual, dan lebih mengutamakan produksi ilmiah
serta kompleksitas sosial, ekonomi, dan kondisi intelektual yang memungkinkan terjadinya
produksi tersebut.

Jika ada pelajaran yang bisa dipetik di sini dari sejarah ilmu pengetahuan untuk zaman modern
kita, dan jika ada harapan untuk belajar sesuatu tentang mekanisme sosial, politik, dan ekonomi
yang memungkinkan produksi ilmu pengetahuan menjadi makmur, untuk tujuan pembangunan
modern di dunia yang hampir semua negara berkembang, terlepas dari warisan agama atau
budayanya, harus berpijak pada sejarah ilmu pengetahuan yang memperhatikan seluk-beluk
teknis pemikiran ilmiah itu sendiri, dan pada saat yang sama menyelidiki aspek sosial, politik,
situasi ekonomi yang meliputinya, yangmana dalam sudut pandang tersebut masih
memungkinkan pemikiran ini berkembang. Buku ini dimaksudkan untuk menjelaskan hal
tersebut.

Sekarang saya beralih ke tugas yang paling menyenangkan, yaitu menyebut semua bantuan
yang saya terima selama ini sehingga buku ini dapat terwujud. Dalam hal ini, rasa terima kasih
saya yang terdalam pertama-tama harus saya sampaikan kepada M. Francois Zabbal, dari
Institut du Monde Arabe (Paris), karena telah memungkinkan pengungkapan pertama buku ini
ketika beliau mengundang saya untuk memberikan isi awalnya sebagai serangkaian ceramah di
bawah naungan La Chaire de l'Institut du Monde Arabe sepanjang musim semi tahun 2004.
Namun tentu saja masih banyak lagi yang namanya tidak disebutkan karena menghindari
ketaktersebutan sejumlah nama karena begitu banyaknya nama yang hendak disebutkan.

V
Namun, dalam proses mengubah isi ceramah-ceramah awal tersebut menjadi sebuah buku, saya
tidak bisa tidak memberikan penghormatan kepada orang-orang tertentu yang tanpa nasihat dan
dorongannya buku ini tidak akan pernah terbit. Di antara mereka yang mewujudkan buku ini
adalah Jed Buchwald, editor seri (jurnal?--pen) Transformations, dan kolega serta teman saya
Noel Swerdlow. Dorongan yang saya terima dari kedua orang tersebut dan kritik-kritik yang
sangat berharga sungguh tak terhitung banyaknya, dan tentunya sangat membantu
menyelamatkan saya dari banyak kesalahan dan kekeliruan. Apapun kesalahan dan salah
pernyataan yang ada, sepenuhnya merupakan kesalahan saya sendiri dan tidak ada orang lain
yang boleh dianggap terlibat dalam kebodohan saya.

Ucapan terima kasih yang khusus juga harus saya sampaikan kepada M. Alain Segonds, dari
Belles Lettres, Paris, yang membaca naskah ini dengan sangat teliti ketika masih dalam tahap
paling awal, dan yang menyarankan sejumlah koreksi yang membantu saya untuk
mempertajam argumen. Saya juga berhutang budi kepada para mahasiswa saya dan kepada
berbagai kalangan yang telah mengikuti kuliah umum saya selama bertahun-tahun, ketika saya
pertamakali mulai menggali bibit-bibit gagasan tersebut, yang belum dirumuskan secara utuh,
dan kini dikembangkan lebih lanjut dalam buku ini. Orang-orang itu dengan sabar
mendengarkan apa yang bagi mereka terdengar seperti pemikiran setengah matang, dan, selalu
mendorong saya untuk mengembangkan ide-ide tersebut lebih jauh guna mencapai bentuk yang
telah saya capai sekarang.

Pada saat yang sama saya juga berterima kasih kepada semua pihak (kawan-kawan Prancis)
yang telah menjadikan malam musim semi di Paris begitu indah sebab telah setia
berbondong-bondong datang ke Institut du Monde Arabe di Paris, setiap Selasa malam, selama
enam minggu pada bulan Mei dan Juni 2004 , untuk berpartisipasi dalam presentasi formal
ceramah yang menjadi dasar buku ini. Kepada orang-orang tersebut, saya secara khusus
berterima kasih kepada mereka yang mengajukan berbagai pertanyaan menantang yang
memaksa saya untuk mempertimbangkan kembali sejumlah besar permasalahan dan
mengartikulasikannya kembali dengan lebih tepat. Namun pertanyaan-pertanyaan tersebut
tidak akan muncul jika bukan karena tim penerjemah secara simultan dan begitu rajin
menerjemahkan ceramah bahasa Inggris saya yang tidak tertulis ke dalam bahasa Prancis yang
koheren; suatu prestasi yang terus membuat saya takjub.

Semua orang tersebut sama sekali tidak bertanggung jawab atas ambiguitas yang tak
terhindarkan yang mungkin masih ada dalam usulan formulasi historiografi ilmiah Arab yang

VI
baru ini. Karena sifat dari proposal ini menjadikannya rentan terhadap bahaya eksperimental
yang ditimbulkan oleh hal-hal baru.

Saya juga berhutang budi kepada teman-teman dan rekan-rekan saya, baik di Amerika Serikat
maupun di Perancis, yang bidang keahliannya sangat mirip dengan sejarah ilmu pengetahuan
Arab, dan yang telah memberikan apresiasi terbesarnya kepada saya dengan menghadiri kuliah
di IMA dan dengan menunjukkan, demi kebaikan saya, kekuatan dan kelemahan argumen yang
saya buat di sana. Perbaikan-perbaikan halus itulah yang tidak dapat lagi dipisahkan dari alur
pemikiran utama saya, juga tidak dapat dicatat secara terpisah, yang kini telah menjadi bagian
tak terpisahkan dari keyakinan saya dan, tentu saja, menjadi masukan bagi pemikiran terkini
saya mengenai subjek tersebut. Dalam pengertian global ini, saya berterima kasih kepada
mereka atas perbaikan tersebut. Namun begitu, saya tetap harus menyebutkan teman-teman dan
rekan-rekan saya yang terkasih: Profesor Muhsin Mahdi dari Harvard, yang menyemangati
saya dengan kehadirannya di beberapa kuliah bahkan ketika dia sedang tidak enak badan, dan
M. Maroun Aouad, dari CNRS di Paris, karena telah memberi saya kesempatan menyenangkan
dalam berargumen selama bertahun-tahun, dan yang tidak pernah gagal menunjukkan
kebodohan saya dengan sangat sopan. Sekarang dia jelas menyadari bahwa dia belum berhasil
menyembuhkan saya sepenuhnya. Kebodohan yang masih ada dalam buku ini dapat dengan
mudah membuktikan hal itu. Namun jika salah satu argumen yang saya buat di sini dapat
memberikan sedikit perubahan dalam mengubah pemikiran masyarakat tentang hakikat ilmu
pengetahuan Arab dan Islam, maka semua argumen tersebut tidak akan sia-sia, dan sebaliknya,
saya dengan senang hati menerima tanggung jawab atas kegagalannya jika itu terjadi.

Juga kepada editor naskah di The MIT Press yang dengan baik hati mau mendengarkan saya
dan mengikuti permintaan saya untuk "bersikap ringan" (atas naskah buku ini--pen).

Yang terakhir, saya juga harus berterima kasih kepada semua orang-orang luar biasa di Pusat
Perpustakaan Kongres Kluge yang memungkinkan penerbitan buku ini dengan menawarkan
kepada saya, selama tahun cuti panjang saya, sebuah ruang kerja yang saya gambarkan sebagai
portal terdekat ke surga sejauh yang pernah saya lihat.

VII

Anda mungkin juga menyukai