Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH SOSIAL BUDAYA KESEHATAN MASYARAKAT

PENYAKIT KUSTA DI MASYARAKAT AMBON

Dosen pengampu : Ismiati,SKM.,M,KES


Disusun Oleh :
NAMA : Rizal Afrianto
NIM: P01770223038

POLITEKNIK KEMENTERIAN KESEHATAN BENGKULU


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
JURUSAN PROMOSI KESEHATAN
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat serta karunia-Nya
sehingga makalah dengan berjudul 'Penyakit kusta di masyarakat ambon' dapat selesai.

Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas semester 1 tingkat 1A dari Dosen
pengampu bunda Ismiati,SKM,.M.KES pada mata kuliah sosial budaya kesehatan
masyarakat. Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada
pembaca tentang 'Penyakit kusta di masyarakat ambon'

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bunda Ismiati,SKM,.M.KES


selaku dosen mata kuliah SOSBUD. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah
wawasan penulis berkaitan dengan topik yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima
kasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan
makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketidaksempurnaan
yang pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran
dari pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Bengkulu,10 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

1.1Pengertian penyakit kusta........................................................................................... 2


1.2Penyebab penyakit kusta.............................................................................................. 2
1.3Jenis jenis kusta ............................................................................................................. 3
1.4Gejala kusta..................................................................................................................... 4
1.5Diagnosis kusta...............................................................................................................4

BAB III PENUTUP


2.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 6
2.2 Saran ............................................................................................................................. 6
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................7

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dinas Kesehatan Kota Ambon di Provinsi Maluku menemukan 26 kasus baru kusta selama
triwulan pertama tahun 2023, Kepala Bidang Pencegahan Penyakit Menular Dinas
Kesehatan Kota Ambon Rames Talle di Ambon, Rabu, mengatakan bahwa dengan
tambahan 26 kasus yang ditemukan selama Januari sampai Maret 2023 maka jumlah kasus
kusta di Ambon seluruhnya sebanyak 116 kasus, "Hingga 2023, jumlah kasus kusta, baik
kasus baru, terdaftar, maupun yang masih dalam pengobatan mencapai 116 kasus,"
katanya,

Ia menjelaskan bahwa istilah kasus baru digunakan untuk kasus kusta yang ditemukan
pada tahun berjalan dan kasus terdaftar digunakan untuk kasus kusta yang ditemukan tahun
sebelumnya tetapi masih dalam proses pengobatan, Rames mengatakan bahwa selama
tahun 2022 ada 78 kasus baru kusta dan 95 kasus kusta terdaftar di Kota Ambon, Ia
menjelaskan bahwa di antara penderita kusta di Kota Ambon ada yang mengalami
kecacatan tingkat satu maupun kecacatan tingkat dua, Menurut dia, kecacatan tingkat satu
belum sampai menimbulkan perubahan pada anatomi, sedangkan kecacatan tingkat dua
sudah menunjukkan perubahan pada anatomi tetapi tidak banyak, Rames menyampaikan
bahwa pengobatan pasien kusta ditujukan untuk mencegah penularan penyakit serta
mencegah terjadinya kecacatan, Selain mengupayakan semua penderita kusta mendapat
pengobatan,

Dinas Kesehatan Kota Ambon meningkatkan penyuluhan untuk menghilangkan stigma


terhadap penderita kusta."Stigma yang menyebabkan penderita kusta dan keluarganya
dijauhi, bahkan dikucilkan oleh masyarakat," kata Rames, Dia menyampaikan bahwa kusta
dapat diobati dan bisa dicegah penularannya. "Penyakit kusta sebenarnya dapat
disembuhkan tanpa cacat bila penderita ditemukan dan diobati secara dini," katanya, Kusta
disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae. Penyakit ini menyerang bagian
saraf ekstremitas, saluran pernapasan atas, dan lapisan hidung, Penyakit kusta dapat
menyebabkan kerusakan pada saraf, luka pada kulit, dan melemahnya otot, Menurut
Rames, penyakit kusta dapat menular melalui kontak erat secara terus menerus dan dalam
waktu yang lama dengan penderita.

B. Rumusan Masalah
Dengan Latar Belakang di atas maka kami rumuskan masalah ini menjadi :
1. Apa yang dimaksud dengan panyakit kusta ?
2. Bagaimana penyakit kusta dapat menular?
3. Cara pencegahan penyakit kusta?

C. Tujuan Penulisan
1. Memberikan gambaran dan pengetahuan kepada pembaca, khususnya Mahasiswa dan
Mahasiswa tentang bahaya penyakit kusta dan cara pencegahannya
2. Melatih Mahasiswa dan Mahasiswi menulis makalah untuk beberapa mata kuliah
yang selanjutnya.

1
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Pengertian penyakit kusta


Penyakit kusta atau yang dikenal sebagai penyakit Hansen adalah sebuah infeksi bakteri
yang memengaruhi sistem saraf, kulit, hidung, dan mata. Dengan adanya perawatan dini
pada penderita kusta, maka bisa mencegah terjadinya kerusakan permanen.

Penyakit kusta atau lepra disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang menyerang kulit
dan jaringan saraf perifer serta mata dan selaput yang melapisi bagian dalam hidung, WHO
mengklasifikasikan kusta ke dalam 2 kelompok, yaitu: Pausibasiler: 1-5 lesi, kusta jenis
ini menyebabkan rasa baal yang jelas dan menyerang satu cabang saraf, Multibasiler: lesi
>5, kusta multibasiler tak seperti pausibasiler, rasa baalnya tidak jelas, dan menyerang
banyak cabang saraf. Bakteri ini tumbuh lambat dan tidak mudah menyebar.

mereka yang terkena penyakit ini sebenarnya bisa terus bekerja dan memiliki kehidupan
yang aktif selama mereka melakukan perawatan. Penyakit kusta seringkali diiringi
informasi yang menyebar di masyarakat bahwa penyakit ini adalah sebuah penyakit yang
sangat mudah ditularkan. Namun saat ini para ahli mengetahui bahwa itu adalah hal tidak
benar. Selain itu, penyakit kusta juga bisa diobati,meskipun perawatan tidak dapat
membalikkan kerusakan yang ada.
1.2 Penyebab penyakit kusta
Kusta merupakan jenis penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi
bakteri Mycobacterium leprae, di mana bakteri ini dapat menular dari satu orang ke
orang lainnya melalui droplet. Seseorang dapat tertular kusta apabila terkena percikan
air liur dari penderitanya.

Bakteri ini membutuhkan waktu lama untuk berkembang biak dalam tubuh
pengidapnya. Kusta juga memerlukan kontak dalam waktu lama untuk bisa menularkan
infeksi. Anda tidak akan dengan mudah tertular hanya dengan bersalaman, duduk
bersama, bahkan berhubungan seksual.

Selain dari penyebab utama di atas, kusta juga dapat menjangkit orang-orang dengan
beberapa faktor, seperti:

• Sistem kekebalan tubuh terganggu


• Berkunjung atau menetap ke kawasan endemik kusta
• Bersentuhan dengan hewan yang dapat menyebarkan bakteri kusta, seperti
armadillo

2
1.3 Jenis jenis kusta

Kusta terbagi menjadi enam jenis berdasarkan tingkat keparahan gejalanya, berikut masing-
masing penjelasannya.

1. Lepromatous leprosy
Jenis kusta ini ditandai dengan lesi yang tersebar simetris. Lesi yang timbul mengandung
banyak bakteri juga disertai rambut rontok, kelemahan otot, dan gangguan saraf.

2. Borderline lepromatous leprosy


Gejala kusta yang satu ini adalah kemunculan lesi dengan jumlah banyak dan bentuknya datar
atau benjolan, biasanya juga disertai gejala mati rasa.

3. Mid-borderline leprosy
Gejalanya adalah lesi kemerahan yang menyebar secara acak dan tidak simetris, disertai mati
rasa dan juga pembengkakan kelenjar getah bening di sekitar kusta.

4. Tuberculoid leprosy
Penyakit kusta yang satu ini memunculkan lesi datar berukuran besar, disertai pembesaran
saraf dan mati rasa.

5. Borderline tuberculoid leprosy


Kusta ini ditandai dengan kemunculan lesi berukuran lebih kecil dan lebih banyak
dibandingkan lesi pada tuberculoid leprosy.

6. Intermediate leprosy
Jenis penyakit kusta ini ditandai dengan munculnya lesi datar dengan warna pucat. Apabila
sistem imun penderita dalam kondisi yang baik, kemungkinan besar dapat sembuh dengan
sendirinya.

3
1.4 Gejala kusta

Gejala kusta pada awalnya tidak tampak jelas. Bahkan, pada beberapa kasus gejala kusta
baru bisa terlihat setelah bakteri kusta berkembang biak dalam tubuh penderita selama
20-30 tahun. Beberapa gejala kusta yang dapat dirasakan penderitanya adalah

• Anhidrosis, yaitu kulit tidak mengeluarkan keringat


• Luka pada telapak kaki tidak terasa nyeri
• Kulit menjadi mati rasa, termasuk kehilangan kemampuan untuk merasakan sentuhan,
tekanan, suhu, bahkan rasa nyeri
• Kulit terasa kering dan kaku
• Saraf membesar, umumnya pada lutut dan siku
• Alis dan bulu mata rontok permanen
• Mengalami mimisan
• Muncul bercak dengan warna lebih terang daripada kulit sekitarnya
• Terdapat benjolan atau bengkak pada telinga dan wajah
• Otot kaki dan tangan melemah
• Mata jarang mengedip dan menjadi kering

Berdasarkan tingkat keparahan gejala, kusta dikelompokkan menjadi 6 (enam) jenis, yaitu

• Intermediate leprosy, ditandai dengan beberapa lesi datar berwarna pucat atau lebih
cerah dari warna kulit sekitarnya yang kadang sembuh dengan sendirinya.

• Tuberculoid leprosy, ditandai dengan beberapa lesi datar yang kadang berukuran
besar, mati rasa, dan disertai dengan pembesaran saraf.

• Borderline tuberculoid leprosy, ditandai dengan munculnya lesi yang berukuran


lebih kecil dan lebih banyak dari tuberculoid leprosy.

• Mid-borderline leprosy, ditandai dengan banyak lesi kemerahan, yang tersebar


secara acak dan asimetris, mati rasa, serta pembengkakan kelenjar getah bening
setempat.

• Borderline lepromatous leprosy, ditandai dengan lesi yang berjumlah banyak bisa
berbentuk datar, benjolan, nodul, dan terkadang mati rasa.

• Lepromatous leprosy, ditandai dengan lesi yang tersebar dengan simetris, umumnya
lesi yang timbul mengandung banyak bakteri, dan disertai dengan rambut rontok,
gangguan saraf, serta kelemahan anggota gerak.

4
1.5 Diagnosis kusta

Dalam melakukan diagnosis pada pasien kusta, dokter akan menanyakan terlebih dahulu terkait
gejala atau keluhan yang dialami pasien, kemudian dilanjutkan dengan memeriksa kulit. Dalam
pemeriksaan ini, dokter melakukan pengamatan apakah muncul lesi pada kulit.

Selanjutnya, guna memastikan diagnosis secara tepat, dokter akan mengambil sampel kulit
dengan cara skin smear (dikerok). Nantinya, sampel ini akan dianalisis di laboratorium untuk
mengetahui keberadaan bakteri penyebab kusta.

Apabila kusta yang diderita sudah cukup parah, biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan
pendukung untuk mendeteksi apakah bakteri tersebut sudah menyebar ke organ lain atau
belum. Adapun pemeriksaan yang dilakukan untuk kusta adalah:

• Hitung darah lengkap


• Pemeriksaan fungsi hati atau liver
• Tes kreatinin
• Menjalani biopsi saraf

1.6 Pengobatan kusta

Metode utama yang dilakukan dalam pengobatan kusta adalah menggunakan obat antibiotik.
Penderita kusta akan diberikan obat antibiotik yang dikonsumsi selama 1-2 tahun, adapun
durasi, jenis, dan dosisnya sendiri akan disesuaikan dengan jenis kusta yang diderita.

Di Indonesia sendiri, pengobatan kusta yang paling umum diterapkan adalah metode Multidrug
Therapy (MDT), yaitu prosedur pengobatan yang mengkombinasikan dua antibiotik atau lebih.
Apabila dibutuhkan penanganan lanjutan, biasanya akan dilakukan operasi dengan tujuan:

• Mengembalikan fungsi anggota tubuh


• Menormalkan kembali saraf yang rusak
• Memperbaiki bentuk tubuh yang mengalami kecacatan

5
BAB III
PENUTUP

2.1KESIMPULAN DAN SARAN

Kusta adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi mycrobacterium leprae. Kusta
menyerang rbagai bagian tubuh diantaranya saraf dan kulit. Penyakit ini adalah tipe
penyakit granulomatosa pada saraf tepi dan mukosa dari saluran pernafasan atas dan lesi
pada kulit, saraf-saraf, anggota gerak dan mata. Tidak seperti mitos yang beredar di
masyarakat, kusta tidak menyebabkan pelepasan anggota tubuh yang begitu mudah seperti
pada penyakit tzaraath yang digambarkan dan sering disamakan dengan kusta.

Tujuan pembuatan Makala ini untuk memberitahukan cara pencegahan penyakit kusta
dan memberikan infomasi terkait bahaya nya penyakit kusta dan dapat mencegah penyakit
kusta menjadi lebih banyak yang tertular dan dan di tangani secara benar saat ada yang
tertular,

6
DAFTAR PUSTAKA

afrianto, r. (2023, oktober 10). Apa itu Kusta - Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya. Retrieved from
siloamhospitals.com: https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-
kusta

afrianto, r. (2023, oktober 10). dinas kesehatan ambon temukan 26 kasus kusta baru. Retrieved from
antaramaluku.com: https://ambon.antaranews.com/berita/161826/dinas-kesehatan-ambon-
temukan-26-kasus-kusta-baru

afrianto, r. (2023, oktober 10). dinkes-ambon-intensif-sosialiasi-pencegahan-dan-pengobatan-kusta.


Retrieved from ambon.antaranews.com:
https://ambon.antaranews.com/berita/163758/dinkes-ambon-intensif-sosialiasi-
pencegahan-dan-pengobatan-kusta

afrianto, r. (2023, oktober 10). Mengenal Kusta. Retrieved from yankes.kemkes.go.id/:


https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/142/mengenal-kusta

Anda mungkin juga menyukai