Anda di halaman 1dari 35

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LABUHANBATU

Nomor 28 Tahun 2011 Seri B Nomor 28

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LABUHANBATU


NOMOR 28 TAHUN 2011
TENTANG
RETRIBUSI PEMERIKSAAN ALAT PEMADAM
KEBAKARAN

DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LABUHANBATU,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka Penyelenggaraan


Otonomi Daerah yang luas dan nyata
dan bertanggung jawab, maka
pemerintah daerah harus mampu
menggali sumber keuangannya sendiri
sehingga dapat menyediakan surnber-
.... •',( ... . .. . +surnber pembiayaan untuk
.... --·
\ -- . penyelenqqaraan pemerintah dan
pembanqunan:
·- .. -... ·\ ... _,... ..
. ·· · b, bahwa retribusi daerah merupakan
salah · satu sumber pendapatan asli
__ · -~ daerah yang memiliki peranan yang
sangat strategis dalam meningkatkan
kemampuan keuangan daerah dan akan
digunakan untuk keperluan daerah bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat;

c. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal


109 dan Pasal 110 ayat (1) huruf h
-2-

Undang-UndangNomor 28 Tahun 2009


tentang Pajak Daerah dan Retribusi ·
Daerah, disebutkan bahwa retribusi
Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran
merupakan salah satu jenis retribusi
jasa umum yang disediakan atau
diberikan Pemerintah Daerah;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan


sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
huruf b dan huruf c perlu membentuk
Peraturan Daerah tentang retribusi
Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Drt Tahun


1956 tentang Pembentukan Daerah
Otonom Kabupaten-Kabupaten Dalam
Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera
Utara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1956 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 1092);

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981


tentang Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1981 Nomor 76,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3209);

3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999


tentang Penyelenggaraan Negara Yang
Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan
-3-

Nepotisme (Lembaran Negara Republik


Indonesia Tahun 1999 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3851);

4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004


tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
53, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4389);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2'004


tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2008 tentang Perubahan kedua
atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Repubiik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844);

· 6. · Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004


tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
-4-

Tambahan Lembaran Negara Republik


Indonesia Nomor 4438);

7. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009


tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 130,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Negara Nomor 5049);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun


1983 tentang PelaksanaanKitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1983
Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3209);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun


2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4578);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun


2007 tentang pembagian Urusan
Pemerintah Antara Pemerintahan Daerah
Propinsi dan Pemerintahan · Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
82,Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4737);
-5 -

11. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun


2010 tentang Tata Cara Pemberian dan
Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5161);

12. Peraturan Daerah Kabupaten


Labuhanbatu Nomor 35 Tahun 2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-
Dinas Daerah Kabupaten Labuhanbatu
(Lembaran Daerah Ka bupaten
Labuhanbatu Nomor 35 Tahun 2008 Seri
D Nomor 6).

Dengan persetujuan bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN LABUHANBATU
dan
BUPATI LABUHANBATU
UCUI ITl l~U' AIU •
l"l&.l"IUIU~~l'W •

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG


RETRIBUSI PEMERIKSAAN ALAT
PEMADAM KEBAKARAN.

BABI
KETENTUAN UMUM
Pasal1
Dalam Peraturan Daerah ini yang
dimaksud dengan :
-6-

1. Daerah adalah Kabupaten


Labuhanbatu.

2. Pemerintahan Daerah adalah


Peyelenggaraanurusan Pemerintahan
oleh Pemerintah Daerah dan DPRD
menurut azas otonomi dan tugas
pembantuan dengan prinsip otonomi
seluas-luasnya dalam sistem dan
prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara
RepublikIndonesia Tahun 1945.

3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan


Perangkat Daerah sebagai unsur
penyelenggaraPemerintahan Daerah.

4. Bupati adalah Bupati Labuhanbatu.

5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,


yang selanjutnya disingkat DPRD,
adalah lembaga perwakilan rakyat
daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah Kabupaten
Labuhanbatu.

6. Badan adalah Badan Kesatuan


Bangsa, Politik dan Perlindungan
MasyarakatKabupaten Labuhanbatu.

7. Kepala Badan adalah Kepala Badan


Kesatuan Bangsa, Politik dan
-7-

Perlindungan Masyarakat Kabupaten


Labuhanbatu.

8. Pejabat yang ditunjuk adalah Pegawai


yang diberi tugas tertentu di bidang
retribusi sesuai dengan Peraturan
Perundang-undanganyang berlaku.

9. Kas Daerah adalah Kas Pemerintah


Kabupaten Labuhanbatu.

10. Alat Pemadam adalah Alat untuk


memadamkan kebakaran.

11. Alat Perlengkapan Pemadam adalah


alat atau bahan yang digunakan
untuk melengkapi alat-alat pemadam
kebakaran seperti jenis Kimia, Busa,
C02, atau Gas Dry Powder, Ember,
Karung Goni, Skrup dan lain-lain.

12. Alat Perlengkapan Penanggulangan


Kebakaran adalah semua alat yang
dapat dipergunakan membantu
memadamkan atau menanggulangi
bahaya kebakaran.

13. Bangunan Rendah adalah bangunan


yang mempunyai ketinggian dari
permukaan tanah atau lantai paling
tinggi 14 ( empat belas) meter atau 8
( delapan) lantai.
-8-

14. Bangunan Menengah adalah


bangunan yang mempunyai
ketinggian paling rendah 14 ( empat
belas) meter dari permukaan tan ah
atau lantai dasar paling tinggi 40
(empat puluh) meter atau 4 (empat)
lantai.

15. Bangunan Industri/Pabrik adalah


bangunan yang peruntukannya
dipakai untuk kegiatan kerja atau
produksi termasuk
pergudangan/bengkel.

16. Bangunan Umum dan Perdagangan


adalah bangunan yang peruntukannya
dipakai untuk kegiatan kerja antara
lain untuk:

a. pertemuan umum.

b. kantor atau perusahaan.

c. hotel.

d. tempat hiburan.

e. rumah sakit.

f. lembaga pemasyarakatan.
g. toko.

h. pasar atau pusat pertokoan.


-9-

i. sekolah.

j. peribadatan.

k. SPBU.

I. pergudangan.

17. Bangunan Perumahan adalah


bangunan yang peruntukannya
sebagai tempat tinggal atau tempat
kediaman.

18. Bangunan Carnpuran adalah


bangunan yang peruntukannya
merupakan campuran dari jenis-jenis
bangunan tersebut pada point 11,
point 12 dan point 13 diatas.

19. KonstruksiTahanan Api adalah bahan-


bahan bangunan dengan konstruksi
campuran, lapisan tertentu sehingga
mempunyai tahanan terhadap api
atau belum terbakar dalam suatu
jangka waktu yang dinyatakan dalam
satuan waktu.

20. Bahan Berbahaya adalah setiap


zat/elernen, ikatan atau campurannya
bersifat mudah menyala/terbakar,
korosif dan lain-lain karena
penanganan, penyimpanan,
pengolahan atau pemasangannya
- 10-

dapat menimbulkan bahaya terhadap


manusia, peralatan dan lingkungan.
21. Bahan Mudah Terbakar adalah bahan
yang apabila terkena panas/jilatan
api, mudah terbakar dan cepat
merambat api.

22. Bahan Yang lldak Mudah Terbakar


adalah bahan yang apabila terkena
panas/jilatan api, tidak mudah
terbakar dan lambat merambat api.

23. Hydrant adalah alat penyalur air yang


bersumber dari air bawah tanah yang
bertekanan dan dapat dipergunakan
sewaktu-waktu untuk memadamkan
kebakaran.

24. Hydrant Gedung adalah hydrant yang


terletak dalam suatu bangunan atau
gedung yang peralatannya disediakan
serta dipasang di dalam bangunan
atau gedung.
25. Hydrant Halaman adalah hydrant
yang terletak di luar bangunan yang
instalasi dan peralatannya disediakan
atau dipasang di luar bangunan atau
gedung.

26. Sprinker adalah suatu alat pemadam


kebakaran yang dapat memancarkan
air bertekanan secara otomatis dan
merata ke semua arah.
- 11 -

27. Proteksi Kebakaran adalah segala


jenis sarana dan prasarana yang
disiapkan dan dimiliki oleh setiap
bangunan a tau gedung dan
merupakan bagian dari bangunan
tersebut yang berfungsi untuk
melindungi keselamatan jiwa dan
harta benda serta keselamatan
gedung tersebut dari ancaman
bahaya kebakaran dan alat tersebut
harus bisa digunakan atau difungsikan
sewaktu-waktu diperlukan.

28. Jalan Penghubung adalah jalan lintas


terbuka maupun tertutup yang
menghubungkan bangunan atau
bagian dari bangunan yang digunakan
sebagai jalan yang merupakan
kesatuan dari bangunan tersebut.

29. Jalan Keluar adalah jalan yang tidak


terputus atau terhalang menuju suatu
jalan umum, termasuk pintu jalan
hubungan, ruang penghubung jalan
menanjak, tangga, cerobong asap,
tangga kedap asap, pintu jalan keluar
dan halaman keluar.

30. Jalan Terlindung adalah jalan beratap


menghubungkan antara bangunan
dengan bangunan atau bagian
bangunan dengan bagian bagunan
lainnya dalam suatu bangunan.
- 12 -

31. Lubang Terbuka (ventilasi) adalah


lubang yang sesuai dengan fungsinya
harus terdapat pada dinding.

32. Lubang Terbuka Tegak adalah lubang


yang menembus cerobong atau
saluran tegak dalam bangunan.

33. Pintu Tunggal adalah pintu kebakaran


yang terdiri dari hanya sebuah pintu
untuk jalan keluar.

34. Cerobong adalah tabung atau saluran


tegak yang dibuat dari bawah ke atas
dalam bangunan.

35. Luas Lantai Kotor adalah seluruh luas


lantai bangunan.

36. Suhu Maksimal Ruangan adalah suhu


maksimal yang ditetapkan untuk
suatu ruangan.

37. Sukarelawan Kebakaran adalah setiap


orang yang secara suka rela
memprakarsai untuk mengatasi
kebakaran di wilayahnya.

38. Sumur Kebakaran adalah sumur yang


berisi air yang dibuat oleh/atas
petunjuk unit pemadam kebakaran
dimana kunci sumur tersebut
- 13 -

dipegang oleh petugas unit pemadam


kebakaran.

39. Mesin Pompa adalah alat pemadam


kebakaran yang minimal dapat
menyemprotkan tekanan kecepatan
air 150 atmosfir model V 75 ASM
dilengkapi dengan kopling, nozel,
slang dengan ukuran paling rendah
1,5 inci dan panjang paling rendah 20
meter.

40. Daerah Kebakaran adalah daerah


yang terancam bahaya kebakaran
yang berjarak 50 (lima puluh) meter
dari titik api kebakaran terakhir.

41. Daerah Bahaya Kebakaran adalah


daerah yang terancam bahaya
kebakaran yang berjarak 25 ( dua
puluh lima) meter dari titik api
kebakaran terakhir.

42. Retribusi Daerah, yang selanjutnya


disebut Retribusi, adalah pungutan
daerah sebagai pembayaran atas jasa
yang khusus disediakan dan/atau
diberikan oleh Pemerintah Daerah
untuk kepentingan orang pribadi atau
Badan.

43. Jasa adalah kegiatan Pemerintah


Daerah berupa usaha dan pelayanan
- 14 -

yang menyebabkan barang, fasilitas,


atau kemanfaatan lainnya yang dapat
dinikmati oleh orang pribadi atau
Badan.

44. Jasa Umum adalah jasa yang


disediakan atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk tujuan
kepentingan dan kemanfaatan umum
serta dapat dinikmati oleh orang
pribadi atau Badan.

45. Subjek Retribusi adalah orang pribadi


atau Badan yang dapat dikenakan
Retribusi.

46. Wajib Retribusi adalah orang pribadi


atau Badan yang menurut peraturan
perundang-undangan retribusi
diwajibkan untuk melakukan
pembayaran retribusi, termasuk
pemungut atau pemotong retribusi
tertentu.

47. Badan adalah sekumpulan orang


dan/atau modal yang merupakan
kesatuan, baik yang melakukan usaha
rnaupun yang tidak melakukan usaha
yang meliputi perseroan terbatas,
perseroan komanditer, perseroan
lainnya, Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) atau Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD) dengan nama dan
- 15 -

dalam bentuk apapun, firma kongsi,


koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi
massa, organisasi sosial politik atau
organisasi lainnya, lembaga dan
bentuk badan lainnya termasuk
kontrak investasi kolektif dan bentuk
usaha tetap.

48. Surat Setoran Retribusi Daerah, yang


selanjutnya disingkat SSRD, adalah
bukti pembayaran atau penyetoran
retribusi yang telah dilakukan dengan
menggunakan formulir atau telah
dilakukan dengan cara lain ke kas
daerah melalui tempat pembayaran
yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.

49. Surat Ketetapan Retribusi Daerah,


yang selanjutnya disingkat SKRD,
adalah surat ketetapan retribusi yang
menentukan besarnya jumlah pokok
retribusi yang terutang.

SO. Surat Ketetapan Retribusi Daerah


Lebih Bayar, yang selanjutnya disebut
SKRDLB, adalah surat ketetapan
retribusi yang menentukan jumlah
kelebihan pembayaran retribusi
karena jumlah kredit retribusi lebih
besar dari pada retribusi yang
terutang atau seharusnya tidak
terutang.
- 16 -

51. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang


selanjutnya disebut STRD, adalah
surat untuk melakukan tagihan
retribusi dan/atau sanksi administrasi
berupa bunga dan/atau denda.

52. Pemeriksaan adalah serangkaian


kegiatan menghimpun dan mengolah
data, keterangan, dan/atau bukti yang
dilaksanakan secara objektif dan
profesional berdasarkan suatu standar
pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban
retribusi daerah untuk tujuan lain
dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-
undangan.

C::~ ,Deny1ldlk
..,..,. 1. an F!.m r! ·n
... a ..k pLana _, h"rl
di _Lang
retribusi daerah adalah serangkaian
tindakan yang dilakukan oleh penyidik
untuk mencari serta mengumpulkan
bukti yang dengan bukti itu membuat
terang tindak pidana di bidang
retribusi daerah yang terjadi serta
menemukan tersangkanya.
- 17 -

BAB II
NAMA, OBJEK DAN SUBJEK
RETRIBUSI
Pasal2
Dengan nama Retribusi Pemeriksaan Alat
Pemadam Kebakaran dipungut retribusi
sebagai pembayaran atas pelayanan
pemeriksaan dan/atau pengujian alat
pemadam kebakaran.

Pasal3
Objek Retribusi Pemeriksaan Alat
Pemadam Kebakaran adalah pelayanan
pemeriksaan dan/atau pengujian alat
pemadam kebakaran, a lat
penanggulangan kebakaran, dan alat
penyelamatan jiwa oleh Pemerintah
Daerah terhadap alat-alat pemadam
kebakaran, a lat penanggulangan
kebakaran dan alat penyelamatan jiwa
yang dimiliki dan/atau dipergunakan oleh
masyarakat.
Pasal4
(1) Subjek Retribusi Pemeriksaan Alat
Pemadam Kebakaran adalah orang
pribadi atau Badan yang
menggunakan/menikmati pelayanan
pemeriksaan dan atau pengujian alat
pemadam kebakaran, a lat
penanggulangan kebakaran, dan alat
- 18 -

penyelamatan jiwa oleh Pemerintah


Daerah terhadap alat-alat pemadam
kebakaran, alat penanggulangan
kebakaran dan alat penyelamatan
jiwa yang dimiliki dan/atau
dipergunakan oleh masyarakat.
(2) Wajib Retribusi Pemeriksaan Alat
Pemadam Kebakaran adalah orang
pribadi atau Badan yang menurut
ketentuan perundang-undangan
Retribusi diwajibkan untuk melakukan
pembayaran retribusi, termasuk
pemungut atau pemotong retribusi
pemeriksaan a lat pemadam
kebakaran.
BAB III
GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal5
Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam
Kebakaran digolongkan sebagai retribusi
Jasa Umum.
BAB IV
CARA MENGUKUR TINGKAT
PENGGUNAANJASA
Pasal6
Tingkat penggunaan jasa pemeriksaan
alat pemadam kebakaran diukur
berdasarkan jenis dan volume/ukuran alat
pemadam kebakaran yang digunakan.
- 19 -

BABV
PRINSIP DALAM PENETAPAN
STRUKTUR DAN BESARNYA
TARIF RETRIBUSI
Pasal7
(1) Prinsip dan sasaran dalarn penetapan
tarif ditetapkan dengan
rnemperhatikan biaya penyediaan
jasa, kernarnpuan rnasyarakat, aspek
keadilan dan efektivitas pengendalian
atas pelayanan.

(2) Biaya sebagairnana dirnaksud pada


ayat (1) rneliputi biaya operasi dan
perneliharaan, biaya bunga dan biaya
modal.

(3) Dalam hal penetapan tarif


sepenuhnya rnernperhatikan biaya
penyediaan jasa, penetapan tarif
hanya untuk menutup sebagian biaya.

BAB VI
STRUKTUR DAN BESARNYA
TARIF RETRIBUSI
Pasal8
(1) struktur dan besarnya tarif retribusi
perneriksaan a lat pemadarn
kebakaranadalah sebagai ·berikut :

a. besamya retribusi
pemeriksaan/pengujian a lat
pemadam kebakaran, setiap tahun
ditetapkan sebagai berikut :
-20-

1. alat pemadam kebakaran yang


berisi busa/super busa dan
sejenisnya :

a) sampai dengan 10 liter


sebesar Rp.15.000,- (lima
belas ribu rupiah).

b) lebih dari 10 liter sebesar


Rp.20.000,- (dua puluh
ribu rupiah).

2. alat pemadam kebakaran yang


berisi gas dan sejenisnya :

a) sampai dengan 10 Kg
sebesar Rp.15.000,- (lima
belas ribu rupiah).

b) lebih dari 10 Kg s/d 20 Kg


sebesar Rp.20.000,- (dua
puluh ribu rupiah).

c) lebih dari 20 Kg sebesar


Rp.25.000,- ( dua puluh
lima ribu rupiah).

b. retribusi penelitian rencana dan


pengatasan akhir pemasangan
hydrant kebakaran system
pemancar air sprinkle / drencer
dan alarm sebesar :
- 21 -

1. hydrant dan house reel sebesar


Rp.100.000,- (seratus ribu
rupiah) per titik.

2. alarm otomatis :

a) sampai dengan 10.000 M2,


Rp.15,- (lima betas rupiah)
tiap meter persegi.

b) lebih dari 10.000 M2 -


40.000 M2, Rp.10,-
(sepuluh rupiah) tiap meter
persegi.

3. sprinkle otomatis :

a) sampai dengan 10.000 M2,


Rp.20,- (dua puluh rupiah)
tiap meter persegi.

b) lebih dari 10.000 M2 -


40.000 M2, Rp.15,- (lima
betas rupiah) tiap meter
persegi.

c) lebih dari 40.000 M2 keatas,


Rp.10,- (sepuluh rupiah)
tiap meter persegi.

(2) Retribusi sebagaimana dimaksud pada


ayat (1), termasuk biaya pembuatan
-22-

dan pemasangan tanda bukti


pemeriksaan.

(3) Pengadaan Tabung Baru dan Pengisian


Ulang Racun Api yang berada dalam
Daerah harus di bawah koordinasi dan
pengawasan Pemerintah Daerah.

(4) Besarnya retribusi dihitung


berdasarkan perkalian antara tingkat
penggunaan jasa dengan tarif
retribusi.

(5) Tarif retribusi ditinjau kembali paling


lama 3 (tiga) tahun sekali dengan
memperhatlkan kenaikan harga dan
perkembangan ekonomi.

(6) Penetapan perubahan tarif retrlbusi


ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

BAB VII
WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal9
Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam
Kebakaran yang terutang dipungut di
wilayah Kabupaten Labuhanbatu.
- 23 -

BAB VIII
PENENTUAN PEMBAYARAN, TEMPAT
PEMBAYARAN, ANGSURAN DAN
PENUNDAANPEMBAYARAN
Pasal 10
(1) Retribusi tidak dapat diborongkan;

(2) Retribusi dipungut dengan


menggunakan SKRD atau dokumen
lain yang dipersamakan;

(3) Dokumen lain yang dipersamakan


sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat berupa karcis, kupon atau kartu
langganan;

(4) Wajib Retribusi membayar tunas


retribusl terutang pada saat SKRD
atau dokumen lain yang
dipersamakanditerbitkan;

(5) Wajib retribusi melakukan


pembayaran atau penyetoran retribusi
yang terutang ke Kas Daerah atau
ternpat pembayaran lain yang
ditetapkan oleh Bupati dengan
menggunakan SSRD;

(6) SSRD diberikan kepada Wajib


Retribusi sebagai tanda bukti
pembayaran atau penyetoran
retribusl;

(7) Apabila berdasarkan hasil


pemeriksaan dan ditemukan data
baru dan/atau data yang semua
belum terungkap yang menyebabkan
-24-

penambahan jumlah retribusi yang


terhutang maka dikeluarkan STRD;

(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai


bentuk isl serta tata cara penerbitan
dan penyampaian SKRD atau
dokumen lainnya yang dipersamakan,
STRD dan SSRD sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), (3), (5) dan
(6) diatur dengan Peraturan Bupati;

(9) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata


cara pembayaran, penyetoran dan
tempat pembayaran retribusi diatur
dengan Peraturan Bupati.

BAB IX
SANKSIADMINISTRATIF
Pasal11
Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar
tepat waktunya atau kurang membayar,
dikenakan sanksi administratif berupa
denda sebesar 2% (dua persen) setiap
bulan dari besamya retribusi yang terutang
yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih
dengan menggunakan STRD.
BABX
TATA CARA PENAGIHAN
Pasal12

(1) Penagihan Retribusi terutang


sebagaimana dimaksud dalam Pasal
11 dilakukan dengan menggunakan
STRD dan didahului dengan Surat
-25 -

Teguran/Peringatan/surat lain yang


sejenis.
(2) Surat Teguran/Peringatan/Surat lain
yang sejenis sebagai tindakan awal
pelaksanaan penagihan retribusi
dikeluarkan setelah 7 (tujuh) hari
sejak tanggal jatuh tempo
pembayaran.
(3) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari
setelah tanggal Surat
Teguran/Peringatan/Surat lain yang
sejenis, wajib retribusi harus melunasi
retribusi yang terutang.
( 4) Surat Teguran/Peringatan/Surat iain
yang sejenis sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1) dikeluarkan oleh
pejabat yang ditunjuk Bupati.

BAB XI
KEDALUWARSA PENAGIHAN
Pasal13
(1) Hak untuk melakukan penagihan
Retribusi menjadi kedaluwarsa setelah
melampaui waktu 3 (tiga) tahun
terhitung sejak saat terutangnya
retribusi, kecuali jika Wajib Retribusi
melakukan tindak pidana di bidang
retribusi.
(2) Kedaluwarsa penagihan retribusi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tertangguh jika:
-26-

a. diterbitkan Surat Teguran; atau

b. ada pengakuan utang retribusi dari


Wajib Retribusi, baik langsung
maupun tidak langsung.
(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a, kedaluwarsa penagihan
dihitung sejak tanggal diterirnanya
Surat Teguran tersebut.
( 4) Pengakuan utang retribusi secara
langsung sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b adalah Wajib
Retribusi dengan kesadarannya
menyatakan masih mempunyai utang
retribusi dan belum melunasinya
kepada Pemerintah Daerah.
(5) Pengakuan utang retribusi secara
langsung sebagaimana dimaksud ayat
(2) huruf b dapat diketahui dari
pengajuan permohonan angsuran
atau atau penundaan pembavaran
dan permohonan keberatan oleh
Wajib Retribusi.
Pasal 14
(1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin
ditagih lagi karena hak untuk
melakukan penagihan sud ah
kedaluwarsa dapat dihapuskan.
(2) Bupati menetapkan Keputusan
Penghapusan Piutang Retribusi yang
-27-

sudah kedaluwarsa sebagaimana


dimaksud pada ayat (1).

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata


cara penghapusan piutang Retribusi
yang kedaluwarsa diatur dengan
Peraturan Bupati.

BAB XII
PENYIDIKAN
PasallS
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipi! tertentu
di lingkungan Pemerintah Daerah
diberi wewenang khusus sebagai
penyidik untuk melakukan penyidikan
tindak pidana di bidang retribusi
daerah sebagaimana dimaksud dalam
Undang-UndangHukum Acara Pidana.

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) adalah pejabat pegawai
negeri sipil tertentu di lingkungan
Pemerintahan Daerah yang diangkat
oleh pejabat yang berwenang sesuai
· dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

(3) Wewenang penyidik sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) adalah :

a. menerima, mencari,
mengumpulkan dan meneliti
keterangan atau laporan
berkenaan dengan tindak pidana
-28-

dibidang retribusi daerah agar


keterangan atau laporan tersebut
menjadi lengkap dan jelas.

b. menerima, mencari dan


mengumpulkan keterangan
mengenai orang pribadi atau
badan tentang kebenaran
perbuatan yang dilakukan
sehubungan dengan tindak pidana
retribusi daerah.

c. meminta keterangan dan bahan


bukti dari orang pribadi atau
badan sehubungan dengan tindak
pidana di bidang retribusi daerah.

d. memeriksa buku, catatan dan


dokumen lain berkenaan dengan
tindak pidana di bidang retribusi
daerah.

e. melakukan penggeledahan untuk


mendapatkan bahan bukti
pembukuan, pencatatan dan
dokumen lain serta melakukan
penyitaan terhadap bahan bukti
tersebut.

f. meminta bantuan tenaga ahli


dalam rangka pelaksanaan tugas
penyidikan tindak pidana di
bidang retribusi daerah.
-29 -

g. menyuruh berhenti dan/atau


melarang seseorang meninggalkan
ruangan atau tempat pada saat
pemeriksaan sedang berlangsung
dan memeriksa identitas orang,
benda dan/atau dokumen yang
dibawa.

h. memotret seseorang yang


berkaitan dengan tindak pidana
retribusi Oaerah.

i. memanggil orang untuk didengar


keterangannya dan diperiksa
sebagaitersangka atau saksi.

j. menghentikan penyidikan;
dan/atau

k. melakukan tindakan lain yang


perlu untuk kelancaran penyidikan
tindak pidana di bidang retribusi
daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) memberitahukan dimulainya
penyidikan dan menyampaikan hasil
penyidikannya kepada Penuntut
Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi
Negara Republik Indonesia, sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam
Undang-UndangHukum Acara pidana.
- 30 -

BAB XIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal16

(1) Wajib Retribusi yang tidak


melaksanakan kewajibannya sehingga
merugikan keuangan daerah diancam
pidana kurungan paling lama 3 (tiga)
bulan atau pidana denda paling
banyak 3 (tiga) kali jumlah retribusi
terutang yang tidak atau kurang
dibayar.

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) adalah pelanggaran.

(3) Denda sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) merupakan penerimaan
Negara.

BAB XIV
KETENTUAN LAIN-LAIN
Bagian Kesatu
Penggunaan Alat Pemadam kebakaran
Pasal17
(1) Setiap alat pemadam kebakaran
yang akan digunakan dalam
Kabupaten Labuhanbatu harus
memenuhi persyaratan yang
ditetapkan oleh Bupati atau Pejabat
yang ditunjuk.
- 31 -

(2) Setiap alat pemadam kebakaran


harus dilengkapi dengan petunjuk
cara penggunaan alat tersebut.

Bagian Kedua
Persyaratan Alat Pemadam Kebakaran
Pasal18

(1) Setiap ruangan bangunan industri


harus dilindungi dengan alat
pemadam kebakaran yang dapat
dijinjing yang harus ditempatkan
dalam jarak paling dekat 15 (lima
belas) meter dari setiap tempat.

(2) Setiap luas permukaan lantai sampai


dengan 150 (seratus lima puluh)
meter persegi dari setiap ruangan
tertutup dalam bangunan industri di
samping persyaratan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), harus
ditempatkan paling sedikit 1 (satu)
buah alat pemadarn kirnia jenis C02
dengan ukuran 2 (dua) Kilogram.

(3) Setiap luas permukaan .lantai 600


( enam ratus) meter persegi dari
setiap ruangan tertutup dalam
bangunan industri, selain harus
memenuhl persyaratan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2), harus ditempatkan paling sedikit
1 (satu) unit hydrant.
- 32 -

( 4) Setiap ruangan bangunan umum


perdagangan harus dilindungi
dengan alat pemadam yang dapat
dijinjing yang harus ditempatkan
dalam jarak paling jauh 20 (dua
puluh) meter dari setiap tempat.

(5) Setiap luas permukaan lantai sampai


dengan 200 (dua ratus) meter
persegi dari setiap ruangan tertutup
dalam bangunan umum
perdagangan di samping
persyaratan sebagaimana dimaksud
pada ayat (4), harus ditempatkan
paling sedikit 1 (satu) buah alat
pemadam kimia jenis C02 dengan
ukuran 2 (dua) Kilogram.

(6) Setiap luas permukaan lantai 800


(delapan ratus) meter persegi dari
setiap ruangan tertutup dalam
bangunan umum dan perdagangan,
selain harus memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud pada ayat
( 4) dan ayat (5), harus ditempatkan
paling sedikit 1 (satu) unit hydrant
menurut jenis dan standart yang
berlaku dalam hal air dapat
digunakan sebagai bahan pokok.

(7) Untuk bangunan perumahan sampai


dengan empat tingkat harus
dipasang unit hydrant dengan
-34-

{11) Bila pelaksanaan pembangunan


telah mencapai ketinggian 35 {tiga
puluh lima) meter persegi, maka
harus dipasang sistem hydrant yang
siap untuk digunakan.

(12) Pemasangan hydrant harus sejalan


dengan tahap pembangunan dan
selalu siap digunakan pada lantai
tidak kurang dari dua tingkat di
bawah tingkat tertinggi yang sedang
dibangun.

(13) Alat pemadam kimia yang dapat


dijinjing harus disiapkan apabila
pelaksanaan pembangunan
mencapai ketinggian 15 {lima belas)
meter.

(14) Bagian bangunan yang sudah


selesai dibangun yang izin
pembangunanriya te!ah diberikan
walaupun bangunan belum selesai
keseluruhannya, harus dipasang
menurut perbandingan paling sedikit
1 (satu) buah a lat pemadam untuk
setiap 200 (dua ratus) meter luas
lantai dengan ketentuan paling
sedikit 2 (dua) buah a lat pemadam
kimia setiap lantai.
- 35 -

(15) Setiap perkebunan yang luasnya


100 s/d 500 Ha, harus memiliki 1
(satu) unit pompa, 500 s/d 1.000
Ha, harus memiliki 2 (dua) unit
mesin pompa dan di atas 1.000 Ha,
harus memiliki sedikit-dikitnya 3
(tiga) unit mesin pompa.

(16) Setiap Pabrik Kelapa Sawit harus


menyediakan 1 (satu) unit mesin
pompa.

BAB XV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal19
( 1) Hal-ha I yang belum diatur dalam
Peraturan Daerah ini, akan diatur
lebih lanjut dengan Peraturan
Bupati sepanjang mengenai
pelaksanaanya.

(2) Dengan berlakunya Peraturan


Daerah ini, maka Peraturan Daerah
Kabupaten Labuhanbatu Nomor 24
Tahun 2008 tentang Retribusi
Pemeriksaan Alat Pemadam
Kebakaran dinyatakan dicabut dan
tidak berlaku lagi.
- 36 -

Pasal20

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada


tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya,


memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Daerah Kabupaten
Labuhanbatu.

Ditetapkan di Rantauprapat,
pada tanggal 08 Maret 2011

BUPATI LABUHANBATU,

dto

TIGOR PANUSUNAN SIREGAR

Diundangkan dalam lembaran daerah


Kabupaten Labuhanbatu

Nomor 28 Tahun 2011


Seri B
Tanggal 08 Maret 2011

Anda mungkin juga menyukai