4 Pilar
4 Pilar
BAB I
PENDAHULUAN
a. Lingkungan Global
Globalisasi dalam banyak hal memiliki kesamaan dengan
internasionalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran dan
batas-batas suatu negara yang disebabkan adanya peningkatan
keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di
seluruh dunia melalui berbagai bentuk interaksi. Globalisasi juga
dapat memacu pertukaran arus manusia, barang, dan informasi tanpa
batas. Hal itu dapat menimbulkan dampak terhadap penyebarluasan
pengaruh budaya dan nilai-nilai termasuk ideologi dan agama dalam
suatu bangsa yang sulit dikendalikan. Pada gilirannya hal ini akan
dapat mengancam jati diri bangsa.
Berdasarkan indikasi tersebut, globalisasi dapat membawa
perubahan terhadap pola berpikir dan bertindak masyarakat dan
bangsa Indonesia, terutama masyarakat kalangan generasi muda yang
cenderung mudah terpengaruh oleh nilai-nilai dan budaya luar yang
tidak sesuai dengan kepribadian dan karakter bangsa Indonesia. Untuk
itu, diperlukan upaya dan strategi yang tepat dan sesuai agar
masyarakat Indonesia dapat tetap menjaga nilai-nilai budaya dan jati
diri bangsa serta generasi muda tidak kehilangan kepribadian sebagai
bangsa Indonesia.
b. Lingkungan Regional
Pada lingkungan regional, pengaruh globalisasi juga membawa
dampak terhadap terkikisnya budaya lokal di zona negara-negara Asia
tenggara. Dampak tersebut terwujud adanya ekspansi budaya dari
negara-negara maju yang menguasai teknologi informasi. Meskipun
telah dilaksanakan upaya pencegahan melalui program kerja sama
kebudayaan, namun melalui teknologi infomasi yang dikembangkan,
pengaruh negara lain dapat saja masuk. Produk-produk budaya
disebarluaskan melalui berbagai teknologi media yang akhirnya
membentuk perilaku baru, kebudayaan baru, dan kemungkinan jati
diri baru. Hal ini tentunya merupakan ancaman bagi pembinaan sikap,
perilaku, dan jati diri sebagai suatu bangsa.
Perkembangan regional Asia atau lebih khusus ASEAN dapat
membawa perubahan terhadap pola berpikir dan bertindak masyarakat
dan bangsa Indonesia. Untuk itu, diperlukan strategi yang tepat dan
sesuai agar masyarakat Indonesia dapat tetap menjaga nilai-nilai
budaya dan jati diri bangsa serta generasi muda tetap memiliki
kepribadian sebagai bangsa Indonesia.
c. Lingkungan Nasional
Pada lingkungan regional, pengaruh globalisasi juga membawa
dampak terhadap terkikisnya budaya lokal di zona negara-negara Asia
Tenggara. Dampak tersebut terwujud adanya ekspansi budaya dari
negara-negara maju yang menguasai teknologi informasi. Meskipun
telah dilaksanakan upaya pencegahan melalui program kerja sama
kebudayaan, namun melalui teknologi infomasi yang dikembangkan,
pengaruh negara lain dapat saja masuk. Produk-produk budaya
disebarluaskan melalui berbagai teknologi media yang akhirnya
membentuk perilaku baru, kebudayaan baru, dan kemungkinan jati
diri baru. Hal ini tentunya merupakan ancaman bagi pembinaan sikap,
perilaku, dan jati diri sebagai suatu bangsa.
Perkembangan regional Asia atau lebih khusus ASEAN dapat
membawa perubahan terhadap pola berpikir dan bertindak masyarakat
dan bangsa Indonesia. Untuk itu, diperlukan strategi yang tepat dan
sesuai agar masyarakat Indonesia dapat tetap menjaga nilai-nilai
budaya dan jati diri bangsa serta generasi muda tetap memiliki
kepribadian sebagai bangsa Indonesia.
2.3. Strategi Pembangunan Karakter Bangsa
a. Melalui Sosialisasi
Sosialisasi dimaknai sebagai usaha sadar dan terencana untuk
membangkitkan kesadaran dan sikap positif terhadap pembangunan
karakter bangsa guna mewujudkan masyarakat yang berketuhanan yang
Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan
Indonesia, berjiwa kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, serta berkeadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Agar sosialisasi dapat berlangsung efektif dan efisien, maka
pemilihan media dan target sasaran menjadi sangat penting. Disadari atau
tidak perkembangan teknologi informasi dengan media sebagai piranti
utama, berimpilkasi pada tatanan kehidupan umat manusia dalam berbagai
dimensinya, baik dalam dimensi politik, ekonomi, sosial, budaya, maupun
agama. Kondisi ini patut diwaspadai sehingga masyarakat tidak terjebak
pada kemajuan teknologi informasi semata tanpa berupaya. Dengan
demikian, unsur media (cetak, elektronik, tradisional) harus diposisikan
sebagai mitra strategis dalam upaya pembinaan karakter bangsa utamanya
dalam hal sosialisasi.
Di samping unsur media, hal lain yang perlu mendapatkan
perhatian adalah penentuan kelompok-kelompok sasaran sehingga dampak
sosialisasi segera merambah pada setiap anak bangsa, terutama generasi
muda. Pada dasarnya kelompok sasaran adalah seluruh warga negara
Indonesia, yang lebih difokuskan pada generasi muda. Adapun sasaran
adalah pemerintah, dunia usaha dan industry, satuan Pendidikan,
organisasi sosial kemasyarakat an Profesi, organisasi sosial politik, dan
media massa.
b. Melalui Pendidikan
Pendidikan karakter adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan potensi dan
pembudayaan peserta didik guna membangun karakter pribadi dan/atau
kelompok yang unik-baik sebagai warga negara. Hal itu diharapkan
mampu memberikan kontribusi optimal dalam mewujudkan masyarakat
yang berketuhanan yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan berada,
berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, berkeadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
c. Melalui Pemberdayaan
Pemberdayaan merupakan salah satu strategi pembinaan karakter
bangsa yang diarahkan untuk memampukan para pemangku kepentingan
dalam rangka menumbuhkembangkan partisipasi aktif mereka dalam
pembangunan karakter. Lingkungan Keluarga merupakan wahana
pendidikan karakter yang pertama dan utama. Oleh karena itu orang tua
perlu ditingkatkan kemampuannya sehingga memiliki kemampuan untuk
melakukan pembinaan dan pengembangan karakter.
d. Melalui Pembudayaan
Strategi pembinaan karakter bangs melalui pembudayaan
dilakukan melalui keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dunia usaha,
partai politik, dan media massa. Strategi pembudayaan menyangkut
pelestarian, pembiasaan, dan pemantapan nilai-nilai baik guna
meningkatkan martabat sebuah bangsa. Strategi tersebut dapat berwujud
pemodelan, penghargaan, pengidolaan, fasilitasi, serta hadiah dan
hukuman.
Pemerintah harus menjadi teladan bag pembudayaan karakter
bangsa karena pemerintah harus dapat menjadi contoh warganya.
Pemerintahan yang baik mencerminkan masyarakat yang baik. Masyarakat
yang berkarakter mencerminkan warga negara yang berkarakter.
Pemerintah dengan demikian harus selalu di garda depan dalam
pembudayaan karakter dengan segala manifestasinya. Selain keteladan,
pembudayaan dalam lingkup pemerintah dapat dilakukan dengan
pembiasaan nilai-nilai di lingkungan pemerintah, peningkatan ketaqwaan
kepada Than Yang Maha Esa, serta penegakan aturan.
e. Melalui Kerja sama
Pada dasarnya, kunci akhir sebuah strategi ada pada kerjasama dan
koordinasi. Berbagai kerjasama dan kordinasi dapat dilakukan antarwarga
negara, antarkelompok, antarlembaga, antardaerah, dan bahkan
antarnegara.
Ada beberapa cara yang dapat menjadikan kerjasama dapat
berjalan dengan baik dan mencapai tujuan yang telah disepakati. Hal itu
dapat dimulai dengan saling terbuka, saling mengerti, dan saling
menghargai. Setelah kerjasama dapat dilakukan, maka langkah selanjutnya
adalah koordinasi dan evaluasi.
1. Pengertian Pilar
Pilar adalah tiang penyangga suatu bangunan. Pilar memiliki peran
yang sangat sentral dan menentukan, karena bila pilar in tidak kokoh atau
rapuh akan berakibat robohnya bangunan yang disangganya. Dalam
bahasa Jawa tiang penyangga bangunan disebut "soko", bahkan bagi
rumah joglo, yakni rumah yang atapnya menjulang tinggi terdapat empat
soko di tengah bangunan yang disebut soko guru. Soko guru in sangat
menentukan kokoh dan kuatnya bangunan, terdiri atas batang kayu besar
dan jenis kayu yang dapat dipertanggung jawabkan. Dengan demikian
orang yang bertempat di rumah tersebut akan merasa nyaman, aman dan
selamat dari berbagai bencana dan gangguan.
Demikian pula halnya dengan bangunan negara-bangsa,
membutuhkan pilar atau yang merupakan tiang penyangga yang kokoh
agar rakyat yang mendiami akan merasa nyaman, aman, tenteram dan
sejahtera, terhindar dari segala macam gangguan dan bencana. Pilar bagi
suatu negara-bangsa berupa sistem keyakinan atau belief system, atau
philosophische grondslag, yang berisi konsep, prinsip dan nilai yang
dianut ole rakyat negara-bangsa yang bersangkutan yang diyakini
memiliki kekuatan untuk dipergunakan sebagai landasan dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Seperti halnya soko guru, belief system juga harus memenuhi
syarat agar dapat menjaga kokohnya bangunan sehingga mampu bertahan
serta menangkal segala macam ancaman dan gangguan. Pilar yang berupa
belief system suatu negara-bangsa harus menjamin kokoh berdirinya
negara-bangsa, menjamin terwujudnya ketertiban, keamanan, dan
kenyamanan, serta mampu mengantar terwujudnya kesejahteraan dan
keadilan yang menjadi dambaan warga bangsa.
Pilar yang dimaksud dimanfaatkan sebagai landasan perjuangan
dalam menyusun program kerja dan dalam melaksanakan kegiatan. Pilar
Negara Kesatuan Republik Indonesia dimanfaatkan sebagai landasan atau
penyanggah dalam menyusun program kerja dan dalam melaksanakan
setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Dapat
disimpulkan bahwa 4 pilar kebangsaan adalah 4 penyangga yang menjadi
panutan dalam keutuhan bangsa indonesia yaitu Pancasila, Undang-
Undang Dasar, Bhineka Tunggal Ika, NKRI.
2. Jenis-Jenis Pilar
a) Pancasila
Pancasila dinilai memenuhi syarat sebagai pilar bagi
negara-bangsa Indonesia yang pluralistik dan cukup luas dan besar
ini. Pancasila mampu mengakomodasi keanekaragaman yang
terdapat dalam kehidupan negara-bangsa Indonesia. Sila pertama
Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa, mengandung konsep dasar
yang terdapat pada segala agama dan keyakinan yang dipeluk atau
dianut oleh rakyat Indonesia, merupakan common denominator
dari berbagai agama, sehingga dapat diterima semua agama dan
keyakinan.
Demikian juga dengan sila kedua, kemanusiaan yang adil
dan beradab, merupakan penghormatan terhadap hak asasi
manusia. Manusia didudukkan sesuai dengan harkat dan
martabatnya, tidak hanya setara, tetapi juga secara adil dan
beradab. Pancasila menjunjung tinggi kedaulatan rakyat, namun
dalam implementasinya dilaksanakan dengan bersendi pada hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan Sedang
kehidupan berbangsa dan bernegara in adalah untuk mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, bukan untuk
kesejahteraan perorangan tau golongan. Nampak bahwa Pancasila
sangat tepat sebagai pilar bagi negara-bangsa yang pluralistik.
a. Kedamaian
Kedamaian adalah situasi yang menggambarkan tidak
adanya konflik dan kekerasan. Segala unsur yang terlibat dalam
suatu proses sosial berlangsung secara selaras, serasi dan seimbang
sehingga menimbulkan keteraturan, ketertiban, dan ketentraman.
Segala kebutuhan yang diperlukan manusia dapat terpenuhi
sehingga tidak terjadi perebutan kepentingan. Hal ini akan terwujud
bila segala unsur yang terlibat dalam kegiatan Bersama mampu
mengendalikan diri.
b. Keimanan
Keimanan adalah suatu sikap yang menggambarkan
keyakinan akan adanya kekuatan transendental yang disebut Than
Yang Maha Esa. Dengan keimanan manusia yakin bahwa Tuhan
menciptakan dan mengatur alam semesta. Apapun yang terjadi di
dunia adalah atas kehendak-Nya, dan manusia wajib untuk
menerima dengan keikhlasan.
c. Ketaqwaan
Ketaqwaan adalah suatu sikap berserah diri secara ikhlas
dan rela diatur oleh Tuhan Yang Maha Esa, bersedia tunduk dan
mematuhi segala perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya.
d. Keadilan
Keadilan adalah suatu sikap yang mampu menempatkan
makhluk dengan segala permasalahannya sesuai dengan hak dan
kewajiban serta harkat dan martabatnya secara proporsional
diselara skan dengan peran fungi dan kedudukkannya.
e. Kesetaraan
Kesetaraan adalah suatu sikap yang mampu menempatkan
kedudukan manusia tanpa membedakan jender, suku, ras,
golongan, agama, adat dan budaya dan lain-lain. Setiap orang
diperlakukan sama di hadapan hukum dan memperoleh kesempatan
yang sama dalam segenap bidang kehidupan sesuai dengan potensi
dan kemampuan yang dimilikinya.
f. Keselarasan
Keselarasan adalah keadaan yang menggambarkan
keteraturan, ketertiban dan ketaatan karena setiap makhluk
melaksanakan peran dan fungsinya secara tepat dan proporsional,
shingga timbul suasana harmoni, tenteram dan damai. Ibarat suatu
orkestra, setiap pemain berpegang pada partitur yang tersedia, dan
setiap pemain instrumen melaksanakan secara tat dan tepat,
sehingga terasa suasana nikmat dan damai.
g. Keberadaban
Keberadaban adalah keadaan yang menggambarkan setiap
komponen dalam kehidupan bersama berpegang teguh pada
ketentuan yang mencerminkan nilai luhur budaya bangsa. Beradab
menurut bangsa Indonesia adalah apabila nilai yang terkandung
dalam Pancasila direalisasikan sebagai acuan pola fikir dan pola
tindak.
h. Persatuan dan Kesatuan
Persatuan dan kesatuan adalah keadaan yang
menggambarkan masyarakat majemuk bangsa Indonesia yang
terdiri atas beranekaragamnya komponen namun mampu
membentuk suatu kesatuan yang utuh. Setiap komponen dihormati
dan menjadi bagian integral dalam satu sistem kesatuan negara-
bangsa Indonesia.
i. Mufakat
Mufakat adalah suatu sika terbuka untuk menghasilkan
kesepakatan bersama secara musyawarah. Keputusan sebagai hasil
mufakat secara musyawarah harus dipegang teguh dan wajib
dipatuhi dalam kehidupan bersama.
j. Kebijaksanaan
Kebijaksanaan adalah sikap yang menggambarkan hasil
olah fikir dan olah rasa yang bersumber dari hati nurani dan
bersendi pada kebenaran, keadilan dan keutamaan. Bagi bangsa
Indonesia hal ini sesuai dengan nilai yang terkandung dalam
Pancasila.
k. Kesejahteraan
Kesejahteraan adalah kondisi yang mengambarkan
terpenuhinya tuntutan kebutuhan manusia, baik kebutuhan lahiriah
maupun batiniah sehingga terwujud rasa puas diri, tenteram, damai
dan bahagia. Kondisi ini hanya akan dapat dicapai dengan kerja
keras, jujur dan bertanggung jawab.
1. Sumber Kekuasaan
Di alinea ketiga disebutkan bahwa "kemerdekaan bangsa
Indonesia itu atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa," yang
bermakna bahwa kemerdekaan yang dinyatakan oleh bangsa
Indonesia itu semata-mata karena mendapat Rahmat dan ridho
Allah Yang Maha Kuasa. Dengan kata lain bahwa kekuasaan yang
diperoleh rakyat Indonesia dalam menyatakan kemerdekaan dan
dalam mengatur kehidupan kenegaraan bersumber dari Allah
Yang Maha Kuasa. Hal ini ditegaskan dalam dasar negara sila
yang pertama Ketuhanan Yang Maha Esa.
Namun, juga pada alinea ke-empat disebutkan "Negara
Republik Indonesia tersusun dalam bentuk kedaulatan rakyat,"
yang berarti sumber kekuasaan juga terletak di tangan rakyat. Hal
in ditegaskan lebih lanjut dalam Bab I, pasal 1 ayat (2) yang
menyatakan bahwa "Kedaulatan adalah di tangan rakyat "
Dari frase-frase terbut di atas jelas bahwa sumber
kekuasaan untuk mengatur kehidupan kenegaraan dan
pemerintahan di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini
bersumber dari Than Yang Maha Esa dan Rakyat. Terdapat dua
sumber kekuasaan yang diametral.
Perlu adanya suatu pola sistem penyelenggaraan negara
dan pemerintahan yang bersumber dari dua sumber kekuasaan
tersebut. Perlu pemikiran baru bagaimana mengintegrasikan dua
sumber kekuasaan tersebut sehingga tidak terjadi kontroversi.
2. Hak Asasi Manusia
Berikut disampaikan beberapa rumusan tentang
kepedulian para founding fathers tentang hak asasi manusia yang
terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 : Kemerdekaan yang
dinyatakan ole rakyat dan bangsa Indonesia adalah untuk
"menciptakan kehidupan kebangsaan yang bebas,"salah satu hak
asasi manusia yang selalu didambakan, dan dituntut oleh setiap
manusia. Kemerdekaan Negara Indonesia berciri merdeka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur, merupakan gambaran
tentang negara yang menjunjung hak asasi manusia. Hak
kebebasan dan mengejar kebahagiaan diakui di Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Keseluruhan alinea kesatu Pembukaan UUD 1945
merupakan suatu pernyataan tentang hak asasi manusia, yakni
kebebasan dan kesetaraan. Kemerdekaan, perikemanusiaan dan
perikeadilan merupakan realisasi hak kebebasan dan kesetaraan.
Sementara pasal 27, 28, 29, 30 dan 31 dalam batang tubuh UUD
1945 adalah pasal-pasal yang merupakan penjabaran hak asasi
manusia. Dari frase-frase yang terdapat dalam Pembukaan UUD
1945, dan beberapa pasal dalam UUD 1945 telah memuat
ketentuan mengenai hak asasi manusia. Tidak benar bila UUD
1945 yang asli tidak mengakomodasi hak asasi manusia dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, apalagi setelah perubahan
UUD.
3. Sistem Demokrasi
Sistem pemerintahan Indonesia terdapat dalam dalam
alinea ke-empat yang menyatakan:" maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-
Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
dengan berdasar kepada Ketuhan Yang Maha Esa, Kemanusiaan
yang adil dan berasab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang
dipimpin ole hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
keadilan srosial bagi seluruh rakyat Indonesia." Frase ini
menggambarkan sistem pemerintahan demokrasi. Istilah
kedaulatan rakyat atau kerakyatan adalah identik dengan
demokrasi.
Namun dalam penerapan demokrasi disesuaikan dengan
adat budaya yang berkembang di Negara Indonesia. Sumber
kekuasaan dalam berdemokrasi adalah dari Than Yang Maha Esa
sekaligus dari rakyat. Dalam menemukan sistem demokrasi di
Indonesia pernah berkembang yang disebut "demokrasi
terpimpin," suatu ketika "demokrasi Pancasila," ketika lain
berorientrasi pada faham liberalisme.
4. Faham Kebersamaan, Kegotong-royongan
Hal ini dapat ditemukan pada : Misi Negara di antaranya
adalah "melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia," bukan untuk melindungi masing-
masing individu. Namun dengan rumusan tersebut tidak berarti
bahwa kepentingan individu diabaikan. Yang ingin diwujudkan
dengan berdirinya Negara Indonesia adalah "suatu keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indnesia." Sekali lagi dalam rumusan tersebut
tidak tersirat dan tersurat kepentingan pribadi yang ditonjolkan,
tetapi keseluruhan rakyat Indonesia.
3.1. Kesimpulan
Karakter bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang
khas-balk yang tecermin dalam Kesadaran, pemahaman, rasa, karsa dan
perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa
dan karsa, serta olah raga seseorang atau sekelompok orang. Membangun
sebuah karakter suatu bangsa sangat lah sulit, tetapi dengan cara-cara dan
strategi yang tepat akan membentuk suatu karakter yang dituju. Suatu karakter
juga dipengaruhi ole lingkungan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan
regional, lingkungan nasional dan lingkungan global. Untuk membentuk suatu
karakter yang baik maka harus dilakukan sebuah tindakan, yaitu melalui
sosialisai,pendidikan, pemberdayaan, pembudayaan, kerja sama dan lain
sebagainya. Karakter tersebut harus berlandaskan nilai-nilai Pancasila, norma
UUD 1945, keberagaman dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen
terhadap NKRI. Jika suatu karakter suatu bangsa telah terbentuk maka jadi diri
suatu bangsa akan mucul melalui karakter bangsa yang dilakukan oleh
masyarakat Negara tersebut. Bangsa Indonesia harus Terus menanamkan rasa
cinta tanah air agar tidak mudah terpengaruh arus globalisasi, Mencoba pelajari
nilai nilai pancasila dan menanamkan nya di kehidupan sehari-hari dan Sebagai
masyarakat yang baik harus menerapkan nilai-nilai pancasila dan UUD 1945
agar menjadi karakter bangsa yang elok.
DAFTAR PUSTAKA