Laprak Batuan Beku Non Fragmen Fixx-1
Laprak Batuan Beku Non Fragmen Fixx-1
PETROLOGI
ACARA I
BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL
Disusun Oleh :
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Dosen Pengampu :
Harizona Aulia Rahman, S. T., M. Eng
NIP : 198904292019031008
Disusun Oleh :
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa karena atas berkat dan rahmatnya,
sehingga laporan ini dapat selesai tepat pada waktunya. Laporan ini disusun agar
mahasiswa dapat mengetahui konsep dasar Petrologi beserta mengaplikasikannya
dalam dunia pertambangan. Dengan telah tersusunnya laporan ini, maka saya
selaku penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Harizona Aulia Rahman, S. T., M. Eng selaku dosen pengampu mata
kuliahPetrologi beserta staff pengajar lainnya.
2. Wahyu Riang Adeko dan Indra Pernanda Putra N. selaku asisten
pembimbing praktikum Petrologi yang telah memberikan bimbingan dan
arahan.
3. Semua pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung yang telah
membantu penyusun sehingga laporan ini dapat diselesaikan.
Penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan
ke depan. Akhir kata, semoga karya tulis ini dapat bermanfaat untuk
perkembangan ilmu pengetahuan. Segenap pembaca terima kasih.
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................................iv
DAFTAR ISI...................................................................................................................... v
A. Kesimpulan.....................................................................................................26
B. Saran ...............................................................................................................26
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk akibat dari pembekuan
magma cair yang terjadi baik dibawah permukaan maupun diatas
permukaan bumi. Batuan beku pada umumnya memiliki karakteristik
kristalin berbeda dengan batuan sedimen yang memiliki kenampakan
seperti berpasir dan berlapis ataupun batuan sedimen yang memiliki ciri
bekas tekanan yang tinggi kan kenaikan suhu. Pengklasifikasian batuan
beku bukanlah hal yang mudah bagi orang umum atau orang awan yang
tidak mempelajari ilmu geologi secara umum dan petrologi secara khusus.
Laporan ini disusun sebagai hasil praktikum penulis dalam
mengidentifikasikan jenis batuan beku yang telah disediakan asisten-asisten
dosen maupun batuan beku yang penulis ambil sendiri sampelnya di
lapangan.
1
1. Sampel batuan beku
2. Komparator batuan beku
3. Lup atau kaca pembesar
4. Senter dan ATK
5. Lembar deskripsi batuan beku
6. Bagan klasifikasi batuan beku (Travis 1955, IUGS 1975)
2
BAB II
DASAR TEORI
A. Magma sebagai pembentuk batuan
Magma adalah suatu lelehan silikat (SiO2) yang terdiri atas unsur-unsur
pembentuk batuan yang bersuhu tinggi pada lithosfer, yang terdiri atas ion-ion
yang bergerak bebas, hablur yang mengapung di dalamnya, serta mengandung
sejumlah bahan berwujud gas atau votail. Magma terdiri dari 8 unsur utama,
yaitu : O, Si, Al, Fe, Mg, K, Ca dan Na. Pada dasarnya magma adalah penentu
utama dalam pembentukan batuan beku, magma sangat berperan penting dalam
menentukan karakteristik batuan, lingkungan pembentuknya, derajat
kecerahan, kandungan mineral dan bagaimana tekstur batuan tersebut terbentuk
(Holmes: 1978).
Umumnya magma dapat dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan kandungan
silika (SiO2). Magma yang mengandung silika sebanyak 50% dan kandungan
Mg,Fe yang tinggi disebut dengan magma basaltic atau magma basa yang
nantinya sebagai material utama pembentuk batuan beku basa – ultrabasa
seperti basalt dan peridotit (Holmes: 1978).
Magma Rhyolitic atau magma asam mengandung 70% silika dan Mg, Fe
yang rendah, magma tersebut nantinya akan membentuk batuan beku asam atau
Acidic Igneous Rocks yang dicirikan dengan kenampakan warnanya yang cerah.
Contoh batuan asam adalah granit (Wilson: 1989).
Jenis magma selanjutnya adalah magma andesitic yaitu magma yang
mengandung komposisi silika diantara magma basa dan asam yang berkisar
60% silika dan mineral-mineral lainnya. Magma tersebut nantinya akan
membentuk batuan intermediet seperti andesite dan diorite (Wilson: 1989).
3
Gambar 1. Jenis-jenis magma (Winter, 2001)
Kajian tentang magma juga mengaji tentang bagaimana magma tersebut
terbentuk, yang salah satunya terbentuk karena proses peleburan magma.
Magma dalam kerak bumi dapat terbentuk akibat dari perbenturan maupun
pemisahan antara 2 lempeng litosfer yang mengakibatkan perubahan tekanan
dan suhu dan ditambah dengan percampuran air yang berasal dari sedimen-
sedimen Samudera dan mineral-mineral yang mengandung air yang
mengakibatkan proses peleburan Sebagian. Secara umum peleburan magma
terdiri dari 2 proses, yaitu decompression melting dan flux melting (Wilson:
1989).
Selanjutnya para ahli juga menjelaskan tentang bagaimana komposisi kimia
magma asal atau parent magma dapat berubah-ubah menjadi magma basaltic,
andesitic dan acidic, melalui proses evolusi magma yang nantinya akan
merubah komposisi kimia dari magma asal. Penjelasan mengenai evolusi
magma tidak kami bahas pada bab ini karena topik utama kita adalah batuan
beku (Julien: 2012).
B. Pengertian batuan beku secara umum
Isitlah batuan beku atau igneous rock berasal dari Bahasa latin, yaitu ignis
yang berarti api. Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari proses
pendinginan dan penurunan suhu magma sehingga membeku membentuk
mineral dan batuan, batuan beku juga merupakan kerangka utama dari lapisan
kerak bumi terutama lapisan litosfer, yaitu sekitar 65% (Brittanica: 2003).
4
Dalam mempelajari batuan beku setidaknya ada 3 hal yang perlu
diperhatikan, diantaranya struktur, tekstur dan komposisi mineral penyusun
batuan tersebut. Struktur sendiri didefinisikan sebagai bentuk tubuh batuan
dalam dimensi besar di lapangan, secara umum struktur batuan beku terbagi
menjadi 2, yaitu struktur batuan beku plutonik atau batuan beku intrusive, yang
terdiri dari konkordan (sill, laccolith, lapolith dan paccolith) dan diskordan
(dike, batolith dan stock), sedangkan struktur batuan vulkanik atau batuan
ekstrusive erupsi gunung api, kekar tiang, vasicular, lava bantal, kekar lembar
dan amygdaloidal (Holmes: 1978).
Tekstur batuan beku terbagi menjadi 2, yaitu pada saat tahap pembekuan
yang terdiri dari beberapa poin penting, seperti tingkat kristalisasi
(holokristalin, hipokristalin, dan holohialin ), kemas atau febric (equeglanular
dan inequeglanular), ukuran butir (faneritic, afanitic dan porphyrytic), bentuk
kristal (euhedral, subhedral dan anhedral) dan setelah tahap pembekuan, yaitu
(Holmes: 1978)
Batuan beku non fragmental adalah batuan beku yang terbentuk dibawah
permukaan bumi yang disebabkan oleh aktivitas tektonik dan tanpa adanya
aktivitas vulkanik ataupun gunung berapi, batuan yang terbentuk dibawah
permukaan tersebut dapat muncul ke permukaan karna beberapa sebab dan
dalam bentuk struktur batuan yang bermacam-macam, berbeda dengan batuan
beku fragmental yang melibatkan aktivitas gunung berapi dalam
pembentukannya sehingga batuan tersebut memiliki ciri berfragmen. Batuan
non fragmental juga dicirikan dengan struktur dan tekstur yang berbeda dengan
batuan beku fragmental, parameter pengklasifikasiannya pun berbeda antara
kedua jenis tersebut (Adi Maulana: 2013)
5
pengklasifikasiannya, yaitu tekstur, komposisi mineral dan warna. Beberapa
klasifikasi juga terkadang menggunakan parameter yang berbeda antara satu
sama lain, dan setiap pengklasifikasian tersebut saling melengkapi dan
memperkaya pemahaman kita tentang batuan beku. Beberapa klasifikasi
batuan beku non fragmental yang sangat popular adalah klasifikasi yang
diajukan oleh Le Bas, dkk (1986), International union of geological sciences,
dan Travis (1955) (Travis: 1955).
6
Russel B.Travis juga mencentuskan klasifikasi batuan beku berdasarkan
parameter yang berbeda dari kedua klasifikasi diatas, parameter yang diambil
oleh Travis adalah persentase kandungan K-feldspar dan Plagioclas feldspar,
persentase kandungan kuarsa, dan indeks tekstur batuan. Informasi-informasi
tambahan yang didapat dari klasifikasi travis yaitu, indeks warna, kandungan
mineral-mineral sekunder, dll (Travis: 1955)
E. Analisis petroganesa
Struktur batuan beku adalah kenampakan batuan beku dalam skala besar di
lapangan, struktur batuan beku dibagi menjadi 2 macam, yaitu struktur batuan
beku plutonic dan batuan beku vulcanic, dari kedua pembagian tersebut akan
dibagi lagi menjadi beberapa jenis. Struktur plutonic terbagi menjadi
konkordan dan diskonkordan. Konkordan adalah struktur yang tidak
memotong badan batuan yang terdiri dari sill, laccolith lapolith dan paccolith.
7
Sedangkan diskonkordan adalah struktur yang memotong tubuh batuan
samping, contoh struktur tersebut adalah dike, batolith dan stock (Wilson:
1989).
Sill merupakan kenampakan tubuh batuan intrusive yang sejajar dengan
bidang perlapisan batuan disekitarnya, sill terbentuk dari intrusi magma yang
melebar dan tidak memotong batuan samping berbeda dengan dike yang
memotong batuan samping. Sill berbeda dengan aliran lava yang mengeras,
untuk membedakannya kita dapat melihat adanya bekas pencairan parsial dan
adanya vasikular (Holmes: 1978).
Lakolit adalah intrusi melembar (atau konkordan plutonik) yang
tersuntikkan di antara dua lapisan batuan sedimen. Tekanan magma cukup
tinggi sehingga menyebabkan strata atasnya dipaksa naik ke atas,
menyebabkan lakolit menjadi berbentuk kubah atau bentuk mirip-jamur yang
cenderung planar. Lakolit biasanya diisi oleh magma dengan viskositas tinggi
yang nantinya akan membentuk batuan granit, granodiorite dan diorite (Julien:
2012).
Lapolit adalah bentuk tubuh batuan atau intrusi magma yang berbentuk
kebalikan dengan lakolit, yaitu mencembung kebawah (Julien: 2012).
Selain struktur, tekstur juga berperan penting dalam petroganesa atau
bagaimana kita mempelajari suatu batuan terbentuk di alam, tekstur faneritic
menunjukkan bahwasanya batuan tersebut mengalami proses kristalisasi yang
lambat sehingga mineral-mineral yang terbentuk dapat tumbuh dengan ukuran
besar dan bentuk yang sempurna akibatnya kerapatan antar mineral baik, yang
nantinya disebut dengan kemas yang tertutup atau granularitas equegranular.,
tekstur ini juga membentuk kristalinitas holokristalin atau penyusun batuan
yang memiliki tekstur seperti ini semuanya adalah mineral tanpa campuran
kaca (Brittanica: 2003).
Tekstur batuan juga dapat berupa afanitic atau kenampakan kristal-
kristalnya sangat halus yang disebabkan oleh proses pendinginan magma
8
secara cepat sehingga kristalisasi kristal tidak berlangsung secara sempurna
dan menghasilkan ukuran kristal yang kecil bahkan sangat kecil. Penyusun
utama dari batuan yang bertekstur ini biasanya adalah mineral dan kaca yang
sering disebut dengan istilah hipokristalin Jarak antar mineral atau kemas yang
dihasilkanpun terbuka atau inequigranular (Brittanica: 2003).
Lingukungan pembentukan juga berperan penting dalam menentukan jenis
batuan beku apa yang terbentuk. Pada umumnya batuan beku basa terbentuk
di daerah batas lempeng divergen, yaitu batas lempeng yang saling menjauh
satu sama lain. Hal ini terjadi karena magma basa tebentuk karena proses
kenaikan aliran panas dan penurunan tekanan overburden yang membentuk
magma basa melalui proses pelelehan Sebagian astenosfer. Dari magma inilah
akan terbentuk batuan beku basa dan ultrabasa (Brittanica: 2003).
Bebeda dengan magma basa yang terbentuk di lingkungan batas lempeng
divergen, magma intermediet terbentuk pada daerah lempeng konvergen.
Dengan dua lempeng saling bertemu dan membentuk zona tunjaman atau
subduksi. Lempeng osianik yang menunjam akan mengalami proses peleburan
Sebagian, kemudian naik ke atas dan berinteraksi dengan batuan samping yang
dilaluinya. Selanjutnya membentuk magma intermediet. Dari magma inilah
akan terbentuk batuan-batuan intermediet seperti andesit dan gabbro (Adi
Maulana: 2013).
Magma asam atau felsic juga terbentuk pada lingkungan yang sama dengan
magma intermediet, namun berbeda pada proses pembentukannya, jika magma
intermediet langsung terbentuk dari pelelehan Sebagian kerak oseanik, magma
felsic terbentuk dari peleburan parsial bagian bawah kerak kontinen yang
bersifat granitic. Batuan yang dihasilkan dari proses ini adalah batuan yang
bersifat asam seperti granit (Wilson: 1989).
Komposisi mineral juga berperan penting dalam pembentukan sebuah
batuan beku, hal tersebut dapat diamati pada deret reaksi Dowen. Deret bowen
menunjukan pembentukan mineral-mineral pembentuk batuan sesuai dengan
9
urutan penurunan suhu dari 1200°C yaitu membentuk mineral olivine dan
plagioclase feldspar rich Na (Anortite) hingga 600°C membentuk kuarsa. Deret
ini juga memberikan informasi tingkat keasaman mineral-mineral yang
terbentuk, semakin kebawah maka kandungan silikanya makin tinggi dan
warna batuan semakin terang dan semakin keatas kandungan silikanya rendah
dan batuan semakin gelap. Deret ini juga memberikan informasi lingkungan
pembentukan batuan dan masih banyak lagi informasi-informasi lainnya
(Wilson: 1989).
Mineral terdiri dari mineral utama atau mineral primer, yaitu mineral utama
yang membentuk sebuah batuan beku seperti mineral olivine pada peridotite
ataupun plagioclase pada basalt dan andesit. Mineral juga dapat berupa
mineral sekunder atau mineral aksesoris, yaitu mineral yang hadir dalam
jumlah yang sedikit pada batuan (Brittanica: 2003).
F. Ganesa singkapan
Ganesa singkapan adalah bagaimana sebuah singkapan batuan terbentuk,
tentunya hal ini tidak lepas dari struktur sebuah batuan. Singkapan sendiri
adalah Singkapan adalah salah satu istilah dalam geologi yang memiliki
arti bagian yang terlihat dari bukaan batuan dasar atau deposite superficial
purba pada permukaan bumi (Adi Maulana: 2013).
10
BAB III
PEMBAHASAN
Granit adalah batuan beku intrusive atau dapat disebut plutonic atau batuan
beku dalam, karna pembentukannya dibawah permukaan, sehinggal proses
kristalisasi batuan tersebut berjalan secara maksimal dalam waktu yang lambat
dan penurunan suhu berjalan secara konstan, hal tersebut membuat bentuk
kristal granit sempurna (Euhedral) dan ukuran kristalnya ( granularitas)
faneritik atau nampak besar-besar dan dapat dilihat secara makroskopis. Granit
muncul ke permukaan disebabkan beberapa faktor dan dengan struktur batuan
yang beraneka ragam sepeti dike ataupun sill (Holmes: 1978).
Granit umumnya terbentuk pada zona tabrakan antar kerak Samudra dan kerak
kontinen atau pada zona bergabungnya kontinen-kontinen, tabrakan ataupun
11
pergabungan tersebut menghasilkan energi panas yang cukup untuk
meningkatkan tekanan dan suhu pada zona tersebut sehingga terbentuklah
magma basaltic atau magma basa dari hasil pelelehan batuan sekitar. Sebagian
magma tersebut membentuk batuan basa dan ultrabasa, Sebagian lagi kemudian
berevolusi disebabkan oleh beberapa factor-faktor eksternal membentuk
magma rhyolitic atau magma asam yang berkomposisi SiO2 sebanyak 75% dari
total unsur pembentuk magma, komposisi silika yang tinggi tersebutlah yang
menyebabkan warna dari granit cenderung terang (felsic). Selain itu, warna
granit juga terkadang dipengaruhi oleh kandungan alkali feldspar (orthoclase
feldspar) yang tinggi, tingginya kandungan mineral tersebut membuat warna
granit cenderung coklat atau orange. Granit juga mengandung beberapa mineral
mafis dengan persentase rendah berkisar antara 5-15% mineral mafis tersebut
adalah biotit, hornblend dan phyroxene, kandungan mineral mafis inilah yang
seolah memberikan corak bintik-bintik hitam pada granit namun tidak sebanyak
diorite. Mineral-mineral tersebut adalah mineral yang terbentuk antara suhu 800
- 600°C dibawah permukaan tanah (Wilson: 1989).
12
B. IR-24 Diabas
Diabas atau disebut juga micro gabbro adalah batuan beku intrusive atau
plutonic dekat dengan granite, oleh sebab itu kenampakan fisik batuan gabbro
hampir mirip dengan granite dengan bintik-bintik mineral mafis yang lebih
banyak dan indeks warna yang lebih gelap. Tekstur afanitic gabbro
menunjukkan bahwa kristalisasi batuan tersebut baik karena lingkungan
pembekuan magma dibawah permukaan dan waktu kristalisasi berjalan lambat
oleh sebab itu batuan ini juga tersusun dari mineral-mineral tanpa campuran
kaca atau yang dikenal dengan kristalinitas holokristalin, tekstur tersebut
mempengaruhi struktur batuan tersebut yang cenderung masif yang disebabkan
jarak antar mineral-mineral rapat, granularitas atau kemas (fabric) dari batuan
tersebut equeglanular atau kemas tertutup (Julien: 2012).
13
Batuan ini mengandung cukup banyak mineral mafis seperti pyroxene,
hornblend, dan biotit. Pada gabbro yang bertekstur porphyrytic dijumpai juga
mineral olivine dengan persentase rendah atau sebagai mineral aksesoris. Selain
mineral mineral tersebut, mineral utama batuan gabbro adalah plagioclase
feldspar yang kaya Na seperti bytownite, labradorite, oligoclase. Dijumpai juga
quarsa dalam jumlah yang sedikit, Hal ini berakibat pada warna gabbro yang
cenderung gelap. Oleh karna itu gabbro masuk kedalam kelompok batuan
intermediet. Jejak mineral ini juga dapat menjadi petunjuk pada suhu berapa
batuan gabbro terbentuk (Julien: 2012).
14
C. IR-31 Porphyry Andesite
15
adalah afanitic, selain mempengaruhi tekstur, bentuk mineral andesite juga
dipengaruhi oleh proses pembentukan, bentuk mineral anhedral atau tidak
sempurna disebabkan oleh proses kristalisasi yang singkat. Febric atau kemas
andesite adalah kemas terbuka atau inequigranular. Sebagian andesite juga
bertekstur porphyrytic seperti andesite pada praktikum penulis kali ini, yang
dicirikan dengan keberadaan fenokris yang bermassa dasar afanitic. Perawakan
andesite juga bermacam-macam dengan warna bermacam-macam tergantung
lingkungan pembentukan andesite (Wilson: 1989).
16
D. IR-12 Peridotite
Peridotite adalah batuan beku plutonic atau batuan beku dalam ultramafic, yang
berkomposisi dominan olivine yang mencapai ≥50% dan mineral-mineral mafis
lainnya seperti pyroxene dan hornblend. Batuan ini memiliki tekstur faneritic
yang menandakan proses kristalisasinya berlangsung lambat sehinggal kristal
mineral yang dihasilkan berukuran besar dan berbentuk euhedral. Hal itu juga
berpengaruh kepada bentuk kemas atau fabric dari batuan tersebut yang
menutup atau disebut equegranular , kristalisasi batuan tersebut adalah
holokristalin karna dibentuk oleh mineral-mineral tanpa kandungan kaca, untuk
strukturnya, batuan ini cenderung masif atau berbutir seragam (Holmes: 1978).
Batuan ini terbentuk pada zona rekahan antar lempeng atau zona divergen
bersamaan dengan batuan seperti gabbro, basalt dan lainnya. Pergerakan
lempeng yang merekah tersebut memunculkan energi yang membuat suhu dan
17
tekanan meningkat sehingga batuan sekitar mengalami penurunan densitas dan
aliran konveksi menyebabkan batuan ultrabasa seperti peridotite naik ke
permukaan. Batuan ini terbentuk dari magma dengan kandungan silika yang
sangat rendah sehingga terbentuklah mineral-mineral bersuhu tinggi seperti
olivine dan tidak mengalami perubahan karena kandungan silikanya tidak
cukup untuk merubah mineral-mineral tersebut kepada jenis lain. Pengaruh
mineral sangatlah banyak, salah satunya berpengaruh kepada indeks warna
batuan ini yang sangat gelap atau ultramafic dan juga mempengaruhi densitas
dan kekerasan dari batuan tersebut. Mineral-mineral dari peridotite Ketika
melewati proses metamorfisme akan berubah menjadi mineral-mineral yang
nantinya akan Menyusun batuan serpentinite ataupun batuan metamorf lainnya
(Holmes: 1978).
Peridotite juga terbentuk atau dijumpai dengan area pembentukan intan atau
berlian. Intan akan muncul pada batuan peridotite sebagai xenolith atau
kenampakan intrusi batuan samping yang tertanam pada tubuh batuan lain
(Holmes: 1978).
18
E. IR-25 Porphyry Quartz Diorite
Batuan diorit adalah nama yang digunakan untuk kelompok batuan beku
berukuran kasar-sedang, dengan komposisi antara granit sampai gabro ataupun
basalt. Batuan ini biasanya terbentuk sebagai intrusi, baik secara dike maupun sill
pada kerak benua. Diorit sering terbentuk di atas batas lempeng konvergen, yang
mana subduksi lempeng samudra menyusup ke bawah lempeng benua (Adi
Maulana:2013).
"Partial melting" dari lempeng samudra akan menghasilkan magma basaltik yang
naik dan mengintrusi batuan granit yang ada di lempeng benua. Disitu akan terjadi
proses pencampuran magma basaltik dengan magma granit (batu granit yang
meleleh) dan akan naik melalui lempeng benua, baik secara sill maupun dike.
Lelehan ini akan menghasilkan komposisi antara basalt hingga granit, dan diorit
akan terbentuk jika hasil lelehan ini mengkristal secara lambat dibawah permukaan
(Adi Maulana: 2013).
19
F. Basalt
Basalt adalah batuan beku mafic yang terbentuk diatas permukaan tanah
dengan proses pendinginan yang sangat cepat sehingga menghasilkan butir
kristal yang sangat halus atau mikroskopis. Sama halnya dengan batuan beku
basa lainnya, basalt juga terbentuk pada lingkungan yang sama dengan
peridotite dan terbentuk dari jenis magma yang sama (Brittanica: 2003).
20
pembekuan magmamengikuti rekahan atau pola kelurusan dan kemiringan
lapisan batuan di sekitarnya) juga menjadi ciri dari basalt ini (Brittanica: 2003).
Basalt tersusun atas mineral-mineral mafik seperti sedikit olivin dan mulai
banyak piroksin. Mineral plagioklas juga terdapat pada batuan ini jenis anortit-
labradorit. Mineral pada basalt berukuran halus jadi perlu bantuan lup apabila
ingin mengetahui komposisi detail tapi beberapa mineral seperti piroksen dan
plagioklas masih bisa terlihat kasat mata. Basalt yang berstruktur vesikuler
mampu meloloskan air dengan baik, sehingga mata air yang melewati batuan
ini cenderung mengandung banyak mineral (Brittanica: 2003).
21
G. Quartz Andesite
22
atau inequigranular. Sebagian andesite juga bertekstur porphyrytic seperti
andesite pada praktikum penulis kali ini, yang dicirikan dengan keberadaan
fenokris yang bermassa dasar afanitic. Perawakan andesite juga bermacam-
macam dengan warna bermacam-macam tergantung lingkungan
pembentukan andesite (Wilson: 1989).
23
H. Andesite
24
atau inequigranular. Sebagian andesite juga bertekstur porphyrytic seperti
andesite pada praktikum penulis kali ini, yang dicirikan dengan keberadaan
fenokris yang bermassa dasar afanitic. Perawakan andesite juga bermacam-
macam dengan warna bermacam-macam tergantung lingkungan
pembentukan andesite (Adi Maulana: 2013).
25
BAB IV
PENUTU
A. KESIMPULAN
Dari laporan ini kita dapat menarik beberapa kesimpulan tentang apa itu
batuan beku, yaitu :
1. Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari proses pembekuan
magma dibawah permukaan tanah ataupun diatas permukaan tanah.
2. Batuan beku dapat diklasifikasikan berdasarkan kompoisisi mineral,
kandungan silika, dan lingkungan pembentukan
3. Batuan beku berbeda secara fisik dengan batuan sedimen ataupun
metamorf, batuan beku dicirikan dengan tekstur yang kristalin.
4. Klasifikasi yang biasa digunakan adalah klasifikasi Travis (1955) dan
IUGS(1975)
5. Batuan beku memiliki tekstur dan struktur yang bermacama-macam,
satu jenis batuan terkadang memiliki lebih dari satu tekstur dan struktur.
B. KRITIK DAN SARAN
Beberapa kritik dan saran untuk membangun
1. Pada saat praktikum pastikan setiap anggota menyiapkan flash
smartphone masing-masing
2. Pastikan pengamatan mineral dilakukan secara teliti dan tepat, karna hal
tersebut akan sangat menentukan jenis batuan tersebut
3. Amati perbedaan antara mineral-mineral mafis. Karena bentuk dan
struktur mineral-mineral tersebut secara makroskopis hampir sama.
4. Mineral kuarsa terkadang mirip dengan mineral-mineral lain dibeberapa
situasi, amati dengan cermat
26
5. Tulis dan hitung presentase mineral secara teliti dan bandingkan dengan
keaadaan di lapangan, apakah batuannya mirip.
27
DOKUMENTASI
Batuan Beku 3
X=651935.63E
Y=9890276.891N
Z=12.58M
Batuan Beku 1
X=47 S 661728.43E
Y= 9899449.44N
Z= 217.15M
Batuan Beku 2
X=650743.959E
Y=9892460.217N
Z= 115.65M
DAFTAR PUSTAKA