Anda di halaman 1dari 18

AL-QUR’AN SUMBER HUKUM PERTAMA

DALAM ISLAM
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Materi PAI
Dosen Pengampu : Dr. MUHAMMAD ZEIN S.Pd.I, M.Pd.I

DISUSUN OLEH :
IKA INDRIA ADISTY ( 19.02.0007 )
Prodi : Tarbiyah (Pendidikan Agama Islam)
Semester : IV/1 PAI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM UISU


PEMATANGSIANTAR
TA. 2020/2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 2
A. Latar Belakang...................................................................................... 2
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan Masalah.................................................................................... 3
BAB 11 PEMBAHASAN............................................................................... 4
A. Pengertian Al-Qur’an............................................................................ 4
B. Fungsi dan Tujuan Al-Quran................................................................ 5
C. Manfaat Membaca Al-Qur’an............................................................... 8
D. Isi Kandungan Al-Qur’an..................................................................... 9
E. Pengertian Asbab Al-Nuzul.................................................................. 11
F. Pengertian Nasakh Mansukh, Muhjamat Mutasyabihat, Am dan Khasy
beserta Contohnya................................................................................ 12
BAB III PENUTUP........................................................................................ 16
A. Simpulan............................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 17

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sumber ajaran islam ialah segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan,
atau pedoman syariat islam. Ajaran Islam adalah pengembangan agama Islam.
Agama Islam bersumber dari Al-Quran yang memuat wahyu Allah dan al-Hadis
yang memuat Sunnah Rasulullah. Komponen utama agama Islam atau unsur
utama ajaran agama Islam (akidah, syari’ah dan akhlak) dikembangkan dengan
rakyu atau akal pikiran manusia yang memenuhi syarat runtuk
mengembangkannya.
Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ’ain , yakni kewajiban
pribadi setiap muslim dan muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama yang
dikembangkan oleh akal pikiran manusia, diwajibkan kepada masyarakat atau
kelompok masyarakat. Berijtihad adalah berusaha sungguh-sungguh dengan
memperguna kan seluruh kemampuan akal pikiran, pengetahuan dan pengalaman
manusia yang memenuhi syarat untuk mengkaji dan memahami wahyu dan
sunnah serta mengalirkan ajaran, termasuk ajaran mengenai hukum (fikih) Islam
dari keduanya.
Dalam upaya memahami ajaran Islam, berbagai aspek yang berkenaan
dengan Islam perlu dikaji secara seksama, sehingga dapat menghasilkan
pemahaman Islam yang komprehensif. Hal ini penting dilakukan, karena kualitas
pemahaman ke Islaman seseorang akan mempengaruhi pola pikir, sikap, dan
tindakan ke Islaman yang bersangkutan. Untuk itu uraian di bawah ini diarahkan
untuk mendapatkan pemahaman tentang Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Al-Qur’an?
2. Apa saja fungsi dan tujuan Al-Qur’an?
3. Apa saja manfaat membaca Al-Qur’an?

2
4. Bagaimana isi kandungan Al-Qur’an?
5. Bagaimana pengertian Asbab Al-Nuzul?
6. Bagaimana pengertian Nasakh Mansukh, Muhjamat Mutasyabihat, am
dan khasy beserta contohnya ?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui bagaimana pengertian Al-Qur’an.
2. Mengetahui apa Saja fungsi dan tujuan Al-Qur’an.
3. Memahami manfaat membaca Al-Qur’an.
4. Mengetahui isi kandungan Al-Qur’an.
5. Memahami pengertian Asbab Al-Nuzul.
6. Memahami dan mengetahui pengertian Nasakh Mansukh, Muhjamat
Mutasyabihat, am dan khasy beserta contohnya.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Al-Qur’an
Pendapat para ahli mendifinisikan alquran:
1. Dr. Subhi Al Salih mendefinisikan Al-Qur’an sebagai berikut:
– “Kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf serta diriwayatkan
dengan mutawatir, membacanya termasuk ibadah”.

2. Muhammad Ali ash-Shabuni mendefinisikan Al-Qur’an sebagai berikut:


– “Al-Qur’an adalah firman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW penutup para Nabi dan Rasul, dengan
perantaraan Malaikat Jibril a.s. dan ditulis pada mushaf-mushaf yang
kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta membaca dan
mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan surat Al-Fatihah
dan ditutup dengan surat An-Nas”

Secara etimologi Alquran berasal dari kata qara’a, yaqra’u, qiraa’atan, atau
qur’anan yang berarti mengumpulkan (al-jam’u) dan menghimpun (al-dlammu).
Sedangkan secara terminologi (syariat), Alquran adalah Kalam Allah ta’ala atau
mu’jizat yang diturunkan kepada Rasul dan penutup para Nabi-Nya, Muhammad
shallallaahu ‘alaihi wasallam,yang ditulis dalam mushaf diriwayatkan secara
mutawatir dan membacanya ibadah,dan diawali dengan surat al-Fatihah dan
diakhiri dengan surat an-Naas. Dan menurut para ulama klasik, Alquran sumber
agama (juga ajaran) Islam pertama dan utama yang memuat firman-firman
(wahyu) Allah, sama benar dengan yang disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada
Nabi Muhammad sebagai Rasul Allah sedikit demi sedikit selama 22 tahun 2
bulan 22 hari, mula-mula di Mekah kemudian di Medinah.1

1 Makalah “Al-Qur’an; Pengertian, kedudukan dan Fungsi serta Sejarah Kodifikasi”,


Jakarta; 2001.

4
B. Fungsi dan Tujuan Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah dokumen untuk umat manusia. Bahkan kita ini sendiri
menamakan dirinya petunjuk bagi manusia. Allah SWT berfirman Dalam QS: Al-
Baqarah [2]: 185 & 2:
﴾۲﴿ ‫َذ ِلَك اْلِكَتاُب َال َر ْيَب ِفيِه ُهًدى ِلْلُم َّتِقْيَن‬
Artinya : “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan pada isinya, petunjuk bagi
orang-orang yang bertaqwa”. (QS: Al-Baqarah [2]: 2).2

‫َش ْهُر َر َم َض اَن اَّلِذ ي ُأْنِز َل ِفيِه اْلُقْر آُن ُهًدى ِللَّناِس َو َبِّيَناٍت ِم َن اْلُهَدى َو اْلُفْر َقاِن َفَم ْن َش ِهَد ِم ْنُك ُم الَّشْهَر َفْلَيُص ْم ُه َو‬
‫َم ْن َك اَن َم ِريًضا َأْو َع َلى َس َفٍر َفِع َّد ٌة ِم ْن َأَّياٍم ُأَخ َر ُيِريُد ُهَّللا ِبُك ُم اْلُيْس َر َو ال ُيِريُد ِبُك ُم اْلُعْس َر َو ِلُتْك ِم ُلوا اْلِع َّدَة َو ِلُتَك ِّب ُر‬
﴾۱٨۵﴿ ‫وا َهَّللا َع َلى َم ا َهَداُك ْم َو َلَع َّلُك ْم َتْشُك ُروَن‬
Artinya : “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan
yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara
yang hak dan yang bathil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di
negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan
itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka
(wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-
hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan
hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan
kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS: Al-Baqarah [2]: 185).3

Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa Al-Qur’an adalah petunjuk yang


didesain sedemikian rupa sehingga jelas bagi umat manusia dengan petunjuk itu
manusia bisa membedakan mana yang hak dan bathil. Inilah sesungguhnya fungsi
Al-Qur’an, yaitu sebagai pedoman hidup umat manusia. Karena itu bila Al-Qur’an
dipelajari dengan benar dan sungguh-sungguh maka isi kandungannya akan

2 Drs. Abuddin Nata, M.A, Al-Qur’an Dan Hadits (Dirasah Islamiyah I), Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 1995, h. 54
3 Kementerian Agama. 1974. “Terjemahan Al-Qur’an”, Jakarta: Departemen RI.

5
membantu Kita menemukan nilai-nilai yang dapat dijadikan pedoman untuk
menyelesaikan berbagai problem hidup.4
a. Adapun fungsi Al-Qur’an yang lainnya adalah:
1. Pengganti kedudukan kitab suci sebelumnya yang pernah diturunkan
Allah SWT.
2. Tuntunan serta hukum untuk menempuh kehidupan.
3. Menjelaskan masalah-masalah yang pernah diperselisihkan oleh umat
terdahulu.
4. Sebagai Obat penawar (syifa’) bagi segala macam penyakit, baik
penyakit rohani maupun jasmani. Seperti Firman Allah SWT dalam
QS. Yunus: 57, Al-Isra’: 82, dan Fushilat: 44.
﴾۵۷﴿ ‫َيا َأُّيَها الَّناُس َقْد َج اَء ْتُك ْم َم ْو ِع َظٌة ِم ْن َر ِّبُك ْم َو ِش َفاٌء ِلَم ا ِفي الُّص ُدوِر َو ُهًدى َو َر ْح َم ٌة ِلْلُم ْؤ ِمِنيَن‬
Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus [10]: 57).

﴾٨۲﴿ ‫َو ُنَنِّز ُل ِم َن اْلُقْر آِن َم ا ُهَو ِش َفاٌء َو َر ْح َم ٌة ِلْلُم ْؤ ِمِنيَن َو ال َيِزيُد الَّظاِلِم يَن ِإال َخ َس اًرا‬
Artinya : “Dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi obat dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan (Al-Quran itu) tidaklah menambah
kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”. (QS. Al-Isra' [17]: 82).

5. Sebagai pembenar kitab-kitab suci sebelumnya, yakni Taurat, Zabur,


dan Injil. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam QS. Fathir: 31 dan
Al-Maidah: 48.
﴾۳۱﴿ ‫َو اَّلِذ ي َأْو َح ْيَنا ِإَلْيَك ِم َن اْلِكَتاِب ُهَو اْلَح ُّق ُمَص ِّد ًقا ِلَم ا َبْيَن َيَد ْيِه ِإَّن َهَّللا ِبِعَباِدِه َلَخ ِبيٌر َبِص يٌر‬
Artinya : “Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) adalah
Al-Kitab (Al Qur’an) itulah yang benar, membenarkan kitab-kitab yang
sebelumnya.” (QS. Fathir: 31).

4 Faridl, Miftah. 2004. “Pokok-pokok Ajaran Islam”.

6
‫َو َأْنَز ْلَنا ِإَلْيَك اْلِكَتاَب ِباْلَح ِّق ُمَص ِّد ًقا ِلَم ا َبْيَن َيَد ْيِه ِم َن اْلِكَتاِب َو ُمَهْيِم ًنا َع َلْيِه َفاْح ُك ْم َبْيَنُهْم ِبَم ا َأْنَز َل ُهَّللا َو ال َتَّتِبْع َأْه‬
‫َو اَء ُهْم َع َّم ا َج اَء َك ِم َن اْلَح ِّق ِلُك ٍّل َجَع ْلَنا ِم ْنُك ْم ِش ْر َع ًة َوِم ْنَهاًجا َو َلْو َش اَء ُهَّللا َلَجَع َلُك ْم ُأَّم ًة َو اِح َد ًة َو َلِكْن ِلَيْبُل َو ُك ْم ِفي‬
﴾٤٨﴿ ‫َم ا آَتاُك ْم َفاْسَتِبُقوا اْلَخْيَر اِت ِإَلى ِهَّللا َم ْر ِج ُع ُك ْم َجِم يًعا َفُيَنِّبُئُك ْم ِبَم ا ُكْنُتْم ِفيِه َتْخ َتِلُفوَن‬
Artinya “Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur'an dengan membawa
kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang
diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka
putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah
datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan
jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya
satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya
kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah
kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu
perselisihkan itu.” (QS. Al-Ma’idah: 48).

b. Tujuan Diturunkannya Al-Qur’an


Sebagai pedoman hidup yang benar, Al-Qur’an niscaya harus memberikan
suatu petunjuk hidup yang benar, mendasar dan pasti. Sehingga dapat dijadikan
sebagai pegangan yang kokoh dalam menghadapi hidup. Oleh karena itu tujuan
utama diturunkannya Al-Qur’an tidak lain kecuali untuk memberikan petunjuk
kepada umat manusia ke jalan yang harus ditempuh demi kebahagiaan hidup di
dunia dan di akhirat. Adapun petunjuk yang diberikan oleh Al-Qur’an pada
pokoknya ada tiga:
1. Petunjuk aqidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia yang
tersimpul dalam keimanan akan keesaan Allah dan kepercayaan akan
kepastian adanya hari pembalasan.
2. Petunjuk mengenai akhlaq yang murni dengan jalan menerangkan norma-
norma keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia dalam
kehidupannya secara individual dan kolektif.

7
3. Petunjuk mengenai syari’at dan hukum dengan jalan menerangkan dasar-
dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam hubungannya
dengan Tuhan dan sesamanya.

C. Manfaat Membaca Al-Qur’an


1. Membaca Al Quran Akan Mendapat Banyak Keuntungan, Seorang
muslim yang membaca Al Quran tidak akan pernah merasa dirugikan.
Itu artinya banyak sekali keuntungan yang akan ia dapatkan.
2. Tetap Dapat Pahala Meskipun Tidak Lancar dalam Membacanya,
Syarat membaca Al Quran tidak harus lancar dulu baru mendapatkan
pahala. Tapi meskipun kamu masih terbata-bata dalam membacanya
tetap akan mendapatkan ganjaran dari Allah SWT. Besarnya pahala
membaca Al Quranyang akan didapatkan adalah sebanyak 2 pahala.
3. Mendatangkan Syafa’at Di Hari Kiamat, Seorang muslim yang
senantiasa membaca Al Quran di rumah akan mendapatkan syafaat
kelak di hari kiamat. Terutama bagi seorang muslim yang mempunyai
waktu khusus dalam kegiatan sehari-hari untuk membaca Al Quran ini.
Dalam sehari tidak pernah terlewatkan hidup tanpa bacaan Al Quran. .
Membaca Al Quran merupakan Salah Satu Ibadah yang Agung.
4. Keutamaan membaca Al Quran memang begitu dahsyat. Ibadah yang
satu ini tergolong dalam salah satu ibadah yang paling agung. Allah
SWT sangat menyukai dan mencintai seorang muslim yang selalu
membaca Al Quran.
5. Dapat Menjadi Hati Lebih Tentram, Al Quran ini bisa membuat hati si
pembaca menjadi tentram. Penting bagi setiap muslim ketika dihantui
rasa cemas, takut dan sedih untuk banyak-banyak mengingat Allah
salah satu di antaranya yang paling mujarab adalah dengan membaca
Al Quran ini.5

5 Drajat, A. 2017. Ulumul Qur’an: Pengantar Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Jakarta: Prenandamedia


Group

8
D. Isi Kandungan Al-Qur’an
Adapun isi kandungan Al-Qur’an terdiri dari akidah, ibadah dan
muamalah, hukum, sejarah, akhlak, dan ilmu pengetahuan. Untuk memahami isi
Al-Qur’an, lebih jelasnya simak penjabaran berikut ini.
1) Akidah
Akidah secara bahasa berarti keyakinan. Sedangkan secara istilah artinya
suatu kepercayaan yang harus diyakini dengan sepenuh hati, dinyatakan
dengan lisan, dan dibuktikan dengan amal perbuatan. Inti pokok dari
akidah adalah tauhid atau keyakinan penuh akan keesaan Allah Subhanahu
wa ta’ala. Seorang Muslim hendaknya tidak meragukan lagi keesaan dan
kebesaran Allah, Tuhan alam semesta. Selain itu, konsep keimanan ini
juga berlaku pada rukun iman lainnya. Adapun rukun iman tersebut adalah
iman kepada malaikat, iman kepada kitab-kitab, iman kepada rasul, iman
kepada hari kiamat, dan iman kepada takdir baik buruk Allah.

2) Ibadah dan Muamalah


Eksistensi manusia di muka bumi ini tentu karena kuasa Allah Subhanahu
wa ta’ala. Kuasa Allah sebagai pencipta menjadikan-Nya satu-satunya zat
yang pantas untuk disembah. Untuk itu setiap manusia diperintahkan
untuk menyembah Allah dengan melakukan ibadah. Artinya, manusia
diperintahkan untuk menyembah atau mengabdi sepenuhnya kepada Allah
Subhanahu wa ta’ala dengan tunduk, taat, dan patuh kepada-Nya. Selain
beribadah, manusia juga memiliki kecenderungan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya dengan manusia lain. Untuk itu, Allah mengatur
hubungan antarmanusia dalam Al-Qur’an yang disebut muamalah.

3) Hukum
Hukum dalam Al-Qur’an berisikan kaidah-kaidah dan ketentuan-ketentuan
dasar serta menyeluruh bagi umat manusia. Hukum ini dapat menjadikan
hidup manusia menjadi lebih tentram, adil, dan sejahtera. Adapun hukum
yang tercantum dalam Al-Qur’an meliputi hukum perkawinan, hukum

9
waris, hukum perjanjian, hukum pidana, hukum perang, dan hukum
antarbangsa.

4) Sejarah
Al-Qur’an mengungkapkan sejarah dan cerita masa lalu untuk dijadikan
pelajaran ('ibrah) bagi umat Islam. Pelajaran ini bisa menjadi pedoman
untuk menjalani kehidupan agar senantiasa diridhoi Allah Subhanahu wa
ta’ala. Banyak diceritakan kisah para sahabat yang memiliki akhlak baik,
senantiasa mematuhi perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Dan
begitu pula sebaliknya, supaya manusia bisa mengambil pelajaran dari
kisah tersebut.

5) Akhlak
Isi kandungan yang tak kalah penting untuk dijadikan pedoman manusia
adalah akhlak. Secara istilah, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa
manusia dan muncul secara spontan dalam tingkah laku sehari-hari. Figur
yang bisa dijadikan suri tauladan bagi umat Islam adalah Rasulullah
Salallahu ‘alaihi Wassalam. Sebab, kepribadian beliau bersumber
langsung pada Al-Qur’an. Dengan mengikuti akhlak Rasulullah, seorang
Muslim akan menjadi pribadi yang berakhlak mulia dan jauh dari akhlak
tercela.

6) Ilmu Pengetahuan
Al-Qur’an banyak mengandung ayat yang mengisyaratkan ilmu
pengetahuan sains dan teknologi. Ilmu ini sangat potensial untuk
kemudian dikembangkan guna kemaslahatan dan kesejahteraan umat
manusia. Ayat yang pertama kali diturunkan Allah adalah Al-Alaq, yang
memerintahkan umat Islam untuk membaca sebagai jembatan utama untuk
mendalami ilmu pengetahuan. Ini mengisyaratkan Al-Qur’an ada sebagai
sumber ilmu pengetahuan bagi manusia.

10
E. Pengertian Asbabun Nuzul
Ungkapan Asbab An-Nuzul merupakan bentuk idhafah dari kata “asbab”
dan nuzul Secara etimologis, asbabun nuzul ayat itu berarti sebab-sebabyang
melatar belakangi terjadinya sesuatuatau dalam hal ini adalah sebab-sebab turun
ayat. dalam pengertian sederhana turunnya suatu ayat disebabkan oleh suatu
peristiwa, sehingga tanpa adanya peristiwa itu, ayat tersebut itu tidak turun.
Banyak pengertian terminology yang dirumuskan oleh para ulama, diantaranya:
1. Menurut Az Zarqani:
“Asbab An-Nuzul” adalah khusus atau sesuatu yang terjadi serta ada
hubungannya dengan turunnya Al Qur’an sebabagi penjelas hokum pada
saat peristiwa itu terjadi.”

2. Ash shabuni:
“Asbab An-Nuzul” adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabkan
turunnya satu atau beberapa ayat yang mulia yang berhubungan dengan
kejadian tersebut baik berupa pertanyaan yang diajukan kepada nabi atau
kejadian yang berkaitan dengan urusan agam.”
Subhi Shalih

‫ما نزلة األية او اآليات بسببه متضمنة له أو مجيبة عنه أو مبينة لحكمه زمن وقوعه‬
Artinya : “Sesuatu yang dengan sebabnyalah turun sesuatu ayat atau
beberapa ayat yang mengandung sebab itu, atau memberi jawaban tentang sebab
itu, atau menerangkan hukumnya; pada masa terjadinya peristiwa itu.”

3. Mana Al Qathan
“Asbab An-Nuzul” Adalah peristiwa yang menyebabkan turunnya Al
Qur’an berkenaan dengan waktu peristiwa itu terjadibaik berupa suatu
kejadisn atau pertanyaan yang diajukan kepada Nabi.”

11
F. Pengertian Nasakh Mansukh, Mukhamat, Mutasyabihat, ‘Am dan Khas

1. Pengertian Nasakh dan Mansukh


Dari segi bahasa nasakh mempunyai arti menghapus (izalat), menukar
(tabdil), mengubah (tahwil), dan juga memindahkan (an-naql) yang berarti juga
menghapus. Di samping itu, kata nasakh juga mempunyai arti menyalin/mengutip
maksudnya menyalin atau mengutip dari satu buku ke buku yang lain dengan
tetap ada persamaan antara kutipan yang satu dengan dikutip yang lain. Mengubah
atau membatalkan sesuatu dengan menempatkan sesuatu yang lain sebagai
penggantinya. Adapun, pengertian nasikh menurut istilah ada dua macam, yaitu
sebagai berikut.
a) Nasikh ialah hukum syara’ yang menghapus/mengubah dalil syara’ yang
terdahulu dan menggantikannya dengan hukum baru yang ada
dibawahnya. Dalam contoh penghapusan kewajiban bersedekah kalau
akan menghadap Rasulullah salallah wa alaih wassalam.
b) Nasikh ialah yang menghapus dan menggantikan hukum-hukum
syara’pada hakikat nya ialah Allah Subhanahu wata’ala.sebab dalam
hukum syara’ itu hanya dari Allah dan juga tidak diubah /diganti oleh
selain-nya. Hal ini sesuai dengan firman-Nya yang artinya “menetapkan
hukum itu hanyalah hak Allah”[Q.S.Al-An’am 57].

Menurut istilah,nasakh itu diartikan dengan mengubah sesuatu


ketentuan/hukum yang dengan cara membatalkan ketentuan hukum yang
ada,digantikan hukum yang baru yang lain ketentuannya.

Sedangkan pengertian mansukh menurut bahasa, mansukh ialah sesuatu


yang dihapus/dihilangkan/dipindah atau disalin/dinukil. Sementara menurut istilah
para ulama’, mansukh ialah hukum syara’ yang diambil dari dalil syara’ yang
sama, yang belum diubah atau dibatalkan atau diganti dengan hukum syara’ yang
baru yang datang kemudian. Dalam mansukh ada ketentuan hukum syara’ pertama

12
yang telah diubah dan diganti dengan yang baru karena adanya perubahan situasi
dan kondisi yang menghendaki perubahan dan penggantian hukum.

2. Pengertian Mukhamat dan Mutasyabih


Mukham secara bahasa berasal dari kata hakama. Kata hukm berarti
memutuskan antara dua hal atau lebih perkara, maka hakim adalah orang yang
mencegah yang zalim dan memisahkan dua pihak yang sedang bertikai. Mukham
adalah sesuatu yang dikokohkan, jelas, fasih dan membedakan antara yang hak
dan batil.
Sedangkan mutasyabih secara bahasa berasal dari kata syahaba, yakni bila
salah satu dari dua hal serupa dengan yang lain. Syubhah ialah keadaan di mana
satu dari dua hal itu tidak dapat dibedakan dari yang lain karena adanya kemiripan
di antara keduanya secara konkrit atau abstrak. Selain pengertian berdasarkan
bahasa atau etimologi, adapun pengertian keduanya secara istilah atau
terminologi. Seperti yang diungkapkan oleh beberapa para ulama, yaitu :
a) Kelompok ahlussunnah berpendapat bahwa ayat-ayat mukham adalah ayat
yang baik melalui takwil (metafora) ataupun tidak, maksudnya dapat
diketahui dengan gamblang. Sementara itu, ayat-ayat mutasyabih adalah
ayat yang maksudnya hanya dapat diketahui oleh Allah Subhana wa
Ta’ala, seperti saat kedatangan hari kiamat, keluarnya Dajjal, dan huruf-
huruf muqaththa’ah.
b) Ayat-ayat mukham adalah ayat yang maknanya jelas, sedangkan ayat-ayat
mutasyabih sebaliknya.
c) Ibn ‘Abbas mendefinisikan ayat-ayat mukham sebagai ayat yang tidak
memunculkan kemungkinan sisi arti lain, sedangkan ayat-ayat mutasyabih
yaitu ayat yang mempunyai kemungkinan sisi arti banyak.
d) Al-Mawardi mengemukakan bahwa ayat-ayat mukham adalah ayat yang
maknanya dapat dipahami akal, seperti bilangan rakaat shalat, kekhususan
bulan ramadhan untuk pelaksanaan puasa wajib, sedangkan ayat-ayat
mutasyabih sebaliknya.

13
e) Ayat-ayat muhkam adalah ayat yang dapat berdiri sendiri dalam
pemaknaannya, sedangkan ayat-ayat mutasyabih bergantung pada ayat
lain.
f) Ayat-ayat mukham adalah ayat yang tanpa pentakwilan, maksudnya segera
dapat diketahui, sedangkan ayat-ayat mutasyabih berbicara tentang kisah-
kisah dan perumpamaan-perumpamaan.

Dari pengertian diatas dapat disimpilkan bahwa mukham adalah ayat-ayat


yang maknanya sudah jelas, tidak samar lagi. Adapun mutasyabih adalah ayat-
ayat yang maknanya belum jelas sehingga memerlukan pentakwilan untuk
mengetahui maksudnya.

3. Pengertian ‘Am dan Khas


Dalam ilmu ushul fiqh permasalahan ‘âm dan khâs banyak mendapat
sorotan secara mendalam oleh para ulama ushul fiqh sejak dulu, karena hal ini
sering memunculkan perbedaan pendapat di antara mereka. Perbedaan tersebut
terjadi karena berhubungan dengan kedudukan hadits-hadits ahad dengan
keumuman Al-Qur’an dan kedudukan qiyâs terhadap nash-nash yang bersifat
umum. Untuk mengetahui konsep ‘âm dan khâs yang menjadi kajian dalam
pembahasan ini, maka di bawah ini akan dikemukakan pengertian ‘âm dan khâs
serta hal-hal yang berkaitan dengannya.
a) ‘Âm
‘Âm menurut bahasa ialah cakupan sesuatu baik lafaz atau selainnya.
Sedangkan menurut istilah ialah lafaz yang menunjukkan pada jumlah
yang banyak dan satuan yang termasuk dalam pengertiannya dalam satu
makna yang berlaku. Adapun yang dimaksud dengan satu makna yang
berlaku yaitu lafaz yang tidak mengandung arti lain yang bisa
menggantikan makna tersebut (bukan musytarak). Di sini dapat ditegaskan
bahwa lafaz ‘âm tersebut menunjukkan arti banyak dengan
menggunakan satu ungkapan dan dalam keadaan yang sama. Ini sedikit
berbeda dengaistilah yang diberikan oleh golongaHanafiyah. Menurutnya,

14
lafaz ‘âmialah suatu lafas yang mencakup arti secara keseluruhan, baik
dengamenggunakan lafaz seperti rijâl atau dengan menggunakan ism
maushûl yang menunjukkan arti jamak ataism syarth dan yang semisa
dengannya seperti seperti lafaqaum, jin dan ins.

b) Khas
Khas menurut bahasa ialah lawan daripada ‘âm. Sedangkan menurut
istilah ialah suatu lafaz yang menunjukkan arti tunggal yang menggunakan
bentuk mufrad, baik pengertian itu menunjuk pada jenis, atau menunjuk
macam, atau juga menunjuk arti perorangan, ataupun isim jumlah.
Singkatnya bahwa setiap lafaz yang menunjukkan arti tunggal itulah lafaz
khâs. Dan menurut kesepakatan para ulama bahwa setiap lafaz yang khâs,
menunjukkan pengertian yang qath’iy yang tidak mengandung adanya
kemungkinankemungkinan yang lain.

15
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Banyak pendapat tentang pengertian Al-Qur’an. Namun nama yang paling
populer adalah Al-Qur’an, yang merupakan bentuk kata masdar dari qo-ra-
a, sehingga kata Al-Qur’an dimengerti oleh setiap orang sebagai nama kitab suci
yang mulia. Subhi al-shalih mengemukakan berbagai pendapat dari para pakar Al-
Qur’an sebagai berikut. Jadi, bukan berasal dari akar kata qo-ra-a. sebab jika
demikian, tentu semua yang dibaca dapat dinamai Al-Qur’an. Nama itu khusus
bagi Al-Qur’an seperti halnya Taurat dan Injil. Kedua, al-farrah yang
berpendapat, lafadz Al-Qur’an adalah pecahan dari musytaq dari kata
qora’in, bentuk plural dari qorinah yang berarti ‘kaitan’ , karena ayat-ayat Al-
Qur’an satusama lain saling berkaitan. Ia mengemukakan contoh kalimat qarn al-
sya’I yang berarti ‘menggabungkan sesuatu dengan sesuatu’. Jadi, kata qarn
dalam hal ini bermakna ‘gabungan atau kaitan’ karena surah-surah dan ayat-ayat
saling berkait dan bergabung. Sementara, al-Lihyani berpendapat, lafadz Al-
Qur’an ditulis dengan huruf hamzah ditengahnya berdasarkan pola kata ghufran
dan merupakan pecahan kata dari kata qo-ra-a yang berarti tala atau ‘membaca’.

16
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Anwar Firdausi. 2015. Membincang Ayat-Ayat Muhkam Dan


Mutasyabih. Ulul Albab Volume 16 (1) : 82-83
M. Amari, H. Nur. 2014. Mengkaji Ilmu Tafsir. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri
Drajat, A. 2017. Ulumul Qur’an: Pengantar Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Jakarta:
Prenandamedia Group
Kementerian Agama. 1974. “Terjemahan Al-Qur’an”, Jakarta: Departemen RI.
Zuri, Alam L. “Pengertian Al-Qur’an”, www.grameenfoundation.org (Di akses
pada 12 September 2010).

17

Anda mungkin juga menyukai