Punya Saya
Punya Saya
OLEH:
NI WAYAN SANDY PRAMITHA
PO.71.39.1.21.061
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas rahmat
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan Proposal Karya Tulis
Ilmiah dengan judul “Skrining Fitokimia Dan Uji Antibakteri Ekstrak Kombinasi Daun,Kulit,
Dan Buah Jeruk Kunci (Citrus Microcarpa Bunge) Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Staphylococus aureus tepat pada waktunya.Proposal ini disusun untuk memenuhi syarat
mencapai gelar ahli madya Farmasi pada Program Studi Farmasi Poltekes Kemenkes Palembang.
Penulisan Proposal ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah membantu dan
mendukung. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Ibu Dewi Marlina, S.F., Apt, M.Kes selaku dosen pembimbing
yang senantiasa membimbing, mengarahkan, dan mendukung
penulis dalam menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Dr. Sonlimar Mangunsong, Apt., M.Kes selaku pembimbing
pendamping yang memberi masukan dan saran dalam penulisan
Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Ibu Mindawarnis, S.Si., Apt., M.Kes selaku Ketua Jurusan
Farmasi Poltekkes Kemenkes Palembang.
4. Bapak dan Ibu dosen serta staf Poltekkes Kemenkes Palembang Jurusan
Farmasi.
5. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan doa, dukungan, dan
motivasi dalam menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah ini.
6. Teman-teman dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu
yang selalu memberi dukungan dan motivasi sehingga mendorong penulis untuk
pantang menyerah dan selalu semangat dalam keadaan apapun.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih banyak kekurangan.Oleh karena itu, penulis
mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun, demi tercapainya kesempurnaan pada
proposal ini. Akhir kata, penulis berharap penelitian ini semoga bermanfaat bagi kalangan
akademis, masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Palembang,
Penulis
Disetujui Oleh :
Dewi Marlina, S.F., Apt., M.Kes Dr. Sonlimar Mangunsong, Apt., M.Kes
NIP.19750525 2008 01 2008 NIP.19630214 199402 1 001
Mengetahui :
Ketua Jurusan Farmasi
A. Latar Belakang
Bakteri Staphylococcus aureus adalah salah satu bakteri yang dapat menyebabkan
infeksi pada kulit (Muntiaha dkk, 2014). Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram
positif yang dapat menyebabkan luka di permukaan kulit seperti melepuh dan
peradangan. Staphylococcus aureus termasuk flora normal yang terdapat pada kulit dan
selaput lendir manusia, namun ada juga yang bersifat patogen pada tubuh manusia
yang tersusun dalam kelompok yang tidak teratur seperti buah anggur, tidak membentuk
spora, dan tidak bergerak, biasanya hidup dalam saluran pernapasan dan kulit.
Staphylococcus aureus menginfeksi manusia melalui invasi jaringan dan pengaruh toksin
yang dihasilkannya.
untuk mengetahui antibiotika yang sesuai harus dilakukan kultur bakteri dan uji kepekaan
antibiotika karena saat ini sudah banyak yang resisten terhadap berbagai jenis antibiotika
mikroorganisme dalam tubuh, sehingga infeksi sulit untuk disembuhkan bahkan dapat
resistensi antibiotik pada tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 700.000, sehingga
diperkirakan pada tahun 2050 angka kematian mencapai 10 juta jiwa dimana jumlah
angka kematian oleh resistensi antibiotik lebih besar dari pada angka kematian yang
disebabkan oleh kanker. Hal ini disebabkan cepatnya perkembangan dan penyebaran
tinggi sebagai obat melalui pengetahuan empiris yang diyakini masyarakat didaerah
tertentu (Ningsih, 2015). Masyarakat lebih menyukai obat yang berasal dari tumbuhan
atau yang disebut dengan obat herbal. Hal ini dikarenakan adanya beberapa alasan yaitu
khasiat dan tidak adanya efek samping (Ismarani, 2013). Secara umum zat flavonoid,
alkaloid, dan tanin digunakan sebagai antibakteri Staphylococus aureus yang bekerja
dengan cara merusak dinding sel bakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bahkan
bisa menyebabkan kematian pada bakteri. (Harlita et al., 2018; Rostikawati, 2020). Untuk
skrining fitokimia yang digunakan untuk mempelajari komponen senyawa aktif yang
Salah satu tanaman yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai obat antibakteri
yaitu jeruk kunci ( Citrus x microcarpa Bunge). Jeruk kunci memiliki banyak manfaat
diantaranya kaya akan mineral dan vitamin C (Said, 2010).Tanaman jeruk kunci (Citrus
Microcarpa Bunge) mempunyai bagian-bagian seperti buah, daun, dan kulit. Jeruk kunci
(Citrus Microcarpa Bunge) merupakan tanaman yang termasuk dalam keluarga Rutaceae
yang telah dikembangkan kemudian populer diseluruh Asia Tenggara, terutama Filipina.
Jeruk kunci banyak di temui daerah sumatra, banyak juga ditemukan di daerah
Kepulauan Bangka Belitung hampir setiap rumah memiliki pohon jeruk kunci (Roby
Darisand, 2014). Buah ini dapat tumbuh pada daerah yang memiliki iklim tropis dan
subtropis. Buahnya dimanfaatkan secara luas oleh Masyarakat untuk bumbu masakan dan
minuman.
antara lain flavonoid, poli fenol, alkaloid (Wulandari et al 2013), tanin terpenoid,steroid,
saponin (Roanisca et al 2021). Pada kulit buah dan daging buah tanaman jeruk kunci
(bunge Citrus x Microcarpa) Senyawa aktif yang terkandung adalah senyawa flavonoid
antibiotik. Pada daun jeruk kunci (bunge Citrus x Microcarpa) terdapat kandungan
minyak atsiri. Manfaat minyak atsiri pada aktivitas antibakteri adalah dengan cara
menembus dinding sel bakteri gram positif yang lebih tipis (yulliasari,2000).
Penelitian yang dilakukan oleh Roanisca dan R G Mahardika, tahun 2020 dengan
mengandung senyawa tanin hasil dari pengujian dengan FeCL3 dengan perubahan warna
hitam kehijauan. Uji antibakteri dilakukan dengan menggunakan metode difusi cakram,
konsentrasi ekstrak 40% mempunyai daya hambat sebesar 17,37 mm konsentrasi ekstrak
60% membentuk zona bening sebesar 19,61 mm, dan pada konsentrasi ekstrak 80% dan
100% membentuk zona bening masing-masing sebesar 22,90 mm dan 26,63 mm.
ekstrak limbah buah jeruk kunci. Konsentrasi 20%, 40% dan 60% mempunyai daya
hambat antibakteri yang relatif kuat. sedangkan untuk konsentrasi 80% dan 100%
B. Rumusan Masalah
terdahulu telah membuktikan bahwa jeruk kunci ( Citrus microcarpa bunge) memiliki
Staphylococus Aureus. Akan tetapi, bagian dari tanaman jeruk kunci ( Citrus microcarpa
bunge) seperti daun dan kulit hanya sebagai limbah rumah tangga yang tidak terpakai,
Padahal senyawa yang terkandung didalamnya merupakan salah satu bahan alami yang
membuktikan “Apakah ekstrak kombinasi dari daun, kulit, dan buah jeruk kunci (Citrus
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi ekstrak kombinasi daun, kulit dan buah jeruk kunci
Staphylococcus aureus
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi ekstrak kombinasi daun, kulit dan buah jeruk kunci
Staphylococcus aureus
kulit dan buah jeruk kunci ( Citrus Microcarpa Bunge) dapat menghambat
kombinasi daun, kulit dan buah jeruk kunci ( Citrus Microcarpa Bunge) yang
D. Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.8 Buah, kulit, dan daun jeruk kunci (Citrus microcarpa Bunge)
Sumber : Cybext Kementerian Pertanian (2023)
1. Morfologi
Kingdom : Plantae
Pilum : Tracheophyta
Ordo : Sapindales
Famili : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : X microcarpa Bunge
Jeruk merupakan buah tahunan yang berasal dari Asia. Negara Cina
dipercaya sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh (David, 2007). Jeruk
memiliki berbagai macam jenis. Tanaman jeruk umumnya tumbuh ditempat yang
memperoleh sinar matahari langsung, teknik okulasi dan pencangkokan salah satu
cara untuk memperbanyak tanaman jeruk. Salah satu jenis jeruk yang banyak
Jeruk kunci (Citrus microcarpa Bunge) ini sendiri memiliki bakal buah
berbentuk bola, pada pangkal dan ujung datar, berwarna hijau kuning, buah
berbentuk seperti bola, diameternya 3-5 cm dengan kulit buah yang tipis, dan
menghasilkan buah per tahun antara 2000 – 2.150 buah (Ratulangi and Ratulangi
2016). Buah jeruk kunci (Citrus microcarpa Bunge) memiliki kulit dengan
permukaan halus dan berpori minyak, berwarna kuning, atau berwarna hijau
ketinggian kira-kira 2–7 m, tumbuh tegak ramping, silindris, cabang yang padat,
bawah berwarna hijau kekuningan, dan berukuran 4–7 cm. Pada bagian dekat
tangkai, daunnya bertepi halus, semakin tinggi semakin bergerigi. Bunga jeruk
kunci (Citrus microcarpa Bunge) terdiri dari bunga majemuk, memiliki putik dan
benang sari dalam satu bunga pada satu pohon, sehingga satu pohon jeruk kunci
mampu melakukan pembuahan tanpa adanya pohon lain (Yuniarti, 2008). Kulit
buah jeruk kunci (Citrus microcarpa Bunge) memiliki kulit yang tebal dan
beraroma wangi Kulit buah jeruk kunci (Citrus microcarpa Bunge) adalah salah
ditimbulkan oleh bakteri infeksi saluran kemih. Akar buah jeruk kunci (Citrus
microcarpa Bunge) memiliki akar tunggang dimana akar lembaga tumbuh terus
menjadi akar pokok yang bercabang – cabang menjadi akar-akar yang kecil.
Akarnya memiliki cabang dan serabut akar. Ujung akar tanaman jeruk terdiri dari
sel-sel muda yang senantiasa membelah dan merupakan titik tumbuh akar jeruk.
Ujung akar terlindung oleh tudung akar yang bagian luarnya berlendir sehingga
2. Nama daerah
Ada banyak nama daerah tanaman jeruk kunci (Citrus microcarpa Bunge),
diantaranya adalah jeruk kalamansi (Bengkulu), jeruk cina atau limau calong
3. Kandungan Kimia
kimia antara lain flavonoid, poli fenol, alkaloid (Wulandari et al 2013), tanin
terpenoid,steroid, saponin (Roanisca et al 2021). Pada kulit buah dan daging buah
tanaman jeruk kunci (bunge Citrus x Microcarpa) Senyawa aktif yang terkandung
mencegah keropos tulang dan sebagai antibiotik. Pada daun jeruk kunci (bunge
pada aktivitas antibakteri adalah dengan cara menembus dinding sel bakteri gram
4. Manfaat
sambal kecap atau sambal terasi atau dibuat minuman segar dengan
menambahkan air dan gula. Aromanya yang menyegarkan dengan rasa asam
kecut mampu menghilangkan bau amis makanan laut dan menambah lezat
hidangan. Buah ini sering dijadikan asam untuk cuka. Selain itu biasa
ditambahkan kedalam model atau tekwan untuk menambahkan rasa asam pada
makanan. Aromanya sangat segar dan bisa dikonsumsi langsung karena rasanya
macam penyakit seperti dijadikan sebagai campuran obat batuk, influenza, radang
tenggorokan, demam, sakit kepala dan lelah, obat pilek, dan obat masuk angin
dengan cara direbus bersama dengan kayu putih dan dioleskan ke punggung dan
dada. Jika digunakan sebagai obat batuk, ambil Jeruk kunci, kecap dan garam,
kemudian minum setiap pagi dan sore hari secara teratur. Dengan begitu batuk
B. Skrining Fitokimia
metabolit yang dihasilkan oleh tumbuhan yang terdapat pada daun, kulit dan buah jeruk
kunci ( Citrus Microcarpa Bunge). Senyawa metabolitt adalah senyawa yang dihasilkan
oleh tumbuhan yang berguna untuk kelangsungan hidup. Senyawa yang terdapat pada
metabolit sekunder yaitu flavonoid, fenolik, alkaloid, steroid, terpenoid dan saponin.
Skrining fitokimia digunakan untuk menguji ada atau tidaknya senyawa metabolit yang
Senyawa organik yang terdapat di dalam tumbuhan dibedakan menjadi dua yaitu,
senyawa metabolit sekunder dan senyawa metabolit primer. Senyawa metabolit primer
merupakan senyawa utama yang dibutuhkan untuk tumbuh dan berkembang, seperti
karbohidrat, protein dan lemak. Sedangkan senyawa metabolit sekunder disebut juga
sebagai senyawa non nutrisi karena dihasilkan tumbuhan untuk melindungi tumbuhan
Metode yang bisa dilakukan untuk mengetahui adanya senyawa bioaktif yaitu
dalam penelitian ini, untuk mencari senyawa bioaktif baru dari bahan alam yang bisa
menjadi bahan baku obat tertentu. Penelitian ini yaitu uji fitokimia, dimana uji yang akan
dilakukan adalah flavonoid, fenolik, alkaloid, saponin, terpenoid dan steroid (Rasyd,
2012).
1. Flavonoid
Flavonoid adalah salah satu metabolit sekunder yang berada pada daun,
hal ini terjadi bisa saja karena akibat adanya proses fotosintesis sehingga yang
terlihat pada daun muda tidak terlalu banyak menghasilkan flavonoid. Senyawa
yang dihubungkan oleh atom C3 yang merupakan rantai alfatik (Harborne, 2009).
Flavonoid sendiri terdiri dari 15 atom karbon dan pada umumnya ada pada
tumbuhan sebagai glikosida. Gugus gula inilah memiliki senyawa satu atau lebih
ada atau tidaknya pada senyawa flavonoid yaitu ditambahkan magnesium dan
asam klorida pada ekstrak sampel tumbuhan sehingga menghasilkan warna merah
2. Fenol
bentuk senyawa aktif pada tumbuhan atau makanan. Kandungan fenol yang
terdapat di dalam suatu tumbuhan dinyatakan sebagai GAE (galic acid equivalent)
adalah jumlah kesetaraan asam galat di dalam 1 gram sampel. Senyawa fenolik ini
bisa mencegah berbagai jenis penyakit. Senyawa fenolik ini berperan sebagai
salah satu faktor pelindung terhadap adanya bahaya oksidasi bagi tubuh manusia
(Harborne, 2009).
dan bakterisidal. Fenol itu sendiri adalah senyawa yang bersifat polar sehingga
menjadi kelarutan yang paling tinggi di dalam pelarut polar. Senyawa fenol
mempunyai peran yang sangat penting sebagai antioksidan yang terdapat di dalam
bagian kulit, daun, batang dan biji. Untuk mengetahui adanya atau tidaknya
senyawa fenolik pada suatu tumbuhan yaitu ditambahkan FeCl3 1% di dalam air
3. Alkaloid
Alkaloid merupakan senyawa yang bersifat basa, mengandung satu atau bahkan
lebih atom nitrogen. Alkaloid biasanya tidak berwarna dan sering bersifat optis
aktif, kebanyakan berbentuk kristal. Alkaloid di dalam tumbuhan biasanya
terdapat pada akar, kulit kayu, daun dan buah. Alkaloid bisa bedakan dari
sebagian besar komponen lain berdasarkan sifat basa yang terdapat didalam
tumbuhan sebagai garam dengan berbagai asam organik. Garam pada tumbuhan
ini adalah senyawa padat berbentuk kristal tidak berwarna. Alkaloid bebas tidak
larut didalam air tetapi larut didalam pelarut organik, sebaliknya alkaloid dalam
bentuk garam dapat larut didalam air tetapi tidak larut didalm pelarut organik
(Tobing, 2007).
4. Saponin
sifat seperti sabun yaitu memiliki senyawa aktif dipermukaan yang bisa
menimbulkan busa jika dikocok dalam aquades dan pada konsentrasi yang rendah
antimikroba. Saponin adalah senyawa yang berasa pahit dan dapat mengakibatkan
5. Terpenoid
terdistribusi luas didalam dunia tumbuhan dan hewan. Terpenoid tidak hanya
ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi, namun terdapat juga pada terumbu
karang dan mikroba. Struktur terpenoid dibangun oleh molekul isoprene. Untuk
sulfat, jika adanya senyawa terpenoid maka larutan akan berwarna merah
6. Steroid
Steroid merupakan molekul bioaktif yang penting dengan kerangka dasar
17 atom karbon yang tersusun dari empat buah gabungan cincin, tiga diantaranya
berbentuk jarum dengan karakteristik yang mengandung gugus OH, gugus metil
dan memiliki ikatan rangkap yang tidak terkonjugasi. Salah satu kandungan
steroid yang ada pada tanaman yaitu campetrol yang memiliki efektifitas sebagai
anti kanker. Untuk mengetahui adanya senyawa steroid yaitu ditambahkan asam
klorida, asam cuka dan asam sulfat yang akan menghasilkan warna larutan
berwarna hijau atau biru, yang menandakan adanya steroid didalam tumbuhan
7. Tanin
tumbuhan, termasuk kategori tumbuhan tingkat tinggi atau rendah yang memiliki
(Soenardjo, 2017: 91). Untuk mengetahui adanya senyawa tanin dalam tanaman
positif apabila terbentuk coklat kehijauan atau biru kehitaman (Ikalinus et al.,
2015)
C. Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah berupa bahan yang telah dikeringkan, belum
mengalami pengelolahan apapun, biasanya digunakan sebagai bahan obat, ada tiga jenis
simplisia yaitu simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan (mineral).
Simplisia nabati adalah simplisia yang berasal dari tanaman (baik tanaman utuh, bagian
tumbuhan maupun eksudat tumbuhan). Eksudat tumbuhan adalah isi sel dari tumbuhan
yang dikeluarkan dengan cra tertentu dan dipisahkan dari tumbuhannya dan belum
D. Ekstraksi
1. Definisi Ekstraksi
berada dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai. Prinsip
penyari, sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut tersari disebut ampas (Yuwono,
2009).
a. Jenis pelarut
Jenis pelarut mempengaruhi senyawa yang tersari, jumlah zat terlarut yang
b. Suhu
Secara umum, kenaikan suhu akan meningkatkan jumlah zat terlarut ke dalam
pelarut.
Jika rasio pelarut-bahan baku besar maka akan memperbesar pula jumlah senyawa
d. Ukuran partikel
Laju ekstraksi juga meningkat apabila ukuran partikel bahan baku semakin kecil.
Dalam arti lain, rendemen ekstrak akan semakin besar bila ukuran partikel
semakin kecil.
e. Pengadukan
Fungsi pengadukan adalah untuk mempercepat terjadinya reaksi antarapelarut
f. Lama waktu
Lamanya waktu ekstraksi akan menghasilkan ekstrak yang lebih banyak, karena
2. Macam-Macam Ekstrak
a. Ekstrak encer
b. Ekstrak kental
Sediaan ini liat pada kondisi dingin dan tidak dapat dituang kandungan air sekitar
30%.
c. Ekstrak kering
3. Tujuan Ekstraksi
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam. Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan
massa komponen zat ke dalam pelarut, dimana perpindahan mulai terjadi pada
a. Cara dingin
1. Maserasi
ruangan (kamar). Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam
rongga sel yang mengandung zat aktif yang akan larut, karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan di luar sel maka larutan
2. Perkolasi
sempurna yang umumnya dilakukan pada temperature ruangan. Proses terdiri dari
b. Cara panas
1. Refluks
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan
dan yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstrak kontinu
3. Digesti
temperatur yang lebih tinggi dari temperature ruangan, yaitu secara umum
4. Infundasi
menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Proses
5. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai
titik didih air, yakni 30 menit pada suhu 90-1000C (Saraswati, 2015).
5. Prinsip Maserasi
simplisia dalam cairan penyari yang sesuai pada temperature kamar, terlindung
dari cahaya. Cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel
akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel
dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan
diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa
sel dan di dalam sel. Keuntungan dari metode maserasi adalah peralatan yang
untuk mengekstraksi sampel cukup lama, cairan penyari yang digunakan lebih
banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras
tersering di dunia. Tingkat keparahan infeksinya pun bervariasi, mulai dari infeksi
traktus respiratorius, sampai infeksi mata dan Central Nervous System (CNS)
Domain : Bacteria
Kingdom : Eubacteria
Phylum : Firmicutes
Class : Bacilli
Ordo : Bacillales
Family : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Staphylococcus berdiameter 0,8 - 1,0 mikron, tidak bergerak, dan tidak berspora.
besar berwarna agak kuning dalam media yang baik. Staphylococcus aureus
anaerob fakultatif dan dapat tumbuh karena melakukan respirasi aerob atau
fermentasi dengan asam laktat. Staphylococcus aureus dapat tumbuh pada suhu
Empat spesies dengan kepentingan klinis yang paling sering dijumpai adalah
patogen utama untuk manusia. Hampir setiap orang akan mengalami beberapa
staphyloxanthin yang bersifat sebagai faktor virulensi. Pada Mannitol Salt Agar
indikator pH, merah fenol, berubah menjadi kuning. Staphylococcus aureus yang
melalui invasi jaringan dan atau karena pengaruh toksin yang dihasilkannya.
Infeksi dimulai dari tempat koloni pathogen pada tubuh, lalu ditularkan melalui
tangan ke tempat bakteri dapat memasuki tubuh, misalnya di luka yang ada di
kulit, tempat insisi pembedahan, tempat masuk kateter vaskuler, atau tempat lain
Staphylococcus aureus akan terbentuk abses atau bisul. Dari ini organisme akan
dapat menyebabkan komplikasi berat misalnya sepsis yang fatal akibat bakteremi
bersifat antigenik. Sebagian besar bahan ekstraseluler yang dihasilkan bakteri ini
juga bersifat antigenik. Polisakarida yang ditemukan pada jenis yang virulen
adalah polisakarida A dan yang ditemukan pada jenis yang tidak patogen adalah
maupun media jadi, oleh karena itu penyiapan media harus diperhatikan. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam penyiapan media yaitu, sampel media dehidrasi
harus ditimbang dan ditambahkan ke dalam air suling dan bebas mineral, lalu
melarutkan zat - zat dalam medium. Panas yang digunakan harus diatur hanya
cukup sampai membuat larutan yang sempurna, kecuali dinyatakan lain dalam
bongkahan kecil agar atau bahan media yang akan dilarutkan dapat turun ke dasar
inaktivasi zat-zat gizi dan kehilangan kadar air yang berarti karena penguapan.
Media dilarutkan ke dalam wadah yang berukuran cukup dan sterilisasi dengan
otoklaf. Setelah selesai harus segera dikeluarkan dari otoklaf untuk menghindari
pemanasan yang lebih lama. Wadah berisi media agar harus dipindahkan ke
Penyiapan lebih lama di penangas air harus dihindari. pH setiap media harus
diperiksa dengan pH meter setelah media dibiarkan dingin sampai suhu kamar.
Untuk menguji media agar, dapat digunakan elekrode permukaan atau elektrode
biasa. Media yang menyimpang > 0,2 unit pH dari pH optimum harus dibuang.
Media dapat dituang ke dalam tabung atau cawan petri dalam ruangan bersih atau
di bawah aliran udara leminar. Ruangan tersebut harus dijaga cukup terang, bebas
dari bahan - bahan lain dan bebas dari lalu lalang selama proses pembagian.
Kualitas media harus diperiksa dahulu sebelum media digunakan (PerMenKes
tumbuh dengan baik dalam kaldu biasa pada suhu 37℃. Kisaran suhu
pertumbuhan adalah 15 - 40℃ dan suhu optimum adalah 35℃. Dalam lempeng
agar darah pada suhu 37℃, pembentukan pigmen kurang baik. Akan tetapi,
apabila koloni tersebut dipindahkan ke agar biasa atau perbenihan Loeffler dan
diinkubasi pada suhu kamar, pembentukan pigmen akan sangat baik (Radji,
2010).
1. ≤5 Lemah
2. 5 – 10 Sedang
3. 10 – 20 Kuat
4. ≥ 20 Sangat Kuat
Kombinasi
Daun, Kulit Dan Buah Jeruk Kunci
( Citrus microcarpa bunge)
2 ml etanol dan asam klorida 2 ml Lieberman- Aquadest 2-3 tetes FeCl3 Lemah Sedang Kuat Sangat
tambahkan + pereaksi Burchard dipanaskan lalu 1%
kuat
serbuk Mg, HCL dragendroff 2-3 sebanyak 1 ml dikocok Warna biru atau
pekat 3-5 tetes. tetes warna hijau terbentuk busa hijau kehitaman
(Noval et al., 2019). al., 2019). Riana Ningsih et al., Noval et al.,
2016). 2019).
G. Hipotesis
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
mengetahui kandungan senyawa yang tersimpan dalam ekstrak kombinasi daun, kulit
C. Populasi
Populasi adalah suatu daerah yang terbagi dari subyek atau obyek yang memiliki
kualitas dan karakteristik yang sudah ditetapkan oleh peneliti (Masturoh & Anggita .T,
2018). Populasi pada penelitian ini yaitu tanaman jeruk kunci ( Citrus Microcarpa
D. Pengumpulan Data
1. Data primer
Data primer merupakan data yang dikumpulkan peneliti secara langsung atau bisa
juga disebut data asli. Peneliti bisa mengumpulkan data dengan cara observasi, kuisioner,
atau wawancara (Masturoh & Anggita .T, 2018). Data primer pada penelitian ini ialah
hasil setelah dilakukannya penelitian atau pengamatan skrining fitokimia dan aktivitas
antibakteri ekstrak kombinasi daun, kulit dan buah jeruk kunci ( Citrus Microcarpa
2. Data sekunder
Data sekunder ialah data yang didapatkan peneliti dari berbagai pihak maupun
sumber yang sudah ada, data ini bisa didapatkan dari laporan, jurnal, dan sumber lainnya
(Masturoh & Anggita .T, 2018). Data sekunder pada penelitian kali ini diperoleh dari
E. Alat
Alat yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu batang pengaduk, erlenmeyer,
gelas beker, ayakan, blender, alat maserasi, pipet volume, cawan porselen, kertas cakram,
gunting/pisau, pipet tetes, alumuium foil, kertas saring, wrapping plactic, pinset, spidol,
kertas label, penggaris, kawat ose, toples kaca untuk maserasi, corong, sarung tangan,
masker, spatula, tabung reaksi, rak tabung, spiritus, kapas, tissu, hot plate, mikropipet,
rotary evaporator, autoklaf, BSC (Bio Safety Cabinet), timbangan analitik, lemari
F. Bahan
Bunge)
2. etanol 96%,
4. Amoxicillin
Kesehatan (BBLK)
G. Prosedur Penelitian
1. Persiapan sampel
a. Pengumpulan bahan
Tanaman jeruk kunci ( Citrus Microcarpa Bunge) yaitu daun, kulit dan
buah, lalu masing masing bagian diambil sebanyak 3 kg secara langsung di kota
b. Sortasi basah
jeruk kunci ( Citrus Microcarpa Bunge) seperti daun, kulit serta buah jeruk kunci
( Citrus Microcarpa Bunge) sampai bagian yang tidak diperlukan, proses ini
dilakukan menggunakan air yang mengalir dengan air bersih (Rina et al., 2017).
d. Perajangan simplisia
menggunakan alat seperti pisau dan lainnya, sehingga dihasilkan potongan kecil
e. Pengeringan simplisa
dilakukan dengan cara diangin anginkan pada suhu ruangan , tidak terkena
f. Sortasi kering
atau kotoran-kotoran yang ada menempel atau tertinggal pada saat proses
dari yang terbesar hingga yang terkecil, mesh 44 adalah ayakan yang akan
ditimbang untuk mengetahui hasil yang didapat dan digunakan untuk ekstraksi
h. Pengepakan
disimpan dan dikepak atau dibungkus untuk mencegah terjadinya kerusakan atau
disimpan dalam wadah yang baik dan terlindung dari sinar matahari langsung
maserasi :
merendam bagian tanaman yaitu bagian daun, kulit, dan buah secara terpisah
dalam cairan pelarut etanol 96%. Pelarut diganti setiap 1x24 jam.
evaporator, sampai diperolehnya ekstrak kental dari bagian daun, kulit, serta
buah dari tanaman jeruk kunci ( Citrus Microcarpa Bunge). keuntungan dari
proses ini yaitu bagian tanaman yang hendak diekstraksi tidak harus dalam
e. Ekstrak yang telah kental ditimbang dan disimpan dalam bejana tertutup baik
untuk menjaga agar ekstrak tetap baik dan stabil (Lully Hanni, 2016).
3. Sterilisasi alat
Semua alat yang akan digunakan dicuci bersih dan dikeringkan terlebih
yang telah dibungkus kemudian dimasukan ke dalam alat autoklaf dengan suhu
masih tertempel pada alat tersebut dan mencegah terjadinya kontaminasi selama
hidup tumbuhan serta memberikan ciri khas pada tumbuhan tersebut. Senyawa
a. Uji Alkaloid
Sampel Tanaman jeruk kunci ( Citrus Microcarpa Bunge) yaitu daun, kulit
dan buah, lalu masing masing bagian tersebut dilarutkan dengan asam klorida 2
ml, dipanaskan selama 5 menit, dan disaring. Filtrat yang didapatkan dimasukan
ke tabung reaksi dan diberi pereaksi dragendroff 2-3 tetes. Jika sampel positif
b. Uji Tanin
Sampel tanaman jeruk kunci ( Citrus Microcarpa Bunge) yaitu daun, kulit
dan buah, lalu masing masing bagian tersebut dimasukan ke dalam tabung reaksi
dan tambahkan 2-3 tetes FeCl3 1%. Jika sampel menunjukkan warna biru atau
hijau kehitaman maka sampel positif mengandung tanin (Jannah et al., 2017).
c. Uji Terpenoid
Sampel tanaman jeruk kunci ( Citrus Microcarpa Bunge) yaitu daun, kulit
dan buah, lalu masing masing bagian sebanyak 2 ml dimasukkan ke tabung reaksi
d. Uji Flavonoid
Bunge) yaitu daun, kulit dan buah, lalu masing masing bagian tersebut dilarutkan
dengan 2 ml etanol dan tambahkan serbuk Mg, HCL pekat 3-5 tetes. Sampel
e. Uji Saponin
yaitu daun, kulit dan buah, lalu masing masing bagian tersebut dan ditambahkan
dengan aquadest dalam tabung reaksi, lalu dipanaskan selama 2-3 menit, setelah
agak dingin kocok kuat. Jika terbentuk busa setinggi 1-2 cm yang tahan selama 30
dalam aquadest 1 liter, setelah itu dipanaskan di atas hot plate hingga larut.
selama 15 menit. Setelah, dilakukan sterilisasi media dituangke dalam cawan petri
Ambil larutan amoxicillin 0,5 ml yang telah dilarutkan lalu ditambahkan bakteri
dalam tabung reaksi lalu tambahkan bakteri uji 0,5 ml. Tambahkan bakteri uji 0,1
Microcarpa Bunge) yaitu daun, kulit dan buah, lalu masing masing bagian
Microcarpa Bunge) yaitu daun, kulit, buah, serta kombinasi antara daun,
kulit, dan buah jeruk kunci lalu masing masing bagian tersebut dilakukan
dalam larutan ekstrak yang menjadi sampel pada media nutrien agar (MHA)
yang sebelumnya dibuat sebanyak 20 ml di cawan petri, Selanjutnya
Microcarpa Bunge) yaitu daun, kulit dan buah, serta ekstrak kombinasi dari
daun, kulit, dan buah jeruk kunci lalu masing masing bagian tersebut
dilakukan dalam BSC (Bio Safety Cabinet) untuk menjaga kesterilan pada
Microcarpa Bunge), kontrol negatif yaitu DMSO dan kontrol positif yaitu
amoksisilin
dengan suhu 37⁰C dalam 1x24 jam (Darsono & Fajriannor, 2020).
kertas cakram.
H. Variabel
1 Variabel independent
Variabel independent pada penelitian ini yaitu ekstrak kombinasi daun,
kulit dan buah jeruk kunci ( Citrus Microcarpa Bunge) dengan konsentrasi 20%,
2. Variabel dependent
Variabel terikat dari penelitian ini adalah daya hambat minimum (KHM)
I. Definisi Operasional
d. Hasil Ukur : Menunjukkan warna jingga atau kuning (Noval et al., 2019).
c. Cara ukur : Self assement dengan cara melihat ada atau tidaknya endapan
d. Hasil Ukur : Menunjukan warna hijau kehitaman ataupun hijau tua (Riana
c. Cara ukur : Self assement dengan cara melihat ada tidaknya busa
d. Hasil Ukur : Terbentuk busa setinggi 1-2 cm yang tahan selama 30 detik
6. Ekstrak kombinasi daun, kulit dan buah jeruk kunci ( Citrus Microcarpa Bunge)
dengan metode maserasi
a. Definisi : Kombinasi daun, kulit dan buah jeruk kunci ( Citrus Microcarpa
Bunge) yang diekstrak secara maserasi dengan pelarut etanol 96%
dirotary evaporator menjadi ekstrak kental.
c. Cara ukur : Self assement dengan cara perhitungan hasil rendemen ekstrak
d. Hasil Ukur : Rendeman dari ekstrak kombinasi daun, kulit dan buah jeruk
kunci ( Citrus Microcarpa Bunge).
7. Konsentrasi kombinasi daun, kulit dan buah jeruk kunci ( Citrus Microcarpa Bunge)
a. Definisi : Konsentrasi kombinasi daun, kulit dan buah jeruk kunci ( Citrus
Microcarpa Bunge) dengan konsentrasi 20%, 40%, dan 60%.
dibuat dengan cara mengencerkan ekstrak dengan DMSO.
c. Cara ukur : Self assement dengan cara perhitungan hasil rendemen ekstrak
8. Mengukur daya hambat ekstrak kombinasi daun, kulit dan buah jeruk kunci
J. Kerangka Operasional
cara melakukan
Daun Kulit Buah
pengamatan dan pengukuran
≤ 5(Lemah)
Kulit
5 – 10(Sedang)
10 – 20(Kuat)
≥ 20(Sangat kuat)
≤ 5(Lemah)
Buah
5 – 10(Sedang)
10 – 20(Kuat)
≥ 20(Sangat kuat) Tabel 2. Hasil Uji Aktivitas
Kegiatan
Pembuatan
proposal
Penyerahan
Proposal
Seminar
Proposal
Persiapan
Penelitian
Peneltian
Pengolahan
Data
Penyusuna
KTI
Penyerahan
KTI
UAP
Revisi KTI
Daftar Pustaka
Andryawan, P.(2015). Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan.
http://andryawanbisnis.files.wordpress.com/2013/04/p3k-lengkap.pdf diakses pada 29
Oktober 2018.
Anggita, Imas Masturoh dan Nauri. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakata.
Brooks, GF., Carroll KC, Butel JS, Morse, and all (2013). Mikrobiologi Kedokteran Jawetz,
Melnick, & Adelberg. Ed. 25. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Buldani, A., Yulianti, R., & Soedomo, P. (2017). Uji Efektivitas Ekstrak Rimpang Bangle
( Zingiber Cassumunar Roxb .). 2nd Seminar Nasional Iptek Terapan (Senit) 2017, 15–
17.
Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta: Departemen Kesehatan RI;
2016.
Departemen Kesehatan RI, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Cetakan
Pertama, 3-11, 17-19, Dikjen POM, Direktorat Pengawasan Obat Tradisional.
Endarini, L. H. 2016. Farmakognisi dan Fitokimia. Pusat Pendidikan SDM Kesehatan. Jakarta.
215 hal.
Hanni, Lully Endarini, 2016. Farmakognisi dan Fitokimia; Jakarta Selatan: Pusdik SDM
Kesehatan.
Harborne, Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan. Edisi II,
(Bandung:
Institut Teknologi Bandung, 2009), h. 36.
Harlita, T. D., Oedjijono, & Asnani, A. (2018). The antibacterial activity of dayak onion
(Eleutherine palmifolia (L.) merr) towards pathogenic bacteria. Tropical Life Sciences
Research, 29(2), 39–52. https://doi.org/10.21315/tlsr2018.29.2.4
Ismarani, 2013. Kajian Persepsi Konsumen Terhadap Penggunaan Obat Herbal (Kasus di Unisma
Bekasi). Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah, 4(2) : 52-63.
Ikalinus. R., S.K. Widyastuti, dan N.L.E. Setiasih. 2015. Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Kulit
Batang Kelor (Moringa oleifera). Journal Indonesia Medicus Veterinus 4(1) : 71-79.
Jawetz., et al. 2017. Mikrobiologi Kedokteran Jawetz, Melnick, & Adelberg, Ed.23, Translation
of Jawetz, Melnick, and Adelberg’s Medical Microbiology, 23thEd. Alih bahasa oleh
Hartanto, H., et al. Jakarta: EGC.
Julianto, T. S. Fitokimia Tinjauan Metabolit Sekunder dan Skrining Fitokimia, Universitas Islam
Indonesia Yogyakarta. 2019.
Jannah, M., & et al. (2017). Analisis faktor penyebab kejadian hipertensi di wilayah kerja
puskesmas mangasa kecamatan tamalate makassar. Jurnal PENA, 3(1), 410–417.
Kemenkes RI. 2013. Cara Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik. Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 43 Tahun 2013. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Liana, E. 2017. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Terhadap
Mortalitas Larva Nyamuk Aedes Aegypti. Skripsi. Mataram: Fakultas Ilmu Tarbiyah
Dan Keguruan (FITK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram.
http://etheses.uinmataram.ac.id/196/1/Emi%20Liana151135064.pdf.
Maulida, R dan Guntarti, A. 2015. Pengaruh Ukuran Partikel Beras Hitam (Oryza Sativa L.)
Terhadap Rendemen Ekstrak Dan Kandungan Total Antosianin. Fharmaciana. Vol. 5
No. 1 : 9-16.
Makalew, M.A.J, 2016. Uji efek antibakteri air perasan daging buah nanas (Ananas comosus (L)
Merr.) Terhadap pertumbuhan bakteri Klebsiella pneumonia. Jurnal e-Biomedik. Vol. 4.
No.1. Universitas Sam Ratulangi Manado.
Muntiaha, miryam ch, Paulina V. Y Yamlean, dan Widya Astuti Lolo. 2014. Uji Efektivitas
Sediaan Krim Getah Jarak Cina (Jatropha multifida L.) Untuk Pengobatan Luka Sayat
YangTerinfeksi Bakteri Staphylococcus aureus Pada Kelinci (Orytolagus
cuniculus).Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol.
Ningsih, D. R., Zusfahair, & Kartika, D. (2016). Identifikasi senyawa metabolit sekunder serta
uji aktivitas ekstrak daun sirsak sebagai antibakteri. Jurnal Molekul, 11(1), 101-111.
Noval, N., Yuwindry, I., & Syahrina, D. (2019). Phytochemical Screening And Antimicrobial
Activity Of Bundung Plants Extract By Dilution Method. Jurnal Surya Medika, 5(1),
143–154. Https://Doi.Org/10.33084/Jsm.V5i1.954.
Radji, Maksum. 2010. Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan Kedokteran.
Jakarta: EGC.
Rasyd, Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder dan UJi Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol
Teripang (Stichopus Hermani), Jurnal Ilmu Dan Teknik Kelautan Tropis, Vol.4, No 2,
(2012), h. 363.
Ramadhani, S. 2015. Informasi Awal Pengujian Efektivitas Ekstrak Bakteri UBCF 013 Dan
UBCR 012 Sebagai Agen Biokontrol Untuk Pengendalian Colletotrichum
gloesporioides Pada Cabai Kopay Di Rumah Kaca. Skripsi. Budidaya Pertanian
Padang. Universitas Andalas.
Rina, et al., 2017. Jurnal Biologi Universitas Andalas: Komunitas Collembola pada Hutan
Konservasi dan Perkebunan Sawit di Kawasan PT. Tidar Kerinci Agung (TKA),
Sumatera Barat. Volume 5.
Roanisca, O., Rani., dan Mahardika, R.G. 2021. Phytochemical screening and antibacterial
potency of jeruk kunci fruit waste (Citrus x microcarpaBunge) extract against
Propionibacterium acnes. Jurnal Pijar MIPA. 16(3):387-392
Rostikawati, R.T. & Supratman, L. 2020, ‘Uji Antibakteri Obat Kumur Ekstrak Etanol Tanaman
Ciplukan (Physalis angulata l.) Terhadap Bakteri Gram Positif’, Quagga: Jurnal
Pendidikan dan Biologi, vol. 13, no. 1, p. 10.
Said M. 2010. Pengendalian Pneumonia Pada Anak Balita Dalam Rangka Pencapaian
MDG4.Jakarta: Bulletin jendela epidemiologi. Vol. 3.
Soenardjo, N. (2017). Analisis Kadar Tanin Dalam Buah Mangrove Avicennia marina Dengan
Perebusan Dan Lama Perendaman Air Yang Berbeda. 20(November), 90–95.
Sakinah Rakhma Diah Setiawan. (2023). Artikel dengan judul Simak, Keunggulan dan Manfaat
Jeruk Kunci".
Salempa, P., Bioaktivitas fraksi n-heksan dan Senyawa -Sitosterol dari kayu akar
Pterospermumsubpeltatum C.B.Rob, Farmakologi, Vol.4, No.2, (2009), h. 45.
Saraswati A. 2015. Efektivitas ekstrak daun teh hijau (Camellia sinensis) dengan NaOCL 2,5%
terhadap bakteri Enterococcus faecalis sebagai alternatif larutan irigasi saluran akar
[skripsi]. Makassar: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.
Septiani, Eko ND, Ima W. 2017. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Lammun (Cymodocea rotundata)
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Journal of Fisheries
Science ad Technology. 3 (1) :1-6.
Tobing, Isolasi Senyawa Alkaloida dari Batang Tumbuhan Brotowali (Tinospora crispa L.),
Majalah Obat Tradisional, Vol.16, No.3, (2007), h. 142.
Tripoli, E., La Guardia, M., Giammanco, S., Di Majo, D., & Giammanco, M. (2007). Citrus
flavonoids: Molecular structure, biological activity and nutritional properties: A review.
Food chemistry, 104(2), 466-479
Ubay, bey. 2011. Ekstraksi padat-cair. Diakses pada tanggal 6 Juni 2016.
Wulandari, M., Nora, I., dan Gusrizal., 2013., Aktivitas Antioksidan Ekstrak nHeksana, Etil
Asetat dan Metanol Kulit Buah Jeruk Sambal (Citrus microcarpa Bunge)., Volume 2.,
No 2. Universitas Tanjungpura. Pontianak
Yuwono LF. 2009. Daya antibakteri ekstrak daun teh (Camellia sinensis) terhadap pertumbuhan
Streptococcus sp. pada plak gigi [skripsi]. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret.
Lampiran
1. Berpedoman pada penelitian “Aktivitas Antibakteri Kulit Buah Jeruk Kunci Terhadap Bakteri
Staphylococus aureus”Jurnal Pendidikan dan ilmu kimia” dilakukan maserasi dengan pelarut
etanol 96% dan dihasilkan persen rendemen ekstrak etanol daun jeruk kunci sebesar 9,4%
47 , 12 g
9,4% = x 100%
gram simplisia
47 , 12 g
Gram simplisia= x 100%= 501,27 gram ~ 505 gram
9,4 %
Dari perhitungan tersebut diperoleh bobot simplisia ekstrak daun jeruk kunci dibutuhkan adalah
505 gram.Untuk meminimalisir kekurangan ekstrak saat penelitian,maka akan diambil simplisia
2. Berpedoman pada penelitian “Uji Aktivitas Antibakteri Daun Jeruk Kunci Terhadap Bakteri
Staphylococus aureus”Jurnal Pendidikan dan ilmu kimia” dilakukan maserasi dengan pelarut
etanol 96% dan dihasilkan persen rendemen ekstrak etanol buah jeruk kunci sebesar 74,84%
gram
Rendemen = x 100%
gram simplisia
780 g
74,84% = x 100%
gram simplisia
780 g
Gram simplisia= x 100%= 104,22 gram ~ 110 gram
74 , 84 %
Dari perhitungan tersebut diperoleh bobot simplisia ekstrak buah jeruk kunci dibutuhkan adalah
110 gram.Untuk meminimalisir kekurangan ekstrak saat penelitian,maka akan diambil simplisia
Staphylococus aureus”Jurnal Pendidikan dan ilmu kimia” dilakukan maserasi dengan pelarut
etanol 96% dan dihasilkan persen rendemen ekstrak etanol kulit jeruk kunci sebesar 75,82%
gram
Rendemen = x 100%
gram simplisia
780 g
75,82% = x 100%
gram simplisia
780 g
Gram simplisia= x 100%= 102,2 gram ~ 110 gram
7 5 ,8 2 %
Dari perhitungan tersebut diperoleh bobot simplisia ekstrak buah jeruk kunci dibutuhkan adalah
110 gram.Untuk meminimalisir kekurangan ekstrak saat penelitian,maka akan diambil simplisia
Prosedur kerja pada penelitian ini adalah sebagai berikut. Menurut Saridewi dkk
M1.V1 = M2.V2
Keterangan:
M1: Konsentrasi sebelum pengenceran
berikut :
1. Konsentrasi 20%
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 100% = 10 ml x 20 %
V1 = 2 ml
2. Konsentrasi 40%
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 100% = 10 ml x 40 %
V1 = 4 ml
3. Konsentrasi 60%
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 100% = 10 ml x 60 %
V1 = 6 ml
V : Volume ekstrak tanaman jeruk kunci konsentrasi 100% yang akan diencerkan.
V2 : Volume ekstrak tanaman jeruk kunci yang akan dibuat yaitu 10 ml.
M1 : Konsentrasi ekstrak tanaman jeruk kunci yang akan diencerkan yaitu konsentrasi
100%.
M2 : Konsentrasi ekstrak tanaman jeruk kunci yang akan dibuat.
BIODATA
Nama Orangtua
Ayah : I Wayan Beteng
Ibu : Mardiana
Jumlah saudara : 5
Anak ke- : 4
Riwayat pendidikan