Anda di halaman 1dari 10

TUGAS RESUME BUKU

“MENGEMBANGKAN MODEL
ALTERNATIF PENDIDIKAN ISLAM”
Kritik Atas Sekolah Formal di Indonesia

Tugas ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi nilai mata kuliah Filsafat
Pendidikan yang diampu oleh Dr. Djoko Hartono, S.Ag, M.Ag, M.M.

Disusun oleh :

Nama: Masrur Taufiqur Rohman


Kelas : MPI A

PROGRAM PASCASARJANA
IAI AL-KHOZINY BUDURAN SIDOARJO
2023
PENDAHULUAN

Judul Buku : Mengembangkan Alternatif Pendidikan Islam

Nama Penulis : Dr. Djoko Hartono, S.Ag, M.Ag, M.M

Penerbit : Ponpes Jagad ‘Alimussirry’

Tebal Buku : 160 Halaman


Keahlian Bidang Dan Materi Buku: Antara Isi buku dengan keahlian sang penulis sudah
sesuai. Penulis merupakan seseorang yang memiliki keahlian di dalamnya beliau adalah
seorang pengajar tentang Filsafat Pendidikan dan Ilmu Pendidikan di beberapa perguruan
tinggi.

ISI BUKU
BAGIAN PERTAMA

A. Urgensi Pendidikan bagi Seseorang


Manusia nerupakan makhluk dengan dua dimensi yaitu Jasmani dan Rohani. Agar
dimensi yang ada pada manusia menjadi lebih baik dan berkualitas dalam menjalani
sebagai perannya, maka manusia harus menyadari pentingnya peran pendidikan. Dalam
ajaran Islam pun secara eksplisit telah menjelaskan bahwa dengan pendidikan dapat
membuat diri seseorang yang beriman ditempatkan dan berada pada posisi yang
terhormat.
Dengan pendidikan Islam, seseorang akan menjadi berkembang cara berpikirnya, bertata
perilakunya, teratur emosionanya, sehingga ia mampu menjalankan peranannya sebagai
manusia ketika hidup di dunia ini, dan mampu memanfaatkan dunai hingga meraih tujuan
kehidupan sekaligus mengupayakan perwujudannya.

B. Pendidikan Non Formal dan Informal Setara dengan Formal


Hasil pendidikan non formal dan informal sesungguhnya dapat dihargai setara dengan
hasil program formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan dan peserta didik lulus
ujian sesuai dengan standart nasional Pendidikan.
C. Pendidikan Formal Menyisakan Persoalan
Seiring dengan perkembangan zaman saat ini, pendidikan formal apalagi yang jauh
dari sentuhan nilai-nilai Islami dan banyak diminati masyarakat ternyata menyisakan
berbagai persoalan serta kelemahan. Diantara persoalan itu yakni tidak ramah biaya.
Walaupun di era wajib belajar pendidikan dasar ini, pemerintah menanggung semua biaya
dalam penyelenggaraan sekolah tetapi pada kenyataannya bukan gratis sama sekali dan
masih ada biaya-biaya yang dikeluarkan orang tua, seragam, buku pelajaran, LKS dan
masih banyak lagi yang harus dibayarkan oleh orang tua.

D. Kelemahan Sekolah Formal


Dampak sekolah modern diantaranya berkembangnya sikap esklusif , kecenderungan
pada budaya Barat, muncunya kepribadian terbelah, salah kaprah tentang Ijazah dan
ujian, lahirnya sumber daya manusia mekanik.
Meskipun Indonesia memiliki masyarakat yang mayoritas muslim, tetapi lembaga
pendidikannya masih belum mampu eksis sebagai institusi yang menunjjukkan tujuan
pendidikan dan cita-cita yang islami secara kaffah.

E. Pendidikan Non/Informal Layak sebagai Model Alternatif Pendidikan Islam


Model pendidikan non/informal sangat layak dan patut untuk dikembangkan
eksistensinya serta dijadikan alternative model pendidikan Islam saat ini.

F. Kontribusi Buku Ini


Buku ini ditulis berangkat dari hasil pengamatan dan riset yang mendalam. Melalui
buku ini diharapkan dapat menjadi kritik bagi pemegang kekuasaan pendidikan, sehingga
pendidikan non/informal dapat mendapatkan perhatian dan dapat dikembangkan sebagai
model pendidikan alternative.
Adapun manfaat buku ini adalah :
1. Membuat wawasan keilmuan kita semakin bertambah dan menumbuhkan kesadaran
akan urgensi mengembangkan pendidikan informal dalam kehidupan masyarakat
Indonesia sebagai model pendidikan Islam alternaatif.
2. Diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan pengembangan model pendidikan islam.
3. Diharapkan dapat memperkaya kajian ilmiah dengan menjadi kontribusi demi
kemajuan ilmu pengetahuan yang ada selama ini khususnya dalam kajian pendidikan
Islam.
4. Diharapkan dapat menjadi masukan untuk menyempurnakan model pendidikan yang
sudah dikembangkan agar eksistensinya sebagai model alternative pendidikan Islam
dapat diterima dan dicari masyarakat sebagai tempat pendidikan anak-anaknya.

BAGIAN KEDUA
KONSEP PENDIDIKAN ISLAM

A. Hakikat Pendidikan Islam


Menurut Mastuhu Pendidikan Islam adalah pemikiran yang terus menerus harus
dikembangkan melalui pendidikan untuk merebut kembali kepemimpinan iptek, sebagai
zaman keemasan dulu.
Hakikat pendidikan Islam menurut H. M. Arifin adalah usaha orang dewasa muslim yang
bertaqwa secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan
fitrah (potensi dasar) anak didik melalui ajaran islam kearah titik maksimal pertumbuhan.
Dari pengertian diatas pendidikan islam dapat berwujud pemikiran dan teori pendidikan
yang mendasarkan diri atau dibangun dan dikembangkan dari al qur’an dan As sunah.
B. Tujuan Pendidikan Islam
Dari beberapa pemikiran tokoh, dalam buku ini menyimpulkan, bahwa tujuan
pendidikan adalah mewujudkan peserta didik menjadi manusia yang yang berguna bagi
dirinya dan masyarakatnya serta senang dan gemar mengamalkan, mengembangkan
ajaran islam dalam hubungan nya dengan Allah dan manusia sesamanyadapat mengambil
manfaat yang semakin meningkat dari alam semesta ini untuk kepentingan dunia dan
akhirat.
C. Fungsi Pendidikan Islam
Fungsi pendidikan Islam sebenarnya tidak jauh dari Tujuan pendidikan Islam. Yaitu
memelihara dan mengembangkan fitrah dan sumber daya manusia menuju terbentuknya
manusia seutuhnya yakni manusia yang berkualitas sesuai pandangan Islam.
D. Muatan/Isi Pendidikan Islam
Muatan atau isi pendidikan dalam lembaga pendidikan formal maupun non formal
sering disebut dengan kurikulum. Kurikulum harus memuat materi yang dapat mengantar
subjek didik ke tujuan pendidikan tertinggi dan terakhir yakni menguatkan keimanan dan
ibadah kepada Allah serta mampu berperan sebagai kholifatullah.
E. Ideologi Pendidikan Islam sebagai Alternatif
Prinsip pendidikan Islam yang Humanisme-teosentris berorientasi mengembangkan
dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar keberadaan manusia semakin
bermakna, yang dalam pelaksanaannya diwarnai dengan prinsip-prinsip ketauhidan, baik
tauhid Rububiyah maupun uluhiyah. Prinsip Pendidikan Islam bersumber dari al-qur’an
dan al Hadits.

BAGIAN KETIGA
INSTITUSI PENDIDIKAN ISLAM

A. Pesantren
Pesantren adalah salah satu lembaga pendidikan Islam non formal asli Indonesia yang
memadukan Islam dengan budaya local pra Islam.
Dalam perkembangannya di pesantren tidak hanya diajarkan melalui pendidikan diniyyah
murni, pendidikan formal seiring perkembangan jaman dan perubahan cara berfikir sang
Kyai maka banyak didirikan pendidikan formal mulai dari TK hingga perguruan tinggi.

B. Madrasah
Istilah “Madrasah” sejatinya diadopsi umat Islam Indonesia dari Timur Tengah.
Madrasah merupakan realitas pendidikan yang menampung aspirasi social budaya agama
penduduk Muslim Indonesia yangsecara kultural berakar kuat pada kelompok santri.
Pilihan masyarakat pad madrasah bagi wahana ped\ndidikan putra-putrinya dilandasi
motif yang berbeda-beda. Akan tetapi secaa umum dan kolektif, motif-motif tersebut
mencerminkan momitmen keagamaan yang kuat.

C. Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal selain madrasah yang dikenal dunia
pendidikan di Indonesia. Berdirinya lembaga pendidikan berupa sekolah di Indonesia
sesungguhnya dibidani oleh pemerintah Belanda. Pelaksanaan pendidikan saat itu tidak
berdasar dan tidak memihak salah satu agama. Dalam perkembangan persekolahan saat
ini mulai dari Paud sampai Perguruan tinggi.
Mengembabngkan model sekolah umum yang bernafaskan/bernuansa Islam,
sesungguhnya tidak bertentangan dengan makna pendidikan Islam itu sendiri.

D. Keluarga
Keluarga ditinjau dari ilmu sosiologi adalah bentuk masyarakat kecil yang terdiri dari
beberapa individu yang terikat oleh suatu keturunan yakni kesatuan antara ayah, ibu dan
anak-anak. Pendidiakn keluarga sejatinya sebagai lama pendidikan pertama atau dasar.
Karena pendidikan yang diberikan orang tua keada anak-anaknya sesuai dan dipersiapkan
untuk kehidupan di masyarakat kelak.

E. Masyarakat
Pengorganisasian pendidikan luar sekolah dapat dimulai dengan memberi pengertian
atau motivasi kepada anggota masyarakat agar mereka mau menyelenggarakan
pendidikan secara gotong royong danmau ikut serta di dalam kegiatan pendidikan.
BAGIAN KEEMPAT
PENDIDIKAN ISLAM FORMAL DAN NON FORMAL

A. Jalur-jalur Pendidikan Islam dan maknanya


- Pendidikan Formal : pendidikan di sekolah, teratur, sistematis, berjenjang, di bagi
dalam waktu-waktu tertentu.
- Pendidikan Non Formal (luar sekolah) : semua bentuk pendidikan yang
diselenggarakan dengan sengaja, tertib, terarah, dan berencana di luar kegiatan
persekolahan.
- Pendidikan Informal : proses pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman
sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar, pada umumnya tidak teratur, dan tidak
sistematis.
B. Pengelolaan dan Pelaksanaan Pendidikan Islam Formal, Non Formal, dan Informal
- Pendidikan Islam formal yang dikelola oleh pemerintah atau oleh swasta tetapi
mengikuti aturan pemerintah secara normal.
- Pendidikan non formal dikelola oleh masyarakat dan atas swadaya sendiri.
- Pendidikan informal : pendidikan yang berlangsung dalam keluarga, masyarakat, dan
pengusaha.
C. Keunggulan dan Kelemahan Pendidikan Islam Formal, non Formal, dan Informal
1. Keunggulan dan kelemahan Pendidikan Islam Formal
Keunggulan Pendidikan Islam Formal :
- Teratur, sistematis, berjenjang.
- Pendidikan berusaha mengintegrasikan pendidikan umum dan keagamaan secara
bersama.
- Menerpkan pendidikan unjtuk masa depan (umum)dan akhirat (ilmu agama).
- Memenuhi kebutuhan moodernisasi, system klasikal, penjenjangan, penggunaan
bangku, bahkan memasukkan pengetahuan umum sebagai bagian dari
kurikulumnya.
Kelemahan pendidikan Islam formal :
- Belum ada keseimbangan antara pelajaran agama (30%) dan umum (70%)
- Beban kurikulum yang terlalu padat.
- Sekolah (Madrasah) dianggap masih gagal mendidik agama Islam. Praktiknya
hanya mendidiknya hanya memperhatikan aspek kognitif dan mengabaikan
pembinaan aspek afektif dan konatif volitif (kemauan dan tekad mengamalkan
nilai-nilai ajaran agama).
- Kurang concern terhadap persoalan bagaimana mengubah pengetahuan agama
yang kognitif menjadi bermakna dan nilai yang diinternallisasi dalam diri peserta
didik.
- Bidang teologi cenderung mengarah pada fatalistic, bidang akhlak hanya sopan
santun belum dipahami secara keseluruhan pribadi manusia beragama.
- Menurut Hartono, masih belum mampu eksis sebagai institusi yang menunjukkan
pendidikan dan cita-cita yang Islami secara Kaffah.
2. Keunggulan dan kelemahan Pendidikan Islam Non Formal
Keunggulan Pendidikan Islam nonformal:
- Dilangsungkan dan disesuaikan dengan keadaan daerah masing-masing.
- Pendekatan pendidikan bersifat fungsional dan praktis.
- Berpandangan luas dan berintegrasi satu sama lain.
- Dapat diikuti dengan bebas tetapi juga terikat dengan peraturan tertentu.
- Dalam hal tenaga pengajar, fasilitas, cara penyampaian dan waktu yang dipakai
serta komponen lainnya disesuaikan dengan keadaan peserta didik supaya
mendapat hasil yang memuaskan.
Kelemahan Pendidikan Islam non formal :
- Tidak terlalu mengikuti peraturan yang ketat dan tetap.
- Tidak resmi, dianggap kurang bernilai.
- Tidak mengenal jenjang dan program pendidikannya untuk jangka pendek.
- Beberapa pendidikan nya masih rigid (kaku) mempertahankan pola salafiyah.
- Kondisi manajemennya belum tertata dan terarah.
- Kelangsungan proses belajar mengajar tidak bisa berlangsung dengan baik.
3. Keunggulan dan kelemahan pendidikan Islam informal
Keunggulan Pendidikan Islam informal :
- Dasar mempersiapkan anak-anak untuk kehidupan di masa depan.
- Peletakan dasar pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan,
pembentukan pribadi dan diri sendiri.
- Banyak membantu dalam meletakkan dasar pembentukan kepribadian anak.
Kelemahan Pendidikan Islam informal :
- Tidak teratur dan tidak sistematis
- Tidakk terstruktur, tidak mengenal jenjang.
- Dengan tanggung jawab yang besar, tidak harus dipikul secara keseluruhan oleh
orang tua.
BAGIAN KELIMA
MODEL-MODEL AKTIFITAS PENDIDIKAN

A. Pengertian Model dalam Pendidikan Islam


Model dalam aktifitas pendidikan sejatinya merupakan suatu contoh, teladan, yang
menjembatani antara dunia nyata dan dunia berpikir dalam proses belajar mengajar baik
yang terjadi dalam pendidikan formal, non formal dan informal.
B. Syarat dan Kriteria Sesuatu untuk disebut Model
Syarat untuk disebut sebagai model sejatinya bisa dilihat dar beberapa tahapan yang
harus dipenuhi. Tahapan itu sebagai berikut :
1. Melakukan identifikasi masalah dari berbagai pertanyaan.
2. Membangun asumsi-asumsi.
3. Membuat kontruksi dari model itu sendiri.
4. Menentukan analisis yang tepat.
5. Melakukan interpretasi atas hasil yang dicapai dalam tahap analisis.
6. Validasi model
C. Model-model Aktifitas Pendidikan Islam
1. Pada masa Nabi Muhammad SAW
Model dalam pelaksanaan pemeblajarannya saat itu adalah system halaqoh. Sebuah
system melingkar dimana antara peserta didik lututnya saling bersentuhan, sementara
guru duduk diposisi sentral.
2. Pada Khulafa al Rasyidun
Pada masa ini system pendidikan nya masih sama pada jaman nabi, yakni masih
sostem halaqoh-halaqoh di masjid. Pendidikan tidak hanya mengajarkan tentang
keagamaan saja, melainkan urusan keduniawian juga mendapatkan porsi yang sama.
3. Pada Masa Khilafah Umayyah, Abbasiyyah dan Fatimiyyah
Pendidkan Islam mulai mengalami perkembangan seiring dengan Islam tersebar di
wilayah yang penduduknya sudah berbudaya dan berperadaban.
BAGIAN KEENAM
MODEL PENDIDIKAN ISLAM DI RUMAH DAN SEKOLAH

A. Pendidikan Islam di Rumah sebagai Benteng Utama


Pendidikan di rumah diharapkan mampu mewujudkan anak-ana yang taat, pandai
bersyukur, tidak musyrik, dan berakhlaqul karimah.
B. Pendidikan Islam di Sekolah
Agama menganjurkan agar umatnya mempelajari ilmu keagamaan dan ilmu keduniawian.

BAGIAN KETUJUH
ALTERNATIF MODEL PENDIDIKAN ISLAM
Ciri khas pendidikan Islam jika didiskripsikan sesungguhnya mewujudkan peserta didik
menjadi manusia yang berguna bagi diri dan masyarakatnya.
Konsep pendidikan Islam dalam prosesnya menggunakan pendekatan life skills dan
contextual teaching and learning (CTL).
Pendidikan non formal dan informal sebagai alternative pendidikan Islam. Pentingnya
pendidikan non formal untuk dijadikan model alternative selanjutnya karena sebagai
peningkatan mutu peserta didik pada pendidikan informal dn formal.

BAGIAN KEDELAPAN
MODEL PENGEMBANGAN PENDIDIKAN INFORMAL DI MALANG DAN DI
SALATIGA

A. SEKOLAH INFORMAL DI MALANG


Sekolah ini berawal dari homeschooling di kota Malang. Pada tahun 2009 sekolah ini
menjadi contoh penerapan kurikulum inovatif tingkat nasional oleh Pusat Kurikulum
(Puskur)
Aktifitas pemebelajaran di rumah didukung oleh e-learning dan materi-materi
pembelajaran online. Kegiatan tutorial dilakukan orang tua dan peserta didik secara
periodic. Untuk mengukur hasil belajar diadakan evaluasi mingguan dan evaluasi
bulanan.
B. KOMUNITAS BELAJAR DI SALATIGA
Komunitas Belajar ini lahir dari keprihatinan pendidikan yang bobrok dan mahal.
Kegiatan belajar mengajar di komunitas belajar, tidak hanya monoton di dalam kelas.
Siswa berhak menentukan tempat belajar mereka.

BAGIAN KESEMBILAN
CIRI KHAS SEKOLAH INFORMAL DI MALANG DAN SALATIGA

Ciri khas tersebut antara lain :


1. Mengembangkan potensi berpikir.
2. Merangsang siswa mampu membaca.
3. Mengembangkan ilmu dan ketrampilan untuk kehidupan siswa agar tangguh secara
lahiriyah.
4. Memberikan pendidikan perilaku/akhlaq.
5. Memberikan pendidikan emosional.
6. Mengembangkan pendidikan teosentris / ketuhanan/bathiniyah.
7. Mendidik anak saleh secara individu dan social.
8. Memberi wawasan mengenai diri dan alam sekitar.
9. Mengintegrassi nili-nilai agama pada tiap bidang pelajaran.
10. Orientasi kecenderungan kelompok keagamaan.
11. Bentuk pendidikan, proses belajar mengajar, tempat belajar, dan penyetaraan.
12. Peserta didik dan guru pendidiknya.

BAGIAN KESEPULUH
PERSAMAAN DAN PERBEDAAN SEKOLAH INFORMAL DI MALANG DAN DI
SALATIGA

Persamaan dari kedua sekolah ini adalah sama-sama menerapkan model pembelajaran
home schooling.
Perbedaan dari kedua institusi ini segmen pasar atau sasaran peserta didiknya. Satu
masyarakat kaya, dan yang satunya masyarakat kurang mampu.

BAGIAN KESEBELAS
PROSES PEMBELAJARAN YANG DIKEMBANGKAN DI MALANG DAN DI
SALATIGA

Proses pembelajarannya dibagi menjadi 5 bagian :


1. E-learning
2. Kegiatan tutorial
3. Proses Belajar Mandiri
4. Field Trip
5. Pelayanan khusu potensi, bakat, dan minat.

BAGIAN KEDUA BELAS


ALASAN SEKOLAH DI MALANG DAN DI SALATIGA DAPAT DIJADIKAN
MODEL PENDIDIKAN ISLAM ALTERNATIF

Dilihat dari bagian kesembilan hingga bagian kedua belas pada kedua institusi ini dapat
dijadikan alternative model pendidikan islam karena bersifat universal (tidak menawarkan
dikhotomisasi) di samping mendidik peserta didik akan nilai-nilai yang bersifat transedental
dan keeternalan (Keabadian).

BAGIAN KETIGA BELAS


IMPLIKASI TEMUAN PENELITIAN DENGAN TEORI/TEMUAN SEBELUMNYA

Hasil temuan pada peneliatian ini :


Pertama, Mengandung implikasi mendukung dan mengembangkan teori yang dikemukakan
para pakar pendidikan yang ada.
Kedua, Mengandungn implikasi menolak teori yang dikemukakan para pakar pendidikan
yang ada. Penolakan terhadap bahwa pendidikan informal atau non formal tidak diorganisasi
dengan baik, dan tidak terstruktur.

Anda mungkin juga menyukai