Anda di halaman 1dari 100

TUGAS BESAR

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN


WADUK (BENDUNGAN)

OLEH KELOMPOK III :

1. ANADITA KEISHA AZZAHRA E1A121003

2. ANNA MARSELYANI E1A121005

3. FARHAN E1A121007

4. INGGIT UTARI E1A121009

5. KHAERUNNISA E1A121011

6. NINGSIH PEBRIANTI E1A121017

7. PIPIN ZAHRANI E1A121019

8. WAODE INTAN GEBRINA E1A121023

JURUSAN S-1 TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAY
KEBUDAYAAN,
RISET DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS HALU OLEO
FAKULTAS TEKNIK, JURUSAN TEKNIK SIPIL
Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu Jl. H.E.A. Mokodompit
Telepon /fax (0401) 3194163 Kendari 93232
Laman: http//www.eng.uho.ac.id
http//www.eng.uho.ac.id

LEMBAR PENGESAHAN

Diterangkan bahwa mahasiswa:

1. ANADITA KEISHA AZZAHRA E1A121003


2. ANNA MARSELYANI E1A121005
3. FARHAN E1A121007
4. INGGIT UTARI E1A121009
5. KHAERUNNISA E1A121011
6. NINGSIH PEBRIANTI E1A121017
7. PIPIN ZAHRANI E1A121019
8. WAODE INTAN GEBRINA E1A121023

Telah menyelesaikan Tugas Besar Mata kuliah (Pengembangan Sumber Daya Air)
semester genap (IV) tahun 2023/2024.

Demikian surat keterangan ini di buat, untuk dipergunakan sebagaimana mestinya,

Kendari, 13 Juli 2023


Mengetahui,
Ketua Jurusan S-1 Teknik Sipil, Dosen Pengampu,

Dr. La Welendo, ST., MT


Dr. Ir. Januar Saleh Kaimuddin, S.T., M.T
NIP. 19681231 20050 1 1007 NIP. 19880101 2022 031 009

ii
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAY
KEBUDAYAAN,
RISET DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS HALU OLEO
FAKULTAS TEKNIK, JURUSAN TEKNIK SIPIL
Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu Jl. H.E.A. Mokodompit
Telepon /fax (0401) 3194163 Kendari 93232
Laman: http//www.eng.uho.ac.id
http//www.eng.uho.ac.id

LEMBAR NILAI

Diterangkan bahwa mahasiswa:

1. ANADITA KEISHA AZZAHRA E1A121003


2. ANNA MARSELYANI E1A121005
3. FARHAN E1A121007
4. INGGIT UTARI E1A121009
5. KHAERUNNISA E1A121011
6. NINGSIH PEBRIANTI E1A121017
7. PIPIN ZAHRANI E1A121019
8. WAODE INTAN GEBRINA E1A121023

Telah menyelesaikan Tugas Besar Mata kuliah (Pengembangan Sumber Daya Air)
dengan memperoleh nilai:

Kendari, 13 Juli 2023


Mengetahui,
Ketua Jurusan S-1 Teknik Sipil, Dosen Pengampu,

Dr. La Welendo, ST., MT


Dr. Ir. Januar Saleh Kaimuddin, S.T., M.T
NIP. 19681231 20050 1 1007 NIP. 19880101 2022 031 009

iii
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAY
KEBUDAYAAN,
RISET DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS HALU OLEO
FAKULTAS TEKNIK, JURUSAN TEKNIK SIPIL
Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu Jl. H.E.A. Mokodompit
Telepon /fax (0401) 3194163 Kendari 93232
Laman: http//www.eng.uho.ac.id
http//www.eng.uho.ac.id

KARTU ASISTENSI

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN


PER ANCANGAN W
WADUK
ADUK (BENDUNGAN)

KELOMPOK : III (TIGA)


JURUSAN : S1 TEKNIK SIPIL
MATA KULIAH : PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

No. Tanggal Uraian Paraf

Kendari, 21 Juni 2023


Dosen Pembimbing Tugas Besar,

Ir. Januar Saleh Kaimuddin, S.T., M.T


NIP. 19880101 2022 031 009

iv
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAY
KEBUDAYAAN,
RISET DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS HALU OLEO
FAKULTAS TEKNIK, JURUSAN TEKNIK SIPIL
Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu Jl. H.E.A. Mokodompit
Telepon /fax (0401) 3194163 Kendari 93232
Laman: http//www.eng.uho.ac.id
http//www.eng.uho.ac.id

KARTU ASISTENSI

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN


PER ANCANGAN W
WADUK
ADUK (BENDUNGAN)

KELOMPOK : III (TIGA)


JURUSAN : S1 TEKNIK SIPIL
MATA KULIAH : PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

No. Tanggal Uraian Paraf

Kendari, 5 Juli 2023


Dosen Pembimbing Tugas Besar,

Ir. Januar Saleh Kaimuddin, S.T., M.T


NIP. 19880101 2022 031 009

v
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAY
KEBUDAYAAN,
RISET DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS HALU OLEO
FAKULTAS TEKNIK, JURUSAN TEKNIK SIPIL
Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu Jl. H.E.A. Mokodompit
Telepon /fax (0401) 3194163 Kendari 93232
Laman: http//www.eng.uho.ac.id
http//www.eng.uho.ac.id

KARTU ASISTENSI
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
PER ANCANGAN W
WADUK
ADUK (BENDUNGAN)

KELOMPOK : III (TIGA)


JURUSAN : S1 TEKNIK SIPIL
MATA KULIAH : PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

No. Tanggal Uraian Paraf

Kendari, Juli 2023


Dosen Pembimbing Tugas Besar,

Ir. Januar Saleh Kaimuddin, S.T., M.T


NIP. 19880101 2022 031 009

vi
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAY
KEBUDAYAAN,
RISET DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS HALU OLEO
FAKULTAS TEKNIK, JURUSAN TEKNIK SIPIL
Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu Jl. H.E.A. Mokodompit
Telepon /fax (0401) 3194163 Kendari 93232
Laman: http//www.eng.uho.ac.id
http//www.eng.uho.ac.id

PRESENSI ASISTENSI
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
PER ANCANGAN W
WADUK
ADUK (BENDUNGAN)

KELOMPOK : III (TIGA)


JURUSAN : S1 TEKNIK SIPIL
MATA KULIAH : PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

PERTEMUAN KE-
NO. NIM NAMA
1 2 3 4

1. E1A121003 ANADITA KEISHA AZZAHRA

2. E1A121005 ANNA MARSELYANI


3. E1A121007 FARHAN

4. E1A121009 INGGIT UTARI

5. E1A121011 KHAERUNNISA

6. E1A121017 NINGSIH PEBRIANTI

7. E1A121019 PIPIN ZAHRANI

8. E1A121023 WAODE INTAN GEBRINA

Kendari, 2023
Dosen Pembimbing Tugas Besar,

Ir. Januar Saleh Kaimuddin, S.T., M.T


NIP. 19880101 2022 031 009

vii
KATA PENGANTAR

Kepada Para Pembaca yang Terhormat, penulis dengan senang hati


mempersembahkan laporan ini, yang merupakan hasil dari dedikasi, dan pemikiran
yang mendalam. Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama proses
penulisan laporan ini. Laporan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang
komprehensif dan mendalam mengenai topik yang sedang dibahas. Melalui
pengumpulan data, analisis yang cermat, dan referensi yang terpercaya, penulis
berharap laporan ini dapat memberikan wawasan baru dan menarik bagi para pembaca.

Tidak lupa, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing bapak Ir. Januar Saleh Kaimuddin, S.T., M.T serta teman-teman

sejawat yang telah memberikan masukan berharga selama proses penulisan.


Kontribusi mereka sangat berarti dalam menyempurnakan laporan ini. Namun, perlu
diingat bahwa laporan ini tidak luput dari
d ari keterbatasan. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan masukan dan saran konstruktif dari pembaca untuk meningkatkan
kualitas dan manfaat dari penulisa ini.

Penulis menyadari sungguh bahwa Tugas Besar Perenanaan dan Perancangan


Waduk ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan laporan ini. Akhir kata,
semoga laporan ini dapat memberikan kontribusi positif, mencerahkan pikiran, dan
menjadi referensi yang berharga bagi semua pembaca yang tertarik dengan topik yang
dibahas. Terima
Terima kasih atas pe
perhatian
rhatian dan kesempatan ini.

Kendari, 13 Juli 2023

Penulis

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN COVER ……………………………………………………. i
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………...……… ii
LEMBAR NILAI ……………………………………………………...… iii
KARTU ASISTENSI …………………………………..…………...…… iv
PRESENSI ASISTENSI…………………………………..……………... vii
KATA PENGANTAR ………………………………………….………… viii
DAFTAR ISI ………………………………………………………...…… ix
DAFTAR TABEL ………………………………………………………... xii
DAFTAR
DAFTAR GAM BAR ……………………………………………..………
GAMBAR xiii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 2
1.3 Manfaat Penulisan ....................................................................... 2
PUSTAKA.................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Definisi Waduk dan Bendungan .................................................. 3
2.2 Tipe Waduk/Bendungan……………………............
Waduk/Bendungan……………………...............................
................... 3
2.2.1 Berdasarkan Material Konstruksi Bendungan ................... 3
2.2.2 Berdasarkan Ukuran Bendungan ....................................... 8
2.2.3 Berdasarkan Kebutuhannya................................................ 9
2.2.4 Berdasarkan Penggunananya……………………...…….. 10
2.3 Pemilihan Tipe Bendungan……………….................................. 10
2.4 Elemen Bendungan……………………………………...…...… 12
2.5 Alat dan Bahan Konstruksi Bendungan………………………… 14
2.5.1 Alat Konstruksi Bendungan ............................................... 14
2.5.2 Bahan Konstruksi Bendungan ............................................ 20
2.6 Survey dan Investigasi………………..…………………...…… 22
2.6.1 Survey dan Investigasi Pendahuluan.................................. 22
2.6.2 Pengukuran dan Pemetaan Topografi…………...……..… 26

ix
2.6.3 Survey Meteorologi dan Hidrologi………………………. 28
2.6.4 Survey dan Investigasi Geologi Tempat Kedududukan Calon
Bendungan ………………………………
………………………………………………….
…………………. 33

2.6.5 Survey dan Investigasi Bahan Bendungan………..……… 41


2.6.6 Pengujian Bahan Bendungan……………………...…...… 47
2.7 Analisis Hidrologi……...………………..……………………... 50
2.7.1 Hujan Kawasan………...………………………………… 50
2.7.2 Curah Hujan Rencana……………………………………. 53
2.7.3 Intensitas Curah Hujan………………………………...… 57
2.7.4 Debit Banjir Rencana…………………………………….. 58
2.7.5 Evaporasi ………………………………………...……… 62
2.8 Kapasitas Tampungan Waduk…………..……………………… 63

2.9 Tahapan Pekerjaan Waduk/Bendungan………………………… 66


BAB III METODOLOGI........................................................................... 67
3.1 Umum ......................................................................................... 68
3.2 Pengumpulan Data....................................................................... 68
3.2.1 Data Peta Topografi........................................................... 68
3.2.2 Data Peta Landsat.............................................................. 69
3.2.3 Data Peta Geologi.............................................................. 70
3.2.4 Data Peta Jenis Tanah........................................................ 71
3.2.5 Data Hidrologi................................................................... 72

BAB IV ANALISA DAT


DATA A......................................................................... 73
4.1 Tahap Analisis............................................................................. 73
4.1.1 Distribusi Curah Hujan........................................................ 73
4.1.2 Intensitas Curah Hujan........................................................ 76
4.1.3 Banjir Rencana.................................................................... 78
4.2 Kapasitas Waduk......................................................................... 80
4.3 Overview Bendungan (Layout).................................................... 82
BAB V PENUTUP..................................................................................... 83
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 83

5.2 Saran ........................................................................................... 84

x
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 85
LAMPIRAN ............................................................................................. 86

xi
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Luas Daerah Genangan Waduk dan Skala Peta yang Lazim
Dipergunakan ....................................................................... 27
Tabel 2.2 Jenis Batuan yang Cocok untuk Bahan Bendungan .............. 46
Tabel 2.3 Parameter Statisktik untuk Menentukan Jenis Distribusi ...... 55
Tabel 3.1 Hujan Kawasan Metode Ishoyet ........................................... 72
Tabel 4.1 Rekapitulasi Perhitungan Distribusi Normal ......................... 73
Tabel 4.2 Rekapitulasi Perhitungan Curah Hujan Rencana Metode
Normal ...................................................
..................... .............................................................
............................... 75
Tabel 4.3 Rekapitulasi Perhitungan Intensitas Curah Hujan Metode
Mononobe ............................................................................. 76
Tabel 4.4 Data Koefisien Pengaliran .................................................... 78
Tabel 4.5 Rekapitulasi Debit Rencana dengan Metode Rasional ......... 79

xii
DAFTAR
DAFTAR GAM
GAMBAR
BAR

Halaman

Gambar 2.1 Jenis-Jenis Bendungan ................................................... 4


Gambar 2.2 Pengelompokan Bendungan Urugan .............................. 5
Gambar 2.3 Pembagian Zona dan Bentuk Inti pada Bendungan
Urugan Tanah ................................................................. 7
Gambar 2.4 Pembagian Zona dan Bentuk Inti pada Bendungan
Urugan Batu .................................................................. 8
Gambar 2.5 Overview dan Tipikal Bendungan ................................. 14
Gambar 2.6 Daerah Survey Geologi pada Tempat Kedududkan
Calon Bendungan .......................................................... 35
Gambar 2.7 Peta Geologi Permukaan dan Penampang Geologi di
Daerah Tempat
Tempat Kedudukan Calon Bendungan .............. 36
Gambar 2.8 Skema Mesin Bor Putar untuk Penyelidikan Geologi .... 37
Gambar 2.9 Bentang Dinding Terowongan Pengujian ...................... 38
Gambar 2.10 Skema Pelaksanaan Lapangan ....................................... 40
Gambar 2.11 Hubungan Antara Harga N dan Sudut Gesekan Dalam
Lapisan Pasir................................................................... 41
Gambar 2.12 Metode Aritmatik ........................................................... 51
Gambar 2.13 Metode Poligon Thiessen ............................................... 52
Gambar 2.14 Metode Ishoyet .............................................................. 53
Gambar 2.15 Major Climatic Factor Influencing Corp W
Water
ater Need ... 62
Gambar 2.16 Layout dari Waduk ........................................................ 64
Gambar 2.17 Bagan Tahapan Pekerjaan Waduk/Bendungan
Waduk/Bendungan .............. 66
Gambar 3.1 Peta Topografi Lokasi Rencana Bendungan .................. 68
Gambar 3.2 Peta Situasi Pada Lokasi Rencana
Rencana Bendungan .........
...............
...... 69
Gambar 3.3 Peta Geologi Pada Lokasi Rencana Bendungan ............. 70
Gambar 3.4 Peta Jenis Tanah
Tanah Pada Lokasi Rencana Bendunga
Bendungann ....... 71
Gambar 4.1 Intensitas Curah Hujan Dengan Menggunakan Metode
Dari Mononobe .............................................................. 77

xiii
Gambar 4.2 Grafik Kapasitas Rencana Bendungan Ameroro ........... 81
Gambar 4.3 Layout Rencana Bendungan .......................................... 82
Gambar 4.4 Potongan Penampang Rencana Bendungan ................... 82

xiv
TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air sebagai salah satu komponen penting bagi kehidupan manusia secara nyata,
ikut menentukan taraf hidup, baik itu secara individual maupun komunal. Objek
individual berarti bahwa upaya pemenuhan dan pengolahan kebutuhan air dilakukan
oleh tiap individu, baik secara terstruktur oleh instansi terkait atau bahkan oleh
kelompok masyarakat. Sedangkan secara komunal, dilakukan untuk sebuah komunitas
di suatu wilayah dengan tingkat pelayanan secara menyeluruh untuk penduduk yang
berdomisili tetap ma
maupun
upun yang tidak te
tetap.
tap. Pe
Pemenuhan
menuhan terhadap kebutuhan air yang
memadai merupakan kebutuhan dasar manusia. Dalam kerangka yang lebih luas, air

juga sangat penting sebagai pendukung


pen dukung kebutuhan.
kebutuhan .
Kebutuhan air baku untuk berbagai keperluan, terutama air baku untuk rumah
tangga, tempat–tempat umum, dan industri, akan terus meningkat berdasarkan jumlah
penduduk yang terus bertambah dan semakin berkembangnya laju pembangunan di
berbagai bidang.
bida ng. Di sisi lain, jumlah penyediaan prasarana air baku yang ada saat ini
masih relatif terbatas, sehingga belum dapat memenuhi semua kebutuha
kebutuhann air. Masalah
Masalah
ketersediaan air baku ini juga dihadapi oleh penduduk di wilayah Unaaha, Kabupaten
Konawe. Meskipun wilayah tersebut memiliki sumber air (air permukaan, air sungai,
air bawah tanah dan mata air) yang cukup memadai, namun yang menjadi kendala

adalah bagaimana cara


ca ra menangkap dan menyalurkan air dari sumber air tersebut secara
optimal sehingga dapat dimanfaatkan oleh penduduk. Sarana dan prasarana dalam
sistem penyediaan air baku seperti pembangunan bendung yang perlu didesain dan
dibangun agar masyarakat dapat memenuhi kebutuhan air tanpa harus bersusah payah
mengambil langsung ke sumber air yang terkadang sangat sulit dijangkau.
Berdasarkan Pasal 2 Undang – undang No.11 Tahun 1974 tentang Pengairan,
dinyatakan bahwa “Air beserta sumber-sumbernya termasuk kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya mempunyai fungsi sosial serta digunakan sebesar – besarnya
untuk kemakmuran rakyat”. Hal
Ha l ini dapat diatasi dengan beberapa alternatif yang salah

satu diantaranya adalah dengan membangun prasarana untuk pemenuhan kebutuhan

1
TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

air baku masyarakat. Oleh karena itu, untuk menunjang kebutuhan air baku yang
dicanangkan oleh maka perlu dilakukan studi terhadap lokasi “Perencanaan Bendung
untuk Memenuhi Kebutuhan Air Baku pada di Wilayah Unaaha, Kabupaten Konawe,

Sulawesi Tenggara”. Diharapkan dengan adanya bendung ini yang disertai sistem
irigasi yang baik maka hasil panen petani dapat meningkat dan kebutuhan air baku
untuk masyarakat terpenuhi dengan baik.

1.2 Tujuan Penul


Penulisan
isan
Adapun tujuan dari penulisan laporan perencanaan waduk/bendungan adalah
sebagai berikut:
1. Memenuhi syarat kelulusan matakuliah pengembangan sumber daya air.
2. Mengetahui klasifikasi bendungan.

3. Mengetahui cara menganalisis data hidrologi terhadap perencanaan bendungan.


4. Mengetahui tahapan-tahapan perencanaan bendungan.
5. Mengetahui tahapan-tahapan pekerjaan konstruksi bendungan.

1.3 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat dari penulisan laporan perencanaan waduk/bendungan adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui kerangka berpikir dalam perencanaan bendungan.
2. Menambah wawasan tentang tahapan-tahapn perencanaan bendungan.

3. Dijadikan sebagai acuan dasar dalam rangka pengembangan kegiatan berbasis


pengetahuan.
4. Dijadikan sebagai literatur terhadap perencanaan bendungan.

2
TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

BAB II
TINJAUAN PUST
PUSTAKA
AKA

2.1 Definisi Waduk dan Bendungan


Menurut Permen No.27/PRT/M/2015, 2015 waduk adalah tampungan air buatan
yang berfungsi untuk menampung air pada musim hujan dan memanfaatkannya pada
musim kemarau. Sedangkan Bendungan merupakan bangunan yang berfungsi untuk
menampung dan menyimpan
menyimpa n air dalam jumlah yang cukup besar. Bendungan biasanya
dibangun pada daerah cekungan, serta letaknya melintang pada alur sungai
(Sosrodarsono, 1989).
Secara sederhana, waduk merupakan kolam air yang sangat besar, digunakan
untuk tampung air yang dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan bahan baku, air

minum, irigasi, budidaya ikan serta PLTA. Sedangkan bendungan merupakan


bangunan yang dibuat untuk meng
menghalangi
halangi atau m
menahan
enahan aaliran
liran air dalam satu tempat
penyimpanan yang berukuran sangat besar

2.2 Tipe Waduk/Bendungan


2.2.1 Berdasarkan Material Konstruksi Bendungan
1. Bendungan beton
Bendungan beton umumnya dibangun pada pondasi batuan walaupun ada juga
bendungan beton yang rendah yang dibangun pada pondasi kerikil. Mulanya

bendungan beton dibangun dengan menggunakan material yan yang


g memiliki kuat tekan
yang tinggi tetapi kuat tarik yang rendah. Oleh karena itu, bentuk bendungan beton
dirancang secara khusus agar dapat meneruskan beban kerja ke pondasi dalam bentuk
beban tekan, sementara beban tarik diperkecil atau dihilangkan dengan cara
merancang bentuk bendungan secara cermat. Faktor terpenting dalam pemilihan
bendungan beton
be ton adalah pondasi bendungan
bendungan.. Jenis-jenis bendungan beton, yaitu:
ya itu:
1) Bendungan gaya berat (gravity
gravity),
),
2) Busur (arch
(arch dam),
dam),
3) Penopang (buttress
(buttress).
).

3
TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

Bendungan gravity didesain sedemikian rupa sehingga


sehingg a stabil karena berat sendiri
dan bentuknya. Bendungan ini dapat dibangun dengan poros/as bendungan lurus atau
sedikit melengkung (curved
(curved gravity dam).
dam). Bendungan busur hanya dapat dibangun

pada lembah yang sempit dimana dinding tumpuan harus mampu menahan
beban/dorongan yang bekerja p
pada
ada lengkungan tubuh bendun
bendungan.
gan. Bendun
Bendungan
gan buttres
yang paling sederhana adalah berupa plat beton yang didukung ( support) setempat-
setempay oleh penopang (buttres
(buttres).
).

2. Bendungan urugan (tanah dan batu)


Bendungan urugan, umumnya diklasifikasikan lagi menjadi beberapa jenis
berdasar pada material yang digunakan,
digunakan, baik untuk urugan tanah maupun urugan batu.
Bendungan urugan didesain secara spesifik sesuai dengan kondisi lokasi dan

ketersediaan material konstruksi di lokasi bendungan. Stabilitas bendungan diciptakan


d iciptakan
dengan membuat masa timbunan yang sangat berat sehingga mampu menahan beban
yang bekerja. Secara garis besar bendungan urugan dibedakan menjadi: urugan tanah
dan urugan batu
.

Gambar 2.1 Jenis-Jenis Bendungan

(Sumber: Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Tingkat Dasar


Dasar,, 2023)

4
TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

Gambar 2.2 Pengelompokan Bendungan Urugan


(Sumber: Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Tingkat Dasar
Dasar,, 2023)

a. Bendungan urugan tanah


Bendungan urugan tanah adalah bendungan yang paling lazim dibangun, karena
konstruksinya menggunakan material galian setempat yang tersedia yang tidak perlu

banyak pemrosesan. Dibanding dengan tipe lain, tipe ini dapat dibangun
d ibangun hampir pada
segala jenis tanah pondasi dan pada topografi yang kurang baik, dan umumnya lebih
sering dibangun untuk tujuan penampung air. Bendungan urugan tanah, dapat
dikelompokan lagi menjadi dua tipe, yakni :
▪ Bendungan urugan tanah homogen
▪ Bendungan urugan tanah berzona (dengan inti tegak atau inti miring)
Pembuatan zona-zona pada tubuh bendungan, disamping untuk tujuan efesiensi
penggunaan material, juga untuk meningkatkan keamanan bendungan, yaitu untuk:
mendapatkan kekuatan ( strength
strength)) yang lebih tinggi, serta pengendalian rembesan dan

retakan yang lebih baik. Untuk meningkatkan kekuatan bendungan, zona timbunan

5
TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

bagian luar dapat menggunakan material berbutir kasar yang


yang memiliki kuat geser yang
tinggi, sedang untuk mengendalikan rembesan diantara inti dan zona bebutir kasar
dapat dipasang drainasi saring (filter dan transisi). Untuk memperoleh desain yang

aman, dapat dibuat berbagai kemungkinan tipe zona sesuai gambar 2.2. Bila material
yang digunakan memiliki tingkat lulus air yang rendah atau diperlukan adanya
ketahanan terhadap retakan, di bagian hilir bendungan dapat dipasang drainasi
horizontal yang dikombinasikan dengan drainasi tegak atau miring ( chimney drain).
drain).
Salah satu kelemahan utama bendungan tipe ini adalah rawan terhadap erosi, baik erosi
internal yang disebabkan oleh rembesan maupun erosi permukaan yang disebabkan
peluapan (overtopping). Oleh karenanya bendungan urugan tanah harus dilengkapi
dengan pelimpah dengan kapasitas yang cukup untuk mengalirkan banjir desain
dengan aman.

b. Bendungan urugan batu


Bendungan urugan batu adalah bendungan urugan yang sebagian besar material
timbunannya berupa batu, yang berfungsi sebagai pendukung utama stabilitas
bendungan. Agar bendungan kedap air, dipasang lapisan kedap air berupa membran
kedap air dimuka lereng hulu ( facing dams)
dams) atau didalam tubuh bendungan berupa inti.
Lapisan kedap air atau membran dapat berupa zona kedap air dari tanah, beton, paving
beton aspal, geomembran, plat baja, atau didalam tubuh bendungan dapat berupa
lapisan kedap air tipis dari tanah, beton, beton aspal, dan geomembran, seperti yang

diperlihatkan pada gambar 2.2. Bendungan urugan batu dengan zona kedap air dari
tanah harus dilengkapi dengan filter dan atau transisi untuk mencegah perpindahan
material dari zona berbutir halus ke zona bebutir lebih kasar. Secara garis besar
bendungan urugan
uruga n batu dapat dikelompokkan m
menjadi
enjadi dua tipe, yaitu:
▪ Bendungan urugan batu dengan lapis kedap air dimuka (bendungan sekat /
facing dams)
dams)
▪ Bendungan urugan batu berzona (dengan inti tegak atau inti miring)
Seperti bendungan urugan tanah, bendungan urugan batu juga dapat rusak atau
runtuh akibat meluapnya air waduk, oleh karenanya bendungan harus dilengkapi

dengan bangunan pelimpah dengan kapasitas yang cukup. Perkecualian berlaku bagi

6
TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

bendungan pengalih aliran, bendungan detensi banjir atau penangkap sedimen yang
secara khusus didisain tahan terhadap meluapnya air waduk, dimana permukaan
lerengnya dilengkapi dengan
denga n batu-batu besar yang didisain khusus tahan terhadap erosi

dari luapan air. Bendungan urugan batu membutuhkan pondasi yang penurunannya
(settlement) kecil agar tidak merusak membran. Jenis pondasi yang cocok adalah
batuan atau pasir kerikil yang sangat kompak. Tipe urugan batu cocok untuk dipilih
bila: persediaan material batu cukup banyak, pondasi batuan berada atau di dekat
permukaan tanah, material tanah yang cocok untuk urugan tanah tidak tersedia, musim
hujan yang panjang mengakibatkan pelaksanaan konstruksi urugan tanah menjadi
tidak praktis, atau bila pembangunan bendungan beton kurang ekonomis.

Gambar 2.3 Pembagian Zona Dan Bentuk Inti Pada Bendungan Urugan Tanah

(Sumber: Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Tingkat Dasar


Dasar,, 2023)

7
TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

Gambar 2.4 Pembagian Zona Dan Bentuk Inti Pada Bendungan Urugan Batu
(Sumber: Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Tingkat Dasar,
Dasar, 2023)

2.2.2 Berdasarkan Ukuran Bendungan


1. Bendungan Besar (Large Dam)
Dam)
Menurut ICOLD (The
(The International commision On Large Dam),
Dam), bendungan
yang termasuk bendungan besar diantaranya bendungan
bendunga n yang tingginya > 15 m, diukur
diukur
dari bagian bawah sampai pondasi sampai puncak bendungan. Bendungan yang

tingginya antara 10 – 15 m dapat disebut sebagai bendungan besar asal memenuhi

8
TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

kriteria yakni panjang puncak bendungan tidak kurang dari 500 m, kapasitas waduk
yang terbentuk tidak kurang dari 1 juta m 3, debit banjir maksimum yang
diperhitungkan tidak kurang dari 2000 m 3/detik, bendungan menghadapi kesulitan-

kesulitan khusus pada pondasinya dan bendungan tidak didesign seperti biasanya.

2. Bendungan Kecil (Small


(Small Dam atau Embung)
Bendungan kecil, yang juga dikenal sebagai small dam atau embung, adalah
sebuah struktur pengendali air yang dibangun di sungai atau sungai kecil untuk
menampung dan mengatur aliran air. Bendungan kecil atau embung umumnya
memiliki skala yang lebih kecil dibandingkan dengan bendungan besar. Mereka
biasanya dibangun di aliran
aliran sungai k
kecil
ecil atau anak sungai untuk menampung air dalam
jumlah yang lebih terbatas. Semua bendungan yang tidak memenuhi persyaratan yang

terdapat pada bendungan besar (large


( large dam)
dam) maka tergolong kedalam bendungan kecil.

2.2.3 Berdasarkan Kebutuhannya


1. Waduk Ekaguna (Single
(Single Purpose)
Purpose)
Yakni waduk yang hanya memiliki satu fungsi atau tujuan spesifik.
Pembangunan Waduk Ekaguna melibatkan proses perencanaan dan konstruksi yang
meliputi survei topografi, analisis hidrologi dan hidrolika, serta pembangunan struktur
bendungan. Selama operasionalnya, waduk ini juga memerlukan pemantauan dan
pemeliharaan yang teratur guna
gun a menjaga keandalan da
dann keselamatan struktur.

2. Waduk serbaguna (Multi Purpose)


Purpose)
Yakni waduk y
yang
ang dibuat untuk bebera
beberapa
pa tujuan seperti irigasi, PLT
PLTA,
A, air baku,
rekreasi, mengatur banjir (pengendali banjir) dan lain-lain. Salah satu contoh waduk
serbaguna adalah Waduk Bener. Waduk Bener merupakan waduk serbaguna yang
memanfaatkan air DAS Bogo
Bogowonto
wonto sebagai bagian da
dari
ri Wilayah Sungai
Sung ai Sera
Serayu-
yu-
Bogowonto untuk pemenuhan layanan air baku, air irigasi dan pembangkit listrik
tenaga mikrohidro. Contoh waduk serbaguna adalah Bendungan Karang Kates di
Sungai Brantas – Jawa Timur
Timur.. Berikut Profil dari bendungan tersebut:

9
TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

Bendungan Karang Kates di Sungai Brantas – Jawa Timur


Perencana : Prof. Dr. Ir. Sutami
Tipe : Urugan Batu dengan lapisan kedap air tegak

Tinggi : 100 meter


Pajang puncak : 800 meter
Volume urugan : 6.150.000 m3
Manfaat sebagai :
▪ Pengendalian banjir
▪ PLTA (Energi sebesar 488×106 kwh/tahun)
▪ Irigasi
▪ Perikanan darat
▪ Parwisata

2.2.4 Berdasarkan Penggunaannya


1. Bendungan untuk membentuk waduk (Storage
( Storage Dam),
Dam), bendungan yang dibangun
untuk membentuk waduk guna menyimpan air pada waktu kelebihan agar dapat
dipakai pada saat diperlukan.
2. Bendungan untuk memperlambat jalan air (detention
( detention Dam)
Dam)
3. Bendungan yang dibangun untuk memperlambat aliran sehingga dapat
mencegah terjadinya banjir besar.
4. Bendungan penangkap/pembelok air ( Diversion Dam
Dam),
), dibangun agar

permukaan air lebih tinggi sehingga dapat mengalir masuk kedalam saluran
terowongan air
a ir..

2.3 Pemilihan Tipe Bendungan


Berikut beberapa aspek yang perlu diperhatikan ketika memilih tipe bendungan:
1. Tujuan Pembangunan
Tujuan pembangunan bendungan biasanya akan berpengaruh pada operasi
waduk yang kemudian akan berakibat pada fluktuasi muka air waduk. Untuk muka air
waduk yang memiliki
m emiliki fluktuasi yang be
besar
sar seperti waduk haria
hariann PLT
PLTA yang beroperasi

untuk beban puncak, kurang cocok bagi bendungan urugan tanah homogen.

10
TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

2. Tinggi Bendungan
Untuk ketinggian kurang dari 30 m, biasanya lebih cocok digunakan jenis yang
sederhana dan mudah pelaksanaanya yaitu tipe urugan homogeen; Untuk tinggi

lbendungan lebih dari 30 m, biasanya digunakan tipe zonal karena lebih dapat
“meredam rembesan” dengan adanya zona inti dan chimney drain,
drain, disamping itu tipe
ini memiliki stabilitas/kuat geser yang ebih tinggi dengan dipakainya material yang
memiliki kuat geser yang tinggi dibagian zona luar ( shell).

3. Material yang Tersedia


Kuantitas dan kualitas material yang secara ekonomis tersedia disekitar lokasi
bendungan merupakan faktor yang sangat penting dalam pemilihan tipe bendungan.
Bendungan urugan memerlukan material urugan dalam jumlah yang sangat besar.

Material tanah, pasir, krikil dan batu bongkah dapat digunakan untuk bendungan
urugan. Perencana harus membuat beberapa alternatif tipe dgn pertimbangan utama
pada ketersedian material. Penggunaan material yang efektif dapat dimaksimalkan
dengan membuat zona-zona urugan atau menggunakan bendungan zonal.

4. Topografi
Lembah sempit berbentuk V dengan pondasi batuan yang kuat, cocok untuk
bendungan beton tetapi tidak cocok untuk bendungan urugan karena dalam
pelaksanaan konstruksi, bendungan urugan memerlukan medan kerja yang cukup luas.
luas.

Untuk lembah yang agak lebar lebih cocok untuk bendungan urugan. Daerah dengan
kemiringan yang terjal, kurang cocok untuk bendungan urugan dengan inti miring dan
tipe sekat karena dikhawatirkan akan terjadi penurunan yang tidak merata dibagian
tumpuan.

5. Geologi
Pertimbangan geologi mencakup menilai kecocokan jenis tanah dan batuan
sebagai pondasi dan kesesuaiannya dengan material tubuh bendungan. Geologi
pondasi lokasi bendungan sering menjadi penentu didalam menetapkan tipe

bendungan yang cocok dengan lokasi tersebut. Kondisi pondasi dan geologi yang

11
TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

harus dipertimbangkan antara lain mencakup: kekuatan, ketebalan, arah dan


kemiringan lapisan, tingkat lulus air/permeabilitas, retakan, persambungan, dan
patahan. Umumnya bendungan urugan dapat dibangun pada semua jenis pondasi,

kecuali tipe sekat atau concrete face ockfill


ock fill dam (CFRD) tidak cocok dibangun pada
batuan yang sudah berubah bentuk dan batuan lunak. Untuk pondasi tanah, paling
sesuai untuk tipe urugan tanah homogeen, sedang untuk pondasi pasir kerikil yang
lolos air, dapat menggunakan tipe urugan homogen atau zonal yang dikombinasi
dengan blankit kedap air atau dinding
dindin g halang ((cut-off
cut-off wall). Untuk pondasi batuan yang
kuat, dengan lembah sempit cocok untuk bendungan beton gaya berat, bila lereng
tumpuan batuannya cukup keras pula, cocok untuk bendungan
bendunga n beton busur ((arch
arch dam).
dam).

6. Hidrologi dan Meteorologi

Hubungan erat antara faktor ekonomi dengan hirologi yang perlu


dipertimbangka, karakteristik aliran dan curah hujan dapat berpengaruh besar pada
biaya konstruksi, yaitu terkait dengan pekerjaan pengelakan sungai dan lamanya waktu
pelaksanaan konstruksi bendungan urugan tanah. Material tanah sangat sensitif
terhadap peningkatan kadar air terutama pada musim hujan Untuk daerah dengan
curah hujan yang tinggi kurang cocok untuk bendungan homogen atau urugan yang
menggunakan banyak material
mate rial tanah, karena saat pelaksanaan akan banyak mengalami
gangguan hujan.

2.4 Elemen Bendungan


Bendungan merupakan bangunan konstruksi yang dikenal sebagai saluran
pengairan atau tempat penyimpanan air merupakan salah satu bangunan konstruksi
yang terdiri berbagai jenis komponen atau bagian – bagiannya yang memiliki peran
saling melengkapi. Adapun bagian bagian bendungan tersebut yaitu :
1. Trowongan Pengelak (Sistem Pengelakan), sebelum dilakukan pembangunan
pada bendungan saluran air dikeringkan terlebih dahulu dengan mengalihkan air
ke tworongan pengelak.
2. Inlet, berfungsi Fungsi utama inlet adalah menerima aliran air yang masuk ke

dalam bendungan.

12
TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

3. Outlet, dapat mengendalikan tingkat air di waduk atau reservoir bendungan.


Outlet berfungsi sebagai media pengeluaran air yang telah masuk dari intake.
Biasanya outlet terletak di hilir bendungan.

4. Spillway, berfungsi dalam mengatasi situasi kelebihan air yang dapat


mengancam kestabilan dan keselamatan bendungan. Perlindungan Terhadap
Over-topping spillway dirancang untuk mencegah situasi over-topping atau
meluapnya air melewati bagian atas bendungan. Ketika tingkat air melebihi
ketinggian desain bendungan, spillway memberikan saluran khusus untuk air
yang melampaui kapasitas waduk. Dengan mengarahkan aliran air melalui
spillway, tekanan hidrostatik pada bendungan dapat dikurangi, menjaga
integritas dan keamanan struktur bendungan.
5. Cofferdam Primary
P rimary,, Sebuah cofferdam berasal dari "coffer
"coffer" yang berarti kotak,

dengan kata lain bendungan dalam bentuk kotak. Cofferdam merupakan


selungkup sementara untuk mencegah air dan tanah sehingga memungkinkan
pengeringan dan pembangunan fasilitas permanen (struktur) di tempat
keringadalah struktur sementara yang dirancang untuk menjaga air dan/atau
tanah keluar dari penggalian di mana dermaga, jembatan atau struktur lainnya
dibangun. Ketika konstruksi harus dilakukan di bawah air, sebuah cofferdam
dibangun untuk memberikan para pekerja lingkungan kerja yang kering.
6. Area Main Dam, Salah satu bangunan konstruksi Bendungan adalah Maindam,
fungsi dari konstruksi main dam adalah sebagai tempat penampungan air

Bendungan. Oleh karena itu bendungan harus memiliki pondasi yang kedap air
agar tidak terjadi rembesan atau kebocoran.
kebocoran.
7. PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air), merupakan sumber pembangkit listrik
yang menggunakan energi potensial dan kinetik dari air guna menghasilkan
energi listrik. Di Indonesia sendiri, pembangkit listrik tenaga air memanfaatkan
dari bendungan yang sengaja dibuat untuk menghasilkan listrik.
8. Fasilitas Umum, fasilitas umum pada bendungan dapat berupa diantarnya adalah
pintu air (gate
gate),
), saluran pengelak (outlet
(outlet channel), jembatan, ruang kontrol,
bendungan pemblias
pe mblias (flush-out-dam
flush-out-dam),
), saluran baypass dan area rekreasi.

13
TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

Gambar 2.5 Overview dan Tipikal Bendungan


(Sumber: Buku Konstruksi Bendungan, 2019)

2.5 Alat dan Bahan Konstruksi Bendungan


2.5.1 Alat Konstruksi Bendungan
1. Excavator
Excavator adalah sebuah peralatan penggali, pengangkut
penga ngkut dan pemuat tanah tanpa
terlalu banyak berpindah tempat. Perhitungan produksi excavator Beberapa faktor
koreksi yang dapat mempengaruhi produktifitas backhoe yaitu :
a. Kondisi pekerjaan
▪ Keadaaan jenis tanah
▪ Tipe pembuangan
▪ Kemampuan operator
▪ Pengaturan
b. Faktor mesin
▪ Attchment yang cocok untuk pekerjaan
▪ Kapasitas bucket
▪ Waktu dan siklus yang dipengaruhi kecepatan travel dan sistem hidrolis

14
TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

c. Faktor swing dan kedalaman galian


Dalam pengoperasian, makin dalam pemotongan yang diukur dari permukaan
tempat excavator beroperasi, makin sulit pula untuk mangisi bucket secara optimal

dengan sekali gerakan. Dengan demikian untuk memperoleh pengisian bucket secara
optimal diperlukan beberapa kali gerakan yang akan menambah waktu siklus.
d. Faktor pengisian material
Kapasitas produksi excavator dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.
60
Q=q× ×E
Ct
Keterangan:
Q = Kapasitas per jam (m3/ jam)
q = Kapasitas per siklus (m 3/jam )

E = Efisiensi
Ct = Cycle time (menit)

2. Dump truck
Dump truck merupakan kendaraan yang digunakan untuk mengangkut material
seperti kerikil, batu, pasir, tanah, hasil tambang dan material
mate rial lainnya. Truk tidak hanya
untuk pengangkutan tanah tetapi juga untuk material – material lain. Dalam pengisian
baknya, truk m
memerlukan
emerlukan aalat
lat lain seperti Excavator dan Loader. Karena truk sangat
san gat
tergantung pada alat lain, untuk pengisian material tanah perlu memperhatikan hal –

hal berikut :
a. Excavator merupakan penentu utama jumlah truk.
b. Jumlah truk yang menunggu jangan lebih dari 2 unit.
c. Isi truk sampai kapasitas maksimumnya
d. Pada pengangkutan
pengangku tan material beragam, material paling berat diletakkan di bagian
belakang (menghindari terjadinya kerusakan pada hidrolis).
e. Ganjal ban saat pengisian.
Produktivitas dump truck, alat tergantung dari waktu siklusnya. Waktu siklus
truk terdiri dari jumlah siklus Excavator mengisi truk, waktu siklus Excavator, jarak

angkut material, kecepatan angkut, dan kecepatan kembali.

15
TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

3. Vibro Roller
Vibro roller merupakan sebuah alat penggilas pemadat bergetar yang berfungsi
untuk menggetarkan tanah yang akan dipadatkan supaya kaitan butir pada tanah

menjadi lepas dan menyusun diri kembali menjadi butir yang lebih rapat.
a. Perhitungan produksi Vibro roller
Beberpa faktor yang dapat mempengaruhi produktifitas Vibro roller yaitu :
▪ Kondisi lapangan / pekerjaan.
▪ Keadaan dan jenis tanah
▪ Kemampuan operator
▪ Manajemen
▪ Faktor Peralatan
▪ Faktor Cuaca


Faktor Material

4. Tire Roller
Tire Roller merupakan salah satu alat penggilas yang digunakan untuk
memadatkan lapisan aspal atau tanah yang menggunakan roda ban karet yang dipompa
(pneumatic
pneumatic)) sebagai permukaan yang menggilas permukaan asphalt atau tanah.
Susunan roda bagian depan dan roda bagian belakang diatur secara selang-
seling,sehingga seluruh permukaan yang dilintasi akan menjadi rata. Bagian yang tidak
dilintasi roda depan akan dilintasi roda belakang. Tekanan yang diberikan roda

terhadap permukaan tanah dapat diatur tekanannya dengan cara merubah tekanan ban,
semakin besar tekanannya pada ban,maka semakin besar pula tekanan pada tanah.
Proses pembuatannya menggunakan gabungan antara metode kneading action
(tanah diremas oleh gigi pada roda sehingga udara dan air yang terdapat pada material
dapat dikeluarkan) dan static weight (permukaan tanah ditekan oleh sesuatu pemberat
tertentu secara perlahan-lahan). Tekanan alat pada permukaan tanah diatur dengan cara
mengatur berat alat,menambah atau mengurangi tekanan ban,dan mengatur lebar ban.
Selain itu alat ini juga menggunakan Ballast untuk penambahan berat namun untuk
pemadatan lapisan aspal panas ( Hotmix asphalt ) alat ini tidak menggunakan Ballast.

Untuk tekanan ban tergantung jenis atau kondisi tanah.

16
TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

5. Tanden Roller
Tandem Roller biasanya digunakan untuk penggilasan akhir, atau untuk
memadatkan permukaan. Tandem roller tidak dipakai untuk permukaan batuan keras

dan tajam karena akan merusak rodanya. Terdapat dua jenis tandem roller yaitu two
axle tandem roller dan three axle tandem roller untuk model pertama memiliki berat
berkisar antara 8 sampai 14 ton. Ballast yang dipakai biasanya cairan. Sedangkan three
axle tandem roller berfungsi untuk menambah kepadatan.

6. Motor Grader
Motor Grader merupakan alat berat yang digunakan untuk mengupas
(stripping), memotong dan meratakan suatu pekerjaan tanah terutama pada tahap
penyelesaian agar diperoleh kerataan dan ketelitian yang lebih baik, menyebarkan

material ringan, merawat jalan, selain itu motor grader juga dapat digunakan untuk
aplikasi lain seperti membuat kemiringan tanah atau badan jalan membentik
kemiringan tebing atau slope atau membuat saluran air secara sederhana.
Motor grader terdiri dari enam bagian utama, yaitu penggerak ( prime mover),
kerangka (frame
frame),
), pisau (moldboard
(moldboard), sacrifier (unit motor yang dikontrol secara
hidrolis dan memiliki gigi untuk menghancurkan material), circle (untuk
menggerakkan blade agar dapat berputar) dan drawbar (berbentuk V atau T yang
menghubungkan circle dengan grader

7. Truck
Truck Mix
Mixer
er
Truck Mixer merupakan alat berat yang berfungsi sebagai pengangkut beton
ready mix pada jarak tertentu dari batching plant sampai ke tempat pengecoran. Truck
mixer juga berfungsi sebagai pengaduk beton serta mengangkutnya ke lokasi
pembetonan. Metode kerja alat ini adalah: pertama dengan memasukkan agregat,
semen, dan bahan aditif yang telah dicampur dari batching plant kedalam drum yang
terletak diatas truck. Air ditambahkan saat pengadukan dimulai. Jika pengisian
menggunakan batching plant type dray maka saat pengisian mixer harus diputar
dengan kecepatan antara 10 -18 Rpm dengan waktu antara 5 menit, kemudian mixer

berfungsi sebagai agitatator sampai ketempat pengecoran.


peng ecoran.

17
TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

Alat ini juga berfungsi sebagai agitator truck yang mengangkut hasil adukan dari
mixing plant ke proyek. Beton yang diangkut disebut sebagai beton plastis. Dalam
pengangkutan beton ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yang pertama adalah

segregasi dengan mengatur tinggi jatuh beton saat dikeluarkan dari atau dimasukkan
ke dalam drum mixer harus lebih kecil dari 1,5 m, kecuali jika menggunakan pipa.
Faktor lainnya yaitu jarak pengangkutan yang ditempuh.

8. Wheel Loader
Truck mixer merupakan alat berat yang berfungsi sebagai pengangkut beton
ready mix pada jarak tertentu dari batching plant sampai ke tempat pengecoran. Truck
mixer juga berfungsi sebagai pengaduk beton serta mengangkutnya ke lokasi
pembetonan. Metode kerja alat ini adalah: pertama dengan memasukkan

agregat,semen,dan bahan aditif yang telah dicampur dari batching plant kedalam drum
yang terletak diatas truck.air ditambahkan saat pengadukan dimulai. Jika pengisian
menggunakan batching plant type dray maka saat pengisian mixer harus diputar
dengan kecepatan antara 10 -18 rpm dengan waktu antara 5 menit, kemudian mixer
berfungsi sebagai agitatator sampai ketempat pengecoran.
peng ecoran.
Alat ini juga berfungsi sebagai agitator truck yang mengangkut hasil adukan dari
mixing plant ke proyek. Beton yang diangkut disebut sebagai beton plastis. Dalam
pengangkutan beton ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yang pertama adalah
segregasi dengan mengatur tinggi jatuh beton saat dikeluarkan dari atau dimasukkan

ke dalam drum mixer harus lebih kecil dari 1,5 m, kecuali jika menggunakan pipa.
Faktor lainnya yaitu jarak pengangkutan yang ditempuh.

9. Drill Pneumatic
Drill pneumatic crawler merupakan alat yang digunakan dalam proses
pemboran dalam pekerjaan grouting. Dengan menggunakan penggerak bertenaga
pneumatic yang tenaganya bersumber dari air compressor yang dihubungkan dengan
air hose sampai ke peralatan drilling. Fungsi air drill memiliki fungsi yang hampir
sama dengan portable drill yaitu untuk membuat lubang. Akan tetapi, air drill

menghasilkan tenaga yang berbeda dibandingkan dengan portable drill.

18
TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

10. Truck
Truck Fla
Flatbed
tbed
Truck
Truck flatbed merupakan alat angkut tanpa bak belakang yang khusus digunakan
untuk mengangkut material yang panjang seperti besi baja, balok kayu, pondasi tiang,

dan besi tulangan. Selain itu truck flatbed juga digunakan untuk mobilisasi dan
demobilisasi alat berat atau alat angkut alat berat dari tempat penyewaan menuju
proyek. Hal ini dika
dikarenakan
renakan alat berat seperti compactor
compactor,, backhoe,
ba ckhoe, tractor,
tractor, exc
excavator
avator
dan sebagainya memiliki kecepatan dan kemampuan berjalan dengan kecepatan
rendah, untuk itu diperlukan alat pengangkut dengan kecepatan yang lebih baik, selain
itu agar alat-alat berat tersebut tidak merusak jalan menuju proyek diperlukan tr uck
flatbed untuk membawanya ke lokasi proyek.

11. Crane Truck Hidraulic

Crane truck hidraulic adalah alat yang umumnya dipakai untuk


mengangkat,memindahkan material dari tempat asal ketempat lain yang dalam
jangkauan dan
da n kapasitas yang aman dengan metode pemindaha
pemindahann barang vertical serta
jarak radius yang pendek sesuai boom. Crane berputar pada porosnya, boom yang
dapat dipanjangkan secara hydraulic (telescopis) adalah bagian dari crane yang
membawa beban. Crane hydraulic ini dipasangkan pada kendaraan truck untuk
mobilisasinya, dan engine crane didesain khusus menggerakkan wich machine.
machine. Power
hydraulic digerakkan oleh engine yang terpisah dari truck mempunyai tenaga yang
efisien.

12. Concrete Pump


Concrete pump adalah alat untuk memindahkan concrete pada saat proses
pengecoran concrete (beton). Proses dilakukan dengan cara memompa dengan piston
hydraulic secara bergantian. Beton yang akan dipompa harus memenuhi kekentalan
atau slump tertentu dan diameter aggregate tertentu yang disyaratkan dalam spesifikasi
pompa beton. Concrete pump juga berfungsi untuk memudahkan proses pengecoran
saat beton tiba di proyek dari truck mixer atau agitator truck untuk disalurkan ke
cetakannya dengan jarak hantar beton hingga 300 m secara horizontal dan 100 m

secara vertical. Metode kerja alat ini yaitu setelah beton dimuat truck mixer, kemudian

19
TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

dituangkan kedalam hopper concrete pump,


pump, secara berangsur-angsur dan kontinyu,
kemudian beton dihisap oleh piston dalam silinder, selanjutnya ditekan atau dipompa
lagi oleh piston secara bergantian dengan tekanan yang sangat tinggi diatas 50 bar.

Pemindahan beton dari concrete pump ke tempat yang akan di cor melalui instalasi
pipa concrete
co ncrete pump d
dengan
engan menga
mengatur
tur panjangnya pipa sampai ke tempat pengecoran
dengan mempertimbangkan jarak jangkauan dalam spesifikasi pompa, dan pada ujung
pipa dipasang flexible hose
hose,, untuk memudahkan pengecoran. Kemampuan alat ini
dapat menyalurkan beton hingga 120 m³/jam. Untuk mengurangi produktivitasnya
dapat dilakukan dengan memperkecil pipanya.

13. Bulldozer
Bulldozer merupakan tractor yang dipasangkan pisau atau blade di bagian

depannya. Pisau berfungsi untuk mendorong, atau memotong material yang ada di
depannya. Jenis pekerjaan yang menggunakan bulldozer adalah: mengupas top soil
dan pembersihan lahan dari pepohonan, membuka jalan baru, memindahkan material
pada jarak hingga 100 m, membantu mengisi material pada scraper, menyebarkan
material, mengisi kembali saluran dan membersihkan quarry
quarry..

2.5.2 Bahan Konstruksi Bendungan


1. Tanah atau Batu Urugan
Penggunaan material tanah atau batu dalam bendungan urugan didasarkan pada
karakteristik tanah itu sendiri, termasuk kepadatan, kekuatan, daya dukung, dan
drainase. Pemilihan material tanah yang tepat dan pengolahan yang baik sangat
penting untuk mencapai kestabilan, keamanan, dan kinerja jangka panjang bendungan
bendung an
urugan.

2. Beton Site Mix


Pembuatan material ini sesuai dengan mutu tertentu dan dapat langsung
digunakan untuk pengecoran. Mengingat lokasi site konstruksi bendungan biasanya
terletak di tengah hutan atau daerah yang cukup jauh dari perkotaan, maka tidak
mengherankan jika beton yang digunakan merupakan
merupa kan beton yang diolah langsung pada
batching plant secara manual yang berada di site hingga menjadi beton cor siap pakai.

20
TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

3. Baja Tulangan
Baja tulangan adalah baja yang digunakan sebagai tulangan untuk beton
bertulang. Berdasarkan bentuknya, baja tulangan beton dibedakan menjadi 2 (dua)

jenis yaitu baja tulangan beton polos dan baja tulangan beton sirip. Pada proyek
konstruksi bendungan, baja tulangan digunakan pada konstruksi dinding penahan
tanah (DPT). Baja tulangan terdiri dari beberapa jenis berdasarkan diameternya,
contoh baja tulangan dengan diameter 22 mm, diameter 13 mm, atau diameter lainnya
yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).

4. Portland Cement
Portland Cement merupakan bahan yang berfungsi sebagai bahan ikat hidrolis.
Pada konstruksi bendungan, Portland Cement digunakan sebagai salah satu material

untuk pembuatan beton site mix.

5. Lem Beton
Lem beton merupakan material yang digunakan sebagai bahan perekat antara
permukaan beton lama dengan beton baru. Lem beton digunakan untuk menambah
kekuatan ikatan antara beton lama dan beton baru sehingga tidak terjadi retakan.

6. Kawat Bendrat
Kawat bendrat adalah kawat yang terbuat dari baja lunak berdiameter ± 1 mm

yang memiliki fungsi untuk mengikat rangkaian baja tulangan agar kedudukannya
tidak berubah. Selain itu, kawat bendrat juga berfungsi memperkuat hubungan antar
sambungan tulangan sehingga sambungan dapat bekerja sama menahan beban yang
bekerja.

7. Plywood
Plywood merupakan material yang digunakan sebagai bahan pembuatan
bekisting dinding penahan tanah.
tana h. Pemasangan bekisting digunakan aagar
gar ketika proses
pengecoran, penempatan
penempa tan beton sesuai dengan yang sudah direncanakan

21
TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

8. Filter Tanah
Filter tanah merupakan material yang digunakan untuk material
mate rial timbunan. Filter
tanah yang digunakan harus bersih, tidak berkohesi, tidak terdiri dari pasir dan kerikil

dengan ukuran butir maksimum 20 cm, dan harus mengandung lebih kecil fraksi
ayakan No. 200 dalam jumlah kurang dari 5% dan lebih besar dari fraksi ayakan No.
4 (4,76 mm) dalam jumlah kurang dari 35%.

2.6 Survey dan Investigasi


2.6.1 Survey dan Investigasi Pendahuluan
1. Survey dan investigasi terhadap data-data yang sudah tersedia
Sebelum kegiatan survey dimulai, terlebih dahulu supaya diketahui aspek-aspek
terpenting yang mendorong timbulnya gagasan pembangunan sebuah bendungan yang

biasanya adalah:
▪ Pentingnya eksistensi bendungan tersebut ditinjau dari segi-segi ekonomis
maupun sosial.
▪ Tujuan-tujuan pokok pembangunan dari bendungan.
▪ Fungsi pokok yang akan dibebankan pada calon bendungan.
▪ Perkiraan kemampuan teknis dari calon bendungan, dan lain-lainnya.

Sesudah latar belakang dari gagasan pembangunan waduk tersebut diketahui


dengan pasti dan gagasan tersebut memang berlandaskan pada dasar-dasar yang kuat,

barulah dapat dimulai dengan kegiatan-kegiatan


k egiatan-kegiatan sebagai berikut:
▪ Pengumpulan data-data yang sudah tersedia, yang ada hubungannya dengan
pembangunan bendungan tersebut.
▪ Pengumpulan informasi dan keterangan baik tertulis maupun lisan di sekitar
daerah calon bendungan, maupun di daerah-daerah dimana pengaruh eksistensi
bendungan diperkirakan akan terasa (baik yang bersifat menguntungkan maupun
yang bersifat merugikan)
▪ Pengumpulan data-data dan informasi supaya diusahakan sebanyak mungkin.

22
TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

Dari hasil analisa data-data dan informasi yang telah diperoleh, barulah dapat
melangkah kepada kegiatan penyusunan schedule survey dan investigasi selanjutnya
yang akan dipergunakan sebagai dasar perencanaan bendungan tersebut. Pada

dasarnya kegiatan survey dan investigasi pendahuluan, terdiri dari dua bagian yaitu:

a. Pengumpulan data-data dasar


Walaupun data-data dasar yang diperoleh biasanya dalam skala yang kecil,
sehingga tak dapat memberikan gambaran yang selengkap-lengkapnya pada
bendungan yang akan direncanakannya, akan tetapi data-data tersebut akan sangat
menentukan jalannya kegiatan survey dan investigasi selanjutnya. Data-data yang
diperoleh dalam pendahuluan survei ini adalah data-data sebagai berikut:

1) Topografi p
peta-peta
eta-peta
Biasanya oleh instansi-instansi tertentu baik di tingkat pusat maupun di tingkat
provinsi diterbitkan peta-peta topografi dengan skala 1:50.000. atau I ::25.000.
25.000. Peta-
peta ini merupakan d
data
ata yang p
paling
aling fundame
fundamental,
ntal, sebelum kegiatan-kegiatan survey
dan investigasi selanjutnya dapat direncanakan.

2) Peta-peta geologi
Biasanya peta-peta geologi dalam skala-skala yang kecil juga diterbitkan oleh
instansi-instansi tertentu, baik di tingkat pusat maupun di tingkat provinsi.

Berdasarkan peta-peta tersebut beberapa kondisi geologi dari suatu daerah tertentu
sudah dapat diketahui secara kasar, misalnya mengenai formasi batuan, proses
pembentukannya, umur geologi suatu lapisan, struktur geologinya, dan lain-lain.

3) Foto Udara
Dengan foto udara akan sangatlah mudah untuk mempelajari dan menganalisa
tempat kedudukan calon bendungan dan daerah sekitarnya, dimana kesukaran
kesukaran pengamatan setempat terhadap struktur geologinya, dengan mudah dapat
diatasi dengan penggunaan foto udara, misalnya untuk mengetahui adanya daerah-

daerah yang mudah longsor ( sliding zones),


zones), daerah-daerah patahan dan dearah-daerah

23
TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

lainnya. Dengan memperhatikan warna dan bayangan pada foto udara, secara kasar
dapat diketahui tingkat kelembaban tanah, formasi permukaan air tanah dan keadaan
drainasenya, misalnya akan dapat dibedakan antara daerah lempung kedap air dan

daerah formasi pasiran yang kering.

b. Pengujian (kalibrasi) data-data yang terkumpul


Pada hakekatnya tidaklah semua data-data yang terkumpul itu dapat dipercaya
adanya, diperlukan juga suatu pengujian-pengujian
pengujian-pengujia n (kalibrasi) dengan metode tertent
tertentu,
u,
antara lain sebagai berikut:
▪ Memperbandingkan data-data yang sejenis yang telah diperoleh dan
mengusahakan agar dipilih data-data yang paling logis.
▪ Mengadakan pemeriksaan-pemeriksaan setempat terhadap kebenaran data-data

tersebut.
▪ Memperbandingkan dan mencari persamaan yang logis antara dua jenis data
yang berbeda, umpamanya dengan membandingkan data-data topografi dengan
data-data geologi, data-data meteorologi dengan data-data hidrologi dan lain-
lain.

Untuk jelasnya dapat kiranya diikuti beberapa uraian di bawah ini, dimana cara
cara untuk memperbandingkan data-data topografi dengan data-data geologi, sebagai
suatu kelaziman yang logis pada kondisi alam yang sebenarnya, antara lain:

Daerah-daerah yang rendah, biasanya terdiri dari batuan aluvial.
▪ Daerah-daerah yang tinggi, biasanya terdiri dari batuan aluvial.
▪ Daerah-daerah gunung berapi, biasanya terdiri dari batuan asal gunung berapi,
seperti debu gunung berapi, tufa, breksi, lava, dan lain-lain.
▪ Daerah-daerah perbukitan, terdiri dari batuan aluvial, berumur tersier, granit,
granit, dan
lain-lain.
▪ Daerah-daerah pegunungan, biasanya terdiri dari batuan-batuan berumur
paleozoic,, mesozoic
paleozoic mesozoic,, batuan-batuan metamorf, batuan beku (igneous-rock
(igneous-rock) dan
lain-lain.

24
TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

2. Survey dan investigasi daerah tempat kedudukan calon bendungan


Sesudah tempat kedudukan bendungan ditetapkan secara kasar berdasarkan
analisa dari data-data yang berhasil dikumpulkan, maka survey dan investigasi daerah

kedudukan calon bendungan perlu dilaksanakan untuk mengetahui dengan saksama


keadaan yang sebenarnya, guna penyusunan rencana-rencana kegiatan survey dan
investigasi yang lebih mendalam. Kegiatan survey dan investigasi ini selain daerah
tempat kedudukan calon bendungan, akan mencakup pula daerah di sekitar tempat
kedudukan calon bendungan tersebut, yang diperkirakan akan mendapatkan pengaruh
langsung baik pada saat-saat pelaksanaan survey dan investigasinya, maupun pada
waktu pelaksanaan pembangunannya.

a. Perlengkapan peralatan survey dan investigasi lapangan

Guna melaksanakan pekerjaan-pekerjaan survey dan investigasi lapangan,


diperlukan perlengkapan-perlengkapan/peralatan sebagai berikut:
▪ Ringkasan dan kesimpulan-kesimpulan
kesimpulan -kesimpulan dari hasil-hasil survey dan pengumpulan
data-data terdahulu.
▪ Palu untuk survey geologi, clinometer, kaca pembesar, dan lain-lain.
▪ Pita ukur, waterpas tangan, meteran, dan lain-lain.
▪ Kantong-kantong plastik.
▪ Buku catatan dan pensil.
▪ Tustel dan teropong.

Lampu baterai.

b. Kegiatan survey dan investigasi lapangan


Survey dan investigasi lapangan yang diperlukan, umumnya
umumny a terdiri dari kegiatan
kegiatan berikut:
1) Pemetaan geologi permukaan (out-crop
( out-crop survey)
survey)
Pekerjaan ini diperlukan untuk mendapatkan gambaran yang lebih seksama
terhadap jenis-jenis batuan yang membentuk permukaan tanah dan mencoba
memperkirakan daerah penyebaran serta ketebalannya, sifat-sifat fisik maupun

mekanisnya, dan lain-lain. Hal tersebut sangat diperlukan untuk mendapatkan

25
TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

gambaran sepintas, apakah tempat kedudukan calon bendungan yang secara kasar
telah terpilih sudah cukup wajar untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Biasanya
dalam pelaksanaan pembangunan sebuah bendungan senantiasa akan dijumpai

problema-problema yang cukup berat, karena terdapatnya jenis-jenis batuan yang


sudah lapuk dengan daya dukung yang rendah, lapisan pasir dan kerikil dengan
permeabilitas yang tinggi, lapisan yang terdiri dari bahan vulkanis, lapisan batuan
endapan bekas alur sungai, lapisan talus (endapan akibat longsoran tanah), lapisan
batuan yang mudah larut, antara lain: batuan kapur, batuan garam, dan lain sebagainya.

2) Survey dan investigasi untuk bahan bendungan


Dengan menggunakan peta-peta topografi dan geologi, maka dengan mudah
dapat diketahui jenis batuan asal yang terdapat di sekitar daerah tempat kedudukan

calon bendungan. Demikian pula dengan


deng an mudah diketahui jenis sedimen yang terdapat
di daerah ini serta memperkirakan kapasitas dari masing-masing jenis sedimen
tersebut. Berdasarkan hasil-hasil survey tersebut di atas, maka akan dapat disusun
rencana-rencana kegiatan survey dan investigasi selanjutnya. Mengingat kegiatan
survey dan investigasi pondasi bendungan dan bahan bendungan biasanya dilak.
sanakan dengan metode-metode yang sama, maka dianjurkan agar kegiatannya
dilakukan dalam waktu yang bersamaan.

2.6.2 Pengukuran dan Pemetaan Topografi

1. Pemetaan Dan Pengukuran Calon Waduk


Pekerjaan pemetaan dan pengukuran akan mencakup daerah-daerah sebagai
berikut:
▪ Daerah calon waduk yang akan tergenang air.
▪ Jalur calon jalan-jalan raya/kereta api yang harus dipindahkan dari daerah yang
tergenang
▪ Daerah-daerah yang diperkirakan akan menjadi tempat kedudukan calon
bendungan, maupun tempat-tempat yang diperkirakan akan menjadi tempat
kedudukan bangunan pelengkap bendungan yang bersangkutan.

26
TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

Pekerjaan pemetaan dan pengukuran ini diperlukan untuk melakukan hal-hal


sebagai berikut:
▪ Memperkirakan volume calon waduk.

Menentukan kedudukan calon bendungan serta bangunan-bangunan
pelengkapnya.
▪ Menentukan luasnya daerah yang perlu dibebaskan, termasuk semua bangunan
dan tanaman yang terdapat di dalamnya.

Untuk calon bendungan dan calon waduk, batas-batas yang dipetakan adalah
sebagai berikut:
▪ Daerah yang dikelilingi oleh sebuah garis
ga ris yang tinggi yang letaknya pada elevasi
1,2 kali tinggi calon bendungan.

Daerah yang tercakup 50 meter di luar kedua ujung mercu calon bendungan dan
melebar ke arah hilir sejauh 100 meter dari poros calon bendungan.

Skala peta disesuaikan dengan luasnya daerah genangan yaitu dengan ketentuan
seperti yang tertera pada Tabel 2-1 dan dengan garis-garis interval tinggi 1 m, 2 m
atau 5 m

Tabel 2.1 Luas Daerah Genangan Waduk dan Skala Peta yang Lazim Dipergunakan
Luas daerah genangan waduk (ha) Skala
Lebih besar dari 100 1/2. 000 - 1/5.000
Antara 50 - 100 1/1.000 - 1/2.000
Lebih kecil dari 50 1/500 - 1/1.000
(Sumber: Sosrodarsono,1977)

2. Pemetaan pada tempat kedudukan calon bendungan


Untuk tempat kedudukan calon bendungan, di samping peta (gambar situasi)
dibutuhkan juga beberapa gambar-gambar penampang melintangnya (penampang
penampang melintang yang memotong sungai) dan penampang memanjang (sejajar
dengan sungai). Tujuan dari pekerjaan tersebut adalah untuk membuat gambar-gambar
rencana tubuh bendungan, rencana perbaikan-perbaikan pondasi (apabila kelak

27
TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

diperlukan), untuk mendapatkan gambaran secara kasar volume tubuh bendungan,


memperkirakan kemungkinan-kemungkinan lokasi daripada bangunan-bangunan
pelengkap bendungan, dan lain-lain. Peta-peta dan gambar-gambar supaya dibuat

dalam skala 1:500 atau 1:1000 dengan interval 1 meter .

2.6.3 Survey Meteorologi dan Hidrologi


1. Pemasangan alat-alat observasi
Kegiatan survey meteorologi dan hidrologi hanya dapat dimulai apabila sudah
dipasang dan disediakan peralatan sebagai berikut.
• Alat pengukur temperature
• Alat penakar hujan
• Alat pengukur debit aliran air sungai
• Alat pengukur temperature air
• Alat pengukur sedimen
• Alat-alat meteorologi, dan lain-lain.

Pemasangan peralatan tersebut sebaiknya dilaksanakan pada permulaan kegiatan


keg iatan
survey dan investigasi rencana pembangunan bendungan. Perincian kegiatan survey
dan investigasi yang diperlukan adalah sebagai berikut.
▪ Obserasi meteorologi di sekitar tempat calon bendungan, terdiri dari pengukuran
dan pencatatan temperature, kelemababan, kecepatan dan arah angin, tingkat
radiasi sinar matahari, penguapan, dan lain-lain.
▪ Penempatan alat penakar hujan pada tempat-tempat disekitar calon bendungan.
▪ Pengukuran dan pencatatan temperature air sungai dan pengamatan kualitas
lokasi di sekitar hilir calon bendungan.
▪ Pengukuran dan pencatatan debit air sungai pada tempat kedudukan calon
bendungan.

Data-data curah hujan dan debit sungai merupakan data-data


data -data yang paling penting
dalam merencanakan suatu bendungan. Khususnya dalam penempatan stasiun
pencatat debit disarankan agar memperhatikan
memp erhatikan hal-hal berikut.

28
TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

1) Usahakan lokasinya berdekatan dengan calon bendungan, tetapi diperhatikan


agar dapat dihindarkan fluktuasi debit yang dipengaruhi oleh adanya kegiatan
pelaksanaan pembangunan
pemban gunan bendungan y
yang
ang bersangkutan.

2) Supaya diusahakan lokasi pada bagian sungai yang lurus dengan luas
penampang lintang yang hamper seragam dan dengan kemiringan yang konstan.

Beberapa metode pengukuran penampang adalah sebagai berikut.


a. Methode current meter
Prinsip pelaksanaan metode ini adalah denganurutan sebagai berikut:
1) Menentukan suatu penampang sungai untuk lokasi pelaksanaan pengukuran
debit.
2) Mengukur kecepatan aliran air yang melintasi penampang
penampa ng sungai tersebut di atas

dengan current meter dengan prosedur-prosedur tertentu. Apabila kecepatan


rata-rata tersebut dikalikan dengan luas penampang basahnya, maka debit sungai
tersebut dapat dihitung dengan mudah.
3) Pada elevasi permukaan air yang berbeda-beda
berbe da-beda pula dan dari hasi-hasilnya maka
dapat dibuatkan kurva elevasi versus debit yang disebut kurva debit ( rating
curve).
curve ).
4) Dengan menggunakan rating curve, maka setiap elevasi permukaan air sungai
yang tercatat pada hydrograph elevasi dapat diketahui debitnya.

b. Metode pelampung yang terdiri dari 2 tipe yaitu


1) Metode pelampung permukaan (surface float method)
2) Metode pelampung tongkat (bar
(bar float method)
Prinsip pengukurannya adalah dengan mengetahui kecepatan rata-rata aliran
permukaan air sungai kemudian dikalikan dengan
denga n luas penampang sungai dan dengan
memasukkan beberapa koefisien ke dalam perkalian tersebut.

c. Metode ambang pelimpah (weir


( weir method)
Metode ini sangat cocok untuk pengukuran sungai-sungai yang kecil dengan

hasil

29
TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

2. Survey data-data banjir yang pernah terjadi


Guna pembuatan rencana teknis bangunan pelimpah sebuah bendungan, maka
diperlukan suatu debit banjir rencana yang realistis. Untuk ini, angka-angka hasil

perhitungan hidrologi perlu diuji dengan mengunakan data-data banjir-banjir besar


dari pencatatan atau pengamatan setempat. Data-data debit banjir besar yang pernah
terjadi, dapat diperoleh dari tanda-tanda adanya genangan-genangan tertinngi yang
pernah terjadi. Beberapa contoh kongkrit d
dalam
alam usaha mendapatkan data-data banjir
besar yang pernah terjadi.
• Memperbandingkan kondisi meteorologi
• Daerah pemgaliran sungai yang tidak mempunyai stasiun pencatat
• Kalibrasi data

3. Survey curah hujan


Pada rencana pembangunan sebuah bendungan, data-data curah ini diperlukan
untuk penganalisaan dua aspek utama yaitu:
▪ Penganalisaan kapasitas persedian air yang terdapat di daerah pengaliaran yang
mengalir melalui tempat kedudukan calon bendungan serta fluktuasi debitnya,
dalam periode-periode harian, bulanan dan tahunan atau periode jangka yang
panjang (multi
( multi years period).
▪ Penganalisaan karakteristika debit banjir, antara lain mengenai debit banjir,
durasi banjir, musim terjadinya banjir dan periode-periode perulangannya.

Data-data dari daerah pengaliran maupun dari daerah sekitarnya perlu dicari dan
dikumpulkan karena akan sangat berguna untuk analisa-analisa yang lebih mendalam.
Dalam menetapkan daerah survey curah hujan yang diperlukan supaya didasarkan
pada pertimbangan-pertimbangan topografis dan pada radius pengamatan dari titik
tempat kedudukan calon bendungan. Guna penempatan daerah survey kiranya
beberapa karakteristika dari pada curah hujan perlu mendapat perhatian, antara lain
sebagai berikut:

30
TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

▪ Pada dataran rendah pantai yang datar maka curah hujan biasanya menunjukan
tendensi penurunan secara proposional sesuai dengan semakin jauhnya suatu
tenpat dengan garis pantai.
▪ Makin tinggi elevasi suatu daerah biasanya angka curah hujannya semakin
tinggi.

Biasanya kapasitas bangunan pelimpah direncanakan untuk dapat melewatkan


debit banjir dengan kemungkinan perulangan 100 tahun yang dikalikan dengan
koefisien 1,2.
▪ Data curah hujan tahunan
▪ Data curah hujan terbesar harian pada tiapa tiap tahun.
▪ Data curah hujan terbesar dalam 4 jam pada tiap-tiap tahun
▪ Data curah hujan terbesar dalam 1 jam pada tiap-tiap tahun
▪ Data distribusi curah hujan pada saat terjadinya hujan hujan yang lebat

4. Perhitungan debit banjir rencana


Pada prinsipnya debit-debit rencana diperoleh dari hasil-hasil perhitungan curah
hujan rencana dengan memasukkan
memasukka n beberapa faktor kondisi daerah pengaliran, sedang
debit banjir rencana didapat dari perhitungan curah hujan maksimum rata-rata yang
jatuh di daerah pengaliran dan jangka waktu sejak terkumpulnya air hujan tersebut
sampai pada saat terjadinya debit besar pada tempat kedudukan calon bendungan.

Besarnya jangka waktu tersebut tergantung dari kondisi totpgrafi dan geologi daerah
pengaliran
Secara garis besarnya perhitungan tersebut terdiri dari 3 tahapan sebagai berikut:
a. Perhitungan curah hujan maksimum rencana
Kapasitas bangunan pelimpah untuk bendungan biasanya direncanakan untuk
dapat menampung debit banjir dengan periode perulangan (return period) 100 tahun
dikalikan dengan angka koefisien 1,2.

31
TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

b. Perhitungan debit banjir rencana


Apabila tersedia data curah hujan dengan periode dalam jam maka metode
perhitungan unit hidrograf dapat diterapkan. Dan apabila tersedia suatu kurva korelasi
yang teliti antara curah hujan harian dan debit banjir besar yang pernah terjadi, maka
debit banjir-rencana akan dapat diperoleh dengan mudah.

c. Pengujian hasil perhitungan debit banjir rencana

5. Kapasitas pengendalian banjir


Pada prinsipnya, merencanakan bengunan pelimpah pada bendungan adalah
tanpa memperhitungkan adanya kapasitas pengendalian banjir yang biasanya terdapat
pada ruangan dibagian sebelah atas permuka
permukaan
an aair
ir pe
penuh
nuh calon
c alon wad
waduk.
uk. Akan teteapi

dalam keadaan dimana pelimpah harus direncanakan tanpa pintu pengatur (bangunan
pelimpah tetap) dan apabila pada ssaat
aat waduk terisi penuh luas muka airnya cukup besar
dibandingkan dengan luas daerah pengaliran sehingga penggunaan pengendalian
banjir diperkirakan cukup pantas, maka perlu mempertimbangakan kapasitas
pengendalian banjir.

6. Memperkirakan volume sedimen


Dalam merencanakan sebuah bendungan diperlukan penelitian-penelitian yang
seksama terhadap problema yang diakibatkan sedimentasi dalam waduk maupun

perubahan-perubahan
perubahan-perubaha n konfigurasi alur sungai di sekitar waduk tersebut. Survey dan
investigasi serta Analisa-analisa yang kurang memadai serta kesalahan-kesalahan
perhitungan akan mengakibatkan
meng akibatkan hal yang sangat fatal.
Pembangunan sebuah bendungan biasanya direncanakan untuk dapat berfungsi
dalam jangka waktu lebih dari 50 tahun dan bahkan ada yuanga sampai 100 tahun,
oleh kareana itu dalam menentukan
menentu kan volume sdeimen
sdeimen,, survey, investigasi
investigasi dan analiusa-
analisa yang dilaksanakan tidak saja terbatas pada keadaan yang telah lalu, tetapi
mencakup juga estimasi-estimasi kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan dari
kondisi daerah pengaliran.

32
TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

Faktor terpenting yang biasanya sangat mempemgaruhi proses sedimentasi di


daerah pengaliran sungai, ialah:
▪ Cakupan areal daerah pengaliran
▪ Kondisi geologi daerah pengaliran
▪ Kondisi topografi
▪ Kondisi meteorologi
▪ Karakteristika hidrolika sungai
▪ Vegetasi pada daerah pemgaliran
▪ Kegiatan manusia
▪ karakteristik waduk

2.6.4 Survey dan Investigasi Geologi Tempat Kedudukan Calon Bendungan

1. Penjelasan umum
Sebagaimana telah disebutkan terdahulu, bendungan urugan dapat dibangun di
atas hampir semua janis pondasi, bahkan dapat dibangun di atas pondasi dengan daya
dukung yang rendah. Walaupun demikian, menguntungkan atau tidaknya kondisi
pondasi, bukan saja didasarkan pada pertimbangan-pe
pertimbangan-pertimbangan
rtimbangan perbaikan pondasi
(foundation treatment), tetapi juga didasarkan faktor-faktor lainnya, yaitu hal-hal yang
akan menimbulkan kesulitan-kesulitan pada pembuatan rencana-teknis tubuh
bendungan, besarnya biaya pembangunan dan jangka waktu (periode) pelaksanaan
pembangunannya.
pembangunann ya.

Adalah suatu kenyataan bahwa faktor-faktor terpenting yang sangat berperanan


dalam pembangunan sebuah bendungan, yaitu kondisi topografi dan kondisi geologi
pada tempat kedudukan calon bendungan serta kondisi bahan tubuh bendungan,
Amatlah jarang dijumpai bahwa ketiga faktor tersebut
terseb ut berada dalam kondisi yang ideal
semua. Seperti halnya pada tempat kedudukan calon bendungan yang alur sungainya
berlereng landai, maka untuk pelaksanaan pembangunan tubuh bendungan dapat
digunakan alat-alat besar seperti buldozer, mesin penggaruk, dan lain-lain, tetapi
apabila alur sungainya berlereng curam, sehingga tidak memungkinkan penggunaan
alat-alat besar dan mungkin terpaksa menggunakan tenaga manusia secara berlebihan.

33
TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

Demikian pula kemungkinan-kemungkinan terjadinya longsoran-longsoran


berat yang diakibatkan hanya oleh suatu penggalian ringan pada tempat-tempat
tertentu, di saat pembangunan suatu bendungan adalah suatu problema yang sangat
penting untuk diselidiki sebelumnya secara saksama
saksama,, yang kesemuany
kesemuanyaa bersangkutan
dengan kondisi geologi tempat kedudukan calon bendungan. Sesuai dengan
karakteristika geologi, maka pondasi bendungan dapat dibedakan dalam 3 jenis, yaitu:
• Pondasi batuan (rock-foundation).
• Pondasi pasir dan kerikil.
• Pondasi tanah.

Persyaratan utama untuk pondasi yang akan menjadi landasan tubuh bendungan
urugan adalah sebagai berikut:
1) Pondasi calon bendungan supaya mempunyai kemampuan daya dukung dan
kekuatan geser yang cukup aman untuk menahan semua jenis beban dari tubuh
bendungan.
2) Pondasi calon bendungan harus mampu mempertahankan diri terhadap gaya-
gaya yang ditimbulkan oleh aliran filtrasi. Apabila dengan dasar persyaratan
tersebut ternyata memberikan kesimpulan bahwa pondasi diperkirakan akan
membutuhkan perbaikan-perbaikan (treatment) yang mahal, maka survey dan
investigasi serta penelitian-penelitian selanjutnya supaya dilaksanakan dengan
lebih saksama.

2. Daerah survey dan investigasi


Seperti yang telah dijelaskan terdahulu, bahwa survey dan investigasi untuk
pondasi calon bendungan adalah untuk mendapatkan tempat k
kedudukan
edudukan yang paling
ideal, topografis maupun geologis. Sebagai suatu pegangan, maka daerah yang perlu
disurvey untuk tempat kedudukan calon bendungan, dibatasi oleh garis-garis lurus
membentuk poligon yang jaraknya dari
d ari titik terluar tubuh bendungan sebesar (R) yang
panjangnya ditentukan berdasarkan tinggi calon bendungan
bendu ngan sebagai berikut:
• Untuk bendungan dengan tinggi 30 meter, maka R 100 meter.
• Untuk bendungan dengan tinggi 30~60 meter, maka R 200 meter.

34
TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

• Untuk bendungan dengan tinggi 60 meter, maka R = 300 meter.

3. Macam survey geologi


Untuk rencana pembangunan sebuah bendungan diperlukan beberapa macam
kegiatan survey, investigasi dan penelitian-penelitian geologi pada pondasi calon
bendungan (Gambar 2.6)
2. 6) dengan uraian sebagai berikut.

Gambar 2.6 Daerah Survey Geologi Pada Tempat Kedudukan Calon Bendungan

a. Pemetaan penampakan geologi


Pemetaan penampakan geologi atau disebut pula pemetaan geologi permukaan
(out-crop mapping), biasanya dilakukan dengan menggunakan peta topografi yang
dilengkapi dengan garis-garis tinggi yang teliti sebagai peta dasar, di atas mana penam-
pakan-penampakan geologi.
Semua penampakan-penampakan geologi yang terdapat di daerah survey
supayadigambarkan di atas peta tersebut, seperti penampakan-penampakan jenis
batuan, nama lapisan, formasi pe
pelapisannys,
lapisannys, ting
tingkat
kat pelapukan serta penyebarannya,
p enyebarannya,
asal batuan, adanya patahan-patahan serta retakan-retakan dan kontinuitas dari pada
suatu Japisan struktur geologi, dan lain-lain. Pemetaan ini merupakan landasan dasar
dari semua kegiatan-kegiatan survey, investigasi dan penyelidikan-penyelidikan
selanjutnya. Ketelitian peta geologi yang akan dihasilkan tergantung dari skala peta
topografi yang digunakan sebagai dasar dan biasanya dalam skala 1: 500.
Apabila pemilihan tempat kedudukan bendungan tidak dilaksanakan dengan
saksama, maka kemungkinan akan terjadi penentuan-penentuan tempat kedudukan
yang kurang sesuai, sehingga mungkin akan merendahkan kualitas rencana-teknisnya.
dan akan menyulitkan pelaksanaan pembangunan bendungan yang bersangkutan atau

35
TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

bahkan dapat menggagalkan sama sekali pelaksanaan pembangunannya. Sebaiknya


pelaksanaan survey geologi dilakukan tahap demi tahap, dimana tahapan berikutnya
baru dapat dimulai, jika tahapan sebelumnya sudah
sudah selesai dilakukan secara sempurna
dengan hasil interpretasi yang memadai.

b. Pengeboran inti
Pengeboran inti dimaksudkan agar secara langsung dapat mengetahui
karakteristik geologi yang terdapat di bawah permukaan tanah dengan cara-cara
pengambilan contoh-contoh batuan atau bahan-ba
bahan-bahan
han lainnya yang terdapat pada
kedalaman tertentu di bawah permukaan tanah dan kemudian mengadakan penelitian
pada contoh-contoh
contoh-c ontoh tersebut, penganalisaan pada kecepatan pelaksanaan pengeboran,
pengebora n,
penelitian kemampuan daya dukung pada lapisan demi lapisan.
lapisan .

Gambar 2.7 Peta Geologi Permukaan dan Penampang Geologi di Daerah Tempat
Kedudukan Calon Bendungan

(Sumber: Sosrodarsono,1977)

36
TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

Gambar 2.8 Skema Mesin Bor Putar Untuk Penyelidikan Geologi


(Sumber: Sosrodarsono,1977)

Metode yang sangat lazim digunakan dan memberikan hasil pengeboran


yangpaling baik adalah pengeboran dengan menggunakan
menggu nakan mesin bor putar (rotary type
drilling machine). Untuk lapisan yang lunak dan dangkal biasanya dipergunakan
mesin bor putar yang operasinya dilakukan dengan tenaga manusia (mesin bor putar
manual). Sedang untuk pengeboran lapisan keras dan dalam, dimana tekanan pada
mata bor harus besar dan pipa bor yang semakin panjang akan semakin berat, maka
hanya dapat dilaksanakan dengan menggunakan mesin bor putar yang operasinya
dilakukan secara hydrolis (mesin bor putar hydrolis), karena penggunaan tenaga
manusia yang terbatas kekua- tannya akan sangat sukar untuk melayani mesin bor
tersebut.

c. Terowongan pengujian
Terowongan pengujian Apabila dari hasil-hasil survey dan investigasi yang
dilakukan terdahulu, ternyata ada daerah-daerah yang struktur geologinya sangat
komplek, maka dibuat terowongan pengujian (laterial hole test) yang arahnya dipilih
supaya dapat memotong lapisan. lapisan yang akan diselidiki dan ukurannya diambil

37
TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

sedemikian rupa sehingga petugas yang melakukan penelitian dapat keluar masuk
secara leluasa (biasanya dengan ukuran lebar 1,2 meter dan tinggi 1,8 meter).
Penggunaan terowongan pengujian ini, memungkinkan untuk mengadakan penelitian
secara langsung pada kondisi lapisan yang sesungguhnya dan dapat diamati langsung
secara visual pada lapisan-lapisan tersebut, sehingga hasilnya adalah yang paling
memuaskan.
Hasil dari penelitian dengan terowongan pengujian biasanya disusun seperti
yang tertera pada Gambar 2.9 Pada gambar tersebut akan dapat dilihat data-data
sebagai berikut:
• Jenis batuan yang terlihat pada alas dan dinding terowongan
• Kekerasan dari pada batuan.
• Rekahan-rekahan dan celah-celah serta penyebarannya.
• Pelapukan-pelapukan pada batuan serta penyebarannya. adanya patahan-patahan
dan zone hancuran.
• Adanya mata air
air..
• Ketebalan lapisan yang belum selesai proses konsolidasinya, seperti tanah
humus (top soll),
soll), talus, dll

Gambar 2.9 Bentangan Dinding Terowongan Pengujian


(Sumber: Sosrodarsono,1977)

38
TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

d. Parit pengujian
Apabila tanah humus yang menutupi permukaan tanah relatif tipis, maka dengan
penyingkapannya
penyingkapann ya pada tempat-tempat tertentu akan dapat diadakan penyelidikan
secara langsung terhadap batuan dasarnya dan contoh-contoh asli batuan (undisturbed
( undisturbed
samples)) dapat diambil untuk diselidiki di laboratorium.
samples

e. Pendugaan
Untuk mengetahui kondisi geologi lapisan bawah tanah dengan pemetaan
geologi permukaan, pengeboran-pengeboran dan penggunaan terowongan-
terowongan serta parit-parit pengujian kelihatannya sudah cukup luas, dimana
pemetaan geologi permukaan serta pembuatan parit-parit pengujian akan dapat
memberikan gambaran penampakan-penampakan geologi, sedang pengeboran-
pengeboran serta penyelidikan-penyelidikan dengan terowongan pengujian akan dapat
memberikan gambaran lapisan geologi di bawah permukaan tanah.
Pendugaan-pendugaan pada penyelidikan untuk pekerjaan-pekerjaan civil,
biasanya dengan menggunakan pendugaan getaran elastis, pendugaan listrik dan
pengujian pelapisan fisik (physical stratum examination). Pendugaan getaran elastis
didasarkan pada pengukuran kecepatan rambat getaran elastis pada suatu lapisan
geologi dimana dalam lapisan-lapisan yang sifat-sifat fisiknya berbeda, maka
kecepatan rambat akan berbeda pula. Getaran elastis itu ditimbulkan dengan
menjatuhkan benda yang berat di atas permukaan tanah atau dengan membuat ledakan-
ledakan -
ledakan dinamit berukuran kecil. Dengan mencatat perbedaan waktu antara ledakan,
dengan terpantulnya kembali oleh suatu lapisan dan diterima oleh alat penerima, maka
kecepatan rambat getaran dapat dihitung.
Prosedur pelaksanaan pendugaan dengan menggunakan getaran elastis adalah
sebagai berikut:
▪ Pekerjaan lapangan yang perlu dilaksanakan adalah untuk mencatat getaran
gelombang, membuat kurva kecepatan rambat getaran dari masing-masing
penembakan (ledakan), mengadakan analisa-analisa dari pada kurva tersebut dan
membuat interpretasi kecepatan rambat getaran pada setiap lapisan geologi.
39

TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

▪ Kemudian dengan mengadakan interpretasi yang menyeluruh dengan


memperban- dingkan karakteristika getaran yang dihasilkan dari masing-masing
masing -masing
penembakan, maka ketelitian interpretasi dapat ditingkatkan.

Gambar 2.10 Skema Pelaksanaan Lapangan


(Sumber: Sosrodarsono,1977)

4. Pengujian lapangan
Pada saat pengeboran inti telah mencapai suatu lapisan yang akan diuji, maka
mata bor diganti dengan alat yang disebut standard split-barrel sampler dan kemudian
pipa bor diturunkan kembali sehingga alat tersebut bertumpuan di atas lapisan yang
akan diuji.

Pada bagian atas dari pipa bor terdapat sebuah palu (dengan berat 63,5 kg) yang
berbentuk cincin silinder yang dapat turun-naik dengan bebas setinggi 75 cm. Dengan
menjatuhkan palu tersebut secara bebas beberapa kali dari ketinggian 75 cm dan
menimpa tumpuan yang melekat pada pipa bor sedemikian sehingga split-barr
split-barrel
el
sampler masuk ke dalam lapisan yang diuji sedalam 30 cm dan dengan menghitung
jumlah pukulan (angka N) yang diperlukan untuk dapat memasukkan split-barr
split-barrel
el
sampler sedalam 30 cm tersebut pada setiap pengujian, maka tingkat konsolidasi serta
daya dukung dari setiap lapisan dengan mudah dapat dihitung. Dari pelaksaan
pengujian, angka N dari suatu lapisan segera dapat diketahui dan dari angka tersebut

dapat ditentukan karakteristik suatu lapisan.


40

TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

Gambar 2.11 Hubungan Antara Harga N Dan Sudut Gesekan Dalam Lapisan Pasir
(Sumber: Sosrodarsono,1977)

2.6.5 Survey dan Investigasi Bahan Bendungan


Bahan untuk tubuh bendungan biasanya diusahakan agar dapat diambil sedekat
mungkin dari tempat kedudukan calon bendungan. Hampir semua bahan batuan dapat
digunakan sebagai bahan tubuh bendungan, kecuali tanah yang mengandung zat-zat
organik atau zat-zat yang mudah larut lainnya. Berhubung banyaknya jenis bahan yang
terdapat di daerah sekitar tempat kedudukan calon bendungan, maka dengan dasar
pemilihan bahan yang paling ideal, tubuh bendungan supaya direncanakan sedemikian
rupa, sehingga didapatkan alternatif yang paling menguntungkan.
Bahan yang berbagai macam itu, secara umum dapat dibedakan dalam 3 (tiga)
jenis, yaitu: bahan-bahan batu (rock), pasir kerikil dan tanah, sehingga bendungan
yang direncanakanpun akan merupakan bendungan batu, apabila bahannya terdiri dari
timbunan batu atau merupakan bendungan tanah apabila bahannya terdiri dari tanah,
pasir dan kerikil, atau bahkan akan merupakan bendungan urugan campuran
(bendungan zonal) yang bahannya terdiri dari timbunan batu dan timbunan tanah
dalam susunan tertentu.
41

TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

Dalam kegiatan survey perencanaan dan pemilihan bahan tubuh bendungan


sebaiknya disejajarkan pula dengan kegiatan penyelidikan pada rencana pola
pelaksanaan pembangunannya. Dengan demikian konstruksi bendungan dapat
disesuai- kan dengan peralatan yang akan dipergunakan dan disesuaikan pula dengan
kondisi lapangan serta karakteristika bahan-bahan yang terpilih, karena pada
hakekatnya antara karakteristika bahan, kondisi lapangan (topografi, geologi maupun
meteorologi) dengan pola pelaksanaan pembangunannya, mempunyai hubungan yang
sangat erat. Semakin tinggi tingkat pengadaptasian pada faktor-faktor tersebut, akan
semakin tinggi pula mutu rencana-teknis
rencana-teknis tubuh bendungan. Dengan penggunaan
pengguna an bahan
bangunan yang sesuai dan pembanguannya didasarkan pada pola pelaksanaan serta
peralatan yang sesuai pula, maka pembiayaan pembangunan suatu bendungan dapat
ditekan pada ting- kat yang paling rendah.
Beberapa faktor penting yang akan sangat mempengaruhi
pelaksanaanpembangunan
pelaksanaanpembangu nan sebuah bendungan u
urugan
rugan adalah sebagai berikut:
▪ Metode penggalian dari pada bahan.
▪ Metode pengolahan bahan asli menjadi bahan jadi yang dapat digunakan untuk
penimbunan tubuh bendungan.
be ndungan.
▪ Jarak pengangkutan dari tempat penggalian ke tempat penimbunan.
▪ Metode penimbunan.
▪ Kondisi topografi pada daerah pelaksanaan.
▪ Kondisi meteorologi di daerah pelaksanaan antara lain cuaca,
cuaca , temperatur, radiasi
radiasi
sinar matahari dan sebagainya.
▪ Kualitas dan kuantitas peralatan serta ketelitian pemilihannya.
▪ Kualitas pengaturan operasi dari setiap peralatan yang dipergunakan serta
pemanfaatan medan operasinya.
ope rasinya.
Guna mendapatkan gambaran yang selengkap-lengkapnya
selengkap-lengka pnya pada bahan bangunan
yang terdapat di sekitar daerah tempat kedudukan calon bendungan, maka dalam
program survey dan investigasi, sekurang-kurangnya harus dilaksanakan beberapa
kegiatan, yaitu: pengamatan visuil, pemetaan penampakan geologi, penyelidikan-
penyelidikan dengan terowongan-terowongan pengujian, sumur-sumur pengujian,
parit-parit pengujian dan lain-lain.
42

TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

Terhadap bahan-bahan yang diperkirakan akan terpilih, supaya dilakukan


penyelidikan mengenai luas daerah penyebarannya, mengenai volumenya
karakteristika teknisnya, dan lain-lain. Dalam penelitian pada setiap kemungkinan
tempat-tempat penggalian bahan (quarry
( quarry and borrow-pit) disamping karakteristika
teknisnya agar diperhatikan pula pertimbangan mengenai transportasinya, biaya
pembebasan, hambatan-hambatan
hambatan -hambatan topografi maupun meteorologi, dan lain-lain.

1. Survey bahan tanah


Tanah adalah bahan yang paling penting untuk pembangunan sebuah bendungan
urugan, karena setiap bendungan urugan akan selalu menggunakan bahan ini, baik
untuk penimbunan hampir seluruh tubuh bendungan seperti halnya pada bendungan
tanah, maupun hanya untuk penimbunan-penimbunan pada zone-zone kedap air pada
bendungan batu atau bendungan zonal lainnya. Jika dilihat secara sepintas, ttampaknya
ampaknya
bahan yang tersebar di atas tanah akan sangat mudah diperoleh. Akan tetapi adalah
suatu kenyataan bahwa untuk mendapatkan bahan yang betul-betul berkualitas baik
dengan karakteristika teknis yang seragam dalam jumlah besar yang diinginkan,
merupakan pekerjaan yang tidak sederhana.
Kadang-kadang suatu bahan yang diketemukan, telah memenuhi persyaratan
apabila ditinjau baik secara topografis maupun secara geologis dan bahkan dalam
jumlah yang cukup besar serta hampir semua syarat-syarat teknisnya sudah cukup
memadai, tetapi hanya dikarenakan keadaan kelembaban aslinya yang terlalu tinggi
kadang-kadang sudah bisa menjadi penyebab gagainya penggunaan bahan tersebut.
Beberapa syarat teknis terpenting yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan bahan
tanah adalah sebagai berikut:
▪ Untuk persyaratan stabilitas bendungan, maka kepadatan dan kekuatan geseran
harus memadai.
▪ Agar permeabilitas tanah sesuai dengan persyaratan yang diperlukan.
▪ Angka konsolidasinya kecil.
▪ Mudah dikerjakan (pada penggalian, pengolahan, pengangkutan, penimbunan
dan pemadatannya).
43

TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

Dari ukuran butiran maupun gradasi (distribusi ukuran butiran) dari suatu bahan
sudah dapat diperkirakan sifat-sifat teknisnya, antara lain sebagai berikut:
▪ Tanah berbutir kasar yang bercampur secara homogen dengan butiran-butiran
lebih halus, akan merupakan bahan yang baik untuk stabilitas bendungan.
▪ Semakin kecil ukuran butiran tanah, maka koeffisien filtrasinya akan semakin
rendah.

Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa semakin kecil ukuran butiran tanah,
koeffisien filtrasinya akan semakin rendah, maka biasanya jenis tanah
tanah yang baik untuk
zone atau lapisan kedap air adalah tanah dengan butiran yang agak kasar (coarse
( coarse
grains),
grains), tetapi bercampur secara homogen dengan dua jenis tanah yang lebih halus,
yaitu:
▪ Tanah yang 10-15% bagiannya dapat melewati saringan berukuran 0,074 mm.
▪ Tanah lempungan yang 5% bagiannya dapat melewati saringan berukuran 0,005
mm.

Metode yang di pergunakan untuk melaksanakan penelitian detail biasanya


adalah dengan pengeboran tangan, pengeboran mesin, pembuatan perit-parit pengujian
sumur-sumur pengujian, dan lain-lain.

a. Pengeboran tangan
Penggunaannya yang mudah serta peralatannya yang sangat sederhana,
menyebabkan pengeboran type ini sangat luas pemakaiannya, terutama untuk
pengeboran dangkal (pada kedalaman kurang dari 5 meter) dan hasil pengintiannya
biasanya dengan kontinuitas
kon tinuitas yang baik serta pengambilannya sangat mudah, terutama
untuk bahan-bahan berupa tanah lempungan, los atau tanah pasiran ukuran sedang
(medium sandy soil).

b. Pengeboran mesin
Biasanya digunakan mesin bor putar yang operasinya dilakukan dengan tangan
atau mesin bor putar manual (rotary
( rotary boring machine manual feeding ). Alat ini dapat
44

TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

digunakan untuk pengeboran berbagai jenis batuan dengan penyesuaian type mata-bor
yang akan dipergunakan. Mengingat penyelidikan yang dilakukan umumnya untuk
bahan tanah dan rendahnya kecepatan rotasi batang bornya serta tekanan yang
diberikan pada mata-bor dapat diatur dengan perasaan, maka inti yang dihasilkan
biasanya relatif paling baik. Untuk penyelidikan-penyelidikan pada lapisan kerikil,
agar mendapatkan inti yang baik, supaya digunakan mata-bor dengan ukuran yang
sebesar mungkin.

c. Parit pengujian
Suatu kelebihan dari penyelidikan bahan timbunan dengan penggunaan parit
pengujian adalah
a dalah bahwa bahan-bahan yang diinginkan dapat diamati lang
langsung
sung secara
visuil kondisi aslinya (natural
( natural condition)
condition) dan pengambilan contohnya dapat dilakukan
dengan mudah tanpa risiko kerusakan struktur aslinya. Akan tetapi jangkauan
penyelidikan hanya terbatas pada permukaan
permuk aan tanah sampai ke dalam 1 a' 2 meter saja.
Parit pengujian biasanya dibuat dengan
denga n peralatan seperti mesin singkup, buldozer atau
dengan tenaga pekerja.

d. Lubang pengujian
Seperti halnya parit pengujian, maka lubang (sumur atau terowongan)
terowongan ) pengujian
juga dipergunakan untuk pengamatan langsung secara visuil dan pengambilan contoh-
contoh yang asli. Selain itu lubang pengujian
pen gujian yang jangkauannya
jangkauan nya lebih dalam dari parit
pengujian (sumur pengujian dapat mencapai kedalaman s/d 12 meter, sedang
terowongan pengujian dapat lebih dalam lagi) digunakan untuk pengamatan kondisi
geologi lapisan yang lebih dalam dan untuk melakukan pengujian-pengujian setempat
pada bahan-bahan yang terpilih. Kelebihan dari penggunaan pengujian ini adalah
bahwa lapisan yang tak b
berhasil
erhasil diselidiki de
dengan
ngan pendugaan dan pengeboran, maka
metode ini adalah merupakan alternatif yang memungkinkan.

2. Survey dan penyelidikan bahan-bahan pasir dan kerikil


Disamping sebagai bahan tubuh bendungan, biasanya bahan-bahan pasir dan
kerikil ini merupakan bahan yang vital untuk lapisan filter atau penimbunan zone-zone
45

TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

transisi suatu bendungan. Karenanya gradasi dari bahan tersebut perlu mendapat
perhatian yang khusus.
Persyaratan yang diperlukan untuk bahan-bahan
bahan -bahan tersebut adalah sebagai berikut:
▪ Agar gradasi bahan sesuai dengan fungsi yang dibebankan pada lapisan atau
zone-zone pada calon tubuh bendungan.
▪ Kekerasan bahan supaya setinggi mungkin dan mempunyai
memp unyai kekuatan geser yang
cukup tinggi.
▪ Agar bahan tersebut tidak mengandung campuran dari zat-zat organis atau
mineral-mineral yang mudah larut.
▪ Agar bahan tersebut mempunyai kestabilan struktur yang tinggi terhadap
pengaruh pengaruh atmosfir
a tmosfir maupun kimiawi lainnya.

3. Survey bahan batu


Pada pembangunan bendungan
bendunga n urugan, biasanya bahan batu dipergunakan untuk
penimbunan seluruh tubuh bendungan-bendungan
bendungan -bendungan batu, untuk penimbunan zone-zone
zone -zone
lulus air atau setengah lulus air pada bendungan-bendungan zonal
zo nal dan untuk hamparan
pelindung pada lereng udik atau timbunan drainase tumit di sebelah bawah lereng
lereng hilir
(tumit) bendungan-bendungan tanah.

Tabel 2.2 Jenis Batuan yang Cocok Untuk Bahan Bendungan


Jenis batuan yang baik untuk digunaan Jenis batuan yang harus dipertimbagkan

sebagai bahan sebelum dipergunakan sebagai bahan


Granit Serpih dan batu sabak
Balsat, adesit, dan riolit Tufa
Batu pasir berumur sebelum mosozoik Batu pasir berumur era kenozoik
Batu gamping Genes,sekis ang mengandung banyak
Kwarsit retakan
(Sumber: Sosrodarsono,1977)
46

TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

2.6.6 Pengujian Bahan Bendungan


Sesudah melaksanakan kegiatan survey bahan bendungan dengan melakukan
hal-hal seperti yang tertera pada point 2.6.5 di atas, maka lokasi daerah penggalian
bahan- bahan untuk tubuh bendungan sudah diten
ditentukan
tukan denga
dengann pasti dan selanjutnya
pengujian-pengujian terhadap
terhada p bahan-bahan tersebut sudah
suda h dapat dimulai.
Guna melakukan pengujian-pengujian, maka diperlukan contoh-contoh bahan-
bahan yang diambil dan selanjutnya dikirim ke laboratorium untuk diselidiki, agar
didapatkan karakteristika teknis bahan-bahan tersebut, yang data-data hasil penyelidi
kannya kelak akan digunakan sebagai dasar pembuatan rencana-teknis calon tubuh
bendungan. Maksud pengujian bahan calon tubuh bendungan adalah untuk
mendapatkan 2 (dua) aspek utama dari karakteristik teknis bahan tersebut yaitu:
▪ Karakteristika fisik dan
▪ Karakteristika mekanis (mechanical
(mechanical character), dengan uraian sebagai berikut:

a. Pengujian karakteristika fisik


Pengujian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran suatu bahan secara
menyeluruh dan terperinci secara fisik, antara lain mengenai jenis, susunan, nama,
warna.

b. Pengujian karakteristika mekanik


Pengujian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh
dan terperinci mengenai karakteristika mekanisnya, antara lain mengenai berat isi,
permeabilitas, daya dukung, kekuatan
ke kuatan geser, tingkat konsolidasi dan lain-lain.

1. Klasifikasi bahan tanah


Mengklasifikasi bahan tanah adalah melakukan serangkaian pengamatan,
pengujian dengan cara yang relatif sederhana memperbandingkan sifat-sifat teknis
bahan tanah untuk pengelompokan bahan-bahan tersebut dalam beberapa golongan
tertentu, yang bertujuan untuk perancangan tubuh bendungan, rencana teknisnya serta
pelaksanaan pembangunannya guna memperoleh gambaran kemampuan adaptasi
bahan tersebut untuk suatu ccalon
alon tubuh bendungan, pemilihan peralatan ya
yang
ng paling
47

TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

sesuai untuk pelaksanaan pembangunan tubuh bendungan, penentuan kelayakan


(adequacy
adequacy)) pondasi yang akan mendukung tubuh bendungan, dan lain-lainnya.

a. Kriteria dari metode klasifikasi standard


Pada kondisi yang sebenarnya, amatlah sukar dijumpai, dimana kerikil, pasir,
lanau dan lempung dalam keadaan yang terpisah-pisah. Biasanya bahan-bahan tersebut
bercampur aduk dalam proporsi tertentu. Karena itu metode klasifikasi sstandard
tandard bahan
senantiasa didasarkan pada karakteristika-teknis bahan-bahan tersebut di atas, yaitu
ukuran butiran, gradasi, plastisitas dan kemampuan kompresinya.

b. Prosedur pengklasifikasian bahan tanah metode standard


Prosedur pengklasifikasian bahan-bahan tanah dapat dilakukan sesuai dengan
petunjuk seperti yang tertera dalam tabel prosedur
prosed ur pengklasifikasian.

c. Klasifikasi karakteristik bahan tanah


Contoh penyusunan metode pengklasifikasian standard untuk bahan timbunan
tubuh bendungan dan pondasi yang akan mendukung bendungan dapat diperiksa
dalam tabel sifat-sifat khusus tanah berdasarkan klasifikasi standar.

2. Pengujian karakteristik fisik tanah


a. Pengujian kadar air, pengujian karakteristika fisik tanah dilakukan terutama
untuk memperoleh data-data kadar air. Misalnya karakteristika segumpal tanah
baik kekuatan geser tanah atau
a tau permeabilitasnya yang akan senantiasa berubah.

b. Pengukuran berat jenis butiran tanah, berat jenis butiran tanah adalah
perbandingan antara berat isi air murni dalam volume yang sama pada
temperatur tertentu.

c. Pengujian gradasi bahan tanah, gradasi butiran tanah menunjukan tingkat


pencampuran berbagai butiran suatu lapisan tanah yang dinyatakan dalam
presentasi berat.
48

TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

d. Pengujian batas cair dan batas plastis, pengujian ini didasari pada sifat utama
dari bahan tanah berbutir halus yang tingkat kelunakannya dan kekerasannya
tergantung dari kadar air yang terkandung didalamnya, terutama pada tanah
berbutir halus dengan tingkat kandungan lanau dan lempung yang tinggi
cenderung sensitif terhadap perubahan kadar air.

3. Pengujian karakteristik bahan tanah


Pengujian-pengujian karakteristika mekanis bahan tanah, biasanya terdiri atas 4
(empat) macam yaitu:
▪ Pengujian pemadatan
▪ Pengujian geser
▪ Pengujian permeabilitas
▪ Pengujian konsolidasi
▪ Pengujian pemadatan
Salah satu faktor terpenting yang akan menunjang kekuatan
ke kuatan dan kestabilan tubuh
bendungan tanah adalah pemadatan yang memadai. Akan tetapi efektivitas dari
pemadatan sangat dipengaruhi oleh tingkat kadar air yang terkandung di dalamnya.
Tingkat pemadatan suatu bahan tanah sangat mempengaruhi karakteristika mekanis
dari bahan-bahan tersebut, terutama berat isi, kekuatan geser, permeabilitas, dan lain-
lain. Dan faktor terpenting yang mempengaruhi tingkat pemadatan suatu bahan tanah
adalah kadar air, gradasinya dan besarnya energi yang diberikan pada pemadatan
bahan tersebut.
Pengujian pemadatan dilakukan disamping untuk memperoleh karakteristika
mekanis berupa tingkat kepadatan suatu bahan tanah, juga untuk mengetahui
kemampuan pemadatan bahan tersebut.

a. Klasifikasi metode pengujian pemadatan


Pengujian pemadatan di laboratorium dapat dilakukan dengan beberapa metode
yang didasarkan pada perbedaan cara pelaksanaan pemadatannya, antara lain adalah:
▪ Pemadatan tumbuk yaitu dengan menjatuhkan sebuah penumbuk di atas contoh
bahan.
49

TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

▪ Pemadatan tekan, yaitu pemadatan yang didasarkan pada prinsip pengepresan


pada contoh bahan
baha n dengan dongkrak hydrolis.
▪ Pemadatan getar yaitu pemadatan yang menggunakan daya getaran mesin
vibrasi.

Dari ketiga metode pengujian tersebut, yang paling luas penggunaannya adalah
metode penumbukan dan dianggap sebagai metode standard. Hal tersebut disebabkan
karena peralatannya cukup sederhana demikian pula pelaksanaan pengujiannya,
sedang hasilnya paling memadai. Pada hakekatnya pemadatan adalah usaha sebanyak
mungkin mengeluarkan udara dari celah-celah di antara butiran-butiran bahan tanah,
agar dapat dicapai tingkat kerapatan letak butiran-butiran bahan yang semaksimal
mungkin.

b. Hubungan antara variasi kadar air dengan karakteristika bahan tanah


Seperti yang telah diuraikan terdahulu, bahwa karakteristika mekanis dari bahan
tanah yang sudah dipadatkan sangat dipengaruhi oleh kadar air yang terkandung di
dalamnya dan ternyata variasi dari kadar air yang terkandung dalam bahan yang sama
akan memberikan variasi
varia si pula pada karakteristika mekanis dari baha
bahann tersebut. Variasi
Variasi
karakteristika tersebut pada umumnya dapat dibedakan dalam 4 (empat) tingkatan,
yaitu:
▪ Tingkatan pertama-kondisi semi-beku
▪ Tingkatan kedua-kondisi elastis
▪ Tingkatan ketiga-kondisi plastis
▪ Tingkatan keempat-kondisi semi-cair lekat

2.7 Analisis Hidrologi


2.7.1 Hujan Kawasan
Untuk keperluan analisis hujan rancangan, diperlukan data hujan daerah aliran
sungai atau hujan kawasan harian maksimum tahunan. Hujan kawasan dapat
ditentukan berdasarkan hujan titik dengan berbagai cara yang ada, yakni rata-rata
aljabar, poligon thiessen, dan isohyet. Dari tiga cara tersebut, cara isohyet
50

TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

menghasilkan ketelitian paling tinggi, tetapi kurang didukung dengan ketersediaan


data. Cara poligon thiessen lebih umum digunakan dalam beragam analisis. Ada tiga
metode dalam menghitung curah hujan wilayah di suatu DAS, yaitu:

1. Metode Aritmatik/Rata-Rata Aljabar


Metode aritmatik adalah paling sederhana yang akan memberikan hasil yang
teliti bila stasiun hujan tersebar merata di DAS variasi kedalaman hujan antar stasiun
relatif lebih kecil. Cara ini berdasarkan asumsi bahwa semua alat penakar curah hujan
memiliki pengaruh yang setara, sehingga cocok untuk kawasan dengan
de ngan topografi datar
dengan sebaran alat penakar curah hujan yang merata dan harga individual curah
hujannya tidak terlalu jauh dari harga rata-ratanya (Ariyani, 2015).

(P1+ P2 + …+ Pn )
P=
n
Keterangan :

P = Curah hujan area (mm)


P1, P2, Pn = Curah hujan pada Stasiun 1, 2, n (mm)
n = Jumlah Stasiun

Gambar 2.12 Metode Aritmatik


(Sumber: Soemarto, 1978)
2. Poligon Thiessen
Metode ini relatif lebih teliti, kurang fleksibel, tidak memperhitungkan faktor
topografi dan objektif. Cara ini dikenal juga sebagai rata-rata timbang. Cara ini
memberikan proporsi luasan daerah pengaruh pos penakar hujan untuk
51

TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

mengakomodasikan ketidakseragaman jarak. Daerah pengaruh dibentuk dengan


menggambarkan garis-garis sumbu tegak lurus terhadap garis yang menghubungkan
dua pos penakar terdekat (Ariyani, 2015).

A1P1 + A2 P2 +…+ AnPn


P=
A1 + A2 …+ An

Keterangan :

P = Curah hujan area (mm)


P1, P2, Pn = Curah hujan pada Stasiun 1, 2, n (mm)
A1, A2, An = Luas area pada Stasiun 1, 2, n

Gamber 2.13 Metode Poligon Thiessen


(Sumber: Triatmodjo, 2008)

3. Metode Ishoyet
Isohyet adalah garis lengkung yang menghubungkan titik-titik dengan
kedudukan yang mempunyai curah hujan yang sama. Metode Isohyet merupakan cara
paling teliti untuk menghitung kedalaman hujan rata-rata di ssuatu
uatu daerah, pada metode
ini stasiun hujan harus banyak dan tersebar merata, metode Isohyet membutuhkan
pekerjaan dan perhatian yang lebih banyak dibanding dua metode lainnya. Pada
metode isohyet dianggap bahwa hujan pada suatu daerah diantara dua garis ishoyet
adalah merata dan sama dengan nilai rerata dari kedua garis ishoyet tersebut. Adapun
contoh dari penggambaran garis ishoyet dapat dilihat pada gambar 2.14 Metode
Ishoyet.
52

TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

I +I I +I I +I I +I
A1 1 2 + A2 2 3 + A3 3 4 +…+ An n n
P= 2 2 2
A1 + A2+ A3 +…+ An
2

Keterangan :
̅P = Hujan rerata kawasan
I1, I2, … In = Garis ishoyet ke 1, 2, … n dan n+1
A1, A2, … An = Luas daerah yang dibatasi oleh garis isohyet 1, 2 … n dan n+1

Gambar 2.14 Metode Ishoyet


(Sumber: Soemarto, 1978)

2.7.2 Curah Hujan Rencana


Hujan rencana merupakan kemungkinan tinggi hujan yang terjadi dalam kala
ulang tertentu sebagai hasil dari suatu rangkaian analisis hidrologi yang biasa disebut
analisis frekuensi. Secara sistematis metode analisis frekuensi perhitungan hujan
rencana ini dilakukan secara berurutan adalah parameter statistik, pemilihan jenis
metode, dan uji sebaran.

1. Parameter Statistik
Data curah hujan sangat beragam, sehingga perlu adanya penentuan karateristik
distribusi curah hujan disuatu DAS dengan pengujian secara statistik. Dalam statistik
dikenal empat macam distribusi frekuensi yang banyak digunakan dalam hidrologi
yaitu distribusi Normal, Log Normal. Gumbel dan log Person III. Masing-masing
distribusi memiliki sifat yang khas, sehingga data curah hujan perlu diuji
kecocokannya dengan sifat statistik masing-masing distribusi tersebut. Pemilihan
53

TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

distribusi yang kurang tepat akan menimbulkan kesalahan perkiraan yang cukup
cuku p besar,
baik over-estimated maupun underestimated (Sri, H.1993). Parameter yang digunakan
dalam perhitungan analisis parameter statistik meliputi parameter nilai rata-rata (x ), ̅
standar deviasi (Sd), koefisien variasi (Cv), koefisien Skewness (Cs) dan koefisien
kurtosis (Ck).

▪ Standar deviasi (Sd)

S =
∑ x - x̄ 
n
i=1 i
2

n-1

▪ Koefisien Skewness (CS)


∑ x - x 
n n
i=1
3

Cs = n - 1 n - 2 S 3
  
▪ Koefisien Kurtosis (Ck)

Ck =
1
n
∑ x - x
n
i=1
4

4
S

▪ Koefisien Variasi (CV)


S
CV =
̅x
Keterangan :
S = Standar deviasi
xi = Besarnya curah hujan DAS
x = Rata-rata curah hujan maksimum daerah
n = Jumlah data
Cs = Koefisien Swekness
Ck = Koefisien Kurtosis
Cv = Koefisien Variasi
54

TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

2. Pemilihan Jenis Metode


Terdapat empat metode yang digunakan dalam mendapatkan hasil atau paling
mendekati analisis frekuensi. Ke empat metode yang
ya ng dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Distribusi log person III, distribusi log person type III digunakan apabila
parameter statistik Cs dan Ck mempunyai nilai selain dari parameter statistik
untuk distribusi yang lain (normal, log normal, dan gumbel).

b. Distribusi log normal, distribusi log normal digunakan apabia nilai-nilai dari
variabel random tidak mengikuti distribusi normal, tetapi nilai logaritmanya
memenuhi distribusi normal. Dalam hal ini fungsi densitas probabilitas (PDF)
diperoleh dengan melakukan transformasi (Triatmodjo, 2008).

c. Distribusi gumbel, distribusi gumbel banyak digunakan untuk analisis data


maksimum, seperti untuk analisis frekuensi banjir. Pada distribusi gumbel
memiliki sifat bahwa koefisien swikness C v = 1,1396 dan kefisien kurtosis Ck =
5,4002 (Harto, 1993).

d. Distribusi normal, distribusi normal adalah simetris terhadap sumbu vrtikal dan
berbentuk lonceng yang juga disebut distribusi Gauss. Distribusi normal
mempunyai dua parameter yaitu rerata μ dan deviasi standar σ dari populasi.

Tabel 2.3 Parameter Statistik untuk Menentuk


Menentukan
an Jenis Distribusi
Jenis Distribusi Syarat

Log person III Selain dari nilai di bawah

Cs = Cv3 + 3Cv
Log Normal
Ck = Cv8 + 6Cv6 + 15Cv4 + 16Cv2 + 3

Cs = 1,14
Gumbel
Ck =5,4

Cs ≈ 0
Normal
Ck ≈ 3

(Sumber: Triatmodjo, 2008)


55

TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

3. Uji Kecocokan/Sebaran (The


(The Goodness
Goodne ss of Fittest Test)
Uji kecocokan dilakukan untuk menguji kecocokan distribusi dari frekuensi
beberapa sampel data yang digunakan terhadap fungsi distribusi peluang yang
diprediksi bisa menggambarkan distribusi dari frekuensi sampel data tersebut. Metode
pengujian yang umumnya digunakan yaitu uji Chi-square test dan uji Kolmogorov-
Smirnov (Suripin, 2004).

a. Chi-Square test
Chi-Square test ini memiliki metode tersendiri dalam pengambilan
keputusannya, yaitu dengan membandingkan nilai parameter Chi-kuadrat hitung (χ 2)
sedang diuji dengan nilai parameter Chi-kuadrat kritis (χcr2) yang
pada distribusi yang sedang
terdapat pada lampiran yang didasari pada kecocokannya terhadap parameter derajat
kebebasan (DK) pada peluang
pelua ng kesalahan statistik sebesar 5%. Bila nilai parameter Chi-
Chi -
kuadrat hitung lebih kecil dari nilai parameter Chi-kuadrat kritis, yaitu nilainya sesuai
dengan persamaan χ2 < χcr2, maka terbukti bahwa data hujan yang sedang diuji adalah
benar.

2
χ =
Of – Ef 2

Ef

Keterangan:
χ2 = Harga chi kuadrat
Of = Jumlah nilai pengamatan pada sub kelompok ke-i
Ef = Jumlah nilai teoritis pada sub kelompok ke-i

b. Smirnov-Kolmogorov
Pada uji Smirnov-Kolmogorov akan dihitung nilai ΔP, yaitu perbedaan
maksimum antara fungsi kumulatif sampel dan fungsi probabilitas
probab ilitas kumulatif. Nilai ΔP
max tersebut selanjutnya dibandingkan dengan nilai ΔP kritis. Distribusi probabilitas
akan diterima jika nilai ΔP max lebih kecil dari ΔP kritis.
56

TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

Berikut langkah-langkah yang dilakukan untuk melakukan uji smirnov-


kolmogorov:
1) Urutkan data (Xi) dari besar ke kecil atau sebaliknya
2) Tentukan peluang empiris masing-masing data yang sudah diurut tersebut P(xi)
dengan rumus We
Weibull.
ibull.
m
P(xi) =
(n + 1)

Keterangan:
m = Raking atau nomor urut data
n = Jumlah data
3) Tentukan peluang teoritis masing-masing data yang sudah diurut tersebut P'(xi)
berdasarkan persamaan distribusi probabilitas yang dipilih
d ipilih (Log Person III, Log

Normal, Gumbel dan Normal).


4) Hitung selisih (∆P ) antara peluang empiris dan teoritis untuk setiap data yang
sudah diurut.
∆P = | P(xi) - P'(xi)|
Keterangan:
P(xi) = Peluang empiris
P’(xi) = Peluang teoritis
5) Tentukan apakah ∆P max < ∆P kritis jika "tidak" artinya distribusi probabilitas
yang dipilih tidak dapat diterima, demikian sebaliknya.

6) ∆P kritis dapat dilihat pada lampiran berupa tabel Nilai ∆P kritis Smirnov-
Kolmogorov..
Kolmogorov

2.7.3 Intensitas Curah Hujan


Untuk menentukan debit banjir rencana (design flood), perlu didapatkan harga
suatu intensitas curah hujan. Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan
yang terjadi pada suatu kurun waktu dimana air tersebut berkonsentrasi. Analisis
intensitas curah hujan ini dapat diproses dari data curah hujan yang telah terjadi pada
masa lampau (Loebis, 1987).
57

TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

1. Metode Dr. Mononobe digunakan untuk menghitung intensitas curah hujan


apabila yang tersedia adalah data curah hujan harian (Loebis, 1987).

R24 24 2/3
Rt = ×
Keterangan :
24
[]
t

Rt = Intensitas curah hujan pada jam ke-t (mm/jam)


R24 = Curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm).
t = Lamanya curah hujan (jam).
2. Metode Talbot digunakan apabila data curah hujan yang tersedia adalah data
curah hujan jangka pendek (Loebis, 1987).
3. Metode Tadashi Tanimoto mengembangkan distribusi hujan jam-jaman yang
dapat digunakan di Pulau Jawa (Triatmodjo, 2008)

2.7.4 Debit Banjir Rencana


Analisa debit banjir digunakan untuk menentukan besarnya debit banjir rencana
pada suatu DAS. Debit banjir rencana m
merupakan
erupakan debit maksimum rencana di sungai
atau saluran alamiah dengan periode ulang tertentu yang dapat dialirkan tanpa
membahayakan lingkungan sekitar dan stabilitas sungai. Menghitung debit banjir
rencana dapat menggunakan metode rasional dan HSS (Hidrograf Satuan Sintetik).

1. Metode Rasional
Metode rasional merupakan rumus yang tertua dan yangterkenal di antara
rumus-rumus empiris. Metode Rasional dapat digunakan untuk menghitung debit
puncak sungai aatau
tau saluran namun dengan daerah pengaliran yang terbatas. Menurut
Coldman (1986) dalam Suripin (2004), Metode Rasional dapat digunakan untuk
daerah pengaliran < 300 ha. Menurut Ponce (1989) dalam Triatmodjo (2008), Metode
Rasional dapat digunakan untuk daerah pengaliran < 2,5 km 2. Dalam Departemen PU,
SK SNI M-18-1989-F (1989), dijelaskan bahwa Metode Rasional dapat digunakan
untuk ukuran daerah pengaliran < 5000 Ha. Dalam Asdak (2002), dijelaskan jika
ukuran daerah pengaliran > 300 ha, maka ukuran daerah pengaliran perlu dibagi
menjadi beberapa bagian sub daerah pengaliran kemudian Rumus Rasional
58

TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

diaplikasikan pada masing-masing sub daerah pengaliran. Dalam Montarcih (2009)


dijelaskan jika ukuran daerah pengaliran
penga liran ) 5000 Ha maka koefisien pengaliran (C) bisa
dipecah-pecah sesuai tata guna lahan dan luas lahan yang bersangkutan.
bersangk utan. Dalam Suripin
(2004) dijelaskan penggunaan Metode Rasional pada daerah pengaliran dengan
beberapa sub daerah pengaliran dapat dilakukan dengan
denga n pendekatan nilai C gabungan
atau C rata-rata dan intensitas dihitung berdasarkan waktu konsentrasi terpanjang.
Adapun rumus umum dari Metode Rasional adalah sebagai berikut:
Q = 0,278 × C × I × A

Keterangan:
Q = debit puncak limpasan permukaan (m 3/det)
C = angka pengaliran (tanpa dimensi)
A = luas daerah pengaliran (km 2)
I = intensitas curah hujan (mm/jam)

2. HSS Nakayasu
Hidrograf Satuan sintetis Nakayasu dikembangkan berdasarkan beberapa sungai
di Jepang (Soemarto, 1987) bentuk HSS Nakayasu diberikan oleh persamaan berikut:

Qp =
1
3,6
 A
0,3 × Tp + T0,3

a. Waktu permulaan sampai puncak hidrograf (Tp)
Waktu permulaan sampai puncak hidrograf dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
Tp = Tg + 0,8 Tr

b. Waktu konsentrasi
ko nsentrasi (Tg)
Waktu konsentrasi mempertmbangkan panjang sungai utama sehngga dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Tg = 0,4 + 0,058 × L (untuk L > 15 km)
Tg = 0,21 × L0,7 (untuk L < 15 km)
59

TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

c. Waktu dari puncak banjir sampai 0,3 kali debit puncak (T 0,3)
Waktu dari puncak banjir sampai 0,3 kali debit puncak dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
T0,3 = α × Tg

d. Satuan waktu dari curah hujan (Tr)


Satuan waktu dari curah hujan dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
Tr = 0,5 × Tg
Keterangan:
Qp = Debit puncak banjir (m 3/det)
A = Luas DAS (km2)
Re = Curah hujan efektif biasanya dipakai 1 mm
Tp = Waktu
Waktu permulaan sam
sampai
pai puncak hidrograf (jam)
T0,3 = Waktu dari puncak banjir sampai 0,3 kali debit puncak (jam)
Tg = Waktu
Waktu konsentrasi (jam
(jam))
Tr = Satuan waktu dari curah hujan (jam)
α = Koefisien karakteristik DAS
L = Panjang sungai utama (km)

3. HSS Gamma I
Sri Harto (1993) mengembangkan hidrograf
h idrograf satuan sintetik berdasarkan perilaku
hidrologis di 30 DAS di Pulau Jawa. Meskipun hidrograf ini dikembangkan hanya di
pulau jawa, ternyata masih relevan untuk digunakan di seluruh daerah lain di
Indonesia. Permasalahan lain yang timbul dari penggunaan hidrograf satuan tersebut
ialah diperlukannya data yang baik, yaitu:
1) Data AWLR;
2) Data pengukuran debit;
3) Data hujan harian;
4) Data dengan durasi per jam.
60

TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

Kerumitan selanjutnya disebabkan untuk menginventarisasi data yang tersedia.


Untuk mengatasi hal ini maka dikembangkan suatu cara untuk mendapatkan hidrograf
satuan tanpa mempergunakan data tersebut atau yang lebih dikenal dengan hidrograf
satuan sintetik. HSS Gama I terdiri dari tiga bagian pokok yaitu:
1) Sisi naik (rising
(rising clim);
clim);
2) Puncak (crest
(crest);
3) Sisi turun (recession
(recession clim)
clim)
HSS Gamma I terdiri dari empat varibel pokok, yaitu waktu aik (time of rise-
TR), debit puncak (Qp), waktu dasar (TB) dan sisi resesi yang ditentukan oleh nilai
koefisien tampungan (K) yang mengikuti persamaan berikut.
Qr = Qp × e-t/k
Keterangan:
Qt = Debit pada jam ke-t (m 3/det)
Qp = Debit puncak (m3/det)
t = Waktu
Waktu dari saat terjadinya debit puncak (jam)
K = koefisien tampang (jam)

Variabel-variabel pokok dalam Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) Gamma I


adalah sebagai berikut:
a. Waktu Naik (TR)
Waktu naik (TR) adalah waktu
wa ktu yang diukur dari saat h
hidrograf
idrograf mulai naik sampai
waktu terjadinya debit puncak. Perhitungan waktu naik dapat menggunakan rumus
berikut:

Tr = 0,43  L
100 ×SF
 3
+ 1,0665 × SIM + 1,2775

b. Debit Puncak (QP)


Debit puncak adalah debit maksimum yang terjadi dalam suatu kasusu tertentu.
Debit puncak dapat dihitung menggunakan rumus berikut:
Qp = 0,8136 × A 0,5886 × Tr-0,4008 × JN0,2381
61

TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

c. Waktu Dasar (Tb)


Waktu dasar adalah waktu yang diukur dari saat hidrograf mulai naik sampai
waktu dimana debit kembali pada suatu besaran yang ditetapkan. Untuk menghitung
niali TB dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
Tb = 217,4132 × Tr0,1457 × S-0,0986 × SN0,7344 × RUA0,2574

d. Koefisien Tampungan (K)


Koefisien tampungan dapat dihitung dengan menggunkan rumus berikut:
K = 0,5617 × A0,1798 × S-0,1446 × SF-1,0897 × D0,0452

e. Aliran dasar (Qb)


Aliran dasar dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Qb = 0,4751 × A0,6444 × D0,9430

2.7.5 Evporasi
Evaporasi adalah proses dimana air diubah menjadi uap air dan selanjutnya uap
air tersebut dipindahkan dari permukaan bidang penguapan ke atmosfer. Evaporasi
terjadi pada berbagai jenis permukaan seperti danau, sungai lahan pertanian, tanah,
maupun dari vegetasi yang basah. Pada transpirasi, vaporasi terjadi terutama di ruang
antar sel daun dan selanjutnya melalui stomata uap air akan lepas ke atmosfer (Allen
dkk., 1998).

Gambar 2.15 Major Climatic Factor Influencing Corp Water


Water Need
(Sumber: http://www.
http://www.fao.org)
fao.org)
62

TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

Dari gambar 2.15 didapatkan bahwa tanaman tertentu yang tumbuh di iklim
cerah dan panas membutuhkan lebih banyak air per hari daripada tanaman yang sama
yang ditanam di iklim berawan dan lebih dingin. Namun demikian selain sinar
matahari dan suhu, faktor iklim lain yang mempengaruhi kebutuhan air tanaman.
Faktor-faktor ini adalah kelembaban dan kecepatan angin.
Evapotranspirasi terbagi atas beberapa jenis, yaitu Evapotranspirasi potensial,
Evapotranspirasi standar, Evapotranspirasi tanaman, Evapotranspirasi actual.
Biasanya untuk mengalisa debit andalan untuk mengetahui ketersediaan air,
dipengaruhi oleh evapotranspirasi potensial. Adapaun metode yang digunakan untuk
mencari nilai evapotranspirasi potensial adalah metode penman yang telah
dimodifikasi dan metode blaney cradle.

2.8 Kapasitas Tampungan Waduk


Kapasitas tampungan waduk dapat dihitung dengan rumus-rumus untuk
menghitung volume benda padat. Kapasitas waduk pada kedudukan alamiah biasanya
haruslah di tetapkan berdasarkan pengukuran topografi. Perhitungannya berdasarkan
peta topografi dengan skala 1:10.000 dengan beda tinggi kontur 5m atau
a tau 10m untuk
mengetahui luas permukaan genangan bendung yang dibatasi garis kontur, serta
mengetahui volume yang dibatasi oleh dua garis kontur yang berurutan dengan
menggunakan persamaan pendekatan volume (Soedibyo, 2003).
Lengkung kapasitas waduk merupakan grafik yang menghubungkan luas
daerah genangan dengan volume tampungan terhadap elevasinya. Lengkung kapasitas
dapat dibentuk dengan cara mengukur luas antara garis kontur di dalam kedudukan
waduk. Kumulatif dari lengkung luas dan elevasi tersebut merupakan lengkung
kapasitas waduk. Pertambahan tampungan antara dua elevasi dihitung dengan
mengalikan luas rata-rata pada elevasi tersebut dengan perbedaan kedua elevasinya.
Akumulasi seluruh pertambahan dibawah suatu elevasi tertentu merupakan volume
tampungan waduk pada elevasi tersebut (Najmi & Helda, 2021)
63

TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

Gambar 2.16 Layout dari Waduk


(Sumber: Najmi & Helda, 2021)

Volume antara kontur dapat dicari dengan:


1
Vx = 3 × Z × (Fy + Fx +
Keterangan:
√Fy + Fx)
Vx = Volume pada kontur (m3)

Z = Beda tinggi antar kontur (m)

Fy = Luas pada kontur y (m2)

Fx = Luas pada kontur x (m2)

Penetapan kapasitas untuk suatu waduk sungai biasanya disebut suatu

penelaahan operasi (operation study)


study) dan merupakan suatu si mulasi pengoperasian
waduk untuk suatu periode yang sesuai dengan seperangkat aturan yang ditetapkan.
Suatu penelaahan operasi
o perasi dapat hanya menganalisis suatu "periode kritis" yang dipilih,
yaitu pada waktu aliran sangat rendah, tetapi praktek modern lebih banyak
memanfaatkan data sintetis yang panjang.
Dalam hal yang pertama, penelaahan tidak akan dapat mencapai sesuatu selain
penetapan kebutuhan kapasitas selama mu sim kering yang dipilih. Dengan data
sintetis, keandalan waduk dengan berbaai kapasitas dapat diperkirakan. Suatu
penelaahan operasi dapat dikerjakan berdasarkan interval tahunan, bulanan, atau

harian. Data bulanan paling umum digunakan, tetapi untuk waduk besar yang
menyimpan simpanan untuk beberapa tahun, interval tahunan akan cukup memuaskan.
64

TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

Untuk waduk yang sangat kecil, urutan aliran dalam suatu bulan dapat menjadi
penting, sehingga harus diambil interval
interva l mingguan atau
a tau harian. Sebelum menetapkan
keputusan tentang kapasitas waduk, biasanya diperlukan penelaahan operasi yang
terinci untuk satu atau beberapa periode data. Analisis terinci ini haruslah
memperhitungkan rembesan sebagai fungsi dari permukaan air waduk, penguapan
sebagai fungsi dari luas waduk dan potensi penguapan yang berubah-ubah, serta
peraturan-peraturan yang mungkin tergantung p
pada
ada aliran masuk alamiah, simpanan
waduk serta faktor-faktor lainnya. Biasanya cukup mudah untuk menggunakan
komputer digital untuk penelaahan operasi karena hal ini memungkinkan sejumlah
percobaan dengan
denga n berbagai anggapan yang be
berbeda.
rbeda.
Pembangunan suatu waduk menambah luas permukaan air yang terbuka, lebih
daripa yang ada pada sungai aslinya, sehingga meningkatkan penguapan. Karena
penguapan dari pemukaan air yang terbuka hampir selalu lebih besar daripada
evapotranspirasi dari suatu permukaan lahan, maka biasanya akan terjadi kehilangan
air akibat dibangunnya suatu waduk. Pada suatu daerah yang gersang, kehilangan
tersebut dapat sedemikian besarnya sehingga menghapuskan tujuan adanya waduk itu
sendiri. Bila dianggap bahwa angka-angka masuk menyatakan jumlah aliran di
bendungan, maka kehilangan bersih akibat penguapan karena adanya waduk adalah
sebagai berikut:
Ew – Ea ≈ Ew – (P - q)
Keterangan:
Ew = Penguapan dari permukaan air bebas
Ea = Evapotranspirasi dari lahan yang digenangi oleh waduk
P = Presipitasi
q = Limpasan

Rembesan dari waduk mungkin masih memperbesar kehilangan air akibat


pembangunan waduk. Untuk penelitian awal akan cukup memuaskan bila kehilangan
bersih per satuan luas dikalikan dengan luas wa
waduk
duk pada permukaan genangan rata-
ratanya guna menetapkan volume air yang bersangkutan.
65

TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

2.9 Tahapan Peker


Pekerjaan
jaan Waduk/Bendungan

Gambar 2.17 Bagan Tahapan Pekerjaan Waduk/Bendungan


(Sumber: Buku Konstruksi Bendungan, 2019)
66

TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

BAB III
METODOLOGI
67

TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

3.1 Umum
Metodologi diartikan sebagai studi sistematis kualitatif atau kuantitatif dengan
berbagai metode dengan teknik analisis. Sedangkan Analisis data adalah proses
pengolahan data dengan tujuan untuk menemukan informasi yang berguna yang dapat
dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan untuk solusi suatu permasalahan.
Beberapa analisis ilmiah diterapkan melalui analisis kualitatif dan dapat pula
menggunakan analisis kuantitatif. Kedua analisis tersebut digunakan untuk saling
melengkapi dan saling mengkoreksi sejauh mana ketepatan analisisnya.

3.2 Pengumpulan Data


Data yang dijadikan bahan acuan dalam penyusunan Proposal Perencanaan dan
Perancangan Waduk (Bendungan) ini data sekunder.
sekund er.

3.2.1 Data Peta Topografi

Gambar 3.1 Peta Topografi Lokasi Rencana Bendungan


(Sumber: Pemodelan Arcgis Kelompok III, 2023)
68

TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

3.2.2 Data Peta Landsat

Gambar 3.2 Peta Situasi Pada Lokasi Rencana Bendungan


(Sumber: Pemodelan Arcgis Kelompok III, 2023)

Lokasi rencana penempatan bendungan berada di aliran sungai Lasolo


Konaweha, Desa Rawua, Kecamatan Uepai, Kabupaten Konawe (122° 0’ 30,823” E,
3° 54’ 42,927”S). Berikut profil rencana bendungan dari kelompok III.
Nama : Bendungan Ameroro
Perencana :
▪ Anadita Keisha Azzahra ▪ Khaerunnisa
▪ Anna Marselyani ▪ Ningsih Pebrianti
▪ Farhan ▪ Pipin Zahrani
▪ Inggit Utari ▪ Waode Intan Gebrina
Tipe : Urugan Homogen (Tanah dan Batu)
Tinggi : 82 meter
Panjang : 324 meter
Manfaat sebagai : Pariwisata, irigasi, pengendalian banjir dan perikanan darat
69

TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

3.2.3 Data Peta Geologi

Gambar 3.3 Peta Geologi Pada Lokasi Rencana Bendungan


(Sumber: Pemodelan Arcgis Kelompok III, 2023)

Dalam peta geologi tersebut dapat diketahui bahwa terdapat batuan aluvian,
batuan malihan, batua
batuann formasi alangga dan ba
batuan
tuan formasi meluhu di sekitar lokasi

rencana penempatan bendungan. Adanya jenis-jenis bebatuan tersebut dapat dijadikan


acuan sebagai bahan utama pembuatan pada pekerjaan konstruksi bendungan.
Biasanya bebatuan dapat digunakan sebagai bahan
baha n utama pada bendungan type urugan
batu. Namun perlu diketahui bahwa bebatuan
b ebatuan tersebut dapat digunakan sebagai bahan
ba han
utama jika sudah melewati uji lab.
70

TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

3.2.4 Data Peta Jenis Tanah

Gambar 3.4 Peta Jenis Tanah Pada Lokasi Rencana Bendungan


(Sumber: Pemodelan Arcgis Kelompok III, 2023)

Dalam peta jenis tanah tersebut dapat diketahui bahwa terdapat tanah jenis
Alluvial, tanah jenis kambisol, tanah jenis podsolik dan dan tanah jenis organosol di

sekitar lokasi rencana penempatan bendungan. Adanya jenis-jenis tanah tersebut dapat
dijadikan acuan sebagai bahan utama pembuatan pada pekerjaan konstruksi
bendungan. Biasanya tanah dapat digunakan sebagai bahan utama pada bendungan
type urugan tanah. Namun perlu diketahui bahwa tanah tersebut dapat digunakan
sebagai bahan utama jika sudah melewati uji lab dan memenuhi syarat akan
kelayakannya.
71

TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

3.2.5 Data Hidrologi

Tabel 3.1 Hujan Kawasan Metode Ishoyet

Data Curah Hujan Harian Maksimum (mm) Curah


No. Tahun Hujan
Pos 1 Pos 2 Pos 3 Area (mm)
1 2003 54,0 42,0 108,5 75,124
2 2004 60,0 44,0 77,0 61,698
3 2005 100,0 93,0 72,0 86,450
4 2006 35,0 45,0 32,0 38,904
5 2007 95,0 60,0 40,0 61,825
6 2008 101,0 64,0 90,0 81,868
7 2009 35,0 60,0 30,9 47,849

8 2010 15,0 45,0 42,0 36,059


9 2011 80,0 60,0 60,0 65,280
10 2012 30,0 62,5 54,0 51,506
11 2013 60,0 58,5 78,0 67,089
12 2014 45,0 60,0 44,0 51,089
13 2015 45,0 50,0 50,0 49,498
14 2016 90,0 77,3 93,0 86,282
15 2017 90,0 84,3 89,0 87,187
16 2018 90,0 110,0 97,0 100,992

17 2019 95,0 75,0 58,0 72,779


18 2020 40,0 75,0 55,0 59,225
19 2021 90,0 89,0 40,0 68,458
20 2022 45,0 60,0 60,0 55,983
(Sumber: Hasil Perhitungan Kelompok III, 2023)
72

TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

BAB IV
ANALISA DATA

4.1 Tahap Anali


Analisis
sis
4.1.1 Distribusi Curah Hujan

Tabel 4.1 Rekapitulasi Perhitungan Distribusi Normal

Tahun x x - rerata x (x - rerata x)² (x - rerata x)3 (x - rerata x)4

2003 75,12 9,867 97,352 960,543 9477,400


2004 61,70 -3,559 12,668 -45,091 160,490
2005 86,45 21,193 449,143 9518,683 201729,383
2006 38,90 -26,354 694,507 -18302,706 482340,526
2007 61,82 -3,432 11,781 -40,437 138,795
2008 81,87 16,611 275,925 4583,38
4583,3888 76134,624
2009 47,85 -17,408 303,053 -5275,678 91841,224
2010 36,06 -29,198 852,514 -24891,564 726779,905
2011 65,28 0,023 0,001 0,000 0,000
2012 51,51 -13,752 189,109 -2600,570 35762,241
2013 67,09 1,832 3,356 6,149 11,264
2014 51,09 -14,168 200,743 -2844,207 40297,817
2015 49,50 -15,759 248,340 -3913,553 61672,991
2016 86,28 21,024 442,017 9293,066 195379,377
2017 87,19 21,930 480,919 10546,504 231283,517
2018 100,99 35,735 1276,986 45633,017 1630693,144
2019 72,78 7,522 56,581 425,609 3201,458
2020 59,22 -6,033 36,393 -219,548 1324,464
2021 68,46 3,201 10,247 32,800 104,993
2022 55,98 -9,275 86,019 -797,799 7399,315
Jumlah 1305,15 0,000 5727,657 22068,606 3795732,927
(Sumber: Hasil Perhitungan Kelompok III, 2023)
73

TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

▪ Perhitungan Rerata
Jumlah x = 1305,15
n = 20
Jumlah x
Rerata x =
n
1305,15
=
20

= 65,257 mm

▪ Perhitungan Standar Deviasi (S)


∑ (x – x rerata) 2 = 65,257 mm
n = 20
2
Standar deviasi = (x - x rerat)
 (n - 1)

=  65,257
(20 - 1)

= 17,363

▪ Perhitungan Koefisien Kurtosis (Ck)


∑ (x – x rerata) 4 = 3795732,927
n = 20

2 4
n × (x - x rerata) 4
Ck =
 n-1 ∑ 
n - 2 (n - 3) S

=  20 - 1
2
20 × (3795732,927)
 20 - 2 (20 - 3) 17,362
4

= 2,874

▪ Perhitungan Koefisien V
Variasi
ariasi (C v)
Rerata x = 65,257 mm
S = 17,362
S
Cv = rerata x
74

TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

17,362
Cv =
65,257

= 0,266

▪ Perhitungan Koefisien Swekness (Cs)


∑ (x – x rerata) 3 = 22068,606
n = 20
S = 17,362

Cs =
∑ (x - x rerata)

3

n - 1 n - 2 S 3

=  20 × 22068,606
20 - 1  20 - 2 17,362 3

= 0,247

▪ Perhitungan Curah Hujan Rencana (Xt) untuk Periode 2 Tahun


S = 17,462
Rerata x = 65,257 mm
Kt = 0,000 (nilai KT dapat dilihat tabel KT Normal)
Xt = Rerata x + KT × S
= 65,257 + 0,000 × 17,462
= 65,257 mm

Tabel 4.2 Rekapitulasi Perhitungan Curah Hujan Rencana Metode Normal


Periode Peluang KT Xt
2 0,50 0,000 65,257
5 0,20 0,840 79,842
10 0,10 1,280 87,481
20 0,05 1,640 93,732
25 0,04 1,708 94,912
50 0,02 2,050 100,850
(Sumber: Hasil Perhitungan Kelompok III, 2023)
75

TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

4.1.2 Intensitas Curah Hujan


Pada perhitungan intensitas curah hujan ini, digunakan rumus dari Mononobe:
▪ Intensitas curah hujan untuk kala ulang 2 tahun dengan durasi 1 jam
x2 = 65,257 mm
t = 1 jam

I2 =  
R24
24
×
24 2/3
t

=  
65,257
24
×
24 2/3
1
= 22,623 mm/jam

Tabel 4.3 Rekapitulasi Perhitungan Intensitas Curah Hujan Metode Mononobe

Intensitas
Periode Ulang
2 th 5 th 10 th 20 th 25 th 50 th

R₂₄ (mm) 65,257 79,842 87,481 93,732 94,912 100,850

t (menit) t (jam) mm/jam mm/jam mm/jam mm/jam mm/jam mm/jam


60 1 22,623 27,680 30,328 32,495 32,904 34,963
120 2 14,252 17,437 19,105 20,471 20,728 22,025
180 3 10,876 13,307 14,580 15,622 15,819 16,808
240 4 8,978 10,985 12,036 12,896 13,058 13,875
300 5 7,737 9,466 10,372 11,113 11,253 11,957
360 6 6,852 8,383 9,185 9,841 9,965 10,589
420 7 6,182 7,564 8,288 8,880 8,992 9,555
480 8 5,656 6,920 7,582 8,124 8,226 8,741
540 9 5,229 6,397 7,009 7,510 7,605 8,081
600 10 4,874 5,963 6,534 7,001 7,089 7,533
660 11 4,574 5,596 6,132 6,570 6,653 7,069
720 12 4,316 5,281 5,786 6,200 6,278 6,670
780 13 4,092 5,006 5,485 5,877 5,951 6,324
840 14 3,895 4,765 5,221 5,594 5,665 6,019
76

TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

Intensitas
Periode Ulang
2 th 5 th 10 th 20 th 25 th 50 th

R₂₄ (mm) 65,257 79,842 87,481 93,732 94,912 100,850

t (menit) t (jam) mm/jam mm/jam mm/jam mm/jam mm/jam mm/jam


900 15 3,720 4,551 4,986 5,343 5,410 5,748
960 16 3,563 4,359 4,776 5,118 5,182 5,506
1020 17 3,422 4,187 4,587 4,915 4,977 5,288
1080 18 3,294 4,030 4,416 4,731 4,791 5,090
1140 19 3,177 3,887 4,259 4,564 4,621 4,910
1200 20 3,070 3,757 4,116 4,410 4,466 4,745
1260 21 2,972 3,636 3,984 4,269 4,323 4,593
1320 22 2,881 3,525 3,863 4,139 4,191 4,453
1380 23 2,797 3,422 3,750 4,018 4,068 4,323
1440 24 2,719 3,327 3,645 3,905 3,955 4,202
(Sumber: Hasil Perhitungan Kelompok III, 2023)

Intensitas Curah Hujan dari Mononobe


40

35
)
m
j/a 30
m
(m25
n
ja 20
Hu
s 15
a
its
n
te 10
In
5

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Durasi (jam)

2 Tahun 5 Tahun 10 Tahun 20 tahun 25 Tahun 10 Tahun

Gambar 4.1 Intensitas Curah Hujan Dengan Menggunakan Metode Dari Mononobe
(Sumber: Hasil Perhitungan Kelompok III, 2023)
77

TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

4.1.3 Banjir Rencana


Perhitungan yang digunakan untuk menghitung debit banjir digunakan metode
rasional modifikasi. Adapun data-data sungai yang dibutuhkan ssebagai
ebagai berikut.
▪ Panjang sungai utama (L) = 22,585 km
▪ Luas daerah aliran sungai (A) = 105,735 km2
▪ Elevasi hulu (H1) = 0,085 km
▪ Elevasi hilir (H2) = 0,005 km
▪ Koefisien data aliran (C) dapat dilihat pada tabel 3.5

Tabel 4.4 Data Koefisien Pengaliran

Penggunaan Luas Lahan


Jenis Lahan C
Lahan (%) (km2)
Hutan 60 63,441 0,600
Pemukiman 15 15,860 0,400
Jalanan 25 26,434 0,950
(Sumber: Hasil Perhitungan Kelompok III, 2023)

▪ Kemiringan rata-rata aliran sungai (S)


∆H
S =
0,9 × L
0,085 - 0,005
=
0,9 × 22,585

= 0,004

▪ Perhitungan Nilai tc
Nilai Tc
Tc dapat dihitung dengan rumus kirpich be
berikut.
rikut.
0,385
tc = ( 0,87 ×L2
1000 ×S
)
0,385
= ( 0,87 ×22,5852
1000 ×0,004
)
= 6,167 jam
78

TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

▪ Perhitungan nilai koefisien aliran (C) rata-rata


∑C ×A
C rata-rata =
∑A
=
0,600 × 63,441 + 0,400 × 15,860 + (0,950 × 26,434)
105,735

= 0,658

▪ Perhitungan nilai intensitas curah hujan (I)


Berikut contoh perhitungan nilai I untuk periode ulang 2 tahun.

I2 =  
R24
24
×
24 2/3
tc

65,257 24 2/3
=
  
24

= 6,727 mm/jam
× 6,167

▪ Perhitungan nilai debit rencana (QT)


Berikut contoh perhitungan nilai debit untuk periode ulang 2 tahun.
Qt = 0,278 × C × I T × A
= 0,278 × 0,658 × 6,727 × 105,735
= 130,017 m3/det

Hasil Perhitungan Debit rencana dengan metode rasional modifikasi untuk


masing-masing periode ulang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.5 Rekapitulasi Debit Rencana dengan Metode Rasional


Periode R24 tc I Q
C rata-rata
(Tahun) (mm) (jam) (mm/jam) (m3/det)
2 65,257 6,167 6,727 0,658 130,017
5 79,842 6,167 8,231 0,658 159,075
10 87 ,481
87,481 6,167 9,018 0,658 174,296
20 93 ,732
93,732 6,167 9,663 0,658 186,749
79

TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

Periode R24 tc I Q
C rata-rata
(Tahun) (mm) (jam) (mm/jam) (m3/det)
25 94 ,912
94,912 6,167 9,784 0,658 189,102
50 100,850 6,167 10,397 0,658 200,932
(Sumber: Hasil Perhitungan Kelompok III, 2023)

4.2 Kapasitas Waduk


Hasil analisa ini menunjukkan hubungan antara elevasi, volume waduk, serta
luas genangan pada lokasi rencana bendungan. Dari data topografi yang tersedia,
kemudian dijadikan bentuk luasan dan elevasi kemudian dianalisi sehigga ditemukan
volume tampungan seperti yang terlihat pada tabel berikut

Tabel 4.6 Rekapitulasi Perhitungan Kapasitas W


Waduk
aduk
Volume
No. El. Beda Tinggi Area (ha) Area (m2) Volume (m3)
Kumulatif (m3)

1 +85 5 4,501 45013,33 0,00 0,00

2 +90 5 5,689 56893,33 142233,33 142233,33

3 +95 5 9,374 93740,00 234350,00 376583,33

4 +100 5 17,027 170273,33 425683,33 802266,67

5 +105 5 39,341 393413,33 983533,33 1785800,00

6 +110 5 78,300 783000,00 1957500,00 3743300,00

7 +115 5 109,833 1098333,33 2745833,33 6489133,33

8 +120 5 148,867 1488666,67 3721666,67 10210800,00

9 +125 5 192,067 1920666,67 4801666,67 15012466,67

10 +130 5 243,400 2434000,00 6085000,00 21097466,67

11 +135 5 294,833 2948333,33 7370833,33 28468300,00

12 +140 5 358,933 3589333,33 8973333,33 37441633,33

13 +145 5 432,567 4325666,67 10814166,67 48255800,00

14 +150 5 511,633 5116333,33 12790833,33 61046633,33

15 +155 5 605,600 6056000,00 15140000,00 76186633,33

16 +160 5 700,800 7008000,00 17520000,00 93706633,33


80

TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

Volume
No. El. Beda Tinggi Area (ha) Area (m2) Volume (m3)
Kumulatif (m3)

17 +165 5 816,933 8169333,33 20423333,33 114129966,67

18 +170 5 929,533 9295333,33 23238333,33 137368300,00

19 +175 5 1037,467 10374666,67 25936666,67 163304966,67

20 +180 5 1130,067 11300666,67 28251666,67 191556633,33

21 +185 5 1214,333 12143333,33 30358333,33 221914966,67

22 +190 5 1300,067 13000666,67 32501666,67 254416633,33

23 +195 5 1409,467 14094666,67 35236666,67 289653300,00

24 +200 5 1567,867 15678666,67 39196666,67 328849966,67

(Sumber: Hasil Perhitungan Kelompok III, 2023)

Kapasitas Rencana Bendungan


Bendu ngan Ameroro

Volume Tampungan (m3)


50000000 40000000 30000000 20000000 10000000 0
+210 +210
+200 +200
+190 +190
+180 +180
+170 +170

) +160 +160 )
m
( +150 (m
i +150 i
s s
a a
v +140 +140 v
e
l e
l
E E
+130 +130
+120 +120
+110 +110
+100 +100
+90 +90
+80 +80
0 3500000 7000000 10500000 14000000 17500000
Luas Genangan (m2)

Area (m2) Volume (m3)

Gambar 4.2 Grafik Kapasitas Rencana Bendungan Ameroro


(Sumber: Hasil Perhitungan Kelompok III, 2023)
81

TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

4.3 Basic Design Bendungan (Layout)

Gambar 4.3 Layout Rencana Bendungan


(Sumber: Pemodelan Autocad Kelompok III, 2023)

Gambar 4.4 Potongan Penampang Rencana Bendungan


(Sumber: Pemodelan Autocad Kelompok III, 2023)
82

TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kami peroleh dari penulisan laporan
Perencanaan Waduk (Bendungan) adalah sebagai berikut:
1. Klasifikasi bendungan terbagi atas berdasarkan penggunaan ( meliputi Stroge
dam, detention dam dan diversion dam),
dam), berdasarkan material konstruksi
(meliputi bendungan tipe beton, tipe urugan batu dan tipe urugan tanah),
berdasarkan ukuran bendungan (meliputi large dam dan small dam
dam)) dan
bersadarkan kebutuhan
kebutuha n (meliputi waduk ekaguna dan waduk
wadu k serbaguna).
2. Analisis data hidrologi untuk keperluan perencanaan bendungan dapat dilakukan
dengan mencari curah hujan, intensitas curah hujan hingga debit banjir rencana
pada wilayah rencana bendungan. Debit banjir tersebut dapat dicari dengan
metode rasional modifikasi dan HSS (Hidrograf Satuan Sintetik).
3. Tahapan-tahapan perencanaan bendungan adalah sebagai berikut:
a. Survey dan Investigasi pendahuluan;
b. Pengukuran dan penetapan topografi;
c. Survey meteorologi dan hidrologi;
d. Survey dan investigasi geologi pada tempat kedudukan calon bendungan;
e. Survey dan investigasi bahan bendungan; dan
f. Pengujian bahan bendungan.
4. Tahapan-tahapan pekerjaan konstruksi bendungan adalah sebagai berikut:
a. Pekerjaan persiapan
b. Pekerjaan pengelakan (terowongan pengelak) bersamaan cofferdam
primary
c. Pekerjaan bendungan utama (main
(main dam)
dam)
d. Pekerjaan spillway
e. Pengisian awal waduk ( Impounding)
83

TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

5.2 Saran
Adapun saran dari kelompok III kelas ganjil adalah pada saat pemberian tugas
besar perencanaan waduk (bendungan) ini, agar kedepannya data hidrologi dapat
diberikan untuk setiap kelompok dan arahan dari soal tugas besar lebih jelas sehingga
tugas besar ini dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya.
84

TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

DAFTAR PUSTAKA

Loebis, dkk, (1993).


(199 3). Hidrologi Sungai. Y
Yayasan
ayasan Badan Penerbit PU, Jakarta

Najmi, A., & H


Helda,
elda, N. (2021). Perancangan Ulang Kurva Lengkung Kapasitas waduk
Tapin Di Kabupaten Tapin Provinsi Kalimantan Selatan. Jurnal RIVET (Riset
Dan Invensi Teknologi), 01(01), 1–12.

Soedibyo. (2003). Teknik


Teknik Bendungan. Pradnya Paramita, Jakarta

Soemarto, (1986). Hidrologi Teknik,


Teknik, Jakarta

Soemarto, C.D, (1999). Hidrologi Teknik. Erlangga, Jakarta

Soewarno, (1995). Hidrologi Aplikasi Metode Statistik Untuk Analisa Data, Nova.
Bandung

Sri Harto, (1993). Analisa Hidrologi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Takeda, K. dan Sosrodarsono, S. (1977). Bendungan Type Urugan. Pradnya Paramita,


Jakarta.

Triatmodjo, B, (2008).
(20 08). Hidrologi Terapan. Beta Offset, Y
Yogyakarta
ogyakarta
85

TUGAS BESAR
PERENCANAAN WADUK/BENDUNGAN
OLEH KELOMPOK III
2023

L
A
M
P
I
R

A
N

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN


WADUK (BENDUNGAN)
2023

Anda mungkin juga menyukai