Anda di halaman 1dari 8

A.

Visi Misi Kementerian Agama Republik Indonesia


Berdasarkan Peraturaun Menteri Agama Nomor 18 Tahun 2020, Kementerian Agama
RI merumuskan visi dan misi dalam penyelenggaraan dan pengembangan instansi, sebagai
berikut :

1. Visi Kementerian Agama Republik Indonesia

“Kementerian Agama yang profesional dan andal dalam membangun masyarakat


yang saleh, moderat, cerdas dan unggul untuk mewujudkan Indonesia maju yang
berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berdasarkan gotong royong”.

2. Misi Kementerian Agama Republik Indonesia

Adapun dalam usaha mewujudkan visi Kementerian Agama, maka dirumuskan misi,
di antaranya:

1) meningkatkan kualitas kesalehan umat beragama;


2) memperkuat moderasi beragama dan kerukunan umat beragama;
3) meningkatkan layanan keagamaan yang adil, mudah dan merata;
4) meningkatkan layanan pendidikan yang merata dan bermutu;
5) meningkatkan produktivitas dan daya saing pendidikan;
6) memantapkan tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance).

A. Delapan Area Perubahan Kementerian Agama Republik Indonesia

Reformasi birokrasi merupakan upaya untuk memastikan terciptanya perbaikan tata


kelola pemerintahan sebagai prasyarat utama pembangunan nasional. Berdasarkan peraturan
Menteri Agama Kementerian Agama Nomor 29 Tahun 2020 tentang roadmap reformasi
birokrasi Kementerian Agama tahun 2020-2024, sebagai berikut:

1. Manajemen Perubahan, dengan sasaran terwujudnya birokrasi dengan integritas


dan kinerja yang tinggi (pola pikir dan budaya kerja yang teratur);
2. Penataan Peraturan Perundang-undangan, dengan sasaran terwujudnya regulasi
yang lebih tertib, tidak tumpeng tindih, dan kondusif;
3. Penataan dan Penguatan Organisasi, dengan sasaran terwujudnya organisasi yang
tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing);
4. Penataan Tata Laksana, dengan sasaran terwujudnya sistem, proses, dan prosedur
kerja yang jelas, efisien, efektif, dan terukur, dan sesuai dengan prinsip-prinsip
good governance;
5. Penataan Sistem Manajemen SDM, dengan sasaran terwujudnya SDM aparatur
yang berintegritas, kompeten, professional, berkinerja tinggi, dan sejahtera;
6. Penguatan Akuntabilitas, dengan sasaran meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas
kinerja birokrasi;
7. Penguatan Pengawasan, dengan sasaran meningkatnya penyelenggaraan
pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme;
8. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik, dengan sasaran terwujudnya pelayanan
prima sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat.

B. Tujuh Program Prioritas Menteri Agama

Kementerian Agama Republik Indonesia dibawah kepemimpinan Menteri Agama


Yaqut Cholil Qoumas, mengharuskan untuk seluruh satuan kerja (satker) Kementerian Agama
mulai dari tingkat pusat hingga ke daerah harus memahami dan ikut menyukseskan tujuh
program Kementerian Agama, yaitu :

1. Penguatan Moderasi Beragama,


2. Transformasi Digital,
3. Tahun Toleransi Beragama,
4. Revitalisasi KUA,
5. Religiositi Index,
6. Kemandirian Pesantren,
7. Cyber Islamic University.

C. Manajemen ASN

Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme. Sebagai ASN memiliki fungsi dan tugas yaitu pelaksana
kebijakan publik, pelayan publik, perekat dan pemersatu bangsa.
Adapun semua yang berkaitan dengan kedudukan, kode etik, hak dan tanggung jawab
seorang ASN diatur dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN. Akan tetapi dalam pelaksanaan
yang berkaitan dengan manajemen ASN ditemukan berbagai kendala, maupun masalah yang
harus di analisis dan segera mencari solusi penyelesaian agar terciptanya tata kelola
pemerintahan yang baik.

1. Kedudukan ASN

Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014, kedudukan Pegawai Negeri


Sipil (PNS) dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK), yaitu:

a. Kedudukan PNS
PNS merupakan warga negara Indonesia yang memenuhi syarat
tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat
pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan dan
memiliki nomor induk pegawai secara nasional.
b. Kedudukan PPPK
Warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat
berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam rangka
melaksanakan tugas pemerintahan sesuai dengan kebutuhan instansi
pemerintah dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Peran ASN
Adapun fungsi dan tugas dalam menjalankan perannya sebagai ASN, di antaranya:
a. Pelaksana Kebijakan Publik, yaitu melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh
Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
b. Pelayan Publik, yaitu memberikan pelayanan publik yang professional dan
berkualitas.
c. Perekat dan Pemersatu Bangsa, yaitu mempererat persatuan dan kesatuan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Perbandingan Hak PNS dan PPPK
Berdasarkan Pasal 21 UU No.5 Tahun 2014 tentang hak PNS dan Pasal 22
UU No. 5 Tahun 2014, yaitu :
a. Hak PNS :
Hak yang di dapatkan oleh PNS dalam pasal 21 UU No. 5 Tahun 2014,
yaitu gaji, tunjangan, perlindungan, pengembangan kompetensi, jaminan
pensiun dan hari tua, serta cuti.
b. Hak PPPK :
Hak yang di dapatkan oleh PPPK dalam pasal 22 UU No. 5 Tahun 2014,
yaitu gaji, tunjangan, perlindungan, pengembangan kompetensi, dan cuti.
4. Kewajiban ASN

Kewajiban ASN merupakan suatu beban atau tanggungan yang bersifat


kontraktual sesuatu yang sepatutnya dilaksanakan oleh ASN, sebagai berikut:

a. Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
pemerintah yang sah;
b. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
c. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang
berwenang;
d. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran,
kesadaran, dan tanggung jawab;
f. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan
tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan;
g. menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
h. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
5. Kode Etik dan Kode Perilaku ASN

Dalam UU ASN disebutkan bahwa ASN sebagai profesi berlandaskan pada


kode etik dan kode perilaku. Kode etik dan kode perilaku ASN bertujuan untuk
menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode etik dan kode perilaku berisi
pengaturan perilaku agar Pegawai ASN:
a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab,
dan berintegritas tinggi;
b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
c. melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
d. melaksnakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
e. melaksnakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang
Berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan etika pemerintahan;
f. Menjaga kerahasian yang menyangkut kebijakan Negara;
g. Menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara
bertanggungjawab, efektif, dan efisien;
h. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya;
i. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak
lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
j. Tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status, kekuasaan,
dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi
diri sendiri atau untuk orang lain;
k. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN; dan
l. melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan mengenai disiplin
Pegawai ASN.
6. Sistem Merit

Sistem merit adalah kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan pada
kualifikasi, kompetensi dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan
latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status
pernikahan, umur, atau kondisi kecatatan.

Konsep Sistem Merit menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam pengelolaan
ASN. Apa sebenarnya arti sistem merit itu? Mengapa dibutuhkan? Adalah pertanyaan
pertanyaan yang sering muncul terkait sistem ini. Sistem merit pada dasarnya adalah
konsepsi dalam manajemen SDM yang menggambarkan diterapkannya obyektifitas
dalam keseluruhan semua proses dalam pengelolaan ASN yakni pada pertimbangan
kemampuan dan prestasi individu untuk melaksanakan pekerjaanya (kompetensi dan
kinerja). Pengambilan keputusan dalam pengelolaan SDM didasarkan pada
kemampuan dan kualifikasi seseorang dalam atau untuk melaksanakan pekerjaan dan
tidak berdasarkan pertimbangan subyektif seperti afiliasi politik, etnis, dan gender.
Obyektifitas dilaksanakan pada semua tahapan dalam pengelolaan SDM (rekruitmen,
pengangkatan, penempatan, dan promosi). Sistem ini biasanya disandingkan dengan
spoil sistem, dimana dalam penerapan manajemen SDM-nya lebih mengutamakan
pertimbangan subyektif.

Bagi organisasi sistem merit mendukung keberadaan prinsip akuntabilitas yang


saat ini menjadi tuntutan dalam sektor publik. Ketika organisasi mengetahui apa
tujuan keberadaannya (visi, misi, dan program yang akan dilakukan) organisasi dapat
mengarahkan SDM-nya untuk dapat mempertanggungjawabkan keberadaannya.
Dengan kata lain organisasi dapat mempertanggungjawabkan bagaimana mereka
menggunakan SDM-nya secara efektif dan efisien. Sedangkan bagi pegawai, sistem
ini menjamin keadilan dan juga menyediakan ruang keterbukaan dalam perjalanan
karir seorang pegawai.

D. Smart ASN

Sesuai dengan 5 arahan presiden dalam upaya percepatan transformasi digital,


pengembangan SDM merupakan salah satu focus Presiden. Berdasarkan petunjuk khusus dari
Presiden pada Rapat Terbatas Perencanaan Transformasi Digital, bahwa transformasi digital
di masa pandemi maupun pandemi yang akan datang akan mengubah secara struktural cara
kerja, beraktivitas, berkonsumsi, belajar, bertransaksi yang sebelumnya luring dengan kontak
fisik menjadi lebih banyak ke daring yang akan dihadapi oleh semua lapisan masyarakat
termasuk ASN.

Sehingga, smart ASN yang dimaksudkan adalah pegawai negeri sipil dengan
kompetensi, kinerja, serta profesionalisme yang tinggi sehingga mampu beradaptasi dan
semakin responsif terhadap perubahan dengan kemampuan literasi media yang baik.

Adapun 5 arahan presiden untuk percepatan transformasi digital, yaitu:

1. Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital


2. Persiapkan betul roadmap transformasi digital di sektor-sektor strategis, baik di
pemerintahan, layanan publik, bantuan sosial, sektor Pendidikan, sektor kesehatan,
perdagangan, sektor industri, sektor penyiaran.
3. Percepatan integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah dibicarakan.
4. Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital.
5. Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan pembiayaan
transformasi digital dilakukan secepat-cepatnya.

Sedangkan, 8 prinsip yang ada dalam smart ASN, diantaranya:

1. Integritas
2. Nasionalisme
3. Profesionalisme
4. Berwawasan global
5. Menguasai IT dan Bahasa asing
6. Hospitality
7. Berjiwa Enterpreneurship
8. Networking
E. Manajemen Talenta

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi


Birokrasi (Permenpan RB) Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020 tentang manajemen
talenta aparatur sipil negara, manajemen talenta diartikan sebagai kebijakan yang mendukung
ASN dengan performa dan kompetensi tinggi untuk terus dikembangkan sehingga dapat
mendukung pembangunan nasional. Manajemen Talenta ASN bertujuan untuk:

1) Meningkatkan pencapaian tujuan strategis pembangunan nasional dan peningkatan


kualitas pelayanan publik.
2) Menemukan dan mempersiapkan talenta terbaik untuk mengisi posisi kunci
sebagai pemimpin masa depan (future leaders) dan posisi yang mendukung urusan
inti organisasi (core business) dalam rangka optimalisasi pencapaian tujuan
organisasi dan akselerasi pembangunan nasional.
3) Mendorong peningkatan profesionalisme jabatan, kompetensi dan kinerja talenta,
serta memberikan kejelasan dan kepastian karier talenta dalam rangka akselerasi
pengembangan karier yang berkesinambungan.
4) Mewujudkan rencana suksesi (succession planning) yang objektif, terencana,
terbuka, tepat waktu, dan akuntabel sehingga dapat memperkuat dan
mengakselerasi penerapan Sistem Merit pada Instansi Pemerintah.
5) Memastikan tersedianya pasokan talenta untuk menyelaraskan ASN yang tepat
dengan jabatan yang tepat pada waktu yang tepat berdasarkan tujuan strategis, misi
dan visi organisasi.
6) Menyeimbangkan antara pengembangan karier ASN dan kebutuhan instansi.

1. Prinsip Manajemen Talenta

Berdasarkan Permenpan RB RI No. 3 Tahun 2020 pada Pasal 3 terkait prinsip


manajemen talenta, yaitu manajemen talenta ASN dilaksanakan berdasarkan sistem
merit dengan prinsip: objektif, terencana, terbuka, tepat waktu, akuntabel, bebas dari
intervensi politik; dan bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme.

2. Aspek Manajemen Talenta ASN


Adapun aspek manajemen talenta ASN, sebagai berikut:
a. Kelembagaan Manajemen Talenta ASN;
b. Penyelenggaraan Manajemen Talenta ASN Instansi dan Nasional; dan
c. Sistem Informasi Manajemen Talenta ASN Instansi dan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai