Anda di halaman 1dari 12

KENDALA SERAH TERIMA PROYEK ANTARA DITJEN CIPTA KARYA DENGAN PEMDA (Nuris - Sarwono)

KENDALA SERAH TERIMA PROYEK KONSTRUKSI ANTARA DITJEN CIPTA


KARYA DENGAN PEMERINTAH DAERAH

Oleh :
Nuris Wahyudi
Manajemen Proyek Konstruksi Universitas Katolik Parahyangan
nuris_wahyudi@yahoo.com

Sarwono Hardjomuljadi
Manajemen Proyek Konstruksi Universitas Katolik Parahyangan
sarwonohm2@yahoo.co.id

ABSTRAK : Dalam setiap tahapan pekerjaaan proyek konstruksi akan terjadi kendala. Kendala tersebut
tidak hanya terjadi pada proyek swasta tetapi juga pada proyek pemerintah seperti kendala serah
terima dari Ditjen Cipta Karya kepada Pemerintah Daerah. Berdasarkan hasil pengolahan data proyek
pada tahun anggaran 2012-2014 dengan total anggaran Rp. 1,019 trilyun, hanya 7 % yang sudah
diserahkan (Rp. 71,3 Milyar). Penelitian dilakukan dengan analisis kendala serah terima proyek cipta
karya bidang sanitasi se-wilayah sumatera tahun anggaran 2012-2014. Analisis menggunakan metode
Relative Importance Index (RII), didapat nilai kepentingan > 0,679. Dari hasil jawaban 90 (sembilan
puluh) responden, maka didapat 6 (enam) faktor yang dikategorikan “penting” dan pada akhirnya
merupakan faktor dominan penyebab kendala serah terima. Perlu nya komitmen masing-masing pihak
dalam pemeliharaan merupakan hal penting dalam keberlanjutan proyek, pengalaman dan diklat untuk
meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dan pendistribusian pegawai merupakan hal penting
dalam rangka mendukung operasional pekerjaan. Selanjutnya perlunya reformasi birokrasi baik aturan
dan manajerial dapat mengurangi kendala serah terima.

KATA KUNCI: kendala, proyek cipta karya, relative importance index, serah terima

ABSTRACT : In every phases of employment, the construction project will occur a constraint. This was not
only happening in the private sector but also on government projects such as the constraints of the
handover of the Directorate General of project copyrighted works to local government. Based on the results
of data processing projects in the fiscal year 2012-2014 with a total budget of Rp. 1.019 trillion, only 7%
already delivered (Rp. 71.3 billion). The research was conducted with the constraints analysis handover of
copyright works for sanitation projects throughout the territory Sumatran of the fiscal year 2012-2014.
Analysis using the Relative Importance Index (RII), gained importance value> 0.679. From the results of the
answers to the 90 (ninety) of respondents, the importance of the six (6) factors are categorized as
"important" and in the end is the dominant factor causes a constraint handover. Necessary it commitment
each of the parties in maintenance is important in the sustainability of the project, the experience and
training to improve the capacity of human resources and the distribution of employees is important in
order to support the operational work. The next need to reform both the rules and managerial bureaucracy
can reduce the constraints handover.

KEYWORDS: a constraint, project copyrighted works, the relative importance index, handover

87 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 8 Nomer 1 | Desember 2016

Pendahuluan dengan 2013 di 31 kabupaten/kota, baru


dapat diserah terimakan pada tanggal 23
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan
Maret 2016.
Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
Rumusan permasalahan yang akan dibahas
15/PRT/M/2015, Direktorat Jenderal Cipta
pada penelitian ini adalah faktor dominan
Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan
menjadi kendala serah terima proyek
Perumahan Rakyat mempunyai tugas
bantuan dari Direktorat Jenderal Cipta
menyelenggarakan perumusan dan
Karya (pemberi bantuan) kepada
pelaksanaan kebijakan di bidang
Pemerintah Daerah (penerima bantuan) di
pengembangan kawasan permukiman,
Bidang Sanitasi.
pembinaan penataan bangunan,
Tujuan dan manfaat penelitian adalah
pengembangan sistem penyediaan air
melakukan identifikasi terhadap faktor-
minum, bidang sanitasi (pengembangan
faktor dominan yang menjadi kendala
sistem pengelolaan air limbah dan drainase
dalam serah terima dan memberikan usulan
lingkungan serta persampahan), sesuai
rekomendasi yang dapat dilakukan dalam
dengan ketentuan peraturan perundang-
rangka mengurangi kendala serah terima
undangan.
proyek konstrusi dari Direktorat Jenderal
Kebijakan pemerintah untuk cipta karya
Cipta Karya Bidang Sanitasi kepada
dalam pengalokasian dana Direktorat
Pemerintah Daerah Hasil penulisan ini
Jenderal Cipta Karya hanya untuk
diharapkan bermanfaat sebagai masukan
pembangunan fisik. Pengadaan lahan, biaya
untuk mempersiapkan langkah antisipasi,
operasi dan pemeliharaan merupakan
agar hasil pembangunan Proyek Konstruksi
tanggung jawab Pemerintah Daerah.
dapat segera dirasakan dan dinikmati oleh
Pembagian tugas dan wewenang seperti ini
masyarakat sebagai pengguna langsung.
sebelumnya sudah disepakati, namun
sering sekali ditemui pada saat
Serah Terima Proyek Konstruksi
pembangunan sudah selesai dilaksanakan
tetapi biaya operasi dan pemeliharaan Menurut kamus besar bahasa Indonesia
belum tersedia. Sehingga proyek konstruksi serah terima adalah penyerahan dan
yang sudah dibangun oleh Direktorat penerimaan (tentang jabatan, tanggung
Jenderal Cipta Karya terkendala berlum dan jawab, dan sebagainya), pihak yang satu
dioperasikan yang berdampak serah terima menyerahkan dan pihak yang lain
kepada Pemerintah Daerah selaku menerima. Pengadaan barang jasa
pengguna. pemerintah sesuai dengan Perpres 54 tahun
Berdasarkan nota dinas Sekretaris 2010 dan Perpres 70 tahun 2012
Direktorat Jenderal Cipta Karya kepada menerangkan dengan terinci urutan
Sekretaris Jenderal Kementerian Pekerjaan pengadaan barang jasa yang dimulai dari
Umum dan Perumahan Rakyat nomor: pengumuman sampai dengan serah terima
63/ND-Cc/2016 tanggal 22 Februari 2016, pekerjaan dari penyedia kepada Pejabat
mengenai persiapan serah terima barang Pembuat Komitmen. Tata urutan ini dibuat
milik negara di lingkungan Direktorat secara jelas supaya memberikan ruang dan
Jenderal Cipta Karya. Dalam nota dinas waktu kepada para pihak yang terlibat
tersebut disampaikan sekitar Rp. termasuk juga dapat menerapkan prinsip-
173.000.000.000 dari alokasi dana yang prinsip efisiensi, efektivitas, transparansi,
dianggarkan pada tahun 2007 sampai keterbukaan, bersaing, adil, serta

88 | K o n s t r u k s i a
KENDALA SERAH TERIMA PROYEK ANTARA DITJEN CIPTA KARYA DENGAN PEMDA (Nuris - Sarwono)

akuntabilitas. Setelah pekerjaan selesai pembangunan infrastruktur


100% (seratus perseratus) sesuai dengan permukiman, termasuk pengembangan
ketentuan yang tertuang dalam Kontrak, sistem pembiayaan dan pola
Penyedia Barang Jasa mengajukan investasinya.
permintaan secara tertulis kepada PA/KPA 6. Melaksanakan pembinaan penataan
melalui Pejabat Pembuat Komitmen untuk kawasan perkotaan dan perdesaan
penyerahan pekerjaan. serta pengelolaan bangunan gedung
Dalam proyek dilingkungan Ditjen Cipta dan rumah negara yang memenuhi
Karya hasil pekerjaan yang sudah standar keselamatan dan keamanan
diserahkan dari Penyedia Jasa kepada bangunan.
PA/KPA, proses selanjutnya proses serah 7. Menyediakan infrastruktur
terima aset kepada Pemerintah Daerah permukiman bagi kawasan
selaku pengguna. Proses serah terima ini kumuh/nelayan, daerah perbatasan,
aset mengacu pada kebijakan pengelolaan kawasan terpencil, pulau-pulau kecil
Barang Milik Negara yang diatur dalam terluar, daerah tertinggal, serta air
ketentuan peraturan perundang-undangan, minum dan sanitasi bagi masyarakat
yaitu; miskin dan rawan air.
1. Undang-undang No. 17 Tahun 2003 8. Memperbaiki kerusakan infrastruktur
tentang Keuangan Negara permukiman dan penanggulangan
2. Undang-undang No. 01 Tahun 2004 darurat akibat bencana alam dan
tentang Perbendaharaan Negara kerusuhan sosial.
3. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 9. Mewujudkan organisasi yang efisien,
2008 Tentang Perubahan Atas tatalaksana yang efektif dan sumber
Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun daya manusia yang profesional, serta
2006 Tentang Pengelolaan Barang pengembangan norma, standar,
Milik Negara /Daerah. prosedur, dan kriteria, dengan
menerapkan prinsip good governance.
Kebijakan Pembangunan Bidang Cipta
Karya Kebijakan Teknik Serah Terima Di
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan lingkungan Direktorat Jenderal Cipta
Umum Nomor: 38/PRT/M/2006 kebijakan Karya
pembangunan sub bidang cipta karya Dalam pelaksanaan serah terima proyek di
adalah: lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya
4. Meningkatkan pembangunan prasarana dilakukan berdasarkan beberapa aturan
(infrastruktur) permukiman di diantaranya Peraturan Menteri Keuangaan
perkotaan dan perdesaan dalam rangka Nomor 96/PMK.06/2007 Tentang Tata
mengembangkan permukiman yang Cara Pelaksanaan Penggunaan,
layak huni, berkeadilan sosial, Pemanfaatan, Penghapusan, dan
sejahtera, berbudaya, produktif, aman, Pemindahtanganan Barang Milik Negara,
tenteram, dan dalam Lampiran IX mengatur Tata Cara
5. Mewujudkan kemandirian daerah Pelaksanaan Hibah Barang Milik Negara.
melalui peningkatan kapasitas Selain itu juga dalam Peraturan Menteri
pemerintah daerah, masyarakat dan Pekerjaan Umum No. 02/PRT/M/2009
dunia usaha dalam penyelenggaraan Tentang Pedoman Pelaksanaan Penetapan

89 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 8 Nomer 1 | Desember 2016

Status Penggunaan, Pemanfaatan, Penelitian terdahulu terkait dengan


Penghapusan dan Pemindahtanganan Pengelolaan Aset
Barang Milik Negara di Lingkungan
Lebih ringkas identifikasi faktor kendala
Departemen Pekerjaan Umum.
serah terima berdasarkan penelitian
terdahulu dapat dilihat pada Tabel 2.
Relative Important Index (RII)
Tabel 2. Penelitian Terdahulu terkait
Relative Important Index (RII) adalah suatu
dengan Serah Terima Aset
terminology yang pertama kali
dipublikasikan oleh Mayer, Barnett and Kode Faktor
brown (1997), RII adalah suatu analisis A Kemala Nur Shabrina (2014)
yang memungkinkan suatu kuantitatif A.1. Belum ada penerapan aturan atau tata
relative, dimana semakin tinggi peringkat cara pengelolaan barang milik Daerah
A.2. Belum diiventarisasi secara tepat dan
(rating) semakin tinggi pula pengaruh yang tidak memilki data yang valid,
diberikan oleh variabel yang dimiliki A.3. Sumber Daya Manusia yang terbatas dan
(Harjomuljadi 2009). Kurang Ahli
A.4. Mental Korupsi dan Nepotisme yang
Metode perhitungan mengunakan RII, maka sulit dihilangkan
dipakai rumus sebagai berikut: A.5. Tidak diperolehnya pendapatan yang
seimbang dengan nilai barang yang
dimiliki
RII = ∑ W/ (AxN) A.6. Tidak teradministrasinya dengan baik,
seperti tidak lengkapnya dokumen
Dimana: W = bobot yang diberikan untuk kepemilikan
B. Monika Sutri Kolinug dkk (2015)
faktor penyebab dominan B.1. Kurangnya Koordinasi Pengelola Aset
dengan (rentang 1-5) B.2. Kurangnya Kompensasi yang memadai
A = bobot tertinggi (dalam hal terhadap pegawai pengelola Aset
B3. Keterbatasan data pendukung aset
ini 5) B4. Sosialisasi peraturan tentang
N = jumlah responden total pengelolaan Aset Masih rendah
B5. Ketidakkepatuhan pengelola aset
terhadap hukum
Rentang RII diperoleh dengan membagi C. Patris Andreas Pesik dan Lidia Mawikere
rata dalam lima kategori sesuai dengan (2015)
skala likert yang digunakan. Nilai rentang C.1. Kurangnya berpedoman pada aturan
yang berlaku
RII dapat dilihat pada Tabel 1. C.2. Kurang mempertahankan kepada
prosedur pemerintah
Tabel 1. Tabel Rentang RII D. Bambang Poerdyatmono (2008)
D1. Akibat keluarnya / terbitnya beschikking
Rentang Nilai (peraturan daerah)
Peringkat
RII D2. Perbuatan hukum yang lain yang
0,840 - 1,000 Sangat Penting berkaitan dengan perbuatan administrasi
E. Purnomo Sukirno (2007)
0,679 - 0,839 Penting E1. perubahan lingkup pekerjaan
E2. perbedaan kondisi lapangan
0,518 - 0,678 Cukup Penting E3. kekurangan material yang sesuai dengan
spefikasi teknis
0,357 - 0,517 Kurang Penting E4. keterbatasan peralatan
E5. kurang jelas atau kurang lengkapnya
0,196 - 0,356 Tidak Penting gambar
E6. penundaan waktu pelaksanaan
E7. percepatan waktu pelaksanaan
pekerjaan

90 | K o n s t r u k s i a
KENDALA SERAH TERIMA PROYEK ANTARA DITJEN CIPTA KARYA DENGAN PEMDA (Nuris - Sarwono)

Kode Faktor penelitian terdahulu, dan berbagai sumber


E8. keterlambatan waktu penyelesaian yang relevan. Dari hasil penelitian
pekerjaan terdahulu maka di temukan variable yang
E9. penambahan biaya atas hilangnya dapat digunakan dalam menyusun
produktivitas
E10. penambahan biaya atas biaya overhead pertanyaan dalam mengukur dominasi
dan keuntungan faktor yang menyebabkan kendala serah
F. Pendapat Ahli, wawancara (2016) terima proyek konstruksi di lingkungan
F1. Birokrasi hibah yang berkepanjangan
F2. Ketersediaan Lahan Direktorat Jenderal Cipta Karya kepada
F3. Pengawasan yang kurang baik Pemerintah Daerah.
F4. Regulasi dari Pemerintah Selanjutnya dengan pertanyaan yang sudah
F5. Tidak Tepat Sasaran
F6. Kegagalan Konstruksi disusun sebagai bagian dari instrument
F7. Tidak ada nya biaya operasi dan penelitian menggunakan skala likert,
pemeliharaan dilanjutkan dengan uji validitas dan
F8 Kegagalan bangunan
F9. Kepentingan Politik realibilitas atas kuesioner tersebut. Selain
G. Imam S. Ernawi (2014) itu dengan penyebaran kuesioner dan
G.1. Kurang lengkapnya dokumen yang wawancara kepada beberapa responden
dipersyaratkan sebagai pendukukung
proses Hibah dalam rangka mendukung data yang
G.2. Adanya fisik di lapangangan yang sudah diperoleh. Berdasarkan data tersebut
tidak berfungsi karena minimnya nya dilakukan analisis dengan melakukan
pemeliharaan, sehingga pemerintah
kabupaten/Kota tidak bersedia untuk pemeringkatan dengan metode RII. Dari
menerima BMN yang akan dihibahkan hasil pemeringkatan tersebut diperoleh
G3. Masih kurangnya pemahaman prosedur faktor dominan penyebab terjadinya
dan proses hibah bagi kepala satuan
kerja maupun pemerintah kendala serah terima. Responden yang
kabupaten/kota yang akan menerima adalah para stakeholder di lingkungan
hibah, Direktorat Jenderal Cipta Karya. Responden
G4. Tertundanya usulan dari satuan kerja
untuk segera memproses hibah atas ini berasal dari pihak Direktorat Jenderal
infrastruktur yang selesai dibangun Cipta Karya , Pemerintah Daerah, dan Pihak
G5. Masih banyak pemerintah daerah Satuan Kerja Provinsi dan Pusat.
kabupaten/kota yang belum bersedia
menandatangani surat pernyataan
kesiapan menerima hibah Karakteristik Responden
Karakteristk melibatkan 90 responden,
Metode Penelitian
lebih rincinya dapat dilihat pada Tabel 2.
Penelitian ini dimulai dengan melakukan
pengamatan terhadap proyek dilingkungan Tabel 2. pihak-pihak responden
Direktorat Jenderal Cipta Karya
N Instansi Jumlah
Kementerian Pekerjaan Umum dan No Kuesioner
Perumahan Rakyat Bidang Sanitasi di 1 Dinas PU Cipta 22
Karya Kab/Kota
wilayah Sumatera mulai TA 2012-2014 2 Satuan Kerja Pusat 24
yang belum diserah terimakan. Selanjutnya dan Provinsi
3 Direktorat Jenderal 44
dilakukan identifikasi dalam rangka Cipta Karya
mencari faktor-faktor yang kendala serah 90
terima konstruksi. Metode yang dilakukan
dengan cara studi literature, berasal dari
pustaka, aturan-aturan yang berlaku,

91 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 8 Nomer 1 | Desember 2016

Sedangkan berdasarkan tingkat pendidikan,


pengalaman kerja, dan jabatan bidang cipta 1%
5% Es.II
karya dapat dilihat pada gambar 1,2, dan 3. 28% Es.III/Satker
66%
Es.IV/ PPK
Staf/Asisten

Gambar 3. Responden berdasarkan jabatan

ANALISIS PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini analisis RII dilakukan


Gambar 1. Responden berdasarkan untuk mengetahui pandangan masing-
pendidikan masing pihak kegiatan konstruksi pada
proyek pemerintah mengenai penyebab
dominan kendala serah terima proyek dari
0-5 Tahun Ditjen Cipta Karya kepada Pemerintah
8%5%
9% 37% 5-10 Tahun Daerah. Pemilihan pengolahan data dengan
10-15 Tahun metode ini dengan tujuan agar diketahui
41% 15-20 Tahun faktor-faktor penyebab kendala serah
<20 Tahun terima pada proyek konstruksi Ditjen Cipta
Karya berdasarkan sudut pandang semua
pihak. Dari hasil analisis dan pengolahan
Gambar 2. Responden berdasarkan data terdapat enam faktor penyebab
pengalaman kendala serah terima yang masuk kategori
penting dan dominan karena mempunyai
nilai kepentingan > 0,679, dapat dilihat
pada tabel.

Tabel 2. Peringkat RII Gabungan Para Pihak

Kode Penyebab Kendala Serah Terima Nilai RII Peringkat

B1 Fisik di lapangan yang sudah tidak berfungsi karena kurang nya 0,776 1
pemeliharaan
Terbatas sumber daya manusia yang ahli dalam memahami proses serah
6A4 0,753 2
terima
C5 Birokrasi serah terima hibah rumit dan berkepanjangan 0,731 3

A3 Jumlah sumber daya manusia terbatas yang menangani proses serah terima 0,718 4
Kurangnya sosialisasi mengenai serah terima proyek dari pemerintah
D1 0,689 5
Pusat dan Daerah

Pemahaman yang berbeda terhadap peraturan dan perundangan antara 0,682 6


C3
lembaga pemerintah baik ditingkat pusat, maupun daerah
Mental korupsi dan nepotisme terjadinya kegagalan konstruksi dan
A5 0,636 7
kegagalan bangunan

92 | K o n s t r u k s i a
KENDALA SERAH TERIMA PROYEK ANTARA DITJEN CIPTA KARYA DENGAN PEMDA (Nuris - Sarwono)

Kode Penyebab Kendala Serah Terima Nilai RII Peringkat

Aturan yang tumpang tindih misalnya peraturan pemerintah daerah


C1 0,631 8
(beschikking) yang tidak selaras dengan pemerintah pusat
Akibat bencana alam, sehingga fisik proyek dilapangan tidak dapat
B2 0,627 9
ditemukan dan rusak
Kompensasi petugas pengelola Barang Milik Negara kurang memadai
A6 0,598 10
mengakibatkan etos kerja dari petugas tidak optimal
Adanya kepentingan politik dari legislatif yang tidak dikomunikasikan
D3 0,593 11
dengan eksekutif
Banyaknya proyek yang dibangun tidak sesuai dengan kebutuhan karena
D2 pada saat pengusulan tidak melakukan koordinasi antar pemerintah pusat 0,551 12
dan pemerintah daerah
Petugas Barang Milik Negara kurang teliti dalam penyiapan dokumen
A1 0,547 13
pendukung yang dipersyaratkan.

C2 Belum ada penerapan aturan dan tata cara pengelolaan barang milik negara 0,513 14
Petugas Barang Milik Negara dalam memberikan informasi data yang tidak
A2 0,511 15
valid
C4 Pengelolaan Barang Milik Negara tidak sesuai dengan Prosedur pemerintah 0,507 16

Setelah dilakukan penelitian dilakukan validation, dengan Tujuan dilakukan expert


dengan menggunakan metode RII, maka validation adalah untuk memastikan
dilaku kan validasi terhadap pakar yang keakuratan hasil penelitian yang sudah
umumnya dikenal dengan istilah expert didapat di lihat pada tabel.

Tabel 3. Penilaian validation expert terhadap faktor dominan

Penilaian
Expert Kode Faktor dominan
No
TS KS CS S SS
Fisik di lapangan yang sudah tidak berfungsi karena
1 B1 kurangnya pemeliharaan V
A4 Terbatas sumber daya manusia yang menguasai
dalam memahami proses serah terima V
Birokrasi serah terima hibah sulit dan
C5 berkepanjangan V
Jumlah sumber daya manusia terbatas yang
A3 menangani proses serah terima V
Kurangnya sosialisasi mengenai serah terima proyek
D1 dari pemerintah Pusat dan Daerah V
Pemahaman yang berbeda terhadap peraturan dan
C3 perundangan antara lembaga pemerintah baik
V
ditingkat pusat, maupun daerah
B1 Fisik di lapangan yang sudah tidak berfungsi karena
2 kurangnya pemeliharaan V
Terbatas sumber daya manusia yang ahli dalam
A4 memahami proses serah terima V
Birokrasi serah terima hibah rumit dan
C5 berkepanjangan V
Jumlah sumber daya manusia terbatas yang

93 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 8 Nomer 1 | Desember 2016

Penilaian
Expert Kode Faktor dominan
No
TS KS CS S SS
A3 menanganai memahami proses serah terima V
Kurangnya sosialisasi mengenai serah terima proyek
D1 dari pemerintah Pusat dan Daerah V
Pemahaman yang berbeda terhadap peraturan dan
C3 perundangan antara lembaga pemerintah baik
V
ditingkat pusat, maupun daerah
Fisik di lapangan yang sudah tidak berfungsi karena
3 B1 kurangnya pemeliharaan V
Terbatas sumber daya manusia yang ahli dalam
A4 memahami proses serah terima V
Birokrasi serah terima hibah sulit dan
C5 berkepanjangan V
Jumlah sumber daya manusia terbatas yang
A3 menangani proses serah terima V
Kurangnya sosialisasi mengenai serah terima proyek
D1 dari pemerintah Pusat dan Daerah V
Pemahaman yang berbeda terhadap peraturan dan
C3 perundangan antara lembaga pemerintah baik
V
ditingkat pusat, maupun daerah

Fisik dilapangan yang sudah tidak Terbatas Sumber Daya Manusia Dalam
berfungsi karena kurang nya Proses Serah Terima
pemeliharaan
Akan memberikan dampak pada semua
• Selama lintas Daerah provinsi atau lintas tahapan konstruksi.
negara, pemerintah pusat dapat • Jenjang karier yang tidak jelas,
membiayai mulai dari perencanaan, perekrutan pegawai tidak spesifik
sampai dengan operasi dan • pendistribusian pegawai dan pembagian
pemeliharaan. tugas yang tidak seimbang.
• Instansi atau Dinas terkait dalam • Peran bagian kepegawaian dalam
pengelolaan bidang Cipta Karya, pendistribusian
sebenarnya bisa melakukan usulan • Peningkatan pengetahuan dapat berupa
anggaran operasi dan pemeliharaan pengalaman dibidangnya, pendidikan
kepada instansi di atasnya dan latihan
(Bupati/Walikota). Hal ini dapat
mengacu kepada Permendagri no 13 Birokrasi Serah Terima Hibah Rumit dan
tahun 2006 tentang Pedoman Berkepanjangan
Pengelolaan Keuangan Daerah. Birokrasi peranan penting dalam
• Dalam hal keterbatasan anggaran, perumusan, pelaksanaan, pengawasan
pemerintah dapat melakukan pola berbagai kebijakan publik. Reformasi
kerjasama pemanfaatan atas barang birokrasi mengenai proses serah terima
proyek. (menggunakan sistem elektronik
milik negara/daerah. Aturan ini dapat sehingga dapat memperpendek proses
dilihat pada Peraturan Pemerintah No.38 birokrasi.)
tahun 2008.

94 | K o n s t r u k s i a
KENDALA SERAH TERIMA PROYEK ANTARA DITJEN CIPTA KARYA DENGAN PEMDA (Nuris - Sarwono)

Kurangnya Sosialisasi Mengenai Serah d. Pemahaman yang berbeda terhadap


Terima Proyek Dari Pemerintah Pusat peraturan dan perundangan antara
Dan Daerah lembaga
Sosialisasi perlu bertahap dan kontinyu Saran
jangan hanya dilakukan secara insidensial
saja, bisa pelatihan di kelas atau melalui 1) Perlu peningkatan koordinasi yang
media internet lebih intensif dari semua pihak
2) Peningkatan kemampuan sumber daya
Pemahaman Yang Berbeda Terhadap manusia dapat dilakukan dengan cara
Peraturan dan Perundangan Antara pemberian penghargaan, pendidikan
Lembaga Pemerintah Baik Ditingkat dan pelatihan. Peran bagian
Pusat, Maupun Daerah kepegawaian dalam distribusi pegawai
Aturan baru tentang suatu hal tentunya sangat penting dalam optimalisasi
harus mengacu kepada peraturan dan pegawai sesuai dengan kebutuhan
perundangan di atasnya. Diharapkan juga organisasi.
pada peraturan yang mempunyai 3) Dalam menangani birokrasi serah
kedudukan yang sama dilakukan terima hibah rumit dan
sinkronisasi aturan, agar tidak terjadi berkepanjangan, maka sebaiknya
kesalah dalam pemahaman. dilakukan reformasi birokrasi baik dari
segi aturan maupun dari manajerial.
Kesimpulan 4) Sosialisasi mengenai mengenai
pentingnya serah terima proyek harus
Berdasarkan dari analisis data terhadap
mulai di sampaikan pada saat inisiasi
faktor-faktor dominan yang menjadi
program kepada semua pihak.
penyebab kendala serah terima proyek
5) Diharapkan untuk penelitian
cipta karya dapat disimpulkan sebagai
selanjutnya bisa mengembangkan
berikut :
kendala serah terima pada wilayah
penelitian dan bidang lainnya. Karena
1) Dari hasil identifikasi terdapat 16 faktor
untuk wilayah lain ada kemungkinan
penyebab kendala serah terima proyek
perbedaan pendapat atau persepsi
2) Setelah di lakukan perhitungan
tentang kendala serah terima.
“Relative Importance Index (RII) di
6) Untuk mendapatkan hasil penelitian
peroleh enam faktor yang mempunyai
yang lebih mendalam, sebaiknya
kategori “penting” atau dominan
melibatkan stakeholder lain yang
dengan rentang > 0,679 berdasarkan
belum dibahas dalam penelitian ini,
jawaban gabungan dari tiga pihak
sehingga akan mendapat opini lain
institusi terkait, yaitu :
mengenai penyebab kendala serah
a. Fisik di lapangan yang sudah tidak
terima
berfungsi karena kurang nya
pemeliharaan Daftar Pustaka
b. Terbatas sumber daya manusia yang
memahami dalam proses serah terima 1. A Guide to the Project Management
c. Kurangnya sosialisasi mengenai serah Body of Knowledge (PMBOK Guide),
terima proyek dari pemerintah pusat (2008). Fourth Edition. Project
dan daerah Manangement Institute.

95 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 8 Nomer 1 | Desember 2016

2. Arikunto, S., (2006), ”Prosedur 11. Kemala Nur Shabrina (2014,)


Penelitia, Suatu Pendekatan Praktik”, Efektivitas Pengamanan Aset dalam
Rineka Cipta, Jakarta Mewujudkan Akuntabilitas di
3. Bambang Poerdyatmono (2008), Pemerintah Kota Surabaya
Sengketa Jasa Konstruksi sebagai 12. Monika Sutri Kolinug dkk (2015),
akibat terbitnya Beschikking dan Analisis Pengelolaan Aset Tetap Pada
Pelaksanaa Kortverban Contract Dinas Pendapatan dan Pengelolaan
Tinjauan Aspek Hukum Manajemen Keuangan dan Aset Daerah Kota
Proyek Tomohon
4. Ervianto, W. I. (2004), Manajemen 13. Peraturan Pemerintah Republik
Proyek Konstruksi. Andi Offset, Indonesia Nomor: 38 Tahun 2007,
Yogyakarta Tentang Pembagian Urusan
5. Haltenhoff, C. E. (1999). The CM Pemerintah
Contracting System: Fundamentals 14. Peraturan Pemerintah No.38 Tahun
and Practices. New Jersey 2008 Tentang Perubahan atas
6. Harjomuljadi, S., (2014), “ Factor Peraturan Pemerintah No.6 Tahun
Analysis on Causal of Construction 2006 Tentang Pengelolaan Barang
Claims and Disputes in Indonesia Milik Negara/Daerah
(with reference) hydroelectric power 15. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
project in Indonesia)”, Internasional Nomor: 38/PRT/M/2006, Tentang
Journal of Applied Engineering Pedoman Pelaksanaan Kegiatan
Research, ISSN 0973-4562, Volume 9, Bidang Pekerjaan Umum
November 22, pp 12421=12445 16. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
7. Harjomuljadi, S., (2015), Bahan ajar No.02/PRT/M/2009 Tentang
Aspek Hukum Kontrak Konstruksi , Pedoman Pelaksanaan Penetapan
Manajemen Proyek Konstruksi, Status Penggunaan, Pemanfaatan,
Bandung Penghapusan dan Pemindahtanganan
8. Imam S. Ernawi, Direktur Jenderal Barang Milik Negara di Lingkungan
Cipta Karya (2014), Laporan Kinerja Departemen Pekerjaan Umum
Direktorat Jenderal Cipta Karya 17. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
Tahun Anggaran 2014, Kendala- 96/PMK.06/2007 Tentang Tata Cara
kendala dalam pengelelolaan Barang Pelaksanaan Penggunaan,
Milik Negara (BMN) Pemanfaatan, Penghapusan, dan
9. Ismail, K. E. (2013), Kajian Rework Pemindah Tanganan Barang Milik
dalam Konstruksi Bangunan Gedung. Negar,. Mengatur Tata Cara
Studi Independen. Pelaksanaan Hibah Milik Negara
10. Juliana. Medy.,(2016), “Analisis 18. Purnomo Sukirno (2007), faktor
Penyebab Pemutusan Kontrak potensial penyebab sengketa
Konstruksi Dilingkungan Pemerintah konstruksi
Provinsi Sumatera Utara” Tesis 19. Rakasiwi, G., (2014), “Analisis Potensi
Program Magister Teknik Sipil, Penyebab Terjadinya Sengketa Pada
Universitas Katolik Parahyangan, Proyek Konstruksi Jalan Tol yang
Bandung Menggunakan FIDIC General
Condition of Contract MDB

96 | K o n s t r u k s i a
KENDALA SERAH TERIMA PROYEK ANTARA DITJEN CIPTA KARYA DENGAN PEMDA (Nuris - Sarwono)

Harmonished Edition 2006”, Tesis


Program Magister Teknik Sipil,
Universitas Katolik Parahyangan,
Bandung
20. Riduwan, (2010). “Metode dan Teknik
Menyusun Tesis Alfabeta, Bandung
21. Santoso, R. (2004), Tingkat
Kepentingan dan Alokasi Risiko pada
Proyek Konstruksi.
22. Soeharto, I. (1999), Manajemen
Proyek (dari Konseptual sampai
Operasional). Jakarta: Erlangga
23. Sugiyono,(2014), Metode Penelitian
Kombinasi (Mixed Methods), Alfabeta,
Bandung
24. Undang-Undang No.17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara
25. Undang-undang No.01 tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara
26. Undang-Undang RI Nomor 28 Tahun
2002 tentang Bangunan Gedung.
(t.thn.)

97 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 8 Nomer 1 | Desember 2016

98 | K o n s t r u k s i a

Anda mungkin juga menyukai