Anda di halaman 1dari 21

LABORATORIUM ANALISIS MAKANAN DAN KOSMETIK

JURUSAN FARMASI FAKULTAS MIPA

UNIVERSITAS PANCASAKTI MAKASSAR

PERCOBAAN V

“IDENTIFIKASI FORMALIN”

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 6

1. FEBRIANTI (51923011018)
2. RESKI RIDWAN (51923011097)
3. RIRIN FEBRIANA (51823011023)
4. SYAIBATUL HAMDI M (51923011069)
5. YUSTIKA ANGGRIANI (51623011141)

KELAS / ANGKATAN : C1 / 2023 KONVERSI


ASISTEN :

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

UNIVERSITAS PANCASAKTI MAKASSAR

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber daya hayati dan

air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan

atau minuman bagi konsumsi manusia. Salah satu sumber pangan adalah makan

an (Desrosier, 2008). Dewasa ini, produk pangan semakin baragam bentuknya,

baik dari segi jenisnya maupun dari segi rasa dan cara pengolahannya. Namun

seiring dengan semakin pesatnya teknologi pengolahan pangan, penambahan

bahan-bahan aditif pada produk pangan sulit untuk dihindari. Akibatnya

keamanan pangan telah menjadi dasar pemilihan suatu produk pangan yang

akan dikonsumsi. Keamanan pangan merupakan hal yang sedang banyak

dipelajari, karena manusia semakin sadar akan pentingnya sumber makanan dan

kandungan yang ada di dalam makanannya. Hal ini terjadi karena adanya

kemajuan ilmu pengetahuan serta kemajuan teknologi, sehingga diperlukan

suatu cara untuk mengawasi keamanan pangan.

Dalam proses keamanan pangan, dikenal juga usaha untuk menjaga daya

tahan suatu bahan sehingga banyaklah muncul bahan-bahan pengawet yang

bertujuan untuk memperpanjang masa simpan suatu bahan pangan. Namun

dalam praktiknya di masyarakat, masih banyak yang belum memahami

perbedaan penggunaan bahan pengawet untuk bahan-bahan pangan dan yang


non pangan. Formalin merupakan salah satu pengawet non pangan yang

sekarang banyak digunakan untuk mengawetkan makanan.

Makanan yang biasanya mengandung formalin adalah bakso. Salah satu m

asalah terbesar bagi pengusaha bakso maupun makanan cepat saji adalah menc

egah terjadinya pembusukan, karena itu makanan-makanan cepat saji harus hab

is terjual sebelum mengalami pembusukan. Masalah tersebut menyebabkan beb

erapa oknum penjual makanan cepat saji berbuat curang. Salah satu caranya ad

alah dengan mengawetkan makanan cepat saji tersebut yang umumnya mengan

dung protein dan lemak ataupun bahan bakunya dengan menggunakan formalin.

Formalin tersebut bersifat mengkoagulasi protein yang terdapat dalam protopl

asma dan nucleus sekaligus membunuh semua bakteri pembusuk yang ada pad

a bahan-bahan makanan tersebut. (Yuliarti, 2017).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara untuk mengetahui ciri-ciri makanan yang mengandung for

malin?

2. Bagaimana cara mengidentifikasi sampel bahan pangan yang mengandung f

ormalin?

C. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :

1. Untuk mengetahui ciri-ciri makanan yang mengandung formalin?

2. Untuk mengetahui cara mengidentifikasi sampel bahan pangan yang menga

ndung formalin?

D. Prinsip Percobaan

Dilakukan dengan pengujian alami yaitu kunyit, dimana melakukan standa

risasi dengan menambahkan larutan formalin dengan indikator yang berasal dar

i kunyit, menghasilkan warna kuning pekat dan dilakukan uji formalin pada sa

mpel makanan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Akibat kemajuan ilmu teknologi pangan di dunia, maka semakin banyak je

nis bahan makanan yang diproduksi, dijual, dan dikonsumsi dalam bentuk yang

lebih awet dan lebih praktis dibandingkan dengan bentuk segarnya. Berkemban

gnya produk pangan awet tersebut hanya mungkin terjadi karena semakin tingg

inya kebutuhan masyarakat perkotaan terhadap berbagai jenis makanan yang pr

aktis dan awet.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang pangan, bah

wa keamanan pangan adalah kondisi dan upaya untuk mencegah pangandari ke

mungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, m

erugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Pangan yang tidak aman dapa

t menyebabkan penyakit yang disebut dengan foodborne disease. Foodborne dis

ease adalah gejala penyakit yang timbul akibat mengonsumsi pangan yang men

gandung bahan atau senyawa beracun atau organisme patogen (Sucipto, 2015).

Penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) dalam makanan terutama

makanan olahan merupakan hal yang tidak dapat dihindari lagi. Sejak

pertengahan abad ke-20, BTP khususnya bahan pengawet semakin sering

digunakan dalam produksi pangan. Hal ini seiring dengan kemajuan teknologi

produksi bahan tambahan pangan sintesis (Cahyadi, 2006).

Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan yang ditambahkan ke

dalam makanan untuk mempengaruhi sifat ataupun bentuk makanan, bisa


memiliki nilai gizi tetapi bisa juga tidak memiliki nilai gizi. Adapun jenis-jenis

Bahan Tambahan Pangan (BTP) yaitu pengawet, pewarna, penyedap, pemanis,

pemutih, pengental, dan lain-lain (Yuliarti, 2007). Namun, dalam praktek

penggunaannya Bahan Tambahan Pangan (BTP) sering tidak digunakan sesuai

dengan ketentuan yang ditetapkan. Ada dua permasalahan yang berkaitan

dengan penggunaan BTP ini. Pertama, produsen menggunakan BTP yang

diizinkan pengunaannya tetapi digunakan melebihi dosis yang telah ditetapkan.

Kedua, produsen menggunakan BTP yang dilarang penggunaannya untuk

digunakan dalam makanan.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Repubrik Indonesia Nomor

722/Menkes/Per/IX/1988 tanggal 22 September 1988 dan Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 1168/Menkes/PER/X/1999 terdapat beberapa jenis bahan

tambahan pangan yang dilarang penggunaannya. Beberapa Bahan Tambahan

Pangan (BTP) yang dimaksud yaitu: asam borat dan senyawanya, asam salisilat

dan garamnya, dietilpilokarbonat, dulsin, kalium klorat, kloramfenikol, minyak

nabati yang dibrominasi, nitrofurazon, dan formalin (Saparinto & Hidayati,

2006). Diantara BTP yang dilarang tersebut, yang paling sering digunakan

adalah formalin dan boraks.

Bahan pengawet formalin adalah bahan tambahan pangan yang dapat men

cegah atau menghambat proses fermentasi, pengasaman, atau penguraian lain t


erhadap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme. Bahan tambahan pan

gan ini biasanya ditambahkan ke dalam makanan yang mudah rusak, atau maka

nan yang disukai oleh bakteri atau jamur sebagai media pertumbuhan, misalnya

pada daging, ikan asin, ikan segar, dan lain-lain. Definisi lain bahan pengawet

adalah senyawa atau bahan yang mampu menghambat, menahan atau menghen

tikan, dan memberikan perlindungan bahan makanan dari proses pembusukan.

Formaldehida merupakan tambahan kimia yang efisien, tetapi dilarang ditamba

hkan pada bahan pangan (makanan). (Judarwanto 2016)

Formalin sangat berbahaya bila terhirup, mengenai kulit dan tertelan. Akib

at yang ditimbulkan dapat berupa luka bakar pada kulit, iritasi pada saluran per

nafasan, reaksi alergi dan dapat menyebabkan kanker pada manusia. Dampak f

ormalin pada kesehatan manusia dapat bersifat bahaya dalam tubuh manusia ter

utama di hati dan sel darah merah, formaldehida dikonversi menjadi asam form

iat yang meningkatkan keasaman darah, tarikan nafas menjadi pendek, sering h

ipotermia, koma, atau kematian. Formaldehida juga bisa menimbulkan terikatn

ya DNA oleh protein, sehingga mengganggu ekspresi genetic yang normal (Ba

nci, 2020)

Formalin termasuk jenis bahan tambahan berbahaya yang masih sering dig

unakan secara bebas oleh pedagang atau produsen pangan yang tidak bertanggu

ng jawab. Selain karena harganya yang murah dibanding pengawet lainnya. For

malin yang seharusnya dimanfaatkan pada bidang industri ini, ternyata sering d

isalahgunakan untuk penggunaan pengawetan industri makanan. Salah satunya

adalah makanan cepat saji bakso. (Putriani, kony, dkk, 2023).


Larutan kunyit memiliki senyawa aktif yang dapat digunakan untuk memi

nimalisir keberadaan formalin yaitu saponin. Ada banyak data dan literatur yan

g membuktikan bahwa rimpang kunyit berpotensi besar dalam aktifitas farmak

ologi yaitu sebagai anti inflamasi, anti imunodefisiensi, anti virus, anti bakteri,

anti jamur, anti oksidan, anti karsinogenik, dan anti infeksi. Sedangkan pada ku

nyit, senyawa bioaktif yang berperan sebagai antimikroba adalah kurkumin, de

smetoksikumin dan bidestometoksikumin dimana didalamnya terdapat saponin

yang terkandung surfaktan berfungsi sebagai emulgator. (Hartati, 2015)

B. Uraian Bahan

1. Formalin (FI Ed III: 259)

Nama Resmi : FORMALDEHYDY SOLUTIO

Nama Lain : Formalin

RM/BM : CH20 / 30,03

Kandungan : Formaldehida dalam metanol sebagai stabilisator dengan k

adar tidak kurang dari 36% dan tidak lebih dari 38 %

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna atau hampirtidak berwarna,

bau menusuk, uapmerangsang selaput lendir hidung danteng

gorokkan. Jika disimpang ditempatdingin dapat menjadi ker

uh

Kelarutan : Dapat dicampur dengan air dan denganetanol (95%)p

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Khasiat : Antiseptikum ekstern, pengawet


2. Kalium Permanganat (FI Ed III: 330)

Nama Resmi : KALII PERMANGANAS

Nama Lain : Kalium Permanganat

RM/BM : KMnO4 / 158,03

Kandungan : Kalium Permanganat mengandung tidak kurang dari 99,0

% KMnO4

Pemerian : Hablur mengkilap, ungu tua atau hampir hitam, tidak berb

au, rasa manis atau sepat

Kelarutan : Larut dalam 16 bagian air, mudah larut dalam air mendidih

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Khasiat : Antiseptikum ekstern

3. Kunyit

Kunyit adalah salah satu jenis rempah-rempah yang banyak digunakan seb

agai bumbu dalam berbagai jenis masakan. Kunyit memiliki nama latin Cur

cuma domestica yang menggantikan nama sebelumnya yaitu Curcuma long

a. Nama latin Curcuma domestica untuk kunyit diperkenalkan oleh Valeton

pada tahun 1918. Tanaman kunyit termasuk jenis tanaman herba yaitu tanam

an yang memiliki tinggi hampir mencapai 1 meter, berbatang pendek, dan be

rdaun jumbai.

Kunyit merupakan senyawa yang memiliki aktivitas antimikroba yaitu kur

kumin. Pada penelitian dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa, kurkumin me


mpunyai sifat antibakteri, terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var. aur

eus. Hal ini karena kurkumin merupakan senyawa fenolik yang mekanisme

kerjanya mirip dengan senyawa fenolik lainnya yang berfungsi sebagai anti

mikroba. Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bak

teristati dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan. Se

nyawa fenol berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi prote

in sel dan merusak membrane sel.

C. Uraian Sampel

Bakso adalah produk pangan yang terbuat dari bahan utama daging yang d

ilumatkan, dicampur dengan bahan-bahan lainnya, dibentuk bulat-bulatan, dan

selanjutnya direbus. Berbeda dengan sosis, bakso dibuat tanpa mengalami pros

es curing, pembungkusan, maupun pengasapan. Bakso yang beredar di pasaran

ada beberaapa jenis antara lain bakso ikan, bakso ayam dan bakso sapi. Kualit

as bakso yang disukai konsumen dilihat dari tekstur warna, dan rasa. Tekstur y

ang biasanya disukai adalah yang halus, kompak, kenyal dan empuk. Halus di

mana permukaan irisannya rata, seragam, dan serat dagingnya tidak tampak. K

ekenyalan bakso dapat ditentukan dengan melempar kepermukaan meja dan la

ntai, dimana bakso yang kenyal akan memantul, sedangkan keempukan diukur

dengan cara digigit, dimana bakso yang empuk akan mudah pecah. (Damiyati 2

016)

Bakso hadir dalam berbagai jenis makanan. Pastikan, bakso yang anda gu

nakan bebas dari sentuhan bahan-bahan kimia berbahaya. Meskipun bakso san
gat memasyarakat, nyatanya pengetahuan masyarakat mengenai bakso yang am

an dan baik untuk dikonsumsi masih kurang. Buktinya, bakso yang mengandun

g boraks atau formalin masih banyak beredar dan tetap dikonsumsi. Padahal, d

ampaknya akan sangat merugikan kesehatan. Pengetahuan dan pemahaman ma

syarakat akan bakso yang baik masih sangat kurang, padahal bakso sangat dige

mari oleh berbagai kalangan. Bakso merupakan produk gel dari protein daging,

baik daging sapi, ayam, ikan, maupun udang. Selain protein hewani, aneka dagi

ng itu juga mengandung zat-zat gizi lainnya, termasuk asam amino esensial yan

g penting bagi tubuh. Karena itu, bakso mestinya dapat menjadi pemenuh kebu

tuhan masyarakat akan protein.

BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah 4 buah tabung reaksi, caw

an porselin, Bunsen, pipet tetes, gelas ukur 100 ml, dan gegep.

2. Bahan

Sampel bakso 4 biji, KMnO4 1 ml, dan formalin baku 1 ml.

B. Prosedur Kerja

1. Disiapkan sampel bakso yang akan diuji secukupnya

2. Disiapkan 2 tabung reaksi untuk blanko, tabung I dan II dimasukkan masin

g-masing formalin baku 1 ml.

3. Pada tabung I ditambahkan larutan KMnO 4 sebanyak 1 ml setetes demi sete

tes diamati perubahan yang terjadi, lalu dipanaskan dan amati perubahan w

arnanya

4. Pada tabung II ditambahkan larutan kunyit 1 ml, diamati perubahan yang te

rjadi, lalu dipanaskan dan amati lagi perubahan warnanya

5. Untuk sampel, disiapkan 2 tabung reaksi

6. Dilakukan seperti diatas tetapi larutan formalin diganti dengan sampel, lalu

diamati perubahan yang terjadi.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Table pengamatan
Untuk blanko

N Tabung Reaksi Sebelum Setelah


o. dipanaskan dipanaskan
1. Formalin + KMnO4 Ungu kehitaman Bening, memiliki e
ndapan hitam diba
wah
2. Formalin + Kunyit Kuning pekat Kuning bening

Untuk sampel

N Tabung Reaksi Sebelum Setelah


o. dipanaskan dipanaskan
1. Sampel Bakso + KMnO4 Ungu kehitaman Tidak berubah war
na (tetap)
2. Sampel Bakso + Kunyit Kuning pekat Tidak berubah war
na (tetap)

B. Pembahasan

Dari hasil praktikum yang dilakukan dengan identifikasi formalin pada sa

mpel bakso yang diambil dari warung bakso A tidak mengandung formalin. Se

hingga bahan makanan (bakso) tersebut dapat dikonsumsi karena tidak mengan

dung formalin. Sampel diuji dengan menggunakan indikator KMnO 4 dan laruta

n kunyit.

Sebelum menguji sampel (bakso), kami terlebih dahulu membuat larutan b

lanko formalin dengan menggunakan indikator KMnO4 dan larutan Kunyit. Per

tama-tama masukkan 1 ml tetes formalin kedalam tabung reaksi, kemudian ma


sukkan indikator KMnO4 dan kunyit kedalam masing-masing tabung reaksi yan

g sudah berisi formalin, kemudian amati perubahan warna yang terjadi.

Dari hasil yang kami peroleh didapat data hasil perubahan warna pada laru

tan blanko formalin yaitu pada penambahan KMnO4 terjadi perubahan warna la

rutan menjadi ungu kehitaman dan terdapat endapan, pada penambahan kunyit

terjadi perubahan warna larutan menjadi kuning pekat. Larutan blanko ini adala

h sebagai penentu uji sampel terdapat formalin dengan cara membandingkan w

arna larutan pada sampel yang diuji dengan larutan blanko.

Pada pengujian sampel bakso dengan KMnO4 warna larutaan ungu kehita

man (tetap dan tidak berubah) setelah dicocokkan dengan larutan blanko ternya

ta hasilnya negatif mengandung formalin, hasil yang sama juga ditunjukkan pa

da penambahan larutan kunyit yaitu ditunjukkan dengan warna kuning pekat da

n setelah dicocokkan dengan larutan blanko ternyata negatif mengandung form

alin, Jadi dapat disimpulkan bakso warung A negatif mengandung formalin.

Penggunaan formalin dimaksudkan untuk memperpanjang umur penyimpa

nan, karena formalin adalah senyawa antimikroba serbaguna yang dapat memb

unuh bakteri, jamur bahkan virus. Selain itu interaksi antara formaldehid denga

n protein dalam pangan menghasilkan tekstur yang tidak rapuh dalam waktu ya

ng lama dan untuk beberapa produk pangan seperti tahu, mie basah, ikan segar,

memang dikehendaki oleh konsumen. Formalin dapat masuk lewat mulut karen

a mengkonsumsi makanan yang diberi pengawet formalin. Jika akumulasi form

alin kandungan dalam tubuh tinggi, maka bereaksi dengan hampir semua zat di

dalam sel. Ini akibat sifat oksidator formalin terhadap sel hidup. Dampak yang
dapat terjadi tergantung pada berapa banyak kadar formalin yang terakumulasi

dalam tubuh. Semakin besar kadar yang terakumulasi, tentu semakin parah aki

batnya. Mulai dari terhambatnya fungsi sel hingga menyebabkan kematian sel

yang berakibat lanjut berupa kerusakan pada organ tubuh. Di sisi lain dapat pul

a memicunya pertumbuhan sel-sel yang tak wajar berupa sel-sel kanker. Bebera

pa penelitian terhadap tikus dan anjing pemberian formalin dalam dosis tertent

u jangka panjang secara bermakna mengakibatkan kanker saluran cerna seperti

adenocarcinoma pylorus, preneoplastic hyperplasia pylorus dan adenocarcinom

a duodenum. Penelitian lainnya menyebutkan peningkatan resiko kanker faring

(tenggorokan), sinus dan cavum nasal (hidung) pada pekerja tekstil akibat papa

ran formalin melalui hirupan. Di dalam tubuh, jika terakumulasi dalam jumlah

besar, formalin merupakan bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan manus

ia. Jika kandungan dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan ham

pir semua zat di dalam sel, sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan ke

matian sel yang menyebabkan keracunan pada tubuh.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil praktikum Identifikasi Formalin dengan sampel bakso dapat disi

mpulkan bahwa:
1. Sampel bakso ditambah dengan indikator KMnO4, perubahan yang terjadi te

tap atau tidak berubah, perubahan tersebut menandakan bahwa bakso tidak

mengandung formalin.

2. Sampel bakso ditambah dengan indikator larutan kunyit , perubahan yang ter

jadi tetap atau tidak berubah, perubahan tersebut menandakan bahwa bakso

tidak mengandung formalin.

B. Saran

Pada praktikum ini diharapkan agar alat dan bahan kedepannya dil

engkapi dengan kelancaran praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Banci, rostiati, 2020. Identifikasi Formalin Pada Bakso Bakar Yang Diperjual Beli
kan Di Sekitar Jln.Bilal Kota Medan. Medan: Poltekkes Kemenkes Medan

Cahyadi, Wisnu, 2006. Analisis dan Aspek Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: PT
Bumi Aksara
Damiyati N. Ada Pengenyal bakso selain boraks, 2016 (diunduh 11 April 2018).da
ri:URL:HYPERLINKhttp://www.suaramerdeka.com/cybernews/
Depkes RI., 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan Republ
ik Indonesia, Jakarta, 259 dan 330.

Desrosier, 2008. Teknologi Pengawetan Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia


Press

Hartati, sri, 2015. Larutan kunyit memiliki senyawa aktif yang dapat digunakan u
ntuk meminimalisir keberadaan formalin yaitu saponin. Ada banyak data d
an literatur. Palembang: Universitan Islam Negeri Raden Fatah

Judarwanto W. Pengaruh formalin bagi sistem tubuh. 2016 (diunduh 12 des 2023)
darIURL:HYPERLINKhttp://puterakembara.org/archives8/00000066.sht

Paratmanitya, Y. dan Aprilia, V. 2016. Kandungan Bahan Tambahan Pangan Berba


haya pada Makanan Jajanan Anak Sekolah Dasar Kabupaten Bantul. Jurnal
Gizi dan Dietetik Indonesia, 1 (4) : 49 - 55.

Putriani, kony, dkk, 2023. Identifikasi Kandungan Formalin Pada Bakso Dan Mie
Kuning Yang Beredar Di Jalan Soebrantas Kota Pekanbaru Secara Kualitati
f. Jurnal vol 03, hal 50-56.

Saparinto, C., & Hidayati, D. 2006. Bahan Tambahan Pangan. Yogyakarta: Kanisi
us.

Sucitpo, C.D., 2015. Keamanan Pangan Untuk Kesehatan Manusia. Yogyakarta: G


osyen Publishing

Yuliarti, N, 2007. Awas! Bahaya di Balik Lezatnya Makanan Edisi-1. Yogyakarta:


Penerbit Andi.

Yuliarti N, 2017.Awas bahaya di balik lezatnya makanan. Yogyakarta: Andi Offset

LAMPIRAN

A. Skema Kerja

Disiapkan alat dan bahan

Disiapkan sampel bakso yan


g akan diuji secukupnya

Disiapkan 2 tabung reaksi untuk blank


o, tabung I dan II dimasukkan masing-
masing formalin baku 1 ml.
B. Dokumentasi Praktikum

1. Sampel Bakso

2. Pengukuran formalin 1 ml
3. Penimbangan kunyit

4. Melarutkan kunyit dengan aquadest sebanyak 50 ml

5. Pencampuran kunyit dengan aquadest sebanyak 50 ml


6. Blanko formalin ditambah dengan KMnO4

Sebelum dipanaskan sesudah dipanaskan

7. Blanko formalin ditambah dengan larutan kunyit

Sebelum dipanaskan setelah dipanaskan


8. Hasil reaksi setelah pencampuran sampel bakso dengan larutan KMnO4

Sebelum dipanaskan setelah dipanaskan

9. Hasil reaksi setelah pencampuran sampel bakso dengan larutan kunyit

Sebelum dipanaskan setelah dipanaskan

Anda mungkin juga menyukai