Biografi Beberapa Ulama Hadist Dari Kala
Biografi Beberapa Ulama Hadist Dari Kala
Disusun Oleh :
Sugeng Tri Siswoyo ( NPM : 41182911170121 )
Wulan Lestari ( NPM : 41182911170128 )
Nur Syahid ( NPM : 41182911170127 )
Sri Yani ( NPM : 41182911170120 )
Puji syukur Alhamdulillah kita haturkan kehadirat Allah SWT baik dengan
ucapan maupun tindakan karena dengan Rahmat dan ridho-Nya penulis dapat
menyelesaikan tugas dengan baik. Dan tak lupa salam kasih sayang, sholawat dan
salam keselamatan semoga tetap tercurahkan keharibaan Baginda Nabi Besar
Muhammaad SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya, yang telah
membimbing manusia ke jalan yang benar. Akhirnya tugas penulisan makalah
tentang “Biografi Beberapa Ulama Hadist Dari Kalangan Sahabat Dan
Pelopor Pengkodifikasian Hadist ” dapat terselesaikan dengan baik sesuai
dengan kemampuan penulis.
Makalah ini telah kami susun semaksimal mungkin. Namun kami pun
menyadari sepenuhnya keterbatasan yang kami miliki, sehingga selesainya
penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah berjasa
dalam penulisan makalah ini, oleh karena itu hanya ucapan terimakasih yang bisa
kami haturkan kepada :
1. Bapak Akmal R.G. Hsb. Selaku Dosen mata kuliah Ulumul Hadits yang
telah memberi pengajaran, arahan, bimbingan dan memberi banyak ilmu
yang tak tenilai harganya.
2. Rekan rekan satu kelompok atas kerjasama yang solid dan telah
meluangkan waktu, tenaga dan juga fikiran sehingga makalah ini dapat di
selesaikan dengan baik.
3. Rekan rekan mahasiswa Fakultas Agama Islam Program Studi Tarbiyah
khususnya, yang telah memberikan sumbangsih, saran, serta masukan,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas dengan baik.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka kami menerima semua saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Besar harapan kami kiranya materi makalah ini dapat bermanfaat bagi
khalayak umum. Akhirnya kami memohon kehadirat Allah SWT semoga apa
yang kami perbuat dapat berguna dan bermanfaat di kemudian hari. Amin…
Penulis.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hidup ini adalah perjalanan yang melelahkan, tanjakan maupun turunan kerap
kali dirasakan oleh setiap pejalan, kita semua adalah pejalan yang dituntut untuk
sampai ke tujuan kita, walaupun banyak rintangan maupun ujian yang kita hadapi
ditengah jalan kehidupan. Oleh sebab itu seorang pejalan hendaklah memiliki
panduan dan pedoman dalam menapaki lika-liku fenomena hidup. Al-Qur’an dan
As-Sunnah adalah pedoman dan panduan yang telah lulus uji coba. Dan ini
terbukti dengan eksistensi keduanya yang bersifat universal dalam segala lini
kehidupan.
Al-Qura’an dan Al-Hadits sebagai dasar utama ajaran agama Islam sebagaimana
disebutkan di atas adalah sesuatu yang saling melengkapi antara satu sama yang
lain, sebab Al-Qura’an tidak akan bisa dipahami tanpa melalui perantaraan Al-
Hadits. Al-Hadits juga tidak memiliki dasar yang kuat tanpa adanya legitimasi
dari Al-Qura’an, bahkan dalam salah satu ayat disebutkan, Dan tiadalah yang
diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain
hanyalah wahyu Allah yang diwahyukan kepadaNya[1].
Mengingat pentingnya peranan Al-Hadits dalam ajaran agama Islam maka tak
dapat disangkal lagi betapa pentingnya pula mengenal tokoh-tokoh yang
berkecimpung dalam dunia Al-Hadits yang telah mengeluarkan energi, tenaga dan
pikiran yang luar biasa untuk dapat mengkalisifikasikan mana hadits yang shohih
dan mana hadits yang dhaif. Mana hadits yang dapat dijadikan hujjah dan mana
hadits yang tak dapat dijadikan hujjah, dan lain sebagainya.
Untuk keperluan ini maka tokoh central yang tak dapat dilupakan jasa-jasanya
adalah Imam Bukhari dan Imam Muslim. Selain keduanya tentu masih banyak
lagi Imam-Imam Hadits yang lain seperti Imam Tirmizi, Imam Nasa,i, Imam Ibnu
Majah, Abu Daud, dan lain-lain sebagainya yang telah mendedikasikan dirinya
untuk mengeksplorasi hadits-hadits yang jumlahnya ratusan ribu, dimana
sebahagian di antaranya banyak hadits-hadits palsu yang diciptakan oleh orang-
orang tertentu yang ingin mengacau balaukan kehidupan beragama ummat Islam.
Oleh karena itulah maka pemilihan terhadap keenam tokoh central ini untuk
menjadi pokok bahasan dalam makalah ini sangat tepat, dengan alasan, karena
hadits-hadits yang dikeluarkan oleh keenam tokoh ini kebanyakan berupa hadist
yang tinggi dari segi nilainya ataupun kualitasnya walaupun ada sebgaian berupa
hadist yang dhaif, sebab keenam tokoh ini memiliki persyaratan yang sangat ketat,
memiliki kriteria yang sangat kritis dan mendapat pengakuan dari kalangan ulama
Hadits tentang ketokohannya dalam bidang Hadits. Begitu pula Sebelum menilik
lebih lanjut seputar Al-Qur’an dan Al-Hadits, ada baiknya kalau kita mengetahui
lebih dahulu biografi dan isi-isi kitab-kitab para muhadditsin, karena berkat
kegigihan merekalah kita sekarang dapat mengetahui hukum dan mempelajari As-
Sunnah dengan metodologi yang baik.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
Demikian menurut pendapat yang kuat. Ia adalah pemimpin para ahli shuffah,
yang menggunakan seluruh waktunya beribadah di masjid nabi. Shuffah adalah
tempat beratap di dalam masjid. Para sahabat yang zuhud itu melindungkan diri
disana. Allah ternyata mengabulkan do’a Nabi s.a.w. agar abu hurairah
dianugerahi hapalan yang kuat. Imam Bukhari, Muslim dan At-Tirmidzi
mentakhrijakan sebuah Hadis darinya, bawa ia pernah berkata: “Aku pernah
mengadu kepada rosulullah s.a.w.: “Wahai Utusan Allah! Aku mendengar banyak
darimu, tetapi aku tidak hapal. “Rasulullah bersabda: “Bentangkan selendangmu!”
Akupun membentangkanya. Lalu rasulullah menceritakan banyak hadis kepadaku
dan aku tidak melupakan sedikitpun apa yang beliau ceritakan kepadaku”.[1]
Pada masa Umar bin Al-Khaththab menjadi khalifah, Abu Hurairah menjadi
pegawai di Bahrain. Namun kemudian Umar mencopotnya . ada yang
mengatakan, ketika Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah ia ingin mengangkatnya
kembali. Namun tidak bersedia.belakangan Mu’awiyah mengangkatnya menjadi
Gubernur Madinah. Umar-yang selalu berusaha menertibkan dengan ketat
periwayatan dari Rasulullah s.a.w.- tampaknya mengingkari banyak riwayat Abu
Hurairah.
Umar pernah berkata kepada Abu Hurairah: “Pilihlah, engkau meninggalkan
periwayatan hadis, atau aku pulangkan engkau ke tanah Daus. “Ketika Abu
Hurairah meriwayatkan sabdah rasulullah s.a.w.: “Barangsiapa berdusta mengatas
namakanku dengan sengaja, hendaklah dia menyediakan pantatnya untuk dijilat
api neraka, “barulah Umar mengakui periwayatan hadisnya. Umarpun berkata:
“Kalau begitu, engkau boleh pergi dan menceritakan hadis!” Abu Hurairah telah
meriwayatkan dari Nabi saw, dari Abu Bakar, Umar, Ustman, Ubai bin Ka’ab,
Utsman bin Zaid, A’isyah, dan sahabat-sahabat lain.
Cukupkanlah kiranya kita mendengar kan dari Imam Syafi’I :” Abu Hurairah
adalah orang yang paling hapal diantara periwayat hadist dimasanya”.
Ibnu Umar dilahirkan tidak lama sesudah Nabi diutus. Umurnyasepuluh tahun
ketika ikut masuk islam bersama ayahnya. Kemudian mendahului ayahnya, ia
hijrah ke Madinah. Pada saat perang Uhud ia masih sangat muda, sehingga
Rasululla saw menganggapnya masih terlalu kecil untuk ikut perang, dan tidak
mengizinkanya. Tetapi setelah perang Uhud, ia banyak mengikuti peperangan,
seperti perang Qadisiyah, Yarmuk, penaklukan Afrika, Mesir dan Persis, serta
penyerbuan Basrah dan Madain.
Az-Zuhri tidak pernah meninggalkan pendapat ibnu Umar untuk untuk beralih
kepada pendapat orang lain. Maliik az_zuhri berkata: ‘sungguh, tak ada suatupun
dari utusan Rosulullah dan para Sahabatnya yang bersembunyi bagi ibnu Umar.’’
Ia meriwayatkan hadis dari Abu Bakar, Umar, Ustman, Sayyidah Aisyah, saudari
kandungnya Sayyidah Hafshah, dan Abdullah bin Mas’ud. Yang meriwayatkan
dari Ibnu Umar banyak sekali, di antaranya Said bin al-Musayyab, al-Hasan al-
Basri, Ibnu Sirin, Nafi’, Mujahid, Thawus, dan Ikrimah. Ia wwafat pada tahun 73
H. ada yang mengatakan bahwa Al-Hajjaj menyusupkan seseorang ke rumahnya
yang lalu membunuhnya.. dikatakan , mula-mula diracun, kemudian di tombak
dan dirajam.[3]
Hadits Abdullah bin Umar yang beliau riwayatkan sebanyak 2630 buah
tersebut diantaranya yang muttafaq ‘alaih, sebanyak 170 buah, yang infarada
bihi’I-Bukhary sebanyak 80 buah dan yang infarada bihi Muslim sebanyak 31
buah.[4]
Tetapi beliau selalu berkata: ‘ma sya’a Allahu kan wa ma lam yasya’lam
yakun’ (Apa pun yang dikehendaki Allah, pasti terjadi. Dan apa yang tidak
dikehendaki tidak akan terjadi).” Anas sendiri tidak pernah ikut pada peperangan
badar yang akbar, karena usianya masih sangat muda. Tetapi ia banyak mengikuti
peperangan sesudahnya.
Pada waktu Abu Bakar meminta pendapat Umar mengenai pengangkatan
anas menjadi pegawai di Bahrain, Umar memujinya: “Dia adalah anak muda yang
cerdas dan bisa baca tulis.” Ia terkenal wira’i dan bertakwa, karena pergaulannya
yang lama dengan rasulullah s.a.w. Pada hari-hari terakhir masa kehidupannya,
Anas pindah ke basrah. Sebagian orang mengatakan bahwa kepindahanya itu
karena ia terkena fitnah Ibn al-Asy’ats yang mendorong Hajjaj mengancamnya.
Maka tidak ada jalan lain bagi Anas kecuali hijrah ke basrah, yang menjadikannya
satu-satunya Sahabat Nabi di sana. Itulah sebabnya para ulama mengatakan:
“Annas bin Malik adalah sahabat terakhir yang meninggal di basrah. Ia waafat
pada tahun 93H dalam usia melampawi batas seratus tahun. Pada hari wafatnya,
Muwarriq berkata: “telah hilang separuh ilmu. Jika ada seseorang yang suka
memperturutkan kesenangannya bila berselisih dengan kami, kami berkata
kepdanya: Marilah menghadap orang yang pernah mendengar daari Nabi s.a.w.’
Sanad paling shahih yang bersumber awalnya darinya ialah: Malik, dari az Zuhri,
dari dia (Anas bin Malik). Sedangkan yang paling dla’if Dawud bin al Muhabbir,
dari ayahnya (Al Muhabbir) dari Abban bin Abi Iyasy dari dia. [5]
Sanad yang paling shahih adalah yang diriwayatkan oleh Yahya bin Sa’id dan
Ubaidullah bin Umar bin Hafshin, dari Al Qasim bin Muhammad, dari Aisyah.
Juga yang diriwayatkan oleh Az Zuhri atau hisyam bin Urwah, dari Urwah bin Az
Zubair, dari Aisyah. Yang paling dla’if adalah yang diriwayatkan oleh Al-harits
bin Syabi, dari Umm An Nu’man dari Aisyah.[7]
Dari jumlah tersebut , 174 buah muttafaq’alaih , 64 buah infarada bihi’l-Bukhary
dan 68 buah infarada bihi Muslim .
Abdullah lahir tiga tahun sebelum hijrah dan Nabi Shallallahu Alaihi
Wassalam mendoakannya “Ya Allah berilah ia pengertian dalam bidang agama
dan berilah ia pengetahuan takwil (tafsir)”.Allah mengabulkan doa Nabi-nya dan
Ibnu Abbas belakangan terkenal dengan penguasaan ilmunya yang luas dan
pengetahuan fikihnya yang mendalam , menjadikannya orang yang dicari untuk di
mintai fatwa penting sesudah Abdullah bin Mas’ud, selama kurang lebih tiga
puluh tahun. tentang Ibnu Abbas, Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah
berkata :”Tak pernah aku melihat seseorang yang lebih mengerti dari pada Ibnu
Abbas tentang ilmu hadits Nabi Shallallahu alaihi Wassalam serta keputusan2
yang dibuat Abubakar ,Umar , dan Utsman“.
Begitu pula tentang ilmu fikih ,tafsir ,bahasa arab , sya’ir , ilmu hitung dan
fara’id. Orang suatu hari menyaksikan ia duduk membicarakan ilmu fiqih, satu
hari untuk tafsir, satu hari lain untuk masalah peperangan, satu hari untuk syair
dan memperbincangkan bahasa Arab. Sama sekali aku tidak pernah melihat ada
orang alim duduk mendengarkan pembicaraan beliau begitu khusu’ nya kecuali
kepada beliau. Dan setiap pertanyaan orang kepada beliau, pasti ada jawabannya”.
Menurut An-Nasa’I, sanad hadits Ibnu Abbas paling Shahih adalah yang
diriwayatkan oleh az-Zuhri, dari Ubaidullah bin Abdullah bin ‘Utba, dari Ibnu
abbas. Sedangkan yang paling Dlaif adalah yang diriwayatkan oleh Muhammad
bin Marwan as-Suddi Ash-Shaghir dan Al-Kalabi, dari Abi Shalih. Rangkaian ini
disebut silsilah Al-Kadzib (silsilah bohong).
Ibnu Abbas mengikuti Perang Hunain, Thaif, Penaklukan Makkah dan haji
wada’. Ia menyaksikan penaklukan Afrika bersama Ibnu Abu as-Sarah. Perang
Jamal dan Perang Shiffin bersama Ali bin Abi Thalib.Ia wafat di Thaif pada tahun
68 H. Ibnu al-Hanafiyah ikut menshalatkanya.
Sanad terkenal dan paling shahih darinya adalah yang diriwayatkan oleh
penduduk Mekah melalui jalur Sufyan bin Uyainah, dari Amr bin Dinar, dari Jabir
bin Abdullah.
Dari jumlah tersebut yang mutafaq’alaih sebanyak 60 buah , yang infarada bihi’l-
Bukhary sebanyak 16 buah dan yang infarada bihi Muslim sebanyak 126 buah .
Abu Sa’id Al-Khudri adalah orang ke tujuh yang banyak meriwayatkan hadist
dari Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. Telah meriwayatkan 1.170 hadits.
Orang orang pernah memintanya agar mengizinkan mereka menulis hadits hadits
yang mereka dengar darinya. Ia menjawab “ Jangan sekali kali kalian menulisnya
dan jangan kalian menjadikan sebagai bacaan, tetapi hapalkan sebagaimana aku
menghapalnya”.
Abi Sa’id lebih dikenal dengan nama aslinya adalah Sa’ad bin Malik bin
Sinan. Ayahnya Malik bin Sinan syahid dalam peperangan Uhud, Ia seorang
Khudri nasabnya bersambung dengan Khudrah bin Auf al-Harits bin al-Khazraj
yang terkenal dengan julukan “Abjar”.
Abu Sa’id al-Khudri adalah salah seorang diantara para sahabat yang
melakukan bai’at kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam mereka berikrar
tidak akan tergoyahkan oleh cercaan orang dalam memperjuangkan agama Allah
Subhanahu wa ta’ala, mereka tergabung dalam kelompok Abu Dzarr al-Ghifari,
Sahl bin Sa’ad, Ubaidah bin ash Shamit dan Muhammad bin Muslimah.
Riwayatnya dari para sahabat lain banyak sekali namun sumber yang paling
terkenal adalah bapaknya sendiri Malik bin Sinan, saudaranya seibu Qatadah bin
an-Nu’man, Abu Bakan, Umar, Utsman, Ali, Abu Musa al-Asy’ari, Zaid bin
Tsabit dan Abdullah bin Salam.
Dia adalah seorang dari Abadilah yang faqih, ia memeluk agama Islam
sebelum ayahnya, kemudian hijrah sebelum penaklukan Mekkah. Abdullah
seorang ahli ibadah yang zuhud, banyak berpuasa dan shalat, sambil menekuni
hadits Rasulullah Shallahllahu ‘alaihi Wassalam. Jumlah hadits yang ia
riwayatkan mencapai 700 hadits, Sesudah minta izin Nabi Shallahu ‘alaihi
Wassalam untuk menulis, ia mencatat hadits yang didengarnya dari Nabi.
Mengenai hal ini Abu Hurairah berkata “ Tak ada seorangpun yang lebih hapal
dariku mengenai hadits Rasulullah, kecuali Abdullah bin Amr bin al-Ash. Karena
ia mencatat sedangkan aku tidak”.
Abdullah bin Amr meriwayatkan hadits dari Umar, Abu Darda, Muadz bin
Jabal, Abdurahman bin Auf, dan beberapa yang lain. Yang meriwayatkan darinya
antara lain Abdullah bin Umar bin Al-Khatthab, as-Sa’ib bin Yazid, Sa’ad bin Al-
Musayyab, Thawus, dan Ikrimah.
Sanad paling shahih yang berpangkal darinya ialah yang diriwayatkan oleh
Amr bin Syu’aib dari ayahnya dan kakeknya Abdullah.
Abdullah bin Amr wafat pada tahun 63 H pada malam pengepungan Al-
Fusthath.
9. Ibnu mas’ud (Abdullah bin Mas’ud) Wafat 32 H
Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Mas’ud bin Ghafil al-Hudzali. Nama
julukannya “ Abu Abdirahman”. Ia sahabat ke enam yang paling dahulu masuk
islam. Ia hijrah ke Habasyah dua kali, dan mengikut semua peperangan bersama
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam. Dalam perang Badar, Ia berhasil
membunuh Abu Jahal.
Sanad paling shahih yang bersumber dari padanya ialah yang diriwayatkan
oleh Suyan ats-Tsauri, dari Mansyur bin al-Mu’tamir, dari Ibrahi, dari alqamah.
Sedangkan yang paling dlaif adalah yang diriwayatkan oleh Syuraik dari Abi
Fazarah dari Abu Said.
Ia meriwayatkan hadits dari Umar dan Sa’ad bin Mu’adz. Yang meriwayatkan
hadits darinya adalah Al-Abadillah (“Empat orang yang bernama Abdullah”),
Anas bin Malik, Jabir bin Abdullah, Abu Musa al-Asy’ari, Alqamah, Masruq,
Syuraih al-Qadli, dan beberapa yang lain. Jumlah hadits yang ia riwayatkan
mencapai 848 hadits.
Beliau datang ke Medinah dan sakit disana kemudian wafat pada tahun 32 H
dan dimakamkan di Baqi, Utsman bin ‘Affan ikut menshalatkannya.
Nama sebenarnya Ummu Salamah adalah Hindun binti Suhail, dikenal dengan
narna Ummu Salamah. Beliau dibesarkan di lingkungan bangsawan dari Suku
Quraisy. Ayahnya bernama Suhail bin Mughirah bin Makhzurn. Di kalangan
kaumnya, Suhail dikenal sebagai seorang dermawan sehingga dijuluki Dzadur-
Rakib (penjamu para musafir) karena dia selalu menjamu setiap orang yang
menyertainya dalam perjalanan. Dia adalah pemimpin kaumnya, terkaya, dan
terbesar wibawanya. Ibu dari Ummu Salamah bernama Atikah binti Amir bin
Rabi’ah bin Malik bin Jazimah bin Alqamah al-Kananiyah yang berasal dari Bani
Faras.
Pada tahun ke-59 hijriah, usia Ummu Salamah telah mencapai 84 tahun. Usia
tua dan pikun merambah di pertambahan umurnya. Allah ta’ala mengangkat
rohnya yang suci naik ke atas menuju hadirat-Nya. Ia meninggal dunia setelah
hidup dengan aktivitas yang dipenuhi oleh pengorbanan, jihad, dan kesabaran di
jalan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Beliau dishalatkan oleh Abu
Hurairah r.a. dan dikuburkan di al-Baqi’ di samping kuburan Ummahatul-
Mukminin lainnya.
Nama lengkap Zainab adalah Zainab binti Jahsy bin Ri’ab bin Ya’mar bin
Sharah bin Murrah bin Kabir bin Gham bin Dauran bin Asad bin Khuzaimah.
Sebelum menikah dengan Rasulullah, namanya adalah Barrah, kemudian diganti
oleh Rasulullah menjadi Zainab setelah menikah dengan beliau. Ibu dari Zainab
bernama Umaimah binti Abdul-Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushai.
Zainab dilahirkan di Mekah dua puluh tahun sebelurn kenabian. Ayahnya adalah
Jahsy bin Ri’ab. Dia tergolong pernimpin Quraisy yang dermawan dan berakhlak
baik. Zainab yang cantik dibesarkan di tengah keluarga yang terhormat, sehingga
tidak heran jika orang-orang Quraisy rnenyebutnya dengan perempuan Quraisy
yang cantik.
Zainab termasuk wanita pertarna yang memeluk Islam. Allah pun telah
menerangi hati ayah dan keluarganya sehingga memeluk Islam. Dia hijrah ke
Madinah bersama keluarganya. Ketika itu dia masih gadis walaupun usianya
sudah layak menikah.
Zainab mulai memasuki rurnah tangga Rasulullah dengan dasar wahyu Allah.
Dialah satu-satunya istri Nabi yang berasal dan kerabat dekatnya. Rasulullah tidak
perlu meminta izin jika memasuki rumah Zainab sedangkan kepada istri-istri
lainnya beliau selalu meminta izin. Kebiasaan seperti itu ternyata menimbulkan
kecemburuan di hati istri Rasul lainnya.
Zainab berkata kepada Nabi, “Aku adalah istrimu yang terbesar haknya atasmu,
aku utusan yang terbaik di antara mereka, dan aku pula kerabat paling dekat di
antara mereka. Allah menikahkanku denganmu atas perintah dan langit, dan Jibril
yang membawa perintah tersebut. Aku adalah anak bibimu. Engkau tidak
memiliki hubungan kerabat dengan mereka seperti halnya denganku.” Zainab
sangat mencintai Rasulullah dan merasakan hidupnya sangat bahagia. Akan tetapi,
dia sangat pencemburu terhadap istri Rasul lainnya, sehingga Rasulullah pernah
tidak tidur bersamanya selama dua atau tiga bulan sebagai hukuman atas
perkataannya yang menyakitkan hati Shafiyyah binti Huyay bin Akhtab wanita
Yahudiyah
Zainab binti Jahsy adalah istri Rasulullah yang pertama kali wafat menyusul
beliau, yaitu pada tahun kedua puluh hijrah, pada masa kekhalifahan Umar bin
Khattab, dalarn usianya yang ke-53, dan dimakamkan di Baqi. Dalarn sebuah
riwayat dikatakan bahwa Zainab berkata menjelang ajalnya, “Aku telah
rnenyiapkan kain kafanku, tetapi Umar akan mengirim untukku kain kafan, maka
bersedekahlah dengan salah satunya. Jika kalian dapat bersedekah dengan sernua
hak-hakku, kerjakanlah dari sisi yang lain.” Sernasa hidupnya, Zainab banyak
mengeluarkan sedekah di jalan Allah.
Tentang Zainab, Aisyah berkata, “Semoga Allah mengasihi Zainab. Dia banyak
menyamaiku dalarn kedudukannya di hati Rasulullah. Aku belum pernah melihat
wanita yang lebih baik agamanya daripada Zainab. Dia sangat bertakwa kepada
Allah, perkataannya paling jujur, paling suka menyambung tali silaturahmi, paling
banyak bersedekah, banyak mengorbankan diri dalam bekerja untuk dapat
bersedekah, dan selalu mendekatkan diri kepada Allah. Selain Saudah, dia yang
memiliki tabiat yang keras.”
Muadz bin Jabal bin Amr bin Aus al-Khazraji, dengan nama julukan “Abu
Abdurahman”, dilahirkan di Madinah. Ia memeluk Islam pada usia 18 tahun, Ia
mempunyai keistimewaan sebagai seorang yang sangat pintar dan berdedikasi
tinggi. Dari segi fisik, ia gagah dan perkasa. Allah juga mengaruniakan kepadanya
kepandaian berbahasa serta tutur kata yang indah, Muadz termasuk di dalam
rombongan yang berjumlah sekitar 72 orang Madinah yang datang berbai’at
kepada Rasulullah. Setelah itu Muadz kembali ke Madinah sebagai seorang
pendakwah Islam di dalam masyarakat Madinah. Ia berhasil mengislamkan
beberapa orang sahabat yang terkemuka seperti misalnya Amru bin Al-Jamuh.
Lalu mereka bertiga keluar ke Hims dan mereka meninggalkan Ubaidah bin
As-Somit di sana, Abu Darda’ pergi ke Damsyik. Muaz bin Jabal terus berlalu
pergi ke negara Urdun. Muaz bin Jabal berada di Urdun pada saat negeri tersebut
tengah terserang wabah penyakit menular.
Mu’adz bin Jabal wafat tahun 18 H ketika terjadi wabah hebat di Urdun
tersebut, waktu itu usianya 33 tahun .
Abu Dzaar al-Ghifari Nama aslinya adalah Jundab bin Junadah dinisbatkan
kepada kakeknya Junadah yang berasal dari Ghifar, ia seorang Kinani. Abu Dzarr
orang yang ahli ibadah sebelum diutusnya Nabi Shallallahu alaihi wassalam. Ia
adalah sahabat kelima yang lebih dulu masuk Islam, Ia baru bisa Hijrah setelah
perang Khandaq.
Abu Dzarr seorang yang zuhud tidak pernah menyimpan makanan untuk hari
esok. Namun dimasa pemerintahan Utsman, ia mengajak orang orang untuk
mendirikan semacam baitul mal, hal ini didorong rasa kemanusiaan namun
Utsman bin Affan tidak tertarik akan gagasan itu dan selanjutnya ia mengasingkan
ke Rabadzah dan menetap disitu sampai wafatnya. Pada saat wafatnya yang
kebetulan Ibnu Mas’ud lewat ke Rabadzah dan menshalatkannya jenazahnya.
Abu Dzaar meriwayatkan hadits dari Umar, Ibnu abbas, Ibnu Umar dan lainnya.
Yang diriwayatkan darinya antara lain Al-Hanaf bin Qais, Abdurahman bin
Ghanam dan Atha’.
Sanad paling shahih yng berpangkal daripadanya ialah yang diriwayatkan dari
penduduk syam dari jalur Sa’id bin Abdil Aziz, dar Rabi’ah bin Yazid, dari Abu
Idris al-Khaulani, dari Abu Dzarr.
Nama lengkapnya adalah Sa’ad bin Abi Waqqash bin Uhaib Az-Zuhri dengan
julukan “Abu Ishaq”, Ia adalah salah seorang diantara sepuluh orang sahabat yang
mendapat kabar gembira bakal masuk surga, dan orang yang pertama dalam
melontarkan panah dalam perang Sabillillah, ia orang yang ke empat lebih dulu
masuk Islam melalui tangan Abu Bakar ketika umurnya 17 tahun.
Sa’ad bin Abi Waqqash adalah penguasa Irak dimasa pemerintahan Umar bin
Khaththab yang berlanjut pada masa pemerintahan Utsman bi Affan. Ia adalah
seorang diantara enam sahabat orang yang dicalonkan menjadi Khalifah, sejak
bencana besar atas terbunuhnya Utsman.
Yang meriwayatkan hadits darinya adalah Mujahid, Alqamah bin Qais as sa’ib bin
Yazid, Sanad paling shahih berpangkal darinya adalah yang diriwayatkan oleh Ali
bin Husain bin Ali, dari Sa’id bin al-Musayyab, darinya (Sa’ad bin Abi Waqqash).
Nama lengkapnya adalah Uwaimir bin Zaid bin Qais, seorang sahabat perawi
hadist dari Anshar, dari kabilah Khajraj, ia hapal al-Quran dari Rasulullah
Shallallahu alaihi wassalam. Dalam perang Uhud Rasulullah bersabda mengenai
dirinya “ Prajurit berkuda paling baik adalah Uwaimir” Beliau ini dipersaudarakan
oleh Rasulullah dengan Salman Al Farisi. Dia mengikuti semua peperangan yang
terjadi setelah perang Uhud.
Pada masa pemerintahan Khalifah Utsman, Abu Darda’ diangkat menjadi Hakim
di daerah Syam, Ia adalah mufti (pemberi fatwa) penduduk Syam dan ahli Fiqh
penduduk Palestina.
Ia meriwayatkan hadits dari Sayyidah Aisyah dan Zaid bin Tsabit, sedangkan
yang meriwayatkan darinya ialah anaknya sendiri Bilal dan istrinya Ummu
Darda’. Hadits yang dia riwayatkan mencapai 179 hadits. Tentang dia Masruq
berkata:” Aku mendapatkan ilmu Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam pada
enam orang diantaranya dari Abu Darda“.