Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN KEBIASAAN MENYIKAT GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES

GIGI PADA ANAK SD DI SDN JATIWARNA III


KOTA BEKASI

Siti Fatimah1, Devi Amelia Kartika Putri2


1. Program Studi Sarjana Keperawatan
2. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam As-syafi’iyah Jakarta, Indonesia
*email : siti fatimah.fikes@uia.ac.id
deviameliakp@gmail.com

ABSTRAK
Pendahuluan pada usia 6-12 tahun diperlukan perawatan gigi lebih intensif. Berdasarkan hasil
survey di SD Negeri Jatiwarna III Pondok Melati Bekasi, didapatkan bahwa dari 30 siswa terdapat
sekitar 15 siswa yang mengatakan suka mengkonsumsi makanan yang mengandung gula, seperti
permen, biskuit, coklat, eskrim dan jarang menyikat gigi. Karies gigi adalah gigi berlubang yang
ditandai dengan adanya plak yang disebabkan bakteri yang memproduksi asam. Menyikat gigi
adalah membersihkan gigi dari sisa-sisa makanan, bakteri dan plak. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui hubungan kebiasaan menyikat gigi dengan kejadian karies gigi pada anak SD di
SDN Jatiwarna III, Bekasi. Metodologi Penelitian desain penelitian ini adalah deskriptif korelasi
dengan menggunakan metode survey dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam
penelitian ini sebanyak 372 orang dengan sampel 79 responden yang dipilih secara purposive
sampling. Instrumen penelitian yang dilakukan menggunakan kuesioner dan alat observasi.
Analisis yang digunakan adalah univariat dan bivariat menggunakan uji Chi-Squaredengan α = 5%.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan kebiasaan menyikat gigi dengan karies gigi p
value 0,003< 0,05. Simpulan dalam penelitian ini adalah adanya hubungan antara kebiasaan
menyikat gigi dengan kejadian karies gigi. Saran penulis adalah peran orangtua sangat
mempengaruhi.

Kata kunci : karies gigi, menyikat gigi

ABSTRACT
Introduction at the age of 6-12 years required more intensive dental treatment. Based on the
results of the survey in primary schools Jatiwarna III Pondok Melati Bekasi, found that of the 30
students, there are about 15 students who say like to consume foods that contain sugar, such as
candy, cookies, chocolate, ice cream and rarely brushing teeth. Dental caries are cavities that are
characterized by the presence of plaque caused by bacteria that produce acid. Brushing your teeth
is to clean the teeth of the remains of food, bacteria and plaque. The purpose of this study was to
determine the relationship brushing with the incidence of dental caries in primary school student in
SDN Jatiwarna III, Bekasi. This research method This study was a descriptive correlation with
survey method with cross sectional approach. The population in this study were 372 people with a
sample of 79 respondents were selected by purposive sampling. Instruments on research conducted
using questionnaires and observation tools. The analysis is univariate and bivariate using Chi-
square test with α = 5%. The results showed an association brushing with dental caries 0,003 p
value <0.05. The conclusion of this study is the relationship between toothbrushing habits with
incidence of dental caries. Suggestions author is the role of parents is affecting.

Keywords: brushing, dental caries


LATAR BELAKANG diawali dari masalah kebersihan gigi dan
Gigi merupakan satu kesatuan mulut (Ghofur, 2012).
dengan anggota tubuh kita yang lain. Karies adalah penyakit/ kelainan
Kerusakan pada gigi dapat mempengaruhi yang terjadi pada jaringan keras gigi
kesehatan anggota tubuh yang lainnya akibat demineralisasi jaringan keras gigi.
sehingga dapat mengganggu aktivitas Kondisi ini disebabkan oleh bakteri dalam
sehari-hari. Salah satu faktor yang plak. Tanda awalnya berupa terjadinya
berpengaruh terhadap kesehatan gigi perubahan warna (ada juga yang tampak
adalah makanan dan minuman, yang mana seperti "berkapur") di permukaan gigi.
ada yang menyehatkan gigi dan pula yang Semakin lama daerah ini akan berubah
merusak. Upaya kesehatan gigi perlu warna menjadi lebih gelap (cokelat/hitam)
ditinjau dari aspek pengetahuan, lalu terbentuklah lubang.Jika jaringan
lingkungan, pendidikan, kesadaran keras sudah rusak, struktur gigi tidak bisa
masyarakat dan penanganan kesehatan lagi diregenerasi. Rasa nyeri akan muncul
gigi termasuk pencegahan dan perawatan apabila karies sudah mencapai saraf gigi.
gigi, namun sebagian besar orang Penanggulangan dini karies gigi sangat
mengabaikan kondisi kesehatan gigi penting. Karies adalah penyebab utama
secara keseluruhan. Kesehatan gigi kehilangan gigi yang terlalu cepat
dianggap tidak terlalu penting padahal (premature loss) gigi sulung (Fiereza,
manfaatnya sangat penting dalam 2012).
menunjang kesehatan dan keterampilan Pada usia 6-12 tahun diperlukan
(Pratiwi, 2012). perawatan lebih intensive karena pada
Menurut WHO diperkirakan usia tersebut terjadi pergantian gigi dan
bahwa 90% dari anak-anak usia sekolah di tumbuhnya gigi baru. Anak memasuki
seluruh dunia dan sebagian besar orang usia sekolah mempunyai resiko
dewasa pernah menderita karies. Menurut mengalami karies makin tinggi.
penelitian di negara-negara Eropa, Banyaknya jajanan di sekolah, dengan
Amerika dan Asia, termasuk Indonesia, jenis makanan dan minuman yang manis,
ternyata 80-95% dari anak-anak dibawah sehingga mengancam kesehatan gigi anak.
umur 18 tahun terserang karies gigi. Ibu perlu mengawasi pola jajan anak di
Angka kerusakan gigi di Indonesia sekolah. Jika memungkinkan, anak tidak
berdasarkan survey kesehatan yang dibiasakan untuk jajan di sekolah sama
dilakukan Kemenkes RI pada 2014 sekali. Misalnya dengan membawa bekal
menemukan sekitar 70 persen penduduk makanan sendiri dari rumah yang ibu
Indonesia berusia 10 tahun ke atas persiapkan. Itu akan lebih baik daripada
mengalami kerusakan gigi. Pada usia 12 anak terlalu sering mengkonsumsi jajanan
tahun, jumlah kerusakan gigi mencapai anak di sekolah yang lebih rentan terhadap
43,9 persen, usia 15 tahun mencapai 37,4 masalah kebersihan dan kandungan
persen, usia 18 tahun 51,1 persen, usia 35- gizinya. Kalaupun anak masih ingin jajan
44 mencapai 80,1 persen, dan usia 65 di sekolah, lebih baik diarahkan untuk
tahun ke atas mencapai 96,7 persen. Hal tidak memilih makanan yang manis.
ini menunjukkkan bahwa penyakit karies Makanan manis dengan konsistensi
atau gigi berlubang masih menjadi lengket jauh lebih berbahaya, karena lebih
masalah bagi penduduk Indonesia, data ini sulit dibersihkan dari permukaan gigi.
tentu saja tidak bisa dianggap ringan. Hal Makanan yang lengket akan melekat pada
ini karena beberapa penyakit berbahaya permukaan gigi dan terselip didalam
seperti jantung, paru-paru, berat bayi lahir celah-celah gigi sehingga merupakan
yang rendah, kelahiran prematur, bisa makanan yang paling merugikan
kesehatan gigi. Kerugian ini terjadi akibat
proses metabolisme oleh bakteri yang dengan hasil 15 anak mengatakan
berlangsung lama sehingga menurunkan menyikat gigi hanya dilakukan pada pagi
pH mulut untuk waktu lama (Ramadhan, hari dan kadang-kadang sebelum tidur
2013). malam.
Pada anak prasekolah, karies gigi
banyak disebabkan karena adanya METODOLOGI PENELITIAN
kebiasaan yang kurang baik. Pada 1. Desain Penelitian
umumnya anak usia prasekolah tersebut Jenis penelitian yang
mempunyai kebiasaan mengkonsumsi dilakukan adalah penelitian deskriptif
makanan yang manis atau yang korelasi yang datanya diperoleh
mengandung gula murni seperti permen, dengan menggunakan metode survey
cokelat, dan donat. Di lain pihak anak dengan pendekatan Cross Sectional.
prasekolah memiliki kebiasaan menyikat Dalam penelitian ini yang akan dicari
gigi hanya setelah makan, sebelum dan adalah hubungan kebiasaan menyikat
sesudah tidur (Anto, 2013). gigi dengan kejadian karies gigi pada
Banyak yang mengeluhkan bahwa anak SD. Penelitian ini bersifat
perawatan gigi anak, terutama anak balita kuantitatif yang bertujuan untuk
sulit dan banyak memerlukan waktu. menguraikan variabel independen dan
Keluhan ini dapat dimengerti karena variabel dependen, memeriksa
banyak orang tua yang belum sadar betul hubungan antara variabel independen
akan perlunya perawatan gigi anak. Pada dan dependen.
umumnya orang berangggapan bahwa gigi
anak tidak perlu dirawat, karena nantinya 2. Tempat dan Waktu Penelitian
gigi anak diganti dengan gigi dewasa. a. Tempat Penelitian
Sebagian dokter gigi juga enggan atau Penelitian dilakukan di SD
selalu mengalami kesulitan bila merawat Negeri Jatiwarna III Pondok
gigi anak. Pada kenyataannya gigi anak Melati, Bekasi.
dijumpai di klinik sudah parah
keadaannya anak menderita sakit gigi b. Waktu Penelitian
dengan segala macam akibatnya. Sebagai Penelitian ini dilaksanakan
tenaga dalam bidang kesehatan, sudah pada bulan April- Juli 2017.
sewajarnya kalau dokter gigi berperilaku
yang profesional dan etis untuk menagani c. Populasi
juga kesehatan gigi dan mulut dengan Populasi dalam penelitian
sebaik – baiknya (Harun, 2010). ini adalah seluruh siswa-siswi SD
Berdasarkan hasil survey di SD Negeri Jatiwarna III Pondok
Negeri Jatiwarna III Pondok Melati Melati, Bekasi dengan jumlah
Bekasi,didapatkan bahwa dari 30 siswa populasi sebanyak 372 anak.
terdapat sekitar 15 siswa yang
mengatakan suka mengkonsumsi makanan d. Sampel
yang mengandung gula, seperti permen, Sampel menggunakan
biskuit, coklat, eskrim dan jarang rumus Slovin menjadi 79
menyikat gigi. Data yang didapat adalah responden. Teknik yang digunakan
dengan melakukan pemeriksaan langsung adalah Purposive Sampling yaitu
pada gigi anak dengan hasil dari 15 anak setiap subyek dalam populasi tidak
didapatkan 12 anak yang mengalami mempunyai kesempatan yang
karies gigi dengan keadaan gigi sama untuk terpilih sebagai sampel
berlubang, banyak plak hitam dan peneliti penelitian.
juga menanyakan kebiasaan menyikat gigi
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan tabel 3 dapat
1. Analisa Univariat terlihat bahwa frekuensi anak
a. Gambaran Karakteristik Anak menurut masing-masing kelas satu
1) Usia Responden 14 orang dengan persentase 17,7%,
kelas dua 13 orang dengan
Tabel 1 Distribusi Frekuensi dan persentase 16,5%, kelas tiga 15
Persentase Anak Menurut Usia orang dengan persentase 19%,
No Usia Frekuensi Persentase kelas empat 12 orang dengan
1 6-9 tahun 56 70,9 persentase 15,2%, kelas lima 13
2 10-12 tahun 23 29,1 orang dengan persentase 16,5%
Total 79 100 dan kelas enam 12 orang dengan
persentase 15,2%.
Berdasarkan tabel 1 dapat
terlihat bahwa frekuensi pada b. Gambaran Kebiasaan Menyikat
anak usia 6-9 tahun sebanyak 56 Gigi Pada Anak
orang dengan persentase 70,9%,
usia 10-12 tahun sebanyak 23 Tabel 4 Distribusi Frekuensi Kebiasaan
orang dengan persentase 29,1%. Menyikat Gigi Pada Anak
Kebiasaan Menyikat Frekue Persent
2) Jenis Kelamin Anak Gigi Anak nsi ase
Tidak Baik 40 50,6
Tabel 2 Distribusi Frekuensi dan Baik 39 49,4
Persentase Jenis Kelamin Anak Total 79 100
No Jenis Frekuensi Persentase
Kelamin Dari tabel 4 diatas dapat
1 Laki-laki 32 40,5 dilihat dari 79 responden yang
2 Perempuan 47 59,5 diteliti terdapat 40 anak
Total 79 100 mempunyai kebiasaan menyikat
gigi tidak baik dengan persentase
Berdasarkan tabel 2 dapat 50,6% dan 39 anak mempunyai
terlihat bahwa frekuensi anak kebiasaan menyikat gigi baik
menurut jenis kelamin terdiri dari dengan persentase 49,4%.
laki-laki sebanyak 32 responden
dengan persentase 40,5% dan c. Gambaran Karies Gigi Pada
perempuan sebanyak 47 Anak
responden dengan persentase
59,5%. Tabel 5 Karies Gigi di SD Negeri
Jatiwarna III
3) Kelas Karies Gigi Frekuensi Persentase
Tidak Karies 29 36,7
Tabel 3 Distribusi Frekuensi dan Karies 50 63,3
Persentase Kelas Anak Total 79 100
No Kelas Frekuensi Persentase
1 Satu 14 17.7 Dari tabel 5 dapat dilihat
2 Dua 13 16.5 dari 79 responden yang diteliti
3 Tiga 15 19 terdapat 29 anak yang tidak
4 Empat 12 15.2 karies dengan persentase 36,7%,
5 Lima 13 16.5 dan 50 anak mengalami karies
6 Enam 12 15.2 dengan perentase 63,3%.
Total 79 100
2. Analisis Bivariat dengan α = 5% dan derajat bebas = 1
Analisis bivariat dalam dengan x20,05 (1) = 3,841), maka
penelitian ini adalah analisis hipotesis nol ditolak.Cara lain adalah
hubungan kebiasaan menyikat gigi dengan membandingkan nilai p
dengan kejadian karies gigi pada dengan α = 5% karena nilai p = 0,003
siswa SD di SD Negeri Jatiwarna III, lebih kecil dari 5%, maka hipotesis
Bekasi dengan variabel kebiasaan nol ditolak. Dapat disimpulkan secara
menyikat gigi dengan karies gigi. statistik adanya hubungan yang
Analisis ini menggunakan Uji Chi- signifikan antara kebiasaan menyikat
Square berdasarkan tabel kontingensi gigi dengan karies gigi, artinya
yang disajikan dalam tabel sebagai kebiasaan menyikat gigi berpengaruh
berikut : terhadap karies gigi.
Hasil perbandingan nilai C
Tabel 6 Hubungan Kebiasaan Menyikat dengan C max diperoleh nilai 44,6%.
Gigi Dengan Karies Gigi Nilai ini menunjukkan bahwa derajat
Frekuensi Karies Gigi Total keeratan pengaruh yang positif dan
Menyikat Gigi Karies Tidak erat dari kebiasaan menyikat gigi
Karies dengan karies gigi. Berdasarkan tabel
Tidak Baik 31 8 39 klasifikasi batas-batas nilai derajat
39,2% 10,1% 49,4% keeratan sebesar 0,707, dengan
Baik 19 21 40 demikian hasil penelitian dapat
24,1% 26,6% 50,6% diklasifikasikan pada kategori cukup
Total 50 29 79 kuat.
63,3% 36,7% 100%
PEMBAHASAN
Berdasarkan tabel tabulasi
1. Analisa Univariat
silang hubungan kebiasaan menyikat
a. Gambaran Kebiasaan Menyikat
gigi dengan kejadian karies gigi dapat
Gigi
dilihat dari 79 responden dengan Menyikat gigi adalah
kebiasaan menyikat gigi tidak baik, membersihkan dari sisa-sisa
sebesar 39,2% responden mengalami makanan, bakteri dan plak. Dalam
karies, dan 10,1% responden membersihkan gigi, harus
mengalami tidak karies. Sedangkan memperhatikan pelaksanaan waktu
kebiasaanmenyikat gigi baik, sebesar yang tepat dalam membersihkan
24,1% mengalami karies dan 26,6% gigi, penggunanan alat yang tepat
mengalami tidak karies. untuk membersihkan gigi, dan cara
yang tepat untuk membersihkan
Tabel 7Chi-Square Tests gigi. Pada usia anak sekolah (6-12
Asymp. Sig.
Value Df (2-sided)
Tahun) menurut Potter & Perry
(2009) sering disebut sebagai
Pearson Chi-Square 8.696a 1 .003
masa-masa laten yang rawan,
N of Valid Cases 79 karena pada masa itulah gigi susu
a. 0 cells (,0%) have expected count less than mulai tanggal satu persatu dan gigi
5. The minimum expected count is 17,28. permanen pertama mulai tumbuh.
b. Computed only for a 2x2 table.
Dengan adanya variasi gigi susu
dan gigi permanen bersama-sama
Berdasarkan tabel diatas di dalam mulut, menandai masa
terlihat bahwa nilai Chi-Square (x2) = gigi campuran pada anak. Gigi
8,696 lebih besar dari x2 tabel (x2 yang baru tumbuh belum matang
sehingga rentan terhadap menyikat gigi yang baik adalah
kerusakan. Fungsi menyikat gigi membersihkan seluruh bagian gigi
yaitu untuk menghilangkan sisa- dengan gerakan vertikal dan
sisa makanan yang ada di sela-sela gerakan lembut (Wong, 2009).
dan di permukaan gigi. Sisa Seluruh permukaan gigi dalam,
makanan bila tidak dibersihkan luar dan pengunyah harus disikat
akan mengalami pembususkan dengan teliti dan menyikat gigi
oleh bakteri Streptococcus Mutan. dengan sekuat tenaga tidak
Dari hasil penelitian yang dianjurkan karena dapat merusak
dilakukan oleh penulis email gigi karena vibrasi (Potter &
menunjukkan bahwa siswa yang Perry, 2009).
memiliki kebiasaan menyikat gigi
tidak baik sebesar 40 responden 1. Analisa Bivariat
(50,6%) dan siswa yang memiliki Berdasarkan penelitian yang
kebiasaan menyikat gigi baik dilakukan pleh Fitrohpiyah, (2014)
sebesar 39 responden (49,4%). menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan p value
b. Gambaran Karies Gigi 0,778 yaitu antara kebiasaan
Karies gigi merupakan menyikat gigi dengan karies gigi.
penyakit multifaktorial dengan Namun penelitian ini tidak sesuai
empat faktor utama yang saling dengan penelitian yang dilakukan
mempengaruhi yaitu hospes(saliva oleh Setiyawan (2012) menunjukkan
dan gigi), mikroorganisme, subtrat bahwa terdapat hubungan antara
atau diet, sebagai faktor tambahan kebiasaan menyikat gigi pada malam
yaitu waktu. Faktor sekunder lain hari dengan karies gigi.
yang penting adalah praktik Secara umum penyakit yang
hygiene oral, aliran saliva (Alpers, menyerang gigi dimulai dengan
2014). Penyebab penyakit tersebut adanya plak pada gigi. Plak timbul
karena konsumsi makanan yang dari sisa-sisa makanan yang
manis dan lengket, malas atau mengendap pada lapisan gigi
salah dalam menyikat gigi, kemudian berinteraksi dengan bakteri
kurangnya perhatian kesehatan yang banyak terdapat dalam mulut,
gigi dan mulut atau bahkan tidak seperti Streptococcus Mutan. Plak
pernah sama sekali memeriksa merupakan momok bagi mulut dan
kesehatan gigi (Listiono, 2012). tidak terlihat oleh mata. Plak akan
Hasil penelitian yang bergabung dengan air liur yang
penulis lakukan menunjukkan mengandung kalsium, membentuk
bahwa siswa yang mengalami endapan garam mineral yang keras.
tidak karies sebesar 29 siswa Pertumbuhan plak dipercepat dengan
(36,7%), dan 50 anak mengalami meningkatnya jumlah bakteri dalam
karies (63,3%). Angka siswa yang mulut dan terakumulasinya bakteri
mengalami karies cukup tinggi. dan sisa makanan. Jika tidak
Besarnya persentase siswa yang dibersihkan, maka plak akan
mengalami karies disebabkan oleh membentuk mineral yang disebut
mengkonsumsi makanan manis, dengan karang gigi yang
tetapi juga kondisi ini di pengaruhi meningkatkan resiko karies gigi
oleh beberapa faktor diantaranya (Muttaqin dkk, 2014).
adalah kebiasaan menyikat gigi Hasil uji Chi-Square
yang tepat dan benar. Cara didapatkan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara kebiasaan frekuensi menyikat gigi dari bagian
menyikat gigi dengan karies gigi kesehatan sekolah.
dengan p value 0,003. 2. Sebaiknya sekolah mengadakan
pemeriksaan kesehatan gigi setiap 6
SIMPULAN bulan sekali.
1. Gambaran kebiasaan menyikat gigi 3. Orangtua lebih memperhatikan
pada anak SD di SD Negeri Jatiwarna kebiasaan menyikat gigi pada anak
III, Bekasi didapatkan hasil dari 79 minimal 2-3 kali sehari.
responden yang diteliti terdapat 40 4. Orangtua lebih memperhatikan
anak mempunyai kebiasaan menyikat makanan anak, terutama makanan
gigi tidak baik dengan persentase manis seperti permen, coklat, es krim
50,6% dan 39 anak mempunyai dan sebagainya.
kebiasaan menyikat gigi baik dengan
persentase 49,4%. DAFTAR PUSTAKA
2. Gambaran karies gigi pada anak SD di Alpers, Ann. 2014. Buku Ajar Pediatri
SD Negeri Jatiwarna III, Bekasi Rudolph, edisi 20 volume 2.
didapatkan hasil dari 79 responden Jakarta : EGC.
yang diteliti terdapat 29 anak yang Comic, Wong. 2010.Seri Rahasia Alam 59
tidak mengalami karies dengan Rahasia Gigi. Jakarta : PT. Elex
persentase 36,7%, dan 50 anak Media Komputindo.
mengalami karies dengan perentase Fitrohpiyah, I. 2014. faktor-faktor yang
63,3%. berhubungan dengan karies gigi
3. Hubungan kebiasaan menyikat gigi pada anak usia sekolah di sekolah
dengan karies gigi, pada tabel 7 dapat dasar Negeri Kampung Sawah III
terlihat bahwa nilai Chi-Square (X2 ) = Kota Tangerang Selatan Provinsi
8,696 lebih besar dari x2 tabel (x2 Banten Tahun 2014.
dengan α = 5% dan derajat bebas = 1 Ghofur, A. 2012. Buku Pintar Kesehatan
dengan x20,05 (1) = 3,841), sedangkan Gigi dan Mulut. Yogyakarta :
nilai P (Asymp. Sig. (2 sided)) = 0,003 Penerbit Mitra Buku,
nilai ini lebih kecil dari α = 5%, maka Harun, A, dkk. 2014. Karies
hipotesis nol ditolak. Dengan DanPerwatan Pulpa Pada Anak
demikian terdapat hubungan antara Secara Komprehensif. Makassar:
kebiasaan menyikat gigi dengan karies Bimer.
gigi. Hasil perbandingan nilai C Hongini, Siti, Y & Aditiawarman. 2012.
dengan C maks diperoleh nilai 44,6%. Kesehatan Gigi dan Mulut.
Nilai ini menunjukkan bahwa derajat Bandung : Pustaka Reka Cipta..
keeratan pengaruh yang positif dan Hutapea, A. 2010. Keajaiban-keajaiban
erat dari kebiasaan menyikat gigi dalam Tubuh Manusia. Jakarta:
dengan karies gigi. Berdasarkan tabel Gramedia Pustaka Utama.
klasifikasi batas-batas nilai derajat Kusumawardani, E. 2014. Buruknya
keeratan sebesar 0,707, dengan Kesehatan Gigi dan Mulut.
demikian hasil penelitian dapat Yogyakarta : Hanggar Kreator.
diklasifikasikan pada kategori sangat Mahfoedz, I. 2012. Menjaga Kesehatan
cukup kuat. Gigi Dan Mulut Anak-anak dan
Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitrimaya.
SARAN Mansjoer, A. 2009. Kapita Selekta
1. Hendaknya ada media informasi dan Kedokteran Edisi Ketiga Jilid
penyuluhan tentang cara menyikat Pertama. Jakarta: Media
gigi, waktu menyikat gigi dan Aesculapius FKUI.
Margareta, S. 2012.101 Tips & Terapi Suryawati, Ni Putu & Tim. 2012. 1000
Alami Agar Gigi Putih Dan Sehat. Pertanyaan Penting Merawat Gigi
Yogyakarta : Pustaka Cerdas. Anak. Jakarta : Dian Rakyat.
Maulani, C. 2013. Seluk Beluk Kawat Tarigan. R. 2015. Karies Gigi, Ed. 2.
Gigi. Jakarta : PT. Elex Media Jakarta : EGC.
Komputindo. Tarwoto dkk. 2013. Anatomi dan
Muttaqin, Arief dkk. 2014.Gangguan Fisiologi Untuk Mahasiswa
Gastrointestinal. Banjarmasin. Keperawatan. Jakarta : TransInfo
Notoatmodjo, S. 2013. Metodologi Media.
Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Wong, 2009. Buku Ajar Keperawatan
Rineka Cipta. Pediatrik. Jakarta: EGC.
Perry, A, G & Potter, P, A. 2009. Buku
Ajar Fundamental Keperawatan.
Jakarta : EGC.
Ramadhan, AG. 2013. Serba-Serbi
Kesehatan Gigi dan Mulut.
Jakarta: Bukune.
Sariningsih. E. 2012. Merawat Gigi Anak
Sejak Usia Dini. Jakarta : Elex
Media Komputindo.

Saryono. 2012. Metodologi Penelitian


Kesehatan Penuntun Praktis Bagi
Pemula. Jogjakarta : Mitra
Cendikia Press.
Setiyawan R. 2014. Hubungan kebiasaan
menggosok gigi sebelum tidur
malam dengan karies gigi pada
anak usia sekolah di Madrasah
Ibtidaiyah Al-istiqomah
Tangerang”. Skripsi FIK UI.
Silvia dkk. 2013. Hubungan Frekuensi
Menyikat Gigi dengan Tingkat
Kebersihan Gigi dan Mulut Siswa
Sekolah Dasar Negeri di
Kalimantan Palaran Kota Madya
Samarinda Provinsi Kalimantan
Timur”. Maj. Ked. Gigi. (Dent. J)
Soebroto, I. 2013. Apa Yang Dikatakan
Dokter Tentang Kesehatan Gigi
Anda. Yogyakarta : Booksmark.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Kuantitatif dan Kualitatif.
Bandung : Alfabet.
Suharsimi. 2013. A Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik Edisi
Revisi VI. Jakarta : Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai