Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY NY.R


DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH
DIRUANG NICU RSUD DR.SOEKARJO
KOTA TASIKMALAYA
Tugas ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memenuhi nilai mata kuliah praktek klinik keperawatan anak

Disusun oleh :
Zahra shabiru ghaffia labib hilmi
E2214401008

PROGRAM STUDI DIII KEPERWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2023
A. Definisi BBLSR

Berat badan lahir merupakan salah satu sarana untuk memprediksi angka kesakitan
dan kematian pada anak. Selain itu, ini merupakan indikator untuk memprediksi
kesehatan ibu serta memprediksi risiko malnutrisi, penyakit jantung, penyakit ginjal,
dan kematian pada anak di kemudian hari. Berat badan bayi dikategorikan sangat
rendah berada di bawah 1500 gram. Kondisi BBLSR, umumnya disebabkan oleh
kelahiran prematur. Ini penyebab, gejala, dan pengobatannya.

Secara global, jumlah keseluruhan kasus bayi berat lahir rendah diperkirakan sebesar
15 hingga 20% dari semua kelahiran bayi yang mewakili > 20 juta kelahiran dalam
setahun. Salah satu yang melatarbelakangi kondisi ini adalah kelahiran prematur.

Berat lahir adalah berat badan neonatus pada saat kelahiran yang ditimbang dalam
waktu satu jam sesudah lahir. Berat badan merupakan ukuran antropometri yang
terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan
digunakan untuk mendiagnosis bayi normal atau BBLR (WHO, 2010).

Dalam Hasan et al(1997), BBLSR adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya
pada saat kelahiran kurang dari 2.500 gram (Hasanet al, 1997). Menurut Norwitz et al
(2006), BBLSR adalah bayi dengan berat lahir absolut <2.500 gram tanpa
memandang usiagestasi. Menurut Prawirohardjo (2007), sejak tahun 1961,WHO telah
mengganti istilah premature baby dengan low birth weight baby (BBLR). Hal ini
dilakukan karena tidak semua bayi dengan berat kurang dari 2.500 gram pada waktu
lahir merupakan bayi prematur. Keadaan ini dapat disebabkan oleh masa kehamilan
kurang dari 37 minggu dengan berat badan yang sesuai, atau bayi yang beratnya
kurang dari berat semestinya menurut masa kehamilannya/kecil untuk masa
kehamilan (KMK). untuk mendapatkan keseragaman maka pada kongres European
Perinatal Medicine ke II di London (1970), telah diusulkan definisi sebagai berikut:

1. Bayi kurang bulan adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37minggu
(259 hari).
2. Bayi cukup bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai dari 37 minggu
sampai 42 minggu (259 hari sampai 293 hari).
3. Bayi lebih bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau
lebih (294 hari atau lebih).
Dengan pengertian seperti yang telah diterangkan diatas, bayi BBLR dapat dibagi
menjadi 2 golongan, yaitu:

1. Prematuritas murni

Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan
berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan-
sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK).Bayi prematur memiliki
karakteristik klinis dengan berat badan kurang dari 2.500 gram, panjang badan
kurang atau sama dengan 45 cm, lingkaran dada kurang dari 30 cm, dan
lingkarang kepala kurang dari 33 cm (Abdoerrachman et al, 2007).

2. Dismaturitas

Menurut (Hasan et al, 1997)Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa gestasi itu.Berarti bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi yang kecil untuk masa
kehamilan (KMK).Penyebab dismaturitas adalah setiap keadaan yang
mengganggu perukaran zat antara ibu dan janin.

B. Etiologi

Tanda dan gejala berat badan lahir rendah menurut Marmi K. (2015) yaitu:

1. Berat kurang atau sama dengan 2500 gram


2. Panjang kurang dari 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar
3. kepala kurang dari 33 cm, kepala lebih besar
4. Kulit tipis, transparan, lambut lanugo banyak, lemak kurang
5. Kepala tidak mampu tegak, pernafasan 40 –50x/menit, pernapasan tidak
teratur, Nadi 100-140x/menit
6. Genetalia belum sempurna, labio minora belum tertutup oleh labio mayora,
klitoris menonjol (bayi perempuan) dan testis belum turun ke dalam skrotum,
pigmentasi pada skrotum kurang (bayi laki-laki)
7. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakan lemah, fungsi
syaraf yang belum atau tidak efektif dan tangisannya lemah
C. Fatofisiologi
Menurut (Sudarti et al,2018) Bayi BBLR mengalami kekurangan nutrisi in-utero
diakibatkan karena buruknya suplai nutrisi dari plasenta. Beberapa penyebab
berhubungan dengan buruknya kesehatan ibu, sosial ekonomi, factor ibu, dan
beberapa dari factor janin, Factor genetic dan rasial juga diperkirakan memicu
terjadinya kecil pada berat dan mengukur dengan standar percentile charts didesain
untuk rata-rata untuk populasi European Caucasian. Seringkali ini terjadi pada bayi-
bayi yang original Asians. Hal ini juga diakibatkan diet dan kesehatan yang buruk,
dimana ibu hidup berbeda budaya, susah untuk memenuhi makanan yang biasanya dia
konsumsi. Keadaan plasenta yang kurang baik menyebabkan janin tidak mendapat
cukup asupan glikogen dan saat lahir, bayi akan sulituntuk mempertahankan suhu
tubuh dan kadar gula darah dan dapat menyebabkan bayi kecil mungkin organ-
organbisa sudah matur, terutama bila usia kehamilannya mendekati aterm, Jika bayi
ini premature, maka masalah-masalahnya bisa imaturitas dari resiko komplikasi dan
prematuritasnya danmembutuhkan sebagai bayi premature.

D. Faktor -Faktor Yang Berhubungan Dengan BBLSR

Dari berbagai studi yang pernah dilakukan di negara – negara maju maupun di negara
– negara berkembang banyak faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian berat
bayi lahir rendah. Faktor – faktor tersebut dapat berperan secara langsung maupun
tidak langsung terhadap kejadian berat bayi lahir rendah. Beberapa penelitian
mengklasifikasikan faktor – faktor tersebut dengan hasil yang berbeda-beda. Menurut
Thomson (1983) yang dikutip oleh Setiawan(1995), beberapa faktor yang
berhubungan dengan kejadian BBLR adalah :

1. Faktor biologis : jenis kelamin bayi, paritas, umur ibu, ras, faktor keluarga,
tinggi badan dan berat badan orang tua, pertambahan berat badan selama
hamil, riwayat kehamilan terdahulu, hipertensi dan preeklamsi, odema ibu,
komplikasi kehamilan dan ukuran plasenta.
2. Faktor lingkungan : status sosio ekonomi, status gizi, pola makan dan
merokok.

Menurut National Academy (1985) faktor – faktor yang berhubungan dengan


kejadian BBLR, yaitu :

1. Faktor genetik : jenis kelamin, ras, tinggi badan ibu, berat badan ibu
sebelum hamil, tinggi dan berat badan ayah.
2. Faktor demografi dan psikososial : umur ibu, status sosial ekonomi
(pendidikan, pendapatan dan pekerjaan), status perkawinan dan faktor
psikologi ibu.
3. Faktor kehamilan : paritas, jarak kehamilan, aktifitas seksual dan
riwayat kehamilan terdahulu (abortus, kelahiran mati).
4. Faktor gizi : pertambahan berat badan selama kehamilan, status gizi
(kalori, protein, vitamin, dll), pengeluaran energi untuk kerja dan
aktifitas fisik.
5. Morbiditas umum : malaria, infeksi saluran kencing, infeksi saluran
alat kelamin.
6. Keracunan : merokok, alkohol dan obat-obat terlarang.
7. Pelayanan antenatal : kunjungan pertama antenatal, jumlah kunjungan
pelayanan dan kualitas antenatal.
E. Komplikasi

Menurut Hasan, et al (1997), penyakit-penyakit yang ada hubungannya dengan BBLR


yaitu:

1. Sindrom gangguan pernafasan idiopatik

Disebut juga penyakit membran hialin karena pada stadium terakhir akan
terbentuk membran hialin yang melapisi alveolus paru.

2. Pneumonia

Aspirasi sering ditemukan pada bayi premature karena reflex menelan dan
batuk belum sempurna.

3. Perdarahan intraventrikular

Perdarahan spontan di ventrikel otak lateral biasanya disebabkan oleh karena


anoksia otak.

4. Hiperbilirubinemia

Bayi prematur lebih sering mengalami hiperbilirubinemia dibandingkan


dengan bayi cukup bulan, karena faktor kematangan hepar sehingga konjugasi
bilirubin indirek menjadi bilirubin direk belum sempurna.

5. Hipoglikemia
Keadaan ini dapat terjadi pada kira-kira 15 persen pada bayi dengan berat lahir
rendah. Karena itu, pemeriksaan secara teratur terhadap kadar glukosa bayi
harus dilakukan hingga dapat diberikan makanan. Jika terdeteksi, dapat
diberikan glukosa melalui infuse intravena (6-9 mg/kg/menit).

6. Hipotermia

Hipotermia dapat terjadi karena terbatasnya kemampuan untuk


mempertahankan suhu panas karena pertumbuhan otot-otot yang belum
memadai, ketidakmampuan untuk menggigil, sedikitnya lemak subkutan,
produksi panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak memadai, belum
matangnya system saraf pengatur suhu tubuh, rasio luas permukaan tubuh
relative lebih besar dibandingkan berat badan sehingga mudah kehilangan pan

1.Pengkajian fokus

Mayor Minor
Subjektif Subjektif
- Dispensia
Objektif Sulit bicara
Terlihat pernafasan bayi cuping hidung Ortopnea

Objektif
Gelisah
Sianosisi
Bunyi nafas menurun
Frekunsi napas berubah
Pola nafas berubah

Diagnosa keperawatan

Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas d.d (D.0001)
Diagnosa Tujuan & kriteria hasil implementasi Evaluasi
(SLKI)
keperawatan
Pola nafas tidak Setelah dilakukan Pemantauan respirasi Pada tanggal 20 2023
efektif b.d hambatan tindakan keperawatan Pada tanggal 19 2023 jam 1
selama 3x24 jam maka jam 11 S: -
upaya nafas d.d
diharapkan pola nafas - memonitor frekuensi, O:
Data subjektif : - membaik dengan kriteria irama, kedalaman, dan - Klien masih terlihat
Data objektif : hasil: upaya nafas pernafasan bayi cuping
- memonitor pola nafas hidung
- Terlihat pernafasan 1.Pernafasan cuping
(takipnea)
cukup menurun (4) - Pola nafas abnormal
bayi cuping hidung - mrmonitor saturasi (takipnea)
2. Frekuensi nafas cukup
- Pola nafas membaik (4)
oksigen - TTV:
abnormal - mengatur interval - N: 162 x/ menit
3.Kedalaman nafas
(takipnea) pemantauan respirasi - R: 60 x/ menit
cukup membaik (4)
sesuai kondisi pasien - S: 37,1 oC
- TTV: - mendokumentasi hasil A: masalah belum
- N: 169 x/ menit pemantauan intervensi
- R: 67 x/ menit - menjelaskan tujuan dan
P: lanjutkan intervensi
- S: 37,3 oC prosedur pemantauan

Anda mungkin juga menyukai