Anda di halaman 1dari 8

DAFTAR OBAT GENERIK 43.

Ethambutol
44. Fenoksimetilpenisilin
Analgesik, Antipiretik, Antiinflamasi 45. Flukonazol
nonsteroid, Antipirai 46. Gentamisin�
1. Acetosal 47. Griseofulvin
2. Allopurinol 48. INH
3 .As. Mefenamat 49. Ketokonazol
4. Fentanil 50. Klindamisin
5. Ibuprofen 51. Kloramfenikol (Thiampenikol)
6. Ketoprofen 52. Klorokuin
7. Ketorolak 53. Kotrimoksazol
8. Kolkisin 54. Kuinin
9. Meloksikam 55. Lamivudin
10. Morfin 56. Levofloksasin
11. Na Diklofenak 57.Metronidazol
12. Parasetamol 58. Nevirapine
13. Pethidin 59. Nistatin
14. Piroksikam 60. Pirantel
15. Tramadol 61. Pirazinamid
Anastetik� 62. Primakuin
Antialergi dan Obat untuk Anafilaksis 63. Rifampisin
16. Cetrizin 64. Sefadroksil
17. Deksametason 65. Sefiksim
18. Dipenhidramin 66. Sefotaksim
19. Epinefrin 67. Seftazidim
20. Klorpheniramin 68. Seftriakson
21. Loratadin 69. Stavudin
70. Streptomisin
Antidot dan Obat lain untuk Keracunan
71. Sulfasalazin
22. Kalsium Glukonat
72. Tetrasiklin
23. Mg Sulfat
24. Na Bikarbonat Antimigrain
25. Nalokson 73. Ergotamin
26. Protamin Sulfat� Antineoplastik, Imunosupresan dan obat
Antiepilepsi – Antikonvulsi untuk terapi paliatik
27. As. Valproat 74. Asparaginase
28. Diazepam 75. Azatrioprin
29. Fenitoin 76. Bleomisin
30. Karbamazepin 77. Cisplatin
31. Phenobarbital 78. Dakarbasin
Anti Infeksi 79. Doksorubisin
32. Asiklovir 80. Etoposid
33. Amikasin 81. Fluoro urasil
34. Amoksisilin 82. Hidroksil urea
35. Ampisilin 83. Medroksiprogesteronasetat
36. Benzipenisilin� 84. Metotreksat
37. Ciprofloksasin 85. Siklofosfamid
38. Dapson 86. Siklosforin
39. Dikloksasilin 87. Sitarabin
40. Doksisiklin 88. Tamoksifen
41. Efavirens 89. Testosteron
42. Eritromisin 90. Vinblastin
91. Vinkristin 129. Lisinopril
Antiparkinson 130. Metildopa
92. Levodopa + Karbidopa 131. Nifedipin
93. Triheksifenidil 132. Nitrogliserin
Obat yang mempengaruhi darah 133. Propanolol
94. Fe Sulfat 134. Ramipril
95. Fitomenadion 135. Simvastatin
96. Heparin 136. Streptokinase
97. Warfarin 137. Terazosin
98. Traneksamat 138. Valsartan
Produk Darah Diagnostik Disinfektan & 139. Verapamil
Antiseptik Gigi & Mulut 140. Asam Retinoat
99. Povidon iodin 141. Basitrasin – Polimiksin B
Diuretik 142. Betametason
100. Furosemida 143. Mikonazol
101. HCT 144. Na Fusidat
102. Manitol 145. Asetazolamid
103. Spironolakton 146. Pilokarpin
147. Sulfacetamid
Hormon, Obat endokrin lain dan
148. Timolol
Kontraseptik Kardiovaskuler
149. Isoksuprin
150. Metil Ergometrin
Kulit, Obat Topikal 151. Oksitosin
152. Alprazolam
Larutan Dialisis Peritoneal 153. Amitriptilin
Larutan Elektrolit Obat Mata Oksitoksik dan 154. CPZ
Relaksan Uterus Psikofarmaka 155. Flufenasin
104. Acarbose 156. Fluoksetin
105. Etinil Estradiol 157. Haloperidol
106. Glibenklamid 158. Quetiapin
107. Gliklazid 159. Risperidon Relaksan Otot Perifer dan
108. Glikuidon
Penghambat Kolinesterase
109. Glimepirid
160. Pankuronium
110. Glipizid
161. Neostigmin
111. Hidrokortison
162. Piridostigmin
112. Insulin
163. Suksametonium
113. Levonorgestrel
164. Vekuronium
114. Metformin
Saluran Cerna�
115. Metil Prednisolon
165. Antasida
116. Pioglitazon
166. Bisakodil
117. Prednison
167. Cimetidin
118. Repaglinid
168. Dimenhidrinat
119. Rosiglitazon
169. Domperidon
120. Amlodipin
170. Lansoprazol
121. Atropin
171. Loperamid
122. Carvedilol
172. Metoklopramid
123. Digoksin
173. Neomisin�
124. Dobutamin
174. Omeprazol
125. Dopamin
175. Ranitidin
126. ISDN
176. Sukralfat
127. KCL
128. Klonidin
Saluran Napas� 189. Serum Antibisa ular
177. Ambroksol 190. Serum Antidifteri
178. Aminophilin 191. Serum Antirabies
179. Asetil Sistein 192. Serum Antitetanus
180. Bromheksin 193. Serum Imunoglobulin
181. Budesonid 194. Vaksin BCG
182. DMP 195. Vaksin Campak
183. GG 196. Vaksin DTP
184. Ipatropium 197. Vaksin jerap difteri tetanus
185. Ketotifen 198. Vaksin meningokokus polisakarida A + C
186. Salbutamol 199. Vaksin polio
187. Terbutalin 200. Vaksin Rabies
Telinga, Hidung dan Tenggorokan
Obat yang mempengaruhi sistim imun 201. Oksimetazolin
188. Hepatitis B rekombinan Vitamin dan Mineral 202. Vitamin B6
203. Vitamin C

Penggolongan Obat Menurut Undang-Undang


Narkotika (obat bius atau daftar O = opium), dapat menimbulkan ketagihan harus dg pengawasan
dokter, contoh: candu, opium, morfin

Psikotropika (obat berbahaya), memengaruhi proses mental, contoh:ekstasi, diazepam, barbital.

Obat Keras (daftar G = Geverlijk = berbahaya) adalah obat yang memiliki dosis maksimum atau
terdaftar sebagai obat keras, diberi tanda khusus berupa lingkaran merah dengan hurup K, semua
obat baru, dan seidaan parenteral.

Obat bebas terbatas (daftar W = waarschuwing = peringatan), dengan lingkaran berwarna biru serta
diberikan tanda peringatan.

Obat bebas, yaitu dapat dibeli secara bebas dan tidak membahayakan dengan tanda lingkaran
berwana hijau.

Label Obat Daftar W


Penyimpanan Obat

Ruang penyimpanan : aman (bebas serangga), sirkulasi udara baik, suhu (sejuk), terhindar dari
matahari

Tata ruang : mudah bergerak

Tersedia palet, rak, almari khusus, almari pendingin

Alat pemadam kebakaran

Penumpukan (kerusakan fisik)

Kebersihan ruangan

Semua obat harus disimpan dengan baik dalam wadah dan tutup yg memenuhi syarat

Label jelas, nama obat dapat dibaca dengan jelas

Obat tanpa etiket/label dan diragukan isinya lebih baik dibuang

Simpan obat sesuai petunjuk pd label (ditempat sejuk dan terhindar dari sinar matahari langsung)

Penyusunan Obat

Prinsip FIFO ; FEFO

Obat kemasan besar diletakkan di palet

Obat kemasan kecil disusun di rak

Narkotik-psikotropik di almari khusus

Vaksin, suppositoria di almari pendingin


Disusun dan dikelompokan berdasarkan bentuk sediaan obat (syrup, tablet, obat luar, alkes habis
pakai, alat kontrasepsi)

Disusun secara alphabetis

Cantumkan nama obat pada kartu stok, letakkan dekat bahan obatnya

Obat expired date dipisahkan tersendiri

Pengamatan Mutu

Tablet: perubahan warna, bau , rasa, lembab

Tablet salut: pecah, lengket, rusak

Kapsul: lengket, terbuka, perubahan warna pada cangkang

Salep: berubah warna, bintik2, wadah rusak, perubahan bau (tengik)

Cairan: berubah warna,perubahan kekentalan

Injeksi: warna berubah, endapan keruh, wadah rusak, bocor

Pengujian laboratorium

Pemberian Obat

4T1W: Tepat (obat, dosis, sasaran, manfaat),

Waspada (efek samping) Etiket: nama pasien, tanggal, no, aturan pakai, instruksi lainnya

Pastikan sendok yg digunakan: sendok teh (Cth) : 5 cc, sendok makan (C) : 15 cc

Berikan penjelasan kepada pasien tentang: cara pemakaian/minum obat, kegunaan obat,
penyimpanan serta kemungkinan efek samping obat.

Pencatatan dan Pelaporan

Sarana Pencatatan dan Pelaporan

Kartu stok

Mengetahui ketersediaan obat,

Mengetahui kekosongan/kelebihan obat

Mengetahui trend penggunaan obat

Sebagai alat untuk pelaporan


Catatan harian pemakaian/pengeluaran obat

Lembar pemakaian dan lembar permintaan obat (LPLPO)

Daftar obat rusak/kadaluarsa

Pemesanan Obat

Hitung kebutuhan obat rata2 / bulan

Catat frekuensi pengiriman

Tentukan faktor pemesanan ulang

3 bila dikirim perbulan

5 bila dikirim setiap 2 bulan

7 bila dikirim setiap 3 bulan

9 bila dikirim setiap 4 bulan

Contoh : kebutuhan amoksilin tiap bulan: 3 botol bila pemesanan dikirim tiap 3 bulan → faktor
pemesanan 7, jadi jumlah pemesanan ulang: 3x7 = 21 botol

Dosis Obat

Dosis obat: jumlah obat yang diberikan kepada penderita

Macam dosis:

Dosis dalam satuan berat (gram, mg, mikrogram)

Dosis dalam satuan isi (ml)

Dosis dalam satuan unit (International Unit)

Macam Dosis:

Dosis medicinalis = dosis terapeutik = dosis lazim

Dosis permulaan = initial dose

Dosis pemeliharaan = maintenance dose

Dosis toxica = dosis sampai terjadi keracunan

Dosis letalis = dosis sampai terjadi kematian


Dosis Maksimum

DM: dosis tertinggi yang relatif masih aman (dewasa)

DM prn: dosis boleh melebihi kalau diperlukan dokter→memakai tanda seru (1 – 2 mg!)

DM untuk anak: dihitung khusus

Dosis Anak

Dosis anak idealnya berdasarkan BB atau LPT (luas permukaan tubuh)

Diperhitungkan dengan DD (dosis dewasa) dengan menggunakan rumus:

Dosis Anak Berdasar Umur

Rumus Young: { n / (n + 12)} x DD

Rumus Dilling: ( n / 20 ) x DD

Rumus Cowlling: { (n+1) / 24 } x DD

Rumus Fried: ( m / 150) x DD

Keterangan: n = tahun, m = bulan, DD=dosis dewasa

Dosis Anak Berdasar BB

Rumus Clark: ( BB / 70 ) x DD

Rumus Augeberger: { (1½ BB+10) / 100 } x DD

Keterangan: BB = BB anak dalam Kg

Dosis Khusus

Dosis penderita yang obesitas: harus diperhitungkan lemak dan persentase BB tanpa lemak (BBTL)

BBTL = BB x (100 - % lemak)

Dosis penderita geriatrik (>65 tahun)

Dosis diturunkan ( ± 75 % DD)

Perubahan fisiologis dan patologis diperhatikan (cardivaskuler, ginjal, DM)

Dosis penderita ginjal:

Ekskresi obat terganggu → obat lebih lama di peredarah darah

Dosis dan interval obat harus diatur

Dosis dari Vial / Ampul:


Berapa cc harus dihisap untuk mendapatkan dosis penicillin 150.000 IU dari vial penicillin yang
berlabel 600.000 IU/cc?

Rumus: dosis diket / dosis tanya = cc diket / cc tanya

600.000/150.000 = 1cc/xcc

X = 0,25 cc

Dosis Tetesan Infus

Infus dewasa (makro) 1 cc = 20 tetes, infus anak (mikro) 1cc = 60 tetes (atau ditentukan lain

Rumus: cc/jam → cc/menit → tts/menit

Berapa tetes menit harus diberikan pada: bayi 200/3 jam serta dewasa 1500 cc/6jam?

Persen Dalam Obat Campuran

Persen b/b → untuk bahan padat/padat Contoh: Salisilat talk 10%

Persen v/v → untuk bahan cair/cair Contoh: Alkohol 70% Persen b/v → untuk obat suntik Contoh:
Morphin HCl 1%

Persen v/b → untuk cairan – minyak/obat asli Contoh: salep, cream

Anda mungkin juga menyukai