Anda di halaman 1dari 3

Fauzan Azzima

206010011
Metodologi Desain

Metode Desain Thinking adalah pendekatan kreatif yang digunakan untuk memecahkan
masalah kompleks dan merancang solusi yang inovatif. Pendekatan ini menekankan
pemahaman mendalam terhadap pengguna akhir (biasanya disebut "pengguna") dan berfokus
pada empat tahap utama: Empati, Definisi, Ideasi, dan Prototipe (biasa disingkat sebagai
EDIP atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai "Empathize, Define, Ideate, Prototype").
Berikut adalah penjelasan singkat tentang masing-masing tahap:
1. Empati (Empathize): Pahami pengguna dan masalah yang ingin dipecahkan dengan
melibatkan diri secara aktif dalam pengalaman mereka. Lakukan wawancara,
observasi, dan penelitian untuk memahami perspektif dan kebutuhan pengguna.
2. Definisi (Define): Setelah memahami pengguna, tentukan masalah yang perlu
dipecahkan dengan merumuskan pernyataan tugas yang jelas. Pernyataan tugas ini
akan menjadi panduan dalam merancang solusi.
3. Ideasi (Ideate): Generate berbagai ide dan gagasan kreatif untuk menyelesaikan
masalah yang telah ditentukan. Gunakan teknik brainstorming, mind mapping, dan
berbagai metode lain untuk menghasilkan banyak opsi.
4. Prototipe (Prototype): Buat prototipe sederhana dari ide-ide yang paling menjanjikan.
Prototipe ini bisa berupa model fisik, gambar, atau bahkan simulasi yang membantu
dalam menguji konsep dan mendapatkan umpan balik dari pengguna.

Setelah melewati empat tahap utama ini, pendekatan Desain Thinking seringkali kembali ke
tahap-tahap sebelumnya untuk iterasi lebih lanjut. Pemahaman yang lebih dalam tentang
masalah dan kebutuhan pengguna dapat mengarah pada penajaman pernyataan tugas atau
pembuatan prototipe yang lebih canggih.

Desain Thinking dikenal sebagai metode yang sangat kolaboratif, menggabungkan berbagai
pandangan dan keterampilan tim dalam proses kreatif. Ini dapat diterapkan dalam berbagai
konteks, termasuk pengembangan produk, layanan, dan bahkan solusi dalam pendidikan atau
perawatan kesehatan. Metode ini berfokus pada empati terhadap pengguna akhir dan
berusaha untuk menghasilkan solusi yang benar-benar memenuhi kebutuhan mereka.
Dalam Perancangan Mural untuk interior kelas siswa berkebutuhan khusus, metode desain
thinking tersebut merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dengan melakukan
penerapan metode Desain Thinking dalam perancangan mural untuk interior kelas siswa
berkebutuhan khusus dapat membantu menciptakan lingkungan yang merangsang, inklusif,
dan mendukung perkembangan mereka. Berikut adalah bagaimana metode ini dapat
diterapkan dalam proses perancangan mural:
1. Empati (Empathize):
- Melakukan penelitian dan interaksi langsung dengan siswa berkebutuhan
khusus untuk memahami minat, preferensi, dan kebutuhan mereka terkait
lingkungan kelas.
- Mengajukan pertanyaan, wawancara, dan observasi untuk menggali insight
tentang warna, bentuk, gambar, atau tema yang mungkin menarik bagi
mereka.
2. Definisi (Define):
- Berdasarkan pemahaman tentang siswa, identifikasi tujuan mural. Apakah itu
untuk memberikan rasa nyaman, merangsang sensorik, atau mungkin sebagai
alat pembelajaran visual?
- Menentukan pesan atau emosi yang ingin disampaikan melalui mural, sesuai
dengan kebutuhan dan karakteristik siswa berkebutuhan khusus.
3. Ideasi (Ideate):
- Melakukan sesi brainstorming dengan tim desain atau melibatkan siswa secara
langsung (sesuai dengan kemampuan mereka) untuk menghasilkan berbagai
ide tentang konsep mural.
- Mempertimbangkan ide-ide yang dapat merangsang sensorik, visual, dan
emosional, serta sesuai dengan minat siswa.
4. Prototipe (Prototype):
- Membuat sketsa awal atau gambaran konsep mural. Ini bisa sederhana dan
bersifat representatif.
- Diskusikan konsep ini dengan siswa, guru, dan pihak terkait lainnya untuk
mendapatkan umpan balik awal.
5. Uji dan Refleksi:
- Apabila memungkinkan, dapat dibuat versi sementara atau "dummy" dari
mural untuk diuji di dalam ruangan kelas. Ini memungkinkan siswa dan guru
memberikan tanggapan langsung.
- Perlunya diskusi dengan siswa berkebutuhan khusus dan pihak terkait lainnya
untuk memahami bagaimana mural ini memengaruhi atmosfer ruangan dan
kenyamanan siswa.
6. Iterasi (Iterate):
- Berdasarkan umpan balik dan hasil uji coba, kemudian dilakukan perubahan
pada desain mural.
- Setelah itu melakukan iterasi pada sketsa atau prototipe hingga desain mural
sesuai dengan tujuan dan kebutuhan.
7. Implementasi:
- Setelah desain mural final ditentukan, desain akan diimplementasikan pada
interior kelas.
- Memastikan mural dipasang dengan aman dan mencolok, sesuai dengan tema
dan pesan yang ingin disampaikan.
8. Evaluasi:
- Setelah mural terpasang, perlu dilakukan evaluasi lanjutan tentang dampaknya
terhadap siswa. Apakah mereka merasa terinspirasi, nyaman, atau lebih
terlibat dalam lingkungan kelas.

Melalui penerapan metode Desain Thinking, mural dapat dirancang dengan lebih baik untuk
memenuhi kebutuhan dan minat siswa berkebutuhan khusus, menciptakan lingkungan yang
mendukung, dan memberikan pengalaman visual yang positif.

Anda mungkin juga menyukai