Anda di halaman 1dari 9

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)

http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

HUBUNGAN PAPARAN DEBU KAYU DENGAN


KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)
PADA PEKERJA MEBEL DI PT. X JEPARA

Ibnu Sri Fuqoha, Ari Suwondo, Siswi Jayanti


Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email : ibnusri@gmail.com

Abstract : Finedust is particle of wood produced from wood processing and


handling. Levels of finedust in the work environment can be exposed to workers
through breathing and cause respiratory infections. Acute Respiratory Infection
(ARI) is an acute infectious disease that is attacking one or more parts of the
respiratory tract (upper and lower) to the alveolar included adnexal. Workers
characteristics can be a risk factor for ARI are age, sex, nutritional status,
exercise habits, PPE usage, tenure, medical history, and smoking habits. The
purpose of this study to analyze the correlations of finedust exposure with ARI of
furniture workers in PT. X Jepara. The type of research is observational cross-
sectional study and quantitative analysis methods. The population are 139
production workers of Putty Sandpaper Department, Natural Sandpaper
Department and Sanding Sandpaper Department with a minimum sample of 46
workers. The bivariate analysis using Rank Spearman (α = 0.05) showed the
correspondent variables were the levels of finedust (ρ Value 0.007), age (ρ Value
0.036), nutritional status (ρ Value 0.005), tenure (ρ Value 0.029). Meanwhile
there is no correlation were history of respiratory illness (ρ Value 0.204) and
exercise habits (ρ Value 0.410).

Keyword : level of finedust, Acute Respiratory Infection (ARI), Jepara

378
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)

http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

PENDAHULUAN tenaga kerja di industri sektor ini


Perkembangan industri saat belum mendapat perhatian khusus
ini sedang berkembang pesat, hal ini mengenai segi kesehatan kerja,
di mulai ketika terjadinya revolusi sementara pekerja tersebut bekerja
industri pada tahun 1850. dengan pekerjaan yang mempunyai
Perkembangan industri yang sangat risiko besar untuk terjadinya
pesat ini juga terjadi pada industri akumulasi debu kayu pada saluran
pengolahan kayu. Pertumbuhan pernapasannya.(3)
industri mebel di Indonesia saat ini Berdasarkan data dari ILO,
mengalami peningkatan mencapai setiap tahun ada lebih dari 250 juta
angka 7% dari tahun sebelumnya. kecelakaan di tempat kerja dan lebih
Produk-produk hasil industri mebel dari 160 juta pekerja menjadi sakit
di Indonesia semakin diakui pasar karena bahaya di tempat kerja.
dunia. Pada tahun 2012 terjadi Terlebih lagi, 1,2 juta pekerja
peningkatan nilai ekspor produk meninggal akibat kecelakaan dan
kayu olahan dari 1,31 miliar dolar AS sakit di tempat kerja. Terdapat 1
pada tahun 2011 menjadi 1,41 miliar pekerja di dunia meninggal setiap 15
dolar AS.(1) detik karena kecelakaan kerja dan
Pemerintah Indonesia saat 160 pekerja mengalami sakit akibat
ini memberikan perhatian lebih pada kerja.Data dari International Labour
industri mebel dan menjadikan Organization (ILO) menyebutkan
industri mebel menjadi salah satu bahwa penyebab kematian yang
andalan pemerintah. Pemerintah berhubungan dengan pekerjaan
saat ini memiliki Sistem Verifikasi diantaranya adalah kanker sebesar
dan Legalitas Kayu (SVLK) yaitu 34%, kecelakaan sebesar 25%,
sistem pelacakan yang digunakan peyakit saluran pernapasan sebesar
untuk memastikan legalitas sumber 21%, penyakit kardiovaskuler
kayu yang beredar dan sebesar 15%, dan faktor lain-lain
diperdagangkan di Indonesia. Sejak sebesar 5%.(4)
SVLK tersebut berlaku mulai 1 Berdasarkan data hasil Riset
September 2009 maka aspek Kesehatan Dasar 2013, period
Keselamatan dan Kesehatan Kerja prevalence Infeksi Saluran
di industri pengolahan kayu mulai Pernafasan Akut (ISPA)
diperhatikan, hal ini sejalan dengan berdasarkan diagnosis tenaga
tujuan SVLK untuk meningkatkan kesehatan dan keluhan penduduk
daya saing hasil produksi yang dihitung dalam kurun 1 bulan
pengolahan kayu pasar terakhir adalah 25,0 persen. Hasil
internasional. Dokumen studi mengenai Profil Masalah
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kesehatan Pekerja di Indonesia
(K3) menjadi satu dari enam tahun 2005 didapatkan 40,5% dari
dokumen dalam pelaksanaan audit pekerja memiliki keluhan gangguan
SVLK, dokumen K3 tersebut berisi kesehatan yang berhubungan
dokumen prosedur K3, dokumen dengan pekerjaan salah satunya
daftar peralatan K3, dan catatan adalah gangguan pernapasan.
kecelakaan kerja.(2) Jumlah tiap tahun kejadian ISPA di
Tahun 2008 terdapat 12.689 Indonesia 150.000 kasus atau dapat
perusahaan yang bergerak dalam dikatakan seorang meninggal tiap 5
bidang pengolahan kayu khususnya menitnya.(5)(6)
industri perabotan dan perlengkapan Jawa Tengah merupakan
kayu di Indonesia.Namun saat ini propinsi dengan produsen mebel

379
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)

http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

sebesar 31–35% terhadap total Amplas Alami dan Departemen


ekspor nasional yang menjadikan Amplas Dempul. Dengan
Jawa Tengah sebagai produsen menggunakan perhitungan sampel
mebel terbesar di Indonesia. Lemesshowdidapatkan jumlah
Kabupaten Jepara merupakan responden sebanyak 46 orang
produsen mebel terbesar di Jawa pegawai Puskesmas.
Tengah. Jepara sebagai sentra Data primer diperoleh melalui
industri mebel kayu di Indonesia pengukuran debu kayu
mempunyai peranan yang sangat menggunakan Personal Dust
penting di dalam perekonomian Sampler, pengukuran berat dan
nasional. Pada tahun 2010 terdapat tinggi badan, pemeriksaan medis
11.981 unit industri mebel di Jepara, oleh dokter dan wawancara kepada
yang memperkerjakan lebih dari responden menggunakan panduan
100.000 orang. Pada tahun 2013, kuesioner. Data sekunder
Period prevalence Infeksi Saluran didapatkan melalui studi pustaka
Pernafasan Akut (ISPA) di Jawa dari buku, jurnal, internet,
Tengah berdasarkan diagnosis wawancara dengan pihak lain diluar
tenaga kesehatan dan keluhan responden, dan dari instansi terkait
penduduk yang dihitung dalam kurun (Dinas Sosial Tenaga Kerja dan
1 bulan terakhir adalah 26,6 Transmigrasi Kabupaten Jepara),
persen.(5)(7)(8)(9) serta referensi-referensi lain.
Berdasarkan laporan dari Analisis data dilakukan
dokter Higiene Perusahaan dan dengan 2 jenis analisis. Analisis
Kesehatan Kerja (Hiperkes) univariat dilakukan untuk
mengenai pemeriksaan kesehatan mendeskripsikan masing-masing
berkala terhadap 660 pekerja variabel dengan tabel ditribusi
produksi PT. X yang dilaksanakan frekuensi. Analisis bivariat
11 November, 8 & 12 Desember menggunakan Rank Spearman
2015 didapatkan hasil 15 pekerja dengan level of significant (α) 5%
diduga menderita penyakit akibat untuk mengetahui hubungan antara
kerja (PAK) atau penyakit yang variabel terikat dan variabel bebas.
diakibatkan oleh proses kerja. Dari Apabila ρ value> 0,05 maka tidak
15 pekerja yang diduga menderita ada hubungan antara variabel terikat
PAK terdapat 6 pekerja didiagnosa dan variabel bebas (H0 diterima),
menderita Bronkitis. Sedangkan 645 apabila ρ value ≤ 0,05 maka ada
pekerja mengalami sakit umum atau hubungan antara variabel terikat dan
yang tidak diakibatkan dari proses variabel bebas (H0 ditolak).
kerja dan 127 pekerja diantaranya
mengalami gejala-gejala gangguan HASIL DAN PEMBAHASAN
pernapasan seperti batuk, pilek, 1. Analisis Univariat
sesak napas, dll. Responden berjumlah
55pekerja dari Departemen
METODE PENELITIAN Amplas Dempul, Departemen
Penelitian menggunakan Amplas Alami, Departemen
jenis penelitian deskriptif analitik Amplas Sanding. Hasil analisis
dengan metode kuantitatif dan univariat menunjukkan bahwa
pendekatan cross sectional. pekerja yang terpapar debu kayu
Populasi dalam penelitian ini adalah ≤ NAB sebesar 32.7% dan yang
139 pekerja pada Departemen terpapar debu > NAB sebesar
Amplas Dempul, Departemen 67.3%. Pengukuran kadar debu

380
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)

http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

kayu menggunakan Personal Pernapasan Akut (ISPA)


Dust Sampler dengan mengatur pada pekerja mebel di
flowrate 1.5 L/menit dan dipasang PT. X Jepara
selama 90 menit. Pemasangan 2. Hubungan antara umur
Holder dipasang pada meja kerja dengan kejadian Infeksi
pekerja dengan alat bantu berupa Saluran Pernapasan 0.036
papan untuk mengatur ketinggian Akut (ISPA) pada pekerja
agar ketinggian Holder sama mebel di PT. X Jepara
dengan ketinggian hidung 3. Hubungan antara status
pekerja. gizi dengan kejadian
Variabel umur menunjukan Infeksi Saluran
0.005
pekerja yang berumur ≤ 30 tahun Pernapasan Akut (ISPA)
sebesar 16.4% dan yang berumur pada pekerja mebel di
> 30 tahun sebesar 83.6%. PT. X Jepara
Variabel status gizi menunjukan 4. Hubungan antara
pekerja yang memiliki status gizi perilaku merokok dengan
normal sebesar 94.5% dan yang kejadian Infeksi Saluran
-
memiliki status gizi rendah Pernapasan Akut (ISPA)
sebesar 5.5%. variabel perilaku pada pekerja mebel di
merokok menunjukan bahwa PT. X Jepara
seluruh pekerja tidak memiliki 5. Hubungan antara riwayat
perilaku merokok. Variabel penyakit pernapasan
riwayat penyakit menujukan dengan kejadian Infeksi
0.024
pekerja yang tidak memiliki Saluran Pernapasan
riwayat penyakit sebesar 38.2% Akut (ISPA) pada pekerja
dan yang memiliki riwayat mebel di PT. X Jepara
penyakit sebesar 61.8%. variabel 6 Hubungan antara
kebiasaan olah raga menunjukan kebiasaan olah raga
pekerja yang memiliki kebiasaan dengan kejadian Infeksi
0.410
olah raga sebesar 18.2% dan Saluran Pernapasan
yang tidak memiliki kebiasaan Akut (ISPA) pada pekerja
olah raga sebesar 81.8%. mebel di PT. X Jepara
Variabel penggunaan APD 7 Hubungan antara
menunjukan seluruh pekerja penggunaan APD
selalu menggunakan APD dengan kejadian Infeksi
-
8jam/hari. Variabel masa kerja Saluran Pernapasan
menunjukan pekerja yang Akut (ISPA) pada pekerja
memiliki masa kerja ≤ 10 tahun mebel di PT. X Jepara
sebesar 70.9% dan yang memiliki 8 Hubungan antara masa
masa kerja > 10 tahun sebesar kerja dengan kejadian
29.1%. Infeksi Saluran
0.029
Pernapasan Akut (ISPA)
2. Analisis Bivariat pada pekerja mebel di
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil PT. X Jepara
Analisis Bivariat
ρ Analisi bivariat adalah untuk
No. Variabel
value menguji hubungan antara variabel
1. Hubungan antara kadar bebas dan variabel terikat.
debu kayu dengan 0.007 Apabila ρ value> 0,05 maka
kejadian Infeksi Saluran H0ditolak, artinya tidak ada

381
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)

http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

hubungan antara variabel terikat berukuran ±0.5 m x ±1.5 m,


dan variabel bebas, begitu namun fasilitas tersebut masih
sebaliknya. Tabel 2 menunjukkan kurang mencakup dengan debu
bahwa variabel yang memiliki ρ yang dihasilkan oleh proses
value ≤ 0,05 dan berhubungan produksi. PT. X juga
dengan kejadian Infeksi Saluran menyediakan alat pelindung diri
Pernapasan Akut (ISPA) pada (APD) berupa masker sebagai
pekerja mebel di PT. X penyaring partikel yang terhirup.
Jeparaadalah kadar debu kayu Masker diberikan 2 kali dalam
dengan ρ value0.007, umur satu minggu.
denganρ value0.036, status gizi Masker yang diberikan oleh
dengan ρ value0.005, dan masa perusahaan berbahan kain
kerja dengan ρ value 0.029. dengan bahan dan ukuran antar
Sedangkan variabel yang memiliki masker terdapat perbedaan. Hal
ρ value> 0,05 dan tidak ini membuat pekerja kurang
berhubungan dengan kejadian nyaman memakainya karena
Infeksi Saluran Pernapasan Akut terkadang masker yang diberikan
(ISPA) pada pekerja mebel di PT. perusahaan terlalu kecil atau
X Jeparaadalah riwayat penyakit membuat iritasi pada kulit telinga.
pernapasan dengan ρ value0.204 Dari segi bahan masker yang
dan kebiasaan dengan ρ diberikan oleh perusahaan
value0.410 terbuat dari kain yang tidak sama
antar maskernya, hal ini membuat
Hubungan antara kadar debu kemampuan masker tersebut
kayu dengan kejadian Infeksi untuk menyaring partikel –
Saluran Pernapasan Akut partikel udara tidak terdata
(ISPA) pada pekerja mebel di dengan jelas.
PT. X Jepara
Hasil uji crosstab Hubungan antara umur dengan
menggunakan Rank Spearman kejadian Infeksi Saluran
menunjukkan bahwa pekerja PT. Pernapasan Akut (ISPA) pada
X yang tidak menderita ISPA lebih pekerja mebel di PT. X Jepara
banyak pada pekerja yang Hasil uji crosstab
terpapar debu kayu ≤ NAB menggunakan Rank Spearman
(94.4%), dibanding dengan menunjukkan bahwapekerja yang
pekerja yang terpapar debu kayu tidak menderita ISPA lebih
> NAB (59.5%). Sedangkan banyak pada pekerja yang
pekerja yang menderita ISPA berumur ≤ 30 tahun (100%),
lebih banyak pada pekerja yang dibanding dengan pekerja yang
terpapar debu kayu > NAB berumur > 30 tahun (65.2%).
(40.5%), dibanding dengan Sedangkan pekerja yang
pekerja yang terpapar debu ≤ menderita ISPA seluruhnya
NAB (5.6%). berumur > 30 tahun (34.8%).
Tempat kerja pada Dikatakan bahwa fungsi
Departemen Amplas Alami dan pernapasan dan sirkulasi darah
Departemen Amplas Sanding akan meningkat pada masa anak-
berada dalam satu ruangan besar anak dan mencapai maksimal
berukuran ±15 m x ±20 m. Pada pada usia 20-30 tahun, kemudian
ruangan tersebut terdapat 5 akan menurun lagi sesuai dengan
exhaust fan dan 5 jendela pertambahan umur. Kapasitas

382
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)

http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

difusi paru, ventilasi paru, ambilan seluruh pekerja tidak memiliki


oksigen kapasitas vital dan perilaku merokok (100%).
semua parameter faal paru yang Ketika pertayaan mengenai
lain akan menurun sesuai dengan perilaku merokok sedikit
pertambahan umur, setelah diperdalam, beberapa pekerja
mencapai titik maksimal pada mengakui terdapat keluarga yang
usia dewasa muda.(10) memiliki perilaku merokok
sehingga pekerja tersebut
Hubungan antara status gizi sebagai perokok pasif. Sebagian
dengan kejadian Infeksi besar mengakut bahwa terdapat
Saluran Pernapasan Akut anggota keluarga yang
(ISPA) pada pekerja mebel di merupakan perokok aktif
PT. X Jepara sehingga pekerja merupakan
Hasil uji crosstab perokok pasif.
menggunakan Rank Spearman Hal ini diatas juga dapat
menunjukkan bahwa pekerja tidak menjadi faktor risiko untuk
menderita ISPA seluruhnya terjadinya Infeksi Saluran
memiliki status gizi normal (75%). Pernapasan Akut (ISPA) atau
Sedangkan pada pekerja yang penyakit pernapasan yang lain.
menderita ISPA lebih besar pada Berdasarkan teori, perokok pasif
pekerja yang memiliki status gizi merupakan juga factor risiko
rendah (100%) dibanding dengan terjadinya ISPA bahkan perokok
pekerja yang memiliki status gizi pasif memiliki factor risiko yang
normal (25%). lebih tinggi dibanding perokok
Apabila seseorang aktif. Pernapasan yang sering
kekurangan asupan makanan terpapar asap rokok dapat
maka akan menyebabkan daya menyebabkan bulu halus (silia)
tahan tubuh menjadi lemah hidung teriritasi dan tidak peka
sehingga memudahkan orang sehingga asap rokok dapat
tersebut untuk terkena penyakit masuk ke saluran pernapasan
infeksi. Pada kasus gizi kurang, dan menyebabkan ISPA.
individu akan lebih rentan
terhadap infeksi akibat Hubungan antara riwayat
menurunnya kekebalan tubuh penyakit pernapasan dengan
terhadap invasi patogen.(11) kejadian Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) pada
Hubungan antara perilaku pekerja mebel di PT. X Jepara
merokok dengan kejadian Hasil uji crosstab
Infeksi Saluran Pernapasan menggunakan Rank Spearman
Akut (ISPA) pada pekerja mebel menunjukkan bahwa bahwa
di PT. X Jepara pekerja yang tidak menderita
Hasil uji crosstab ISPA lebih banyak pada pekerja
menggunakan Rank Spearman yang tidak memiliki riwayat
menunjukkan bahwa pekerja yang penyakit pernapasan (81%),
tidak menderita ISPA seluruhnya dibanding dengan pekerja yang
tidak memiliki perilaku merokok memiliki riwayat penyakit
(70.9%). Sedangkan pekerja yang pernapasan (64.7%). Sedangkan
menderita ISPA juga seluruhnya pekerja yang mmenderita ISPA
tidak memiliki perilaku merokok lebih banyak pada pekerja yang
(29.1%). Hal ini diketahui bahwa memiliki riwayat penyakit

383
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)

http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

pernapasan (35.3%), dibanding yang tidak memiliki kebiasaan


dengan pekerja yang tidak olah raga (26.7%).
memiliki riwayat penyakit Hubungan antara penggunaan
pernapasan (19%). APD dengan kejadian Infeksi
Riwayat penyakit merupakan Saluran Pernapasan Akut
faktor yang dianggap juga (ISPA) pada pekerja mebel di
sebagai pencetus timbulnya PT. X Jepara
gangguan pernapasan, karena Hasil uji crosstab
penyakit yang di derita seseorang menggunakan Rank Spearman
akan mempengaruhi kondisi menunjukkan bahwaseluruh
kesehatan dalam lingkungan pekerja (100%) selalu
kerja. Apabila seseorang pernah menggunakan APD. Pada pekerja
atau sementara menderita yang tidak menderita ISPA,
penyakit sistem pernafasan, maka seluruh pekerja selalu
akan meningkatkan risiko menggunakan APD (70.9%).
timbulnya penyakit sistem Sedangkan pada pekerja yang
pernapasan jika terpapar menderita ISPA juga seluruh
debu.Riwayat penyakit sangat pekerja selalu menggunakan APD
penting diketahui dan dinilai untuk (29.1%).
mengetahui apakah suatu
penyakit berhubungan erat Hubungan antara masa kerja
dengan pekerjaan. Berbagai dengan kejadian Infeksi
macam penyakit khususnya yang Saluran Pernapasan Akut
menyerang pernapasan seperti (ISPA) pada pekerja mebel di
asma, bronkitis kronik, PT. X Jepara
pneumonia, dan fibrosis paru- Hasil uji crosstab
paru mengakibatkan menggunakan Rank Spearman
berkurangnya daya kembang menunjukkan bahwapekerja
paru-paru serta terhambatnya yang tidak menderita ISPA lebih
jalur difusi gas.(12) banyak pada pekerja yang
memiliki masa kerja ≤ 10 tahun
Hubungan antara kebiasaan (79.5%), dibanding dengan
olah raga dengan kejadian pekerja yang memiliki masa
Infeksi Saluran Pernapasan kerja > 10 tahun (50%).
Akut (ISPA) pada pekerja mebel Sedangkan pekerja yang
di PT. X Jepara menderita ISPA lebih banyak
Hasil uji crosstab pada pekerja yang memiliki
menggunakan Rank Spearman masa kerja > 10 tahun (50%),
menunjukkan bahwapekerja yang dibanding dengan pekerja yang
tidak menderita ISPA lebih memiliki masa kerja ≤ 10 tahun
banyak pada pekerja yang tidak (20.5%).
memiliki kebiasaan olah raga
(73.3%), dibanding dengan KESIMPULAN
pekerja yang memiliki kebiasaan 1. Sebagian besar pekerja terpapar
olah raga (60%). Sedangkan debu kayu diatas NAB, sebagian
pekerja yang menderita ISPA besar pekerja berumur lebih dari
lebih banyak pada pekerja yang 30 tahun, sebagian besar
memiliki kebiasaan olah raga pekerja memiliki status gizi
(40%), dibanding dengan pekerja normal, sebagian besar pekerja
memiliki riwayat penyakit

384
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)

http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

pernapasan, sebagian besar dipindah ke departemen dengan


pekerja tidak memiliki kebiasaan risiko rendah.
olah raga, sebagian besar 3. Membuat sistem rotasi kerja
pekerja memiliki masa kerja ≤ 10 untuk pekerja yang mempunyai
tahun, dan sebagian besar keluhan gejala ISPA agar
pekerja didiagnosa tidak dipindahkan ke departemen
mengalami ISPA. Seluruh yang terpapar debu lebih rendah
pekerja tidak memiliki perilaku atau berisiko rendah terkena
merokok dan selalu ISPA dengan yang tidak
menggunakan APD 8jam/hari. memerlukan kompetensi khusus.
2. Berdasarkan uji statistik Hal ini bertujuan agar gejala
dihasilkan bahwa variabel kadar ISPA yang dirasakan pekerja
debu kayu, umur, status gizi, dan tidak makin parah atau agar
masa kerja memiliki hubungan pernapasan pekerja kembali
dengan kejadian ISPA pada sehat.
pekerja mebel di PT. X Jepara
3. Berdasarkan uji statistik DAFTAR PUSTAKA
dihasilkan bahwa variabel
riwayat penyakit pernapasan dan 1. Kemenperin: Industri Mebel
kebiasaan olah raga tidak Tumbuh 7 Persen [Internet].
memiliki hubungan dengan [cited 2016 Jun 1]. Available
kejadian ISPA pada pekerja from:
mebel di PT. X Jepara http://www.kemenperin.go.id/a
rtikel/5799/Industri-Mebel-
SARAN Tumbuh-7-Persen
1. Menyediakan masker N95 untuk
pekerja yang berisiko tinggi 2. .:: SILK - Sistem Informasi
terpapar debu kayu. Masker N95 Legalitas Kayu ::. [Internet].
mempunyai kemampuan untuk [cited 2016 Jun 3]. Available
menyaring 95% dari partikel – from:
partikel di udara, masker ini http://silk.dephut.go.id/index.p
sangat tepat untuk pekerja di hp/info/vsvlk/3
area produksi.
2. Membuat program surveilans 3. Yenny, Z. Hubungan Debu
Keselamatan dan Kesehatan Kayu dengan Timbulnya
Kerja (K3) terhadap paparan Asma pada Pekerja Mebel
debu kayu, bahan baku, dan Sektor Informal di Cakung.
tenaga kerja. Hal tersebut Universitas Indonesia; 2004.
sebagai dasar analisisdata serta
dasar 4. ILO. Keselamatan dan
melakukaninterpretasidengan Kesehatan Kerja Sarana
tujuan untuk perbaikan dari Untuk Produktivitas. Jakarta:
segikesehatan dan keselamatan International Labour Office;
kerja. Surveilans K3 dikelola oleh 2013.
P2K3 dengan menunjuk ahli K3
umum sebagai pelaksana 5. Kementerian Kesehatan RI.
dilapangan. Sehingga jika Riset Kesehatan Dasar.
ditemukan pekerja yang Jakarta: Badan Penelitian dan
mengalami penyakit pernapasan Pengembangan Kesehatan;
bisa dikendalikan dengan 2013.

385
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)

http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

6. Departemen Kesehatan RI.


Profil Kesehatan Indonesia
tahun 2005. Jakarta: Depkes
RI; 2005.

7. Senada. Studi Hambatan


Kebijakan Bagi Industri
Furnitur. Hasil Studi di Jawa
Timur dan Jawa Tengah.
Jakarta: Regional Economic
Development Indonesia;
2007. 5 p.

8. Kasmalia S. Pemasaran
Mebel Kayu Jati Jepara.
Bogor: Program Pasca
Sarjana Institut Pertanian
Bogor; 2010.

9. Irawati, Purnomo. Pelangi di


Tanah Kartini: Kisah Aktor
Mebel Jepara Bertahan dan
Melangkah ke Depan. Bogor:
CIFOR; 2012.

10. Prasetyo Rawar D. Faktor-


Faktor yang Berhubungan
dengan Kapasitas Vital Paru
pada Pekerja Bengkel Las di
Pisangan, Ciputat Tahun
2010. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta; 2010.

11. Calder P, Jackson A.


Undernutrition, Infection and
Immune Function. United
Kingdom: University of
Southampton; 2000.

12. Santoso D, Halim. Buku Saku


Ilmu Penyakit Paru. Jakarta:
Hipokrates; 2000.

386

Anda mungkin juga menyukai