Anda di halaman 1dari 35

PEMERINTAH KOTA SEMARANG

DINAS PENATAAN RUANG


Jl. Pemuda No. 148 Semarang

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT


(RKS)

Kegiatan :
Penyelenggaraan Bangunan Gedung di Wilayah Daerah
Kabupaten/Kota, Pemberian Izin MendirikanBangunan (IMB)
dan Sertifikat Sertifikat Laik Fungsi

Pekerjaan :
Rehabilitasi Fasilitas Kelurahan Kelurahan Mangkang Kulon
BAB. 1
PEKERJAAN PERSIAPAN & PERSYARATAN UMUM

1.1. Spesifikasi Umum


Penyedia Jasa konstruksi diwajibkan mempelajari secara seksama seluruh
Gambar Kerja serta Uraian Pekerjaan dan Persyaratan Pelaksanaan Teknis,
seperti yang akan diuraikan dalam Buku ini.
Penyedia Jasa konstruksi diwajibkan Memiliki izin usaha yang terdiri :
a. Nomor Induk Berusaha (NIB);
b. Sertifikat Badan Usaha (SBU);
Dengan Klasifikasi Bangunan Gedung dan subklasifikasi Kontruksi Gedung
Lainnya (BG009).
Persyaratan Sertifikat Badan Usaha (SBU) tersebut harus diterbitkan oleh
LPJK sesuai yang ditetapkan oleh Pemerintah cq kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat;
Baik SBU maupun SIUJK wajib masih memiliki masa berlaku dan sudah
diregistrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Apabila terdapat ketidakjelasan, perbedaan-perbedaan dan / atau
kesimpangsiuran informasi dalam pelaksanaan, Penyedia Jasa konstruksi
diwajibkan mengadakan pertemuan dengan Direksi / Konsultan Pengawas
untuk mendapat, kejelasan pelaksanaan.

1.2. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai yang dinyatakan dalam Gambar
Kerja serta Uraian Pekerjaan dan Persyaratan Teknis.
Menyediakan tenaga kerja yang ahli, bahan-bahan, peralatan berikut alat
bantu lainnya.
Mengadakan pengamanan, pengawasan dan pemeliharaan terhadap bahan,
alat- alat kerja maupun hasil pekerjaan selama masa pelaksanaan
berlangsung sehingga seluruh pekerjaan selesai dengan sempurna.
Pekerjaan, pembersihan dan pengamanan dalam Tapak Bangunan
sebelum pelaksanaan dan setelah pembangunan.

1.3. Gambar Dokumen


Apabila terdapat ketidakjelasan, kesimpangsiuran, perbedaan dan / atau
ketidak sesuaian dan keragu-raguan diantara setiap Gambar Kerja, Penyedia
Jasa konstruksi diwajibkan melaporkan kepada Direksi / Konsultan
Pengawas gambar mana yang akan dijadikan pegangan. Hal tersebut di atas
tidak dapat dijadikan alasan dan Penyedia Jasa konstruksi untuk
memperpanjang / meng- claim biaya maupun waktu pelaksanaan.

1.4. Shop Drawing


Penyedia Jasa konstruksi wajib membuat shop drawing untuk detail khusus
yang belum tercakup lengkap dalam Gambar Kerja/Dokumen Kontrak
maupun yang diminta oleh Direksi / Konsultan Pengawas/ Perencana.
Dalam Shop Drawing ini harus jelas dicantumkan dan digambarkan semua
data yang diperlukan termasuk pengajuan contoh bahan, keterangan
produk, cara pemasangan dan / atau spesifikasi / persyaratan khusus sesuai
dengan spesifikasi pabrik.
1.5. Ukuran
Pada dasarnya semua ukuran dalam Gambar Kerja (Struktur) pada dasarnya
adalah ukuran jadi seperti dalam keadaan selesai.
Penyedia Jasa konstruksi tidak dibenarkan merubah atau mengganti ukuran
yang tercantum di dalam Gambar Pelaksanaan/Dokumen Kontrak tanpa
sepengatahuan Direksi.
1.6. Sarana Kerja
Penyedia Jasa konstruksi wajib memasukkan identitas, nama, jabatan,
keahlian masing-masing anggota kelompok kerja pelaksana dan inventarisasi
peralatan yang dipergunakan dalam pekerjaan ini
Penyedia Jasa konstruksi wajib memasukkan identifikasi tempat kerja
(workshop) dan peralatan yang dimiliki dimana pekerjaan Penyedia Jasa
konstruksi akan dilaksanakan serta jadwal kerja
Penyediaan tempat penyimpanan bahan/material di lapangan harus aman
dari segala kerusakan, kehilangan dan hal-hal yang dapat mengganggu
pekerjaan lain yang sedang berjalan serta memenuhi persyaratan
penyimpanan bahan tersebut.
Penyedia Jasa Konstruksi Wajib menyediakan Alat Pelindung Diri, Identitas
Pekerja, Identitas Tenaga Ahli, Rambu-rambu dalam pekerjaan Konstruksi,
dan Peraturan selama Konstruksi berlangsung dengan persetujuan pengawas
dan Direksi.
1.7. Standard Yang Dipergunakan
Semua pekerjaan yang akan dilaksanakan harus mengikuti Normalisasi
Indonesia, Standard Industri Konstruksi, Peraturan Nasional lainnya yang
ada hubungannya dengan pekerjaan, antara lain :
− SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
− SNI 1726-2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung
− SNI 03-1729-2002 Tata Cara Perhitungan Struktur Baja Untuk Bangunan
Gedung
− NI-2 PBI-19711 Peraturan Beton Indonesia ( 1971 )
− PUBI — 1982 Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia.
− NI-3 PMI PUBB 1 Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia.
− NI-4 Persyaratan Cat Indonesia.
− NI-5 PKKI Peraturan Kontruksi Kayu Indonesia.
− NI-8 Peraturan Semen Portland Indonesia.
− NI-10 Bata Merah Sebagai Bahan Bangunan.
− PPI-1979 Pedoman Plumbing Indonesia.
− PUIL-1977 Peraturan Umum Instalasi Listrik.
− PPBI-1984 Peraturan Perencanaan Bangunan Baja di Indonesia.
1.8. Syarat Bahan
Semua bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini harus dalam keadaan baik
tidak cacat, sesuai dengan spesifikasinya yang diminta dan bebas dari
noda lainnya yang dapat mengganggu kualitas maupun penampilan.
Untuk pekerjaan khusus/tertentu, selain harus mengikuti standard yang
dipergunakan juga harus mengikuti persyaratan Pabrik yang bersangkutan
1.9. Merk Pembuatan Bahan
Semua merk pembuatan atau merk dagang dalam uraian pekerjaan &
persyaratan Pelaksanaan teknis ini dimaksudkan sebagai dasar perbandingan
kualitas dan tidak diartikan sebagai suatu yang mengikat, kecuali bila
ditentukan lain.
Bahan/material dan komponen jadi yang dipasang/dipakai harus sesuai
dengan yang tercantum dalam Gambar, memenuhi standard spesifikasi bahan
tersebut.
Dalam pelaksanaanya, setiap bahan/material dan komponen jadi keluaran
pabrik harus di bawah pengawasan / supervisi Tenaga Ahli yang ditunjuk.
Direksi / Konsultan Pengawas berhak menunjuk Tenaga Ahli yang ditunjuk
Pabrik dan/atau Supplier yang bersangkutan tersebut sebagai pelaksana
Diisyaratkan bahwa satu merk pembuatan atau merk dagang yang
diperkenankan untuk setiap jenis bahan yang boleh dipakai dalam pekerjaan
ini, kecuali ada ketentuan lain yang disetujui Direksi / Konsultan Pengawas.
Semua bahan sebelum dipasang harus disetujui secara tertulis oleh Direksi /
Konsultan Pengawas/ Perencana
Contoh bahan yang akan digunakan harus diserahkan kepada Direksi /
Konsultan Pengawas/ Perencana sebanyak empat buah dari satu bahan yang
ditentukan untuk menetapkan standard of appearence. Paling lambat waktu
penyerahan contoh bahan adalah dua minggu setelah SPMK turun
1.10. Contoh Bahan/Material & Komponen Jadi
Untuk detail-detail hubungan tertentu, Penyedia Jasa konstruksi
diwajibkan membuat komponen jadi (mock up) yang harus diperlihatkan
kepada Direksi / Konsultan Pengawas/ Perencana untuk mendapat
persetujuan. Semua bahan untuk pekerjaan ini harus ditinjau dan diuji sesuai
dengan standard yang berlaku.
1.11. Koordinasi Pelaksanaan
Penunjukan Supplier dan/atau Sub Penyedia Jasa konstruksi harus
mendapatkan persetujuan dari Direksi / Konsultan Pengawas
Penyedia Jasa konstruksi wajib mengadakan koordinasi pelaksanaan
atas petunjuk Direksi / Konsultan Pengawas/ Perencana dengan
Penyedia Jasa konstruksi bawahan atau Supplier bahan.
Supplier wajib hadir mendampingi Direksi / Konsultan Pengawas/
Perencana di lapangan untuk pekerjaan tertentu atau khusus sesuai instruksi
Pabrik
1.12. Persyaratan Pekerjaan
Penyedia Jasa konstruksi wajib melaksanakan semua pekerjaan dengan
mengikuti petunjuk dan syarat pekerjaan, peraturan persyaratan pemakaian
bahan bangunan yang dipergunakan sesuai dengan uraian Pekerjaan &
Persyaratan Pelaksanaan Teknis dan / atau khusus sesuai intruksi Pabrik.
Sebelum melaksanakan setiap pekerjaan di Lapangan, Penyedia Jasa
konstruksi wajib memperhatikan dan melakukan koordinasi kerja terkait
pekerjaan lain antara lain pekerjaan Struktur, Arsitektur, Mekanikal,
Elektrikal, Plumbing / Sanitasi dan mendapat ijin tertulis dari Direksi.
1.13. Pelaksanaan Pekerjaan
Semua ukuran dan posisi termasuk pemasangan patok-patok di Lapangan
harus tepat sesuai Gambar Kerja.
Kemiringan yang dibuat harus cukup untuk mengalirkan air hujan menuju ke
selokan yang ada di sekitarnya serta mengikuti persyaratan-persyaratan yang
tertera di dalam Gambar Kerja. Tidak dibenarkan adanya genangan air.
Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa konstruksi wajib
meneliti Gambar Kerja dan melakukan pengukuran kondisi lapangan.
Setiap bagian dari pekerjaan harus mendapat persetujuan terlebih dahulu
dari Direksi / Konsultan Pengawas sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan
tersebut.
Semua pekerjaan yang sudah selesai terpasang, apabila perlu harus dilindungi
dari kemungkinan cacat yang disebabkan oleh pekerjaan lain.
Penyedia Jasa konstruksi tidak boleh menclaim sebagai pekerjaan tambah bila
terjadi Kerusakan suatu pekerjaan akibat keteledoran Penyedia Jasa
konstruksi, Penyedia Jasa konstruksi harus memperbaikinya sesuai dengan
keadaan semula.
Memperbaiki suatu pekerjaan yang tidak sesuai dengan persyaratan
yang berlaku/Gambar pelaksanaan atau Dokumen Kontrak.
Penunjukan Tenaga Ahli oleh Direksi / Konsultan Pengawas yang sesuai dengan
kegiatan suatu pekerjaan.
Semua pengujian bahan, pembuatan atau pelaksanaan di Lapangan harus
dilaksanakan oleh Penyedia Jasa konstruksi.
1.14. Pekerjaan Pembongkaran & Perbaikan Kembali
Penyedia Jasa konstruksi harus sudah memperhitungkan segala kondisi yang
ada / merkisting di Lapangan dan tidak terbatas pada Saluran Drainase, Pipa
Air Bersih, Pipa lainnya yang masih berfungi dan kabel bawah tanah apabila
ada.
Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan harus dilaksanakan pembongkaran
untuk pekerjaan lain, maka Penyedia Jasa konstruksi diwajibkan memperbaiki
kembali atau menyelesaikan pekerjaan tersebut sebaik mungkin tanpa
mengganggu sistem yang ada. Dalam kasus ini, Penyedia Jasa konstruksi
tidak dapat menclaim sebagai pekerjaan tambah.
Penyedia Jasa konstruksi wajib melapor kepada Direksi / Konsultan Pengawas
sebelum melakukan pembongkaran / pemindahan segala sesuatu yang ada di
Lapangan.
1.15. Permukaan Atas Lantai (Peil)
Peil ±0,00 di ambil esuai dengan gambar perencanaan.
Semua ukuran ketinggian galian, pondasi, sloof, kusen, dak beton, dan lain-
lain harus mengambil patokan dari peil ±0,00 tersebut.
1.16. Pekerjaan Pemasangan Bouwplank
Bouwplank dibuat dari kayu terentang (kayu hutan kelas IV) ukuran minimum
3/20 cm yang utuh dan kering. Bouwplank dipasang dengan tiang-tiang dari
kayu sejenis ukuran 5/7 cm dan dipasang pada setiap jarak satu meter. Papan
harus lurus dan diketam halus pada bagian atasnya.
Bouwplank harus benar-benar datar (waterpass) dan tegak lurus. Pengukuran
harus memakai alat ukur yang disetujui Konsultan Pengawas .
Bouwplank harus menunjukkan ketinggian ±0.00 dan as kolom/dinding. Letak
dan ketinggian permukaan bouwplank harus dijaga dan dipelihara agar tidak
berubah selama pekerjaan berlangsung.
1.17. Kantor Kontraktor, Los Dan Halaman Kerja, Gudang Dan Fasilitas Lain
Apabilan di perlukan Kontraktor harus membangun kantor dan
perlengkapannya, los kerja, gudang dan halaman kerja (work yard) di dalam
halaman pekerjaan, yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan sesuai
Kontrak. Kontraktor harus juga menyediakan untuk pekerja/buruhnya fasilitas
sementara (tempat mandi dan peturasan) yang memadai untuk mandi dan
buang air.
Kontraktor harus membuat tata letak/denah halaman proyek dan rencana
konstruksi fasilitas-fasilitas tersebut. Kontraktor harus menjamin agar
seluruh fasilitas itu tetap bersih dan terhindar dari kerusakan. Dengan seijin
Kuasa Pengguna Anggaran, Kontraktor dapat menggunakan kembali kantor,
los kerja, gudang dan halaman kerja yang sudah ada.

1.18. Ketentuan Pelaksanaan K3


Ketentuan administrasi
Kewajiban umum di sini dimaksudkan kewajiban umum bagi perusahaan
Penyedia Jasa Konstruksi, yaitu :
1) Penyedia Jasa berkewajiban untuk mengusahakan agar tempat kerja,
peralatan, lingkungan kerja dan tata cara kerja diatur sedemikian
rupa sehingga tenaga kerja terlindungi dari resiko kecelakaan.
2) Penyedia Jasa menjamin bahwa mesin-mesin peralatan, kendaraan
atau alat-alat lain yang akan digunakan atau dibutuhkan sesuai dengan
peraturan keselamatan kerja, selanjutnya barang-barang tersebut
harus dapat dipergunakan secara aman.
3) Penyedia Jasa turut mengadakan pengawasan terhadap tenaga kerja,
agar tenaga
4) kerja tersebut dapat melakukan pekerjaan dalam keadaan selamat
dan sehat.
5) Penyedia Jasa menunjuk petugas keselamatan kerja yang karena
jabatannya di dalam organisasi Penyedia Jasa, bertanggung jawab
mengawasi koordinasi pekerjaan yang dilakukan untuk menghindarkan
resiko bahaya kecelakaan.
6) Penyedia Jasa memberikan pekerjaan yang cocok untuk tenaga kerja
sesuai dengan keahlian, umur, jenis kelamin dan kondisi
fisik/kesehatannya.
7) Sebelum pekerjaan dimulai Penyedia Jasa menjamin bahwa semua
tenaga kerja telah diberi petunjuk terhadap bahaya dari pekerjaannya
masing-masing dan usaha pencegahannya, untuk itu Penyedia Jasa
dapat memasang papan-papan pengumuman, papan-papan peringatan
serta sarana pencegahan yang dipandang perlu.
8) Orang tersebut bertanggung jawab pula atas pemeriksaan berkala
terhadap semua tempat kerja, peralatan, sarana-sarana pencegahan
kecelakaan, lingkungan kerja dan cara pelaksanaan kerja yang aman.
9) Hal-hal yang menyangkut biaya yang timbul dalam rangka
penyelenggaraan keselamatan dan kesehatan kerja menjadi tanggung
jawab Penyedia Jasa.

Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja


Penyedia Jasa Konstruksi harus menugaskan secara khusus Ahli K3 dan
tenaga K3 untuk setiap proyek yang dilaksanakan. Tenaga K3 tersebut
harus masuk dalam struktur organisasi pelaksanaan konstruksi setiap
proyek, dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Petugas keselamatan dan kesehatan kerja harus bekerja secara penuh
(full-time)
2) untuk mengurus dan menyelenggarakan keselamatan dan kesehatan
kerja.
3) Pengurus dan Penyedia Jasa yang mengelola pekerjaan dengan
mempekerjakan pekerja dengan jumlah minimal 100 orang atau
kondisi dari sifat proyek memang memerlukan, diwajibkan
membentuk unit pembina K3.
4) Panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja tersebut ini
merupakan unit struktural dari organisasi penyedia jasa yang dikelola
oleh pengurus atau penyedia jasa.
5) Petugas keselamatan dan kesehatan kerja tersebut bersama-sama
dengan panitia pembina keselamatan kerja ini bekerja sebaik-
baiknya, dibawah koordinasi pengurus atau Penyedia Jasa, serta
bertanggung jawab kepada pemimpin proyek.
6) Penyedia jasa harus mekukan hal-hal sebagai berikut :
a) Memberikan panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja
fasilitas-fasilitas dalam melaksanakan tugas mereka.
b) Berkonsultasi dengan panitia pembina keselamatan dan kesehatan
kerja dalam segala hal yang berhubungan dengan keselamatan dan
kesehatan kerja dalam proyek.
c) Mengambil langkah-langkah praktis untuk memberi efek pada
rekomendasi dari panitia pembina keselamatan dan kesehatan
kerja.
7) Jika 2 (dua) atau lebih Penyedia Jasa bergabung dalam suatu proyek
mereka harus bekerja sama membentuk kegiatan kegiatan
keselamatan dan kesehatan kerja.
Laporan kecelakaan
Salah satu tugas pelaksana K3 adalah melakukan pencatatan atas
kejadian yang terkait dengan K3, dimana :
1) Setiap kejadian kecelakaan kerja atau kejadian yang berbahaya harus
dilaporkan kepada Instansi yang terkait.
2) Laporan tersebut harus meliputi statistik yang akan menunjukkan hal-
hal sebagai berikut :
a) Menunjukkan catatan kecelakaan dari setiap kegiatan kerja,
pekerja masing-masing dan
b) Menunjukkan gambaran kecelakaan-kecelakaan dan sebab-
sebabnya.

Keselamatan kerja dan pertolongan pertama pada kecelakaan


Organisasi untuk keadaan darurat dan pertolongan pertama pada
kecelakaan harus dibuat sebelumnya untuk setiap proyek yang meliputi
seluruh pegawai/petugas pertolongan pertama pada kecelakaan dan
peralatan, alat-alat komunikasi dan alat-alat lain serta jalur
transportasi, dimana :
1) Tenaga kerja harus diperiksa kesehatannya.
a. Sebelum atau beberapa saat setelah memasuki masa kerja
pertama kali (pemeriksaan kesehatan sebelum masuk kerja
dengan penekanan pada kesehatan fisik dan kesehatan individu),
b. Secara berkala, sesuai dengan risiko-risiko yang ada pada
pekerjaan tersebut.
2) Tenaga kerja di bawah umur 18 tahun harus mendapat pengawasan
kesehatan khusus, meliputi pemeriksaan kembali atas kesehatannya
secara teratur.
3) Data yang diperoleh dari pemeriksaan kesehatan harus dicatat dan
disimpan untuk referensi.
4) Pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan atau penyakit yang tiba-
tiba, harus dilakukan oleh Dokter, Juru Rawat atau seorang yang
terdidik dalam pertolongan pertama pada kecelakaan (PPPK).
5) Alat-alat PPPK atau kotak obat-obatan yang memadai, harus
disediakan di tempat kerja dan dijaga agar tidak dikotori oleh debu,
kelembaban udara dan lain-lain.
6) Alat-alat PPPK atau kotak obat-obatan harus berisi paling sedikit
dengan obat untuk kompres, perban, antiseptik, plester, gunting dan
perlengkapan gigitan ular.
7) Alat-alat PPPK dan kotak obat-obatan harus tidak berisi benda-benda
lain selain alat-alat PPPK yang diperlukan dalam keadaan darurat.
8) Alat-alat PPPK dan kotak obat-obatan harus berisi keterangan-
keterangan/instruksi yang mudah dan jelas sehingga mudah
dimengerti.
9) Isi dari kotak obat-obatan dan alat PPPK harus diperiksa secara teratur
dan harus dijaga supaya tetap berisi (tidak boleh kosong).
10) Kereta untuk mengangkat orang sakit (tandu) harus selalu tersedia.
11) ika tenaga kerja dipekerjakan di bawah tanah atau pada keadaan lain,
alat penyelamat harus selalu tersedia di dekat tempat mereka
bekerja.
12) Jika tenaga kerja dipekerjakan di tempat-tempat yang menyebabkan
adanya risiko tenggelam atau keracunan, alat-alat penyelematan
harus selalu tersedia di dekat tempat mereka bekerja.
13) Persiapan-persiapan harus dilakukan untuk memungkinkan
mengangkut dengan cepat, jika diperlukan untuk petugas yang sakit
atau mengalami kecelakaan ke rumah sakit atau tempat berobat
lainnya.
14) Petunjuk/informasi harus diumumkan/ditempel di tempat yang baik
dan strategis yang memberitahukan antara lain :
a. Tempat yang terdekat dengan kotak obat-obatan, alat-alat PPPK,
ruang PPPK, ambulans, tandu untuk orang sakit, dan tempat
dimana dapat dicari petugas K3.
b. Tempat telepon terdekat untuk menelepon/memanggil ambulans,
nomor telepon dan nama orang yang bertugas dan lain-lain.
c. Nama, alamat, nomor telepon Dokter, rumah sakit dan tempat
penolong yang dapat segera dihubungi dalam keadaan darurat.
Pembiayaan keselamatan dan kesehatan kerja
Biaya operasional kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja harus sudah
diantisipasi sejak dini yaitu pada saat Pengguna Jasa mempersiapkan
pembuatan desain dan perkiraan biaya suatu proyek jalan dan jembatan.
Sehingga pada saat pelelangan menjadi salah satu item pekerjaan yang
perlu menjadi bagian evaluasi dalam penetapan pemenang lelang.
Selanjutnya Penyedia Jasa harus melaksanakan prinsip-prinsip kegiatan
kesehatan dan keselamatan kerja termasuk penyediaan prasarana,
sumberdaya manusia dan pembiayaan untuk kegiatan tersebut dengan
biaya yang wajar, oleh karena itu baik Penyedia Jasa dan Pengguna Jasa
perlu memahami prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja ini
agar dapat melakukan langkah persiapan, pelaksanaan dan
pengawasannya.

Ketentuan teknis
Aspek lingkungan
Dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan K3 untuk konstruksi jalan
dan jembatan, Penyedia Jasa harus mengacu pada Dokumen Rencana
Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan
(RPL) atau Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL), bila dokumen tersebut tidak ada maka perencanaan
dan pelaksanaan K3 terutama terkait dengan aspek lingkungan harus
mendapatkan persetujuan dari direksi pekerjaan.

Tempat kerja dan peralatan


Ketentuan teknis pada tempat kerja dan peralatan pada suatu proyek
terkait dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut:
1) Pintu masuk dan keluar
a. Pintu masuk dan keluar darurat harus dibuat di tempat-tempat
kerja.
b. Alat-alat/tempat-tempat tersebut harus diperlihara dengan baik.
2) Lampu / penerangan
a. Jika penerangan alam tidak sesuai untuk mencegah bahaya, alat-
alat penerangan buatan yang cocok dan sesuai harus diadakan di
seluruh tempat kerja, termasuk pada gang-gang.
b. Lampu-lampu harus aman, dan terang.
c. Lampu-lampu harus dijaga oleh petugas-petugas bila perlu
mencegah bahaya apabila lampu mati/pecah.

3) Ventilasi
a. Di tempat kerja yang tertutup, harus dibuat ventilasi yang sesuai
untuk mendapat udara segar.
b. Jika perlu untuk mencegah bahaya terhadap kesehatan dari udara
yang dikotori oleh debu, gas-gas atau dari sebab-sebab lain; harus
dibuatkan ventilasi untuk pembuangan udara kotor.
c. Jika secara teknis tidak mungkin bisa menghilangkan debu, gas
yang berbahaya, tenaga kerja harus disediakan alat pelindung diri
untuk mencegah bahaya-bahaya tersebut di atas.
4) Kebersihan
a) Bahan-bahan yang tidak terpakai dan tidak diperlukan lagi harus
dipindahkan ke tempat yang aman.
b) Semua paku yang menonjol harus disingkirkan atau dibengkokkan
untuk mencegah terjadinya kecelakaan.
c) Peralatan dan benda-benda kecil tidak boleh dibiarkan karena
benda-benda tersebut dapat menyebabkan kecelakaan, misalnya
membuat orang jatuh atau tersandung (terantuk)
d) Sisa-sisa barang alat-alat dan sampah tidak boleh dibiarkan
bertumpuk di tempat kerja.
e) Tempat-tempat kerja dan gang-gang yang licin karena oli atau
sebab lain harus dibersihkan atau disiram pasir, abu atau
sejenisnya.
f) Alat-alat yang mudah dipindah-pindahkan setelah dipakai harus
dikembalikan pada tempat penyimpanan semula.

Pencegahan terhadap kebakaran dan alat pemadam kebakaran


Untuk dapat mencegah terjadinya kebakaran pada suatu tempat atau
proyek dapat dilakukan pencegahan sebagai berikut :
1) Di tempat-tempat kerja dimana tenaga kerja dipekerjakan harus
tersedia :
a. Alat-alat pemadam kebakaran.
b. Saluran air yang cukup dengan tekanan yang besar.
2) Pengawas dan sejumlah/beberapa tenaga kerja harus dilatih untuk
menggunakan alat pemadam kebakaran.
3) Orang-orang yang terlatih dan tahu cara mengunakan alat pemadam
kebakaran harus selalu siap di tempat selama jam kerja.
4) Alat pemadam kebakaran, harus diperiksa pada jangka waktu tertentu
oleh orang yang berwenang dan dipelihara sebagaimana mestinya.
5) Alat pemadam kebakaran seperti pipa-pipa air, alat pemadam
kebakaran yang dapat dipindah-pindah (portable) dan jalan menuju
ke tempat pemadam kebakaran harus selalu dipelihara.
6) Peralatan pemadam kebakaran harus diletakkan di tempat yang
mudah dilihat dan dicapai.
7) Sekurang kurangnya sebuah alat pemadam kebakaran harus tersedia
di tempat-tempat sebagaiberikut :
a) di setiap gedung dimana barang-barang yang mudah terbakar
disimpan.
b) di tempat-tempat yang terdapat alat-alat untuk mengelas.
c) pada setiap tingkat/lantai dari suatu gedung yang sedang dibangun
dimana terdapat barang-barang dan alat-alat yang mudah
terbakar.
8) Beberapa alat pemadam kebakaran dari bahan kimia kering harus
disediakan :
a) di tempat yang terdapat barang-barang/benda-benda cair yang
mudah terbakar.
b) di tempat yang terdapat oli, bensin, gas dan alat-alat pemanas
yang menggunakan api.
c) di tempat yang terdapat aspal dan ketel aspal.
d) di tempat yang terdapat bahaya listrik/bahaya kebakaran yang
disebabkan oleh aliran listrik.
9) Alat pemadam kebakaran harus dijaga agar tidak terjadi kerusakan-
kerusakan teknis.
10) Alat pemadam kebakaran yang berisichlorinated hydrocarbon atau
karbon tetroclorida tidak boleh digunakan di dalam ruangan atau di
tempat yang terbatas (ruangan tertutup, sempit).
11) Jika pipa tempat penyimpanan air(reservoir, standpipe) dipasang di
suatu gedung, pipa tersebut harus :
a) dipasang di tempat yang strategis demi kelancaran pembuangan.
b) dibuatkan suatu katup pada setiap ujungnya.
c) dibuatkan pada setiap lubang pengeluaran air dari pipa dengan
sebuah katup yang menghasilkan pancaran air bertekanan tinggi.
d) mempunyai sambungan yang dapat digunakan Dinas Pemadam
Kebakaran

Perlengkapan keselamatan kerja


Berbagai jenis perlengkapan kerja standar untuk melindungi pekerja dalam
melaksanakan tugasnya antara lain sebagai berikut :
1) Safety hat, yang berguna untuk melindungi kepala dari benturan benda
keras selama mengoperasikan atau memelihara AMP.
2) Safety shoes, yang akan berguna untuk menghindarkan terpeleset karena
licin atau melindungi kaki dari kejatuhan benda keras dan sebagainya.
3) Kaca mata keselamatan, terutama dibutuhkan untuk melindungi mata
pada lokasi pekerjaan yang banyak serbuk metal atau serbuk material
keras lainnya.
4) Masker, diperlukan pada medan yang berdebu meskipun ruang operator
telah tertutup rapat, masker ini dianjurkan tetap dipakai.
5) Sarung tangan, dibutuhkan pada waktu mengerjakan pekerjaan yang
berhubungan dengan bahan yang keras, misalnya membuka atau
mengencangkan baut dan sebagainya.

Gambar 4.1. Perlengkapan keselamatan kerja

Pedoman untuk pelaku utama konstruksi


Pedoman untuk manajemen puncak
Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian manajemen puncak untuk
mengurangi biaya karena kecelakaan kerja, antara lain :
1) Mengetahui catatan tentang keselamatan kerja dari semua manajer
lapangan. Informasi ini digunakan untuk mengadakan evaluasi terhadap
program keselamatan kerja yang telah diterapkan.
2) Kunjungan lapangan untuk mengadakan komunikasi tentang keselamatan
kerja dengan cara yang sama sebagaimana dilakukan pelaksanaan
monitoring dan pengendalian mengenai biaya dan rencana penjadualan
pekerjaan.
3) Mengalokasikan biaya keselamatan kerja pada anggaran perusahaan dan
mengalokasikan biaya kecelakaan kerja pada proyek yang dilaksanakan.
4) Mempersyaratkan perencanaan kerja yang terperinci sehingga dapat
memberikan jaminan bahwa peralatan atau material yang digunakan
untuk melaksanakan pekerjaan dalam kondisi aman.
5) Para pekerja yang baru dipekerjakan menjalani latihan tentang
keselamatan kerja dan memanfaatkan secara efektif keahlian yang ada
pada masing masing divisi (bagian) untuk program keselamatan kerja.

Pedoman untuk manajer dan pengawas


Untuk para manajer dan pengawas, hal-hal berikut ini dapat diterapkan untuk
mengurangi kecelakaan dan gangguan kesehatan dalam pelaksanan
pekerjaan bidang konstruksi :
1) Manajer berkewajiban untuk melindungi keselamatan dan kesehatan
pekerja konstruksi sehingga harus menerapkan berbagai aturan, standar
untuk meningkatkan K3, juga harus mendorong personil untuk
memperbaiki sikap dan kesadaran terhadap K3 melalui komunikasi yang
baik, organisasi yang baik, persuasi dan pendidikan, menghargai pekerja
untuk tindakan-tindakan aman, serta menetapkan target yang realistis
untuk K3.
2) Secara aktif mendukung kebijakan untuk keselamatan pada pekerjaan
seperti dengan memasukkan masalah keselamatan kerja sebagai bagian
dari perencanaan pekerjaan dan memberikan dukungan yang positif.
3) Manajer perlu memberikan perhatian secara khusus dan mengadakan
hubungan yang erat dengan para mandor dan pekerja sebagai upaya untuk
menghindari terjadi kecelakaan dan permasalahan dalam proyek
konstruksi. Manajer dapat melakukannya dengan cara
a) Mengarahkan pekerja yang baru pada pekerjaannya dan
mengusahakan agar mereka berkenalan akrab dengan personil dari
pekerjaan lainnya dan hendaknya memberikan perhatian yang khusus
terhadap pekerja yang baru, terutama pada hari-harinya yang
pertama.
b) Melibatkan diri dalam perselisihan antara pekerja dengan mandor,
karena dengan mengerjakan hal itu, kita akan dapat memahami
mengenai titik sudut pandang pari pekerja. Cara ini bukanlah
mempunyai maksud untuk merusak (“merongrong”) kewibawaan pihak
mandor, tetapi lebih mengarah untuk memastikan bahwa pihak
pekerja itu telah diperlakukan secara adil (wajar).
c) Memperlihatkan sikap menghargai terhadap kemampuan para mandor
tetapi juga harus mengakui suatu fakta bahwa pihak mandor itu pun
(sebagai manusia) dapat membuat kesalahan. Hal ini dapat
dilaksanakan dengan cara mengizinkan para mandor untuk memilih
para pekerjanya sendiri (tetapi tidak menyerahkan kekuasaan yang
tunggal untuk memberhentikan pekerja).
Pedoman untuk mandor
Mandor dapat mengurangi kecelakaan dan gangguan kesehatan dalam
pelaksanaan pekerjaan bidang konstruksi dengan :
1) Memperlakukan pekerja yang baru dengan cara yang berbeda, misalnya
dengan tidak membiarkan pekerja yang baru itu bekerja sendiri secara
langsung atau tidak menempatkannya bersama-sama dengan pekerja yang
lama dan kemudian membiarkannya begitu saja.
2) Mengurangi tekanan terhadap pekerjanya, misalnya dengan tidak
memberikan target produktivitas yang tinggi tanpa memperhatikan
keselamatan dan kesehatan pekerjanya.
Selanjutnya manajemen puncak dapat membantu para mandor untuk
mengurangi kecelakaan kerja dengan cara berikut ini :
1) Secara pribadi memberikan penekanan mengenai tingkat kepentingan dari
keselamatan kerja melalui hubungan mereka yang tidak formal maupun
yang formal dengan para mandor di lapangan.
2) Memberikan penekanan mengenai keselamatan kerja dalam rapat pada
tataran perusahaan.
Pedoman untuk pekerja
Pedoman yang dapat digunakan pekerja untuk mengurangi kecelakaan dan
gangguan kesehatan dalam pelaksanaan pekerjaan bidang konstruksi antara
lain adalah :
1) Permasalahan pribadi dihilangkan pada saat masuk lingkungan kerja.
2) Tidak melakukan pekerjaan bila kondisi kesehatan kurang mendukung.
3) Taat pada aturan yang telah ditetapkan.
4) Memahami program keselamatan dan kesehatan kerja.
5) Memahami lingkup kerja yang diberikan.

Pejabat Pembuat Komitmen


Dinas Penataan Ruang Kota Semarang

RYAN SAPUTRA, ST
NIP. 19801220 201001 1 019
SYARAT SYARAT TEKNIS PELAKSANAAN PEKERJAAN
(METODE PELAKSANAAN)

PASAL 1
PEKERJAAN BETON

1. Lingkup Pekerjaan
Pembetonan dilakukan sesuai gambar kerja yang memiliki material beton
dengan mutu sesuai dengan spesifikasi yang tertera pada gambar.
2. Beton Adukan Semen
a. Beton merupakan campuran PC, air dan material berbutir dan tidak
boleh memakai bahan lain tanpa ijin direksi. Penggunaan semen SNI 15-
2049-2004. setelah beton mengeras harus didapat bahan yang padat,
awet dan kokoh dan mempunyai sifat yang diisyaratkan.
b. Perbandingan antara butir halus dan kasar tergantung gradasi. Tetapi
butir halus lebih sedikit dan bila dikombinasikan dengan PC akan
menghasilkan adukan yang mengisi rongga antara butiran kasar dan cukup
tersisa untuk membentuk permukaan halus (Beton Merkpose).
c. Sebelum pekerjaan pembetonan dimulai kontraktor akan membiayai
seperti yang disyaratkan sesuai kehendak direksi untuk menentukan
perbandingan material berbutir kasar, persentase semen dan nilai air
semen.
d. Direksi dapat mengubah perbandingan campuran beton itu bilaman
dipandang perlu selama pelaksanaan untuk dapat mencapai persyaratan
yang sesuai.
3. Mutu Beton
a. Mutu beton untuk semua pekerjaan beton, paling sedikit dengan beton
beton mutu f'c = 14,5 MPa (K 175) slump (12± 2) cm w/c = 0,66 dan
menyesuaikan dengan gambar kerja,
b. Agar persyaratan mutu beton tersebut dapat tercapai, maka kontraktor
menghubungi laboratorium yang ditunjuk direksi untuk penentuan
mixed design nya.
c. Jika terjadi penyimpangan mutu beton maka direksi berhak
memerintahkan kontraktor untuk membongkar tanpa ada tuntutan biaya
tambahan.
d. Sebelum disetujui rencana campuran beton, atau ditentukannya
perubahan suatu rencana campuran yang telah ada maka direksi
menunjuk perlu diadakan percobaan.
e. Bila percobaan pendahuluan memenuhi syarat maka dapat
dipakaipada pekerjaan selanjutnya yang sesuai.
f. Untuk pelaksanaan pekerjaan beton yang besar lebih dari 60 m3,
harus dibentuk benda uji setiap 5 m3, atau setiap truck mixer
datang dengan minimum tiga benda uji setiap hari/ kedatangan, kecuali
permulaan pekerjaan dimana frekuensi pembuatan benda uji harus
lebih besar, agar segera terkumpul 20 benda uji.
g. Dalam hal khusus pada konstruksi memungkinkan direksi untuk
mempertimbangkan agar tentang pengurangan beton itu, maka diadakan
percobaan pembebanan, sehingga pembongkaran beton pada tempat itu
tidak dilaksanakan.
h. Penyimpanan dari gambar konstruksi rencana, dapat mengakibatkan
pekerjaan tersebut dibongkar dan diperbaharui lagi sesuai dengan
spesifikasi dan petunjuk direksi.
i. Keropos pada waktu pelaksanaan dapat dipertimbangkan oleh direksi
untuk dibongkar bila dianggap membahayakan konstruksi, dan
sepenuhnya tanggung jawab kontraktor dan biaya sepenuhnya ditanggung
kontraktor.
j. Sebelum pengecoran dimulai harus mendapat ijin tertulis direksi tentang
rangkaian pembesian dan kebersihan material dan air yang digunakan,
serta hal lainnya.
k. Sebelum menuangkan beton mortel kearah cetakan beton, harus
diperiksa dahulu slumpnya, apabila memenuhi syarat dan dipandang
menurut direksi pekerjaan dapat dilaksanakan, jika tidak maka dibuang
dan tidak digunakan.
4. Penyimpanan Material
a. Cara pengerjaan dan penyimpangan agregate beton hendaknya
diusahakan sedemikian agar tidak terjadi satu pemisahan (segregation
atau pengotoran bahan lain dari luar). Agregat disimpan terpisah-pisah
menurut ukurannya gara tidak saling tercampur.
b. Semen harus disimpan yang rapi menurut datangnya sehingga
pemakaian dapat diusahakan sedemikian agar tidak ada semen yang
terlalu lama berada di penyimpanan. Umur semen yang dapat digunakan
pada konstruksi beton tidak melebihi 3 bulan. Direksi tidak
memperkenankan semen yang melebihi umur 3 bulan asal didasarkan hasil
test yang memuaskan dimana test tadi atas biaya dari kontraktor.
c. Semen yang telah menggumpal tidak dipebolehkan untuk dipakai dalam
pekerjaan konstruksi. Penggudangan tersebut hendaknya disesuaikan agar
jumlah material cukup banyak untuk menjaga kemacetan pekerjaan yang
diakibatkan keterlambatan pengiriman material.
d. Pengiriman semen ke tempat penyimapanan atau pekerjaan harus dijaga
agar semen tidak lembab.
5. Pengadukan Beton
a. Syarat pelaksanaan pekerjaan beton dari mengaduk sampai
perawatannya hendaknya sesuai dengan yang diisyaratkan dalam SNI 03-
2847-2002.
b. Pengadukan pengangkutan dan pengecoran sebaiknya dilakukan pada
cuaca yang baik. Bila hari hujan atau panas maka harus dilakukan suatu
usaha-usaha untuk dapat melindungi alat-alat pengadukan atau
pengerjaan pengadukan, pengangkutan dan pengecoran sedemikian
sehingga didapat jaminan sehingga nilai air semen tidak akan berubah.
c. Bila dalam hal ini direksi berpendapat usaha-usaha untuk melindungi
pengadukan, pengecoran dan pengangkutan tidak cukup, atau
dalam beberapa hal tidakdapat dijamin nilai air semen dapat
dipertahankan, direksi dapat memutuskan agar pengecoran dapat ditunda
sampai pada cuaca yang lebih baik. Akibat penundaan ini daoat dijadikan
alasan untuk menuntut ganti rugi.
d. Beton harus diaduk di dalam lapangan yaitu pada central mixingplant,
dengan alat-alat yang sesuai dimana akan dapat dihasilkan adukan yang
homogen. Semen ditakar dengan jumlah terdiri dari saknya, maka harus
diusahakan sedemikian rupa sehingga saknya berjumlah bulat. Kapasitas
mesin pengaduk hendaknya jangan dilampaui.
e. Lamanya pengadukan umumnya tidak boleh kurang dari 1,5 menit,
dihitung dari saat tercampurnya semua bahan-bahan beton termasuk air.
Untuk mixer kapasitas lebih dari 1m3, maka waktu minimum tersebut
dapat ditambah sesuai petunjuk direksi. Sebelum waktu minimum selesai
tidak diperbolehkan menghentikan mesin dan atau mengambil sebagian
isinya.
f. Pada permulaan pengadukan, semen, pasir dan air dari adukan itu
akan menempel pada dinding kontainer. Karena itu hendaknya pada
pengadukan pertama dipertahankan sedemikian rupa agar hasil adari
adukan pemula itu jumlah semen, air dan pasir tidak kurang dari
pesyaratan yang sebenarnya.
g. Sebelum membuat adukan baru, hasil adukan sebelumnya harus sudah
keluar semua dari kontainer.
h. Harus selalu disediakan ditempat pekerjaan sebuah atau beberapa buah
mixer yang selalu siap digunakan bila digunakan antara lain dalam
keadaan dimana segera dibutuhkan adukan beton untuk mengisi kembali
bagian-bagian yang rusak (reserve mixer).
i. Pengadukan kembali beton-beton yang sudah mulai mengeras
tidak diperbolehkan. Beton didalam keadaan seperti itu bila
rusak harus dibuang/disingkirkan dari lokasi pekerjaan.
j. Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat
pengecoran harus dilakukan dengan cara-cara dengan mana dapat
dicegah segredasi dan kehilangan bahan-bahan (air, semen atau butir
halus).
k. Cara pengangkutan adukan beton harus lancar sehingga tidak
terjadi perbedaan waktu pengikatan yang menyolok antara beton yang
sudah dicor dan kan diberi cor.
l. Memindahkan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat
pengecoran dengan perantaraan talang-talang miring hanya dapat
dilakukan dengan ijin direksi.
m. Adukan beton umumnya harus sudah dicor dalam waktu satu jam setelah
pengadukan air dimulai. Jangka waktu ini harus diperhatikan apabila
diperlukan waktu pengangkutan yang panjang.
6. Pengecoran Beton
a. Pengecoran tidak boleh dilakukan sebelum pekerjaan perancah dan
pekerjaan persiapan yang disebutkan pada spesifikasi ini telah sempurna
dikerjakan dan disetujui oleh direksi.
b. Sebelum pengecoran dimulai, semua alat-alat material pekerja-pekerja
harus sudah ada di tempat dimana harus bekerja, dan semua alat-
alat dalam keadaan bersih serta siap pakai. Permukaan sebelah dalam
dari acuan harus sudah dibersihkan dari bahan-bahan lepas maupun
potongan kawat/besi. Acuan yang terbuat dari kayu dimana
dikhawatirkan adanya pengisapan air oleh kayu, maka acuan harus
dibasahi dengan air dahulu hingga jernih.
c. Tulang-tulangan harus disetujui dahulu oleh direksi mengenai
penempatannya dan harus diberi beton dekking sedemikiam sehingga
untuk pengecoran dan pemadatan beton nantinya akan menyebabkan
tulangan bergeser terlalu dekat dengan permukaan luar beton.
d. Pemakaian bahan-bahan pembantu dengan maksud memudahkan
pelepasan acuan setelah beton mengeras dan sudah betul-betul diperiksa
sehingga tidak mengganggu pelekatan antara besi dan beton. Bidang
beton lama akan berhubungan dengan beton yang akan dicor, harus
terlebih dahulu dikasarkan dan disiram dengan air semen hingga jenuh.
e. Dekat dengan pengecoran beton baru, bidang-bidang kontak beton
lama tersebut harus sudah disapu dengan mortal yang cmapurannya sesuai
dengan betonnya. Atau diberi pengait beton lama dan beton baru.
f. Bilamana pengecoran yang akan dilakukan diperkirakan sampai malam
hari perelengkapan-perlengkapan penerangan dan lain-lain harus sudah
dipersiapkan sebelumnya.
g. Pengecoran dilakukan segera setelah selesai pengadukan dan sebelum
beton mulai mengeras. Pengecoran dan pengerjaan beton harus
diselesaikan dalam waktu paling lama 20 menit sesudah keluar dari mixer
kecuali bila diberikan bahan-bahan pembantu dengan maksud untuk
melambatkan proses pengerasan beton.
h. Cara pengerjaan pengecoran beton hendaknya dikerjakan
sedemikian sehingga tidak terjadi pemisahan bahan (segregation) dan
pengerjaan kembali beton yang telah selesai dicor itu.
i. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan melebihi tinggi 1,5 meter dan
tidak diperkenankan menimbun beton dalam jumlah banyak disuatu
tempat dengan maksud untuk kemudian meratakannya sepanjang acuan.

PASAL 2
PEKERJAAN PEMBONGKARAN BANGUNAN EKSISTING

1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi pembongkaran bangunan yang disesuaikan dengan
kebutuhan ruang untuk area konstruksi maupun bangunan rencana
nantinya.
b. Pekerjaan pembongkaran hanya merubuhkan atau mendemolish bangunan
tanpa mengambil dari barang – barang yang masih memiliki nilai jual
nantinya seperti material besi tulangan beton, kayu, kaca, papan, maupun
instalasi kelistrikan dll.
2. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Pihak kontraktor melakukan pembongkaran atas persetujuan owner
dengan didampingi pihak konsultan pengawas dalam proses pembongkaran
agar menjamin material yang memiliki nilai jual dapat dibongkar dengan
baik, agar memiliki nilai jual yang maksimal.
b. Saat pembongkaran apabila ada jaringan maupun instalasi ada yang
terganggu maupun rusak, maka dari pihak kontraktor dapat bertanggung
jawab untuk memperbaikinya atau bahkan menggantinya dengan
spesifikasi yang sama agar sesuai saat barang tersebut masih normal.
c. Setelah selesai dilakukan pembongkaran pihak kontraktor harus
memisahkan barang yang memiliki nilai jual dan yang tidak memiliki nilai
jual agar mudah dalam proses mobilisasi hasil pembongkaran ke luar
proyek, untuk barang yang tidak memiliki nilai dapat dibuang oleh pihak
kontraktor ke tempat yang aman diluar site proyek serta untuk barang
yang memiliki nilai jual pihak kontraktor memfasilitasi peralatan untuk
saat proses penjualan material tersebut.

PASAL 3
PEKERJAAN PEMBERSIHAN, PEMBONGKARAN, DAN
PENGAMANAN SETELAH PEMBANGUNAN

Lingkup Pekerjaan
a. Pembersihan diawal dan selama pekerjaan berlangsung hingga proyek selesai
serah terima ke pihak owner, Tapak Konstruksi dan pada semua pekerjaan
yang termasuk untuk mempersiapkan mobilitas alat dan bahan material
konstruksi (membersihkan lahan parkir depan) dalam Lingkup Pekerjaan
seperti tercantum di Gambar Kerja dan terurai dalam Buku ini dari semua
barang atau bahan bangunan lainnya yang dinyatakan tidak digunakan lagi
setelah pekerjaan yang menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa Konstruksi
bersangkutan selesai.
b. Selama pembangunan berlangsung, Penyedia Jasa Konstruksi harus
menjaga Keamanan bahan/material, barang maupun bangunan yang
dilaksanakannya sampai tahap serah terima, serta kebersihan area proyek
selama proses konstruksi berlangsung.
c. Penyedia Jasa Konstruksi harus membuat pengaman-pengaman, proteksi,
barikade yang harus dipasang pada tempat-tempat yang berbahaya (tepi plat,
void, core lift dll) dimana orang dapat jatuh kedalamnya, pada saat
pelaksanaan pekerjaan maupun setelah selesai.
d. Dimana konstruksi dari pengamanan keliling area konstruksi menggunakan
pagar seng serta konstruksi dari direksi keet dibuat sendiri oleh pihak
kontraktor, disesuaikan terhadap spesifikasi pada RAB (Rincian Anggaran
Biaya)

PASAL 4
PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN

a. Lingkup Pekerjaan
Bagian ini meliputi seluruh pekerjaan plesteran dan acian pada seluruh
dinding bata dan lain-lain seperti yang dijelaskan dalam gambar pelaksanaan.
Meliputi pembuatan sudut baik lengkung pada kolom, sudut siku pada
pertemuan dinding, sudut siku pada pertemuan komponen bangunan dengan
dinding sesuai gambar.
Plesteran dinding terselenggara hingga 15 cm diatas plafon sehingga didapat
kerapian maksimal atas pertemuan dinding dengan plafon.

b. Bahan- bahan
1. Portland Cement Instant atau premium Mortar
Menggunakan Cement Instant atau premium Mortar yang dipakai harus
baru, tidak ada bagian-bagian yang membatu dan dalam zak yang tertutup
seperti yang disyaratkan dalam NI-8. Bahan yang dipakai untuk plester
menggukan produk Fast Mortar, Mortar Utama, Drymix dengan
spesifikasi:

PLESTERAN :
Bentuk bahan : Powder
Warna : Abu-abu muda
Perekat : Semen Portland
Agregrat : Pasir pilihan dengan besar butiran maks 0,6 mm
Pengisi (Filler) : Guna meningkatkan kepadatan serta mengurangi
porositas bahan adukan.
Bahan tambahan : Bahan tambahan yang larut dalam air guna
(Additive) meningkatkan kelecakan / workability dan daya
rekat.
Kebutuhan Air : 6.5 - 7 liter/ sak 40 kg
Water retention : DIN 18555 part 7 : >97%
Drying shrinkage : ASTM C 596-01:<10%
Pot life@35° : 2 Jam
Density of dry : 1680 kg/m3
powder
Tebal Aplikasi : 1 – 1.5 cm
Compressive : DIN 18555 part 3: 3-5 N/mm2 @ 28 days
strength
Density of dry : 1680 kg/m3
powder

ACIAN :
Bentuk bahan : Powder
Warna : Abu-abu muda
Perekat : Semen Portland
Agregrat : Pasir pilihan dengan besar butiran maks 0,6 mm
Pengisi (Filler) : Guna meningkatkan kepadatan serta mengurangi
porositas bahan adukan.
Bahan tambahan : Bahan tambahan yang larut dalam air guna
(Additive) meningkatkan kelecakan / workability dan daya
rekat.
Kebutuhan Air : 12.5 - 13.5 liters / sak 40 kg
Water retention : DIN 18555 part 7 : >96.2%
Density of dry : EN 1015-10; 1560 kg/m3
powder
Adhesion : EN 1015-12: 03-05 N/mm2
Pot life@35° : 2 hours
Tebal Aplikasi : 1 – 1.5 mm

2. Air
Air harus bersih, jernih dan bebas dari bahan-bahan yang merusak seperti
minyak, asam, atau unsur-unsur organik lainnya.
3. Pasir
Pasir yang dipakai harus kasar, tajam, bersih dan bebas dari tanah liat,
lumpur atau campuran-campuran lain sesuai dengan :
1. NI - 3 pasal 14
2. NI - 2 pasal 3.3

c. Perencanaan
1. Acian
Acian dibuat dalam campuran sesuai persyaratan bahan tersebut diatas.
Acian dinding mortar instant tebal 1,5 mm. Acian beton menggunakan
mortanr instanttebal 3 mm.
2. Campuran Plesteran
Perbandingan campuran dan pengujiannya dapat dilaksanakan dalam
waktu 1 (satu) minggu dan tidak ada penambahan waktu lagi untuk itu.
Plesteran harus dicampur dan dilaksanakan dengan baik untuk mencegah
keretakan yang tidak diinginkan dan terlebih dahulu mendapat
persetujuan Konsultan Pengawas.
3. Pergunakan peralatan yang memadai. Bersihkan semua permukaan yang
akan diplester dari bahan-bahan yang akan merusak plesteran dan
disiram air hingga jenuh. Pekerjaan plesteran harus rata sesuai perintah
Konsultan Pengawas, dengan tebal plesteran dinding 10 mm dengan
toleransi minimal 15 mm dan maksimal 20 mm, kecuali ditentukan lain.
4. Pencampuran
Membuat campuran plesteran tanpa mesin pengaduknya dapat
dilaksanakan bila ada ijin dari Konsultan Pengawas.

d. Pelaksanaan
1. Umum
a. Bersihkan permukaan dinding bata ringan dari noda-noda debu,
minyak cat dan bahan-bahan lain yang dapat mengurangi daya ikat
plesteran agar benar-benar siap untuk dilakukan pekerjaan plesteran.
b. Singkirkan semua hal yang dapat merusak/mengganggu pekerjaan
plesteran.
c. Bentuk screed sementara (untuk pembentukan dasar yang permanen)
untuk menjamin adanya ketebalan yang sama, permukaan yang
datar/rata, contour dan profil-profil akurat.
d. Basahi seluruh permukaan bidang plesteran untuk peresapan.Jangan
menjenuhkan permukaan dan jangan dipasang plesteran sampai
permukaan air yang terlihat tersebut telah lenyap / kering kembali.
e. Letakkan / tempelkan campuran plesteran selama 2,5 jam (maksimal)
setelah proses pencampuran, kecuali selama udara panas / kering,
kurangi waktu penempatan itu sesuai yang diperlukan untuk mencegah
pengerasan yang bersifat sementara dari plesteran.
f. Pekerjaan plesteran harus lurus, sama rata, datar maupun tegak lurus.
g. Untuk mendapatkan permukaan yang rata dan ketebalan sesuai dengan
yang disyaratkan, maka dalam memulai pekerjaan plesteran harus
dibuat terlebih dahulu “kepala plesteran”.
2. Plesteran ke Dinding Bata
a. Pasangkan lapisan plesteran setebal yang disyaratkan (15-20 mm) dan
diratakan dengan roskam aluminium, kemudian basahkan terus selama
3 (tiga) hari.
b. Pelaksanaan plesteran dilakukan minimal setelah pasangan dinding
berumur 2 (dua) minggu.
3. Plesteran Interior
a. Pemasangan
Pasang lapisan dasar pertama dan kedua dengan ketebalan  7 mm.
Ketebalan lapisan finishing harus ditambahkan di atasnya.
b. Ukur/periksa ketebalan plesteran dari bagian dasar belakang yang
rata.
c. Aplikasikan lapisan dasar pertama dengan bahan-bahan secukupnya ;
dan tekan untuk menjamin adanya kesatuan dengan dasar. Setelah
lapisan pertama diletakkan, sikat dengan hanya satu arah/cara, untuk
membentuk ikatan mekanik bagi lapisan kedua.Pada permukaan-
permukaan vertikal, sikat secara horizontal.
d. Aplikasikan lapisan dasar kedua dengan bahan-bahan secukupnya dan
tekan untuk menjamin melekat eratnya lapisan ini dengan lapisan
dasar pertama.
e. Aplikasikan lapisan finishing di atas lapisan dasar setebal 2 mm.
4. Plesteran Exterior
a. Pemasangan
Pemasangan lapisan dasar dengan ketebalan 3 mm. Ketebalan lapisan
finishing harus ditambahkan di atasnya. Finishing berupa 2 lapis acian
waterproof setebal masing-masing 1,5 mm.
b. Periksa/ukur ketebalan plesteran dari dasar bagian belakang yang
rata.

PASAL 5
PEKERJAAN LANGIT-LANGIT (PLAFOND)
1. UMUM
A. Persyaratan
1. Pemasangan langit-langit baru boleh dilaksanakan setelah semua
peralatan yang terdapat di dalam langit-langit (kabel-kabel, pipa-pipa,
ducting-ducting, alat penggantung dan penguat langit-langit) siap dan
selesai dikerjakan.
2. Keseluruhan pekerjaan langit-langit harus dilakukan secara rata dan rapi.
Pada pertemuan dengan dinding harus terselenggara rapat tanpa celah
tanpa penutup cornice.
3. Sebelum pelaksanaanmaterial on site, Kontraktor harus mengajukan
contoh/sample untuk disetujui oleh Konsultan Perencana,Pemberi Tugas
dan Konsultan Pengawas dan User (Tim Teknis).
4. Meskipun beberapa material finishing telah ditentukan warnanya, namun
sebelum dilaksanakan harus dipresentasikan terlebih dahulu kepada
Pemberi Tugas untuk menentukan warna yang akan dipakai.
5. Dalam kaitannya dengan jenis elemen lain yang terdapat dalam rencana
langit-langit haruslah mengacu pada gambar mekanikal-elektrikal,
sedangkan gambar arsitektur hanya memuat tata letaknya saja.
6. Bahan yang telah dipilih dipresentasikan dihadapan Konsultan Pengawas,
Perencana dan User (Tim Teknis)

B. Pelaksanaan
1. Sebelum pemasangan, Kontraktor harus memberikan contoh/sample
bahan penutup langit-langit dan harus mendapat persetujuan Konsultan
Perencana, Konsultan Pengawas dan User (Tim Teknis).
2. Penggantung langit-langit harus dibuat sedemikian rupa sehingga
diperoleh bidang langit-langit yang rata, datar dan tidak melengkung,
sedang bagian bawah dari rangka penggantung kawat galvanis.
3. Pemasangan langit-langit harus rata.naad-naad yang pecah pada waktu
pemasangan harus diganti.
4. Kontraktor bertanggung jawab atas segala akibat yang mungkin terjadi
terhadap :
a. Kemungkinan pemasangan partisi, dimana ada bagian-bagian partisi
yang harus disangga oleh rangka langit-langit.
b. Kemungkinan dibuatnya lubang-lubang untuk pemeriksaan (man-hole).
c. Kemungkinan dibuatnya lubang armatur lampu, pendant alat medik,
dan atau penggantung televisi
d. Kemungkinan-kemungkinan tidak sempurna alat-alat penggantung,
sehingga langit-langit menjadi bergelombang karenanya.
e. Kemungkinan-kemungkinan pemasangan alat-alat maintenance pada
langit-langit di luar bangunan.

2. PEKERJAAN LANGIT-LANGIT PVC


A. Lingkup Pekerjaan
Bagian ini meliputi pengadaan tenaga, bahan, peralatan serta pemasangan
langit-langit PVC dengan rangka holo galvalum, di ruang yang berhubungan
dengan elektrikal dan mekanikal, dan pekerjaan lain yang sesuai dengan
detail yang dinyatakan dalam gambar dan atas petunjuk Konsultan
Pengawas.
B. Pengendalian Pekerjaan
Pemasangan langit-langit harus sesuai dengan syarat-syarat di dalam:
1. NI - 5 - 1961
2. NI - 0458 – 1961
C. Bahan-bahan
1. Plafond PVC
Papan PVC yang dipakai adalah merk mozart, modern dan sunda.
Bahan PVC
a. Jenis : PVC
b. Produksi : mozart, modern dan sunda
c. Ketebalan : Minimum 7mm
d. Ukuran : 600 x 20, 400 x 20
2. Rangka Plafond
Rangka langit-langit Menggunakan Rangka besi hollow 1x38.38.2 mm,
modul 60 x 80 cm
3. Baja Penggantung
Dipakai baja atau gesper metal penggantung yang dapat distel agar
seluruh sistem langit-langit dapat tetap rata permukaannya, setelah
sistem-sistem lainnya ikut terpasang (mekanikal, elektrikal) dan
sebagainya.
4. Contoh-contoh
a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus menyerahkan
contoh bahan untuk mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas,
Perencana dan User (Tim Teknis).
b. Contoh-contoh yang telah disetujui akan dipakai sebagai
pedoman/standard bagi Konsultan Pengawas untuk menerima /
memeriksa bahan yang dikirim oleh Kontraktor ke lapangan.

D. Pelaksanaan
1. Pekerjaan rangka langit-langit PVC Water Resist
a. Rangka langit-langit PVC menggunakan holo galvalum dengan bentuk,
ukuran dan pola pemasangan sesuai dengan gambar.
b. Batang-batang profil untuk rangka holo gavalum dan sebagainya yang
telah diseleksi dengan baik, lurus, rata, tidak ada bagian yang bengkok
atau melengkung, atau cacat-cacat lainnya, dan tidak disetujui oleh
Konsultan Pengawas.
c. Seluruh rangka langit-langit digantungkan pada pelat beton dan atau
atap dengan menggunakan penggantung dari logam galvanized
suspension/kawat seng BWG 14 yang dapat diatur ketinggiannya dan
dibuat sedemikian rupa sehingga seluruh rangka dapat melekat dengan
baik dan kuat pada pelat beton dan tidak dapat berubah-ubah bentuk
lagi.
d. Setelah seluruh rangka langit-langit terpasang, seluruh permukaan
rangka harus rata, lurus dan waterpass, tidak ada bagian yang
bergelombang dan batang-batang rangka harus saling tegak lurus.

2. Pekerjaan langit-langit PVC


a. Pemasangan dimulai dengan menentukan ketingian plafon yang
diinginkan.
b. Dilanjutkan dengan memasang Wall Angle di sekeliling dinding
ruangan.
c. Setelah itu kita membuat pola atau modul terlebih dahulu dari benang,
dengan mengambil jarak dari as ruangan, sehinga jarak buangan atau
samping sama panjang atau lebaruntuk memudahkan pekerjaan.
Sehingga pola menjadi presisi dan jarak sisi kanan dan kiri sama.
d. Langkah berikutnya adalah menggantung dan menarik hanger dari
rangka kuda-kuda atau langit-langit.(Hanger ini berfungsi sebagai
penggantung rangka utama),berupa batang Main Runner.
e. Holo galvalum dipasang setiap jarak 80 cm. Pemasangan di mulai dari
As ruangan.
f. Kemudian Cross holo galvalum dipasang kebatang Main holo galvalum
yang sudah siap, secara menyilang setiap 60 cm.
g. Jarak pemasangan holo galvalum maksimal sejauh 60 cm antara satu
dengan yang lain
h. Setelah semua system dipasang dengan baik, kemudian pastikan semua
komponen Mekanikal dan Elektrikal sudah terpasang dengan baik
i. Setelah pekerjaan diatas selesai, baru dikerjakan proses pemasangan
pvc
j. Pada tempat tertentu harus dibuat manhole/access panel pada
langit-langit yang dapat dibuka, tanpa merusak PVC sekelilingnya,
untuk keperluan pemeriksaan/pemeliharaan instalasi Mekanikal-
Elektrikal.
PASAL 6
PEKERJAAN PENGECATAN DAN PELAPISAN

1. UMUM
A. Lingkup Pekerjaan
Bagian ini meliputi pengadaan tenaga, bahan cat (kecuali ditentukan lain) dan
peralatan untuk melaksanakan pekerjaan ini termasuk alat-alat bantunya dan
alat angkutnya (bila diperlukan), ke tempat pekerjaan seperti yang tercantum
dalam gambar, uraian dan syarat teknis ini dan perjanjian kerja.
Pekerjaan ini Harus menggunakan aplikator resmi dari produk Cat yang dipakai.

B. Bahan-bahan
1. Pengecatan seluruh pekerjaan harus sesuai dengan NI-3 dan NI-4 atau sesuai
dengan spesifikasi dari pabrik cat yang bersangkutan.
2. Kontraktor wajib membuktikan keaslian cat dari pabrik tersebut mengenai
hal-hal menunjukkan kemurnian cat yang digunakan, antara lain :
a. Segel kaleng
b. Test laboratorium
c. Hasil akhir pengecatan
Hasil dari test kemurnian ini harus mendapat rekomendasi tertulis dari
produsen untuk diketahui Konsultan Pengawas. Biaya test tersebut menjadi
tanggungan Kontraktor.
3. Sebelum memulai pengecatan, Kontraktor wajib menyerahkan 1 contoh
bahan yang masih dalam kaleng, 3 contoh bahan yang telah dicatkan pada
permukaan plywood ukuran 40 x 40 cm, brosur lengkap dan jaminan dari
pabrik kepada Konsultan Pengawas, Perencana dan User (Tim Teknis).
4. Sebelum memulai pengecatan, Kontraktor wajib menyerahkan kelayakan
kondisi dinding menyangkut tingkat kekeringan, kelembaban, asam, basa dan
kerataan termasuk tanpa cracked. Kelayakan dikeluarkan oleh penyedia
produk cat.
5. Bahan yang telah dipilih dipresentasikan kepada Konsultan Pengawas,
Perencana dan User (Tim Teknis)
6. Bahan yang akan digunakan harus mendapatkan persetujuan secara tertulis
dari Konsultan Pengawas, Perencana dan User (Tim Teknis).
7. Kontraktor harus menunjukkan mock up bahan yang akan digunakan kepada
Konsultan Pengawas, Perencana dan User (Tim Teknis).

C. Pelaksanaan
1. Umum
a. Sebelum dikerjakan, semua bahan harus ditunjukkan kepada Konsultan
Pengawas beserta ketentuan/persyaratan jaminan pabrik untuk
mendapatkan persetujuannya.Bahan yang tidak disetujui harus diganti
tanpa biaya tambahan.
b. Jika dipandang perlu diadakan penukaran/penggantian, bahan pengganti
harus disetujui oleh Konsultan Pengawas berdasarkan contoh yang
diajukan Kontraktor.
c. Untuk pekerjaan cat di daerah terbuka, jangan dilakukan dalam keadaan
cuaca lembab dan hujan atau keadaan angin berdebu, yang akan
mengurangi kualitas pengecatan dalam keadaan terlindung dari basah dan
lembab ataupun debu.
d. Permukaan bahan yang akan dicat harus benar-benar sudah dipersiapkan
untuk pengecatan, sesuai persyaratan pabrik cat dan bahan yang
bersangkutan. Permukaan yang akan dicat harus benar-benar kering,
bersih dari debu, lemak / minyak dan noda-noda yang melekat.
e. Setiap pengecatan yang akan dimulai pada suatu bidang, harus mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas. Sebelum memulai pengecatan,
Kontraktor wajib melakukan percobaan untuk disetujui Konsultan
Pengawas.
f. Kontraktor tidak diperkenankan memulai suatu pekerjaan di suatu tempat
bila ada kelainan/perbedaan di tempat itu sebelum kelainan tersebut
diselesaikan.
g. Bila ada kelainan dalam hal apapun antara gambar dan lain-lainnya, maka
Kontraktor harus segera melaporkannya kepada Konsultan Pengawas.
h. Kontraktor wajib memperbaiki/mengulangi/mengganti kerusakan yang
terjadi selama masa pelaksanaan dan masa garansi, atas beban biaya
Kontraktor, selama kerusakan bukan disebabkan oleh tindakan Pemberi
Tugas.

2. Teknis
a. Lakukan pengecatan dengan cara terbaik, yang umum dilakukan kecuali
spesifikasi lain. Jadi urutan pengecatan, penggunaan lapisan-lapisan dasar
dan tebal lapisan penutup minimal sama dengan persyaratan pabrik.
Pengecatan harus rata, tidak bertumpuk, tidak bercucuran atau ada bekas-
bekas yang menunjukkan tanda-tanda sapuan atau semprotan dan roller.
b. Sapukan semua dasar dengan cat dasar memakai kuas.Penyemprotan
hanya diijinkan dilakukan bila disetujui Konsultan Pengawas.
c. Pengecatan kembali dilakukan bila ada cat dasar atau cat akhir yang
kurang menutupi, atau lepas.Pengulangan pengecatan dilakukan
sebagaimana ditunjukkan oleh Konsultan Pengawas, serta harus mengikuti
petunjuk dan spesifikasi yang dikeluarkan pabrik yang bersangkutan.
d. Pembersihan permukaan harus mendapat persetujuan. Pekerjaan
termasuk penggunaan ongkos, pencucian dengan air, maupun pembersihan
dengan kain kering.
e. Kerapian pekerjaan cat ini dituntut untuk tidak mengotori dan menggangu
pekerjaan finishing lain, atau pekerjaan lain yang sudah terpasang.
Pekerjaan yang tidak sempurna diulang dan diperbaiki atas tanggungan
Kontraktor.

D. Pengujian Mutu Pekerjaan


1. Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor wajib melakukan percobaan
atas semua pekerjaan yang akan dilaksanakan atas biaya sendiri. Pengecatan
yang tidak disetujui Konsultan Pengawas harus diulangi/diganti, atas biaya
Kontraktor.
2. Pada waktu penyerahan, pihak pabrik dengan Kontraktor harus memberi
jaminan selama minimal 2 tahun atas semua pekerjaan pengecatan, terhadap
kemungkinan cacat karena cuaca warna dan kerusakan cat lainnya.
3. Konsultan Pengawas wajib menguji semua hasil berdasarkan syarat-syarat
yang telah diberikan baik oleh pabrik maupun atas petunjuk Konsultan
Pengawas. Peralatan untuk pengujian disediakan oleh Kontraktor.
4. Konsultan Pengawas berhak meminta pengulangan pengujian bila dianggap
perlu.
5. Dalam hal pengujian yang telah dilakukan dengan baik atau kurang
memuaskan, maka biaya pengujian/pengulangan pengujian merupakan
tanggung jawab Kontraktor.
E. Pengamanan Pekerjaan
1. Daerah-daerah yang sedang dicat agar ditutup dari pekerjaan-pekerjaan lain,
maupun kegiatan lain dan juga daerah tersebut terlindung dari debu dan
kotoran lainnya sampai cat tersebut kering.
2. Lindungi pekerjaan ini dan juga pekerjaan atau bahan lain yang dekat dengan
pekerjaan ini seperti fitting-fitting, kusen-kusen dan sebagainya dengan cara
menutup/melindungi bagian tersebut selama pekerjaan pengecatan
berlangsung.Kontraktor bertanggung jawab memperbaiki atau mengganti
bahan yang rusak akibat pekerjaan pengecatan tersebut.

2. PENGECATAN DINDING
A. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pengecatan dinding bangunan seperti yang
dinyatakan dalam gambar dan petunjuk Konsultan Pengawas, antara lain:
1. Pengecatan seluruh dinding bangunan bagian luar seperti dalam gambar
dan petunjuk Konsultan Pengawas.
2. Seluruh pekerjaan ini harus mengacu pada ketentuan dalam SNI.T11-
1990- F.
3. Pengecatan dinding bangunan bagian dalam seperti yang dinyatakan
dalam gambar dan petunjuk Konsultan Pengawas.
B. Bahan-bahan
1. Untuk dinding bangunan eksterior :
a. Cat dasar Alkali Resisting Primer catylac/nippon/ decolith
b. Acrylic Wall Filler merk catylac/nippon/ decolith
c. Cat Acrylic Emulsion merk catylac/nippon/ decolith dengan
spesifikasi :
Type : Pure Acrylic Emulsion
Color : 50 colors to choose
Specific Gravity : ± 1,40 gr/cc (depend on color)
Solid by Volume : ± 38 %
Material Consumption : ± 12,7 m² /ltr (30 microns dry film thickness)
Application Tools : Brush, roll, air spray, airless spray
Diluent : Clean water ± 10%
Drying Time : 60 minutes (30°C)
Recoating Interval : Minimum 2 hours (30°C)

2. Untuk dinding bangunan interior:


a. Plamur/ ALKALI merk catylac/nippon/ decolith
b. Cat Acrylic Emulsion Interior merk catylac/nippon/ decolith dengan
spesifikasi :
Type : Acrylic Emulsion
Color : 24 standard color (as shown in the color card)
Specific Gravity : 1,50
Solid by Volume : 37%
Theoritical coverage : 8,2 m²/kg (1 layer)

Recommended dry : 2 layers, 60 microns (2 x 30 microns)


film thickness
Application methods : brush, roll, airspray or airless spray
Diluent : Clean water
Thinning ratio : ± 10%
Drying Time : Depend on temperature and humadity
surfacedry: 60 minutes (30°C)
Recoating Interval : Minimum 2 hours (30°C)

C. Pelaksanaan
1. Sebelum dilakukan pengecatan pada permukaan dinding tersebut, maka
harus diperhatikan permukaan plesterannya dari:
a. Profil yang diminta sesuai dengan gambar sudah dilakukan, berdasarkan
peil-peil yang ditentukan.
b. Permukaan plesteran harus datar dan sempurna sesuai dengan pola yang
telah ditentukan.
c. Permukaan plesteran telah diberi lapisan aci dengan hasil yang rata dan
halus.
d. Permukaan acian telah berumur 14 hari atau sesuai dengan ketentuan
pabrik.
e. Permukaan acian tidak lembab yang ditunjukkan oleh alat ukur khusus
yang sesuai dengan ketentuan pabrik.
f. Seluruh bidang pengecatan sudah bersih dari segala noda-noda atau
kotoran / debu.
2. Bila pengecatan dilakukan di atas permukaan dinding tidak diplester, maka
Kontraktor harus memeriksa apakah permukaan dinding sudah bersih dari
noda, seperti yang disyaratkan.
3. Setelah permukaan dinding siap untuk dicat, dilakukan pengecatan dengan
lapisan-lapisan sebagai berikut:
a. Untuk dinding bangunan bagian luar:
• 1 Lapis Cat dasar Alkali Resisting Primer
• 1 lapis Acrylic Wall Filler
• 2 lapis Cat Acrylic Emulsion
b. Untuk dinding bangunan bagian dalam :
• 1 lapis Plamur
• 2 lapis Cat Emulsion Wheatershield
4. Pengecatan dilakukan dengan menggunakan alat kuas atau roller, dimana
penggunaan alat-alat tersebut disesuaikan dengan keadaan lokasinya dengan
mutu yang baik.
5. Setiap kali lapisan pada cat akhir dilakukan harus dihindarkan terjadinya
sentuhan-sentuhan selama 1,5 sampai 1 jam. Pengecatan akhir harus
dilakukan secara ulang paling sedikit selama 2 (dua) jam kemudian.
PASAL 7
PEKERJAAN KUSEN, PINTU DAN JENDELA ALUMUNIUM

1. UMUM
A. Lingkup Pekerjaan
1. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya
untuk melaksanakan pekerjaan sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan yang
baik dan sempurna.
2. Pekerjaan ini meliputi seluruh kusen pintu, kusen jendela, kusen bovenlicht
seperti yang dinyatakan/ditunjukkan dalam gambar perencanaan.

B. Persyaratan Bahan
1. Kusen ALUMUNIUM yang digunakan
a. Bahan
produksi Forta, Alutama, Dacon
Bentuk Profil Sesuai shop drawing yang disetujuiKonsultan Pengawas.
b. Ukuran Profil
Ukuran 4” x 1 ½ “ tebal 1.35mm digunakan untuk semua kusen
c. Nilai Deformasi
Diijinkan maksimal 2 mm
d. Jaminan
Harus diberikan jaminan tertulis dari tipe campuran dan ketebalan.
Kontraktor harus dapat memperlihatkan bukti-bukti keaslian
barang/bahan dengan “Certificate of Origin” dari pabrik yang disetujui
Konsultan Pengawas.

2. Kadar Campuran :
a. Tahan terhadap cuaca. Perubahan cuaca dan perubahan suhu lingkungan
tidak akan memberikan pengaruh terhadap bahan alumunium. Kusen
alumunium tidak akan mengalami penyusutan karena suhu yang dingin,
atau memanjang karena suhu udara yang panas yang berakibat pada
melengkungnya kusen.
b. Anti rayap, dan tahan keropos. Meskipun dipasangkan pada area yang
lembap, seperti kamar mandi misalnya
3. Sealant
Sealant untuk kaca pada rangka aluminium harus menggunakan bahan sejenis
silicon sealant yaitu “Silicon Glazing Sealant” produksi DOW CORNING.
4. Contoh-contoh
a. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas, Perencana
dan User (Tim Teknis) contoh potongan kusen UPVC, beserta brosur
lengkap dari pabrik/produsen untuk mendapat persetujuan.
b. Kontraktor harus membuat shop drawing untuk dikonsultasikan dengan
Konsultan Pengawas.
5. Penyimpanan dan Pengiriman
Penyimpanan harus diruang bersih, kering dan dijaga agar tidak terjadi
abrasi atau kerusakan lain serta tidak dekat dengan tempat pembakaran.
6. Persyaratan bahan yang digunakan harus memenuhi uraian dan syarat-
syarat serta memenuhi ketentuan-ketentuan dari pabrik yang bersangkutan.
7. Ketahanan terhadap air dan angin untuk setiap type harus disertai hasil test,
minimum 100 kg/m2.
8. Ketahanan terhadap udara tidak kurang dari 15 m3/hr dan terhadap
tekanan air 15 kg/m2 yang harus disertai hasil test.
9. Bahan yang akan diproses fabrikasi harus diseleksi terlebih dahulu sesuai
dengan bentuk toleransi ukuran, ketebalan, kesikuan, kelengkungan dan
pewarnaan yang dipersyaratkan.
10. Untuk keseragaman warna disyaratkan, sebelum proses fabrikasi warna,
profil-profil harus diseleksi secermat mungkin. Kemudian pada waktu
fabrikasi unit-unit, jendela, pintu partisi dan lain-lain, profil harus diseleksi
lagi warnanya sehingga dalam tiap unit didapatkan warna yang sama.
Pekerjaan memotong, punch dan drill, dengan mesin harus sedemikian rupa
sehingga diperoleh hasil yang telah dirangkai untuk jendela, dinding dan
pintu mempunyai toleransi ukuran sebagai berikut :
a. Untuk tinggi dan lebar 1 mm
b. Untuk diagonal 2 mm
11. Pemasangan kusen harus sesuai dengan pilihan penggantung, handle, sistem
pengunci, serta asesoris pendukungnya.

C. Syarat-Syarat Pelaksanaan
1. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor wajib meneliti gambar-gambar dan
kondisi di lapangan (ukuran dan peil lubang harus diketahui) serta membuat
contoh jadi untuk semua detail sambungan dan profil aluminium yang
berhubungan dengan sistem konstruksi bahan lain.
2. Semua frame baik untuk kusen dinding kaca luar dan pintu dikerjakan secara
fabrikasi dengan teliti sesuai dengan ukuran dan kondisi lapangan agar
hasilnya dapat dipertanggung jawabkan.
3. Bahan Alumunium yang dipergunakan mempunyai kemampuan untuk
menyerap panas dan mempertahankan suhu udara di dalam ruangan.
4. Profil Alumunium diperkuat dengan rangka besi lapis yang berguna untuk :
Menguatkan agar lebih rigid, berguna untuk instalasi ke tembok, untuk
instalasi hardware.
5. Karet yang digunakan oleh Pintu & Jendela Alumunium :
Menggunakan karet berbahan campuran antara karet dan plastik
menjadikan lebih tahan getas.
6. Locking System & Hardware yang digunakan :
Multipoint locking, rambuncis, casement, engsel kupu-kupu, support arms,
flush bolt, floor hinge.
7. Jendela & Pintu menggunakan teknik penyambungan welding system :
U-PVC dipanaskan s/d 250° C pada titik penyambungan menjadikan las titik
sambungan akan lebih keras dibanding dengan bagian yang tidak di las.
8. Dipasang dengan cara pemasangan sesuai dengan spesifikasi dari produsen
atau yang disetujui Konsultan Pengawas.
9. Kontraktor harus memperhatikan serta menjaga pekerjaan yang
berhubungan dengan pekerjaan lain; jika terjadi kerusakan akibat
kelalaian, maka Kontraktor tersebut harus mengganti tanpa biaya
tambahan.

D. Pengujian Mutu Pekerjaan


1. Semua bahan, harus sesuai dengan yang dipersyaratkan dan yang telah
disetujui Konsultan Pengawas.
2. Kusen Alumunium terpasang dengan kuat, dan setiap hubungan sudut harus
90; apabila tidak terpenuhi maka harus dibongkar atas biaya Kontraktor.
3. Semua sistem dan mekanismenya harus berfungsi dengan sempurna.
4. Setiap engsel daun pintu harus terpasang lengkap, sempurna dan harus
sesuai dengan produk pabrik yang mengeluarkan.
5. Kaca harus diteliti dengan seksama, setelah terpasang tidak boleh timbul
getaran; apabila masih terjadi getaran, maka profil rubber seal pemegang
kaca harus diganti atas biaya Kontraktor.

E. Pengamanan Pekerjaan
1. Setelah pemasangan, kotor akibat noda-noda pada permukaan kusen dapat
dibersihkan dengan “Volatile Oil”.
2. Semua pintu dan dinding kaca luar bangunan harus dilindungi dengan
“Corrugated Card Board” dengan hati-hati agar terlindung dari benturan alat-
alat pada masa pelaksanaan.
3. Bila kusen ternoda oleh semen, adukan dan bahan lainnya, bahan pelindung
harus segera digunakan. Bahan UPVC yang terkena bercak noda tersebut
dapat dicuci dengan air bersih, sebelum kering sapukan dengan kain yang
halus kemudian baru diberikan bahan pelindung.

2. PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA KACA RANGKA Alumunium


A. Lingkup Pekerjaan
1. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya
untuk melaksanakan pekerjaan sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang
baik dan sempurna.
2. Pekerjaan ini meliputi pembuatan daun pintu dan jendela panil kaca seperti
yang ditunjukkan dalam gambar.

B. Persyaratan Bahan :
1. Bahan Rangka
a. Dari bahan aluminium framing system, dari produk Forta, Alutama, Dacon
yang disetujui Konsultan Pengawas.
b. Bentuk dan ukuran profil disesuaikan gambar perencanaan
c. Nilai batas deformasi yang diijinkan 2 mm.
d. Bahan yang diproses pabrikan harus diseleksi terlebih dahulu dengan
seksama sesuai dengan bentuk toleransi, ukuran, ketebalan, kesikuan,
kelengkungan dan pewarnaan yang disyaratkan oleh Konsultan Pengawas.
e. Persyaratan bahan yang digunakan harus memenuhi uraian dan syarat-
syarat dari pekerjaan aluminium serta memenuhi ketentuan-ketentuan
dari pabrik yang bersangkutan.
f. Daun pintu dengan konstruksi panel kaca rangka aluminium, seperti yang
ditunjukkan dalam gambar, termasuk bentuk dan ukurannya.
g. Pemasangan pintu dan jendela kaca rangka aluminium harus sesuai dengan
pilihan penggantung, handle, sistem pengunci, serta asesoris
pendukungnya.
2. Penjepit Kaca
Digunakan penjepit kaca dari bahan karetyang bermutu baik dan memenuhi
persyaratan yang ditentukan dari pabrik. Pemasangan disyaratkan hanya 1
(satu) sambungan serta harus kedap air dan bersifat structural seal.
3. Bahan Panil Kaca Daun Pintu dan Jendela
a. Kaca-kaca interior menggunakan tipe clear, sesuai gambar
b. Semua bahan kaca yang digunakan harus bebas noda dan cacat, bebas
sulfida maupun bercak-bercak lainnya, dari produk Asahimas/Mulia Glass.
4. Semua bahan harus mendapat persetujuan secara tertulis dari Konsultan
Pengawas, Perencana dan User (Tim Teknis).

C. Syarat-Syarat Pelaksanaan
1. Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan untuk meneliti
gambar-gambar yang ada dan kondisi dilapangan (ukuran dan lubang-lubang),
termasuk mempelajari bentuk, pola, lay-out/penempatan, cara
pemasangan, mekanisme dan detail-detail sesuai gambar.
2. Sebelum pemasangan, penimbunan bahan-bahan pintu di tempat pekerjaan
harus ditempatkan pada ruang/tempat dengan sirkulasi udara yang baik,
tidak terkena cuaca langsung dan terlindung dari kerusakan dan kelembaban.
3. Harus diperhatikan semua sambungan harus siku untuk rangka aluminium dan
penguat lain yang diperlukan hingga terjamin kekuatannya dengan
memperhatikan/menjaga kerapian terutama untuk bidang-bidang tampak
tidak boleh ada cacat penyetelan.
4. Semua ukuran harus sesuai gambar dan merupakan ukuran jadi.
5. Daun Pintu
a. Jika diperlukan, harus menggunakan sekrup galvanized atas persetujuan
Konsultan Pengawas tanpa meninggalkan bekas cacat pada permukaan
yang tampak.
b. Untuk daun pintu panel kaca setelah dipasang harus rata dan tidak
bergelombang serta tidak melintir.

3. PEKERJAAN DAUN PINTU


1. LingkupPekerjaan
Pekerjaan daun pintu meliputi seluruh detail sesuai yang dinyatakan /
ditunjukkan dalam gambar.
2. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Sebelum pelaksanaan Penyedia Jasa Konstruksi wajib menyerahkan contoh-
contoh bahan / material yang digunakan kepada Direksi/ Konsultan
pengawas, Perencana dan User (Tim teknis) untuk mendapatkan
persetujuannya.
b. Sebelum melaksanakan pekerjaan, Penyedia Jasa Konstruksi diwajibkan
untuk meneliti gambar-gambar yang ada dan kondisi di lapangan (ukuran dan
lubang-lubang), termasuk mempelajari bentuk, polalayout/penempelan,
cara pemasangan, mekanisme dan detail- detail sesuai gambar.
c. Sebelum pelaksanaan dimulai, penimbunan bahan-bahan pintu ditempat
pekerjaan harus ditempatkan pada ruang/tempat dengan sirkulasi udara
yang baik, tidak terkena cuacalangsung dan terlindung dari kerusakan dan
kelembaban.
d. Jika diperlukan, harus menggunakan sekrup galvanized atas persetujuan
Direksi/ Konsultan Pengawas,tanpa meninggalkanbekas/cacat pada
permukaan daun pintu yang tampak.
e. Untuk daun pintu setelah dipasang harus rata, tidak bergelombang, tidak
melintir, dan semua peralatan dapat berfungsi dengan baik dan sempurna.
PASAL 8
PEKERJAAN KACA

A. LINGKUP PEKERJAAN :
1. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya
untuk melaksanakan pekerjaan sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang
bermutu baik dan sempurna.
2. Pekerjaan kaca meliputi seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam
detail gambar.

B. PERSYARATAN BAHAN :
1. Kaca adalah benda terbuat dari bahan gelas yang pipih. Pada umumnya
mempunyai ketebalan yang sama, mempunyai sifat tembus cahaya, dapat
diperoleh dari proses-proses tarik, gilas dan pengambangan (Float Glass).
2. Toleransi lebar, panjang, dan tebal
Ukuran panjang, lebar, dan tebal tidak boleh melampaui toleransi seperti
yang ditentukan oleh pabrik. Sesuai dengan lebar, panjang dan tebal yang
tertera dalam gambar.
3. Kesikuan
Kaca lembaran yang berbentuk segi empat harus mempunyai sudut serta tepi
potongan yang rata dan lurus, toleransi kesikuan maximum yang
diperkenankan adalah 1,5 mm per meter.
4. Cacat-cacat
a. Cacat-cacat lembaran bening yang diperbolehkan harus sesuai ketentuan
dari pabrik.
b. Kaca yang digunakan harus bebas dari gelembung (ruang-ruang yang
berisi gas yang terdapat pada kaca).
c. Kaca yang digunakan harus bebas dari komposisi kimia yang dapat
mengganggu pandangan.
d. Kaca harus bebas dari keretakan (garis-garis pecah pada kaca baik
sebagian atau seluruh tebal kaca).
e. Kaca harus bebas dari gumpilan tepi (tonjolan pada sisi panjang dan lebar
kearah luar / masuk).
f. Harus bebas dari benang (string) dan gelombang (wave).Benang adalah
cacat garis timbul yang tembus pandangan, gelombang adalah permukaan
kaca yang berubah dan mengganggu pandangan.
g. Harus bebas dari bintik-bintik (spots), awan (cloud) dan goresan
(scratch).
h. Bebas lengkungan (lembaran kaca yang bengkok).
i. Mutu kaca lembaran yang digunakan mutu AA.
j. Ketebalan kaca lembaran yang digunakan tidak boleh melampaui
toleransi yang ditentukan oleh pabrik. Untuk ketebalan kaca 5 mm nilai
toleransi 0,3 mm.

Kaca yang digunakan sesuai dengan spesifikasi peruntukan sebagai berikut: kaca
dalam dan perabotan, kaca luar.
Kaca dalam adalah spesifikasi kaca bening (clear float glass) dengan tingkat
transmisi yang tinggi (lebih dari 90%) serta memberikan bayangan yang
sempurna.
Kaca perabotan mengarah pada spesifikasi estetika ruang dalam. Sebagian
diproduksi dengan roll-out process sehingga memungkinkan pola pada satu sisi
kaca. Kemampuan daya tembus terbatas dan memberikan efek dekoratif yang
baik.
Kaca luar adalah spesifikasi solar heat absorbing dengan rata-rata daya serap
55%. Kemampuan tersebut diharapkan mengurangi beban kerja pendingin
ruangan untuk kenyamanan penghunian. Kemampuan meneruskan cahaya atas
kaca tersebut rata-rata 45%. Cahaya yang menyilaukan dapat dikurangi menjadi
lebih lembut dan sifat tembus pandangnya menjadi rendah.
Seluruh pekerjaan kaca menggunakan sealant yang elastis dan bermutu baik.
Sealant dibuat dari bahan polysulfids, silicons sealant.

PASAL 9
PEKERJAAN LISTRIK

1. Peraturan dan Syarat-Syarat Umum, Dasar Peraturan dan Persyaratan Untuk


Pemasangan Instalasi
Untuk Instalasi Listrik
- Peraturan Umum Instalasi Listrik Indonesia 2011 (PUIL 2011)
- Peraturan Instalasi Listrik (Menteri PU dan T No. 023-PRT-1978).
- Syarat-syarat penyambungan listrik (Menteri PU & T No. 024-PRT/1978).
- Pedoman Pengawasan Instalasi Listrik, Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. 59/PD/1980.

2. Pelaksanaan Pekerjaan dan Bahan


Ketentuan tentang pelaksanaan pekerjaan dan bahan :
1. Lingkup Pekerjaan
- Pemasangan peralatan dan instalasi mekanikal dan elektrikal.
- Melakukan pemeriksaan/testing atas instalasi dan peralatan yang
terpasang.
- Melatih petugas-petugas yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas hingga
mengenal betul seluruh instalasi.
2. Penjelasan Umum Pekerjaan
- Semua ketentuan mengenai pemasangan instalasi yang berlaku umum
dimana tidak ditentukan lain adalah tetap mengikat Pemborong
dianggap mengetahui ketentuan-ketentuan ini.
- Jika didalam melaksanakan ternyata salah satu bagian instalasi yang
sukar/tidak dapat dilaksanakan, maka hal tersebut harus segera
dibicarakan dengan Konsultan Pengawas.
- Untuk menentukan prosentase dari pekerjaan yang telah dilaksanakan,
Pemborong diwajibkan membuat laporan tertulis harian dan mingguan
dari apa yang telah dipasang dan dimintakan pengesahan kepada
Konsultan Pengawas.
3. Syarat Mengenai Bahan
- Semua bahan disediakan oleh pihak Pemborong.
- Bahan/material yang akan dipasang terlebih dahulu harus memenuhi
syarat dan diserahkan contoh untuk mendapatkan persetujuan
Konsultan Pengawas.
- Apabila peralatan tersebut menurut pendapat Konsultan Pengawas
tidak memenuhi syarat, maka Pihak Pemborong harus segera
menyingkirkan bahan-bahan tersebut dan menggantikannya dengan
yang baik.
4. Syarat Keselamatan Kerja
- Dalam pelaksanaan harus diperhatikan adanya alat-alat keselamatan
kerja yang memenuhi syarat-syarat / peraturan perburuhan,
disamping syarat-syarat indikator yang dapat mengukur /
menunjukkan adanya tegangan / arus listrik.
5. Serah Terima Pekerjaan
- Pekerjaan dapat dianggap selesai dan diterima apabila dalam
penyerahan tersebut telah dilakukan test dan telah dinyatakan baik
oleh Konsultan Pengawas.
- Pada waktu serah terima pekerjaan,Pemborong harus menghadiri dan
memberikan penjelasan-penjelasan sehingga memungkinkan
penerimaan oleh pihak Pemberi Tugas.
6. Gambar Revisi
- Pemborong diwajibkan untuk membuat gambar-gambar revisi instalasi
yang dipasang/as built drawing untuk :
a. Arsip Pemberi Tugas (3 set)
b. Keperluan pengurusan izin-izin, sebanyak yang diperlukan.

PASAL 10
PERSYARATAN TEKNIS INSTALASI LISTRIK

1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan Instalasi Listrik adalah pengadaan dan pemasangan termasuk
testing dan commissioning peralatan dan bahan, bahan-bahan utama,
bahan-bahan pembantu dan lain-lainnya, sehingga diperoleh instalasi listrik
yang lengkap dan baik serta diuji dengan seksama siap untuk dipergunakan
dan baik instalasi tenaga maupun instalasi penerangan.
Pengadaan dan pemasangan yang terdiri dari :
- Kabel.
- Lampu-lampu (lightning fixtures, exit lightning dan emergency

2. Persyaratan Bahan
Kabel
- Jenis kabel yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
- Kabel produksi dalam negeri (Supreme, Kabel Metal, Kabelindo,
Eterna) yang sudah mendapat sertifikat dari LMK/SPLN.
- Penarikan kabel NYM dalam pipa conduit high impact merk maspion,
Clipsal, bosh ,diatas kabel Tray.

Lampu-lampu (Lighting Fixtures).


Merk dan jenis yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
Lampu LED buatan Philips/ Repro.

Saklar dan Kotak-kontak


• Kapasitas kotak kontak 16 amp, dan untuk kotakkontak khusus 16 amp.
• Sakelar harus model tanam, dipasang 150 cm diatas lantai, kapasitas 10
amp.
• Tiap group penerangan diperkenankan maksimum 12 titik nyala.
• Semua instalasi didalam ruangan harus merupakan pemasangan tanah
(inbow).
• Kotak kontak harus dipasang 30 cm dari lantai.

PASAL 11
KETENTUAN LAIN-LAIN

1. Semua bahan dan alat-alat perlengkapan yang akan diperoleh atau dipasang
pada bangunan ini sebelum dipergunakan harus diperiksa dan diluluskan oleh
Direksi.
2. Apabila diperlukan pemeriksaan bahan, maka biaya pemeriksaan ditanggung
oleh Pemborong.
3. Jika ada perbedaan antara gambar dan RKS, gambar petunjuk dan gambar
detail maka segera dilaporkan untuk diputuskan dengan tetap mengindahkan
kepentingan bangunan itu sendiri.
4. Apabila ada hal yang tidak tercantum dalam gambar maupun RKS tetapi itu
mutlak dibutuhkan, maka hal tersebut harus dikerjakan / dilaksanakan.
5. Hal-hal yang belum tercantum dalam uraian-uraian dalam Pasal-Pasal RKS ini
akan dijelaskan dalam Aanwijzing.

Penyedia Jasa
CV. WIWI DAROJATI

ALTHAF YUFAN ARDAFA


Direktur

Anda mungkin juga menyukai