Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

DIARE

Disusun oleh:

Aliya Ulfa Rahmah

22320047

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MALAHAYATI
2023/20224

1. PENGERTIAN

Diare adalah penyakit yang ditandai bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari
biasanya (>3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan atau
tanpa darah atau lendir (Widoyono, 2011).

Menurut Anggraini dan Olivitari (2020) mengartikan bahwa diare merupakan


suatu keadaan di mana terjadi jumlah buang air besar berlebih akibat adanya suatu
infeksi. Seorang anak dapat didiagnosa diare apabila volume buang air besarnya terukur
lebih besar dari 10 ml / kg per hari. Konsistensi tinja yang encer, banyak mengandung
cairan (cair) dan sering (pada umumnya buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam).

Menurut Jacobs et al., (2013) menjelaskan bahwa diare menyebabkan hilangnya


sejumlah besar air dan elektrolit sehingga terjadinya dehidrasi.

2. TANDA DAN GEJALA

Menurut Anggraini dan Olivitari (2020) berkaitan erat dengan jenis patogen yang
menginfeksi dan seberapa besar tingkat infeksi tersebut. Manifestasi tambahan tergantung
pada perkembangan komplikasi (seperti dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit) dan
sifat patogen yang menginfeksi. Biasanya, penyerapan toksin sebelum terbentuk
dikaitkan dengan onset mual dan muntah yang cepat dalam waktu 6 jam, dengan
kemungkinan demam, kram perut setelah periode inkubasi 8-16 jam dikaitkan dengan
produksi enterotoksin. Clostridium perfringens dan Bacillus cereus memiliki gejala
berupa kram andomial dan diare berair setelah periode inkubasi 16-48 jam dapat
dikaitkan dengan norovirus, beberapa bakteri penghasil enterotoksin.

Bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan mungkin disertai
lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama makin berubah menjadi kehijau-hijauan
karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya menjadi lecet karena
seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya
asam laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare.

Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh
lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit. Bila penderita telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala
dehidrasi mulai tampak. Gejala dehidrasi meliputi:
1. Turgor kulit berkurang,
2. Mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung,
3. Berat badan turun,
4. Selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan tinja
1) Makroskopis dan mikroskopis
2) PH dan kadar gula dalam ginjal
3) Biakan dan resistensi feses (colok dubur)

b. Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan keseimbangan asam basa
c. Pemeriksaan kadar Ureum dan kreatinin untuk mengetahun faal ginjal
d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium, dan Posfat.

4. PEMERIKSAAN TUMBUH KEMBANG

A. Pengukuran antropometrik untuk memantau pertumbuhan anak.


Pengukuran antropometrik meliputi :

1) Pengukuran berat badan (BB) Pengukurang ini dilakukan dengan teratur untuk
memantau pertumbuhan dan keadaan gizi bayi. Bayi ditimbang setiap bulan dan
dilakukan pencatatan dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) dan dapat dilihat grafik
pertumbuhannya dan dilakukan interaksi jika terjadinya penyimpangan.

Menurut Soetjiningsih (2017) untuk memperkirakan berat badan dapat menggunakan


rumus :
a) Lahir : 3.25 kg
b) 3 – 12 bulan : umur(bulan) + 9/2
c) 1-6 tahun : umur(bulan) x 2 + 8
d) 6 – 12 tahun : umur(bulan) x 7 – 5/2
Jika anak mendapatkan gizi yang baik, maka kenaikan berat badan anak di tahun
pertama kehidupan berkisar antara
a) 700 – 1000 gram / bulan pada Triwulan 1
b) 500 – 600 gram / bulan pada Triwulan II
c) 350 – 450 gram / bulan pada Triwulan III
d) 250 – 350 gram / bulan pada Triwulan IV
2) Pengukuran Tinggi Badan (TB)

Tinggi badan merupakan indicator yang memberikan suatu gambaran fungsi


pertumbuhan yang dapat dilihat dari keadaan anak yang kurus kering dan kecil
pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keaadaan gizi anak di masa lalu yang
berkaitan dengan berat badan lahir rendah dan kurang gizi dimasa balita. (Tri Sunarsih
2018).

Rata – rata tinggi badan pada saat lahir yaitu 50 cm.


Tinggi badan anak secara garis besar dapat diperkirakan :
a) 1 tahun : 1.5 x TB lahir.
b) 4 tahun : 2 x TB lahir.
c) 6 tahun : 1,5 x TB setahun.
d) 13 tahun : 3.5 TB lahir (2 x TB 2 Tahun).

Atau dapat menggunakan rumus menurut Berhman, (1992) dalam Soetjiningsih (2017)
yaitu :

a) Lahir : 50 cm.

b) Umur 1 tahun : 75 cm.

c) 2 – 12 tahun : umur (tahun) x 6 + 77

Tinggi Badan Anak Perempuan : (𝑇𝐵 𝐴𝑦𝑎ℎ − 13𝑐𝑚) + 𝑇𝐵 𝐼𝑏𝑢 2 ± 8,5 𝑐𝑚

Tinggi Badan Anak Laki-Laki : (𝑇𝐵 𝐴𝑦𝑎ℎ + 13𝑐𝑚) + 𝑇𝐵 𝐼𝑏𝑢 2 ± 8,5 𝑐m

3) Pengukuran Lingkar Kepala Anak (PLKA)

PLKA merupakan suatu cara yang biasa dipakai untuk mengetahui suatu
pertumbuhan dan perkembangan otak anak. Biasanya ukuran suatu pertumbuhan
tengkorak mengikuti perkembangan otak, dan bila ada hambatan pada pertumbuhan
tengkorak maka perkembangan otak anak juga ikut terhambat. Pengukuran dilakukan
pada diameter occipitofrontal dengan mengambil rerata sebanyak 3 kali pengukuran
sebagai standarnya.

Lingkar kepala pada waktu lahir yaitu sekitar 34 cm. Terjadi perubahan ukuran lingkar
kepala pada saat berusia :

a) Antara usia 6 – 12 bulan : bertambah 1,32 cm perbulan.

b) Antara usia 6 – 12 bulan : bertambah 0.44 cm perbulan.


c) Usia 6 bulan : rata – rata 44 cm.

d) Usia 1 tahun : 47 cm.

e) Usia 2 tahun : 49 cm.

f) Dewasa : 54 cm.

4) Pengukuran Lingkar Dada

Normalnya ukuran lingkar dada yaitu sekitar 2 cm lebih kecil dari lingkar kepala,
kemudian lingkar dada menjadi lebih besar dari pada lingkar kepala karena dada
bertumbuh lebih cepat daripada kepala. Cara untuk mengukur lingkar dada yaitu
dengan meletakkan pita mengelilingi dada melalui putting susu dalam keadaan
ekspirasi (menghembuskan nafas) maksimum.

5) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)

Pengukuran ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui status gizi dan
perkembangan anak pada masa pra sekolah. Untuk melakukan pengukuran lingkar
lengan atas dapat dilakukan dengan cara melingkarkan pita pengukur pada
pertengahan lengan atas kiri. Hasil dari pengukuran LILA pada anak biasanya
didapatkan data:

a) Bayi baru lahir: 11 cm.

b) Usia 1 tahun : 16 tahun.

c) Usia 5 tahun : 17 cm.

B. Penilaian Perkembangan anak dengan mendeteksi melalui Kuesioner Pra Skrining

Perkembangan (KPSP) Mendeteksi dini penyimpangan perkembangan anak dapat


dilakukan pada semua tingkat fasilitas kesehatan, salah satunya dengan melakukan
pemeriksaan perkembangan anak dengan menggunakan “Kuisioner Pra Skrining
Perkembangan (KPSP)”. Definisi dari KPSP yaitu alat atau instrument berupa
kuisioner yang bertujuan untuk mengetahui perkembangan anak normal atau adakah
penyimpangan.

1) Jadwal Pelaksanaan Skrining Skrining biasanya dilakukan rutin saat anak


berusia
3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 46, 54, 60, 66 dan 72 bulan.

Jika anak belum mencapai umur skrining tersebut, maka ibu dapat datang
kembali pada umur skrining yang terdekat untuk pemeriksaan ruitn. Apabila
bayi berusia 7 bulan, diminta kembali untuk melakukan skrining pada usia 9
bulan. Bila anak berusia di antaranya, maka KPSP yang digunakan adalah yang
lebih kecil dari usia anak.

Contohnya bayi berusia 7 bulan maka yang digunakan adalah KPSP 6


bulan. Bila anak tersebut telah berusia 9 bulan maka yang diberikan KPSP 9
bulan. Apabila orang tua datang dengan keluhan anaknya mengalami masalah
tumbuh kembang, sedangkan umur anak belum memasuki usia untuk skrining
maka dilakukan pemeriksaan menggunakan KPSP dengan usia terdekat yang
lebih muda.

2) Intrepetasi hasil KPSP

Hitunglah berapa jumlah jawaban ya

a) Jawaban ‘ya” bila orang tua atau pengasuh anak menjawab akan biasa,
pernah, sering, atau kadang-kadang melakukannnya

b) Jawaban “tidak” bila orang tua atau pengasuh / anak menjawab anaka belum
pernah, tidak melakukan, atau orang tua / penagsuh anak tidak tahu.

c) Jumlah jawaban “ya” = 9 atau 10 Maka perkembangan anak sesuai dengan


tahap perkembangannya (S).

d) Jumlah jawaban “ya” = 7 / 8 Maka perkembangan anak meragukan (M).

e) Jumlah jawaban “ya” = 6 atau kurang Kemungkinan terdapat penyimpangan


(P)
5. PATHWAY

Sumber :Lestari 2016

6. DERAJAT DEHIDRASI
7. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Identitas pasien/ biodata

b. Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, tempat
lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua, penghasilan.

c. Keluhan utama Buang air besar (BAB) lebih tiga kali sehari. BAB kurang dari
empat kali dengan konsistensi encer (diare tanpa dehidrasi) BAB 4-10 kali dengan
konsistensi encer (dehidrasi ringan/sedang). BAB lebih dari 10 kali (dehidrasi berat).
Bila diare berlangsung kurang dari 14 hari adalah diare akut. Bila berlangsung 14 hari
atau lebih adalah diare persisten.

d. Riwayat penyakit sekarang

1) Mula-mula bayi/anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin


meningkat. Nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemungkinan timbul diare.

2) Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja
berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu.

3) Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan sifatnya
makin lama makin asam.

4) Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan sesudah diare.

5) Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai
tampak.

6) Diuresis, yaitu terjadi oliguria (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi dehidrasi.


Urine normal pada diare tanpa dehidrasi. Urine sedikit gelap pada dehidrasi ringan
atau sedang. Tidak ada urine dalam waktu 6 jam (dehidrasi berat).

e. Riwayat kesehatan meliputi sebagai berikut:

1) Riwayat imunisasi terutama anak yang belum imunisasi campak. Diare lebih
sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak dengan campak atau yang
menderita campak dalam empat minggu terakhir, yaitu penurunan kekebalan pada
pasien.

2) Riwayat alergi terhadap makanan dan obat-obatan (antibiotic) karena faktor ini
salah satu kemungkinan penyebab diare.
3) Riwayat penyakit yang sering pada anak dibawah dua tahun biasanya batuk,
panas, pilek, dan kejang yang terjadi sebelum, selama, dan setelah diare.

f. Riwayat nutrisi

1) Pemberian asi penuh pada anak umur 4-6 bulan sangat mengurangi risiko diare
dan infeksi serius.

2) Pemberian susu formula, apakah menggunakan air masak, diberikan dengan botol
atau dot, karena botol yang tidak bersih akan mudah terjadi pencemaran. 3) Perasaan
haus

g. Pemeriksaan fisik dengan ROS (Review Of System)

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin ditegakkan pada kasus anak dengan diare menurut
NANDA (2018), adalah sebagai berikut

a. Defisien volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang kurang

b. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
muntah.

c. Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan iritasi, frekuensi BAB yang
berlebihan.

3. Perencanaan keperawatan

Perencaanaan keperawatan menurut NANDA NIC NOC (2015), adalah sebagai berikut:

Prioritas masalah asuhan keperawatan pada pasien anak dengan diare adalah defisien volume
cairan.

a. Diagnosa 1 : Defisien volume cairan b.d asupan cairan yang kurang


Tujuan : defisien volume cairan teratasi
Kriteria hasil : tanda-tanda dehidrasi tidak ada, elastisitas turgor kulit baik, mukosa mulut
dan bibir lembab, tidak ada rasa haus yang belebihan.
Intervensi :
1) Observasi tanda-tanda vital. Rasional : mengetahui keadaan umum pasien.
2) Ukur balance cairan pasien. rasional: mengetahui input dan output cairan
(keseimbangan cairan).
3) Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang banyak kurang lebih
2000-2500 cc perhari.
Rasional: membantu mengganti cairan tubuh yang hilang dan menghindari pasien
mengalami dehidrasi.
4). Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi cairan IVFD dan pemeriksaan lab.
Rasional: menggantikan kehilangan cairan dan mengetahui penyebab dari diare.

b. Diagnosa 2 : Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh


Tujuan: gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi.
Kriteria hasil: intake nutrisi klien meningkat, diet habis 1 porsi yang disediakan, mual,
muntah tidak ada.
Intervensi:
1) Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi
Rasional: mengetahui status nutrisi klien saat ini untuk melakukan intervensi
selanjutnya.
2) Timbang berat badan klien
Rasional: mengukur balance cairan dan IMT pasien.
3) Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering
Rasional: menghindari pasien mengalami mual dan muntah dan mengatasi
kekurangan nutrisi pada pasien.
4) Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien.
Rasional: menetukan diet apa yang diberikan sesuai dengan kasus yang dialami
pasien dan menetukan intervensi selanjutnya.

c. Diagnosa 3: Gangguan integritas kulit


Tujuan: gangguan integritas kulit teratasi Kriteria hasil: integritas kulit yang baik
bida dipertahankan (sensasi,elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi).

Intervensi:
1) Observasi kemerahan pada daerah sekitar anus.
Rasional: area ini meningkat resikonya untuk kerusakan dan memerlukan pengobatan
lebih intensif.
2) Bersihkan daerah anus dengan kapas basah setiap kali buang air besar (BAB).
Rasional: meminimalkan terjadinya iritasi.
3) Gunakan popok yang lembut dan kering dan diganti setiap basah.
Rasional: memberi rasa nyaman pada anak dan mempertahankan kebersihan serta
keadaan kulit agar tetap kering.
4) Biarkan daerah bokong terkena udara terutama setelah defekasi
Rasional: kulit yang lembab dan bash mudah teiritasi dan lecet.

4. Implementasi keperawatan
Tahap implementasi merupakan tahap keempat dalam tahap proses keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang
telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan.

5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dicatat disesuaikan dengan setiap diagnosa keperawatan.
Evaluasi untuk setiap diagnos keperawatan meliputi data subyektif (S), data obyektif
(O), analisa permasalahan (A), klien berdasarkan S dan O, serta perencanaan ulang
(P) berdasarkan hasil analisa data di atas. Evaluasi ini disebut juga evaluasi proses.

Evaluasi terdiri atas dua yaitu evaluasi formatif yaitu evaluasi tehadap respon
yang segera timbul setelah intervensi keperawatan dilakukan. Evaluasi sumatif yaitu
evaluasi respon (jangka panjang) terhadp tujuan,dengan kata lain bagaimana penilaian
terhadap perkembangan kemajuan ke arah tujuan atau hasil akhir yang diinginkan
a) Defisien volume cairan teratasi
b) Frekuensi BAB normal dengan konsistensi feses lembek
c) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi.
d) Gangguan integritas kulit teratasi
e) Nyeri kulit teratasi
f) Pengetahuan keluarga meningkat.
g) Pasien memperlihatkan penurunan tingkat kecemasan dan keluarga memahami
kondisi klien

8. DISCHARGE PLANNING

a. Ajarkan pada orang tua mengenai perawatan anak, pemberian makanan dan
minuman (oralit).
b. Ajarkan mengenai tanda-tanda dehidrasi (ubun-ubun, dan mata cekung, turgor kulit
tidak elastis, membrane mukosa kering) dan segera dibawa kedokter.
c. Jelaskan obat-obatan yang diberi, efek samping dan kegunaannya.
d. Asupan nutrisi harus diteruskan untuk mencegah atau meminimalkan gangguan
gizi yang terjadi.
e. Banyak minum air.
9. DAFTAR PUSTAKA
Widoyono. Penyakit Tropis : Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan
Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga; 2011.

Anggraini, D., & Kumala, O. (2022). Diare Pada Anak. Scientific Journal, 1(4), 309–
317.

Aprianto, Brian & Jacob, A.F. (2013). Pedoman Lengkap Profeisonal SDM
Indonesia. Jakarta : PPM Management.

Soetjiningsih. 2017. Tumbuh Kembang Anak Ed.2. Jakarta: EGC

NANDA. 2018. NANDA-I Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2018-


2020. (T. H Herdman & S. Kamitsuru) (11th ed.). EGC.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: MediAction.

Anda mungkin juga menyukai