Delik Peresahan Ketenangan Rumah
Delik Peresahan Ketenangan Rumah
penelitian
MENURUT PASAL 167 KUHP menggunakan metodologi hukum normatif yang
(KAJIAN PUTUSAN PT BANTEN NOMOR merupakan jenis penelitian terhadap bahan
153/PID/2021 PT BTN)1 pustaka atau yang menggunakan data sekunder
Oleh : Bagaskara M.S. Mahmud2 saja.
Roy Ronny Lembong3 Kata Kunci : Delik,Peresahan,Ketenangan
Harly S. Muaja4
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ABSTRAK Hukum Pidana merupakan suatu sistem
Delik yang dirumuskan dalam Pasal 167 norma-norma yang menentukan terhadap
ayat (1) KUHP menentukan bahwa, “barang siapa tindakan-tindakan yang mana dalam keadaan-
memaksa masuk ke dalam rumah, ruangan atau keadaan bagaimana hukuman itu dapat
pekarangan tertutup yang dipakai orang lain dijatuhkan, serta hukuman yang bagaimana yang
dengan melawan hukum atau berada di situ dapat dijatuhkan bagi tindakan-tindakan
dengan melawan hukum, dan atas permintaan tersebut.5
yang berhak atau suruhannya tidak pergi dengan Salah satu delik yang diatur dalam KUHP
segera, diancam dengan pidana penjara paling ini, khususnya dalam Buku Kedua, yaitu delik yang
lama sembilan bulan atau pidana denda paling dirumuskan dalam Pasal 167 ayat (1) KUHP
banyak empat ribu lima ratus rupiah”. Pasal 167 menentukan bahwa, “barang siapa memaksa
KUHP tidak memberi nama (kualifikasi) terhadap masuk ke dalam rumah, ruangan atau pekarangan
delik ini tetapi menamainya sebagai “peresahan- tertutup yang dipakai orang lain dengan melawan
ketenangan rumah”, menunjuk pada istilah hukum atau berada di situ dengan melawan
bahasa Belanda yang sering digunakan untuk hukum, dan atas permintaan yang berhak atau
delik ini, yaiu: huisvredebreuk. Dalam kenyataan, suruhannya tidak pergi dengan segera, diancam
sekalipun telah ada Pasal 167 ayat (1) KUHP, dengan pidana penjara paling lama sembilan
tetapi perbuatan-perbuatan seperti itu masih saja bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu
terjadi, antara lain terlihat dari adanya putusan- lima ratus rupiah”.6 Ayat (2), (3), dan (4) dari Pasal
putusan pengadilan dengan dakwaan Pasal 167 167 berisi ketentuan pemberatan terhadap delik
KUHP. Pembahasan penelitian tentang Putusan dalam ayat (1) KUHP.
Pengadilan Tinggi Banten Nomor 153/Pid/2021 Pasal 167 KUHP tidak memberi nama
PT BTN. delik peresahan ketenangan rumah (kualifikasi) terhadap delik ini tetapi S.R. Sianturi
(huisvredebreuk) sebagaimana dirumuskan dalam menamainya sebagai “peresahan-ketenangan
Pasal 167 ayat (1) KUHP dengan penerapan rumah”,7 yang oleh Wirjono Prodjodikoro disebut
rumusan pasal tersebut dalam kenyataan “merusak keamanan di rumah (huisvrede-
putusan pengadilan. Permasalahan yang diangkat breuk)”;8 sedangkan oleh penulis lain diberi nama
pada penelitian ini Bagaimana pengaturan delik yang lain pula dalam bahasa Indonesia, tetapi
peresahan ketenangan rumah menurut Pasal 167 umumnya menunjuk pada istilah bahasa Belanda
KUHP? Bagaimana putusan Pengadilan Tinggi yang sering digunakan untuk delik ini, yaiu:
Banten Nomor 153/Pid/2021 tentang delik huisvredebreuk.
peresahan ketenangan rumah ? Tujuan penelitian Dalam kenyataan, sekalipun telah ada
ini untuk mengetahui pengaturan delik Pasal 167 ayat (1) KUHP, tetapi perbuatan-
peresahan ketenangan rumah menurut Pasal 167 perbuatan seperti itu masih saja terjadi, antara
KUHP; Untuk mengetahui putusan Pengadilan lain terlihat dari adanya putusan-putusan
Tinggi Banten Nomor 153/Pid/2021 tentang delik pengadilan dengan dakwaan Pasal 167 KUHP.
9 Direktori Putusan Mahkamah Agung RI, “Putusan 12 Mahrus Ali, Dasar-dasar Hukum Pidana, cet.2,
Nomor 153/Pid/2021 PT BTN”, Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hlm. 22, 23.
https://putusan3.mahkamahagung.go.id/direktori/putusan/ 13 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang
Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, cet.16, Rajawali (Perppu) Nomor 18 Tahun 1960 tetang Perubahan Jumlah
Pers, Jakarta, 2014, hlm. 13-14. Hukuman Denda dalam Kitab Undang-Undang Hukum Oidana
11 Suteki dan Galang Taufani, Metodologi Penelitian dan Dalam Ketentuan Pidana Lainnya Yang Dikeluarkan
Hukum (Filsafat, Teori dan Praktik), Rajawali Pers, Depok, Sebelum Tanggal 17 Agustus 1945
2018, hlm. 255.
(3) Indien hij bedreigingen uit of zich atau sebuah halaman yang tertutup, yang dipakai
bedient van middelen geschikt om oleh orang lain, tidak segera meninggalkan tempat
vrees aan te jagen, wordt hij gestraft itu atas permintaan orang yang berhak atau atas
met gevangenisstraf van ten hoogste nama orang yang berhak, dihukum dengan
een jaar en vier maanden. hukuman penjara selama-lamanya sembilan bulan
(4) De in het eerste en derde lid bepaalde atau dengan hukuman denda setinggi-tingginya
straffen kunnen met een derde empat ribu lima ratus rupiah.18 Terjemahan oleh
worden verhoogd, indien twee of Soenarto Soerodibroto terhadap Pasal 167 KUHP
meer vereenigde personen het yaitu sebagai berikut:
misdrijf plegen.15 Barang siapa dengan melawan hukum
Sejumlah ahli hukum pidana Indonesia masuk dengan paksa ke dalam, atau dengan
yang menguasai bahasa Belanda telah membuat melawan hukum ada tinggal didalam rumah atau
terjemahan-terjemahan dari KUHP karena tempat yang tertutup, yang dipakai oleh orang
mengingat kenyataan bahwa ada umumnya lain, dan tidak dengan segera pergi dari tempat itu,
penduduk Indonesia tidak memahami bahasa atas permintaan orang yang berhak atau atas
Belanda. Beberapa terjemahan yang dapat permintaan atas nama yang berhak, dihukum
ditemukan antara lain sebagaimana dikutipkan dengan hukuman penjara selama-lamanya
berikut ini. sembilan bulan atau denda sebanyak-banyaknya
Terjemahan Tim Penerjemah BPHN tiga ratus rupiah.19
terhadap Pasal 167 KUHP tentang Barangsiapa Beberapa terjemahan menunjukkan
memaksa masuk ke dalam rumah, ruangan atau bahwa delik (tindak pidana) pokok diatur dalam
pekarangan tertutup yang dipakai orang lain Pasal 167 ayat (1) KUHP. Pasal 167 ayat (2) berisi
dengan melawan hukum atau berada di situ tafsiran yang diperluas terhadap unsur “memaksa
dengan melawan hukum, dan atas permintaan masuk” dalam Pasal 167 ayat (1) KUHP, sedangkan
yang berhak atau suruhannya tidak pergi dengan Pasal 167 ayat (3) dan (4) KUHP merupakan
segera, diancam dengan pidana penjara paling alasan-alasan untuk memberatkan pidana.
lama sembilan bulan atau pidana denda paling KUHP tidak memberi nama (kualifikasi)
banyak empat ribu lima ratus rupiah. 16 terhadap delik (tindak pidana) yang dirumuskan
Terjemahan oleh R. Soesilo terhadap Pasal 167 dalam Pasal 167 ayat (1) KUHP, tetapi Pasal 167
KUHP berbunyi sebagai berikut: Barangsiapa ayat (1) KUHP oleh para ahli hukum pidana diberi
dengan melawan hak orang lain masuk dengan nama yang dalam bahasa Belanda dikenal sebagai
memaksa ke dalam rumah atau ruangan yang huisvredebreuk, yang terjemahannya ke bahasa
tertutup atau pekarangan, yang dipakai oleh orang Indonesia beranekaragam, seperti antara lain:
lain, atau sedang ada di situ dengan tidak ada 1. S.R. Sianturi menyebutnya sebagai
haknya, tidak dengan segera pergi dari tempat itu “peresahan-ketenangan rumah”;20
atas permintaan orang yang berhak atau atas 2. Wirjono Prodjodikoro menyebutnya “merusak
nama orang yang berhak, dihukum penjara keamanan di rumah (huisvrede-breuk)”;21
selama-lamanya sembilan bulan atau denda 3. R. Soesilo menyebutnya “pelanggaran hak
sebanyak-banyaknya Rp4.500,-. 17 kebebasan rumah tangga”.22
Terjemahan oleh P.A.F. Lamintang dan Delik (tindak pidana) dalam Pasal 167 ayat
C.D. Samosir terhadap Pasal 167 KUHP berbunyi (1) KUHP yang oleh S.R. Sianturi disebut
sebagai berikut: Barangsiapa secara melawan hak peresahan-ketenangan rumah sebagai
memasuki atau secara melawan hak berada di terjemahan dari huisvredebreuk, dalam
sebuah rumah atau sebuah ruangan yang tertutup sistematika KUHP terletak dalam Buku Kedua
15 W.A. Engelbrecht dan E.M.L. Engelbrecht, Kitab2 19 Soenarto Soerodibroto, KUHP Dilengkapi Arrest-
Undang2, Undang2 dan Peraturan2 Serta Undang2 Dasar arrest Hoge Raad, tanpa penerbit, 1979, hlm. 102-103.
Sementara Republik Indonesia, A.W. Sijthoff’s Uitgeversmij 20 S.R. Sianturi, Loc.cit.
(KUHP) Serta Komentar-komentarnya Lengkap Pasal Demi (KUHP) Serta Komentar-komentarnya Lengkap Pasal Demi
Pasal, Politeia, Bogor, 1991, hlm. 143. Pasal, Politeia, Bogor, 1991, hlm. 143.
18 P.A.F. Lamintang dan C.D. Samosir, Hukum Pidana
23 S.R. Sianturi, Op.cit., hlm. 306. 26 Mahrus Ali, Op.cit., hlm. 111.
24 Jan Remmelink, Hukum Pidana. Komentar Atas 27 Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan
Pasal-pasal Terpenting dari Kitab Undang-Undang Hukum Tertulis di Indonesia, cet.2, Rajawali Pers, Jakarta, 2013, hlm.
Pidana Belanda dan Padanannya dalam Kitab Undang- 82-83.
Undang Hukum Pidana Indonesia terjemahan T.P. Moeliono 28 Jan Remmelink, Op.cit., hlm. 93.
el al, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003, hlm. 92, 93. 29 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
25 Ibid., hlm. 93, 94. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara
diberikan definisi bahwa, “korporasi adalah mempunyai pengertian yang lain daripada ‘tanpa
kumpulan orang dan atau kekayaan yang hak sendiri’ (zonder eigen recht).”33
terorganisasi baik merupakan badan hukum Apakah perbuatan pelaku bersifat
maupun bukan badan hukum”. 30 melawan hukum atau tidak, antara lain harus
dilihat dari penempatan Pasal 167 KUHP dalam
2. Secara melawan hukum. Buku Kedua (Kejahatan) Bab V (Kejahatan
Unsur ini merupakan unsur melawan terhadap Ketertiban Umum). Berkenaan dengan
hukum (wederrechtelijk) yang dalam Pasal 167 ini dikatakan oleh Wirjono Prodjodikoro:
ayat (1) merupakan unsur tertulis. Oleh karenanya Dengan ditempatkan pasal ini dalam titel
oleh S.R. Sianturi dikatakan bahwa, unsur bersifat V Buku II KUHP tentang Kejahatan-
melawan hukum di sini dengan tegas Kejahatan terhadap ketertiban umum,
dirumuskan,yang karenanya dalam penerapan ternyata bahwa yang sekarang dilindungi
delik ini harus dibuktikan sesuai dengan bukan suatu hak milik atas suatu rumah
kenyataan.31 kediaman, ruangan, atau pekarangan,
Menjadi pertanyaan, jika dalam suatu melainkan keamanan seseorang untuk
rumusan tindak pidana tercantum unsur melawan dengan tenteram berada dalam tempat-
hukum, jadi melawan hukum itu merupakan unsur tempat tersebut harus dirasakan
tertulis yang karenanya harus dibuktikan oleh terganggu dalam memakai tempat-
Jaksa Penuntut Umum, apakah yang dimaksudkan tempat itu secara tenteram.
dengan melawan hukum itu? Mengenai hal ini Tindak pidana ini juga dapat dilakukan
diberikan keterangan oleh R. Tresna bahwa: oleh pemilik rumah, ruangan, atau
Menurut Memori Penjelasan dari rencana pekarangan yang bersangkutan apabila
Kitab Undang-undang Hukum Pidana tempat-tempat itu misalnya disewakan
Negeri Belanda, istilah “melawan hukum” kepada orang lain yang dengan demikian
itu setiap kali digunakan, apabila memakai tempat-tempat itu secara sah.
dikuatirkan, bahwa orang yang di dalam Pemakaian yang sah adalah yang menjadi
melakukan sesuatu perbuatan yang pada unsur utama dari tindak pidana ini.34
dasarnya bertentangan dengan undang- S.R. Sianturi sependapat dengan Wirjono
undang, padahal di dalam hal itu ia Prodjodikoro dan R. Soesilo bahwa sebagai orang
menggunakan haknya, nanti akan terkena yang berhak yaitu pemakaian yang sah. Pemakai
juga oleh larangan dari pasal undang- yang sah berhak menikmati ketenangan rumah,
undang yang bersangkutan. Jika ia sebagaimana dikemukakan oleh S.R. Sianturi
menggunakan haknya, maka ia tidak bahwa:
“melawan hukum” dan untuk ketegasan Salah satu hak asasi manusia adalah
bahwa yang diancam hukuman itu hanya terjaminnya ketenangan di suatu tempat
orang yang betul-betul melawan hukum tinggal (woning) yang dalam bahasa
saja, maka di dalam pasal yang sehari-hari disebut rumah, yang dia
bersangkutan perlu dimuat ketegasan pakai/gunakan. Tempat tinggal tersebut
“melawan hukum” sebagai unsur dari diperluas dengan ruangan-tertutup dan
perbuatan yang terlarang itu.32 pekarangan-tertutup untuk memberikan
ketenangan yang lebih mantap. Untuk
Berdasarkan keterangan dari memori melindungi ketenangan itulah Pasal 167
penjelasan tersebut maka menurut para ahli ini ditujukan.35
hukum, jika dalam suatu rumusan tindak pidana Jadi, berdasarkan kata “yang dipakai orang
tercantum unsur melawan hukum maka lain” dalam Pasal 167 ayat (1) KUHP maka kata
pengertian melawan hukum di situ berarti tanpa melawan hukum (wederrechtelijk) dalam Pasal
hak atau tanpa wewenang. Antara lain oleh D. 167 ayat (1) KUHP harus diartikan sebagai
Simons dikatakan bahwa, “menurut anggapan bertujuan untuk melindungi pemakai yang sah.
umum, bahwa wederrechtelijk itu tidak Pengecualiannya, sebagaimana dikemukakan S.R.
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan 32 R. Tresna, Azas-azas Hukum Pidana, Tiara Ltd.,
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874). Jakarta, 1959, hlm. 66.
30 Ibid. 33 P.A.F. Lamintang dan C.D. Samosir, Loc.cit.
31 S.R. Sianturi, Op.cit., hlm. 314. 34 Wirjono Prodjodikoro, Op.cit. hlm. 157-158.
35 Ibid., hlm. 314.
Sianturi, yaitu jika ada perjanjian tertulis, misalnya diberikan perluasan pengertian terhadap
dalam surat perjanjian diperjanjikan bahwa istilah memanjat. Pada Pasal 99 KUHP ini
apabila penyewa rumah menunggak perjanjian dikatakan bahwa, “yang disebut memanjat
sewa, maka pemilik rumah berhak memasuki termasuk juga masuk melalui lubang yang
rumah tersebut ketika penyewa rumah berada di memang sudah ada, tetapi bukan untuk
dalamnya untuk menagih pembayaran dari masuk atau masuk melalui lubang di bawah
penyewa rumah. tanah yang dengan sengaja digali; begitu juga
Putusan Hoge Raad, 14-12-1914 tersebut, menyeberangi selokan atau parit yang
orang yang bertempat tinggal di suatu rumah digunakan sebagai batas penutup”. 38
dipandang sebagai yang berhak, sehingga orang 2) masuk dengan menggunakan anak kunci
tidak boleh memasuki rumah itu bertentangan palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan
dengan kehendak orang yang nyatanya bertempat palsu.
tinggal di rumah tersebut. Apa yang menjadi dasar Anak kunci palsu berarti bukan anak kunci
hak dari orang yang bersangkutan untuk yang asli. Pada Pasal 100 KUHP diberikan
bertempat tinggal di situ, tidak menjadi persoalan. perluasan dari pengertian anak kunci palsu, di
Ini karena tujuan dari Pasal 167 KUHP yaitu mana diberi keterangan bahwa, “yang
melindungi hak bertempat tinggal harus dilindungi disebut anak kunci palsu termasuk juga
yaitu pemakai rumah yang sah yang berdiam di segala perkakas yang tidak dimaksud untuk
rumah yang bersangkutan. membuka kunci”.39
Mengenai masuk dengan menggunakan
3. (Secara melawan hukum) memaksa masuk perintah palsu, oleh Sianturi dikatakan
ke suatu rumah, ruangan tertutup atau bahwa, “si petindak menggunakan suatu
pekarangan tertutup yang dipakai orang lain perintah tertulis yang palsu ataiu dipalsukan
ataupun (secara melawan hukum) berada di yang isinya seakan-akan memberi hak atau
situ kewenangan baginya menurut perundangan
Unsur “memaksa masuk” dan “berada di untuk memasuki rumah tersebut”.40
situ” merukan unsur perbuatan; di mana Mengenai pakaian jabatan palsu, oleh S.R.
sebagaimana yang dikemukakan oleh Jan Sianturi diberikan contoh, misalnya pakaian
Remmelink untuk hukum pidana selalu harus ada seragam atau yang menyerupai pakaian
perilaku manusia, yaitu berbuat atau tidak seragam militer, polisi, jaksa, jawatan lalu
berbuat dalam arti melalaikan suatu hal.36 lintas angkutan jalan raya, pekerjaan
Sedangkan frasa “suatu rumah, ruangan tertutup perusahaan cleaning service, pegawai teknisi
atau pekarangan tertutup yang dipakai orang lain” kelistrikan, pegawai teknisi elektronika,
merupakan unsur objek. pegawai perusahaan air minum, pegawai
Pasal 167 ayat (2) KUHP disebutkan perusahaan gas yang dipakai oleh seseorang
beberapa hal yang termasuk cakupan pengertian yang tidak berhak/berwenang untuk itu.41
memaksa masuk, yaitu “masuk dengan merusak 3) tidak setahu yang berhak lebih dahulu serta
atau memanjat, dengan menggunakan anak kunci bukan karena kekhilafan masuk dan
palsu, perintah palsu atau pakaian jahatan palsu, kedapatan di situ pada waktu malam.
atau barang siapa tidak setahu yang berhak lebih Hal yang penting dalam hal ini adalah bahwa
dahulu serta bukan karena kekhilafan masuk dan perbuatan itu dilakukan pada waktu malam.
kedapatan di situ pada waktu malam”. Cara-cara Pengertian malam, dijelaskan dalam Pasal 98
yang termasuk ke dalam “memaksa masuk” dapat KUHP bahwa, “yang disebut waktu malam
dijelaskan satu persatu sebagai berikut. yaitu waktu antara matahari terbenam dan
1) masuk dengan merusak atau memanjat. matahari terbit”.42 R. Soesilo memebrikan
Dalam bahasa sehari-hari, sebagaimana yang keteranan bahwa, orang yang menyusup ke
didefinisikan dalam KBBI, “memanjat” berarti dalam rumah oang lain pada waktu siang dan
“menaiki (pohon, tembok, tebing, dsb) dng kedapatan di tempat itu pada waktu malam
kaki dan tangan”.37 Pada Pasal 99 KUHP ada malam, termasuk ke dalam larangan ini.
Internet:
Direktori Putusan Mahkamah Agung RI, “Putusan
Nomor 153/Pid/2021 PT BTN”,
https://putusan3.mahkamahagung.go.id/di
rektori/putusan/zaec84926f868534b0e030
3834313431.html, diakses 03/02/2022
Tanahlautkab, Legal Reasoning dalam Putusan
Pengadian, www.jdih.tanahlautkab.go.id,