Anda di halaman 1dari 13

DELIK PERESAHAN KETENANGAN RUMAH peresahan ketenangan rumah.

penelitian
MENURUT PASAL 167 KUHP menggunakan metodologi hukum normatif yang
(KAJIAN PUTUSAN PT BANTEN NOMOR merupakan jenis penelitian terhadap bahan
153/PID/2021 PT BTN)1 pustaka atau yang menggunakan data sekunder
Oleh : Bagaskara M.S. Mahmud2 saja.
Roy Ronny Lembong3 Kata Kunci : Delik,Peresahan,Ketenangan
Harly S. Muaja4
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ABSTRAK Hukum Pidana merupakan suatu sistem
Delik yang dirumuskan dalam Pasal 167 norma-norma yang menentukan terhadap
ayat (1) KUHP menentukan bahwa, “barang siapa tindakan-tindakan yang mana dalam keadaan-
memaksa masuk ke dalam rumah, ruangan atau keadaan bagaimana hukuman itu dapat
pekarangan tertutup yang dipakai orang lain dijatuhkan, serta hukuman yang bagaimana yang
dengan melawan hukum atau berada di situ dapat dijatuhkan bagi tindakan-tindakan
dengan melawan hukum, dan atas permintaan tersebut.5
yang berhak atau suruhannya tidak pergi dengan Salah satu delik yang diatur dalam KUHP
segera, diancam dengan pidana penjara paling ini, khususnya dalam Buku Kedua, yaitu delik yang
lama sembilan bulan atau pidana denda paling dirumuskan dalam Pasal 167 ayat (1) KUHP
banyak empat ribu lima ratus rupiah”. Pasal 167 menentukan bahwa, “barang siapa memaksa
KUHP tidak memberi nama (kualifikasi) terhadap masuk ke dalam rumah, ruangan atau pekarangan
delik ini tetapi menamainya sebagai “peresahan- tertutup yang dipakai orang lain dengan melawan
ketenangan rumah”, menunjuk pada istilah hukum atau berada di situ dengan melawan
bahasa Belanda yang sering digunakan untuk hukum, dan atas permintaan yang berhak atau
delik ini, yaiu: huisvredebreuk. Dalam kenyataan, suruhannya tidak pergi dengan segera, diancam
sekalipun telah ada Pasal 167 ayat (1) KUHP, dengan pidana penjara paling lama sembilan
tetapi perbuatan-perbuatan seperti itu masih saja bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu
terjadi, antara lain terlihat dari adanya putusan- lima ratus rupiah”.6 Ayat (2), (3), dan (4) dari Pasal
putusan pengadilan dengan dakwaan Pasal 167 167 berisi ketentuan pemberatan terhadap delik
KUHP. Pembahasan penelitian tentang Putusan dalam ayat (1) KUHP.
Pengadilan Tinggi Banten Nomor 153/Pid/2021 Pasal 167 KUHP tidak memberi nama
PT BTN. delik peresahan ketenangan rumah (kualifikasi) terhadap delik ini tetapi S.R. Sianturi
(huisvredebreuk) sebagaimana dirumuskan dalam menamainya sebagai “peresahan-ketenangan
Pasal 167 ayat (1) KUHP dengan penerapan rumah”,7 yang oleh Wirjono Prodjodikoro disebut
rumusan pasal tersebut dalam kenyataan “merusak keamanan di rumah (huisvrede-
putusan pengadilan. Permasalahan yang diangkat breuk)”;8 sedangkan oleh penulis lain diberi nama
pada penelitian ini Bagaimana pengaturan delik yang lain pula dalam bahasa Indonesia, tetapi
peresahan ketenangan rumah menurut Pasal 167 umumnya menunjuk pada istilah bahasa Belanda
KUHP? Bagaimana putusan Pengadilan Tinggi yang sering digunakan untuk delik ini, yaiu:
Banten Nomor 153/Pid/2021 tentang delik huisvredebreuk.
peresahan ketenangan rumah ? Tujuan penelitian Dalam kenyataan, sekalipun telah ada
ini untuk mengetahui pengaturan delik Pasal 167 ayat (1) KUHP, tetapi perbuatan-
peresahan ketenangan rumah menurut Pasal 167 perbuatan seperti itu masih saja terjadi, antara
KUHP; Untuk mengetahui putusan Pengadilan lain terlihat dari adanya putusan-putusan
Tinggi Banten Nomor 153/Pid/2021 tentang delik pengadilan dengan dakwaan Pasal 167 KUHP.

1 Artikel Skripsi 5 P.A.F. Lamintang dan F.T. Lamintang, Dasar-dasar


2 Mahasiswa Fakultas Hukum UNSRAT ,NIM. 18071101469 Hukum Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2014, hlm. 2.
3 Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum 6 Tim Penerjemah Badan Pembinaan Hukum
4 Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum Nasional (BPHN), Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Sinar
Harapan, Jakarta, 1983, hlm. 73.
7 S.R. Sianturi, Tindak Pidana di KUHP Berikut

Uraiannya, Alumni AHM-PTHM, Jakarta, 1983, hlm. 314.


8 Wirjono Prodjodikoro, Tindak-tindak Pidana

Tertentu di Indonesia, ed.3 cet.4, Refika Aditama, Bandung,


2012, hlm. 157.
Salah satu di antaranya, yaitu kasus yang pemerintah Jepang dengan mengeluarkan
diperiksaan dan diputusan oleh putusan Peraturan yang menetapkan bahwa staatsblad
Pengadilan Tinggi Banten Nomor 153/Pid/2021 PT 1915 No. 732 dinyatakan tetap berlaku.12 Dalam
BTN.9 Bertolak dari putusan ini dapat diperiksa Pasal 6 dari Undang Nomor 1 Tahun 1946
kesesuaian ataupun perkembangan antara ditentukan bahwa: “(1) Nama Undang-undang
pengaturan normatif delik peresahan ketenangan hukum pidana "Wetboek van Strafrecht voor
rumah (huisvredebreuk) sebagaimana dirumuskan Nederlandsh-Indie" dirobah menjadi "Wetboek
dalam Pasal 167 ayat (1) KUHP dengan penerapan van Strafrecht". (2) Undang-undang tersebut
rumusan pasal tersebut dalam kenyataan putusan dapat disebut: Kitab Undang-undang hukum
pengadilan. pidana".13
Pasal 167 KUHP termasuk salah satu pasal
B. Rumusan Masalah yang teks resminya masih dalam bahasa Belanda;
Bertolak dari uraian sebelumnya dapat kecuali ancaman pidana denda yang menurut
dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut: Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah Pengganti
1. Bagaimana pengaturan delik peresahan Undang-Undang (Perppu) Nomor 18 Tahun 1960
ketenangan rumah menurut Pasal 167 KUHP? tetang Perubahan Jumlah Hukuman Denda dalam
2. Bagaimana putusan Pengadilan Tinggi Banten Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Dalam
Nomor 153/Pid/2021 tentang delik peresahan Ketentuan Pidana Lainnya Yang Dikeluarkan
ketenangan rumah? Sebelum Tanggal 17 Agustus 1945, harus dibaca
dalam mata uang rupiah dan dilipatkan lima belas
C. Metode Penelitian kali. 14Oleh karenanya, pertama-tama perlu
Penelitian ini menggunakan metode dikemukakan teks asli dan resmi dari Pasal 167
penelitian hukum normatif. Soerjono Soekanto KUHP yang berbunyi sebagai berikut:
dan Sri Mamudji mengemukakan bahwa (1) Hij die in de woning of het beslpten
penelitian hukum normatif yaitu, “penelitian lokaal of erf, bij een ander in gebruik,
hukum yang dilakukan dengan cara meneliti wederrechtelijk binnendringt of,
bahan pustaka atau data sekunder belaka, dapat wederrechtelijk aldaar vertoevende
dinamakan penelitian hukum normatif atau zich niet op de vordering van of
penelitian hukum kepustakaan”.10 Jadi, penelitian vanwege den rechthebbend
hukum normatif merupakan jenis penelitian aanstonds verwijdert, wordt gestraft
terhadap bahan pustaka atau yang menggunakan met gevangenisstraf van ten hoogste
data sekunder saja. Istilah lainnya penelitian negen maanden of geldboete van ten
hukum kepustakaan (library research), selain itu, hoogste drie honderd gulden.
beberapa penulis, antara lain Suteki dan Galang (2) Hij die zich den toegang heeft verschaft
Taufani menyebutnya sebagai “penelitian hukum door middel van braak of inklimming,
doktrinal”.11 van valsche sleutels, van een valsche
order of een valsch kostuum, of die,
PEMBAHASAN zonder voorkennis van den
A. Pengaturan Delik Peresahan Ketenangan rechthebbende en anders dan ten
Rumah Menurut Pasal 167 KUHP gevolge van vergissing
Wetboek van Strafrecht voor Nederlands binnengekomen, aldaar bij nacht
Indie (W.v.S.N.I.), yang mulai berlaku sejak 1 wordt aangetroffen, wordt geacht te
Januari 1918. Saat Kepang menduduki Indonesia zijn binnengedrongen (Sw. 98v).
keberadaan W.v.S.N.I. tetap diberlakukan oleh

9 Direktori Putusan Mahkamah Agung RI, “Putusan 12 Mahrus Ali, Dasar-dasar Hukum Pidana, cet.2,
Nomor 153/Pid/2021 PT BTN”, Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hlm. 22, 23.
https://putusan3.mahkamahagung.go.id/direktori/putusan/ 13 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang

zaec84926f868534b0e0303834313431.html, diakses Peraturan Hukum Pidana (Berita Negara Republik


03/02/2022. Indonesia lI Nomor 9).
10 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian 14 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, cet.16, Rajawali (Perppu) Nomor 18 Tahun 1960 tetang Perubahan Jumlah
Pers, Jakarta, 2014, hlm. 13-14. Hukuman Denda dalam Kitab Undang-Undang Hukum Oidana
11 Suteki dan Galang Taufani, Metodologi Penelitian dan Dalam Ketentuan Pidana Lainnya Yang Dikeluarkan
Hukum (Filsafat, Teori dan Praktik), Rajawali Pers, Depok, Sebelum Tanggal 17 Agustus 1945
2018, hlm. 255.
(3) Indien hij bedreigingen uit of zich atau sebuah halaman yang tertutup, yang dipakai
bedient van middelen geschikt om oleh orang lain, tidak segera meninggalkan tempat
vrees aan te jagen, wordt hij gestraft itu atas permintaan orang yang berhak atau atas
met gevangenisstraf van ten hoogste nama orang yang berhak, dihukum dengan
een jaar en vier maanden. hukuman penjara selama-lamanya sembilan bulan
(4) De in het eerste en derde lid bepaalde atau dengan hukuman denda setinggi-tingginya
straffen kunnen met een derde empat ribu lima ratus rupiah.18 Terjemahan oleh
worden verhoogd, indien twee of Soenarto Soerodibroto terhadap Pasal 167 KUHP
meer vereenigde personen het yaitu sebagai berikut:
misdrijf plegen.15 Barang siapa dengan melawan hukum
Sejumlah ahli hukum pidana Indonesia masuk dengan paksa ke dalam, atau dengan
yang menguasai bahasa Belanda telah membuat melawan hukum ada tinggal didalam rumah atau
terjemahan-terjemahan dari KUHP karena tempat yang tertutup, yang dipakai oleh orang
mengingat kenyataan bahwa ada umumnya lain, dan tidak dengan segera pergi dari tempat itu,
penduduk Indonesia tidak memahami bahasa atas permintaan orang yang berhak atau atas
Belanda. Beberapa terjemahan yang dapat permintaan atas nama yang berhak, dihukum
ditemukan antara lain sebagaimana dikutipkan dengan hukuman penjara selama-lamanya
berikut ini. sembilan bulan atau denda sebanyak-banyaknya
Terjemahan Tim Penerjemah BPHN tiga ratus rupiah.19
terhadap Pasal 167 KUHP tentang Barangsiapa Beberapa terjemahan menunjukkan
memaksa masuk ke dalam rumah, ruangan atau bahwa delik (tindak pidana) pokok diatur dalam
pekarangan tertutup yang dipakai orang lain Pasal 167 ayat (1) KUHP. Pasal 167 ayat (2) berisi
dengan melawan hukum atau berada di situ tafsiran yang diperluas terhadap unsur “memaksa
dengan melawan hukum, dan atas permintaan masuk” dalam Pasal 167 ayat (1) KUHP, sedangkan
yang berhak atau suruhannya tidak pergi dengan Pasal 167 ayat (3) dan (4) KUHP merupakan
segera, diancam dengan pidana penjara paling alasan-alasan untuk memberatkan pidana.
lama sembilan bulan atau pidana denda paling KUHP tidak memberi nama (kualifikasi)
banyak empat ribu lima ratus rupiah. 16 terhadap delik (tindak pidana) yang dirumuskan
Terjemahan oleh R. Soesilo terhadap Pasal 167 dalam Pasal 167 ayat (1) KUHP, tetapi Pasal 167
KUHP berbunyi sebagai berikut: Barangsiapa ayat (1) KUHP oleh para ahli hukum pidana diberi
dengan melawan hak orang lain masuk dengan nama yang dalam bahasa Belanda dikenal sebagai
memaksa ke dalam rumah atau ruangan yang huisvredebreuk, yang terjemahannya ke bahasa
tertutup atau pekarangan, yang dipakai oleh orang Indonesia beranekaragam, seperti antara lain:
lain, atau sedang ada di situ dengan tidak ada 1. S.R. Sianturi menyebutnya sebagai
haknya, tidak dengan segera pergi dari tempat itu “peresahan-ketenangan rumah”;20
atas permintaan orang yang berhak atau atas 2. Wirjono Prodjodikoro menyebutnya “merusak
nama orang yang berhak, dihukum penjara keamanan di rumah (huisvrede-breuk)”;21
selama-lamanya sembilan bulan atau denda 3. R. Soesilo menyebutnya “pelanggaran hak
sebanyak-banyaknya Rp4.500,-. 17 kebebasan rumah tangga”.22
Terjemahan oleh P.A.F. Lamintang dan Delik (tindak pidana) dalam Pasal 167 ayat
C.D. Samosir terhadap Pasal 167 KUHP berbunyi (1) KUHP yang oleh S.R. Sianturi disebut
sebagai berikut: Barangsiapa secara melawan hak peresahan-ketenangan rumah sebagai
memasuki atau secara melawan hak berada di terjemahan dari huisvredebreuk, dalam
sebuah rumah atau sebuah ruangan yang tertutup sistematika KUHP terletak dalam Buku Kedua

15 W.A. Engelbrecht dan E.M.L. Engelbrecht, Kitab2 19 Soenarto Soerodibroto, KUHP Dilengkapi Arrest-
Undang2, Undang2 dan Peraturan2 Serta Undang2 Dasar arrest Hoge Raad, tanpa penerbit, 1979, hlm. 102-103.
Sementara Republik Indonesia, A.W. Sijthoff’s Uitgeversmij 20 S.R. Sianturi, Loc.cit.

N.V., Leiden, 1956, hlm. 1324. 21 Wirjono Prodjodikoro, Tindak-tindak Pidana


16 Tim Penerjemah BPHN, Kitab Undang-Undang Tertentu di Indonesia, ed.3 cet.4, Refika Aditama, Bandung,
Hukum Pidana, Sinar Harapan, Jakarta, hlm. 70-71. 2012, hlm. 157.
17 R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana 22 R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

(KUHP) Serta Komentar-komentarnya Lengkap Pasal Demi (KUHP) Serta Komentar-komentarnya Lengkap Pasal Demi
Pasal, Politeia, Bogor, 1991, hlm. 143. Pasal, Politeia, Bogor, 1991, hlm. 143.
18 P.A.F. Lamintang dan C.D. Samosir, Hukum Pidana

Indonesia, Sinar Baru, Bandung, 1983, hlm. 80.


(Kejahatan) Bab V yang berjudul: Kejahatan Unsur-unsur Pasal 167 ayat (1) KUHP
terhadap Ketertiban Umum. Ini menunjukkan tersebut dapat dijelaskan satu persatu sebagai
bahwa karakteristik dari delik ini yaitu “dititik- berikut.
beratkan kepada kemungkinan terjadi atau 1. Barangsiapa
terjadinya keresahan atau kekacauan dalam Barang siapa merupakan unsur subjek
masyarakat”.23 tindak pidana atau pelaku tindak pidana 26
Delik peresahan ketenangan rumah menurut D. Hazewinkel-Suringa, sebagaimana
(huisvredebreuk) dalam Pasal 167 ayat (1) KUHP, dikutip oleh Frans Maramis, mengemukakan dasar
tetapi mendahului itu perlu diperhatikan tentang yang lebih terinci dengan menulis bahwa dalam
apa yang menjadi unsur-unsur delik (tindak KUHP, badan hukum (rechtspersoon) bukan
pidana) pada umumnya pendapat pendapat para subjek tindak pidana, di mana hal ini dapat dilihat
ahli hukum. Menurut Jan Remmelink, unsur-unsur dari:
yang kita temukan dalam rumusan tindak pidana, 1. Pasal 59 KUHPid (= 51 Sr.) di mana
yaitu: pidana hanya diancamkan terhadap
1. Adanya perilaku manusia, yaitu berbuat atau pengurus, anggota badan pengurus
tidak berbuat dalam arti melalaikan suatu hal. atau komisaris-komisaris, bukan pada
Yang dapat dipidana hanya tindakan berbuat badan hukum itu sendiri;
atau tidak berbuat yang dilakukan manusia, 2. Rumusan delik yang diawali dengan
dengan kata lain manusia adalah subjek tindak kata ”hij die” (diterjemahkan ke
pidana.24 bahasa Indonesia sebagai
2. Hukum pidana sekarang tidak mengakui lagi barangsiapa) yang menunjuk pada
pidana dan proses terhadap hewan. Hukum manusia;
pidana juga tidak berlaku bagi perkumpulan 3. Tidak ada peraturan tentang
keperdataan (korporasi), perhimpunan pengenaan pidana dan acara pidana
manusia yang berbentuk badan hukum untuk badan hukum. 27
maupun tidak, dan yayasan atau bentuk
perkumpulan lain yang mengelola kekayaan Alasan-alasan tersebut menunjukkan
yang dipisahkan untuk tujuan-tujuan lain. bahwa dalam sistem KUHP sebagai subjek atau
Tetapi di Belanda, sejak 1 September 1976 pelaku delik hanya manusia saja, sedangkan badan
KUHP Belanda telah mengadopsi dapat hukum bukan subjek atau pelaku delik. Jan
dipidananya korporasi.25 Remmelink juga menambahkan bahwa, hukum
Unsur-unsur dari delik (tindak pidana) pidana sekarang tidak mengakui lagi pidana dan
peresahan ketenangan rumah (huisvredebreuk) proses terhadap hewan.28
Pasal 167 ayat (1) KUHP, yang merupakan salah Berbeda halnya dengan delik (tindak
satu delik (tibndak pidana) tertentu dalam KUHP, pidana) yang ada dalam beberapa undang-undang
dengan bepatokan pada terjemahan S.R. Sianturi, di luar KUHP, di mana ada yang sudah mengakui
yaitu: korporasi sebagai subjek tindak pidana. Contoh
1. Barang siapa. yang terkenal, yaitu dalam hal pemberantasan
2. Secara melawan hukum. tindak pidana korupsi. Dalam Undang-Undang
3. (Secara melawan hukum) memaksa masuk ke Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
suatu rumah, ruangan tertutup atau Tindak Pidana Korupsi, sebagaimana telah diubah
pekarangan tertutup yang dipakai orang lain, dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001,
ataupun (secara melawan hukum) berada di sebagai subjek delik korupsi, kebanyakan disebut
situ. “setiap orang”. Berkenaan dengan itu dalam Pasal
4. Yang atas permintaan dari atau atas nama 1 angka 3 diberikan definisi bahwa, “setiap orang
dari pehak (yang berhak) tidak pergi dengan adalah orang perseorangan atau termasuk
segera. korporasi”,29 sedangkan dalam Pasal 1 angka 1

23 S.R. Sianturi, Op.cit., hlm. 306. 26 Mahrus Ali, Op.cit., hlm. 111.
24 Jan Remmelink, Hukum Pidana. Komentar Atas 27 Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan
Pasal-pasal Terpenting dari Kitab Undang-Undang Hukum Tertulis di Indonesia, cet.2, Rajawali Pers, Jakarta, 2013, hlm.
Pidana Belanda dan Padanannya dalam Kitab Undang- 82-83.
Undang Hukum Pidana Indonesia terjemahan T.P. Moeliono 28 Jan Remmelink, Op.cit., hlm. 93.

el al, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003, hlm. 92, 93. 29 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
25 Ibid., hlm. 93, 94. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara
diberikan definisi bahwa, “korporasi adalah mempunyai pengertian yang lain daripada ‘tanpa
kumpulan orang dan atau kekayaan yang hak sendiri’ (zonder eigen recht).”33
terorganisasi baik merupakan badan hukum Apakah perbuatan pelaku bersifat
maupun bukan badan hukum”. 30 melawan hukum atau tidak, antara lain harus
dilihat dari penempatan Pasal 167 KUHP dalam
2. Secara melawan hukum. Buku Kedua (Kejahatan) Bab V (Kejahatan
Unsur ini merupakan unsur melawan terhadap Ketertiban Umum). Berkenaan dengan
hukum (wederrechtelijk) yang dalam Pasal 167 ini dikatakan oleh Wirjono Prodjodikoro:
ayat (1) merupakan unsur tertulis. Oleh karenanya Dengan ditempatkan pasal ini dalam titel
oleh S.R. Sianturi dikatakan bahwa, unsur bersifat V Buku II KUHP tentang Kejahatan-
melawan hukum di sini dengan tegas Kejahatan terhadap ketertiban umum,
dirumuskan,yang karenanya dalam penerapan ternyata bahwa yang sekarang dilindungi
delik ini harus dibuktikan sesuai dengan bukan suatu hak milik atas suatu rumah
kenyataan.31 kediaman, ruangan, atau pekarangan,
Menjadi pertanyaan, jika dalam suatu melainkan keamanan seseorang untuk
rumusan tindak pidana tercantum unsur melawan dengan tenteram berada dalam tempat-
hukum, jadi melawan hukum itu merupakan unsur tempat tersebut harus dirasakan
tertulis yang karenanya harus dibuktikan oleh terganggu dalam memakai tempat-
Jaksa Penuntut Umum, apakah yang dimaksudkan tempat itu secara tenteram.
dengan melawan hukum itu? Mengenai hal ini Tindak pidana ini juga dapat dilakukan
diberikan keterangan oleh R. Tresna bahwa: oleh pemilik rumah, ruangan, atau
Menurut Memori Penjelasan dari rencana pekarangan yang bersangkutan apabila
Kitab Undang-undang Hukum Pidana tempat-tempat itu misalnya disewakan
Negeri Belanda, istilah “melawan hukum” kepada orang lain yang dengan demikian
itu setiap kali digunakan, apabila memakai tempat-tempat itu secara sah.
dikuatirkan, bahwa orang yang di dalam Pemakaian yang sah adalah yang menjadi
melakukan sesuatu perbuatan yang pada unsur utama dari tindak pidana ini.34
dasarnya bertentangan dengan undang- S.R. Sianturi sependapat dengan Wirjono
undang, padahal di dalam hal itu ia Prodjodikoro dan R. Soesilo bahwa sebagai orang
menggunakan haknya, nanti akan terkena yang berhak yaitu pemakaian yang sah. Pemakai
juga oleh larangan dari pasal undang- yang sah berhak menikmati ketenangan rumah,
undang yang bersangkutan. Jika ia sebagaimana dikemukakan oleh S.R. Sianturi
menggunakan haknya, maka ia tidak bahwa:
“melawan hukum” dan untuk ketegasan Salah satu hak asasi manusia adalah
bahwa yang diancam hukuman itu hanya terjaminnya ketenangan di suatu tempat
orang yang betul-betul melawan hukum tinggal (woning) yang dalam bahasa
saja, maka di dalam pasal yang sehari-hari disebut rumah, yang dia
bersangkutan perlu dimuat ketegasan pakai/gunakan. Tempat tinggal tersebut
“melawan hukum” sebagai unsur dari diperluas dengan ruangan-tertutup dan
perbuatan yang terlarang itu.32 pekarangan-tertutup untuk memberikan
ketenangan yang lebih mantap. Untuk
Berdasarkan keterangan dari memori melindungi ketenangan itulah Pasal 167
penjelasan tersebut maka menurut para ahli ini ditujukan.35
hukum, jika dalam suatu rumusan tindak pidana Jadi, berdasarkan kata “yang dipakai orang
tercantum unsur melawan hukum maka lain” dalam Pasal 167 ayat (1) KUHP maka kata
pengertian melawan hukum di situ berarti tanpa melawan hukum (wederrechtelijk) dalam Pasal
hak atau tanpa wewenang. Antara lain oleh D. 167 ayat (1) KUHP harus diartikan sebagai
Simons dikatakan bahwa, “menurut anggapan bertujuan untuk melindungi pemakai yang sah.
umum, bahwa wederrechtelijk itu tidak Pengecualiannya, sebagaimana dikemukakan S.R.

Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan 32 R. Tresna, Azas-azas Hukum Pidana, Tiara Ltd.,

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874). Jakarta, 1959, hlm. 66.
30 Ibid. 33 P.A.F. Lamintang dan C.D. Samosir, Loc.cit.
31 S.R. Sianturi, Op.cit., hlm. 314. 34 Wirjono Prodjodikoro, Op.cit. hlm. 157-158.
35 Ibid., hlm. 314.
Sianturi, yaitu jika ada perjanjian tertulis, misalnya diberikan perluasan pengertian terhadap
dalam surat perjanjian diperjanjikan bahwa istilah memanjat. Pada Pasal 99 KUHP ini
apabila penyewa rumah menunggak perjanjian dikatakan bahwa, “yang disebut memanjat
sewa, maka pemilik rumah berhak memasuki termasuk juga masuk melalui lubang yang
rumah tersebut ketika penyewa rumah berada di memang sudah ada, tetapi bukan untuk
dalamnya untuk menagih pembayaran dari masuk atau masuk melalui lubang di bawah
penyewa rumah. tanah yang dengan sengaja digali; begitu juga
Putusan Hoge Raad, 14-12-1914 tersebut, menyeberangi selokan atau parit yang
orang yang bertempat tinggal di suatu rumah digunakan sebagai batas penutup”. 38
dipandang sebagai yang berhak, sehingga orang 2) masuk dengan menggunakan anak kunci
tidak boleh memasuki rumah itu bertentangan palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan
dengan kehendak orang yang nyatanya bertempat palsu.
tinggal di rumah tersebut. Apa yang menjadi dasar Anak kunci palsu berarti bukan anak kunci
hak dari orang yang bersangkutan untuk yang asli. Pada Pasal 100 KUHP diberikan
bertempat tinggal di situ, tidak menjadi persoalan. perluasan dari pengertian anak kunci palsu, di
Ini karena tujuan dari Pasal 167 KUHP yaitu mana diberi keterangan bahwa, “yang
melindungi hak bertempat tinggal harus dilindungi disebut anak kunci palsu termasuk juga
yaitu pemakai rumah yang sah yang berdiam di segala perkakas yang tidak dimaksud untuk
rumah yang bersangkutan. membuka kunci”.39
Mengenai masuk dengan menggunakan
3. (Secara melawan hukum) memaksa masuk perintah palsu, oleh Sianturi dikatakan
ke suatu rumah, ruangan tertutup atau bahwa, “si petindak menggunakan suatu
pekarangan tertutup yang dipakai orang lain perintah tertulis yang palsu ataiu dipalsukan
ataupun (secara melawan hukum) berada di yang isinya seakan-akan memberi hak atau
situ kewenangan baginya menurut perundangan
Unsur “memaksa masuk” dan “berada di untuk memasuki rumah tersebut”.40
situ” merukan unsur perbuatan; di mana Mengenai pakaian jabatan palsu, oleh S.R.
sebagaimana yang dikemukakan oleh Jan Sianturi diberikan contoh, misalnya pakaian
Remmelink untuk hukum pidana selalu harus ada seragam atau yang menyerupai pakaian
perilaku manusia, yaitu berbuat atau tidak seragam militer, polisi, jaksa, jawatan lalu
berbuat dalam arti melalaikan suatu hal.36 lintas angkutan jalan raya, pekerjaan
Sedangkan frasa “suatu rumah, ruangan tertutup perusahaan cleaning service, pegawai teknisi
atau pekarangan tertutup yang dipakai orang lain” kelistrikan, pegawai teknisi elektronika,
merupakan unsur objek. pegawai perusahaan air minum, pegawai
Pasal 167 ayat (2) KUHP disebutkan perusahaan gas yang dipakai oleh seseorang
beberapa hal yang termasuk cakupan pengertian yang tidak berhak/berwenang untuk itu.41
memaksa masuk, yaitu “masuk dengan merusak 3) tidak setahu yang berhak lebih dahulu serta
atau memanjat, dengan menggunakan anak kunci bukan karena kekhilafan masuk dan
palsu, perintah palsu atau pakaian jahatan palsu, kedapatan di situ pada waktu malam.
atau barang siapa tidak setahu yang berhak lebih Hal yang penting dalam hal ini adalah bahwa
dahulu serta bukan karena kekhilafan masuk dan perbuatan itu dilakukan pada waktu malam.
kedapatan di situ pada waktu malam”. Cara-cara Pengertian malam, dijelaskan dalam Pasal 98
yang termasuk ke dalam “memaksa masuk” dapat KUHP bahwa, “yang disebut waktu malam
dijelaskan satu persatu sebagai berikut. yaitu waktu antara matahari terbenam dan
1) masuk dengan merusak atau memanjat. matahari terbit”.42 R. Soesilo memebrikan
Dalam bahasa sehari-hari, sebagaimana yang keteranan bahwa, orang yang menyusup ke
didefinisikan dalam KBBI, “memanjat” berarti dalam rumah oang lain pada waktu siang dan
“menaiki (pohon, tembok, tebing, dsb) dng kedapatan di tempat itu pada waktu malam
kaki dan tangan”.37 Pada Pasal 99 KUHP ada malam, termasuk ke dalam larangan ini.

36 Jan Remmelink, Op.cit., hlm. 92. 39 Ibid.


37 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar 40 Sianturi, Op.cit., hlm. 316.
Bahasa Indonesia, ed.3 cet.2, Balai Pustaka, Jakarta, 2002, 41 Ibid.

hlm. 825. 42 Tim Penerjemah BPHN, Loc.cit.


38 Tim Penerjemah BPHN, Op.cit., hlm. 49
Sebaliknya, orang yang menyusup pada disebutkannya istilah ini di samping rumah
waktu malam dankedapartan di tempat itu kediaman, maka yang dimaksudkan adalah
pada waaktu pagi, tidak masuk dalam ruangan yang tidak didiami orang. Tertutup tidak
larangan ini.43 Jadi, yang penting di sini berarti bahwa ruangan sama sekali tertutup tanpa
bukanlah berada di tempat itu pada waktu ada pintu terbuka, tetapi bahwa tidak sembarang
malam, melainkan ia kedapatan di tempat itu orang boleh masuk ke situ. Sering dipasang tulisan
pada waktu malam. “dilarang masuk” (verboden toegang). Akan
Tindakan pelaku “memaksa masuk” tetapi, juga tanpa tulisan semacam itu, apabila
merupakan tujuan pelaku untuk memaksa masuk selayaknya bukan sembarang orang boleh masuk,
ke objek delik, yaitu “ke suatu rumah, ruangan maka ruangan sudah dapat dikatakan tertutup
tertutup, atau pekarangan tertutup”. Pengertian menurut Pasal 167 itu.47
rumah, ruangana tertutup dan pekarangan Mengenai pekarangan tertutup, menurut
tertutup dapat dijelaskan sebagai berikut. keterangan S.R. Sianturi yaitu, sebidang tanah
Mengenai apa yang dimaksudkan dengan yang jelas terpisah dari sebidang tanah lainnya
rumah, diberikan keterangan oleh S.R. Sianturi (sekelilingnya) dan jelas ada tanda-tanda yang
bahwa, yang dimaksud dengan rumah (istilah dimaksudkan bahwa tidak setiap orang boleh
umum) adalah suatu tempat yang sengaja memasuki pekarangan tersebut. Pekarangan ini
diadakam atau dibuat untuk digunakan sebagai tidak harus selalu ada atau pernah ada suatu
tempat tinggal di mana lazimnya dilakukan bangunan di atasnya. Untuk menyatakan
istirahat malam (tidur), makan/minum dan ketertutupan dari pekarangan tersebut, biasanya
bahkan juga di mana harta sebagian atau dikelilingi dengan pagar atau selokan dan diberi
seluruhnya dia taruh, di mana dia melakukan tanda larangan untuk memasukinya.48
pekerjaan-pekerjaannya yang bersifat khusus, di
mana dia menyebutkan alamatnya untuk surat a. Berada Di Situ Dengan Melawan Hukum
menyurat.44 Jika kemungkinan pertama, yaitu
Wirjono Prodjodikoro memberi seseorang memaksa masuk ke suatu rumah,
keterangan tentang istilah rumah (woning) ruangan tertutup atau pekarangan tertutup yang
bahwa, istilah rumah kediaman (woning). ini harus dipakai orang lain, maka sebagai kemungkinan
diartikan secara luas, yaitu tidak terbatas pada kedua, yaitu seseorang berada di situ dengan
rumah (huis), tetapi meliputi juga misalnya suatu melawan hukum. Menurut S.R. Sianturi,
kapal yang dipakai sebagai temnpat kediaman kemunkinan ini yaitu misalnya semula seseorang
(woonschip) atau suatu gudang biasanya hanya memasuki rumah dan sebagainya itu dengan izin
dipakai untuk menyimpan barang-barang.45 dari si pehak, kemudian tidak segera pergi atas
Mengenai istilah ruangan tertutup, permintaan si pehak.49 Jadi, semula masuknya
diberikan keterangan oleh S.R. Sianturi bahwa, orang ke dalam rumah, ruangan tertutup atau
yang dimaksud dengan ruangan tertutup adalah pekarangan tertutup masih dengan tidak ada
setiap bangunan atau ruangan yang tidak terbuka keberatan dari yang berhak, tetapi kemudian yang
setiap waktu untuk umum atau yang tidak berhak memintanya untuk pergi dari tempat itu.
sembarang waktu dapat dimasuki oleh siapa saja.
Jadi suatu rumah yang tidak berpenghuni yang 4. Yang atas permintaan dari atau atas nama
pintu-pintunya ditutup terkunci (misalnya baru dari pehak (yang berhak) tidak pergi dengan
saja selesai dibangun atau telah kosong untuk segera
disewakan/dikontrakkan) adalah ruangan Tentang pengertian “atas permintaan dari
tertutup. Termasuk juga dalam golongan ruangan pehak (yang berhak) atau atas namanya“, yaitu
tertutup toko-toko, perusahaan, bengkel yang suatu perintah, suruhan, himbauan, saran
tidak dihuni.46 ataupun gerakan maupun dengan tulisan (jika
Istilah ruangan tertutup diberikan sipehak tidak bisa bicara) yang dapat dimengerti
keterangan oleh Wirjono Prodjodikoro bahwa, sipetindak dan pada pokoknya menghendaki
ruangan tertuup (besloten lokaal); dengan sipetindak itu segera pergi. Dalam hal ini yang

43 R. Soesilo. Op.cit., hlm. 144. 47 Wirjono Prododikoro, Loc.cit.


44 S.R. Sianturi, Op.cit., hlm. 316, 317. 48 S.R. Sianturi, Op.cit., hlm. 317-318.
45 Wirjono Prodjodikoro, Op.cit., hlm 158. 49 S.R. Sianturi, Op.cit., hlm. 318.
46 S.R. Sianturi, Op.cit., hlm. 317.
penting ialah sipetindak mengerti permintaan itu 2. Dakwaan
dan tidak harus diulang-ulang baru dipandang Jaksa Penuntut Umum telah mengajukan
sempurna terjadi delik ini.50 terdakwa ke persidangan dengan dakwaan
Pengertian “tidak pergi dengan segera”, sebagai berikut:
yaitu dalam waktu yang layak tidak pergi dari Dakwaan
rumah, ruangan tertutup, atau pekarangan Bahwa Terdakwa Syamsudin Zen Bin Latip Zen
tertutup itu. Waktu yang layak di sini yaitu suatu pada hari Senin tanggal 04 Maret 2019 atau
waktu yang jika si petindak tadinya membawa setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam tahun
barang-barang, harus cukup waktu baginya untuk 2019, bertempat di Komplek Villa Melati Mas SR
mengumpulkan dan membawa pergi barang- No. 17 Kel. Lengkong Raya Kec Serpong Utara Kota
barangnya itu.51 Tangerang Selatan atau setidak-tidaknya pada
suatu tempat tertentu yang masih termasuk
B. Putusan Pengadilan Tinggi Banten Nomor daerah hukum Pengadilan Negeri Tangerang, yang
153/Pid/2021 tentang Delik Peresahan berwenang memeriksa dan mengadili, memaksa
Ketenangan Rumah masuk ke dalam rumah, ruangan atau pekarangan
1. Duduk perkara tertutup yang dipakai orang lain dengan melawan
Terdakwa meminjam uang dari saksi hukum atau berada di situ dengan melawan
sejumlah Rp1.000.000.000,00 (satu miyar rupiah) hukum, dan atas permintaan yang berhak atau
dengan jaminan sertifikat yang ada bangunan suruhannya tidak pergi dengan segera. Perbuatan
rumah yang didiami terdakwa di atasnya. Sertifikat tersebut di lakukan Terdakwa dengan cara sebagai
masih dijaminkan pada suatu perusahaan berikut:
peminjaman, untuk itu saksi melakukan transfer - Bahwa awalnya Terdakwa Syamsudin Zen
ke perusahaan peminjaman itu sebesar meminjam uang kepada saksi Lusyani Suwandi
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sebagai dengan jaminan Sertifikat SHM Nomor :
pelunasan pinjaman terdakwa, dan saksi 476/Kel. Lengkong Karya atas bidang tanah
berdasarkan surat kuasa terdakwa datang ke yang terletak di Komplek Villa Melati Mas SR 9
perusahaan peminjaman dan telah mengambil No. 17 Kel. Lengkong Raya Kec. Serpong Utara
dokumen asli jaminan. Selanjutnya pada tanggal Kota Tangerang Selatan dengan luas 120
25 April 2017 saksi menyerahkan secara tunai m²,dengan kesepakatan harga sebesar
kepada terdakwa uang sejumlah Rp.1.000.000.000.-(satu milyar rupiah), akan
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta) dan pada tetapi Sertifikat tersebut masih berada dalam
tanggal itu dibuat beberapa surat, yaitu: 1. jaminan pengajuan pinjaman kepada PT.
Kwitansi pembayaran pembelian bidang tanah Otomas Multifinance, lalu saksi Lusyani
sertifikat tersebut; 2. Akta Notaris/PPAT Suwandi menyerahkan uang dengan cara
Pengikatan Jual Beli atas sertifikat; dan 3. Akta transfer ke rekening Bank BCA dengan No. Rek
Notaris berupa Surat Perjanjian Pengosongan : 7300.300.914, An. PT. Otomas Multifinance
rumah yang terletak di tanah sertifikat. sebesar Rp.500.000.000.- (lima ratus juta
Terdakwa tidak pernah mengembalikan rupiah) untuk melunasi pinjaman terdakwa
uang tersebut sehingga saksi yang berpandangan kepada PT. Otomas Multifinance yang
selaku pembeli berhak memiliki tanah dan menggunakan jaminan Sertifikat Hak Milik
bangunan rumah yang berdiri di atas tanah Nomor : 476/Kel. Lengkong Karya, An.
tersebut namun saksi tidak bisa menguasai objek Syamsudin Zen, dan selanjutnya pada hari
bidang tanah tersebut karena Terdakwa masih Selasa tanggal 25 April 2017 saksi Lusyani
menguasai atau menempati bangunan rumah Suwandi menyerahkan sisanya secara tunai
permanen yang berada di atas bidang tanah kepada Terdakwa sebesar Rp.500.000.000.-
tersebut bidang tanah tersebut sehingga saksi (lima ratus juta rupiah) dengan bukti kwitansi
Lusyani Suwandi saksi pernah mengirimkan surat pembayaran pembelian bidang tanah di
somasi sebanyak 2 (dua) kali di tahun 2019 dan Komplek Villa Melati Mas SR 9 No. 17 Kel.
surat pemberitahuan pengosongan di tahun 2019. Lengkong Raya Kec. Serpong Utara Kota
Karena tiak ditanggapi, maka saksi melaporkan Tangerang Selatan dengan luas 120 m². Setelah
perbuatan Terdakwa secara pidana. pelunasan tersebut jaminan berupa SHM No.
476 An. Syamsudin Zen dikembalikan kepada

50 Ibid., hlm. 319. 51 Ibid., hlm. 318, 319.


Terdakwa pada tanggal 03 Mei 2017 namun - 1 (satu) Berkas Pengikatan Jual
sesuai dengan surat bukti tanda serah terima Beli Nomor : 23 , tanggal 25 April
dokumen asli jaminan tanggal 03 Mei 2017, 2017;
bahwa yang mengambil dokumen asli jaminan - 1 (satu) Lembar Kwitansi
tersebut adalah saksi Adhi Nugroho Pembayaran dengan Nominal
berdasarkan Surat Kuasa dari Terdakwa Rp.1.000.000.000.- (satu milyar
Syamsudin Zen, dan saksi Adhi Nugroho rupiah);
membawa KTP asli sdr. Syamsudin Zen. - 2 (dua) Lembar Surat Somasi;
Selanjutnya Sertifikat tersebut dibuatkan - 1 (satu) Lembar Slip Pembayaran
Pengikatan Jual Beli Nomor : 23 tanggal 25 April dengan nominal sebesar
2017, dan Kuasa Menjual Nomor : 24 tanggal Rp.500.000.000.-(lima ratus juta
25 April 2017 yang dibuat oleh Notaris / PPAT rupiah);
Janty Lega, SH, tanggal 25 April 2017 tentang - 1 (satu) Lembar Rekening Koran
proses jual beli sebidang tanah yang terletak di Bank BCA An. Lusyani Suwandi;
Komplek Villa Melati Mas SR No. 17 Kel. Dikembalikan kepada saksi a.n.
Lengkong Raya Kec Serpong Utara Kota Lusyani Suwandi;
Tangerang Selatan seluas 120 m², dan 4. Menetapkan agar Terdakwa dibebani
pengikatan tersebut dibuat sebagai jaminan membayar biaya perkara sebesar
atas pinjaman uang Terdakwa kepada saksi Rp2.000,00 (dua ribu rupiah);53
Lusyani Suwandi. dan selanjutnya dibuatkan
juga Surat Perjanjian Pengosongan Nomor 25 Baik terdakwa maupun Jaksa Penuntut
tertanggal 25 April 2017 tentang Pengosongan Umum telah mengajukan banding. Jaksa
rumah. Perbuatan Terdakwa sebagaimana mengajukan banding dengan permintaan agar
diatur dan diancam pidana dalam Pasal 167 terdakwa dipidana dengan pidana penjara selama
ayat (1) KUHP.52 8 (delapan) bulan.
Pengadilan Tinggi Banten dalam putusan
3. Putusan pengadilan Nomor 153/Pid/2021 PT BTN memberikan
Pengadilan Negeri Tangerang dengan pertimbangan:
putusan Nomor 324/Pid.B/2021/PN Tng tanggal Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim Tingkat
11 November 2021 telah memutuskan yang Banding mempelajari dengan saksama berkas
amarnya sebagai berikut: perkara, meliputi berita acara penyidikan, surat
1. Menyatakan Terdakwa Syamsudin dakwaan dari Jaksa Penuntut Umum, berita acara
Zen Bin Latip Zen, terbukti secara sah persidangan Majelis Hakim Tingkat Pertama, saksi-
dan meyakinkan menurut hukum saksi yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum,
bersalah melakukan tindak pidana Tuntutan Pidana dari Jaksa Penuntut Umum,
"masuk ke dalam rumah, dan berada Pembelaan dari Terdakwa/Penasihat Hukum dan
disitu dengan melawan hukum, dan Salinan Resmi Putusan Pengadilan Negeri
atas permintaan yang berhak tidak Tangerang Nomor 324/Pid.B/2021/PN Tng tanggal
pergi dengan segera"; 11 November 2021, memori banding yang
2. Menjatuhkan pidana terhadap diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum, Majelis
Terdakwa Syamsudin Zen Bin Latip Hakim Tingkat Pertama telah mempertimbangkan
Zen, dengan pidana penjara selama 3 dengan tepat dan benar, serta menyatakan
(tiga) bulan; Terdakwa telah terbukti secara sah dan
3. Menyatakan barang bukti berupa : meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
- 1 (satu) Berkas Kuasa Menjual “Masuk ke dalam rumah, dan berada disitu
Nomor : 24, tanggal 25 April 2017; dengan melawan hukum, dan atas permintaan
- 1 (satu) Berkas Perjanjian yang berhak tidak pergi dengan segera” dalam
Pengosongan Nomor : 25 tanggal dakwaan tunggal Jaksa Penuntut Umum,
25 April 2017;

52 Direktori Putusan Mahkamah Agung RI, “Putusan zaec84926f868534b0e0303834313431.html, diakses


Nomor 153/Pid/2021 PT BTN”, 03/02/2022
https://putusan3.mahkamahagung.go.id/direktori/putusan/ 53 Ibid.
sebagaimana diatur dan melanggar Pasal 167 ayat putusan a quo tidak lagi mengutamakan hal
(1) KUHP.54 kenyataan bertempat tinggal ini. Terdakwa
dipandang sebagai berada di situ secara
4. Pembahasan melawan hukum karena telah menjual rumah
Putusan Pengadilan Negeri Tangerang tersebut dan membuat pernyataan
Nomor 324/Pid.B/2021/PN Tng tanggal 11 pengosongan (rumah dan tanah).
November 2021 yang dikuatkan dengan putusan 2. Putusan a quo telah mempertimbangkan
Pengadilan Tinggi Banten Nomor 153/Pid/2021 PT tentang siapa pemilik bukan lagi hanya
BTN 6 Januari 2022, memiliki arah yang berbeda pemakai sebagaimana dirumuskan dalam Paal
dengan pendapat ahli hukum dan yurisprudensi 167 ayat (1) KUHP. Pasal 167 ayat (1) KUHP
yang umum dianut sebelumnya. menyebut tentang pemakai (rumah dan
Sebagaimana telah dikemukakan sebagainya yang dipakai orang lain) sebagai
sebelumnya, menurut Wirjono Prodjodikoro, pihak korban yang dilindungi. Saksi pelapor
mantan Ketua Mahkamah Agung RI (masa jabatan sebenarnya tidak pernah memakai atau
1952-1966), dengan penempatan Pasal 167 dalam bertempat tinggal di rumah tersebut.
Buku Kedua (Kejahatan) Bab V (Kejahatan 3. Putusan a quo dalam suatu kasus pidana telah
terhadap Ketertiban Umum), berarti yang memeriksa aspek keperdataan dan
dilindungi bukan suatu hak milik atas rumah dan memberikan keputusan berdasarkan aspek
sebagainya, melainkan ketenteraman dari orang keperdataan tersebut. Dalam hal ini
yang memakai (pemakai) tempat itu. Pemilik pengadilan telah menilai bahwa dari aspek
rumah dan sebagainya itu mungkin menjadi keperdataan yang menjadi pemilik rumah
pelaku Pasal 167 jika menyewakan tempat itu yaitu saksi pelapor.
kepada orang lain sehingga penyewa memakai Dari aspek keperdataan sebenarnya
tempat itu secara sah. Pemakaian yang sah peristiwa ini sebenarnya merupakan
menjadi unsur utama dari delik Pasal 167 KUHP.55 perjanjian pinjam uang dengan jaminan
Yurisprudensi yang ada juga melindungi sertifikat, di mana hal ini terlihat dalam surat
pemakai rumah dan sebagainya itu, antara lain dakwaan yang menyatakan bahwa awalnya
putusan Hoge Raad dalam kasus sepasang suami Terdakwa meminjam uang kepada saksi
isteri yang menyewa rumah kemudian setelah dengan jaminan Sertifikat SHM, dengan
bercerai di suami meninggalkan rumah dan kesepakatan harga sebesar
beberapa bulan kemudian datang hendak masuk Rp.1.000.000.000.- (satu milyar rupiah).
ke dalam rumah, yang mana Hoge Raad, 9-6-1941, Formalitas dibuat kwitansi pembayaran, akta
memutuskan bahwa, seorang suami yang telah notaris pengikatan jual beli, surat kuasa
untuk beberapa bulan bertempat tinggal di suatu menjual, dan pernyataan pengosongan.
tempat yang lain, tidaklah mempunyai hak sebagai Tetapi, belum dibuat Akta Jual Beli, sehingga
penyewa untuk memasuki secara paksa tempat hak atas tanah dan rumah dalam sertifikat
kediaman dari bekas isterinya.56 sebetulnya belum beralih kepada saksi
Pengadilan dalam putusan a quo (Lat.: pelapor.
bersangkutan),57 yaitu putusan Pengadilan Negeri Kasus ini sebenarnya merupakan kasus di
Tangerang Nomor 324/Pid.B/2021/PN Tng yang mana seorang bukan pemakai rumah yang
dikuatkan dengan putusan Pengadilan Tinggi menuntut haknya atas tanah dan rumah di
Banten Nomor 153/Pid/2021 PT BTN, memiliki atasnya dengan dalih telah dilakukan jual beli atas
pendapat yang berbeda, yaitu: tanah dan rumah (yang menurut surat dakwaan
1. Pihak yang dilindungi bukan lagi orang yang sebenarnya merupakan peminjaman uang dengan
kenyataannya bertempat tinggal di rumah jaminan sertifikat) melawan pemakai (yang
yang bersangkutan. Dalam hal ini sebenarnya sebenarnya menurut sertifikat adalah juga
terdakwa merupakan orang yang sejak semula pemilik). Jadi, merupakan suatu peristiwa
bertempat tinggal dan memakai rumah perselisihan hak keperdataan atas suatu bidang
tersebut sebagai pemilik sertifikat, tetapi tanah dengan rumah di atasnya.

54 Ibid. 57 H.R.W. Gokkel dan N. Van der Wal, Isilah Hukum


55 Wirjono Prodjodikoro, Op.cit. hlm. 157-158. Latin-Indonesia terjemahan S. Adiwinata dari Juridisch Latijn,
56 P.A.F. Lamintang dan C.D. Samosir, Op.cit., hlm. Intermasa, Jakarta, 1977, hlm. 16.
81.
Melindungi orang yang berdalih sebagai analogi yang dilarang dalam hukum pidana,
pemilik tanah dan rumah, sedangkan Pasal 167 sebaiknya dicarikan pasal pidana yang lain untuk
ayat (1) KUHP menggunakan istilah “yang dipakai dijadikan dasar dakwaan atau pembentuk undang-
oleh orang lain” atau pemakai, sehingga undang membuat pasal yang lain untuk kasus-
menyamakan antara pemilik dengan “yang dipakai kasus seperti itu.
oleh orang lain” (pemakai), merupakan suatu
analogi yang dilarang dalam hukum pidana PENUTUP
berdasarkan asas legalitas dalam Pasal 1 ayat (1) A. Kesimpulan
KUHP. Oleh Moeljatno dikatakan bahwa, biasanya 1. Pengaturan delik peresahan ketenangan
azas legalitas ini dimaksud mengandung tiga rumah (huisvredebreuk) menurut Pasal 167
pengertian, yaitu: KUHP yaitu mengancamkan pidana terhdap
(1) Tidak ada perbuatan yang dilarang orang yang memaksa masuk ke dalam rumah,
dan diancam dengan pidana kalau hal ruangan tertutup atau pekarangan tertutup,
itu terlebih dahulu belum dinyatakan dan tidak segera pergi atas permintaan yang
dalam suatu aturan undang-undang. berhak; yang tujuannya melindungi pemakai
(2) Untuk menentukan adanya (baik pemakai sekaligus pemilik maupun
perbuatamn pidana tidak boleh pemakai bukan pemilik) dari rumah, ruangan
digunakan analogi (kiyas). tertutup atau pekarangan tertutup, yaitu
(3) Aturan-aturan hukum pidana tidak melindungi orang yang kenyataannya
berlaku surut.58 bertempat tinggal di situ demi ketertiban
umum.
Penggunaan analogi merupakan suatu hal 2. Putusan Pengadilan Negeri Tangerang Nomor
yang dilarang dalam hukum pidana. Pengertian 324/Pid.B/2021/PN Tng, 11-11-2021 yang
analogi yaitu “sudah tidak berpegang kepada dikuatkan dengan putusan Pengadilan Tinggi
aturan yang ada lagi, melainkan pada inti, ratio Banten Nomor 153/Pid/2021 PT BTN, 6-1-
daripadanya”.59 Dalam hal ini putusan a quo tidak 2022, memiliki arah yang berbeda dengan
lagi berpegang pada kepada kata-kata “yang pendapat ahli hukum dan yurisprudensi yang
dipakai oleh orang lain” dalam Pasal 167 ayat (1) umum dianut sebelumnya, yaitu lebih
KUHP, tetapi memandang pemilik yang bukan melindungi seorang bukan pemakai rumah
pemakai sebagai orang yang lebih berhak atas yang menuntut haknya atas tanah dan rumah
tanah dan rumah. di atasnya dengan dalih telah dilakukan jual
Di lain pihak, tujuan pembuatan tujuan beli atas tanah dan rumah (yang menurut
pembuatan delik peresahan ketenangan rumah surat dakwaan sebenarnya merupakan
(huisvredebreuk) Pasal 167 KUHP yaitu melindungi peristiwa peminjaman uang dengan jaminan
pemakai (baik pemakai sekaligus pemilik maupun sertifikat hak atas tanah) melawan pemakai
pemakai bukan pemilik) dari suatu rumah, (yang sebenarnya menurut sertifikat adalah
ruangan tertutup atau pekarangan tertutup, yaitu juga pemilik). Hal ini sebenarnya telah
melindungi orang yang kenyataannya bertempat merupakan analogi yang dilarang dalam
tinggal di situ demi ketertiban umum. Kasus hukum pidana, yaitu membuat analogi
memaksa masuk ke rumah pemakai merupakan (persamaan) antara kata-kata “yang dipakai
kasus yang sering terjadi dalam masyarakat, oleh orang lain” dalam Pasal 167 ayat (1) KUHP
sehingga Pasal 167 KUHP tetap perlu dengan pemilik yang bukan pemakai.
dipertahankan sebagaimana tujuan
pembuatannya, yaitu melindungi pemakai. B. Saran
Kasus seperti kasus putusan a quo yang 1. Di masa sekarang ini di mana sikap berhati-
melindungi seorang yang bukan pemakai, hati dan waspada sudah harus lebih
melainkan melindungi orang yang berdalih telah ditingkatkan karena makin tingginya frekuensi
membeli tanah dan rumah, dengan melawan kejahatan, memasuki pekarangan orang,
pemakai, yang sebenarnya lebih merupakan apalagi rumah, sudah perlu dipertimbangkan
perselisihan keperdataan, dan penerapan Pasal untuk dilarang untuk keamanan pemakai
167 ayat (1) terhadap kasus ini merupakan suatu rumah. Karenanya sudah perlu ada ancaman

58 Moeljatno, Azas-azas Hukum Pidana, cet.2, Bina 59 Ibid., hlm. 29.


Aksara, Jakarta, 1984, hlm. 25.
pidana terhadap orang yang tanpa izin Moeljatno, Azas-azas Hukum Pidana, cet.2, Bina
memasuki rumah yang dipakai orang lain, Aksara, Jakarta, 1984.
tanpa perlu dengan syarat harus Prodjodikoro, Wirjono, Asas-asas Hukum Pidana
diperintahkan segera pergi oleh yang berhak. di Indonesia, cet.3, PT Eresco, Jakarta-
2. Kasus memaksa masuk ke rumah pemakai Bandung, 1981.
merupakan kasus yang sering terjadi dalam ______, Tindak-tindak Pidana Tertentu di
masyarakat, sehingga Pasal 167 KUHP tetap Indonesia, ed.3 cet.4, Refika Aditama,
perlu dipertahankan sebagaimana tujuan Bandung, 2012.
pembuatannya, yaitu melindungi pemakai. Remmelink, Jan, Hukum Pidana. Komentar Atas
Sedangkan kasus seperti kasus putusan Pasal-pasal Terpenting dari Kitab Undang-
Pengadilan Negeri Tangerang Nomor Undang Hukum Pidana Belanda dan
324/Pid.B/2021/PN Tng, yang dikuatkan Padanannya dalam Kitab Undang-Undang
dengan putusan Pengadilan Tinggi Banten Hukum Pidana Indonesia terjemahan T.P.
Nomor 153/Pid/2021 PT BTN, yang sarat Moeliono el al, Gramedia Pustaka Utama,
dengan perselisihan keperdataan, sebaiknya Jakarta, 2003
dicarikan pasal pidana yang lain untuk Sianturi, S.R., Tindak Pidana di KUHP Berikut
dijadikan dasar dakwaan atau pembentuk Uraiannya, Alumni AHM-PTHM, Jakarta,
undang-undang membuat pasal yang lain 1983.
untuk kasus-kasus seperti itu. Soekanto, S. dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum
Normatif Suatu Tinjauan Singkat, cet.16,
DAFTAR PUSTAKA Rajawali Pers, Jakarta, 2014.
Algra, N.E., dan K. Van Duyvendijk, Mula Hukum Soerodibroto, Soenarto, KUHP Dilengkapi Arrest-
terjemahan J.C.T. Simorangkir dari arrest Hoge Raad, tanpa penerbit, 1979.
Rechtsaanvang. Binacipta. Jakarta, 1983. Soesilo, R., Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Ali, Mahrus, Dasar-dasar Hukum Pidana, cet.2, (KUHP) Serta Komentar-komentarnya
Sinar Grafika, Jakarta, 2012. Lengkap Pasal Demi Pasal, Politeia, Bogor,
Apeldoorn, L.J. van, Pengantar Ilmu Hukum, 1991.
terjemahan Oetarid Sadino dari Inleiding tot Suteki dan Galang Taufani, Metodologi Penelitian
de studie van het Nederlandse recht, cet.29, Hukum (Filsafat, Teori dan Praktik), Rajawali
Pradnya Paramita, Jakarta, 2001. Pers, Depok, 2018.
Gokkel, H.R.W. dan N. Van der Wal, Isilah Hukum Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar
Latin-Indonesia terjemahan S. Adiwinata Bahasa Indonesia, ed.3 cet.2, Balai Pustaka,
dari Juridisch Latijn, Intermasa, Jakarta, Jakarta, 2002.
1977. Tresna, R., Azas-azas Hukum Pidana, Tiara Ltd.,
Hamzah, Andi, Asas-asas Hukum Pidana, Rineka Jakarta, 1959
Cipta, Jakarta, 2010. Widnyana, I Made, Asas-asas Hukum Pidana. Buku
Hiariej, Eddy O.S., Asas Legalitas dan Penemuan Panduan Mahasiswa, Fikahati Aneska,
Hukum dalam Hukum Pidana, Erlangga, Jakarta, 2010.
Jakarta, 2009.
Kansil, C.S.T., Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Peraturan perundang-undangan:
Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, Engelbrecht, W.A. dan E.M.L. Engelbrecht, Kitab2
1977 Undang2, Undang2 dan Peraturan2 Serta
Lamintang, P.A.F. dan F.T. Lamintang, Dasar-dasar Undang2 Dasar Sementara Republik
Hukum Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Indonesia, A.W. Sijthoff’s Uitgeversmij N.V.,
Jakarta, 2014. Leiden, 1956.
Lamintang, P.A.F. dan F.T. Lamintang, Dasar-dasar Tim Penerjemah Badan Pembinaan Hukum
Hukum Pidana di Indonesia, Sinar Grafika, Nasional (BPHN), Kitab Undang-Undang
Jakarta, 2014. Hukum Pidana, Sinar Harapan, Jakarta,
Mahmud, Peter Marzuki, Penelitian Hukum, cet.2, 1983.
Kencana Prenada Media Group, Jakarta, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang
2006. Peraturan Hukum Pidana (Berita
Maramis, Frans, Hukum Pidana Umum dan Tertulis Negara Republik Indonesia lI Nomor 9).
di Indonesia, cet.2, Rajawali Pers, Jakarta, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
2013. (Perppu) Nomor 18 Tahun 1960 tetang
Perubahan Jumlah Hukuman Denda dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Oidana dan
Dalam Ketentuan Pidana Lainnya Yang
Dikeluarkan Sebelum Tanggal 17 Agustus
1945.
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3874).

Internet:
Direktori Putusan Mahkamah Agung RI, “Putusan
Nomor 153/Pid/2021 PT BTN”,
https://putusan3.mahkamahagung.go.id/di
rektori/putusan/zaec84926f868534b0e030
3834313431.html, diakses 03/02/2022
Tanahlautkab, Legal Reasoning dalam Putusan
Pengadian, www.jdih.tanahlautkab.go.id,

Anda mungkin juga menyukai