Kedudukan para Pihak Dalam Perjanjian
Kedudukan para Pihak Dalam Perjanjian
penjelasan tulisan bahan baku dan daluarsa atas KONSUMEN AKIBAT PERJANJIAN BAKU DAN KLAUSULA
BAKU PASCA KEBERLAKUAN UNDANG-UNDANG NOMOR 21
sebuah produk yang disampaikan oleh pelaku TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN’’ Jurnal
usaha karena informasi tentang bahan baku yang Hukum & Pembangunan 48, Nomor 4, Desemeber 2018, Hlm
disampaikan tersebut tidak terbaca akibat 838
kekuasaan (otoritas) kepadanya. Jika ada aplikasinya terhadap perlindungan hak-hak
pemberian hak maka disisi lain ada kewajiban konsumen yang dalam konteks lebih luas klausula
bagi yang ditujukan hak itu, demikian juga eksonerasi ini juga berkaitan dengan kepentingan
sebaliknya. Jadi yang diperjuangkan oleh hukum umum dan keadilan.
adalah hak yang merupakan kepentingan pribadi Pada perjanjian kredit bank, bunga kredit
debitor atau kreditor (kepentingan privat) dan ditempatkan sebagai sumber pendapatan utama,
bukan kepentingan publik. Dengan demikian jika sehingga tidak mengherankan apabila Bank
ada hak dalam suatu kontrak, maka disisi lain ada mengandalkan pendapatannya dari pemberian
kewajiban yang harus dipenuhi oleh salah satu kredit. Besar kecilnya pendapatan suatu bank
pihak terhadap pihak lainnya. Karena hak itu sangat bergantung pada keuntungan dari bunga
merupakan kekuasaan, maka perlu dianalisa kredit yang disalurkan kepada nasabah debitor.
apakah penentuan hak dalam kontrak baku Oleh karena itu nasabah yang memperoleh kredit
seimbang atau tidak. Hal ini penting karena salah tentu harus menyanggupi untuk membayar
satu tujuan norma hukum (termasuk norma sejumlah bunga yang ditentukan oleh bank
hukum privat) adalah keadilan yang dalam hal ini kreditor. Selain bunga dari kredit, bank juga
adalah penentuan hak dan kewajiban yang adil mendapatkan keuntungan dari provisi kredit yang
dalam suatu perjanjian. harus dibayarkan oleh debitor, pada umumnya
Pengkajian terhadap perjanjian kredit bank bank memperoleh keuntungan langsung, karena
ternyata menempatkan nasabah debitor pada bunga provisi kredit itu diperoleh dengan cara
posisi yang lemah ketika berhadapan dengan memotong langsung dari jumlah kredit yang
bank yang mengakibatkan seolah-olah diberikan kepada debitor yang bersangkutan.
nasabahlah yang bergantung pada bank. Padahal Dalam setiap perjanjian kredit, Bank
sebenarnya jika diurut ke belakang semestinya umumnya sudah menempatkan klausula yang
bank lebih besar ketergantungannya pada berisi pemberian kuasa dari nasabah kepada
nasabah, sebab tanpa kehadiran masyarakat Bank untuk memotong (mendebet) langsung
(nasabah) dalam dunia perbankan sudah dapat sejumlah uang sebagai bunga dari provisi kredit.
dipastikan bahwa bank tidak dapat menjalankan Selain bunga dari provisi kredit, debitor juga
bisnisnya dengan lancar. Disini tampak terdapat dibebankan dengan macam-macam biaya lain
suatu kontradiksi, dimana disatu pihak nasabah yang timbul dari penutupan perjanjian kredit.
bank mempunyai posisi yang lemah, tetapi Biaya-biaya ini meliputi antara lain biaya materai,
dipihak lain justru nasabah sebagai kreditor bank biaya perubahan kontrak-kontrak pelengkap,
yang sesungguhnya. premi asuransi barang jaminan, biaya penagihan
Kuatnya posisi bank dapat dilihat dari atas kelalaian debitor itu sendiri.
penggunaan syarat-syarat perjanjian kredit yang Praktik ini sudah merupakan suatu
digunakan secara baku. Syarat-syarat yang kebiasaan dalam bisnis perbankan tanpa ada
digunakan tersebut dibuat secara sepihak dan yang mempersoalkan apakah memenuhi rasa
menempatkan posisi bank menjadi kuat karena keadilan atau tidak. Berdasarkan pengkajian
yang menentukan klausulanya adalah bank terhadap dokumen kontrak baku perjanjian
sendiri. kredit Bank, ditemukan sejumlah klausula yang
Persoalan penting yang senantiasa menjadi secara substansial, mengandung unsur
titik pengkajian dalam setiap cakupan substansi penyalahgunaan keadaaan serta adanya
kontrak baku adalah menyangkut tanggung jawab pembatasan tanggung jawab oleh pihak bank
dari pihak yang membuat kontrak itu sendiri, sendiri, dengan memanfaatkan kedudukan
dalam perjanjian kredit bank sebagai pihak yang nasabah yang lemah ketika berhadapan dengan
membuat perjanjian memasukan syarat-syarat bank saat pembuatan perjanjian kredit tersebut.
tertentu dalam formulir kontrak baku yang Berikut ini kalusula yang merugikan
dibuatnya, guna menghindari segala risiko yang nasabah debitor dan mengandung unsur
mungkin timbul dalam pelaksanaan kontrak pembatasan tanggung jawab, antara lain :
tersebut. 1. Tentang biaya yang ditanggung oleh nasabah
Kontroversi mengenai penempatan debitor. Dalam formulir Bank yang
klausula eksonerasi ini tidak terlepas dari dinamakan Surat Pengakuan Hutang (SPH),
pembahasan tentang kebebasan berkontrak yang pada Pasal 8 ditemukan klausula yang
dikaitkan dengan pembuatan kontrak baku serta membedakan bunga dan provisi kredit serta
biaya-biaya lainnya yang semata-mata sesuatu apapun, asal saja ditimbulkan oleh
dibebankan kepada debitor. Klausulanya pinjaman dan segala akibatnya atau yang
sebagai berikut : dianggap perlu oleh Bank untuk
“Bea materai, biaya notaris, biaya pejabat melaksanakan segala haknya, semuanya
pembuat akta tanah (PPAT) dan biaya menjadi beban yang berhutang”.
lainnya yang timbul sehubungan dengan
pemberian pinjaman ini, merupakan beban Berdasarkan klausula dalam Pasal 8 Surat
dan harus dibayar oleh YANG BERHUTANG”. Pengakuan Hutang dan Pasal 6 Syarat-syarat
Umum Perjanjian Pinjaman dan Kredit
Klausula dalam Pasal ini menunjukan sebagaimana termaktub diatas, maka pada
bahwa pihak bank yang membuat kontrak praktiknya peminjam biasanya ditetapkan harus
memanfaatkan keunggulan dan memberikan kuasa kepada bank untuk
ketergantungan nasabah debitor yang sangat membukukan bunga, provisi, dan biaya-biaya
membutuhkan kredit dengan membuat lainnya dalam rekening koran peminjam,
klausula yang memberatkan nasabah debitor, kemudian pihak bank memperhitungkan dalam
yaitu dengan menentukan semua biaya yang saldo rekening peminjam.
timbul dalam perjanjian menjadi tanggungan 2. Ketentuan lain dalam perjanjian kredit antara
nasabah debitor. Hal ini dirasakan tidak adil, Bank dan nasabah adalah bahwa nasabah harus
karena perjanjian kredit sifatnya memberikan menanggung semua kewajiban yang merupakan
keuntungan kepada kedua belah pihak, hak bagi bank kreditor, yaitu menyangkut
dimana pihak bank mendapatkan bunga dari pembebanan asuransi atas jiwa nasabah debitor
penyaluran kredit itu sedangkan nasabah untuk kepentingan bank, yang pembayaran
debitor mendapatkan dana segar untuk preminya ditanggung oleh pihak nasabah debitor.
pengembangan usahanya, maka sepantasnya Dalam perjanjian kredit ketentuan ini termuat
kalau semua biaya yang timbul dari perjanjian dalam Pasal 4 yang bunyinya sebagai berikut :
itu ditanggung secara bersama oleh kedua “Untuk kepentingan BANK, BANK dapat
belah pihak. mempertanggungkan atau
Ketentuan lain yang sama isinya dengan mengasurangsikan jiwa YANG BERHUTANG
Pasal 8 Surat Pengakuan Hutang diatas kepada Perusahaan Asuransi Jiwa yang
terdapat dalam Pasal 6 syarat-syarat umum ditunjuk oleh BANK atas beban YANG
pinjaman dan kredit, yang merupakan BERHUTANG dengan syarat-syarat
lampiran dari surat pengakuan hutang, yang Asuransi yang berlaku”.
klausulnya sebagai berikut : Selain pembebanan Asuransi atas jiwa
“Semua biaya dan bea yang harus dibayar nasabah untuk kepentingan bank, nasabah juga
sehubungan dengan pemberian pinjaman, dibebani untuk menanggung biaya Asuransi atas
jaminan, termasuk pula biaya porti, barang-barang yang dipergunakan sebagai
materai, telegram, telex, faximile, telepon, jaminan dalam kredit, hal ini diatur dalam Pasal
biaya legalisasi, balik nama, saksi, notaris, 15 Syarat-syarat umum Perjanjian Pinjaman dan
pejabat pembuat akta tanah, menaksir Kredit yang klausulanya sebagai berikut :
harga, memeriksa dan memberi nasehat, Ayat (1) “ Yang berhutang wajib
yang harus dikerjakan oleh pegawai bank, mempertanggungkan atau
memperbarui atau mengubah bentuk mengasurangsikan atas beban sendiri
pendaftaran, bilamana pada waktu harus dengan Banker’s clause untuk dan atas
diubah roya, mematikan hak tanggungan, nama Bank kepada Perusahaan Asuransi
pajak dan tambahan pokok atau bea lain yang ditunjuk oleh Bank, seluruh maupun
yang pada suatu waktu harus dikenakan sebagian barang-barang yang digunakan
pada jumlah pokok dan bunga, biaya sebagai jaminan dalam kredit ini baik yang
eksekusi, biaya beteking, melaksanakan telah ada maupun yang akan ada
sesuatu yang lain, dengan dihitung pula dikemudian hari dengan jangka waktu
biaya jurusita, baik biaya menurut serta dalam jumlah pertanggungan yang
persentase maupun yang lain, serta pada ditetapkan oleh Bank dan sewaktu-waktu
umumnya semua biaya dan hak dapat diperpanjang oleh pengambil kredit
pembayaran dengan tidak mengecualikan
sebagaimana yang disebutkan dalam polis membayar bunga atas kelebihan uang
dan disimpan di Bank”. santunan asuransi yang harus dikembalikan
Ayat (3)”Apabila yang berhutang lalai untuk kepada debitor.
mengasurangsikan atau memperpanjang 3. Larangan-larangan dari bank kreditor
asuransi atas barang jaminan, maka Bank selama debitor masih terikat dengan
berhak dan dengan ini diberi kuasa penuh perjanjian kredit, bank melarang seseorang
oleh yang berhutang untuk mengurus dan debitor untuk melakukan beberapa hal
melakukan pertanggungan tersebut, dan demi mengamankan kepentingannya.
untuk keperluan mana Bank berhak Dalam Pasal 11 Syarat-syarat umum
menandatangani segala sesuatu yang perjanjian pinjaman dan kredit dinyatakan
dianggap perlu, sedangkan segala ongkos bahwa :
dan pembayaran premi mengenai “Dengan tidak memandang ketentuan
pertanggungan tersebut sepenuhnya tentang angsuran dan berakhirnya
menjadi tanggungan dan harus dibayar pinjaman yang diperjanjikan, Bank
oleh yang berhutang dan apabila Bank berhak menghentikan dan atau menagih
tidak atau belum mengangsurasikan dan seluruh hutang dengan segera, seketika
atau memperpanjang berdasarkan kuasa dan sekaligus lunas tanpa permintaan
dimaksud, maka hal ini tidak untuk diakhiri dan diberikan peringatan
membatalkan/menghapus kewajiban yang dalam hal-hal
berhutang untuk mengasuransikan dan apabila………………………pengambil kredit
atau memperpanjang asuransi barang berhutang kepada pihak lain, baik
jaminan dimaksud” sebelum dan sesudah meminjam uang
kepada bank dan hutang kepada pihak
Pembayaran premi-premi asuransi lain tersebut tidak dilaporkan kepada
dalam klausula diatas menjadi tanggungan bank.
nasabah, sedangkan didalam polisnya
harus ditunjuk bank sebagai yang berhak Klausula dalam Pasal diatas
atas uang asuransinya dengan memberikan memperlihatkan kuatnya posisi bank
hak kepada bank untuk bilamana terjadi selaku kreditor, pencantuman klausula
kecelakaan yang menimbulkan kerugian tersebut bertentangan dengan itikad baik
terhadap barang yang dipertanggungkan dalam Pasal 1338 KUH Perdata serta rasa
tersebut, memperhitungkan uang ganti keadilan, karena kalaupun bank hendak
kerugian dari maskapai asuransi yang menghentikan kredit maka sebaiknya
bersangkutan dengan pinjaman nasabah kepada nasabah debitor diberikan
kepada bank dan nasabah dibebani pemberitahuan tentang maksud-maksud
kewajiban untuk membayar kekurangan yang sebenarnya dari pihak bank mengenai
santunan asuransi apabila uang ganti rugi apakah pihak bank akan terus memberikan
dari maskapai asuransi tersebut tidak kredit atau menghentikannya.
cukup untuk membayar Mengenai larangan dalam Pasal diatas
pinjaman/hutangnya. dimaksudkan semata-mata hanya untuk
Klausula-klausula tentang asuransi dan mengamankan kepentingan bank,
jaminan kredit dalam perjanjian kredit walaupun sebenarnya dalam perjanjian
diatas telah menunjukan tentang kuatnya kredit antara bank dan nasabah disertai
posisi bank dan bagaimana kebebasan dengan jaminan khusus oleh nasabah
berkontrak telah melayani kepentingan kepada bank untuk pelunasan hutangnya,
bank. Implikasinya, bank menetapkan dan jaminan dari nasabah ini diatur juga
semua kewajiban kepada pihak nasabah dalam perjanjian kredit yaitu dalam Pasal 7
debitor, mencakup jumlah jaminan kredit, ayat (4) bahwa bilamana pinjaman tidak
kewajiban debitor untuk membayar premi dibayar lunas pada waktu yang telah
asuransi, dan kewajiban untuk membayar ditetapkan, maka bank berhak untuk
kekurangan santunan asuransi apabila menjual seluruh jaminan sehubungan
terjadi klaim. Akan tetapi sebaliknya bank dengan pinjaman ini.
melepaskan tanggung jawab untuk
4. Semua beban kewajiban dalam isi baru, tambahan, lanjutan dan/atau
perjanjian kredit dibebankan kepada pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak
nasabah debitor, sedangkan kewajiban oleh pelaku usaha dalam masa konsumen
pihak bank tidak dicantumkan seperti memanfaatkan jasa yang dibelinya. Jadi
dalam Pasal 5 dan Pasal 6 Surat Pengakuan seharusnya dengan berlakunya Undang-
Hutang yang klausulanya seperti ini : undang Perlindungan Konsumen
Pasal 5 :” Yang berhutang berkewajiban khususnya dengan ketentuan Pasal 18,
untuk menyerahkan kepada bank asli maka pihak bank dalam pembuatan
surat-surat bukti kepemilikan agunan perjanjian kredit yang berbentuk perjanjian
untuk disimpan oleh bank sampai baku atau standar contract semestinya
dengan pinjaman lunas”. tidak lagi mencantumkan klausula seperti
Pasal 6 : “ bank berhak baik dilakukan pada Pasal 7 ayat (1) diatas.
sendiri atau dilakukan oleh pihak lain Klausula dalam Pasal 7 ayat (1) Surat
yang ditunjuk bank, dan yang Pengakuan Hutang diatas selain
berhutang wajib mematuhi untuk setiap bertentangan dengan Pasal 18 UUPK juga
waktu meminta keterangan dan bertentangan dengan Pasal 1320 KUH
melakukan pemeriksaan yang Perdata tentang syarat-syarat sahnya
diperlukan bank kepada yang perjanjian adalah “adanya suatu hal
berhutang dan/atau perusahaannya. tertentu”, disini berarti bahwa harus telah
ada terlebih dahulu suatu hal yang
Dalam perjanjian kredit antara Bank dan diperjanjikan itu. Dengan dicantumkannya
nasabah debitor tampak tidak ada klausula dalam Pasal 7 Surat Pengakuan
keseimbangan antara hak dan kewajiban Hutang diatas yaitu mengenai tunduknya
dari para pihak, karena dalam perjanjian nasabah debitor kepada segala petunjuk
kredit yang dibuat oleh pihak bank tidak dan peraturan bank yang masih akan
dicantumkan kewajiban yang harus ditetapkan kemudian oleh bank, maka jelas
ditanggung oleh pihak bank terhadap bahwa suatu hal yang akan diperjanjikan
nasabah debitor. itu belum diketahui, karena petunjuk dan
5. Dalam perjanjian kredit juga terdapat peraturan bank masih akan ditetapkan
klausula tentang kewajiban debitor untuk kemudian oleh bank. Selain itu klausula
tunduk kepada peraturan bank yang belum dalam Pasal 7 diatas juga bertentangan
ada atau akan ditentukan kemudian oleh dengan kepatutan karena kepatutan
bank dikemudian hari, klausula tersebut menghendaki bahwa para pihak dalam
dimuat dalam Pasal 7 ayat (1) yang bunyi suatu perjanjian hanya terikat kepada
klausulanya seperti ini : ketentuan atau syarat-syarat yang
“Yang berhutang dengan tegas sebelumnya telah diketahui dan dipahami
menyatakan bersedia memberikan oleh para pihak dalam perjanjian. Adalah
setiap keterangan-keterangan dengan tidak mungkin untuk dapat mengetahui
sebenar-benarnya yang diperlukan oleh dan memahami syarat-syarat atau
bank atau kuasanya dan tunduk kepada ketentuan-ketentuan yang belum ada.
peraturan-peraturan yang ditetapkan Klausula tersebut diatas menentukan
atau kemudian akan ditetapkan oleh bahwa nasabah debitor terikat kepada
Bank, terutama kebijaksanaan “peraturan yang telah ditetapkan”. Tanpa
pemberian pinjaman”. merinci dan menunjukan kepada nasabah
debitor segala peraturan yang
Klausula dalam Pasal 7 ayat (1) dimaksudkan itu, maka tidaklah mungkin
perjanjian kredit diatas sangat pula bagi nasabah debitor untuk dapat
bertentangan dengan Undang-undang memahami petunjuk dan peraturan yang
Perlindungan Konsumen (UUPK), karena belum ada itu. Menurut penulis apabila
dalam Pasal 18 ayat (1) huruf g UUPK bank menghendaki segala petunjuk dan
tertuang larangan membuat klausula baku peraturan bank yang telah ada itu
yang menyatakan tunduknya konsumen mengikat nasabah debitor, maka
kepada peraturan yang berupa aturan hendaknya segala petunjuk dan peraturan
bank itu harus disampaikan terlebih dahulu dan dipahami oleh nasabah debitor. Tanpa
kepada nasabah debitor untuk diketahui terlebih dahulu diketahui dan dipahami
dan dipahami. Tanpa terlebih dahulu oleh nasabah debitor, maka nasabah
diketahui dan dipahami, maka bila nasabah debitor dapat meminta kepada pengadilan
debitor membubuhkan juga tanda supaya syarat-syarat umum perjanjian
tangannya, terhadap perjanjian itu tidak pinjaman dan kredit itu diabaikan apabila
terdapat kesepakatan yang murni antara merugikan pihaknya.
para pihak. Mengingat berlakunya asas 7. Upaya pelepasan tanggung jawab dari
konsensualisme bagi berlakunya suatu pihak bank melalui perjanjian kredit yang
perjanjian sebagaimana ditentukan dalam dibuatnya secara sepihak dapat dilihat
Pasal 1338 KUH Perdata, maka petunjuk dalam Pasal 2 ayat (3) Syarat-syarat
dan peraturan bank yang sebelumnya tidak Umum Perjanjian Kredit dimana
diketahui, dipahami dan disetujui oleh dinyatakan bahwa :
nasabah debitor tidak mengikat. “Ketentuan suku bunga kredit dapat
6. Klausula tentang keharusan nasabah ditinjau dan ditetapkan kembali secara
debitor untuk tunduk kepada syarat-syarat sepihak oleh bank. Terhadap perubahan
umum perjanjian pinjaman dan kredit, suku bunga kredit tersebut pihak bank
namun tanpa sebelumnya nasabah debitor cukup memberitahukannya secara
diberi kesempatan untuk mengetahui dan tertulis dan pemberitahuan dimaksud
memahami syarat-syarat dan ketentuan mengikat pengambil kredit”.
umum perjanjian pinjaman tersebut. Hal
ini diatur dalam Pasal 10 ayat (3) Surat Klausula diatas memperlihatkan
Pengakuan Hutang yang klausulanya adanya upaya pelepasan tanggung jawab
sebagai berikut : oleh bank melalui klausula baku yang
“Terhadap perjanjian/pengakuan dibuatnya. Karena berdasarkan klausula
hutang ini dan segala akibatnya berlaku diatas maka apabila terjadi perubahan
pula “SYARAT-SYATAT UMUM suku bunga pada saat kredit sementara
PERJANJIAN PINJAMAN DAN KREDIT” berjalan, maka bank akan menetapkan
yang telah disetujui oleh YANG perubahan suku bunga kredit kepada
BERHUTANG dan mengikat YANG nasabah debitor. Hal ini tidak adil kalau
BERHUTANG serta merupakan kesatuan risiko perubahan itu seluruhnya
yang tidak dapat dipisahkan dari dibebankan kepada nasabah debitor
perjanjian/pengakuan hutang ini”. karena perjanjian kredit sifanya
memberikan keuntungan kepada kedua
Dalam pelaksanaannya sering bank belah pihak, dimana pihak bank
tidak memberikan kesempatan kepada mendapatkan bunga dari penyaluran
debitor untuk sebelum menandatangani kredit itu sedangkan nasabah debitor
perjanjian kredit tersebut terlebih dahulu mendapatkan dana segar untuk
memahami isi syarat-syarat umum pengembangan usahanya, maka
perjanjian pinjaman dan kredit. Jika sepantasnya risiko perubahan itu harus
demikian halnya maka penjelasan diatas ditanggung bersama oleh kedua belah
mengenai aturan dasar berlakunya syarat- pihak secara fifty-fifty, dan risiko
syarat perjanjian baku dan mengenai Pasal kerugian perubahan tingkat suku bunga
1320 KUH Perdata tentang harus adanya itu harus dihitung berdasarkan sisa kredit
terlebih dahulu “suatu hal tertentu” dan yang belum terlunasi bukan plafon kredit
tentang berlakunya asas konsensualisme yang disepakati diawal perjanjian.
bagi mengikatnya suatu perjanjian, berlaku Demikian juga yang terjadi dalam
pula bagi klausula ini. Agar nasabah debitor praktek perbankan selama ini, apapbila
terikat kepada syarat-syarat umum terjadi penurunan suku bunga kredit
perjanjian pinjaman dan kredit, maka maka tidak ada tindakan dari pihak bank
haruslah diusahakan oleh bank agar syarat- untuk ikut menurunkan tingkat suku
syarat umum perjanjian pinjaman dan bunga dalam perjanjian kredit dengan
kredit itu terlebih dahulu dapat diketahui nasabah debitor yang sementara
berjalan, kecuali terhadap kenaikan suku Pemberian kuasa yang diatur dalam
bunga yang memberatkan nasabah KUH Perdata (Pasal 1796) menentukan
debitor. Seperti yang terjadi pada bahwa pemberian kuasa yang
periode 1998 yaitu awal krisis moneter dirumuskan dalam kata-kata umum,
terjadi di Indonesia, dimana bank secara hanya meliputi perbuatan-perbuatan
sepihak menaikan suku bunga pinjaman pengurusan. Perumusan klausula dalam
mencapai 27% (dua puluh tujuh persen) Pasal 10 ayat (1) Surat Pengakuan Hutang
pertahun, dari suku bunga pinjaman diatas sangat umum dan tidak
sebelumnya hanya sebesar 10% (sepuluh menyebutkan dalam bidang apa bank
persen) sampai dengan 12% (dua belas diberi kuasa, maka tidak jelas kuasa
persen) pertahun, yang akibatnya banyak tersebut mengenai perbuatan-perbuatan
debitor-debitor bank yang tidak sanggup pengurusan mengenai hal atau dalam
melunasi kewajiban hutang pokok berikut bidang apa. Bila memang yang
bunga yang telah dinaikan sepihak oleh dikehendaki oleh bank agar bank dapat
bank. Dengan demikian klausula baku melakukan tindakan apapun dalam segala
seperti ini jelas tidak adil dan sangat bidang yang sebenarnya oleh Pasal 1796
merugikan nasabah debitor. KUH Perdata dibatasi hanya untuk
8. Pemberian kuasa oleh debitor kepada bank melakukan tindakan pengurusan saja,
yang diatur dalam Pasal 10 ayat (1) Surat maka bank akan terlalu jauh mencampuri
Pengakuan Hutang yang merupakan urusan nasabah debitor. Semestinya
perjanjian kredit yang dibuat secara pemberian kuasa dalam klausula diatas
sepihak oleh bank dinyatakan bahwa : harus dengan tegas dan khusus
“Kuasa-kuasa yang diberikan YANG menyebutkan tindakan-tindakan dan
BERHUTANG kepada BANK sehubungan kewenangan apa saja yang boleh
dengan pinjaman ini diberikan dengan dilakukan oleh bank. Bank juga harus
hak substitusi dan tidak dapat ditarik dengan itikad baik menjalankan kuasa
kembali/diakhiri baik oleh ketentuan tersebut dan tidak terlalu jauh
Undang-undang yang mengakhiri mencampuri urusan nasabah debitor.
pemberian kuasa sebagaimana Berdasarkan asas kepatutan yang
ditentukan dalam Pasal 1813 Kitab menghendaki bahwa kuasa yang bersifat
Undang-undang Hukum Perdata maupun umum yaitu kuasa untuk melakukan
oleh sebab apapun juga, dan kuasa-kuasa segala tindakan, disamping dibatasi
tersebut merupakan bagian yang tidak hanya untuk melakukan tindakan-
dapat dipisahkan dari pemberian tindakan pengurusan saja sebagaimana
pinjaman ini dan tanpa adanya kuasa- ditentukan oleh Pasal 1796 KUH Perdata
kuasa tersebut, Pengakuan Hutang ini itu, juga tindakan-tindakan umum itu
tidak akan dibuat”. hanya berlaku dalam hubungannya
dengan suatu perbuatan hukum tertentu
Rumusan tentang kuasa yang harus yang harus ditentukan sebelumnya
diberikan oleh debitor kepada bank ini didalam pemberian kuasa itu. Misalnya
terlalu luas, sehingga bank dapat dengan dengan diberikan kuasa umum untuk
leluasa menjalankan kuasa tersebut. melakukan segala tindakan sehubungan
Adanya klausula bahwa setiap atau dengan perbuatan hukum menjual rumah
seluruh kuasa yang diberikan oleh debitor tertentu dari pemberi kuasa. Segala
tidak dapat ditarik kembali atau diakhiri tindakan yang dimaksud adalah hanya
dan mengenyampingkannya ketentuan sehubungan dengan pelaksanaan
tentang cara berakhirnya pemberian penjualan rumah itu. Sekalipun dalam
kuasa dalam KUH Perdata, menunjukan kuasa yang bersifat umum itu terkandung
bahwa kuasa yang diberikan oleh debitor pula kuasa untuk menetapkan harga oleh
dalam klausula diatas merupakan kuasa penerima kuasa, tetapi penerima kuasa
mutlak dan kuasa ini tidak akan berakhir tidak berhak untuk menetapkan harga
dengan sebab-sebab yang ditentukan yang sedemikian rendahnya sehingga
dalam Pasal 1813 KUH Perdata. merugikan pemberi kuasa. Dalam
hubungannya dengan nasabah debitor, 9. Pencantuman klausula eksemsi atau
perbuatan hukum tertentu itu dapat eksonerasi mengenai tidak adanya hak
berupa misalnya yang bersangkutan nasabah debitor untuk dapat menyatakan
dengan penjualan barang-barang agunan keberatan atas pembebanan bank
tertentu, penutupan asuransi barang terhadap rekeningnya. Dalam Pasal 9 ayat
agunan tertentu, pembebanan rekening (1) Syarat-syarat Umum Perjanjian
koran nasabah debitor, dan lain Pinjaman dan Kredit, klausulanya sebagai
sebagainya. Jadi didalam keleluasaan berikut :
penerima kuasa untuk dapat melakukan “Bank berhak untuk menentukan
segala tindakan itu yang bertalian dengan berapa jumlah hutang debitor kepada
perbuatan yang telah diketahui dan bank, berdasarkan pembukuan yang
disetujui oleh penerima kuasa, tetap ada pada bank baik yang berupa
terdapat pembatasan-pembatasan rekening kredit, rekening-rekening yang
terhadap tindakan-tindakan penerima berkenaan dengan bunga, denda,
kuasa itu, yaitu berupa kepatutan dari biaya-biaya lain termasuk biaya
tindakan-tindakan itu. pembayaran pajak, biaya
Menurut Sutan Remy Sjahdeini,12 pemeliharaan/perbaikan barang
tindakan-tindakan bank yang melampai jaminan yang telah dibayar terlebih
batas-batas yang ditentukan oleh Pasal dahulu oleh bank maupun catatan
1796 KUH Perdata akan dapat lainnya pada bank, dan pembukuan
diklasifikasikan sebagai perbuatan oleh bank merupakan satu-satunya
melawan hukum yang apabila bukti”.
menimbulkan kerugian bagi nasabah
debitor tentunya dapat digugat Sekalipun pembukuan bank merupakan
berdasarkan Pasal 1365 KUH Perdata bukti yang kuat untuk menentukan jumlah-
yang isinya : Tiap perbuatan melawan jumlah yang dipertikaikan, tetapi
hukum yang membawah kerugian kepada mengingat pembukuan bank bukan
orang lain mewajibkan orang yang karena merupakan bukti otentik, maka apabila
salahnya menerbitkan kerugian itu nasabah debitor berkeberatan mengenai
mengganti kerugian tersebut, jadi unsur- jumlah-jumlah dari pembukuan tersebut
unsurnya adalah adanya perbuatan hendaknya nasabah debitor harus tetap
melawan hukum, adanya unsur mempunyai peluang untuk membuktikan
kesalahan, adanya kerugian dan adanya kebenaran sebaliknya. Dari maksud Pasal
hubungan sebab akibat. Syarat suatu 1881 KUH Perdata maka pembukuan bank
perbuatan dapat dinyatakan sebagai itu tidak memberikan pembuktian untuk
perbuatan melawan hukum salah satunya keuntungan bank sebagai pembuat
apabila perbuatan tersebut bertentangan pembukuan tersebut. Demikian pula jika
dengan hak orang lain atau bertentangan dilihat dari tujuan Pasal 1872 dan Pasal
dengan keharusan yang harus diindahkan 1875 KUH Perdata. Hak nasabah debitor
dalam pergaulan masyarakat mengenai untuk dapat membuktikan kebenaran
orang lain atau benda. Mengenai sebaliknya dari catatan-catatan
kerugian yang dimaksudkan dalam Pasal pembukuan bank karena memang tidak
diatas adalah kerugian yang ditimbulkan menutup kemungkinan terjadi kesalahan
karena perbuatan melanggar hukum. dalam pembukuan bank dan juga mungkin
Sedangkan mengenai hubungan sebab saja terjadi kecurangan-kecurangan yang
akibat yaitu ada hubungan antara dilakukan oleh petugas bank yang
perbuatan melawan hukum dengan merugikan nasabah debitor.
kerugian yang ditimbulkan. Klausula-klausula diatas merupakan
klausula yang membuktikan lemahnya posisi
nasabah debitor yang mengikatkan diri untuk
12 Sutan Remy Sjahdeini, 1993, Kebebasan tunduk kepada ketentuan yang dikeluarkan oleh
Berkontrak dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para pihak bank dalam perjanjian kredit pada Bank.
Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Institut Meskipun hukum perjanjian Indonesia
banker Indonesia, Jakarta.., Hlm. 221
mengisyaratkan adanya suatu persesuaian Materi kontrak baku perjanjian kredit
kehendak diantara pihak yang melakukan yang ditentukan secara sepihak oleh bank lebih
perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 menguntungkan pihak bank karena tidak
KUH Perdata, namun kenyataannya bahwa memberikan keseimbangan hak dan kewajiban
bentuk perjanjian kredit yang dibuat tersebut bagi nasabah debitor, sehingga nasabah debitor
lebih didominasi pihak bank dengan tanpa dihadapkan pada kondisi yang serba sulit, bila
meminta masukan tentang keinginan-keinginan mereka menyetujui kontrak baku yang
dari nasabah debitor. disodorkan oleh pihak bank silahkan
Uraian diatas telah menunjukan bahwa menandatangani kontrak tersebut tetapi bila
pihak bank telah memanfaatkan kebebasan menolak silahkan mencari bank yang lain.
berkontrak yang dituangkan dalam kontrak baku
perjanjian kredit sebagai salah satu strategi untuk PENUTUP
mencapai keuntungan maksimal karena pihak A. Kesimpulan
bank terlindungi oleh karena pihak nasabah 1. Hubungan hukum dalam perjanjian kredit
debitor dibebani dengan sejumlah kewajiban antara bank dan nasabah debitor dalam
yang merupakan hak-hak bank yang harus kontrak baku yang dirancang oleh pihak bank
dipenuhi nasabah debitor. Pihak nasabah debitor pada dasarnya ada beberapa hal yang kurang
akan selalu berada dalam posisi yang lemah sesuai dengan peraturan kontrak baku yang di
ketika berhadapan dengan pihak bank. Posisi atur dalam Undang-undang Perlindungan
tersebut jelas akan merugikan kepentingan Konsumen dan Kitab Undang-undang Hukum
nasabah debitor yang walaupun secara finansial Perdata (KUH Perdata), karena kurang
dana kredit yang diperoleh sebagai kebutuhan memberikan keadilan dengan tidak adanya
finansilanya dapat terpenuhi. Namun secara posisi tawar (bargaining position) sehingga
yuridis telah terjadi suatu hubungan hukum yang dapat dikatakan bahwa kedudukan bank dan
tidak sesuai dengan asas-asas umum yang nasabah dalam kontrak baku perjanjian kredit
berlaku dalam hukum perjanjian. Padahal secara tersebut tidak seimbang, dan kontrak baku
yuridis-teoritik terbentuknya suatu perjanjian yang selama ini ditandatangani nasabah pada
seharusnya mampu mengakomodir dua prinsipnya adalah hal yang berat sebelah.
kepentingan yang seimbang dalam penentuan isi 2. Keseimbangan hak dan kewajiban antara bank
perjanjian. Sebab jika suatu perjanjian telah dan nasabah debitor dalam perjanjian kredit
ditandatangani para pihak, maka konsekuensi belum berimbang, karena kedudukan pihak
yuridisnya adalah adanya pengalokasian sejumlah bank yang lebih dominan dan isi perjanjian
hak (kekuasaan) dan kewajiban (prestasi) yang lebih banyak mengatur kewajiban nasabah
ditujukan kepada para pihak yang jika tidak daripada hak nasabah, sehingga posisi
dilaksanakan berdampak pada beberapa akibat nasabah dalam perjanjian tunduk sesuai
hukum perjanjian. Hal ini mengimplikasikan dengan kehendak bank, juga tidak terdapat
timbulnya kesenjangan (inequality) antara posisi perlindungan bagi nasabah dengan adanya
bank dan nasabah debitor dengan berbagai klausul eksonerasi
bentuk dan variasinya. B. Saran
Salah satu kelebihan yang sekaligus Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas, maka
merupakan kelemahan dari kontrak baku adalah direkomendasikan beberapa saran berikut :
prinsip penghematan waktu. Untuk 1. Bank Indonesia sebagai pengawas perbankan
mengefisienkan waktu dan tenaga, pihak bank di Indonesia diharapkan membuat pedoman
tidak merasa perlu lagi untuk merundingkan atau peraturan khusus yang mengatur
klausul-klausul perjanjian kredit yang telah mengenai klausula baku dalam perjanjian
ditetapkannya secara sepihak. Kontrak baku telah kredit yang dapat menjadi acuan bagi bank-
dipersiapkan terlebih dahulu secara massal dan bank di Indonesia dan perlunya pihak Otoritas
kolektif oleh pihak bank kepada nasabah debitor Jasa Keuangan (OJK) dalam melakukan
yang berasal dari berbagai latar belakang sosial perjanjian kredit yang berfokus pada
dan pendidikan yang berbeda sehingga kesetaraan dan keseimbangan kedudukan
memungkinkan terjadinya tingkat pemahaman diantara para pihak dalam kontrak baku,
dan penafsiran yang berbeda pula. selain itu diharapkan juga dapat melakukan
pengawasan serta pemberian sanksi terhadap
penggunaan klausula baku yang dilarang.
2. Sebaiknya pihak bank selaku kreditor dalam
perjanjian kredit memberikan kesempatan
kepada nasabah debitor untuk mengajukan
kehendaknya yang kemudian dirundingkan
sehingga diharapkan dalam perjanjian kredit
ada keseimbangan hak dan kewajiban antara
para pihak.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ali Achmad, 2002, Menguak Tabir Hukum,PT.
Gunung Agung Tbk, Jakarta
Miru Ahamdi, 2000, Prinsip-prinsip Perlindungan
Hukum bagi Konsumen di Indonesia,
Disertasi, Program Pascasarjana
Universitas Airlangga, Surabaya.
_______, 2007, Hukum Kontrak dan Perancangan
Kontrak, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Kaban Maria, 2004, Tinjauan Juridis Terhadap
Perjanjian Kredit, Makalah, Universitas
Sumatera Utara.
O.P. Simorangkir, 1979, Dasar-dasar dan
Mekanisme Perbankan, Yagrat, Jakarta.
Patrik Purwahid, 1994, Dasar-dasar Hukum
Perikatan, Mandar Maju, Bandung.
Simorangkir O.P., 1979, Dasar-dasar dan
Mekanisme Perbankan, Yagrat, Jakarta
Sjahdeini Sutan Remy, 1993, Kebebasan
Berkontrak dan Perlindungan Yang
Seimbang Bagi Para Pihak Dalam
Perjanjian Kredit Bank di Indonesia,
Institut banker Indonesia, Jakarta.