Anda di halaman 1dari 16

KEDUDUKAN PARA PIHAK DALAM harus berhubungan dengan manusia lain dalam

PERJANJIAN KREDIT ANTARA masyarakat5.


BANK DAN NASABAH1 Peranan hukum diperlukan untuk
Oleh: Cesar Fabian Geraldo Balaati2 menciptakan keteraturan dalam pergaulan hidup
Flora Pricilla Kalalo 3 manusia dalam masyarakat dan peranan hukum
Jemmy Sondakh4 itu sudah dikenal sejak masyarakat mengenal
hukum itu dibuat untuk mengatur kehidupan
manusia sebagai makhluk sosial. Hubungan
ABSTRAK antara masyarakat dan hukum adalah satu
Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk kesatuan yang tidak dapat terpisahkan karena
mengetahui bagaimana hubungan hukum dalam dimana ada masyarakat disitu ada hukum6.
perjanjian kredit antara nasabah debitor dan Peranan hukum dalam mengatur
bank serta mengetahui bagaimana kehidupan masyarakat mengalami perubahan
keseimbangan hak dan kewajiban para pihak dari waktu ke waktu. Dalam masyarakat yang
dalam perjanjian kredit. Dengan menggunakan sederhana, hukum berfungsi untuk menciptakan
metode penelitian yuridis normatif, disimpulkan dan memelihara keamanan dan ketertiban,
1. Hubungan hukum dalam perjanjian kredit kemudian fungsi itu berkembang sesuai dengan
antara bank dan nasabah debitor dalam kontrak perkembangan masyarakat itu sendiri dan
baku yang dirancang oleh pihak bank pada meliputi berbagai aspek kehidupan masyarakat
dasarnya ada beberapa hal yang kurang sesuai yang bersifat dinamis.
dengan peraturan kontrak baku yang di atur Salah satu fungsi hukum yang penting
dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen adalah sebagai alat rekayasa sosial, yaitu sebagai
dan Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH sarana untuk mengubah perilaku masyarakat dan
Perdata), karena kurang memberikan keadilan merencanakan perubahan dalam rangka
dengan tidak adanya posisi tawar (bargaining pembangunan berencana. Luasnya aspek
position) sehingga selama ini nasabah pada posisi kehidupan masyarakat yang dijangkau oleh
yang berat sebelah. 2. Keseimbangan hak dan hukum menyebabkan lahirnya berbagai bidang
kewajiban belum berimbang, karena kedudukan hukum yang secara khusus mengatur suatu
pihak bank yang lebih dominan dan isi perjanjian aspek tertentu, misalnya hukum ekonomi yang
lebih banyak mengatur kewajiban nasabah mengatur aspek–aspek yang berhubungan
daripada hak nasabah, sehingga posisi nasabah dengan aktifitas ekonomi masyarakat yang terus
dalam perjanjian tunduk sesuai dengan kehendak berkembang dengan pesat mengikuti arus
bank, juga tidak terdapat perlindungan bagi teknologi dan modernisasi.
nasabah dengan adanya klausul eksonerasi. Salah satu aspek yang diatur oleh hukum
Kata Kunci : Kedudukan, Para Pihak, Perjanjian ekonomi adalah Bank yang berperan sebagai
Kredit, Bank Dan Nasabah penghimpun dan penyalur dana masyarakat.
Penghimpun dana masyarakat dalam bentuk
tabungan dan penyalur dana masyarakat dalam
PENDAHULUAN bentuk kredit, kedua fungsi ini tidak dapat
A. Latar Belakang Masalah dipisahkan satu sama lain karena fungsi
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak pemberian kredit tidak mungkin ada tanpa
dapat hidup secara mandiri tetapi harus selalu pengerahan dana7.
turut serta dalam berbagai perikatan, pergaulan Hukum harus terus berkembang
dan perhubungan dengan manusia lain dalam mengikuti perkembangan masyarakat walaupun
masyarakat. Hal ini disebabkan karena manusia dalam kenyataannya bahwa hukum itu tetap
mempunyai kepentingan serta kebutuhan yang tertinggal oleh perkembangan masyarakat yang
beraneka macam, sehingga manusia itu selalu terus berkembang dengan pesatnya. Dalam
bidang ekonomi khususnya perbankan misalnya

5 Purwahid Patrick, “Dasar-dasar Hukum


1 Artikel Skripsi Perikatan” Mandar Maju Bandung Hlm 8
6 Achmad Ali, “Menguak Tabir Hukum” PT. Toko
2 Mahasiswa Pada Fakultas Hukum UNSRAT
NIM 17071101355 Gunung Agung Tbk Jakarta, Hlm 193
7O.P. Simorangkir, 1979, Dasar-dasar dan
3 Fakultas Hukum UNSRAT, Doktor Ilmu Hukum
4 Fakultas Hukum UNSRAT, Doktor Ilmu Hukum Mekanisme Perbankan, Yagrat, Jakarta., Hlm. 143.
ketentuan hukum yang mengatur tentang Padahal dalam kenyataannya para pihak yang
perbankan yaitu Undang–undang Nomor 14 terlibat dalam suatu kontrak tidak selalu sama
Tahun 1967 tentang Pokok–pokok Perbankan kuat kedudukannya malahan sering mempunyai
berlaku selama kurun waktu seperempat abad kedudukan yang berbeda.
lamanya, baru mengalami pembahasan dengan Dalam kaitan ini perjanjian yang
Undang – undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang dilakukan adalah perjanjian formal yaitu
Perbankan yang kemudian dilakukan perubahan perjanjian yang dibuat dengan memenuhi
oleh Undang – undang Nomor 10 Tahun 1998 bentuk-bentuk tertentu, artinya perjanjian itu
tentang perubahan Undang – undang Nomor 7 harus diadakan secara tertulis seperti perjanjian
Tahun 1992 Tentang Perbankan. Oleh sebab itu kredit antara bank dan nasabah. Walaupun pada
untuk mengisi kekosongan ini para anggota dasarnya perjanjian dibidang perbankan berbeda
masyarakat yang menjadi pelaku kegiatan dengan perjanjian lainnya dimana para pihak
transaksi ekonomi membuat ketentuan– dapat menuangkan kesepakatan yang bersumber
ketentuan tersendiri diluar undang-undang dalam dari kehendak masing-masing ke dalam suatu
bentuk kontrak guna mengakomodir hak-hak dan perjanjian, misalnya perjanjian jual-beli atau
kewajiban termasuk kepentingan-kepentingan sewa menyewa sedangkan perjanjian perbankan
ekonomi lainnya, dalam tataran yang sifatnya yang ada tidak melalui proses negosiasi yang
memberikan manfaat dan keuntungan menurut dilakukan secara seimbang dari para pihak.
batasan yang wajar dan adil dari para anggota Pada umumnya perjanjian kredit yang
masyarakat itu sendiri. Hal ini dimungkinkan dibuat oleh bank dituangkan dalam bentuk
karena memang hukum perikatan itu bersifat perjanjian standar atau bentuk kontrak baku yang
terbuka. klausul-klausulnya telah disusun sebelumnya oleh
Kontrak atau perjanjian merupakan suatu pihak bank dan tidak dapat diubah-ubah.
peristiwa hukum dimana seorang berjanji kepada Dengan demikian, maka nasabah sebagai
orang lain atau dua orang saling berjanji untuk calon debitor hanya mempunyai pilihan antara
melakukan atau tidak melakukan sesuatu. 8 menerima seluruh isi klausul perjanjian itu atau
Adapun landasan yuridis yang menjadi tidak bersedia menerima sebagian atau
pedoman bagi peraturan hukum kontrak di seluruhnya kontrak baku tersebut. Calon nasabah
Indonesia yaitu pada Buku III KUH Perdata tidak diberikan kesempatan untuk membicarakan
didalam pasal 1338 yang dinyatakan bahwa : lebih lanjut isi atau klausula-klausula yang
perjanjian yang telah dibuat secara sah berlaku diajukan pihak bank, demi mendapatkan apa
sebagai undang-undang bagi mereka yang yang diharapkan yaitu mendapatkan kredit. Hal
membuatnya, yaitu kekuatannya sama dengan ini disebabkan karena bank sebagai kreditor dan
kekuatan suatu undang-undang, dan perjanjian nasabah sebagai debitor dalam kontrak baku
yang dibuat secara sah adalah perjanjian yang perjanjian kredit atau tidak pernah mempunyai
telah memenuhi syarat-syarat dalam pasal 1320 kedudukan yang seimbang.
KUH Perdata. Disamping itu perjanjian Berpijak pada pertimbangan tersebut
merupakan persetujuan antara dua pihak atau maka idealitas (das sollen) pembuatan kontrak
lebih untuk melaksanakan suatu hal yang baku antara pihak bank dengan nasabahnya,
mempunyai akibat hukum dalam lapangan harta semestinya berada pada tataran yang
benda. Perjanjian secara yuridis diatur dalam menempatkan posisi para pihak berkontrak
pasal 1313 KUH Perdata yang berbunyi : dalam kedudukan yang sama atau seimbang,
Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana sehingga bentuk kontrak baku yang dibuat oleh
satu atau lebih orang mengikatkan dirinya pihak bank seharusnya mencantumkan klausul
terhadap satu atau lebih orang lainnya. yang tidak boleh menyudutkan apalagi merugikan
Asas kebebasan berkontrak dalam pasal pihak nasabahnya, sebagaimana yang disyaratkan
diatas dibangun atas asumsi dasar bahwa semua oleh Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999
orang mempunyai kedudukan dan kemampuan Tentang Perlindungan Konsumen, yang
ekonomi dan sosial yang sama kuatnya dan menetapkan bahwa format klausul baku atau
didukung oleh doktrin equality before the law. standar tidak boleh merugikan pihak konsumen,
dalam hal ini debitor sebagai konsumen harus
setara kedudukannya dengan pelaku usaha
8 Ahmadi Miru, dan Sutarman Yodo, 2005, Hukum
berdasarkan prinsip kebebasan berkontrak.
Perlindungan Konsumen, Grafindo persada, Jakarta. Hlm 1.
Akan tetapi dalam realitasnya (das sein) meliputi; Undang-Undang Dasar Negara
menunjukan bahwa kontrak baku atau standar Republik Indonesia Tahun 1945; Kitab
kontrak dalam perjanjian kredit yang dibuat Undang-undang Hukum Perdata; Undang-
sepihak oleh pihak bank, cenderung memuat Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang
sejumlah klausula yang hanya menguntungkan Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun
pihak bank sendiri dan tanpa mengakomodir 1992 Tentang Perbankan; Undang –undang
kepentingan-kepentingan pihak nasabah sebagai Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank
debitor, serta dalam hubungan kontraktual Indonesia; Undang-Undang Nomor 8 Tahun
antara pihak bank dan nasabah dalam kontrak 1999 Tentang Perlindungan Konsumen;
baku perjanjian kredit tidak berada pada Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011
kedudukan yang sama atau seimbang. Tentang Otoritas Jasa Keuangan;
Berdasarkan fenomena yang diuraikan b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan
diatas maka issue yang peneliti anggap menarik yang memberikan penjelasan bahan hukum
dalam penelitian ini adalah adanya primer, penulis menggunakan bahan hukum
ketidakseimbangan dan ketidakadilan dalam sekunder meliputi; buku literatur, karya
hubungan antara bank dengan nasabah dalam ilmiah maupun hasil penelitian, jurnal,
kontrak baku perjanjian kredit. Oleh karena itu, artikel, arsip-arsip yang mendukung dan
perlu suatu kajian mengenai bagaimana bahan-bahan hukum lainnya yang dimuat
kedudukan para pihak dalam kontrak baku dalam media elektronik di internet.
perjanjian kredit. c. Bahan hukum tersier, yakni bahan hukum
dapat memberikan petunjuk bahan hukum
B. Rumusan Masalah primer dan sekunder, penulis menggunakan
1. Bagaimanakah hubungan hukum dalam bahan hukum tersier meliputi; kamus
perjanjian kredit antara nasabah debitor dan hukum, Kamus Besar Bahasa Indonesia
Bank ? (KBBI).
2. Bagaimana keseimbangan hak dan kewajiban
para pihak dalam perjanjian kredit. PEMBAHASAN
A. Hubungan Hukum dalam Perjanjian Kredit
C. Metode Penelitian antara Bank dan Nasabah Debitor.
Penelitian hukum adalah suatu proses 1. Hubungan Kontraktual
untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip Perbankan merupakan salah satu
hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna perusahaan jasa yang mempunyai peranan
menjawab isu hukum yang dihadapi. penting dalam konstelasi perekonomian nasional.
Dalam pembahasan masalah, penulis Sejarah perbankan telah menunjukan bahwa
sangat memerlukan data dan keterangan dalam lembaga perbankan mempunyai posisi yang
penelitian ini. Untuk mengumpulkan data dan sangat strategis dalam memajukan ekonomi
keterangan, penulis menggunakan metode suatu bangsa, termasuk perekonomian nasional
sebagai berikut: Indonesia sendiri. Hal ini berkaitan erat dengan
1. Tipe Penelitian fungsi bank sebagai pencetak dan pengedar uang
Metode Penelitian yang digunakan dalam yang merupakan alat pembayaran sah dalam
penulisan skripsi ini adalah metode berbagai transaksi ekonomi.
pendekatan yuridis normatif, dimana Sebagai industri jasa, maka perbankan
penelitian hukum yuridis normatif atau mempunyai fungsi utama yaitu sebagai berikut : 9
penelitian hukum kepustakaan yaitu cara 1. Sebagai lembaga yang menghimpun dana
meneliti tulisan pustaka atau data-data dari masyarakat.
sekunder belaka yang berhubungan dengan 2. Sebagai lembaga yang menyalurkan dana
judul skripsi. kepada masyarakat dalam bentuk kredit.
2. Sumber Bahan
Dalam Penelitian ini Penulis melakukan
pengumpulan bahan hukum yang mencakup:
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum
9 Maria Kaban, 2004, Tinjauan Juridis Terhadap
yang mempunyai kekuatan hukum mengikat,
penulis menggunakan bahan hukum primer Perjanjian Kredit, Makalah, Universitas Sumatera Utara., Hlm
2.
3. Sebagai lembaga yang memperlancar Dalam Pasal 8 Undang-undang Nomor 10
transaksi perdagangan dan lalu lintas tahun 1992 tentang Perbankan menentukan
pembayaran. sebagai berikut :
Dari fungsi-fungsi ini dapat disimpulkan “Dalam memberikan kredit,bank umum
bahwa perbankan adalah lembaga pertantara wajib mempunyai keyakinan atas
keuangan. Perantaraan ini berlangsung dengan kemampuan dan kesanggupan debitor
cara menghimpun dana dari masyarakat yang untuk melunasi utangnya sesuai dengan
kelebihan uang (surplus spending units) dan yang diperjanjikan”
menyalurkannya kepada masyarakat yang Selanjutnya dalam penjelasan Pasal 8
membutuhkan dana (deficit spending units). dikemukakan antara lain :
Dengan demikian maka bagi suatu usaha “kredit yang diberikan oleh bank
perbankan modal bukan sumber utama yang mengandung risiko, sehingga dalam
diperlukan untuk memperoleh kekayaan, karena pelaksanaannya bank harus
sebagian besar dana perbankan dihimpun dari memperhatikan asas-asas perkreditan yang
simpanan masyarakat. Secara teknis, deposan sehat. Untuk mengurangi risiko tersebut,
adalah kreditur bank dan deposit mereka adalah jaminan pengembalian kredit dalam arti
hutang dari suatu bank. keyakinan atas kemampuan dan
Peranan dan posisi perbankan yang kesanggupan debitor untuk melunasi
strategis terutama dimiliki oleh bank-bank umum utangnya sesuai dengan yang diperjanjikan
(commercial banks), seperti Bank Rakyat merupakan faktor penting yang harus
Indonesia (BRI) karena bank-bank inilah yang diperhatikan oleh bank. Untuk
menjalankan berbagai bentuk bisnis (usaha) memperoleh keyakinan tersebut, sebelum
perbankan. Peranan bank umum ini dapat memberikan kredit bank harus melakukan
terlihat dari banyaknya akses yang melibatkan penilaian yang seksama terhadap watak,
bank umum dalam berbagai sektor, seperti kemampuan, modal, agunan dan prospek
perdagangan, industri transportasi, pertanian dan usaha dari debitor.
jasa. Apabila hasil analisis bank menyetujui
Penyaluran dana kepada masyarakat permohonan fasilitas kredit dari calon
dilakukan bank umum salah satunya dengan cara nasabahnya kemudian ditungkan dalam suatu
memberikan kredit kepada masyarakat yang saat perjanjian tertulis antara bank dan pemohon
ini terdiri dari berbagai bentuk dan jenisnya. kredit yang disebut perjanjian kredit bank,
Hubungan hukum antara bank dan nasabah sehingga terjadi hubungan kontraktual antara
dalam perjanjian kredit, yang dalam hal ini Bank pihak bank dan pihak nasabah debitor.
Rakyat Indonesia (BRI) bertindak sebagai badan Adanya hubungan kontraktual antara pihak
hukum (rechts persons) yang memiliki jasa bank dengan nasabah debitor, jika nasabah
perbankan, sedangkan pihak nasabah adalah debitor menandatangani kontrak yang
warga masyarakat umum yang kedudukannya disodorkan kepadanya oleh pihak bank. Artinya
sebagai manusia biasa (natuurlijke person) bahwa hukum sendiri yang meletakan hak pada
dengan berbagai tingkat kemampuan dan satu pihak dan meletakan kewajiban pada pihak
kedudukan sosial dalam masyarakat. Namun lainnya.
tidak menutup kemungkinan adanya nasabah Dalam Pasal 1 Undang-undang Nomor 25
yang berasal dari perusahaan-perusahaan yang Tahun 1992 tentang Perkoperasian dinyatakan
berkualifikasi sebagai badan usaha. bahwa yang dimaksud dengan kredit adalah
Posisi Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebagai penyediaan uang atau tagihan-tagihan
kreditor dalam perjanjian kredit ketika berdasarkan persetujuan pinjam meminjam pihak
melakukan hubungan hukum dengan calon bank dengan nasabah debitor, dan yang
nasabahnya, sebelum sebuah bank menyetujui memperoleh kredit berkewajiban melunasi
permohonan calon nasabah debitor untuk hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
mendapatkan fasilitas kredit, petugas bank akan jumlah berupa yang telah ditetapkan. Dengan
menganalisis calon nasabah debitor untuk demikian, maka didalamnya terkandung
menentukan kemauan dan kemampuan calon “kewajiban untuk mengembalikan pinjaman”, hal
nasabah debitor tersebut untuk membayar ini berarti juga suatu kewajiban untuk memenuhi
kembali fasilitas kredit yang akan dinikmatinya. perikatan. Dalam perjanjian kredit, wanprestasi
yang terjadi adalah merupakan wanprestrasi syarat-syarat sebagaimana ditetapkan dalam
melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat, Pasal 1320 KUH Perdata, diantara syarat-syarat
karena dalam perjanjian kredit telah ditentukan tersebut adalah sepakat mereka yang
kapan waktunya nasabah debitor memenuhi mengikatkan diri.
kewajibannya atau memberikan prestasinya. Tercapainya kesepakatan terhadap
Dalam hubungan antara bank dan nasabah klausula perjanjian kredit, karena pihak nasabah
debitor, hal yang paling penting dalam klausula menandatangani perjanjian tersebut, sehingga
perjanjian kredit adalah kepercayaan. Sutan nasabah debitor dianggap sepakat terhadap
Remy Sjahdeini 10 menyatakan bahwa hubungan semua substansi dari klausula perjanjian kredit.
antara bank dan nasabah, baik nasabah Hubungan kontraktual antara bank dan
penyimpan dana maupun nasabah debitor, nasabah debitor yang tertuang dalam kontrak
mempunyai sifat sebagai hubungan kepercayaan baku perjanjian kredit, pihak bank ditempatkan
atau Fiduciary Obligation) kepada bank terhadap sebagai badan hukum yang memproduksi
nasabahnya. Didalam praktiknya memang pelayanan jasa keuangan, sedangkan pihak
nasabah selalu percaya bahwa apa yang debitor terdiri dari orang perorangan dengan
dikemukakan oleh pejabat bank (informasi) berbagai tingkat kemampuan dan kedudukan
sebagai terpercaya kebenarannya dan dapat sosial ekonominya dan bisa juga dari perusahaan-
diandalkan. Bahkan nasabah juga bukan hanya perusahaan yang berkualitas sebagai badan
terbatas meminta informasi, yang lebih sering usaha yang berbadan hukum.
malahan meminta advis dari bank mengenai Dalam praktik pembuatan perjanjian
urusan-urusan finansialnya bahkan tidak jarang kredit, pihak bank membuat formulir perjanjian
juga meminta advis mengenai bisnisnya. Dilihat kredit kemudian membakukan syarat-syaratnya
dari pengertian kredit juga intisarinya adalah bagi nasabah. Secara garis besar dapat dikatakan
kepercayaan, karena dalam pemberian kredit bahwa dalam suatu perjanjian kredit terdapat
harus disertai dengan unsur saling percaya, yakni syarat-syarat klausula mengenai pemberian
rasa saling percaya diantara kreditor sebagai kredit, bunga dan provisi kredit atau commitment
pemberi kredit dengan debitor sebagai penerima fee, biaya-biaya pembayaran kredit dan jaminan
kredit. Karena bank (kreditor) memberikan asuransinya.
kepercayaan dengan menyalurkan kredit kepada Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat
nasabah debitor dan sekaligus memberika dikatakan bahwa hubungan kontraktual bank dan
kepercayaan untuk menyicil pengembalian kredit nasabah dalam perjanjian kredit, merupakan
tersebut. Namun dibalik itu nasabah debitor hubungan hukum yang menempatkan posisi
terikat akan batas waktu yang telah ditentukan nasabah sangat lemah, karena hanya banklah
dalam perjanjian oleh pihak bank tersebut, yang mengatur segala aspek dari perjanjian kredit
sehingga dalam hal ini nasabah debitor juga itu dengan syarat-syaratnya sendiri dan pihak
terikat akan kepercayaan yang diberikan nasabah yakin bahwa setelah ia menandatangani
kepadanya oleh pihak bank. perjanjian kredit maka dirinya terikat dengan
Perjanjian kredit antara Bank dan nasabah kesepakatan yang tertuang dalam perjanjian itu.
debitor merupakan kesepakatan dua belah pihak 2. Isi Perjanian
yang melakukan perjanjian yaitu pihak bank dan Kontrak baku atau standar kontrak
nasabah debitor. Walaupun perjanjian tersebut merupakan salah satu model kontrak dalam
dibuat sepihak oleh pihak Bank dan dirasakan hukum perjanjian. Penggunaan kontrak baku
tidak adil oleh nasabah debitor yang mengambil merupakan salah satu bentuk kontrak yang isi
kredit. Namun perjanjian itu sangat mengikat perjanjiannya telah dirumuskan secara sepihak
pihak nasabah debitor dalam pengambilan kredit, oleh salah satu pihak dalam perjanjian. Secara
terutama kewajiban-kewajiban yang harus praktis model kontrak ini sangat memberikan
dipenuhi oleh nasabah debitor. manfaat dalam pelaksanaan perjanjian. Sebab
Suatu perjanjian merupakan perjanjian para pihak hanya menanda tangani kontrak tanpa
yang sah menurut hukum apabila memenuhi menggunakan waktu dan pemikiran untuk
merumuskannya. Keistimewaan yang dapat
10 Sutan Remy Sjahdeini, 1993, Kebebasan diperoleh ketika menggunakan kontrak baku
Berkontrak dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para yaitu : pertama, para pihak dapat secara
Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Institut langsung mengetahui isi perjanjian dengan
banker Indonesia, Jakarta.., Hlm. 167.
singkat. Kedua, maksud para pihak langsung pihak. Mengingat berlakunya asas konsesualisme
dapat diketahui dan langsung mendapat bagi berlakunya suatu perjanjian sebagaimana
persetujuan. Ketiga, keinginan pihak ditentukan dalam Pasal 1338 KUH Perdata, maka
debitor/konsumen langsung dapat terpenuhi, peraturan bank yang diatur dalam surat
sehingga kebutuhannya dapat segera menyurat dan kertas lain yang sebelumnya tidak
diwujudkan. Keempat, pihak pembuat kontrak diketahui, dipahami dan disetujui oleh nasabah
langsung menindaklanjuti isi perjanjian sesuai debitor, tidak mengikat.
dengan keinginan pihak penerima kontrak. Penggunaan kontrak baku sebagai salah
Keistimewaan tersebut di satu sisi memberikan satu model perjanjian merupakan suatu
manfaat bagi kedua belah pihak dan disisi lain kecenderungan yang sulit dihindari oleh para
dapat berakibat buruk kepada salah satu pihak pengguna terutama nasabah debitor Bank.
(biasanya debitor), karena pihak debitor hanya Secara teoritik konseptual semua bentuk
sekedar mencermati isi kontrak dan tidak perjanjian yang dibuat oleh para pihak dapat
berperan dalam menentukan syarat-syarat dan dibenarkan dan sah menurut Pasal 1338 KUH
klausula kontrak. Perdata. Norma hukum privat yang dibangun
Dalam hubungan kontraktual antara Bank dalam pasal tersebut merupakan sumber hukum
dan calon nasabah debitornya, kedudukan bank terbentuknya model dan bentuk kontrak yang
sebagai produsen yang menawarkan jasa kepada dapat digunakan oleh semua pihak. Pasal
warga masyarakat sebagai calon atau anggota tersebut menjadi sumber atau asas perjanjian
nasabahnya, biasanya terlebih dahulu pihak bank yang dikenal dengan “asas kebebasan
membuat dan menentukan isi kontrak atau berkontrak”.
mempersiapkan formulir-formulir kontrak baku Asas kebebasan berkontrak yang menjadi
yang telah ditetapkan oleh bank yang dinamakan sumber hukum para pihak untuk bebas membuat
surat pengakuan hutang (SPH) serta kemudian atau mengisi isi perjanjian yang didasarkan pada
menyerahkan kepada calon nasabah debitor. kesepakatan (agreement) para pihak yang
Tetapi dalam kontrak baku perjanjian didasarkan pada Pasal 1320 KUH Perdata yang
kredit tersebut masih ada hal-hal kosong yang secara normatif memuat rincian unsur-unsur
belum diisi, karena hal-hal tersebut tidak yang membangun terbentuknya suatu perikatan
mungkin diisi sebelumnya, yaitu antara lain : hari, yang sah menurut hukum perjanjian. Pada
tanggal, bulan, tahun, kantor cabang, unit, nomor asasnya prinsip kebebasan berkontrak yang
SKKP, nomor pangkal, nomor transaksi, jumlah dianut dalam hukum perjanjian adalah
pinjaman, julah angsuran dan bunga, tujuan dan memberikan kebebasan kepada para pihak untuk
keperluan serta jangka waktu kredit. menentukan isi atau substansi yang menjadi
Dalam perjanjian kredit antara Bank dan sumber hukum terbentuknya hukum privat yang
nasabah debitor yang dinamakan Surat didalamnya memuat hak dan kewajiban yang
Pengakuan Hutang dalam Pasal 10 menyatakan seimbang dalam pelaksanaannya. Keseimbangan
bahwa nasabah debitor terikat pula pada hak dan kewajiban dalam suatu kontrak
“peraturan bank yang diatur dalam surat (termasuk kontrak baku) ditentukan apakah
menyurat dan kertas-kertas lain”. Tanpa merinci substansi atau isi perjanjian yang dibuat atau
dan menunjukan kepada nasabah debitor segala disepakati oleh para pihak sudah seimbang atau
peraturan yang dimaksud itu, maka tidaklah tidak. Sebab semua asas dan norma hukum privat
mungkin pula bagi nasbah debitor untuk dapat juga untuk mewujudkan tiga nilai dasar hukum
memahami peraturan dalam surat menyurat dan yaitu keadilan, kemanfaatan dan kepastian
kertas-kertas lain tersebut. Seharusnya apabila hukum.
bank menghendaki agar segala peraturan dalam 3. Pemahaman Hukum
surat menyurat dan kertas lain mengikat nasabah Isi perjanjian antara bank dan nasabah
debitor, hendaknya segala peraturan bank itu debitor yang dibuat oleh salah satu pihak yaitu
harus disampaikan terlebih dahulu kepada pihak bank, tidak merupakan kesepakatan
nasabah debitor untuk diketahui dan dipahami. bersama. Persetujuan salah satu pihak ditandai
Tanpa terlebih dahulu diketahui dan dipahami, dengan ditandatanganinya isi perjanjian. Hal ini
maka walaupun nasabah debitor membubuhkan dibenarkan dalam hukum perjanjian dengan
tanda tangannya terhadap perjanjian itu tidak merujuk pada suatu kesepakatan seperti Pasal
terdapat kesepakatan yang murni antara para 1313 KUH Perdata.
Para pihak yang terlibat dalam suatu penggunaan ukuran huruf yang terlalu kecil,
perjanjian kredit pada dasarnya telah meyakinkan maka konsumen dapat mengajukan keberatan
bahwa apa yang telah mereka perjanjikan itu dan keluhan kepada pelaku usaha berdasarkan
merupakan Undang-undang bagi mereka. Artinya UUPK.11
untuk membatalkan perjanjian tersebut Dalam sebuah perjanjian kredit bank dalam
hendaknya ada kesepakatan dari kedua belah bentuk kontrak baku tentu pemahaman hukum
pihak, tidak bisa diadakannya pembatalan bila kedua belah pihak yang berkontrak akan sangat
satu pihak tidak menyetujui maksud pembatalan. berbeda karena pihak bank sebagai pihak yang
Sebelum Undang-Undang Nomor 21 Tahun membuat kontrak baku perjanjian kredit telah
2011 berlaku, peraturan yang mengatur tentang mempertimbangkan dengan sangat matang
perlindungan konsumen adalah UUPK, tidak semua klausula dalam perjanjian kredit,
terkecuali perlindungan konsumen di bidang sedangkan pihak nasabah debitor hanya
perbankan, asuransi, lembaga pembiayaan, dan menerima begitu saja perjanjian kredit dalam
bidang-bidang lainnya yang pada saat setelah bentuk kontrak baku tersebut. Disini terlihat
berlakunya UUOJK masuk dalam pembinaan dan bahwa kedudukan pihak bank cukup kuat karena
pengawasan OJK. semua syarat yang ditentukan dalam perjanjian
Sebagai contoh, bilamana dalam kredit tersebut ditentukan oleh pihak bank,
perjanjian antara Bank dengan Nasabah, terdapat sebaliknya pihak nasabah debitor berada pada
pasal yang menyatakan bahwa: “bunga sewaktu- posisi yang yang lemah dari segi pemahaman
waktu akan mengalami perubahan tanpa hukum.
pemberitahuan terlebih dahulu kepada nasabah”,
dan bila konsumen merasa keberatan dengan B. Keseimbangan Hak dan Kewajiban dalam
pasal tersebut, dan terjadi sengketa konsumen, Perjanjian Kredit
maka penyelesaian sengketa tersebut dilakukan Hak dan kewajiban para pihak dalam setiap
berdasarkan UUPK. perjanjian mendapat porsi yang banyak. Hal ini
Contoh lain, di sektor perbankan, sebelum karena dalam implementasi suatu perjanjian,
berlakunya UUOJK, belum terdapat suatu pemenuhan akan hak dan kewajiban merupakan
peraturan yang secara khusus mengatur suatu keharusan dan menjadi ukuran atau
mengenai perlindungan nasabah, dan karena pedoman melaksanakan perjanjian. Itulah
nasabah juga disebut konsumen jasa perbankan, sebabnya sehingga dalam hukum perjanjian
maka hak dan kewajiban konsumen seperti diatur senantiasa mendapat porsi yang banyak
dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 diperbincangkan.
tentang UUPK berlaku juga untuk Dalam hukum perjanjian, pemenuhan hak
nasabah/konsumen. dan kewajiabn secara terotitik senantiasa harus
Seharusnya UUOJK yang juga mengatur seimbang. Artinya, setiap perjanjian tidak boleh
tentang perlindungan konsumen jasa keuangan, ada penyimpangan dalam penetapan hak dan
memperhatikan UUPK, karena UUPK merupakan kewajiban. Semua isi perjanian tidak boleh saling
payung yang mengintegritaskan (vertikal dan merugikan atau sepihak, isi perjanjian harus
horizontal) dan memperkuat penegakan hukum mampu mewakili hak dan kewajiban para pihak
di bidang perlindungan konsumen. Bilamana secara seimbang.
perusahaan asuransi menggunakan klausula baku Dalam kajian teoritik dikemukakan bahwa
yang isinya mengalihkan tanggung jawab yang eksistensi hak dan kewajiban dalam sebuah
seharusnya menjadi tanggung jawab Pelaku kontrak (apapun bentuknya) dimaksudkan untuk
Usaha Asuransi, maka konsumen dapat mengintegrasikan kepentingan satu sama lain
menyampaikan persoalan tentang klausula baku agar tidak terjadi tumpang tindih dalam
tersebut berdasarkan UUPK, bilamana persoalan perjanjian. Pemenuhan hak kepada para pihak
tersebut timbul setelah UUOJK dan Peraturan dalam perjanjian sama dengan pemberian suatu
OJK belum diberlakukan. Dalam kasus lain,
bilamana konsumen merasa dirugikan atas 11 A Dwi Rachmanto ‘PENYELESAIAN SENGKETA

penjelasan tulisan bahan baku dan daluarsa atas KONSUMEN AKIBAT PERJANJIAN BAKU DAN KLAUSULA
BAKU PASCA KEBERLAKUAN UNDANG-UNDANG NOMOR 21
sebuah produk yang disampaikan oleh pelaku TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN’’ Jurnal
usaha karena informasi tentang bahan baku yang Hukum & Pembangunan 48, Nomor 4, Desemeber 2018, Hlm
disampaikan tersebut tidak terbaca akibat 838
kekuasaan (otoritas) kepadanya. Jika ada aplikasinya terhadap perlindungan hak-hak
pemberian hak maka disisi lain ada kewajiban konsumen yang dalam konteks lebih luas klausula
bagi yang ditujukan hak itu, demikian juga eksonerasi ini juga berkaitan dengan kepentingan
sebaliknya. Jadi yang diperjuangkan oleh hukum umum dan keadilan.
adalah hak yang merupakan kepentingan pribadi Pada perjanjian kredit bank, bunga kredit
debitor atau kreditor (kepentingan privat) dan ditempatkan sebagai sumber pendapatan utama,
bukan kepentingan publik. Dengan demikian jika sehingga tidak mengherankan apabila Bank
ada hak dalam suatu kontrak, maka disisi lain ada mengandalkan pendapatannya dari pemberian
kewajiban yang harus dipenuhi oleh salah satu kredit. Besar kecilnya pendapatan suatu bank
pihak terhadap pihak lainnya. Karena hak itu sangat bergantung pada keuntungan dari bunga
merupakan kekuasaan, maka perlu dianalisa kredit yang disalurkan kepada nasabah debitor.
apakah penentuan hak dalam kontrak baku Oleh karena itu nasabah yang memperoleh kredit
seimbang atau tidak. Hal ini penting karena salah tentu harus menyanggupi untuk membayar
satu tujuan norma hukum (termasuk norma sejumlah bunga yang ditentukan oleh bank
hukum privat) adalah keadilan yang dalam hal ini kreditor. Selain bunga dari kredit, bank juga
adalah penentuan hak dan kewajiban yang adil mendapatkan keuntungan dari provisi kredit yang
dalam suatu perjanjian. harus dibayarkan oleh debitor, pada umumnya
Pengkajian terhadap perjanjian kredit bank bank memperoleh keuntungan langsung, karena
ternyata menempatkan nasabah debitor pada bunga provisi kredit itu diperoleh dengan cara
posisi yang lemah ketika berhadapan dengan memotong langsung dari jumlah kredit yang
bank yang mengakibatkan seolah-olah diberikan kepada debitor yang bersangkutan.
nasabahlah yang bergantung pada bank. Padahal Dalam setiap perjanjian kredit, Bank
sebenarnya jika diurut ke belakang semestinya umumnya sudah menempatkan klausula yang
bank lebih besar ketergantungannya pada berisi pemberian kuasa dari nasabah kepada
nasabah, sebab tanpa kehadiran masyarakat Bank untuk memotong (mendebet) langsung
(nasabah) dalam dunia perbankan sudah dapat sejumlah uang sebagai bunga dari provisi kredit.
dipastikan bahwa bank tidak dapat menjalankan Selain bunga dari provisi kredit, debitor juga
bisnisnya dengan lancar. Disini tampak terdapat dibebankan dengan macam-macam biaya lain
suatu kontradiksi, dimana disatu pihak nasabah yang timbul dari penutupan perjanjian kredit.
bank mempunyai posisi yang lemah, tetapi Biaya-biaya ini meliputi antara lain biaya materai,
dipihak lain justru nasabah sebagai kreditor bank biaya perubahan kontrak-kontrak pelengkap,
yang sesungguhnya. premi asuransi barang jaminan, biaya penagihan
Kuatnya posisi bank dapat dilihat dari atas kelalaian debitor itu sendiri.
penggunaan syarat-syarat perjanjian kredit yang Praktik ini sudah merupakan suatu
digunakan secara baku. Syarat-syarat yang kebiasaan dalam bisnis perbankan tanpa ada
digunakan tersebut dibuat secara sepihak dan yang mempersoalkan apakah memenuhi rasa
menempatkan posisi bank menjadi kuat karena keadilan atau tidak. Berdasarkan pengkajian
yang menentukan klausulanya adalah bank terhadap dokumen kontrak baku perjanjian
sendiri. kredit Bank, ditemukan sejumlah klausula yang
Persoalan penting yang senantiasa menjadi secara substansial, mengandung unsur
titik pengkajian dalam setiap cakupan substansi penyalahgunaan keadaaan serta adanya
kontrak baku adalah menyangkut tanggung jawab pembatasan tanggung jawab oleh pihak bank
dari pihak yang membuat kontrak itu sendiri, sendiri, dengan memanfaatkan kedudukan
dalam perjanjian kredit bank sebagai pihak yang nasabah yang lemah ketika berhadapan dengan
membuat perjanjian memasukan syarat-syarat bank saat pembuatan perjanjian kredit tersebut.
tertentu dalam formulir kontrak baku yang Berikut ini kalusula yang merugikan
dibuatnya, guna menghindari segala risiko yang nasabah debitor dan mengandung unsur
mungkin timbul dalam pelaksanaan kontrak pembatasan tanggung jawab, antara lain :
tersebut. 1. Tentang biaya yang ditanggung oleh nasabah
Kontroversi mengenai penempatan debitor. Dalam formulir Bank yang
klausula eksonerasi ini tidak terlepas dari dinamakan Surat Pengakuan Hutang (SPH),
pembahasan tentang kebebasan berkontrak yang pada Pasal 8 ditemukan klausula yang
dikaitkan dengan pembuatan kontrak baku serta membedakan bunga dan provisi kredit serta
biaya-biaya lainnya yang semata-mata sesuatu apapun, asal saja ditimbulkan oleh
dibebankan kepada debitor. Klausulanya pinjaman dan segala akibatnya atau yang
sebagai berikut : dianggap perlu oleh Bank untuk
“Bea materai, biaya notaris, biaya pejabat melaksanakan segala haknya, semuanya
pembuat akta tanah (PPAT) dan biaya menjadi beban yang berhutang”.
lainnya yang timbul sehubungan dengan
pemberian pinjaman ini, merupakan beban Berdasarkan klausula dalam Pasal 8 Surat
dan harus dibayar oleh YANG BERHUTANG”. Pengakuan Hutang dan Pasal 6 Syarat-syarat
Umum Perjanjian Pinjaman dan Kredit
Klausula dalam Pasal ini menunjukan sebagaimana termaktub diatas, maka pada
bahwa pihak bank yang membuat kontrak praktiknya peminjam biasanya ditetapkan harus
memanfaatkan keunggulan dan memberikan kuasa kepada bank untuk
ketergantungan nasabah debitor yang sangat membukukan bunga, provisi, dan biaya-biaya
membutuhkan kredit dengan membuat lainnya dalam rekening koran peminjam,
klausula yang memberatkan nasabah debitor, kemudian pihak bank memperhitungkan dalam
yaitu dengan menentukan semua biaya yang saldo rekening peminjam.
timbul dalam perjanjian menjadi tanggungan 2. Ketentuan lain dalam perjanjian kredit antara
nasabah debitor. Hal ini dirasakan tidak adil, Bank dan nasabah adalah bahwa nasabah harus
karena perjanjian kredit sifatnya memberikan menanggung semua kewajiban yang merupakan
keuntungan kepada kedua belah pihak, hak bagi bank kreditor, yaitu menyangkut
dimana pihak bank mendapatkan bunga dari pembebanan asuransi atas jiwa nasabah debitor
penyaluran kredit itu sedangkan nasabah untuk kepentingan bank, yang pembayaran
debitor mendapatkan dana segar untuk preminya ditanggung oleh pihak nasabah debitor.
pengembangan usahanya, maka sepantasnya Dalam perjanjian kredit ketentuan ini termuat
kalau semua biaya yang timbul dari perjanjian dalam Pasal 4 yang bunyinya sebagai berikut :
itu ditanggung secara bersama oleh kedua “Untuk kepentingan BANK, BANK dapat
belah pihak. mempertanggungkan atau
Ketentuan lain yang sama isinya dengan mengasurangsikan jiwa YANG BERHUTANG
Pasal 8 Surat Pengakuan Hutang diatas kepada Perusahaan Asuransi Jiwa yang
terdapat dalam Pasal 6 syarat-syarat umum ditunjuk oleh BANK atas beban YANG
pinjaman dan kredit, yang merupakan BERHUTANG dengan syarat-syarat
lampiran dari surat pengakuan hutang, yang Asuransi yang berlaku”.
klausulnya sebagai berikut : Selain pembebanan Asuransi atas jiwa
“Semua biaya dan bea yang harus dibayar nasabah untuk kepentingan bank, nasabah juga
sehubungan dengan pemberian pinjaman, dibebani untuk menanggung biaya Asuransi atas
jaminan, termasuk pula biaya porti, barang-barang yang dipergunakan sebagai
materai, telegram, telex, faximile, telepon, jaminan dalam kredit, hal ini diatur dalam Pasal
biaya legalisasi, balik nama, saksi, notaris, 15 Syarat-syarat umum Perjanjian Pinjaman dan
pejabat pembuat akta tanah, menaksir Kredit yang klausulanya sebagai berikut :
harga, memeriksa dan memberi nasehat, Ayat (1) “ Yang berhutang wajib
yang harus dikerjakan oleh pegawai bank, mempertanggungkan atau
memperbarui atau mengubah bentuk mengasurangsikan atas beban sendiri
pendaftaran, bilamana pada waktu harus dengan Banker’s clause untuk dan atas
diubah roya, mematikan hak tanggungan, nama Bank kepada Perusahaan Asuransi
pajak dan tambahan pokok atau bea lain yang ditunjuk oleh Bank, seluruh maupun
yang pada suatu waktu harus dikenakan sebagian barang-barang yang digunakan
pada jumlah pokok dan bunga, biaya sebagai jaminan dalam kredit ini baik yang
eksekusi, biaya beteking, melaksanakan telah ada maupun yang akan ada
sesuatu yang lain, dengan dihitung pula dikemudian hari dengan jangka waktu
biaya jurusita, baik biaya menurut serta dalam jumlah pertanggungan yang
persentase maupun yang lain, serta pada ditetapkan oleh Bank dan sewaktu-waktu
umumnya semua biaya dan hak dapat diperpanjang oleh pengambil kredit
pembayaran dengan tidak mengecualikan
sebagaimana yang disebutkan dalam polis membayar bunga atas kelebihan uang
dan disimpan di Bank”. santunan asuransi yang harus dikembalikan
Ayat (3)”Apabila yang berhutang lalai untuk kepada debitor.
mengasurangsikan atau memperpanjang 3. Larangan-larangan dari bank kreditor
asuransi atas barang jaminan, maka Bank selama debitor masih terikat dengan
berhak dan dengan ini diberi kuasa penuh perjanjian kredit, bank melarang seseorang
oleh yang berhutang untuk mengurus dan debitor untuk melakukan beberapa hal
melakukan pertanggungan tersebut, dan demi mengamankan kepentingannya.
untuk keperluan mana Bank berhak Dalam Pasal 11 Syarat-syarat umum
menandatangani segala sesuatu yang perjanjian pinjaman dan kredit dinyatakan
dianggap perlu, sedangkan segala ongkos bahwa :
dan pembayaran premi mengenai “Dengan tidak memandang ketentuan
pertanggungan tersebut sepenuhnya tentang angsuran dan berakhirnya
menjadi tanggungan dan harus dibayar pinjaman yang diperjanjikan, Bank
oleh yang berhutang dan apabila Bank berhak menghentikan dan atau menagih
tidak atau belum mengangsurasikan dan seluruh hutang dengan segera, seketika
atau memperpanjang berdasarkan kuasa dan sekaligus lunas tanpa permintaan
dimaksud, maka hal ini tidak untuk diakhiri dan diberikan peringatan
membatalkan/menghapus kewajiban yang dalam hal-hal
berhutang untuk mengasuransikan dan apabila………………………pengambil kredit
atau memperpanjang asuransi barang berhutang kepada pihak lain, baik
jaminan dimaksud” sebelum dan sesudah meminjam uang
kepada bank dan hutang kepada pihak
Pembayaran premi-premi asuransi lain tersebut tidak dilaporkan kepada
dalam klausula diatas menjadi tanggungan bank.
nasabah, sedangkan didalam polisnya
harus ditunjuk bank sebagai yang berhak Klausula dalam Pasal diatas
atas uang asuransinya dengan memberikan memperlihatkan kuatnya posisi bank
hak kepada bank untuk bilamana terjadi selaku kreditor, pencantuman klausula
kecelakaan yang menimbulkan kerugian tersebut bertentangan dengan itikad baik
terhadap barang yang dipertanggungkan dalam Pasal 1338 KUH Perdata serta rasa
tersebut, memperhitungkan uang ganti keadilan, karena kalaupun bank hendak
kerugian dari maskapai asuransi yang menghentikan kredit maka sebaiknya
bersangkutan dengan pinjaman nasabah kepada nasabah debitor diberikan
kepada bank dan nasabah dibebani pemberitahuan tentang maksud-maksud
kewajiban untuk membayar kekurangan yang sebenarnya dari pihak bank mengenai
santunan asuransi apabila uang ganti rugi apakah pihak bank akan terus memberikan
dari maskapai asuransi tersebut tidak kredit atau menghentikannya.
cukup untuk membayar Mengenai larangan dalam Pasal diatas
pinjaman/hutangnya. dimaksudkan semata-mata hanya untuk
Klausula-klausula tentang asuransi dan mengamankan kepentingan bank,
jaminan kredit dalam perjanjian kredit walaupun sebenarnya dalam perjanjian
diatas telah menunjukan tentang kuatnya kredit antara bank dan nasabah disertai
posisi bank dan bagaimana kebebasan dengan jaminan khusus oleh nasabah
berkontrak telah melayani kepentingan kepada bank untuk pelunasan hutangnya,
bank. Implikasinya, bank menetapkan dan jaminan dari nasabah ini diatur juga
semua kewajiban kepada pihak nasabah dalam perjanjian kredit yaitu dalam Pasal 7
debitor, mencakup jumlah jaminan kredit, ayat (4) bahwa bilamana pinjaman tidak
kewajiban debitor untuk membayar premi dibayar lunas pada waktu yang telah
asuransi, dan kewajiban untuk membayar ditetapkan, maka bank berhak untuk
kekurangan santunan asuransi apabila menjual seluruh jaminan sehubungan
terjadi klaim. Akan tetapi sebaliknya bank dengan pinjaman ini.
melepaskan tanggung jawab untuk
4. Semua beban kewajiban dalam isi baru, tambahan, lanjutan dan/atau
perjanjian kredit dibebankan kepada pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak
nasabah debitor, sedangkan kewajiban oleh pelaku usaha dalam masa konsumen
pihak bank tidak dicantumkan seperti memanfaatkan jasa yang dibelinya. Jadi
dalam Pasal 5 dan Pasal 6 Surat Pengakuan seharusnya dengan berlakunya Undang-
Hutang yang klausulanya seperti ini : undang Perlindungan Konsumen
Pasal 5 :” Yang berhutang berkewajiban khususnya dengan ketentuan Pasal 18,
untuk menyerahkan kepada bank asli maka pihak bank dalam pembuatan
surat-surat bukti kepemilikan agunan perjanjian kredit yang berbentuk perjanjian
untuk disimpan oleh bank sampai baku atau standar contract semestinya
dengan pinjaman lunas”. tidak lagi mencantumkan klausula seperti
Pasal 6 : “ bank berhak baik dilakukan pada Pasal 7 ayat (1) diatas.
sendiri atau dilakukan oleh pihak lain Klausula dalam Pasal 7 ayat (1) Surat
yang ditunjuk bank, dan yang Pengakuan Hutang diatas selain
berhutang wajib mematuhi untuk setiap bertentangan dengan Pasal 18 UUPK juga
waktu meminta keterangan dan bertentangan dengan Pasal 1320 KUH
melakukan pemeriksaan yang Perdata tentang syarat-syarat sahnya
diperlukan bank kepada yang perjanjian adalah “adanya suatu hal
berhutang dan/atau perusahaannya. tertentu”, disini berarti bahwa harus telah
ada terlebih dahulu suatu hal yang
Dalam perjanjian kredit antara Bank dan diperjanjikan itu. Dengan dicantumkannya
nasabah debitor tampak tidak ada klausula dalam Pasal 7 Surat Pengakuan
keseimbangan antara hak dan kewajiban Hutang diatas yaitu mengenai tunduknya
dari para pihak, karena dalam perjanjian nasabah debitor kepada segala petunjuk
kredit yang dibuat oleh pihak bank tidak dan peraturan bank yang masih akan
dicantumkan kewajiban yang harus ditetapkan kemudian oleh bank, maka jelas
ditanggung oleh pihak bank terhadap bahwa suatu hal yang akan diperjanjikan
nasabah debitor. itu belum diketahui, karena petunjuk dan
5. Dalam perjanjian kredit juga terdapat peraturan bank masih akan ditetapkan
klausula tentang kewajiban debitor untuk kemudian oleh bank. Selain itu klausula
tunduk kepada peraturan bank yang belum dalam Pasal 7 diatas juga bertentangan
ada atau akan ditentukan kemudian oleh dengan kepatutan karena kepatutan
bank dikemudian hari, klausula tersebut menghendaki bahwa para pihak dalam
dimuat dalam Pasal 7 ayat (1) yang bunyi suatu perjanjian hanya terikat kepada
klausulanya seperti ini : ketentuan atau syarat-syarat yang
“Yang berhutang dengan tegas sebelumnya telah diketahui dan dipahami
menyatakan bersedia memberikan oleh para pihak dalam perjanjian. Adalah
setiap keterangan-keterangan dengan tidak mungkin untuk dapat mengetahui
sebenar-benarnya yang diperlukan oleh dan memahami syarat-syarat atau
bank atau kuasanya dan tunduk kepada ketentuan-ketentuan yang belum ada.
peraturan-peraturan yang ditetapkan Klausula tersebut diatas menentukan
atau kemudian akan ditetapkan oleh bahwa nasabah debitor terikat kepada
Bank, terutama kebijaksanaan “peraturan yang telah ditetapkan”. Tanpa
pemberian pinjaman”. merinci dan menunjukan kepada nasabah
debitor segala peraturan yang
Klausula dalam Pasal 7 ayat (1) dimaksudkan itu, maka tidaklah mungkin
perjanjian kredit diatas sangat pula bagi nasabah debitor untuk dapat
bertentangan dengan Undang-undang memahami petunjuk dan peraturan yang
Perlindungan Konsumen (UUPK), karena belum ada itu. Menurut penulis apabila
dalam Pasal 18 ayat (1) huruf g UUPK bank menghendaki segala petunjuk dan
tertuang larangan membuat klausula baku peraturan bank yang telah ada itu
yang menyatakan tunduknya konsumen mengikat nasabah debitor, maka
kepada peraturan yang berupa aturan hendaknya segala petunjuk dan peraturan
bank itu harus disampaikan terlebih dahulu dan dipahami oleh nasabah debitor. Tanpa
kepada nasabah debitor untuk diketahui terlebih dahulu diketahui dan dipahami
dan dipahami. Tanpa terlebih dahulu oleh nasabah debitor, maka nasabah
diketahui dan dipahami, maka bila nasabah debitor dapat meminta kepada pengadilan
debitor membubuhkan juga tanda supaya syarat-syarat umum perjanjian
tangannya, terhadap perjanjian itu tidak pinjaman dan kredit itu diabaikan apabila
terdapat kesepakatan yang murni antara merugikan pihaknya.
para pihak. Mengingat berlakunya asas 7. Upaya pelepasan tanggung jawab dari
konsensualisme bagi berlakunya suatu pihak bank melalui perjanjian kredit yang
perjanjian sebagaimana ditentukan dalam dibuatnya secara sepihak dapat dilihat
Pasal 1338 KUH Perdata, maka petunjuk dalam Pasal 2 ayat (3) Syarat-syarat
dan peraturan bank yang sebelumnya tidak Umum Perjanjian Kredit dimana
diketahui, dipahami dan disetujui oleh dinyatakan bahwa :
nasabah debitor tidak mengikat. “Ketentuan suku bunga kredit dapat
6. Klausula tentang keharusan nasabah ditinjau dan ditetapkan kembali secara
debitor untuk tunduk kepada syarat-syarat sepihak oleh bank. Terhadap perubahan
umum perjanjian pinjaman dan kredit, suku bunga kredit tersebut pihak bank
namun tanpa sebelumnya nasabah debitor cukup memberitahukannya secara
diberi kesempatan untuk mengetahui dan tertulis dan pemberitahuan dimaksud
memahami syarat-syarat dan ketentuan mengikat pengambil kredit”.
umum perjanjian pinjaman tersebut. Hal
ini diatur dalam Pasal 10 ayat (3) Surat Klausula diatas memperlihatkan
Pengakuan Hutang yang klausulanya adanya upaya pelepasan tanggung jawab
sebagai berikut : oleh bank melalui klausula baku yang
“Terhadap perjanjian/pengakuan dibuatnya. Karena berdasarkan klausula
hutang ini dan segala akibatnya berlaku diatas maka apabila terjadi perubahan
pula “SYARAT-SYATAT UMUM suku bunga pada saat kredit sementara
PERJANJIAN PINJAMAN DAN KREDIT” berjalan, maka bank akan menetapkan
yang telah disetujui oleh YANG perubahan suku bunga kredit kepada
BERHUTANG dan mengikat YANG nasabah debitor. Hal ini tidak adil kalau
BERHUTANG serta merupakan kesatuan risiko perubahan itu seluruhnya
yang tidak dapat dipisahkan dari dibebankan kepada nasabah debitor
perjanjian/pengakuan hutang ini”. karena perjanjian kredit sifanya
memberikan keuntungan kepada kedua
Dalam pelaksanaannya sering bank belah pihak, dimana pihak bank
tidak memberikan kesempatan kepada mendapatkan bunga dari penyaluran
debitor untuk sebelum menandatangani kredit itu sedangkan nasabah debitor
perjanjian kredit tersebut terlebih dahulu mendapatkan dana segar untuk
memahami isi syarat-syarat umum pengembangan usahanya, maka
perjanjian pinjaman dan kredit. Jika sepantasnya risiko perubahan itu harus
demikian halnya maka penjelasan diatas ditanggung bersama oleh kedua belah
mengenai aturan dasar berlakunya syarat- pihak secara fifty-fifty, dan risiko
syarat perjanjian baku dan mengenai Pasal kerugian perubahan tingkat suku bunga
1320 KUH Perdata tentang harus adanya itu harus dihitung berdasarkan sisa kredit
terlebih dahulu “suatu hal tertentu” dan yang belum terlunasi bukan plafon kredit
tentang berlakunya asas konsensualisme yang disepakati diawal perjanjian.
bagi mengikatnya suatu perjanjian, berlaku Demikian juga yang terjadi dalam
pula bagi klausula ini. Agar nasabah debitor praktek perbankan selama ini, apapbila
terikat kepada syarat-syarat umum terjadi penurunan suku bunga kredit
perjanjian pinjaman dan kredit, maka maka tidak ada tindakan dari pihak bank
haruslah diusahakan oleh bank agar syarat- untuk ikut menurunkan tingkat suku
syarat umum perjanjian pinjaman dan bunga dalam perjanjian kredit dengan
kredit itu terlebih dahulu dapat diketahui nasabah debitor yang sementara
berjalan, kecuali terhadap kenaikan suku Pemberian kuasa yang diatur dalam
bunga yang memberatkan nasabah KUH Perdata (Pasal 1796) menentukan
debitor. Seperti yang terjadi pada bahwa pemberian kuasa yang
periode 1998 yaitu awal krisis moneter dirumuskan dalam kata-kata umum,
terjadi di Indonesia, dimana bank secara hanya meliputi perbuatan-perbuatan
sepihak menaikan suku bunga pinjaman pengurusan. Perumusan klausula dalam
mencapai 27% (dua puluh tujuh persen) Pasal 10 ayat (1) Surat Pengakuan Hutang
pertahun, dari suku bunga pinjaman diatas sangat umum dan tidak
sebelumnya hanya sebesar 10% (sepuluh menyebutkan dalam bidang apa bank
persen) sampai dengan 12% (dua belas diberi kuasa, maka tidak jelas kuasa
persen) pertahun, yang akibatnya banyak tersebut mengenai perbuatan-perbuatan
debitor-debitor bank yang tidak sanggup pengurusan mengenai hal atau dalam
melunasi kewajiban hutang pokok berikut bidang apa. Bila memang yang
bunga yang telah dinaikan sepihak oleh dikehendaki oleh bank agar bank dapat
bank. Dengan demikian klausula baku melakukan tindakan apapun dalam segala
seperti ini jelas tidak adil dan sangat bidang yang sebenarnya oleh Pasal 1796
merugikan nasabah debitor. KUH Perdata dibatasi hanya untuk
8. Pemberian kuasa oleh debitor kepada bank melakukan tindakan pengurusan saja,
yang diatur dalam Pasal 10 ayat (1) Surat maka bank akan terlalu jauh mencampuri
Pengakuan Hutang yang merupakan urusan nasabah debitor. Semestinya
perjanjian kredit yang dibuat secara pemberian kuasa dalam klausula diatas
sepihak oleh bank dinyatakan bahwa : harus dengan tegas dan khusus
“Kuasa-kuasa yang diberikan YANG menyebutkan tindakan-tindakan dan
BERHUTANG kepada BANK sehubungan kewenangan apa saja yang boleh
dengan pinjaman ini diberikan dengan dilakukan oleh bank. Bank juga harus
hak substitusi dan tidak dapat ditarik dengan itikad baik menjalankan kuasa
kembali/diakhiri baik oleh ketentuan tersebut dan tidak terlalu jauh
Undang-undang yang mengakhiri mencampuri urusan nasabah debitor.
pemberian kuasa sebagaimana Berdasarkan asas kepatutan yang
ditentukan dalam Pasal 1813 Kitab menghendaki bahwa kuasa yang bersifat
Undang-undang Hukum Perdata maupun umum yaitu kuasa untuk melakukan
oleh sebab apapun juga, dan kuasa-kuasa segala tindakan, disamping dibatasi
tersebut merupakan bagian yang tidak hanya untuk melakukan tindakan-
dapat dipisahkan dari pemberian tindakan pengurusan saja sebagaimana
pinjaman ini dan tanpa adanya kuasa- ditentukan oleh Pasal 1796 KUH Perdata
kuasa tersebut, Pengakuan Hutang ini itu, juga tindakan-tindakan umum itu
tidak akan dibuat”. hanya berlaku dalam hubungannya
dengan suatu perbuatan hukum tertentu
Rumusan tentang kuasa yang harus yang harus ditentukan sebelumnya
diberikan oleh debitor kepada bank ini didalam pemberian kuasa itu. Misalnya
terlalu luas, sehingga bank dapat dengan dengan diberikan kuasa umum untuk
leluasa menjalankan kuasa tersebut. melakukan segala tindakan sehubungan
Adanya klausula bahwa setiap atau dengan perbuatan hukum menjual rumah
seluruh kuasa yang diberikan oleh debitor tertentu dari pemberi kuasa. Segala
tidak dapat ditarik kembali atau diakhiri tindakan yang dimaksud adalah hanya
dan mengenyampingkannya ketentuan sehubungan dengan pelaksanaan
tentang cara berakhirnya pemberian penjualan rumah itu. Sekalipun dalam
kuasa dalam KUH Perdata, menunjukan kuasa yang bersifat umum itu terkandung
bahwa kuasa yang diberikan oleh debitor pula kuasa untuk menetapkan harga oleh
dalam klausula diatas merupakan kuasa penerima kuasa, tetapi penerima kuasa
mutlak dan kuasa ini tidak akan berakhir tidak berhak untuk menetapkan harga
dengan sebab-sebab yang ditentukan yang sedemikian rendahnya sehingga
dalam Pasal 1813 KUH Perdata. merugikan pemberi kuasa. Dalam
hubungannya dengan nasabah debitor, 9. Pencantuman klausula eksemsi atau
perbuatan hukum tertentu itu dapat eksonerasi mengenai tidak adanya hak
berupa misalnya yang bersangkutan nasabah debitor untuk dapat menyatakan
dengan penjualan barang-barang agunan keberatan atas pembebanan bank
tertentu, penutupan asuransi barang terhadap rekeningnya. Dalam Pasal 9 ayat
agunan tertentu, pembebanan rekening (1) Syarat-syarat Umum Perjanjian
koran nasabah debitor, dan lain Pinjaman dan Kredit, klausulanya sebagai
sebagainya. Jadi didalam keleluasaan berikut :
penerima kuasa untuk dapat melakukan “Bank berhak untuk menentukan
segala tindakan itu yang bertalian dengan berapa jumlah hutang debitor kepada
perbuatan yang telah diketahui dan bank, berdasarkan pembukuan yang
disetujui oleh penerima kuasa, tetap ada pada bank baik yang berupa
terdapat pembatasan-pembatasan rekening kredit, rekening-rekening yang
terhadap tindakan-tindakan penerima berkenaan dengan bunga, denda,
kuasa itu, yaitu berupa kepatutan dari biaya-biaya lain termasuk biaya
tindakan-tindakan itu. pembayaran pajak, biaya
Menurut Sutan Remy Sjahdeini,12 pemeliharaan/perbaikan barang
tindakan-tindakan bank yang melampai jaminan yang telah dibayar terlebih
batas-batas yang ditentukan oleh Pasal dahulu oleh bank maupun catatan
1796 KUH Perdata akan dapat lainnya pada bank, dan pembukuan
diklasifikasikan sebagai perbuatan oleh bank merupakan satu-satunya
melawan hukum yang apabila bukti”.
menimbulkan kerugian bagi nasabah
debitor tentunya dapat digugat Sekalipun pembukuan bank merupakan
berdasarkan Pasal 1365 KUH Perdata bukti yang kuat untuk menentukan jumlah-
yang isinya : Tiap perbuatan melawan jumlah yang dipertikaikan, tetapi
hukum yang membawah kerugian kepada mengingat pembukuan bank bukan
orang lain mewajibkan orang yang karena merupakan bukti otentik, maka apabila
salahnya menerbitkan kerugian itu nasabah debitor berkeberatan mengenai
mengganti kerugian tersebut, jadi unsur- jumlah-jumlah dari pembukuan tersebut
unsurnya adalah adanya perbuatan hendaknya nasabah debitor harus tetap
melawan hukum, adanya unsur mempunyai peluang untuk membuktikan
kesalahan, adanya kerugian dan adanya kebenaran sebaliknya. Dari maksud Pasal
hubungan sebab akibat. Syarat suatu 1881 KUH Perdata maka pembukuan bank
perbuatan dapat dinyatakan sebagai itu tidak memberikan pembuktian untuk
perbuatan melawan hukum salah satunya keuntungan bank sebagai pembuat
apabila perbuatan tersebut bertentangan pembukuan tersebut. Demikian pula jika
dengan hak orang lain atau bertentangan dilihat dari tujuan Pasal 1872 dan Pasal
dengan keharusan yang harus diindahkan 1875 KUH Perdata. Hak nasabah debitor
dalam pergaulan masyarakat mengenai untuk dapat membuktikan kebenaran
orang lain atau benda. Mengenai sebaliknya dari catatan-catatan
kerugian yang dimaksudkan dalam Pasal pembukuan bank karena memang tidak
diatas adalah kerugian yang ditimbulkan menutup kemungkinan terjadi kesalahan
karena perbuatan melanggar hukum. dalam pembukuan bank dan juga mungkin
Sedangkan mengenai hubungan sebab saja terjadi kecurangan-kecurangan yang
akibat yaitu ada hubungan antara dilakukan oleh petugas bank yang
perbuatan melawan hukum dengan merugikan nasabah debitor.
kerugian yang ditimbulkan. Klausula-klausula diatas merupakan
klausula yang membuktikan lemahnya posisi
nasabah debitor yang mengikatkan diri untuk
12 Sutan Remy Sjahdeini, 1993, Kebebasan tunduk kepada ketentuan yang dikeluarkan oleh
Berkontrak dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para pihak bank dalam perjanjian kredit pada Bank.
Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Institut Meskipun hukum perjanjian Indonesia
banker Indonesia, Jakarta.., Hlm. 221
mengisyaratkan adanya suatu persesuaian Materi kontrak baku perjanjian kredit
kehendak diantara pihak yang melakukan yang ditentukan secara sepihak oleh bank lebih
perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 menguntungkan pihak bank karena tidak
KUH Perdata, namun kenyataannya bahwa memberikan keseimbangan hak dan kewajiban
bentuk perjanjian kredit yang dibuat tersebut bagi nasabah debitor, sehingga nasabah debitor
lebih didominasi pihak bank dengan tanpa dihadapkan pada kondisi yang serba sulit, bila
meminta masukan tentang keinginan-keinginan mereka menyetujui kontrak baku yang
dari nasabah debitor. disodorkan oleh pihak bank silahkan
Uraian diatas telah menunjukan bahwa menandatangani kontrak tersebut tetapi bila
pihak bank telah memanfaatkan kebebasan menolak silahkan mencari bank yang lain.
berkontrak yang dituangkan dalam kontrak baku
perjanjian kredit sebagai salah satu strategi untuk PENUTUP
mencapai keuntungan maksimal karena pihak A. Kesimpulan
bank terlindungi oleh karena pihak nasabah 1. Hubungan hukum dalam perjanjian kredit
debitor dibebani dengan sejumlah kewajiban antara bank dan nasabah debitor dalam
yang merupakan hak-hak bank yang harus kontrak baku yang dirancang oleh pihak bank
dipenuhi nasabah debitor. Pihak nasabah debitor pada dasarnya ada beberapa hal yang kurang
akan selalu berada dalam posisi yang lemah sesuai dengan peraturan kontrak baku yang di
ketika berhadapan dengan pihak bank. Posisi atur dalam Undang-undang Perlindungan
tersebut jelas akan merugikan kepentingan Konsumen dan Kitab Undang-undang Hukum
nasabah debitor yang walaupun secara finansial Perdata (KUH Perdata), karena kurang
dana kredit yang diperoleh sebagai kebutuhan memberikan keadilan dengan tidak adanya
finansilanya dapat terpenuhi. Namun secara posisi tawar (bargaining position) sehingga
yuridis telah terjadi suatu hubungan hukum yang dapat dikatakan bahwa kedudukan bank dan
tidak sesuai dengan asas-asas umum yang nasabah dalam kontrak baku perjanjian kredit
berlaku dalam hukum perjanjian. Padahal secara tersebut tidak seimbang, dan kontrak baku
yuridis-teoritik terbentuknya suatu perjanjian yang selama ini ditandatangani nasabah pada
seharusnya mampu mengakomodir dua prinsipnya adalah hal yang berat sebelah.
kepentingan yang seimbang dalam penentuan isi 2. Keseimbangan hak dan kewajiban antara bank
perjanjian. Sebab jika suatu perjanjian telah dan nasabah debitor dalam perjanjian kredit
ditandatangani para pihak, maka konsekuensi belum berimbang, karena kedudukan pihak
yuridisnya adalah adanya pengalokasian sejumlah bank yang lebih dominan dan isi perjanjian
hak (kekuasaan) dan kewajiban (prestasi) yang lebih banyak mengatur kewajiban nasabah
ditujukan kepada para pihak yang jika tidak daripada hak nasabah, sehingga posisi
dilaksanakan berdampak pada beberapa akibat nasabah dalam perjanjian tunduk sesuai
hukum perjanjian. Hal ini mengimplikasikan dengan kehendak bank, juga tidak terdapat
timbulnya kesenjangan (inequality) antara posisi perlindungan bagi nasabah dengan adanya
bank dan nasabah debitor dengan berbagai klausul eksonerasi
bentuk dan variasinya. B. Saran
Salah satu kelebihan yang sekaligus Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas, maka
merupakan kelemahan dari kontrak baku adalah direkomendasikan beberapa saran berikut :
prinsip penghematan waktu. Untuk 1. Bank Indonesia sebagai pengawas perbankan
mengefisienkan waktu dan tenaga, pihak bank di Indonesia diharapkan membuat pedoman
tidak merasa perlu lagi untuk merundingkan atau peraturan khusus yang mengatur
klausul-klausul perjanjian kredit yang telah mengenai klausula baku dalam perjanjian
ditetapkannya secara sepihak. Kontrak baku telah kredit yang dapat menjadi acuan bagi bank-
dipersiapkan terlebih dahulu secara massal dan bank di Indonesia dan perlunya pihak Otoritas
kolektif oleh pihak bank kepada nasabah debitor Jasa Keuangan (OJK) dalam melakukan
yang berasal dari berbagai latar belakang sosial perjanjian kredit yang berfokus pada
dan pendidikan yang berbeda sehingga kesetaraan dan keseimbangan kedudukan
memungkinkan terjadinya tingkat pemahaman diantara para pihak dalam kontrak baku,
dan penafsiran yang berbeda pula. selain itu diharapkan juga dapat melakukan
pengawasan serta pemberian sanksi terhadap
penggunaan klausula baku yang dilarang.
2. Sebaiknya pihak bank selaku kreditor dalam
perjanjian kredit memberikan kesempatan
kepada nasabah debitor untuk mengajukan
kehendaknya yang kemudian dirundingkan
sehingga diharapkan dalam perjanjian kredit
ada keseimbangan hak dan kewajiban antara
para pihak.

DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ali Achmad, 2002, Menguak Tabir Hukum,PT.
Gunung Agung Tbk, Jakarta
Miru Ahamdi, 2000, Prinsip-prinsip Perlindungan
Hukum bagi Konsumen di Indonesia,
Disertasi, Program Pascasarjana
Universitas Airlangga, Surabaya.
_______, 2007, Hukum Kontrak dan Perancangan
Kontrak, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Kaban Maria, 2004, Tinjauan Juridis Terhadap
Perjanjian Kredit, Makalah, Universitas
Sumatera Utara.
O.P. Simorangkir, 1979, Dasar-dasar dan
Mekanisme Perbankan, Yagrat, Jakarta.
Patrik Purwahid, 1994, Dasar-dasar Hukum
Perikatan, Mandar Maju, Bandung.
Simorangkir O.P., 1979, Dasar-dasar dan
Mekanisme Perbankan, Yagrat, Jakarta
Sjahdeini Sutan Remy, 1993, Kebebasan
Berkontrak dan Perlindungan Yang
Seimbang Bagi Para Pihak Dalam
Perjanjian Kredit Bank di Indonesia,
Institut banker Indonesia, Jakarta.

JURNAL/ KARYA ILMIAH


Rachmanto A Dwi ‘PENYELESAIAN SENGKETA
KONSUMEN AKIBAT PERJANJIAN BAKU
DAN KLAUSULA BAKU PASCA
KEBERLAKUAN UNDANG-UNDANG
NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG
OTORITAS JASA KEUANGAN’’ Jurnal
Hukum & Pembangunan 48, Nomor 4,
Desemeber 2018, Hlm 838.

Anda mungkin juga menyukai