Anda di halaman 1dari 6

1.

Definisi, Etiologi dan Epidemiologi Anxietas


Gangguan anxietas merupakan gangguan yang paling umum terjadi yang berkaitan dengan
mental, emosional dan perilaku.

Sedangkan menurut Simpson, et al., gangguan anxietas didefinisikan dengan kekhawatiran yang
berlebihan, hiperarousal, ketakutan yang kontraproduktif dan melemahkan, yang mana
gangguan anxietas ini termasuk kondisi kejiwaan yang paling umum di negara barat.

Gangguan anxietas disebabkan oleh biopsikosial. Kecemasan dapat disebabkan oleh kondisi
berikut:
 Obat-obatan
 obat herbal
 Penyalahgunaan zat
 trauma
 Pengalaman masa kecil
 Gangguan panik

Studi epidemiologi terbaru memberikan bukti bahwa gangguan anxietas menjadi gangguan
dengan frekuensi tinggi pada populasi umum di seluruh dunia (Soodan and Arya, 2015). Studi
menurut Global Burden of Disease (GBD) memperkirakan bahwa gangguan kecemasan
berkontribusi terhadap 26,8 juta penyebab kecacatan per tahun pada tahun 2010 (Whiteford, et
al., 2013). Menurut survei yang lebih baru, tingkat prevalensi seumur hidup untuk remaja
berusia 13 hingga 17 tahun adalah 7,7%, sementara itu 6,6% pada orang dewasa berusia 18
hingga 64,3 tahun. Gangguan kecemasan lebih sering terjadi pada wanita daripada pria dengan
perkiraan rasio 2:1.

2. Jenis-Jenis Anxietas
Berdasarkan kriteria DSM-IV-TR, gangguan anxietas dibagi menjadi beberapa tipe (Baldwin, et
al., 2014), yaitu:
1) Generalized Anxiety Disorders (GAD)
GAD merupakan perasaan cemas yang berat, menetap, disertai dengan gejala somatik
yang menyebabkan gangguan fungsi sosial dan fungsi pekerjaan (Locke, et al., 2015).
Kriteria diagnostik untuk GAD membutuhkan setidaknya gejala persisten hampir setiap
hari selama minimal 6 bulan. Kecemasan atau kekhawatiran disertai dengan setidaknya 3
gejala psikologis atau fisiologis. Gejala psikologi seperti kecemasan yang berlebihan.
kekhawatiran yang sulit dikontrol, gelisah, konsentrasi rendah atau pikiran kosong. Gejala
fisik meliputi kegelisahan, kelelahan, ketegangan otot, gangguan tidur, dan iritabilitas.
2) Panic Disorders (PD)
Gejala untuk panic disorders biasanya dimulai dengan serangkaian serangan panik yang
tak terduga (Locke, et al., 2015). Kriteria diagnostiknya diikuti oleh setidaknya
kekhawatiran yang berlangsung selama 1 bulan terus-menerus. Selama terjadi serangan,
harus ada setidaknya 4 gejala fisik, ditambah dengan gejala psikologi. Gejala psikologi
seperti depersonalisasi, takut kehilangan kontrol, takut menjadi gila, serta takut mati.
Sedangkan gejala fisik seperti distress abdominal, nyeri dada, menggigil, pusing, hot
flushes, palpitasi, mual, sesak napas, berkeringat, takikardia, dan gemetar.
3) Social Anxiety Disorders (SAD)
Ciri penting dari SAD adalah rasa takut yang intens, irasional, dan terusmenerus. Ketika
berada dalam situasi yang ditakuti biasanya memicu serangan panik. Ketakutan dan
penghindaran terhadap suatu situasi dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Gejala
takut seperti takut diteliti orang lain, malu, serta takut dihina. Situasi yang menakutkan
seperti makan atau menulis di depan orang lain, berinteraksi dengan figur otoritas,
berbicara di depan umum, berbicara dengan orang asing, dan penggunaan toilet umum.
Gejala fisik meliputi wajah memerah, diare, berkeringat, takikardia, dan gemetar.
4) Post-traumatic Stress Disorders (PTSD)
Dalam PTSD, kejadian trauma dapat menyebabkan rasa takut yang intens, tidak berdaya,
atau horor. Penderita disebut PTSD apabila memiliki setidaknya satu gejala
reexperiencing, tiga gejala avoidance yang persisten, dan dua gejala hiper-arousal.
Gejala dari setiap kategori harus lebih dari 1 bulan dan menyebabkan distress atau
gangguan yang signifikan. Gejala reexperiencing seperti kenangan berulang yang
menyebabkan trauma, mimpi yang berulang, merasa bahwa peristiwa trauma kembali
terulang, reaksi fisiologis terhadap pengingat trauma. Gejala avoidance seperti
menghindari percakapan tentang trauma, menghindari pemikiran tentang trauma,
menghindari aktivitas yang dapat mengingatkan terhadap suatu kejadian, menghindari
orang atau tempat yang membangkitkan ingatan trauma, ketidakmampuan untuk
mengingat aspek penting dari trauma, anhedonia. Gejala hyperarousal yaitu konsentrasi
menurun, mudah kaget, insomnia, dan iritabilitas.
5) Agoraphobia
Yaitu ketakutan akan tempattempat yang bisa membuatnya merasa malu yang akan
memicu serangan panik. Gangguan ini penderitanya akan menghindari berbagai situasi
yang mungkin menyebabkan panik seperti ketika bertemu orang banyak, angkutan
umum, atau ruang tertutup misalnya lift. Penderita agoraphobia biasanya hanya akan
mengurung diri di rumah karena takut berada di tempat umum dan ruang terbuka.
6) Specific Phobia
Merupakan gangguan fobia yang terbatas pada situasi tertentu, biasanya meliputi
ketakutan terhadap hewan (misalnya kucing, laba-laba atau serangga), atau fenomena
alam (misalnya darah, ketinggian dan kedalaman air). Penderita yang mengalami
gangguan ini akan menghindari objek-objek yang ditakuti.

3. Faktor Risiko Anxietas


Banyak faktor yang berkontribusi terhadap perkembangan gangguan anxietas. Faktor resiko
tersebut meliputi riwayat keluarga, kejadian yang menegangkan, khawatir yang berlebihan,
overprotektif, wanita yang tidak menikah atau tidak bekerja, serta kesehatan fisik atau mental
yang buruk.

4. Manifestasi Klinis Anxietas


Gejala kognitif: takut jika kehilangan kendali, takut cedera fisik atau kematian, takut "menjadi
gila", takut mendapatkan kesan negatif dari orang lain, punya pikiran menakutkan, persepsi
ketidaknyataan, konsentrasi buruk, kebingungan, kewaspadaan berlebihan terhadap ancaman,
memori buruk, dan kesulitan berbicara.

Gejala fisiologis: peningkatan denyut jantung, palpitasi, sesak napas, napas cepat, nyeri dada,
sensasi tersedak, pusing, berkeringat, kedinginan, mual, sakit perut, diare, gemetar, kesemutan
atau mati rasa di lengan dan kaki, kelemahan, pingsan, otot tegang, kekakuan, dan mulut kering.

Gejala perilaku: berusaha menghindari ancaman, melarikan diri, kegelisahan, mondar-mandir,


tidak bergerak, dan kesulitan berbicara.

Gejala afektif: gugup, tegang, putus asa; ketakutan, gelisah, tidak sabar, frustrasi.

5. Diagnosis Multiaksial Anxietas


Diagnosis multiaksial :

Aksis I : F41.1 Gangguan cemas menyeluruh

Berdasarkan Buku Saku PPDGJ, pada pedoman diagnostik dari gangguan cemas menyeluruh
menyatakan bahwa penderita harus menunjukan anxietas sebagai gejaLa printer yang
berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan yang tidak
terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja.

a) Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:


kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit
konsentrasi)
b) ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai) dan
c) overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak
nafas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering)

Aksis II : tidak ada diagnosis

Berdasarkan Buku Saku PPDGJ, karena pada kriteria gangguan kepribadian dikatakan bahwa
harus terdapat manifestasi seperti (disharmoni sikap dan perilaku yang cukup berat, pola
perilaku abnormal berlangsung lama, berjangka panjang, dan tidak terbatas) yang selalu muncul
pada masa kanak atau remaja dan berlanjut hingga dewasa. Sedangkan pada kasus, manifestasi
hanya muncul selama 2 bulan, tidak berlanjut hingga ke masa pertumbuhan selanjutnya.

Kemudian tidak ada retardasi mental dikarenakan tidak ada tanda menurunya inteligensia
(tingkat kecerdasan).

Aksis III : tidak ada diagnosis

Pada skenario tidak ada keterangan bahwa pasien menderita suatu penyakit sebelumnya dan
pada pemeriksaan laboratorium dalam batas normal.

Aksis IV : tetangga meninggal

Pada skenario, pasien melayat ke tetangganya yang sudah meninggal 2 bulan sebelum ia pergi ke
dokter.

Aksis V : 70-61
6. Tatalaksana dan Edukasi Anxietas
Sebagian besar pasien gangguan anxietas merupakan pasien rawat jalan, sehingga mungkin
menerima perawatan yang kurang maksimal dari para psikiater dibanding dengan pasien
gangguan lain yang membutuhkan pengobatan rawat inap seperti skizofrenia atau gangguan
bipolar.
Secara umum, pengobatan gangguan anxietas dilakukan dengan pemberian obat, psikoterapi
tertentu, atau keduanya. Pilihan pengobatan tergantung pada diagnosis yang tepat apakah gejala
yang dirasakan itu disebabkan oleh gangguan anxietas atau masalah fisik lain.
Pengobatan utama yang digunakan untuk gangguan anxietas adalah antidepresan, anti-anxietas,
dan β-blockers untuk mengontrol beberapa gejala fisik. Dengan treatment yang tepat, penderita
gangguan anxietas dapat hidup lebih normal.

Anxiety Disorder First Line Drugs Second Line Drugs Alternative


Generalized Anxiety SSRIs SSRIs Hydroxyzine
Disorder Escitalopram Escitalopram Quetiapine
Paroxetine Paroxetine Citalopram Fluoxetine
Sertraline Sertraline Mirtazapine
SNRIs SNRIs
Duloxetine Duloxetine
Venlafaxine XR Venlafaxine XR
Post-Traumatic SSRIs SSRIs Amitriptyline
Stress Disorder Fluoxetine Fluvoxamine Buspirone
Paroxetine TCAs Duloxetine
Sertraline Mirtazapine Imipramine
SNRIs MAOIs Escitalopram
Venlafaxine XR Phenelzine
Obsessive SSRIs SSRIs Citalopram IV
Compulsive Disorder Escitalopram Citalopram Clomipramine IV
Fluoxetine SNRIs Duloxetine
Fluvoxamine Venlafaxine XR Phenelzine
Paroxetine TCAs Tramadol
Sertraline Clomipramine Tranylcypromine
Social Anxiety SSRIs Benzodiazepines Fluoxetine
Disorder Escitalopram Clonazepam Bupropion
Fluvoxamine Alprazolam Mirtazapine
Paroxetine Bromazepam Clomipramine
Sertraline SSRIs
SNRIs Citalopram
Venlafaxine XR MAOIs
Phenelzine
Specific Phobia Pengobatan untuk specific phobia biasanya fokus terhadap
pengobatan dengan teknik eksposur

7. Prognosis Anxietas
Gangguan kecemasan memiliki morbiditas yang sangat tinggi termasuk penyalahgunaan zat,
alkoholisme, dan depresi berat. Selain itu, kecemasan terus-menerus juga meningkatkan risiko
kejadian jantung yang merugikan. Pada orang lain, kecemasan mengganggu kemampuan untuk
mengembangkan hubungan sosial dan memperburuk kualitas hidup. Kecemasan yang parah juga
telah dikaitkan dengan tingginya tingkat bunuh diri.

8. Nilai-Nilai Kristiani
Mazmur 55:1-23
(Ayat 22) Serahkanlah kuatirmu kepada Tuhan, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk
selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah.

Kuatir adalah sesuatu yang wajar terjadi pada manusia.


Karena manusia masih tinggal di dalam tubuh yang fana yang akan binasa dan manusia juga
tinggal di dalam dunia yang dikuasai si jahat.

Siapapun pasti pernah mengalami kuatir bahkan mungkin saat ini kita sedang kuatir.
Kuatir terjadi karena manusia merasa tidak mampu untuk menyelesaikan masalah,atau Kuatir
tidak akan ada teman-teman kita atau saudara yang mampu menolong masalah kita.

Tetapi kita sebagai anak-anak Allah seharusnya kuatir bukan lagi jadi masalah karena Tuhan
berjanji bila kita menyerahkan kekuatiran kepada Tuhan maka Tuhan yang akan memelihara kita
dan membuat kita tidak akan goyah oleh apapun.

Sumber :

1. PPDGJ III
2. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470361/#_NBK470361_pubdet_
3. Vildayanti H, Puspitasari IM, Sinuraya RK. Review: Farmakoterapi Gangguan Anxietas. Farmaka.
2018; 16(1): 196-213

Anda mungkin juga menyukai