26-Article Text-77-1-10-20200413
26-Article Text-77-1-10-20200413
Abstract. During teaching and learning process, the students tended to be passive and the class was dominated
by the teacher. This situation made the students’ activity in learning became low as they just memorized the
concepts instead of understood them. This research was aimed at improving students’ activity and ability in
problem solving in Math through problem-based learning model.This was a classroom action research which
was conducted in two cycles. The data of this research was collected through observation sheet and a test. The
data gotten then was analyzed descriptively. The result of the research showed that the use of problem-based
learning model could improve the first year students’ activity and ability of problem solving in Math at SMA
Negeri 1 Pekanbaru. Students’ activities in completing LKS, asking questions to the teachers and peers,
answering questions from the teachers and peers, presenting the result of group discussion and drawing a
conclusion had been in very good category. In problem solving, the percentage of the students who had gained
the minimum standard of achievement (KKM) improved from 61,30% in the first cycle into 82,14% in the second
cycle.
Montessori dalam Sardiman (2016) Sedangkan objek tak langsung antara lain
menegaskan bahwa anak-anak memiliki kemampuan menyelidiki dan memecahkan
kemampuan untuk berkembang sendiri, dan masalah, belajar mandiri dan atau bagaimana
membentuk dirinya sendiri. Pendidik akan semestinya belajar. Pada saat belajar
berperan sebagai pembimbing dan mengamati matematika siswa akan menemukan berbagai
bagaimana perkembangan anak-anak didiknya. fakta, keterampilan, konsep, dan aturan tertentu.
Pernyataan Montessori ini memberikan Untuk dapat berinteraksi dengan keadaan
petunjuk bahwa yang lebih banyak melakukan tersebut, siswa harus mempunyai kemampuan
aktivitas di dalam pembentukan diri adalah menyelidiki, memecahkan masalah, belajar
anak itu sendiri, sedang pendidik memberikan mandiri dan mengetahui bagaimana cara belajar
bimbingan dan merencanakan segala kegiatan yang tepat.
yang akan diperbuat oleh anak didik. PBM merupakan penggunaan berbagai
Aktivitas siswa tidak cukup hanya macam kecerdasan yang diperlukan untuk
mendengarkan dan mencatat. Menurut Paul B. melakukan konfrontasi terhadap tantangan
Diedrich dalam Sardiman (2016) jenis-jenis dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi
aktivitas sebagai berikut. (1) Visual activities, segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang
misalnya membaca, memperhatikan gambar, ada (Tan dalam Rusman, 2010). Karakteristik
demonstrasi, percobaan, dan pekerjaan orang PBM adalah sebagai berikut. Permasalahan
lain. (2) Oral activities, seperti: menyatakan, menjadi starting point dalam belajar,
merumuskan, bertanya, memberi saran, permasalahan yang diangkat adalah permasahan
mengeluarkan pendapat, mengadakan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur,
wawancara, diskusi, dan interupsi. (3) Listening permasalahan membutuhkan perspektif ganda
activities, sebagai contoh mendengarkan uraian, (multiple perspective), permasalahan
percakapan, diskusi, musik, dan pidato. (4) menantang pengetahuan yang dimiliki oleh
Writing activities, seperti menulis cerita, siswa, sikap dan kompetensi yang kemudian
karangan laporan, angket, dan menyalin. (5) membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar
Drawing activities, misalnya menggambar, dan bidang baru dalam belajar, belajar
membuat grafik, peta, dan diagram. (6) Motor pengarahan diri menjadi hal yang utama,
activities, yang termasuk di dalamnya antara pemanfaatan sumber pengetehuan yang
lain melakukan percobaan, membuat beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber
konstruksi, model, mereparasi, bermain, informasi merupakan proses yang esensial
berkebun dan beternak. (7) Mental activites, dalam PBM. Belajar adalah kolaboratif,
sebagai contoh menanggapi, mengingat, komunikasi, dan kooperatif, pengembangan
memecahkan soal, menganalisa, melihat keterampilan inkuiri dan pemecahan masalah
hubungan dan mengambil keputusan. (8) sama pentingnya dengan penguasaan isi
Emotional activites, seperti menaruh minat, pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah
merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, permasalahan. Proses dalam PBM meliputi
berani, tenang, dan gugup. Dalam penelitian ini sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar,
aktivitas siswa yang diamati adalah PBM melibatkan evaluasi dan review
mengerjakan LKS yang diberikan guru, pengalaman siswa dan proses belajar.
mengajukan pertanyaan kepada guru/teman, Tahapan-tahapan model PBM secara
menjawab pertanyaan guru/teman, berdiskusi garis besar menurut pandangan Ibrahim dan
dengan teman satu kelompok, memberi Nur dalam Trianto (2009) dapat dilihat pada
tanggapan terhadap pendapat kelompok lain, Tabel 2.
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya,
Tabel 2. Langkah-Langkah Model
dan membuat kesimpulan (mencatat hasil
Pembelajaran Berdasarkan Masalah
diskusi kelompok). Fase Indikator Tingkah Laku Guru
Menurut teori belajar Gagne yang dikutip 1 Orientasi siswa Guru menjelaskan tujuan
oleh Suherman dkk (2003) menyatakan bahwa pada masalah pembelajaran,
dalam pembelajaran matematika ada dua objek menjelaskan logistik yang
yang diperoleh siswa, yaitu objek langsung dan dibutuhkan, memotivasi
siswa terlibat pada
objek tak langsung. Objek langsung berupa aktivitas pemecahan
fakta, keterampilan, konsep, dan aturan. masalah.
31
Jurnal ISSN : 2656 - 2375
PRINSIP Pendidikan Matematika
Volume 1, Nomor 2, Mei 2019
32
Jurnal ISSN : 2656 - 2375
PRINSIP Pendidikan Matematika
Volume 1, Nomor 2, Mei 2019
Tabel 3. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada yang diterapkan. Prosedur kegiatan yang telah
Siklus I dirancang dalam RPP dan LKS kurang
Pertemuan ke dimaknai oleh siswa sebagai kemampuan
Indikator (Jumlah dan %) pemecahan masalah matematika. Siswa masih
1 2 3 banyak yang belum mengerti dan memahami
Mengerjakan LKS yang 17 21 25 soal-soal yang diberikan dalam LKS. Masih
diberikan guru (61) (68) (83) banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam
Mengajukan pertanyaan kepada 3 4 5
menyelesaikan masalah yang menggunakan
guru/teman (11) (14) (17)
Menjawab pertanyaan 6 7 7 perhitungan. Dari segi pemahaman soal terlihat
guru/teman (21) (23) (23) bahwa pada sebagian siswa belum mampu
Berdiskusi dengan teman satu 11 15 16 menginterpretasikan soal dengan benar. Dalam
kelompok (39) (48) (53) perencanaan penyelesaian soal, sebagian siswa
Memberi tanggapan terhadap 4 5 7 membuat rencana srategi penyelesaian kurang
pendapat kelompok lain (14) (16) (23) relevan dengan alur pemahaman materi,
Mempresentasikan hasil kerja 5 7 8 sehingga tidak mampu menyelesaikan soal
kelompoknya (18) (23) (27) dengan baik. Dalam menyelesaikan soal siswa
Membuat kesimpulan (mencatat 15 20 23 masih terkendala dengan urutan langkah yang
hasil diskusi kelompok) (54) (65) (77)
kurang terkonsep dengan baik. Terkadang
Jumlah kehadiran siswa 28 31 30
prosedur yang dilakukan siswa sudah benar,
Dari Tabel 3, terlihat bahwa setelah namun jawaban masih salah dalam
dilakukan tindakan pada siklus I aktivitas siswa menyederhanakan bentuk penyelesaian.
secara umum meningkat, namun belum Pemeriksaan hanya dilakukan dalam bentuk
mencapai kriteria yang ditetapkan sebelumnya. perhitungan, sehingga belum mampu menguji
Hanya dua aktivitas yang telah mencapai kebenaran dari hasil yang didapatkan. Setelah
kriteria yang ditetapkan sebelumnya yaitu: selesai semua kegiatan pada siklus I, peneliti
megerjakan LKS yang diberikan guru dan berkolaborasi dengan observer melakukan
membuat kesimpulan. Hal ini disebabkan refleksi terhadap aktivitas dan kemampuan
karena siswa belum terbiasa dengan model pemecahan masalah matematika siswa.
pembelajaran berdasarkan masalah. Berdasarkan hasil refleksi yang telah
Setelah dilakukan tes siklus I penskoran dilakukan pada siklus I dapat dilihat bahwa
tes kemampuan pemecahan masalah peningkatan aktivitas dan kemampuan
matematika berpedoman pada penskoran yang pemecahan masalah matematika siswa belum
diadopsi dan dimodifikasi dari pendapat Szetea, mencapai hasil kategori yang ditetapkan. Untuk
Walter dan Nicol, Cynthia dalam Evaluating itu peneliti bersama observer mengambil
Problem Solving in Mathematics Educational kesimpulan bahwa penelitian dilanjutkan pada
Leadership, May 1992 :42-45,diuraikan siklus II dengan perbaikan atau tambahan
menjadi tiga skala. (a) pemahaman masalah, (b) tindakan yang dilakukan pada siklus II, yaitu:
pemecahan masalah, dan (c) menjawab (1) seluruh siswa diberi tugas mempersiapkan
masalah. Data ketuntasan tes hasil belajar satu pertanyaan, (2) peneliti bersama observer
kemampuan pemecahan masalah matematika akan lebih intensif memantau dan membantu
siklus I dapat dilihat pada Tabel 4. siswa yang masih pasif dikelompoknya, (3) tiap
ketua kelompok ditugaskan agar membagi tugas
Tabel 4. Pesentase ketuntasan Tes Hasil Belajar
pada anggota kelompoknya sehingga semua
Kemampuan PemecahanMasalah Matematika
anggota kelompok terlibat dalam diskusi, (4)
siswa Siklus I
Siswa Mencapai Siswa Mencapai Rata-
pembuatan LKS agar mengarah pada tuntunan
Siklus Nilai ≥70 Nilai <70 Rata dan bimbingan secara berstruktur.
Jumlah Persen Jumlah Persen Nilai Pelaksanaan tindakan pada siklus II
I 19 61,30 12 38,70 72,00 dilakukan dalam tiga kali pertemuan yaitu pada
Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa hasil hari Selasa tanggal 15 November 2011, hari
belajar kemampuan pemecahan masalah Kamis tanggal 17 November 2011 dan hari
matematika siswa belum mencapai hasil yang Selasa tanggal 22 November 2011. Tes hasil
diharapkan. Hal ini disebabkan karena siswa belajar siklus II dilaksanakan pada hari Kamis
belum beradaptasi dengan model pembelajaran tanggal 24 November 2011. Data aktivitas dan
33
Jurnal ISSN : 2656 - 2375
PRINSIP Pendidikan Matematika
Volume 1, Nomor 2, Mei 2019
hasil belajar siswa selama pembelajaran siklus yang diberikan. Hal ini sesuai dengan indikator
II berlangsung dapat dilihat pada Tabel 5 dan ketujuh dari Sardiman (2016), yaitu keterlibatan
Tabel 6. mental siswa di dalam pembelajaran yang
ditunjukkan melalui keberadaan siswa dalam
Tabel 5. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa
tugas. Pada akhir pembelajaran juga
Pada Siklus II
menunjukkan peningkatan aktivitas positif
Pertemuan ke – siswa yaitu membuat atau mencatat kesimpulan.
No Indikator (Jumlah dan %) Aktivitas siswa yang mengalami
1 2 3 peningkatan juga terjadi pada mengajukaan
Mengerjakan LKS pertanyaan kepada guru/kelompok lain,
30 30 29
1. yang diberikan menjawab pertanyaan guru, berdiskusi dengan
(100) (100) (100)
guru teman satu kelompok berdiskusi atau terlibat
Mengajukan dalam diskusi kelompok, mengeluarkan
29 30 29
2. pertanyaan kepada ide/pendapat yang relevan dengan materi yang
(97) (100) (100)
guru/teman dipelajari. Aktivitas ini telah berada pada
Menjawab interpretasi baik (61% - 80%). Aktivitas ini
24 26 27
3. pertanyaan menurut Nasution (2011) termasuk pada
(80) (87) (93)
guru/teman listening activities (diskusi) dan oral activities
Berdiskusi dengan (mengeluarkan pendapat, mengadakan
19 23 25
4. teman satu interview, diskusi).
(63) (77) (86)
kelompok Aktivitas memberi tanggapan terhadap
Memberi pendapat kelompok lain, memberi bantuan
tanggapan 16 26 26 kepada teman yang kesulitan dalam memahami
5.
terhadap pendapat (53) (87) 90) dan menentukan cara menyelesaikan masalah,
kelompok lain mengajukan pertanyaan kepada guru atau
Mempresentasikan teman, aktivitas memberi jawaban/tanggapan
24 27 29
6. hasil kerja tentang pertanyaan teman atau guru, juga
(80) (90) (100)
kelompoknya mengalami peningkatan. Aktivitas ini menurut
Membuat Hudoyo (1980) memperlihatkan bahwa guru
kesimpulan 29 29 29 tidak hanya membiarkan siswa belajar sendiri,
7.
(mencatat hasi (97) (100) (100) siswa diajak untuk meningkatkan aktivitas
diskusi kelompok) mencari, bertanya, menalar bahkan menebak,
Jumlah Siswa 30 30 29 menjawab, dan mendebat.
Hal ini menunjukkan bahwa siswa
Tabel 6. Data Jumlah Siswa yang Tuntas Pada menyukai pembelajaran matematika melalui
Siklus II model pembelajaran berdasarkan masalah.
Siswa Karena menurut Sardiman (2016) pembelajaran
Siswa Mencapai Rata-
Mencapai
Siklus Nilai ≥70 rata akan berhasil apabila disertai dengan rasa
Nilai <70
gembira. Jika siswa gembira mereka akan tetap
Angka Persen Angka Persen
di kelas, jika tidak, mereka akan keluar.
17,8 Terjadinya peningkatan aktivitas siswa
II 23 82,14 5 84,07
6 dapat diinterpretasikan bahwa ternyata
Berdasarkan hasil refleksi siklus I dan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran
refleksi siklus II dapat dilihat telah terjadi matematika melalui model pembelajaran
peningkatan kemampuan pemecahan masalah berdasarkan masalah ini dapat meningkatkan
matematika dan aktivitas belajar siswa dengan aktivitas siswa dalam mata pelajaran
penerapan pembelajaran berdasarkan masalah. matematika kelas X.3 SMA Negeri 1
Berikut ini akan dijelaskan pembahasan dari Pekanbaru. Secara efektif, pembelajaran ini
masing-masing variabel yang diteliti tersebut. dapat menumbuhkan sikap positif siswa,
Aktivitas mengerjakan LKS yang menumbuhkan sikap kompetitif antar siswa,
diberikan guru berada pada interpretasi sangat serta meningkatkan rasa percaya diri siswa.
baik (81% - 100%). Siswa telah aktif secara Secara psikomotorik pembelajaran ini juga
bersama-sama mengerjakan tugas atau latihan dapat membiasakan siswa untuk
34
Jurnal ISSN : 2656 - 2375
PRINSIP Pendidikan Matematika
Volume 1, Nomor 2, Mei 2019
mengaktualisasi potensi yang dimilikinya dalam bernalar (learning to reason), yaitu berpikir
bentuk keterampilan berdiskusi, presentasi, atau bernalar mengaplikasikan pengetahuan-
beragumentasi, dan yang terpenting pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya
menumbuhkembangkan keterampilan untuk memecahkan masalah-masalah baru yang
memecahkan masalah. Jadi secara umum, belum pernah dijumpai. Selain itu Menurut
aktivitas kelas yang dicapai telah sesuai dengan Arends (dalam Trianto 2009) menyatakan
apa yang diharapkan. Pembelajaran berdasarkan masalah bertujuan
Pada siklus I dan II terjadi peningkatan untuk mengembangkan inkuiri dan
kemampuan pemecahan masalah matematika keterampilan berpikir tingkat tinggi,
siswa kelas X.3 SMA Negeri 1 Pekanbaru mengembangkan kemandirian dan percaya diri.
melalui model pembelajaran berdasarkan Terjadinya peningkatan kemampuan
masalah. Data tersebut menunjukkan bahwa pemecahan masalah siswa dan terdapatnya
persentase siswa yang telah mencapai nilai lebih dari 75% siswa mencapai ketuntasan,
Kriteria Ketuntasan Minimal 70 mengalami berarti pembelajaran ini telah sesuai dengan
peningkatan sebesar 20,85%. Terjadinya yang diharapkan.
peningkatan ini disebabkan siswa mampu Berdasarkan hasil observasi dan tes hasil
menemukan konflik dan mampu menyelesaikan belajar siklus II peneliti bersama observer
permasalahan yang dihadapinya.. mengadakan refleksi terhadap pelaksanaan
Dengan penerapan pembelajaran tindakan pada siklus II. Dari analisis data hasil
matematika melalui model pembelajaran pengamatan terlihat bahwa aktivitas
berdasarkan masalah, siswa mempunyai mengerjakan LKS yang diberikan dan aktivitas
keinginan untuk menguasai materi sebelum mengajukan pertanyaan kepada guru/kelompok
materi itu dipelajari di kelas, karena masalah ini telah mencapai kategori sangat baik.
yang diberikan akan didiskusikan antar Aktivitas lain juga mengalami peningkatan
kelompok akibatnya menimbulkan kompetisi meski ada aktivitas berdiskusi dengan teman
untuk menjadi yang terbaik, sehingga tiap satu kelompok masih mencapai kategori baik.
kelompok mempunyai keinginan untuk dapat Pada siklus II ini siswa yang memberi
tampil dan menjawab semua pertanyaan yang tanggapan terhadap pendapat kelompok tidak
timbul sewaktu diskusi. lagi terpusat pada satu atau dua orang anggota
Lembar kerja siswa yang memuat soal- kelompok, tetapi hampir semua anggota
soal pemecahan masalah yang menjadi dasar kelompok berperan aktif dalam pembelajaran di
sekaligus sumber belajar dalam pembelajaran kelas. Kemampuan pemecahan masalah siswa
memperlihatkan pengaruh sangat positif pada pada siklus II mengalami peningkatan, baik
peningkatan kemampuan pemecahan masalah pada aspek memahami masalah, memecahkan
siswa. Ini berarti siswa telah memanfaatkan masalah, maupun menyelesaikan masalah
sumber belajar dengan baik dan mampu dengan jawaban benar dibandingkan dengan
bekerjasama dalam kelompoknya untuk siklus I. Siswa telah mengalami peningkatan
memahami materi secara bersama. Peningkatan pada kemampuan pemecahan masalah yang
kemampuan pemecahan masalah matematika ditunjukkan pada tes hasil belajar pemecahan
yang terjadi pada siswa menandakan bahwa masalah siklus II. Persentase jumlah siswa yang
siswa memiliki kemampuan setelah tuntas telah mencapai 82,14%. Dari refleksi
mendapatkan pengalaman belajar. Dalam kaitan siklus II diperoleh siswa yang telah mencapai
ini Nana Sudjana (2011) menyatakan bahwa hasil belajar di atas atau sama dengan KKM
hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki sebanyak 82,14% atau 23 siswa dari 31 siswa.
siswa setelah ia menerima pengalaman Hal ini membuktikan bahwa penelitian yang
belajarnya. dilaksanakan telah mencapai tujuan penelitian
Dengan pembelajaran berdasarkan yang ditetapkan. Dalam pembelajaran di kelas,
masalah kemampuan siswa bernalar, telah terjadi peningkatan aktivitas belajar dan
mengaitkan masalah dengan pengetahuan yang suasana kompetisi membuat siswa ingin
dimilikinya dapat ditingkatkan. Kusumah dalam kelompoknya menjadi yang terbaik. Tiap
Lestari (2016) mengatakan bahwa belajar anggota kelompok memperlihatkan peningkatan
pemecahan masalah pada hakekatnya adalah aktivitas atau terlibat dalam diskusi kelompok
belajar berpikir (learning to think) atau belajar maupun diskusi kelas. Hal ini menunjukkan
35
Jurnal ISSN : 2656 - 2375
PRINSIP Pendidikan Matematika
Volume 1, Nomor 2, Mei 2019
bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran Lestari, W.D. (2016). Penerapan Pembelajaran
matematika melalui model PBM telah mencapai Kooperatif Tipe Group Investigation
hasil yang optimal sesuai dengan yang Berbantuan Proyek Terhadap Kemampuan
diharapkan. Sehingga peneliti bersama observer Pemecahan Masalah Matematis Siswa
menganggap penelitian ini telah berhasil dan SMP. Jurnal Matematika dan Pendidikan
berhenti pada siklus II. Matematika, 1(2), 154 – 164
36