Anda di halaman 1dari 9

NILAI PENDIDIKAN MORAL DALAM SERAT SANGU PATI II

KARYA KI PADMA SUJANA

Yuli Widiyono, M,Pd.


Universitas Muhammadiyah Purworejo
widiyono34@yahoo.co.id

ABSTRAK
Tujuan dari makalah ini adalah mendeskripsikan nilai pendidikan moral yang terdapat pada
serat Sangu Pati II karya Ki Padma Sujana. Serat tersebut berisi sikap dan watak yang harus
dilakukan dalam menjalani perjalanan hidup dari lahir sampai meninggal yaitu ajaran yang
harus disiapkan untuk menjalani dunia sampai dengan kehidupan selanjutnya yaitu
kehidupan akhirat. Mengangkat kembali nilai-nilai kearifan lokal dalam pembelajaran
bahasa Daerah melalui pengkajian karya sastra lampau berupa naskah merupakan salah
satu upaya penting untuk mendukung kompetensi, kecapakan, dan menanamkan
kepedulian peserta didik terhadap diri sendiri, sesama, dan Tuhan. Karya sastra Jawa
dengan nilai–nilai kearifan lokal memiliki kontribusi besar terhadap kekayaan budaya
nasional. Peran pentingnya kebijakan pemerintah dalam membina dan memelihara
kekayaan daerah memberikan dampak terhadap kelangsungan nilai-nilai luhur yang
terdapat di dalam naskah-naskah Jawa. Dengan mengilhami dan mengaplikasikan nilai
pendidikan moral dalam serat Sangu Pati II karya Padma Sujana diharapkan mampu
memberikan peran dalam meningkatkan budi pekerti, sehingga mampu mendukung
terciptanya bangsa yang bermartabat dan memiliki karakter yang kuat dengan nilai bahasa,
sastra, budaya yang adiluhung.

Kata kunci: nilai, pendidikan moral, serat Sangu Pati II

Pendahuluan secara mutlak tidak memberikan manfaat


Teknologi informasi sekarang ini positif, tetapi bisa membawa dampak
berkembang sangat cepat seiring dengan buruk jika salah dalam penggunaannya.
berkembangnya ilmu pengetahuan. Sesuai yang diamanatkan dalam
Perkembangan teknologi informasi pasal 3 UU No 20 tahun 2003 tentang
ternyata tidak hanya berdampak positif Sisdiknas, bahwa tujuan pendidikan
tetapi juga dampak negatif. Dampak mengembangnya potensi peserta didik
positif memberikan pengaruh besar agar menjadi manusia yang beriman dan
terhadap kemajuan peradaban manusia bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
dalam memenuhi kebutuhan. Salah satu berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
peranan positif yaitu adanya kontribusi kreatif, mandiri, dan menjadi warga
teknologi dalam dunia pendidikan di negara yang demokratis serta
Indonesia.Dampak negatif tersebut bertanggung jawab. Pemanfaatan
disebabkan kurangnya pemaanfaatan teknologi secara tepat hendaknya dapat
secara optimal. Dalam hal ini teknologi membantu peserta didik untuk

22
membentuk dan mengambangkan kurangnya peran sekolah. Sekolah
kemampuan atau kecakapannya dalam memiliki peran yang besar dalam
proses pembelajaran, sesuai yang menghentikan tawuran.
diamanatkan dalam pasal tersebut. Kondisi semacam itu jika terus
Namun, pemanfaatan teknologi yang tidak berlanjut, kecenderungan yang terjadi
tepat akan berdampak pada masalah adalah pelajar atau masyarakat dapat
perilaku hingga bisa berimbas pada berbuat apa saja tanpa harus
kemerosotan akhlak atau moral sumber memperhatikan apakah tindakan yang
daya manusia. dilakukan itu baik dan buruk atau benar
Masalah degradasi atau dan salah. Akibatnya, orang akan sulit
kemerosotan moral sumber daya membedakan tindakan seseorang itu baik
manusia bangsa ini perlu segera atau buruk, benar atau salah. Keadaan itu
mendapat penanganan khusus. Hal ini perlu diantisipasi, Salah satu upaya
tampak pada kasus-kasus yang bisa penanganan khusus yang memungkinkan
diperoleh dari informasi, baik media cetak untuk meminimalisir kasus tersebut
maupun elektronik. Kasus-kasus tersebut adalah melalui pendidikan moral maupun
menjadi indikator bahwa kondisi budi pekerti, yaitu melalui pembelajaran,
masyarakat bahkan pendidikan di pengungkapan, dan pelestarian nilai-nilai
Indonesia sekarang ini sangat yang bermanfaat yang ada dari berbagai
mengkhawatirkan. Pelajar yang sumber. Salah satu upaya untuk menjaga
seyogianya menjadi harapan generasi ke nilai atau ajaran (nilai didik) adalah
depan banyak melakukan tindakan- menuangkannya dalam bentuk karya
tindakan yang tidak terpuji. Tindakan yang sastra.
dilakukan salah satunya yaitu tawuran Pendidikan Moral adalah nilai yang
atau perkelahian antar pelajar, Bahkan berpangkal dari baik dan buruk serta nilai
kasus yang mengakibatkan tewasnya kemanusiaan. Demikian pula nilai yang
pelajar akaibat tawuran. Insan terdidik ini bersifat konsepsional adalah nilai-nilai
seharusnya mampu menjadi panutan bagi tentang keindahan yang sekaligus
anak-anak lain yang tidak se beruntung merangkum nilai-nilai tentang moral.
mereka. Hal ini berarti, bahwa tindakan ini Karya sastra Jawa yang banyak ditulis oleh
tidak sepatutnya mereka lakukan. para pujangga banyak menberikan
Kasus tawuran yang terjadi antar tentang ajaran atau piwulang. Salah satu
pelajar disinyalir terjadi karena beberapa wujud karya sastra yang ditulis oleh para
faktor. Menurut Sekjen Federasi Serikat pujangga berupa serat. Serat merupakan
Guru Indonesia (FSGI), menyebutkan salah satu karya satra Jawa yang ditulis
faktor penyebab terjadinya tawuran oleh para bangsawan atau pujangga pada
adalah karena tidak adanya relasi antara masa lampau, yang isinya menceritakan
guru dengan murid (Harian Tribun Jakarta, budaya atau kehidupan pada saat karya
4 Oktober 2012). Faktor lain menurut sastra dibuat yang dituangkan dalam
Farhan Ahmad (2012) penyebab bentuk naskah.
terjadinya tawuran antar siswa adalah

23
Karya sastra dalam naskah-naskah Jawa guru lagu beserta lagu-lagunya. Tembang
banyak memuat ajaran-ajaran serta nilai- sebagai bagian dari hasil kesenian Jawa
nilai adiluhung yang bersifat mendidik. Hal merupakan unsur seni budaya atau unsur
tersebut senada dengan Edi Sedyawati kesenian yang perlu dilestarikan
(2001:138) yang menyatakan bahwa pembinaan dan pengembangannya.
setiap karya sastra Jawa mengandung Jenis tembang tradisional dibedakan
banyak teladan, kegunaan dari budi menjadi 1) Tembang Gcdhe/Sekar Ageng,
pekerti manusia, dalam kriteria ini 2) Tembang Tengahan/Sekar Tengahan,
terutama bagi orang muda dan anak-anak. dan 3) Tembang Macapat/Sekar Alit
Salah satu karya sastra Jawa yang (Karsono Saputra, 2001: 103). Selanjutnya
mengandung nilai pendidikan moral menurut Tedjohadisumarto (dalam Sadjijo
adalah Serat Sangu Pati Jilid II Karya Ki Prawiradisastra, 1991: 64) menyatakan:
Padma Sujana.Serat tersebut menjelaskan “Sekar Jawi menika wonten tigang werni
tentang perjalanan manusia dari lahir inggih punika Sekar Macapat, Sekar
sampai meninggal. Manusia dalam Tengahan, lan Sekar Ageng, kejawi punika
menjalani kehidupan harus seimbang wonten malih Lagu Dolanan Lare lan
antara masalah duniawi dan masalah Sekar Gendhing”. Sekar (tembang) Jawa
akhirat. Menjalin hubungan yang baik itu ada tiga macam yaitu, Sekar Macapat,
dengan sesama dan bekal mat menuju Sekar Tengahan, dan Sekar Ageng, selain
akhirat, kewaspadaan, nasihat, berbuat itu ada lagi Lagu Dolanan Anak dan Sekar
baik, dan watak merupakan isi secara garis Gendhing.
besar dari serat tersebut. Melalui Hubungan antara tembang/sekar
Pengkajian tentang nilai pendidikan moral dengan bahasa dan sastra Jawa menurut
dalam naskah ini, diharapkan dapat Asia Padmosoekotjo (1960: 25) adalah
bermanfaat untuk membangun dan kang diarani tembang iku reriptan utawa
membina moral generasi muda, agar siap dhapukaning basa mawa paugeran
menyongsong era globasisasi ini tanpa tartemtu (gumathok) kang pamacane
menanggalkan nilai-nilai kearifan atau kudu dilagokake nganggo kagunan swara.
tradisi budaya bangsa Indonesia. Terjemahannya “yang disebut tembang
adalah gubahan bahasa (karya sastra)
A. Puisi Jawa tradisional dengan peraturan tertentu yang cara
Dalam khasanah sastra Jawa salah membacanya dengan (vocal art)”.
satu jenis karya sastra yang bersifat puitik Dalam puisi Jawa yang
adalah tembang. Tembang menurut menggunakan bentuk Tembang biasanya
Padmosoekotjo (dalam Prawiradisastra, termasuk golongan puisi. Bentuk
1991: 64) yaitu, gubahan bahasa atau Tembang ini memakai ikatan-ikatan yang
karya sastra dengan peraturan tertentu lebih tertentu sesuai dengan jenis
dan membacanya harus dilagukan dengan Tembangnya. Jenis-jenis Tembang yang
seni suara. Tembang dalam bahasa Jawa terdapat pada puisi Jawa antara lain;
adalah sekar yaitu, karangan yang terikat sekar alit, sekar tengahan, dan sekar
oleh aturan guru gatra, guru wilangan,

24
ageng Tembang macapat termasuk di Kepribadian Anak yang menyatakan
dalamnya (R. S. Subalidinata, 1981:34). bahwa nilai atau value (bahasa Inggris)
Dalam kenyataannya tiap-tiap jenis atau valere (bahasa Latin) berarti berguna,
Tembang macapat memiliki Guru Lagu, mampu akan, berdaya, berlaku, dan kuat.
Guru Wilangan, dan Guru Gatranya Nilai adalah kualitas suatu hal yang
sendiri-sendiri yang tidak mesti sama menjadikan hal itu dapat disukai,
antara yang satu dengan yang lain. Istilah diinginkan, berguna, dihargai, dan dapat
lain yang dipakai dalam Tembang menjadi objek kepentingan. Menurut
macapat adalah pada dan pupuh. Pada pandangan relativisme: (a) nilai bersifat
sama dengan istilah bait dalam puisi, satu relative karena berhubungan dengan
pada dalam Tembang macapat sama preferensi (sikap, keinginan, perasaan,
dengan satu bait (dalam satu jenis selera, kecenderungan, dan sebagainya),
Tembang macapat tertentu biasa terjadi baik secara sosial maupun pribadi yang
dari beberapa pada). Pupuh adalah dikondisikan oleh lingkungan,
sekumpulan bait-bait dalam satu jenis kebudayaan, atau keturunan; (b) nilai
Tembang tertentu. Tembang macapat berbeda dari suatu kebudayaan ke
terdiri dari sebelas macam, nama-nama kebudayaan lainnya; (c) penilaian seperti
Tembang tersebut adalah; Kinanthi, benar-salah, baik-buruk, tepat-tidak tepat,
Pocung, Asmaradana, Mijil, tidak dapat diterapkan padanya; (d) tidak
Maskumambang, Pangkur, Sinom, Durma, ada, tidak dapat ada nilai-nilai universal,
Gambuh, Megaruh dan Dhandhanggula. mutlak, dan objektif maupun yang dapat
diterapkan pada semua orang pada segala
NILAI PENDIDIKAN MORAL waktu. Pandangan subjektivitas
1. Pengertian nilai dalam karya sastra menegaskan bahwa nilai-nilai seperti
Nilai atau value termasuk kebaikan, kebenaran, keindahan, tidak
pengertian filsafat. Persoalan-persoalan ada dalam dunia nyata secara objektif,
tentang nilai dibahas dan dipelajari salah tetapi merupakan perasaan, sikap pribadi,
satu cabang filsafat yaitu filsafat nilai ddan merupakan penafsiran atas
(Axiology, Theory of Value). Filsafat sering kenyataan.
juga diartikan sebagai ilmu tentang nilai- Nilai-nilai itu sendiri telah ada dalam
nilai. Istilah nilai di dalam bidang filsafat diri manusia dan dalam hidup ini
dipakai untuk menunjukkan kata benda (Mardiatmaja, 1986: 20). Dalam Tujuan
abstrak yang artinya keberhargaan Dunia Pendidikan, proses kehidupan
(worth) atau kebaikan (goodness). Dan manusia, nilai-nilai disadari, diidentifikasi
kata kerja yang artinya suatu tindakan dan diserap menjadi milik yang disadari
kejiwaan tertentu dalam menilai atau untuk dikembangkan. Adapun nilai dalam
melakukan penilaian yang terdapat dalam karya sastra menurut Asia Padmopuspito
Pendidikan Pancasila (Frankena dalam (1990:4) berupa ajaran, pesan, dan nilai-
Kaelan, 2000: 174) nilai kehidupan yang dapat digunakan
Pendapat ini hampir sama dengan sebagai bahan piwulang (ajaran). Selain
Sjarkawi (2005: 29) dalam Pembentukan itu, karya sastra dapat dimanfaatkan

25
untuk kepentingan generasi berikutnya (dalam Damono, 1984: 5) menyebutkan
pada masa sekarang atau masa yang akan bahwa karya sastra yang bisa bertahan
datang. Hal senada juga dinyatakan oleh lama pada hakikatnya adalah suatu moral,
(Zulfahnur dkk, 1996: 132) bahwa karya baik hubungannya dengan seseorang
sastra merupakan ekspresi dan maupun dalam hubungannya dengan
penghayatan serta pengalaman batin si kebudayaan sumbernya.
pengarang terhadap masyarakat dalam Gazalba (1978: 118) bahwa, nilai-
situasi dan waktu tertentu. Di dalamnya nilai pendidikan moral adalah nilai-nilai
dilukiskan keadaan kehidupan sosial suaru yang berkaitan dengan perbuatan, tingkah
masyarakat, nilai-nilai berupa pesan, laku, dan sikap yang baik serta sesuai
ajaran atau anjuran serta bahasanya dengan ketentuan yang berlaku di
sehingga sastra berguna untuk masyarakat. Nilai moral ini meliputi sikap
pembacanya. moral hubungan manusia dengan Tuhan,
hubungan manusia dengan sesama
2. Nilai pendidikan moral manusia, hubungan manusia dengan diri
Moral juga diartikan sebagai sendiri, dan hubungan manusia dengan
hubungan dalam pergaulan masyarakat alam. sejalan dengan pendapat di atas,
dan hubungan tersebut didasarkan Nurgiyantoro (2002: 324) menyatakan
kepada ukuran baik buruk (Ali, 1997: 218). bahwa ajaran moral dalam karya sastra
Lebih lanjut Edgel dan Magnis (dalam mencakup masalah yang bisa dikaitkan
Darusuprapta, 1990: 1) mengemukakan bersifat tidak terbatas. Secara garis besar
bahwa nilai moral merupakan kaidah dan dibedakan menjadi 3, yaitu: a) Moral yang
pengertian yang menentukan hal-hal yang menyangkut hubungan manusia dengan
dianggap baik buruk, serta menerangkan Tuhan; b) Moral yang menyangkut
apa yang seharusnya dan sebaiknya hubungan manusia dengan manusia lain
dilakukan manusia sebagai anggota dalam lingkup sosial termasuk dalam
masyarakat didalam bertingkah laku hubungan dengan lingkungan alam, dan;
punya standar atau ukuran yang sesuai c) Moral yang menyangkut hubungan
dengan nilai-nilai moral yang ada. Dengan manusia dengan dirinya sendiri.
demikian, nilai moral merupakan aturan
yang dijadikan patokan oleh semua Nilai Pendidikan Moral dalam Serat
manusia dalam pergaulannya Sangu Pati II
dimasyarakat. Serat Sangu Pati II Karya Padma
Moral dalam karya sastra biasanya Sujana berisi tentang piwulang atau ajaran
mencerminkan pandangan hidup tentang perilaku kebaikan yang harus
pengarang yang bersangkutan, pandangan dilakukan semasa hidup untuk bekal hidup
tentang nilai-nilai lebenaran, dan hal di akhirat. Selain itu, dalam serat tersebut
itulah yang ingin disampaikan kepada juga menguraikan tentang hal-hal yang
pembaca. Dalam karya sastra pengarang bisa menjadi penghalang kehidupan serta
menampilkan modal yang berhubungan simbol yang menggambarkan sifat
dengaan nilai-nilai kehidupan. Greibstein keadaan di bumi.

26
Serat Sangu Pati Jilid 2 Karya Ki Tuhan. Manusia sebagai ciptaan Tuhan
Padma Sujana menggunakan aksara Jawa harus tunduk dan patuh kepadaNya,
dan masih dapat dibaca. Serat ini terdiri hendaklah selalu ingat akan perilaku atau
diri dari tujuh pupuh. Pupuh satu tindakan yang diperbuat.
Dhandhanggula 8 pada, pupuh dua
Pangkur 12 pada, pupuh tiga Sinom 10 b. Bersyukur pada Tuhan
pada, pupuh empat Kinanthi 15 pada, “kang rila lêga wéng kalbu, têtêp
pupuh lima Durma 25 pada, pupuh enam mantêp nyantosani, ingkang sabar myang
Gambuh 12 pada, pupuh tujuh darana, duga prayoga ywa lali, iku marga
Dhandhanggula 28 pada. Serat Sangu Pati ning utama, hanjog mring klanggêngan
berisi tentang piwulangan atau ajaran kaki”.
yang diberikan oleh Ki Padma kepada
manusia berupa bekal mati menuju ‘Yang tulus ikhlas dari kalbu,
akhirat. Berikut beberapa nilai pendidikan tetap memberi kebahagiaan,
moral yang terdapat dalam serat Sangu kesabaran dan kebahagiaan, jangan
Pati II: melupakan kemuliaan-Nya, karena itu
1. Nilai pendidikan moral yang merupakan yang utama, kepada
membahas hubungan manusia dengan ketetapan leluhur’.
Tuhan dalam Serat Sangu Pati II Nilai pendidikan moral yang
a. Beriman pada Tuhan terdapat pada bait tembang di atas yaitu
“bali marang alamipun, alam menusia hendaklah selalu ingat kepada
duk durung dumadi, kaya paran Tuhan yang mencipta alam semesta ini.
marga nira, bangkité yén arsa bali, Percaya dan yakin kepada Tuhan, harus
tumêkané alam lam, kang langgêng pasrah dan bersyukur kepada kehendak
tanpo wuh gingsir”. Tuhan. Untuk bisa mencapai pada tingkat
ikhlas hendaknya bersikap sabar,
‘Kembali ke alamnya, ketika alam diperintahkan untuk selalu melatih
belum terbentuk, seperti sudah menjadi kebaikan dan meyakini semua
jalannya, pergi akan kembali, datang ke kekuasaanNya.
alam, yang abadi tanpa berpindah’.
Pada bait tembang di atas 2. Nilai Pendidikan Moral yang
menunjukkan bahwa yang yakini yaitu Membahas Hubungan Manusia
Tuhan. Dalam agama diajarkan petunjuk dengan Sesama dalam Serat Sang Pati
tentang hidup yang sempurna hingga II
akhir hayat, Manusia diciptakan oleh a. Tidak memaksakan kehendak
Tuhan untuk selalu meyakini awal dan “samêngko ingsun tutur, marang
kembalinya bahwa ketetapan Tuhan itu sakéh anak putu ningsun, bok di aling réh
mutlak. Hal tersebut memang nyata ning tatih nitah jawi, jawané baé tan
dalam kehidupan ini Tuhan yang telah putus, pêksa mêlik wéking nguwong”.
menetapakan kehidupan dan kematian,
artinya hidup dan mati ada ditangan

27
‘Sementara jika saya berbicara “godha lair iku mangkéné wujudnya,
dengan semua anak cucu saya, maka gêsang srawungan dhingin, mangkéné
dibatasi dengan tatanan hidup Jawa. wajibnya, kudu tindak utawa, nilar laku
Tatanan hidup Jawa saja tanpa terputus, ingkang nisthip, watake candhala:
jadi tidak memaksakan kehendak orang kabéh kang dén singkiri”.
lain.
‘Godaan lahir itu seperti ini
Data di atas menjelaskan bahwa wujudnya. pertama hidup saling
kelak jika berbicara dengan anak cucu menghormati, menjalankan kewajibannya,
perlu memperhatikan tata cara atau adat atau harus bertindak meninggalkan yang
Jawa, agar nilai nilai yang terdapat dalam hina, semua sifat yang kasar disingkirkan’.
budaya Jawa tidak luntur, sehingga
tertanam jiwa untuk menghargai dan Dari data di atas menjelaskan
menghormati diri sendiri dan orang lain. bahwa sebagai manusia harus hidup saling
Nilai-nilai luhur budaya Jawa dalam menghormati, menjalankan kewajiban-
khususnya dalam membimbing melalui kewajibannya, meninggalkan perbuatan
proses komunikasi akan melatih anak yang hina, dan menyingkirkan hal-hal yang
untuk rasa (angon rasa), sehingga anak bersifat kasar. Orang Jawa mampu
dalam situasi apapun dapat menunjukkan membawa diri menurut tatakrama, Dari
rasa hormat dan membawa diri menurut penjelasan tersebut menunjukkan bahwa
tatakrama. Masyarakat Jawa mengatur dalam Serat Sangu Pati II memberikan
interaksi dengan sesama melalui dua ajaran mengenai orang Jawa yang
prinsip, yaitu prinsip kerukunan dan memiliki akal budi pasti juga memiliki rasa
prinsip hormat, sehingga dalam untuk menghormati orang lain baik yang
komunikasi di masyarakat mampu sederajat maupun yang lebih tua. Mampu
menahan diri serta tidak memaksakan mengedapankan laku utama atau
kehendak. kebaikan dan menjauhi sifat hina.
Dari data tersebut dapat dijelaskan Pengendalian diri terhadap perbuatan
bahwa nilai yang terdapat dalam Serat hina dan selalu menjalankan kewajiban-
Sangu Pati II memberikan ajaran bahwa kewajiban merupakan tindakan yang
sebagai orang tua yang masih dapat menyelaraskan kehidupan
mengedapankan nilai-nilai luhur budaya masyarakat.
Jawa serta mampu menanamkannya pada
anak cucu. Hal tersebut dapat menuntun 3. Nilai pendidikan moral yang
dan mengendalikan anak dalam situasi membahas hubungan manusia dengan
apapun, sehingga anak dapat membawa diri pribadi dalam serat Sangu Pati II
diri menurut tatakrama untuk
menghormati dan menghargai orang lain. a. Ajaran pengendalian diri
“ana ingkang darbé tékad, mung
b. Menjalin kerukunan dengan sesama tuman-tumanêm sêpi, pinêsu ing tapa
brata, tékad dédén santosani, binudi

28
siyang ratri, ning kês kamurkaning napsu, menghambat perilaku, jika Tuhan
cêgah dhahar myang néndra, titis datan berkehendak’.
nguciwani, bangkit béngkas rubéd kang
moncawarna”. Dari data di atas menjelaskan
bahwa manusia yang memiliki tekad dapat
‘Ada yang memiliki tekat, hanya mengendalikan diri walaupun dalam
melakukan kebiasaan-kebiasaan menyepi, keadaan marah dan mengendalikan hawa
berdoa dalam keadaan marah. tekat nafsu. Cara mengendalikan hal tersebut
menjadi kebahagiaan, menjaga siang adalah dengan melakukan laku tapa tidak
malam dari kemurkaan nafsu, makan dan tidur terjaga siang dan malam
menghindari makan dan tidur, tidak serta menghadapi godaan yang muncul
mengecewakan, dan munculnya demi meraih kebahagiaan.
penghalang bermacam-macam’. Nilai moral yang terdapat dalam
kutipan Serat Sangu Pati Jilid 2
Pada bait tembang di atas memberikan ajaran bahwa sebagai
menjelaskan tentang ajaran atau perintah manusia harus dapat mengendalikan dua
untuk mengendalikan diri dari segala hal, yaitu nafsu dan sifat egois.
kenikmatan hidup berupa makan dan Pengendalian diri melalui laku tapa
tidur. Dalam masyarakat jawa terdapat tersebut bermaksud untuk memperkuat
istilah prihatin, dalam kamus Baoesastra kehendak dalam usaha mempertahankan
Djawa prihatin berarti lelaku atau keseimbangan batin.
melakukan suatu keadaan dengan
seadanya atau merasakan keadaan yang Simpulan
secukupnya bahkan bisa dikatakan Serat Sangu Pati II merupakan
keadaan susah. Perilaku ini dilakukan serat yang memuat tentang ajaran
untuk memperoleh pencerahan hati, tentang perilaku yang harus dilakukan
keluhuran hati, hal ini dilakukan dengan manusia di dunia untuk menyiapkan
cara mengurangi makan dan mengurangi bekal untuk menghadapi kematian.
tidur. Selain itu, nilai-nilai yang berisi
b. Hati-hati dan Waspada pengetahuan untuk mengatur atau
“Samangkyané sira kudu kang mengajar dijadikan bahan pengajaran
waspada, dalané mring kajatin, iya mring untuk mencapai keluhuran hidup atau
kasidan, iku kalangkung gawat,akéh pelajaran hidup supaya selamat.
godha ngriribêdi, ambêdhung lampah: Upaya-upaya nyata dalam
lamun arsa manunggil”. proses pembinaan moral dan
pendidikan dalam Serat Sangu Pati II
‘Sementara kamu harus waspada, dapat dilakukan oleh para pendidik
jalan menuju kebenaran, akan tercapai, (guru) atau tokoh masyarakat. Para
dengan kesungguhan, itu terlalu sulit, pengajar dapat mengajarkan sastra
banyak godaan mengganggu, akan Jawa kaitannya dengan tembang
berdasarkan teks-teks tembang Serat

29
Sangu Pati II dengan memberikan menghentikan-budaya-tawuran.
kajian terhadap nilai yang ada dalam Diakses tanggal 6 Januari 2013.
teks tersebut. Hal itu sangat relevan Karsono H. Saputra 2001. Puisi
mengingat ajaran nilai-nilai moral Jawa Struktur dan Estetika. Jakarta:
sangat dibutuhkan dalam proses Wedatama Widya Sastra.
pembentukan budi pekerti bagi Padmosoekotjo, S. 1956. A
peserta didik. Selain itu, para tokoh Ngengrengan Kasusutraan Djawa I.
masyarakat dapat menggunakan hasil Jogjakarta: Hien Hoo. Sing.
penjabaran tembang dalam Serat Padmosoekotjo, S. 1956. B
Sang Pati II tersebut sebagai bahan Ngengrengan Kasusutraan Djawa II.
pembinaan moral, pendidikan Jogjakarta: Hien Hoo. Sing.
masyarakat. Poerwadarminto, W. J. S. 1939.
Baoesastra Djawa. Batavia: J.B.
DAFTAR PUSTAKA Wolters Uitgevers Maatschappij. NV.
Ali M.N. 1979. Dasar-dasar Ilmu Sapardi Djoko Damono. 2001.
Mendidik. Jakarta: Mutiara. Sastra Jawa Suatu Tinjauan Umum.
Asia Padmopuspita. 1990. “Citra Jakarta: Balai Bahasa
Wanita dalam Sastra” Dalam Sjarkawi. 2002. Pembentukan
Cakrawala Pendidikan. Yogyakarta: Kepribadian Anak (Peran Moral,
Lembaga Pengabdian Masyarakat. Intelektual, Emosional, dan Sosial
Burhan Nurgiyantoro. 2002. Sebagai Wujud Integritas
Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Membangun Jati Diri). Jakarta: Bumi
Gadjah Mada University Press. Aksara.
Darusuprapta. 1985. Serat Subalidinata, R. S. 1994. Kawruh
Wulangreh. Surabaya: Citra Jaya. Kasustraan Jawa. Yogyakarta:
Farkhan Ahmad, 2012. Peran Yayasan Pustaka Nusantara.
Sekolah dalam Menghentikan Budaya Zulfahnur, dkk.1996. Teori
Tawuran. Sastra. Jakarta: Departemen
http://log.viva.co.id/news/read/3566 Pendidikan dan Kebudayaan.
85-peran-sekolah-dalam-

30

Anda mungkin juga menyukai