Anda di halaman 1dari 2

Imam Besar Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i imam besar yang ilmunya tersebar ke setiap penjuru

dunia.
Oleh : Muhammad Salim Philipina
Sepeninggal ayah tercinta, Fathimah Ibunda
Imam Asy-Syafi’i membawa putranya pulang ke kota
Silsilah Imam As-Syafi’i Makkah Al-Mukarromah yang menjadi tanah leluhur
suaminya. Mungkin karena khawatir hubungan
Imam Asy-Syafi’i adalah putra dari orang tua putranya dan bangsa Quraisy terputus. Ketika sampai
yang bernama Idris dan Fathimah yang merupakan di Kota Suci Mekkah, Fathimah memulai kehidupan
keturunan orang Quraisy bermarga Bani Mutholib. baru dengan putranya. Mereka berdua tinggal di
Dengan demikian Imam Asy-Syafi’i merupakan perkampungan lereng gunung Mekkah dengan
keluarga Baginda Rosululloh Shollallohu alaihi kehidupan yang sederhana. Kemiskinan dan
wasallam. kekurangan harta dunia yang menjadi teman hidup
mereka berdua tidak menjadi penghalang bagi
Asy-Syafi’i bukanlah nama asli dari Imam Asy-
Fathimah untuk mengirim putranya ke tempat belajar.
Syafi’i. Nama beliau adalah Muhammad bin Idris Asy-
Syafi’i sekalipun penyebutan Asy-Syafi’i lebih dikenal Imam Asy-Syafi’i saat kecil gemar dengan
daripada nama asli beliau. Asy-Syafi’i adalah kakek pengetahuan seluk beluk bahasa arab. Sehingga
beliau yang ketiga yaitu Syafi’ bin As-Sa’ib. Imam Asy- beliau demi meraih cita-citanya rela meninggalkan
Syafi’i merupakan nama dari Muhammad bin Idris kampung halamannya menuju pemukiman Bani
yang dinisbatkan kepada Syafi’ yang merupakan Hudzail yang selalu berpindah-pindah tempat. Disana
shahabat Rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Imam Asy-Syafi’i mendalami lughat Bani Hudzail yang
masih murni serta menghafal ribuan syair-syair
Silsilah beliau adalah Abu Abdillah Muhammad
mereka dan juga nasab-nasab orang arab.
bin Idris bin Abbas bin Utsman bin Syafi’ bin As-Sa’ib
bin Abdillah bin Abdi Yazid bin Hasyim bin Abdul Imam Asy-Syafi’i sangat ahli dalam bidang
Mutholib bin Abdi Manaf bin Qushoy. Abdul Manaf lughot Arab. Sungguh semangat belajar beliau jarang
bin Qushoy adalah kakek Nabi yang ketiga. Sebab garis terlihat pada anak-anak muslim pada abad ke 15 H.
nasab Baginda Rosululloh shollallohu alaihi wasallam Imam Asy-Syafi’i sangat mencintai ilmu leluhurnya
adalah Muhammad bin Abdillah bin Abdil Mutholib sehingga terjadi sebuah peristiwa yang sangat
bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushoy. menggugah semangat beliau untuk mendalami ilmu
fiqih sebagaimana yang beliau ceritakan :
Sementara Ibu Imam Asy-Syafi’i adalah
Fathimah, seorang gadis dari keturunan Bani Yazid “ Waktu itu aku menikmati suasana pemandangan
yang karena kebaikan marga ini Baginda Rosululloh bukit Mina dengan melantunkan syair-syair. Aku
Shollallohu alaihi wasallam memujinya sebagai marga bermain sendirian disana. Saat itulah aku mendengar
milik Allah. suara dari belakangku, “ Perdalamlah ilmu fiqihmu ! ”.
Lalu aku menoleh ke belakang, ternyata tidak ada
Kehidupan Imam Asy-Syafi’i
seorangpun. Aku pun takut dan lari menuju kota
Orang tua Imam Asy-Syafi’i merupakan asli Mekkah. Di perbatasan aku bertemu dengan Mufti
penduduk Mekkah berbangsa Quraisy dan bermarga Mekkah, Muslim bin Kholid Az-Zinjy. Beliau bertanya
Bani Mutholib. Keduanya berkelana dari Mekkah kepadaku, “ Wahai Nak, kamu dari mana ? “. “ Dari
menuju negeri Syam dan tinggal di tanah Ghaza, mempelajari bahasa arab dan syair-syair ”, jawabku.
Palestina. Di sinilah mereka berdua dikaruniai putra Imam Muslim bin Kholid Az-Zinjy bertanya, “ Kamu
yang kemudian mereka beri nama Muhammad yang tinggal dimana ? ”. Saya menjawab, “ Di kampung
lahir pada tahun 150 H dan wafat tahun 204 H. Tetapi lereng gunung ”. Beliau bertanya lagi, “ Kamu
kebahagiaan yang dirasakan oleh kedua orang tua termasuk kabilah mana ? ”. Saya menjawab, “ Saya
Imam Asy-Syafi’i tidak lama karena Allah Ta’ala telah dari Bani Abdil Manaf ”. Beliau pun berkata, “ Bagus,
memanggil ayah beliau yaitu Idris ke hadirat-Nya bagus..... sungguh Allah akan memuliakan dirimu di
sebelum ia melihat putra semata wayangnya menjadi dunia dan akhirat. Alangkah bagusnya bila kamu
mendalami ilmu fiqh “. Peristiwa inilah yang
mendorong semangat Imam As-Syafi’i yang saat itu sekaligus murid Imam Asy-Syafi’i berkata, “ Para Ahli
baru berusia 10 tahun untuk mendalami ilmu fiqh. Fiqih dan Ahli Hadits adalah seperti penjual obat dan
Imam Asy-Syafi’i lah yang membuat obatnya “. Imam
Madzhab Syafi’i di Indonesia Sufyan ibnu Uyainah, seorang Ahli Hadits sekaligus
Madzhab Syafi’i merupakan madzhab Ahli Fiqih berkata, “ Aku tahu bahwa Muhammad bin
mayoritas penduduk Indonesia mulai zaman awal Idris Asy-Syafi’i adalah semulia-mulia dan sebaik-baik
masuknya islam ke Indonesia sampai sekarang. Sejak pemuda di masanya “. Semoga kita semua mendapat
zaman kerajaan-kerajaan sampai sekarang, madzhab luberan barokah mereka, para kekasih Alloh
Syafi’i telah menjaga keberagamaan masyarakat Subhanahu wata’ala.
Indonesia dari ajaran-ajaran syari’at yang sesat lagi Referensi : 125 Ulama Besar dan lain-lain.
menyimpang. Seluruh kerajaan besar islam di
Indonesia bermadzhab Syafi’i. Amalan seperti qunut
shubuh, tarowih 20 raka’at, adzan Jum’at 2 kali, ziarah
kubur, tawassul, tabarruk dan sebagainya merupakan
amalan yang telah turun temurun biasa dikerjakan
oleh masyarakat Indonesia zaman kerajaan.

Bahkan pada zaman perjuangan kemerdekaan


Negara Kesatuan Republik Indonesia, organisasi
kemasyarakatan seperti Muhammadiyyah dan NU
juga bermadzhab Syafi’i. Muhammadiyyah yang
didirikan oleh K.H. Ahmad Dakhlan yang merupakan
keturunan Sunan Giri, semula kalau shubuh juga
membaca qunut dan bila tarowih juga 20 roka’at
sebagaimana praktek NU. Hal itu dapat ditelusuri
dalam kitab fikih Muhammadiyyah tahun 1924. Jadi,
Muhammadiyyah telah mengalami 4 fase yaitu masa
Syafi’i ( 1912-1925 ), masa pembauran Syafi’i ke
Wahabi ( 1925-1967 ), masa Himpunan Putusan Tarjih
( 1967-1995 ) dan masa pembauran HPT ke Globalisasi
( 1995-sekarang ).

Sungguh aneh bila zaman sekarang ada orang


Indonesia yang merasa asing dengan amalan seperti
qunut shubuh, tarowih 20 raka’at, adzan Jum’at 2 kali,
ziarah kubur, tawassul, tabarruk dan sebagainya yang
biasanya muncul dari orang-orang yang tidak
mengenal sejarah atau menutup diri dari sejarah.
Kontribusi madzhab Syafi’i dalam penyebaran Islam
sangatlah besar sesuai sabda Rosululloh Shollallohu
alaihi wasallam bahwa nanti ( setelah beliau wafat )
akan ada seorang pemuda Quraisy yang ilmunya
memenuhi penjuru bumi. Siapa lagi kalau bukan Imam
Asy-Syafi’i yang dimaksud.

Imam Malik bin Anas, pendiri Madzhab Maliky


sekaligus guru Imam Asy-Syafi’i berkata, “ Tidak
datang seseorang dari suku Quraisy yang lebih cerdas
dari pada Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i “. Imam
Ahmad bin Hanbal, pendiri Madzhab Hanbaly

Anda mungkin juga menyukai