LP - Tuna Rungu (Beres)
LP - Tuna Rungu (Beres)
Disusun Oleh:
YUDI TUBAGJA SIREGAR
231FK09072
D. Patofisiologi
Kehilangan pendengaran konduktif terjadi akibat gangguan transmisi
suara di dalam serta melalui telinga luar dan telinga tengah. Transmisi suara dari
telinga dalam ke otak normal dikarenakan telinga dalam tidak terpengaruh pada
kehilangan pendengaran konduktif murni. Penyebab gangguan pendengaran
konduktif adalah terganggunya pergerakan gelombang pada getaran suara
melalui liang telinga, membrane timpani, tulang pendengaran. Meskipun kualitas
suara tetap jernih akan tetapi suara dipersepsikan lemah atau berasal dari tempat
yang jauh. Kebanyakan masalah kehilangan gangguan konduktif dapat dikoreksi
dengan penatalaksanaan bedah maupun medis. Kehilangan pendengaran
sensorineural terjadi karena trauma atau penyakit pada organ Corti atau jaras
saraf auditori pada telinga dalam yang menuju ke otak. Transmisi dan
penerimaan suara terganggu. Suara mengalami distorsi dan lemah. Kehilangan
pendengaran sensorineural biasanya bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi
dengan penatalaksanaan bedah maupun medis.
1. Pathway
Gangguan Pendengaran
Infeksi sekunder
Tuli sensorineural Sumbatan oleh Serumen (ISPA Bakteri
Trauma,benda asing streptococcus
koklea peningkatan produksi
Kelainan masa cairan Hemophylus
kehamilan Penyebab lain: influenza dll)
Tuli mendadak Aplasia (kongenital), labirintis(oleh Ruptur gendang telinga
infeksi viru,bakteri), intoksikasi obat serosa
MK: Gangguan
Komunikasi Verbal
a. Riwayat
Wawancara untuk mencari riwayat penting dilakukan untuk
menentukan masalah sekarang terkait telinga.
1) Data Demografi dan Biografi
Data demografik relevan terhadap pengkajian otologik
termasuk umur dan riwayat kehamilan.
2) Kondisi Kesehatan Sekarang
Gangguan pendengaran dapat mengganggu kebebasan
seseorang yang dapat mengarah ke isolasi dan depresi.
Perawat sebaiknya menghadapi klien secara langsung
ketika berbicara, berbicara secara perlahan dengan
pengucapan artikulasi yang jelas.
3) Keluhan Utama
Tanyakan mengenai manifestasi klinis yang sering terjadi.
Manifestasi klinis yang sering dijumpai adalah nyeri,
vertigo, keluar cairan dari telinga, dan infeksi. Kaji riwayat
kesehatan masa lampau untuk menentukan keparahan
masalah dan kemungkinan penyebab.
4) Riwayat Kesehatan Anak Masa Lalu
Paparan influenza atau rubella maternal pada uterus dapat
menyebabkan gangguan pendengaran kongenital pada
anak. Kelahiran premature juga berhubungan dengan
gangguan pendengaran. Selain itu, riwayat kesehatan anak
masa lalu berhubungan dengan riwayat kesehatan ibu pada
masa sebelum terjadinya kehamilan dan saat hamil. Hal
tersebut dikarenakan gizi ibu hamil pada sebelum terjadi
kehamilan dan saat terjadi kehamilan akan mempengaruhi
BBLR atau bayi lahir mati dan menyebabkan cacat
bawaan (Suryani dan Badi’ah, 2017)
5) Riwayat Kelahiran
Bayi baru lahir harus bisa melewati masalah transisi, dari
suhu sistem teratur yang sebagian besar tergantung pada
organ-organ ibunya, ke suatu sistem yang homeostatic
bayi itu sendiri. Trauma kepala akibat persalinan akan
berpengaruh besar dan dapat meninggalkan cacat yang
permanen (Suryani dan Badi’ah, 2017).
6) Riwayat Kesehatan Keluarga
Perlu dikaji apakah di dalam keluarga tersebut terdapat
anggota keluarga dengan penyakit menular yang dapat
menularkan kepada bayi. Kaji juga terkait faktor genetik
yang merupakan modal dasar dalam mencapai tujuan akhir
proses tumbuh kembang (Suryani dan Badi’ah, 2017).
Tanyakan terkait riwayat kehilangan pendengaran atau
pembedahan telinga pada keluarga.
7) Riwayat Tumbuh Kembang
Pengetahuan perawat terkait dengan ilmu tumbuh
kembang anak dapat digunakan untuk mendeteksi berbagai
hal yang berhubungan dengan upaya menjaga dan
mengoptimalkan tumbuh kembang anak, menegakkan
diagnosis dini, penanganan efektif, dan pencegahan serta
mencari penyebabnya (Suryani dan Badi’ah, 2017).
8) Riwayat Imunisasi
Setelah diberikan imunisasi anak diharapkan akan
terhindar dari beberapa penyakit tertentu (Suryani dan
Badi’ah, 2017).
9) Riwayat Pembedahan
Penting dikaji terkait dengan kemungkinan terjadinya
komplikasi.
10) Alergi
Kaji alergi berupa alergi medikasi, makanan, dan alergi
musiman.
11) Medikasi
12) Kaji riwayat medikasi lengkap dan riwayat penggunaan
obat simtomatik dan obat herbal. Riwayat medikasi
tertentu dapat menyebabkan kerusakan saraf
vestibulokoklear (saraf kranial VIII) yang memperburuk
gangguan pendengaran.
13) Pola Makan
Kaji mengenai kebiasaan pembatasan diet, suplemen
makanan (vitamin), kemampuan menelan dan mengunyah
dan riwayat kesulitan dalam pemberian makan.
14) Riwayat Psikososial
Kaji riwayat psikososial dan gaya hidup yang
mempengaruhi gangguan pendengaran seperti paparan
lingkungan, bahaya dari lingkungan kerja, aktivitas fisik
dan rekreasi. Kaji terkait kebiasaan hygiene telinga klien
untuk melihat adakah objek yang digunakan atau
dimasukkan pada telinga.
2. Pemeriksaan fisik
Telinga luar dapat dilihat dengan jelas, maka identifikasi gangguan
anatomi mudah ditemukan dan dikaji. Sebagian besar telinga tengah dan
dalam tidak dapat dikaji dengan pemeriksaan langsung, sehingga
diperlukan bantuan pemeriksaan uji pendengaran. Pemeriksaan dasar
yang biasa dilakukan adalah menggunakan teknik inspeksi dan palpasi.
a) Telinga Luar
Perhatikan ukuran, konfigurasi, dan sudut perlekatan
telinga pada kepala. Amati konfigurasi daun telinga untuk
mengetahui kelainan bentuk. Perhatikan warna kulit
telinga dan tentukan apakah ada lipatan kulit tambahan.
Lakukan palpasi dan manipulasi daun telinga untuk
mendeteksi nyeri, nodul, tofi (nodul kecil, keras pada
heliks yang merupakan deposit Kristal asam urat yang
menjadi ciri gout).
b) Liang Telinga
Inspeksi liang telinga dapat dilakukan dengan observasi
langsung, otoskopi, atau pemeriksaan mikroskopik.
c) Temuan Pengkajian fisik pada individu yang sehat
1) Inspeksi: daun telinga simetris, bagian superior
setinggi kantus lateralis mata. Telinga luar bersih.
Area preaurikular dan postaurikular tanpa
pembengkakan, masa, atau lesi. Bisikan terdengar
pada jarak 3 kaki.
2) Palpasi: Tidak ditemukan nyeri pada tragus dan
mastoid.Tidak terdapat masa
3) Pemeriksaan otoskopik: Serumen lunak ditemukan
di liang telinga. Tidak ada cairan. Membrane
timpani intak, abu-abu. Tidak ada retraksi atau
penonjolan
III. Analisa data
kemampuan untuk menerima, memproses, simbol. dan fisiologis yang berkaitan dengan
mengirim, dan/atau menggunakan sistem Kriteria hasil: bicara (mis: memori, pendengaran, dan
Gangguan Interaksi Sosial (SDKI D.0118) Interaksi sosial Modifikasi Perilaku Keterampilan Sosial
3 Kategori:Relasional meningkat(L.13115) (I.13484)
Sub kategori:Interaksi sosial Definsi: Observasi
Definisi: Meningkatnya kuantitas dan/atau 1. Identifikasi penyebab kurangnya
Kuantitas dan/atau kualitas sosial yang kualitas hubungan sosial yang keterampilan sosial
kurang atau berlebih. cukup. 2. Identifikasi focus pelatihan
Penyebab: Kriteria Hasil: keterampilan social
1. Defisiensi bicara Setelah dilakukan intervensi Terapeutik
2. Hambatan perkembangan/maturase keperawatan selama 3 x 24 jam, 1. Motivasi untuk berlatih keterampilan
3. Ketiadaan orang terdekat maka interaksi sosial meningkat, sosial
4. Perubahan neurologis (mis: kelahiran dengan kriteria hasil: 2. Beri umpan balik positif (mis: pujian
prematur, distres fetal, persalinan 1. Perasaan nyaman dengan atau penghargaan) terhadap
cepat, atau persalinan lama) situasi sosial meningkat kemampuan sosialisasi
5. Disfungsi sistem keluarga 2. Perasaan mudah menerima 3. Libatkan keluarga selama Latihan
6. Ketidakteraturan atau kekacauan atau mengkomunikasikan keterampilan sosial, jika perlu
lingkungan perasaan meningkat Edukasi
7. Penganiayaan atau pengabaian anak 3. Responsif pada orang lain 1. Jelaskan tujuan melatih keterampilan
8. Hubungan orang tua-anak tidak meningkat sosial
memuaskan 4. Minat melakukan kontak 2. Jelaskan respons dan konsekuensi
9. Model peran negatif emosi meningkat keterampilan sosial
10. Impulsif 5. Minat melakukan kontak 3. Anjurkan mengungkapkan perasaan
11. Perilaku menentang fisik meningkat akibat masalah yang dialami
12. Perilaku agresif 4. Anjurkan mengevaluasi pencapaian
13. Keengganan berpisah dengan orang setiap interaksi
terdekat. 5. Edukasi keluarga untuk dukungan
Tanda dan gejala: keterampilan sosial
Data subyektif 6. Latih keterampilan sosial secara
1. Merasa tidak nyaman dengan situasi bertahap
sosial
2. Merasa sulit menerima atau
mengkomunikasikan perasaan
Data obyektif
1. Kurang responsive atau tertarik pada
orang lain
2. Tidak berminat melakukan kontak
emosi dan fisik
DAFTAR PUSTAKA
Northern J.L., Downs MP. 1991. Hearing in children. 4th eds. Williams & Wilkins.
Baltimore.325-328.
Lim S.Y.C. & Simser J. 2005. Auditory- verbal therapy for children with hearing
impairment. Annals Academy Medicine Singapore; 34: 307-312.
Gamayanti I.L. 2004. Aspek psikososial tunarungu pada anak. Dalam Seminar
Pengembangan Potensi Anak-anak Tuna Rungu. Yogyakarta.
Suryani & ba'diah. 2017. Aspek Pengelolaan Anak dengan berkebutuhan khusus.
Sekolah Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta
Ziring P. R. 1993. The child with hearing impairment. In MD Levine & WB Carey
eds. Developmental-Behavioral Pediatrics. WB Saunders Co Philadelpia
London, 770-777.