Anda di halaman 1dari 11

JURNAL SAHABAT KEPERAWATAN

I S S N : 2656 -1115
Tersedia Online di: https://jurnal.unimor.ac.id/JSK

PENERAPAN KOMUNIKASI SBAR (SITUATION, BACKGROUND,


ASSESMENT, RECOMMENDATION) OLEH PERAWAT SAAT HANDOVER

Jagentar Pane1, Lindawati Tampubolon2, Monika Lasniwati Nadeak3*

1,2,3
Program Studi Keperawatan, Stikes Santa Elisabeth, Medan, Indonesia.

*)Coresponding Author: Monika Lasniwati Nadeak


Email: monikanadeak3@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Komunikasi SBAR merupakan kerangka teknik komunikasi efektif


yang disediakan untuk tenaga kesehatan dalam menyampaikan kondisi perkembangan
pasien. Handover adalah suatu cara dalam menyampaikan laporan yang dilakukan setiap
pergantian shift, berisi informasi mengenai kondisi terkini pasien, tujuan pengobatan, dan
rencana perawatan selanjutnya yang dilakukan baik secara langsung (tatap muka) maupun
tidak langsung.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan komunikasi SBAR oleh
perawat saat handover di RS Santa Elisabeth Medan.
Metode: Jenis rancangan penelitian yang digunakan yaitu dengan desain penelitian
Survey analitik dengan metode pengambilan sampel adalah Simple random sampling
sebanyak 142 responden. Instrumen yang digunakan yaitu lembar kuesioner yang
diadopsi dari Badan PPSDMK Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2017.
Hasil: Hasil penelitian diperoleh Penerapan komunikasi SBAR untuk komponen
Situation baik sebanyak 117 orang (82,4%). Background cukup baik sebanyak 92 orang
(64,8%), serta komponen Assesment dan Recommendation baik sebanyak 138 orang
(97,2%).
Kesimpulan: Hal ini menunjukkan Penerapan Komunikasi SBAR oleh Perawat saat
Handover di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2023 mayoritas baik. Diharapkan
responden lebih meningkatkan kepatuhan dalam penerapan komunikasi SBAR sehingga
mutu pelayanan kepada pasien lebih efektif.

Kata Kunci: Komunikasi SBAR, Handover

ABSTRACT

Background: SBAR communication is a framework of effective communication


techniques provided for health workers in conveying the patient's developmental
condition. Handover is a way of delivering reports made every shift change, containing
information about the patient's current condition, treatment goals, and further treatment
plans carried out both directly (face-to-face) and indirectly.
Objective: This study aims to determine the application of SBAR communication by
nurses during handovers at Santa Elisabeth Hospital Medan.

JURNAL SAHABAT KEPERAWATAN, VOL. 5 NO. 2, AGUSTUS 2023 92


JURNAL SAHABAT KEPERAWATAN
I S S N : 2656 -1115
Tersedia Online di: https://jurnal.unimor.ac.id/JSK

Method: The type of research design used is the analytical survey research design with
the sampling method is Simple random sampling as many as 142 respondents. The
instrument used is a questionnaire sheet adopted from the PPSDMK Agency of the
Ministry of Health of the Republic of Indonesia in 2017.
Results: The results of the study obtained the application of SBAR communication for the
Situation component both as many as 117 people (82.4%). The background is quite good
as many as 92 people (64.8%), and the Assessment and Recommendation component is
good as many as 138 people (97.2%).
Conclusion: This shows that the implementation of SBAR Communication by Nurses
during Handover at Santa Elisabeth Hospital Medan in 2023 is mostly good. It is expected
that respondents will further improve compliance in the implementation of SBAR
communication so that the quality of service to patients is more effective.

Keywords: SBAR Communication, Handover

PENDAHULUAN peningkatan keamanan obat yang perlu


Rumah sakit adalah sebuah diwaspadai, kepastian tepat - lokasi,
organisasi dalam bidang jasa pelayanan tepat prosedur, tepat pasien operasi,
kesehatan (Handayani & Lubis, 2018). pengurangan risiko infeksi terkait
Pemerintah Indonesia menetapkan salah pelayanan kesehatan, dan pengurangan
satu upaya yang dilakukan oleh tenaga risiko pasien jatuh (Safitri & all, 2022).
medis untuk menjaga kualitas pelayanan Hal ini sejalan dengan Peraturan Menteri
di rumah sakit melalui Kementrian Kesehatan Nomor 11 /MENKES/ PER/
Kesehatan yaitu dengan mengeluarkan II / 2017 pasal 5 ayat 4 tentang
undang – undang No. 44 pasal 43 ayat keselamatan pasien di rumah sakit
(1) yang menyebutkan bahwa rumah dimana salah satunya menyebutkan
sakit harus menerapkan keselamatan bahwa komunikasi merupakan kunci
bagi pasiennya. Keselamatan pasien setiap staf untuk mencapai keselamatan
merupakan bagian prosedur terpenting bagi pasien (Astuti, dkk. 2019).
dari rumah sakit dalam mutu pelayanan WHO Collaborating Center For
kesehatan yang bertujuan untuk Patient Safety pada tanggal 2 mei 2007
memberikan pelayanan yang aman resmi menerbitkan “Nine Life Saving
kepada pasien (Dewi et. all, 2021). Patient Safety Solution”. Panduan ini
Sebagai seorang Perawat memiliki mulai disusun oleh sejak tahun 2005 oleh
peranan penting dalam meningkatkan pakar keselamatan pasien dan lebih 100
dan mempertahankan kesehatan pasien, negara dengan mengidentifikasi dan
menjelaskan tentang pengobatan yang mempelajari berbagai masalah
sedang dijalani pasien serta bertanggung keselamatan pasien. Dengan
jawab dalam pengambilan keputusan diterbitkannya Nine Life Saving Patient
tentang pelayanan yang diberikan Safety oleh WHO maka komite
bersama dengan tenaga kesehatan lain. keselamatan pasien Rumah Sakit (KKP-
Sasaran keselamatan pasien sendiri RS) mendorong rumah sakit di indonesia
meliputi ketepatan identifikasi pasien, untuk menerapkan sembilan solusi
peningkatan komunikasi yang efektif, “Life- Saving” keselamatan pasien

JURNAL SAHABAT KEPERAWATAN, VOL. 5 NO. 2, AGUSTUS 2023 93


JURNAL SAHABAT KEPERAWATAN
I S S N : 2656 -1115
Tersedia Online di: https://jurnal.unimor.ac.id/JSK

rumah sakit, langsung atau bertahap Berdasarkan hasil penelitian


sesuai dengan kemampuan dan kondisi Astuti, dkk. (2019) didapatkan data dari
RS masing-masing. Salah satu dari Root Cause Analisis (RCA) di salah satu
sembilan solusi tersebut, adalah RS di Amerika 90% penyebab kejadian
komunikasi secara benar saat serah tidak diharapkan yaitu komunikasi dan
terima (handover) dengan metode SBAR 50% kejadian tidak tersebut pada saat
(Rezkiki & Utami, 2017). serah terima informasi pasien (Astuti &
The Joint Commission dkk, 2019).Pada studi lainnya yang
International (2010) dalam penelitian dilakukan pada 40 orang perawat
(Safitri & all, 2022) mengungkapkan didapatkan bahwa pada komponen S
bahwa pakar patient safety dari (Situation) 80% menjalankan secara
California mengembangkan sebuah efektif, selanjutnya untuk komponen B
Komunikasi SBAR dalam dunia (Background) 95% efektif, untuk
kesehatan untuk membantu komunikasi komponen A (Assessment) 80% dan
antara dokter dan perawat. Komunikasi yang terakhir untuk komponen R
SBAR di desain untuk komunikasi (Recommendation) 80%. Dengan
dalam situasi beresiko tinggi antara jumlah total 40 orang perawat
perawat dan dokter untuk mengatasi dinyatakan 87% perawat melaksanakan
masalah pasien (Safitri & all, 2022). secara efektif komunikasi SBAR dan
Komunikasi SBAR merupakan masih ada 13% sisanya dinilai tidak
kerangka teknik komunikasi efektif yang efektif untuk melaksanakan komunikasi
disediakan untuk tenaga kesehatan SBAR (Hidajah et. All, 2018). Hasil
dalam menyampaikan kondisi penelitian Supiganto, Agus (2019)
perkembangan pasien. Komunikasi ini mengemukakan bahwa berdasarkan data
dapat digunakan saat serah terima antar publikasi dari WHO (2004), menemukan
shift atau antara staf di daerah klinis KTD dengan rentang 3,2-16,6% pada
yang sama dan berbeda. Komunikasi rumah sakit diberbagai negara yaitu
SBAR ini melibatkan semua anggota tim Amerika, Inggris, Denmark, dan
kesehatan untuk memberikan masukan Australia (Supiganto, 2019).
ke dalam situasi pasien termasuk dalam Devira, E.M, & Widodo (2021)
memberikan rekomendasi (Nainggolan, mengemukakan bahwa hasil yang
2021). Dewi et. all, (2021) SBAR adalah didapatkan selama 2 minggu di RSU
suatu bentuk alat komunikasi standar SARI MULIA dari 10 perawat ada 4
yang digunakan pada saat serah terima orang (40%) yang menjalankan
antara perawat dengan perawat, perawat komunikasi SBAR dengan nilai cukup
dengan dokter maupun perawat dengan baik sedangkan sisanya yaitu sebanyak 6
petugas kesehatan yang lain (Dewi et. orang (60%) melaksanakan juga SBAR
all, 2021).Komunikasi SBAR terdiri dari dengan nilai kurang (Devira, E.M, &
4 komponen, yaitu S (situation), B Widodo, 2021).Hasil penelitian Astuti,
(Background), A (Asessmen), dan R dkk (2019) didapatkan bahwa pada
(Recommendation) (Devira, E.M, & bulan Agustus 2017 di RSUD
Widodo, 2021). Banjarmasin, menggunakan metode

JURNAL SAHABAT KEPERAWATAN, VOL. 5 NO. 2, AGUSTUS 2023 94


JURNAL SAHABAT KEPERAWATAN
I S S N : 2656 -1115
Tersedia Online di: https://jurnal.unimor.ac.id/JSK

observasi dan wawancara diperoleh hasil kejadian KTD (kejadian tidak


metode handover yang saat ini dilakukan diharapkan) sebanyak 15 kejadian, KNC
sudah 40% menggunakan komunikasi (kejadian nyaris cidera) yaitu sebanyak
SBAR.Meskipun demikian SBAR 41 kejadian, dan KTC (kejadian tidak
belum maksimal dikarenakan masih ada cidera) terdapat sebanyak 76 kejadian.
unit perawatan lainnya yang belum Hasil wawancaranya dengan sepuluh
melaksanakan handover menggunakan perawat, insiden keselamatan pasien
metode komunikasi SBAR, Selain itu disebakan oleh sarana prasarana yang
penerapan dan pelaksanaan juga masih tidak memadai salah satunya sarana
berjalan 2 bulan sehingga perawat perlu dalam pelaksanaan timbang terima
beradaptasi terhadap perubahan tersebut pasien, dimana belum adanya SPO
(Astuti & dkk, 2019). (Standar Prosedur Operasional) dan
Berdasarkan hasil wawancara yang kerangka komunikasi dalam proses
diperoleh peneliti dari 10 orang perawat timbang terima. pelaksanaan timbang
di RS Santa Elisabeth Medan, terima antar shift diruang rawat inap
didapatkan hasil bahwa seluruh dilakukan berdasarkan tradisi yang
responden menerapkan komunikasi sudah ada dan belum memiliki kerangka
SBAR, hanya saja komunikasi yang timbang terima. Informasi yang kurang
digunakan belum optimal. Data yang maupun tidak lengkap dalam
diperoleh Rumah Sakit Elisabeth Medan pelaksanaan timbang terima tentunya
sebanyak 70% untuk komponen S dapat menyebabkan terjadinya kesalahan
(Situation), 70% untuk B (Backround), seperti lupa dalam memberikan terapi,
70% untuk komponen A (Assessment), tindakan keperawatan yang dilakukan
dan yang terakhir untuk komponen R tidak sesuai dengan rencana yang dapat
(Recommendation) sebanyak 80%. memungkinkan tidak teratasinya
Dengan jumlah total 10 orang perawat masalah dari pasien, kelalaian dan
yang dilakukan wawancara menyatakan kesalahan dapat berakibat pada
70% perawat melaksanakan secara kesinambungan dari perawatan pasien
efektif komunikasi SBAR dan masih ada yang tidak akan berjalan sesuai prosedur.
30% belum efektif. Sedangkan dari hasil Hal tersebut tentu dapat menimbulkan
observasi yang didapatkan dari 10 insiden keselamatan pasien
perawat di Rumah Sakit Elisabeth (Tatiwakeng, dkk 2021).
Medan sebanyak 60% untuk komponen Proses transisi dalam pelayanan
S (Situation), 50% untuk B (Backround), melibatkan pengalihan informasi dan
50% untuk komponen A (Assessment), tanggungjawab pelayanan. Seorang
dan yang terakhir untuk komponen R perawat melakukan transisi
(Recommendation) sebanyak 80%. tanggungjawab dan informasi antar jam
Penelitian yang dilakukan oleh jaga yang disebut juga sebagai proses
Mairosaa, dkk. (2019) di RSUD Padang “operan jaga”, informasi dengan dokter
Pariaman, diperoleh hasil bahwa selama maupun petugas kesehatan lain.
tiga tahun terakhir didapatkan parameter Komunikasi yang jelas, lengkap, dan
bahwa keselamatan pasien dengan angka adekuat menjadi kunci untuk menuju

JURNAL SAHABAT KEPERAWATAN, VOL. 5 NO. 2, AGUSTUS 2023 95


JURNAL SAHABAT KEPERAWATAN
I S S N : 2656 -1115
Tersedia Online di: https://jurnal.unimor.ac.id/JSK

keberhasilan dalam lingkup pelayanan memperbaiki pola komunikasi pada saat


kesehatan, maka dari itu petugas melakukan operan jaga (handover) harus
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit menggunakan suatu standar yang
dapat memilih strategi komunikasi yang strategis yaitu dengan mengunakan
telah dikembangkan untuk memastikan metode komunikasi SBAR. Upaya untuk
akurasi informasi seperti SBAR menurunkan insiden keselamatan pasien
(Wardhani, 2017). yang dapat dilakukan salah satunya
SBAR merupakan kerangka yang dengan cara Patient Safety; komunikasi
mudah diingat, mekanisme nyata yang efektif SBAR (Rezkiki & Utami, 2017).
digunakan untuk menyampaikan kondisi Renz et al mengungkapkan bahwa
pasien yang kritis atau perlu perhatian model teknik komunikasi SBAR
dan tindakan segera. Komponen SBAR membantu perawat untuk
diantaranya adalah S (Situation) berisi mengorganisasi cara berfikir,
tentang identitas pasien dan masalah saat mengorganisasi informasi, dan merasa
ini. B (Backround) berisi tentang riwayat lebih percaya diri saat berkomunikasi
penyakit atau situasi yang mendukung dengan dokter. Dengan adanya
masalah/situasi saat ini. A (Assesment) komunikasi SBAR dapat meningkatkan
berisi tentang kesimpulan masalah yang pengetahuan, sikap dan tindakan dari
sedang terjadi pada pasien sebagai hasil perawat. (Mardiana, Kristina, & Sulisno,
analisa terhadap situasion dan 2019).
Backround. R (Recommendation) berisi WHO (2017) juga
tentang rencana ataupun usulan yang merekomendasikan dan mewajibkan
akan dilakukan untuk mengenai dalam memperbaiki pola komunikasi
permasalahan yang ada (Handayani & seperti pada saat melakukan serah terima
Lubis, 2018). (Handover) pasien, transfer pasien dan
Pelaksanaan komunikasi SBAR lapor kondisi pasien harus menggunakan
merupakan salah satu metode suatu standar yang strategis yaitu dengan
komunikasi yang telah menggunakan metode komunikasi
direkomendasikan oleh World Health SBAR untuk menurunkan insiden
Organization untuk menyampaikan keselamatan pasien (Handayani & Lubis,
informasi penting yang memerlukan 2018).
perhatian dan tindakan segera, Komunikasi yang tidak efektif
komunikasi SBAR bukan hanya dapat menimbulkan kesalahpahaman
bertujuan untuk meningkatkan pelaporan kondisi pasien yang
pelayanan tetapi juga untuk berdampak pada keselamatan pasien saat
meningkatkan pemberian informasi yang diberikan tindakan. (Safitri & all, 2022).
akan mengurangi kejadian medical error Dalam upaya menjaga mutu
(Devira, E.M, & Widodo, 2021). Sejalan pelayanan keperawatan di sarana
dengan penelitian (Rezkiki & Utami, kesehatan yang berhubungan
2017) yang mengemukakan bahwa keselamatan pasien, banyak faktor yang
WHO (2007), mewajibkan untuk mempengaruhi prilaku seseorang dalam
anggota negara WHO dalam pelaksanan tindakan, termasuk

JURNAL SAHABAT KEPERAWATAN, VOL. 5 NO. 2, AGUSTUS 2023 96


JURNAL SAHABAT KEPERAWATAN
I S S N : 2656 -1115
Tersedia Online di: https://jurnal.unimor.ac.id/JSK

pelaksanaan perawat dan keselamatan Peneliti tertarik untuk melakukan


pasien (patient safety) dalam penelitian dengan judul “Penerapan
berkomunikasi efektif salah satunya komunikasi SBAR (Situation,
pada saat perawat melakukan timbang Background, Assesment,
terima (handover) (Rezkiki & Utami, Recommendation) oleh perawat saat
2017). Proses komunikasi SBAR handover di RS Santa Elisabeth Medan
terbukti telah menjadi alat komunikasi Tahun 2023”.
yang efektif dalam mengatur perawatan
akut untuk tingkatan komunikasi yang METODE PENELITIAN
urgen, terutama antara dokter dan Jenis desain penelitian yang
perawat, namun masih sedikit yang digunakan dalam penelitian ini adalah
diketahui dari efektifitas dalam survei analitik. Populasi dalam
pengaturan tentang hal yang lain. penelitian ini adalah seluruh perawat
Penelitian ini menunjukkan bahwa yang bekerja di RS Santa Elisabeth
penggunaan alat komunikasi SBAR Medan yang berjumlah 221 orang (DPK
yang disesuaikan kondisinya dapat PPNI RS Elisabeth Medan). Dalam
membantu dalam komunikasi, baik penelitian ini peneliti tidak melakukan
individu dengan tim yang akhirnya dapat uji validitas dan reliabilitas. Lembar
mempengaruhi perubahan dalam observasi yang digunakan untuk
meningkatkan budaya keselamatan mengukur penerapan metode
pasien dari tim, sehingga ada dampak komunikasi SBAR diadopsi dari lembar
positif dan terlihat ada perbaikan pada observasi standar yaitu SOP Badan
pelaporan insiden keselamatan. Hal PPSDMK Kementerian Kesehatan RI
tersebut perlu diteliti lebih lanjut (Tutiany, Lindawati, & Paula, 2017).
mengenai cara meningkatkan Instrumen yang digunakan dalam
komunikasi interprofesional antara penelitian dengan menggunakan
perawat dan dokter melalui pendekatan observasi dalam penelitian ini mengacu
dengan sistem komunikasi SBAR. pada parameter yang telah dibuat oleh
Diharapkan dengan komunikasi SBAR peneliti sesuai dengan penelitian yang
dapat meningkatkan kemampuan akan dilakukan (Polit & Back, 2012).
komunikasi perawat kepada dokter Teknik pengumpulan data dalam
dalam praktek kolaborasi perawat dokter penelitian ini adalah dengan mengisi
sehingga mutu pelayanan kepada pasien lembar observasi secara langsung
dapat meningkat (Mardiana, Kristina, & kepada subjek penelitian untuk melihat
Sulisno, 2019). penerapan komunikasi SBAR oleh
perawat saat serah terima.

JURNAL SAHABAT KEPERAWATAN, VOL. 5 NO. 2, AGUSTUS 2023 97


JURNAL SAHABAT KEPERAWATAN
I S S N : 2656 -1115
Tersedia Online di: https://jurnal.unimor.ac.id/JSK

HASIL PENELITIAN
TABEL 1
Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan
Terakhir, Masa Kerja dan Pelatihan Komunikasi SBAR

Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)


Usia
22 – 25 tahun 22 15,5
26 – 35 tahun 58 40,8
36 – 45 tahun 44 31,0
46 – 55 tahun 17 12,0
56 – 65 tahun 1 0,7
Jenis Kelamin
Laki – laki 14 9,9
Perempuan 128 90,1
Pendidikan Terakhir
D3 71 50,0
Ners 71 50,0
Masa Kerja
1–5 Tahun 43 30,3
6–10 Tahun 39 27,5
11–15 Tahun 14 9,9
16–20 Tahun 12 8,5
>21 Tahun 34 23,9
Pelatihan Komunikasi SBAR
Ya 87 61,3
Tidak 55 38,7

Berdasarkan tabel 1 Distribusi orang (50,0%), sama dengan Ners


frekuensi responden bahwa dari 142 sebanyak 71 orang (50,0%). Data
responden, didapatkan data umur berdasarkan masa kerja responden
responden yaitu usia 22-25 tahun diperoleh lebih banyak 1 – 5 tahun
sebanyak 22 orang (15,5%), Sebagian sebanyak 43 orang (30,3%), 6-10 tahun
besar pada usia 26-35 tahun sebanyak 58 sebanyak 39 orang (27,5%), 11-15 tahun
orang (40,8%), usia 36-45 tahun sebanyak 14 orang (9,9%), minoritas 16-
sebanyak 44 orang (31,0%), usia 46-55 20 tahun sebanyak 12 orang (8,5%) dan
tahun sebanyak 17 orang (12,0%) dan masa kerja >21 tahun sebanyak 34 orang
minoritas usia 56-65 tahun sebanyak 1 (23,9%). Dan data responden
orang (0,7%). Data jenis kelamin berdasarkan pelatihan komunikasi
responden, mayoritas perempuan SBAR yang pernah diikuti yaitu
sebanyak 128 orang (90,1%) dan mayoritas ya sebanyak 87 orang (61,3%)
minoritas laki-laki sebanyak 14 orang dan minoritas tidak sebanyak 55 orang
(9,9%). Data pendidikan terakhir (38,7%).
responden diperoleh D3 sebanyak 71

JURNAL SAHABAT KEPERAWATAN, VOL. 5 NO. 2, AGUSTUS 2023 98


JURNAL SAHABAT KEPERAWATAN
I S S N : 2656 -1115
Tersedia Online di: https://jurnal.unimor.ac.id/JSK

TABEL 2
Distribusi Frekuensi Dan Persentase Penerapan Komunikasi SBAR Oleh Perawat
Di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2023

No. Situation Frekuensi (f) Persentase (%)


1. Baik 119 83,8
2. Cukup Baik 23 16,2
3. Kurang Baik 0 0
Total 142 100

Berdasarkan tabel 6 distribusi mayoritas penerapan baik sebanyak 119


frekuensi dan persentase penerapan orang (83,8%), dan minoritas cukup baik
komunikasi SBAR oleh perawat di RS sebanyak 23 orang (16,2%).
Santa Elisabeth Medan Tahun 2023,

PEMBAHASAN meningkatkan kepuasan pasien dan


Berdasarkan hasil penelitian yang keluarga pasien terhadap pelayanan yang
dilakukan oleh peneliti di RS Santa perawat berikan. Perawat juga harus
Elisabeth Medan, melalui metode lembar memahami bagaimana keadaan pasien
observasi pada perawat yang diperoleh dan dilaporkan dalam handover untuk
dari 142 responden didapatkan hasil memberikan pelayanan yang baik
bahwa penerapan komunikasi SBAR kepada pasien.
oleh perawat mayoritas penerapan baik Asumsi dari peneliti didukung oleh
sebanyak 119 orang (83,8%), dan penelitian (Diniyah, 2017), yang
minoritas cukup baik sebanyak 23 orang mengatakan bahwa komunikasi diantara
(16,2%). tenaga kesehatan merupakan salah satu
Dari hasil penelitian yang komponen penting dalam membangun
didapatkan bahwa penerapan suksesnya sebuah pelayanan kesehatan.
komunikasi SBAR oleh Perawat di RS Proses handover dalam kegiatan
Santa Elisabeth Medan dikatakan baik. keperawatan dapat menimbulkan
Penulis berasumsi bahwa perawat masalah keselamatan pasien. Hal ini
menyadari betapa pentingnya terjalin dikarenakan 80% dari masalah tersebut
komunikasi yang baik antar perawat menyebabkan medical error. Kegiatan
terlebih pada saat melakukan handover handover yang tidak disertai dengan
guna menghindari terjadinya kesalahan komunikasi yang efektif dapat
dalam pelayanan keperawatan. Perawat menyebabkan kesalahan yang dapat
juga menyadari bahwa tidak baiknya merugikan pasien (Trinesa et al., 2020).
komunikasi dalam handover juga dapat Pelaksanaan handover yang tidak sesuai
menyebabkan kesalahan fatal untuk juga dapat berisiko terhadap
pasien. Perawat dalam melakukan ketidaksesuaian dalam melakukan
komunikasi yang baik dapat asuhan keperawatan, sehingga

JURNAL SAHABAT KEPERAWATAN, VOL. 5 NO. 2, AGUSTUS 2023 99


JURNAL SAHABAT KEPERAWATAN
I S S N : 2656 -1115
Tersedia Online di: https://jurnal.unimor.ac.id/JSK

berpotensi terhadap keselamatan pasien (2017) menjelaskan bahwa dalam proses


dan penambahan biaya perawatan pelaksanaan SBAR ini pola yang terjalin
(Sulistyawati & Haryuni, 2019). adalah antara perawat dengan dokter,
Sejalan dengan penelitian yang saat proses serah terima mereka
dilakukan oleh Hidajah et al (2018) dari menggunakan SBAR yang telah
total 40 orang perawat dinyatakan 87% dikembangkan lagi dimana dalam
perawat melaksanakan secara efektif pelaksanaannya ditambahkan data
komunikasi SBAR sedangkan 13% tentang pemeriksaan DJJ atau (denyut
sisanya dinilai tidak efektif untuk jantung janin) yang abnormal. Hal ini
melaksanakan komunikasi SBAR. dimaksudkan untuk menghemat waktu
Didukung dengan penelitian yang jika terjadi keadaan gawat darurat dan
dilakukan oleh Rezkikih, et. all (2017) mempermudah agar dokter dapat
mengemukakan bahwa dari seluruh mengambil keputusan klinis segera.
responden, tercatat masih ada sebanyak
12 orang (33,3%) responden KESIMPULAN
melaksanakan komunikasi SBAR Peneliti menyimpulkan bahwa
dengan baik. penerapan komunikasi SBAR yang di
Komunikasi SBAR dapat lakukan oleh perwat diruangan
dilaksanakan baik secara langsung atau merupakan suatu kepentingan dalam
tatap muka dan dapat juga dilakukan via melakukan komunikasi yang baik
telepon, selain itu pelaksanaan terlebih pada saat melakukan handover,
komunikasi SBAR ini dapat juga dan ini berguna agar tidak terjadi
digunakan pada farmasi ataupun tenaga kesalahan dalam pelayanan
pendukung lainnya yang berada dirumah keperawatan. Perawat dalam melakukan
sakit dan terhubung dengan pasien. komunikasi yang baik dapat
Seperti salah satu penelitian yang meningkatkan kepuasan pasien dan
dilakukan oleh Mardiana (2019) terkait keluarga pasien terhadap pelayanan yang
penggunaan komunikasi SBAR perawat perawat berikan pada setiap pasien yang
kepada dokter menemukan hasil bahwa di rawat.
ada perbedaan perawat dalam
berkomunikasi dengan dokter setelah UCAPAN TERIMAKASIH
dilakukan pelatihan terjadi peningkatan Ucapan terima kasih mungkin
yang signifikan pada kelompok perawat dianggap sebagai hal yang biasa dan
yang menerima intervensi sedangkan terkadang di anggap remeh dan lupa
pada kelompok yang tidak menerima untuk di ucapkan, tetapi akan menjadi
intervensi tidak terjadi peningkatan hal luarbiasa apabila diberikan pada
apapun, maka diketahui bahwa waktu yang tepat, dan disini saya
peningkatan terhadap kemampuan mengucapkan terima kasih kepada orang
perawat untuk berkomunikasi dengan yang berperan dalam menyelesaikan
dokter meningkat seiring dengan penelitian saya sehingga penelitian ini
diberikannya intervensi berupa dapat selesai dengan tepat waktu.
pelatihan. Selanjutnya dalam Ting et al,

JURNAL SAHABAT KEPERAWATAN, VOL. 5 NO. 2, AGUSTUS 2023 100


JURNAL SAHABAT KEPERAWATAN
I S S N : 2656 -1115
Tersedia Online di: https://jurnal.unimor.ac.id/JSK

DAFTAR PUSTAKA Stikes Panakkukang Makassar.


Astuti, N., & Ilmi, B. (2019). Penerapan Handayani, F., & Lubis, V. H. (2018).
Komunikasi Situation, Faktor – Faktor Yang
Background, Assesment, Mempengaruhi Kepatuhan Dalam
Recomendation (Sbar) Pada Serah Terima Pasien Di Rumah
Perawat Dalam Melaksanakan Sakit X Dan Y. Jurnal Kesehatan
Handover. Indonesian Journal Of Stikes Imc Bintaro 2(1), 22–37.
Nursing Practices. 3(1), 42–51. Mardiana, S. S., Kristina, T. N., &
Ariani, Tutu April. (2018). Komunikasi Sulisno, M. (2019). Penerapan
Keperawatan. Malang : Universitas Komunikasi Sbar Untuk
Muhammadiyah Meningkatkan Kemampuan
Devira, P. A., Gaghauna, E. E. M., & Perawat Dalam Berkomunikasi
Widodo, H. (2021). Pelaksanaan Dengan
Timbang Terima Menggunakan Muhith & Siyoto. (2018). Aplikasi
Komunikasi Sbar Pada Proses Komunikasi Terapeutik Nursing &
Transfer Pasien Ke Ruang Health. Yogyakart : Cv. Andi
Perawatan Untuk Tenaga Offset.
Kesehatan: Narative Review Nainggolan, S. S. (2021). Penerapan
Journal Of Nursing Invention. 2(1), Komunikasi Sbar (Situation,
49–55. Background, Assesment,
Dewi, V. C., Sriningsih, N., & Winarni, Recomendation) Oleh Perawat Di
M. L. (2021). Hubungan Rumah Sakit Pusri Palembang.
Kepatuhan Penerapan Komunikasi Jurnal Kesehatan Saelmakers
Sbar Dengan Keselamatan Pasien Perdana. 4(1), 167–176.
Pada Perawat Di Rsu Kabupaten Nelista, Yosefina. (2021). Komunikasi
Tangerang Di Rsu Kabupaten Keperawatan. Bandung : Media
Tangerang. Berkala Ilmiah Sains Indonesia.
Mahasiswa Ilmu Keperawatan Ovari Isna, (2017). Hubungan
Indonesia 9(1), 39–45. Pelaksanaan Metode Komunikasi
Dyci, M., Pertiwiwati, E., & Setiawan, Sbar Saat Timbang Terima Tugas
H. (2018). Gambaran Penerapan Keperawatan Dengan Kepuasan
Sbar Dan Tulbakon Dalam Kerja Perawat : 134- 135
Komunikasi Interdisipliner (Studi Https://Www.Neliti.Com/Id/Publi
Penelitian Di Rsud Ratu Zalecha cations/275155/Hubungan-
Martapura). Dunia Pelaksanaan-Metode-Komunikasi-
Keperawatan6(2), 71–78. Situation-Background-Assesment-
Fadila, N. (2020). Hubungan Penerapan Recomendat
Komunikasi Sbar Saat Pieter, Herri Zan. (2017). Dasar-Dasar
Handoverdengan Kepuasan Kerja Komunikasi Bagi Perawat. Jakarta
Perawat Di Ruang Rawat Inap : K E N C A N A. Edisi 1
Rsud Labuang Baji Makassar. Rezkiki, F & Gita, S, U. (2017). Faktor

JURNAL SAHABAT KEPERAWATAN, VOL. 5 NO. 2, AGUSTUS 2023 101


JURNAL SAHABAT KEPERAWATAN
I S S N : 2656 -1115
Tersedia Online di: https://jurnal.unimor.ac.id/JSK

Yang Berhubungan Dengan Berpengaruh Terhadap Kualitas


Penerapan Komunikasi Sbar Di Handover Pasien Di Ruang Rawat
Ruang Rawat Inap. Jurnal Human Inap Rumah Sakit.Jurnal Ilmiah
Care, 1(2). Ilmu Kesehatan Vol .7, No.1.Hal
Safitri, W., Suparmanto, G., Istiningtyas, 19-26
A., Kusuma, U., & Surakarta, H. Tutiany, Lindawati, & Paulla, K. (2017).
(2022). Issn : 2087 – 5002 Manajemen Keselamatan Pasien
Background , Assesment , (Edisi Tahu). Kementerian
Recomendation ) Di Instalasi Issn : Kesehatan Republik Indonesia
2087 – 5002. 13(2), 167–174. Badan Pengembangan Dan
Sari, D. P., Susani, Y. P., Rizki, M., Pemberdayaan Sumber Daya
Pambudi, T., Studi, P., Dokter, P., Manusia Kesehatan
& Mataram, U. (2019). Pelatihan Tatiwakenga, R. V., Mayulub, N , &
Struktur Komunikasi Sbar Bagi Larirac, D. M. (2021). Hubungan
Tenaga Kesehatan Di Rumah Sakit Penggunaan Metode Komunikasi
Universitas Mataram. 6, 206–219. Efektif Sbar Dengan Pelaksanaan
Sulistyawati W & Sri H.(2019). Timbang Terima (Handover)
Supervisi Tentang Komunikasi Systematic Review. 9 (2), 77–88.
Sbar (Situation, Background,
Assesmen And Recommendation)

JURNAL SAHABAT KEPERAWATAN, VOL. 5 NO. 2, AGUSTUS 2023 102

Anda mungkin juga menyukai