Farkom Kelompok 2 Kelas Z
Farkom Kelompok 2 Kelas Z
FARMASI KOMUNITAS
Disusun Oleh:
KELOMPOK 2
- Pitri Kurnia Saputri (4820102220047)
- Prila Rahmatika (4820102220048)
- Putri Afrina Hayatie (4820102220049)
- Rahmawati (4820102220050)
- Ramadhani (4820102220051)
- Rastina Lestari (4820102220052)
- Raudatul Fitri (4820102220053)
- Rika Amelia (4820102220054)
- Riny Dwi Desemi L (4820102220055)
1.3 Tujuan
Supaya mengetahui bagaimana apoteker menyediakan obat-obatan,
farmasi komunitas juga memberikan perhatian khusus pada pencegahan
penyakit dan edukasi kesehatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Telefarmasi
Telefarmasi merupakan salah satu bentuk telemedisin, yang mana
telemedisin telah lebih dahulu diadopsi pada pelayanan kesehatan.
Telemedisin merupakan konsep pelayanan kesehatan yang dapat dilakukan
oleh seluruh tenaga kesehatan, tetapi telefarmasi memiliki lingkup yang lebih
khusus karena hanya dapat dilakukan oleh apoteker (Poudel & Nissen, 2016).
Pelayanan kefarmasian yang dapat diberikan melalui telefarmasi diantaranya
yaitu pemantauan dan review terapi obat, disp ensing obat, verifikasi
peracikan sediaan steril dan non-.steril, manajemen terapi obat, penilaian
kondisi pasien, konseling pasien, penilaian hasil terapi obat, dan pemberian
informasi obat (Alexander et al., 2017).
Berdasarkan PMK No. 14 Tahun 2021, telefarmasi adalah pelayanan
kefarmasian oleh apoteker melalui penggunaan teknologi telekomunikasi dan
sistem informasi kepada pasien. Telefarmasi meliputi pelayanan informasi
obat, konseling pasien, monitoring terapi obat dan kepatuhan pasien, serta
monitoring efek samping obat (Baldoni et al. dalam Farid et al., 2022).
Terlepas dari keterbatasannya (misalnya, implikasi hukum dan aksesibilitas
variabel dari teknologi yang diperlukan), telefarmasi telah diadopsi secara
efektif untuk menyediakan layanan farmasi di daerah yang menghadapi
masalah ekonomi dan geografis, yang selama pandemi saat ini dapat
mencakup masalah karantina ataupun pembatasan kegiatan masyarakat
(Plantado et al. dalam Farid et al., 2022).
Telefarmasi menjadi alternatif dalam memperluas jangkauan apotek,
dengan adanya sistem informasi kesehatan elektronik seperti catatan
kesehatan elektronik dapat memberikan informasi yang lebih mudah diakses
oleh apoteker tentang pemeriksaan dan terapi obat yang diresepkan (Pedersen
et al. dalam Rahayu et al., 2023). Telefarmasi itu sendiri dapat didefinisikan
sebagai penyedia pelayanan apoteker oleh apoteker terdaftar melalui
penggunaan telekomunikasi untuk pasien secara jarak jauh. Pelayanan
telefarmasi itu sendiri dapat berupa pemilihan obat, penelaahan resep dan
dispensing, konseling, monitoring pasien, serta penyediaan layanan klinis (Le
et al. dalam Rahayu et al., 2023). Telefarmasi membantu sistem kesehatan
untuk memperluas layanan dengan biaya tambah yang lebih rendah dengan
mempekerjakan satu apoteker penuh waktu, yang berinteraksi dengan pasien
dan profesional melalui telekomunikasi jarak jauh.
Teknologi komunikasi telah kemanfaatan dalam pelayanan kesehatan
selama pandemi (Music et al., 2022). Penerapan telefarmasi menjadi harapan
sekaligus tantangan tersendiri bagi apoteker yang ada di rumah sakit maupun
apotek komunitas, terutama dalam hal memberikan perawatan kefarmasian
kepada pasien rawat jalan (Helmy et al., 2022) (Tortajada-Goitia, 2020).
Kajian pustaka ini bertujuan untuk memaparkan hasil penelitian mengenai
penerapan telefarmasi di dunia. Tinjauan pustaka ini menjawab permasalahan
berupa gambaran pelayanan telefarmasi, dampaknya serta sejauh mana
peraturan terkait telefarmasi di masing-masing negara.
Berdasarkan pada Permenkes tahun 2021 tentang Standar Kegiatan
Usaha dan Produk pada Penyelenggara Perizinan Berusahan Berbasis Risiko
Sektor Kesehatan, dalam melakukan pelayanan Telefarmasi secara jejaring,
Apotek harus bermitra dengan Penyelenggara Sistem Elektronik Farmasi
(PSEF) dalam penggunaan sistem elektronik berupa retail online atau
marketplace pada fitur khusus kefarmasian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Adapun Pelayanan Telefarmasi dapat dilakukan untuk
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan BMHP kecuali narkotika dan
psikotropika, sediaan injeksi (selain insulin) serta implan KB (Permenkes,
2021).
PSEF sendiri merupakan badan hukum yang menyediakan, mengelola,
dan/atau mengoperasikan Sistem Elektronik untuk keperluan dirinya dan/atau
keperluan pihak lain, contohnya pada pelayanan telefarmasi. Adapun
kebijakan telefarmasi di Indonesia sesuai dengan
SEHK.02.01/MENKES/303/2020 Tahun 2020 tentang telefarmasi dalam
rangka telemedisin dan tertuang dalam PMK No 14 tahun 2021 tentang
Penyelenggara Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Sektor Kesehatan, dan
Peraturan BPOM No. 8 tahun 2020 tentang pengawasan obat dan makanan
yang diedarkan secara daring.
Berdasarkan PMK No. 14 Tahun 2021, Sistem Elektronik Farmasi
digunakan untuk mendukung fasilitas pelayanan kefarmasian dalam hal
telefarmasi, meliput informasi ketersediaan Obat, Pelayanan resep elektronik,
pelayanan swamedikasi, pengantaran Obat dan/atau pelayanan kefarmasian
secara elektronik lain sesuai standar pelayanan kefarmasian. Selain itu
berdasarkan Peraturan BPOM No. 8 tahun 2020, Apotek dan PSEF
(Penyelenggara Sistem Elektronik Farmasi) menyediakan fungsi komunikasi
secara langsung antara pasien dengan apoteker.
Berdasarkan pada jurnal Rahayu et al. (2023) menyebutkan beberapa
bentuk pelayanan telefarmasi di berbagai negara. Diantaranya pada negara
Kanada, bentuk pelayanan telefarmasinya ialah dengan menggunakan
platform GeriMedRisk. Platform ini merupakan layanan konsultasi
farmakologi geriatrik yang bertujuan untuk mengoptimalkan pengobatan
pasien untuk meningkatkan kognisi, mobilitas, fungsi dan kesehatan mental
metode konsultasi menggunakan telepon dan melalui video. Selain itu, pada
negara Uni Emirat Arab juga melakukan telefarmasi menggunakan aplikasi
melalui telepon, email, website, media sosial (Facebook dan Instagram), dan
aplikasi pesan teks dalam pelayanan penjualan obat secara online dan
penawaran layanan pengiriman obat.
Hasil pada jurnal Indonesia ini memiliki karakteristik yang sama bahwa
harus diadopsi dengan sistem digital dengan tekonologi yang cukup memadai
untuk melakukan layanan kefarmasian. Tugas apoteker pada telefarmasi
memberikan asuhan kefarmasian kepada pasien dengan adaptasi teknologi dari
luar negeri yang mana telefarmasi yang telah siap digunakan dengan sistem, dan
ada beberapa penelitian untuk mengukur pengetahuan dan persepsi apoteker dan
mahasiswa terhadap telefarmasi dan juga beberapa memberikan layanan
telefarmasi hal ini menjadi sisi positif farmasi komunitas Indonesia yang mulai
berkembang untuk adaptasi teknologi untuk memecahkan berbagai masalah
dengan telefarmasi.
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Dapat diambil kesimpulan bahwa masyarakat saat ini sudah banyak yang
paham mengenai telefarmasi. Kepuasan pasien dan perawat meningkat secara
signifikan setelah implementasi layanan telefarmasi. Akan tetapi dalam
pemanfaatan telefarmasi untuk memenuhi kebutuhan obat secara swamedikasi
pada kelompok usia produktif di era pandemi COVID-19 masih kurang,
diperlukan upaya sosialisasi layanan telefarmasi untuk menunjang keterjangkauan
pelayanan kefarmasian.
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Alexander, E., Butler, C. D., Darr, A., Jenkins, M. T., Long, R. D., Shipman, C.
J., & Stratton, T. P. (2017). ASHP Statement on Telepharmacy. American
Journal of Health-System Pharmacy. Vol 74(9),
e236-e241.doi:10.2146/ajhp170039
Alexander E, Butler CD, Darr A, Jenkins MT, Long RD, Shipman CJ, et al.
ASHP Statement on telepharmacy. American Journal of Health-System
Pharmacy [Internet]. 2017 May 1 [cited 2020 May 21];74(9):e236–41.
Available from: https://academic.oup.com/ajhp/article/74/9/e236/5102780
Bahlol M, Dewey RS. (2021). Pandemic preparedness of community pharmacies
for COVID-19. (2020). Res Social Adm Pharm. Vol 17(1):1888-1896.
BPOM. 2020. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 8 Tahun
2020 Tentang Pengawasan Obat dan Makanan yang Diedarkan Secara
Daring. Jakarta.
Casey, M.M. et al. (2010a) ‘Current practices and state regulations regarding
telepharmacy in rural hospitals’, American Journal of Health-System
Pharmacy, 67(13), pp. 1085–1092. doi:10.2146/ajhp090531.
Clifton, G. D., Byer, H., Heaton, K., Haberman, D. J. and Gill, H. (2003)
‘Provision of pharmacy services to underserved populations via remote
dispensing and two-way videoconferencing.’, American Journal of Health-
System Pharmacy, 60(24), pp. 2577–2582. doi: 10.1093/ajhp/60.24.2577.
Farid, A. F., Adelia Z. F., Alifia M. S., Dewi E. S., Febi E. S., Frizca M. A. V.,
Kevin K. O., Livia K., Nancy E. M. D., Natasha F., Salsabila, S. N. A.,
Salsabela K., Yasmin Z., Toetik A. 2022. Efektivitas Penggunaan Layanan
Telefarmasi di Era Pandemi COVID-19 dari Perspektif Masyarakat. Jurnal
Farmasi Komunitas. 9(2): 152-157.
Helmy Mohamad, A., Farouk Hassan, G. and S. Abd Elrahman, A. (2022)
‘Impacts of ecommerce on planning and designing commercial activities
centers: A developed approach’, Ain Shams Engineering Journal, 13(4), p.
101634. doi:10.1016/j.asej.2021.11.003
Kementerian Kesehatan RI. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 9 Tahun 2017 Tentang Apotek. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2020. Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor
HK.02.01/MENKES/303/2020 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Kesehatan Melalui Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019
(COVID-19). Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2021. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2021 Tentang Standar Kegiatan Usaha dan
Produk pada Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Sektor
Kesehatan. Jakarta.
Kemenkes. (2021). Peraturan menteri kesehatan RI nomor 14 tahun 2021 tentang
Stadar Kegiatan Usaha dan Produk pada Penyelenggara Perizinan
Berusahan Berbasis Risiko Sektor Kesehatan. Jakarta: Depkes RI
Le, T., Toscani, M., Colaizzi, J., 2020. Telepharmacy: a new paradigm for our
profession. J. Pharm. Pract. 33, 176–182. https://doi.org/10.1177/
0897190018791060
Music, J. et al. (2022) ‘Telecommuting and food E-commerce: Socially
sustainable practices during the COVID-19 pandemic in Canada’,
Transportation Research Interdisciplinary Perspectives, 13, p. 100513.
doi:10.1016/j.trip.2021.100513
Unni, E. J., Patel, K., Beazer, I. R. and Hung, M. (2021) ‘Telepharmacy during
COVID-19: A Scoping Review.’, Pharmacy, 9(4), pp. 183-195. doi:
10.3390/pharmacy9040183
Pedersen CA, Schneider PJ, Scheckelhoff DJ. (2016). ASHP national survey of
pharmacy practice in hospital settings: Monitoring and patient education.
The American Journal of Health-System Pharmacy. Vol 73(17): 1307–
1330.
Plantado ANR, de Guzman HJD, Mariano JEC, Salvan MRAR, Benosa CAC,
Robles YR. (2021). Development of an Online Telepharmacy Service in the
Philippines and Analysis of Its Usage During the COVID-19 Pandemic. J
Pharm Pract. Vol 17:897-1900211033120.
Poudel A., Nissen L.M. (2016). Telepharmacy: A pharmacist’s perspective on the
clinical benefits and challenges. Integr. Pharm. Res. Pract. Vol 5:75–82.
Presiden RI. 2014. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga
Kesehatan. Jakarta.
Rahayu, F. R., Iqbal S. R., & Rini H. 2023. Review Artikel : Pelaksanaan
Telefarmasi Pada Pelayanan Kefarmasian Di Farmasi Komunitas. Journal
of Pharmaceutical and Sciences. 6(1): 273-280.
Segal, E. M., Alwan, L., Pitney, C., Taketa, C., Indorf, A., Held, L., Lee, K. S.,
Son, M., Chi, M., Diamantides, E., dan Gosser, R. (2020). Establishing
Clinical Pharmacist Telehealth Services during the COVID-19 Pandemic.
American Journal of Health-System Pharmacy, 77(17), 1403–1408.
https://doi.org/10.1093/ajhp/zxaa184
Setyawati, S.D. 2016. Persepsi Konsumen Apotek Terhadap Apoteker Farmasi
Komunitas Apotek Wilayah Kecamatan Banjarnegara Jawa Tengah. Naskah
Publikasi Karya Tulis Ilmiah, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.
Wattanathum, K. (2021) ‘Types of activities and outcomes of telepharmacy: a
review article.’, Isan Journal of Pharmaceutical Sciences, 17(3), pp. 1-15.
doi: 10.14456/ijps.2021.13.