Anda di halaman 1dari 34

PENGARUH GLISERIN TERHADAP STABILITAS FISIK

FORMULA PEMBERSIH WAJAH YANG MENGANDUNG


MIKRO EMULSI EKSTRAK ETANOL 70% AKAR KELAKAI
(Stenochlaena palustris (Burn. F) Bedd.)

Usul Penelitian

Untuk Memenuhi Persyaratan Melakukan


Penelitian Dalam Rangka Penyusunan Skripsi

Oleh

Walidatun Muawiyah
NIM SF21251

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS BORNEO LESTARI BANJARBARU

FEBRUARI 2023
LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH GLISERIN TERHADAP STABILITAS FISIK


FORMULA PEMBERSIH WAJAH YANG MENGANDUNG
MIKRO EMULSI EKSTRAK ETANOL 70% AKAR KELAKAI
(Stenochlaena palustris (Burn. F) Bedd.)

Oleh

Walidatun Muawiyah
NIM SF21251

Disetujui Oleh Pembimbing Untuk Melakukan Seminar Skripsi I :

Pembimbing I Pembimbing II

apt. Dyera Forestryana, M.Si apt. Putri Indah Sayakti, M.Pharm, Sci
NIK. 010512023 NIK. 020114049

Mengetahui,
Ketua Program Studi Sarjana Farmasi

apt. Eka Fitri Susiani, M.Sc


NIK. 010512024

ii
PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH GLISERIN TERHADAP STABILITAS FISIK


FORMULA PEMBERSIH WAJAH YANG MENGANDUNG
MIKRO EMULSI EKSTRAK ETANOL 70% AKA KELAKAI
(Stenochlaena palustris (Burn. F) Bedd.)

Oleh
Walidatun Muawiyah
NIM SF21251

Disetujui Oleh Dewan Penguji Untuk Melakukan Penelitian Dalam


Rangka Penulisan Skripsi Pada Tanggal :…………………

Pembimbing I Pembimbing II

apt. Dyera Forestryana, M.Si apt. Putri Indah Sayakti,


NIK. 010512023 M.Pharm,Sci
NIK. 020114049

Penguji I Penguji II

apt. Wahyudin Bin Jamalluddin, Nafilah M.Si


M.Si NIK. 010210009
NIK. 300718098

Mengetahui,
Ketua Program Studi Sarjana Farmasi Universitas Borneo Lestari

apt. Eka Fitri Susiani, M.Sc


NIK. 010512024

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................
DAFTAR TABEL.............................................................................................................
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................
BAB I.................................................................................................................................
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................
1.2 Perumusan Masalah...........................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................................
BAB II...............................................................................................................................
2.1 Tanaman Kelakai (Stenochlaena Palustris).......................................................
2.2 Ekstrak................................................................................................................
2.3 Kosmetik............................................................................................................
2.4 Toner................................................................................................................
2.5 Mikro Emulsi...................................................................................................
BAB III............................................................................................................................
3.1 Rancangan Penelitian.......................................................................................
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian..........................................................................
3.3 Populasi dan Sampel........................................................................................
3.4 Variabel Penelitian...........................................................................................
3.5 Teknik Pengumpulan Data...............................................................................
3.6 Alat dan Bahan.................................................................................................
3.7 Prosedur Penelitian...........................................................................................
3.8 Analisis Data....................................................................................................
3.9 Jadwal Penelitian..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Formula Pembuatan Mikro Emulsi...................................................................


Tabel 2. Formula Pembuatan Ekstrak Etanol 70% Akar Kelakai...................................
Tabel 3. Jadwal Penelitian...............................................................................................

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tanaman Kelakai.............................................................................................

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebersihan kulit wajah perlu dijaga untuk mendapatkan kulit yang

sehat. Kulit wajah merupakan salah satu organ atau bagian tubuh manusia

yang esensial, vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan.

Kulit wajah juga sangat kompleks, elastis, dan sensitif, serta bervariasi.

Setiap orang memiliki jenis kulit wajah yang berbeda-beda seperti

berminyak, normal, kering dan sensitif. Dari perbedaan jenis kulit wajah,

maka permasalahan yang dialami tiap orang juga berbeda. Solusi untuk

mengatasi permasalahan kulit wajah dengan melakukan perawatan.

Perawatan kulit wajah dapat dilakukan dengan dua cara seperti perawatan

kulit dari dalam dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung

vitamin dan perawatan kulit wajah dari luar dengan menggunakan produk

skincare berupa kosmetik, toner, krim yang dioleskan pada permukaan

kulit wajah dengan perlakuan khusus. Dengan perawatan maka

penampilan kulit wajah akan terlihat sehat, terawat, serta memancarkan

kesegaran (Ainur Rohmah, 2016).

Menurut (Markplus, 2020). Wanita Indonesia menggunakan make-

up selama 1 minggu penuh (22,2%) yang berarti mereka tetap

menggunakan make-up walaupun sedang tidak melakukan aktivitas di

hari kerja. Dengan ini perlu adanya penggunaan toner untuk

membersihkan makeup yang menempel pada kulit wajah. Toner adalah

1
2

pembersih yang dirancang untuk menyegarkan dan juga diaplikasikan

setelah menggunakan krim pembersih. Toner dapat menghilangkan sisa-

sisa make-up, memberikan pengelupasan ringan dan dapat memberikan

sensasi dingin pada wajah. Permasalahannya yang ada saat ini produk-

produk yang dipasaran sangat beragam berbahan tinggi alkohol mulai dari

bentuk sabun, foam, gel dan krim bisa membuat wajah menjadi kering

dan membuat pori-pori membesar bahkan juga ada yang menggunakan

obat sintetik yang biasanya diberikan secara topikal. Salah satu obat-

obatan topikal yang sering digunakan untuk mengatasi jerawat adalah

antibiotik dan retinoid, namun penggunaan obat tersebut sering

memberikan efek samping seperti iritasi pada kulit.

Khususnya penggunaan antibiotik, selain dapat menimbulkan

iritasi juga dapat menyebabkan resistensi obat, yaitu keadaan dimana obat

antibiotik sudah tidak efektif lagi dalam membunuh suatu bakteri

sehingga menurunkan kemanjuran antibiotik dan dapat memperparah

jerawat (Habeshian & Cohen, 2020). Berdasarkan efek samping yang

terjadi saat menggunakan obat-obatan sintetik masyarakat merasa takut

dan khawatir menggunakan obat-obatan sintetik sehingga di perlukan

suatu bahan alami yang dapat menimalisir efek samping tersebut. Salah

satunya adalah tanaman kelakai.

Menurut (Adawiyah & Rizky, 2018), akar kelakai mengandung

beberapa senyawa bioaktif seperti fenolik, flavonoid, alkaloid dan

keluarga terpenoid yang telah terbukti efektif sebagai antioksidan. Hasil


3

uji aktivitas antioksidan pada ekstrak etanol akar kelakai yang tumbuh

pada tanah pasir dan tanah gambut memiliki aktivitas antioksidan yang

sangat kuat. Hal tersebut ditandai dengan nilai IC50 pada ekstrak etanol

akar kelakai tanah gambut sebesar 19,06 ppm dan ekstrak etanol akar

kelakai tanah pasir sebesar 24,40 ppm.

Dari uraian di atas diketahui sejauh penelusuran yang dilakukan

belum ada formulasi pembersih wajah dengan variasi gliserin yang

tujuannya untuk mengetahui formula mana yang paling optimum dan

hasil evaluasinya paling baik sehingga peneliti tertarik membuat skripsi

yang berjudul “Pengaruh Gliserin Terhadap Stabilitas Fisik Formula

Pembersih Wajah Yang Mengandung Mikro Emulsi Ekstrak Etanol 70%

Akar Kelakai. Penggunaan gliserin tersebut berfungsi sebagai emolient

sehingga dapat menjaga kelembapan pada kulit wajah.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh penggunaan variasi konsentrasi gliserin pada

formulasi toner ekstrak etanol 70% akar kelakai ?

2. Manakah formula yang memberikan pengaruh paling baik terhadap

sifat fisik toner ekstrak 70% akar kelakai ?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh penggunaan variasi konsentrasi gliserin pada

formulasi toner ekstrak akar kelakai.


4

2. Mengetahui formula yang memberikan pengaruh paling baik terhadap

sifat fisik toner dari ekstrak akar kelakai.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Memberikan pengetahuan serta gambaran kepada pembaca tentang

cara membuat formulasi toner yang mengandung mikro emulsi ekstrak

etanol 70% akar kelakai.

2. Diharapkan dapat menjadi inovasi terbaru yang bermanfaat sehingga

bisa menjadi acuan dalam melanjutkan penelitian selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Kelakai (Stenochlaena Palustris).

Gambar 1. Tanaman Kelakai (Stenochlaena Palustris).


Sumber : Indonesia.go.id

Tumbuhan kelakai termasuk tumbuhan paku-pakuan Kelakai

memiliki akar yang berbentuk serabut dengan batang herba dan tumbuh

tegak berwarna hijau, batang bersifat lunak,berbulu-bulu halus dan

panjang dapat mencapai 20-50 cm. Daun berbentuk majemuk, menyirip,

lanset, tepi daun bergerigi, ujung daun runcing, dan pangkal daun

tumpul, panjang sekitar 5-6 cm, dan panjang 1-2 cm. Tanaman memiliki

bentuk seperti tanaman herba. Tersusun atas 15 pasang anak daun di

permukaan batang, dengan batang tegak dan berdaging. Sorus tanaman

ini berwarna agak kecoklatan dan tumbuh di sepanjang urat anak

daunnya. Pada ketiak anak daun tumbuh tunas untuk memperbanyak diri

spora yang dihasilkan pada sporofil, terutama dapat ditemukan di

permukaan bawah daun yang berwarna coklat. Jenis tanaman ini dapat

ditemukan di daerah teresterial di tempat yang bersifat lembab seperti

5
6

genangan air (Elia, 2018).

Kelakai terdiri dari sekitar 400 spesies dan menyebar di seluruh

dunia, di daerah kawasan hutan hujan tropis dan subtopis. Kelakai juga

terdapat di Cina Tengah dan Jepang Selatan hingga menyebar luas ke

seluruh bagian Asia tropis yang bersuhu lembab, Kelakai juga terdapat di

Polinesia dan secara luas dibudidayakan di kebun, sebagian yang terlepas

dari kebun, dapat tumbuh di luar daerah asalnya. Keanekaragaman jenis

paku-pakuan paling banyak ditemukan di daerah hutan hujan tropis

dibandingkan dengan kawasan hutan lainnya. Pengelompokan pada hutan

hujan tropis merupakan vegetasi tanaman paku mulai dari hutan dataran

rendah, hutan ketinggian sedang dan hutan dataran tinggi (Puspitasari,

2021).

Adapun klasifikasi tanaman kelakai sistematika tumbuhan

(taksonomi) diklasifikasi sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Pteridophyta

Kelas : Pteridopsida

Ordo : Blechnales

Famili : Blechnaceae

Genus : Stenochlaena

Spesies : Stenochlaena palustris

2.1.1. Kandungan Kimia

Kandungan kimia yang terdapat dalam Kelakai


7

(Stenochlaena palustris) yaitu terdapat senyawa steroid,

triterpenoid, flavonoid dan memiliki aktivitas antioksidan.

Berdasarkan literatur yang berbeda, hasil skrining fitokimia pada

daun tanaman kelakai yang dilakukan oleh (Akter, et al., 2014).

Mereka menyaring beberapa senyawa kimia kelompok pada sampel

menunjukkan bahwa terdapat senyawa golongan glikosida,

saponin, steroid, alkoloid, glukosida, tanin dan flavonoid. Beberapa

kajian farmakologi telah dilakukan pada daun Stenochlaena

palustris dan menunjukkan adanya aktivitas sebagai laksatif, anti

inflamasi, antioksidan, dan antihelminthik (Puspitasari, 2021).

Senyawa flavonoid merupakan senyawa pereduksi yang

baik, sehingga dapat menghambat banyak reaksi-reaksi pereduksi,

baik secara enzim maupun nonenzim. Flavonoid berfungsi sebagai

penampang yang baik radikal hidroksi dan superoksida, dengan

fungsi yang dimiliknya mampu melindungi lipid membran terhadap

reaksi yang merusak. Aktivitas antioksidannya dapat menjelaskan

mengapa flavonoid tertentu sebagai komponen yang aktif pada

tumbuhan tumbuhan sehingga digunakan secara tradisional untuk

mengobati gangguan-gangguan penyakit di dalam tubuh,

contohnya seperti gangguan fungsi hati (Puspitasari, 2021).

Pada tumbuhan, flavonoid berfungsi sebagai antimikroba

sehingga dapat membentuk kompleks dengan protein ekstraseluler

dinding sel. Flavonoid yang bersifat lipofilik dapat merusak


8

membran mikroba. Terpenoid juga memiliki aktivitas sebagai

antimikroba. Mekanismenya tidak diketahui sepenuhnya, akan

tetapi diduga senyawa terpenoid bekerja sebagai penghancuran

membran oleh senyawa lipofilik (Malik, et al., 2014).

2.2. Ektraksi

Ekstrak adalah adalah sediaan kental yang yang diperoleh dengan

mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani

menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua

pelarut di uapkan dan massa atau serbuk yang tersisa di perlukan

sedemikian hingga memenuhi baku yang telah di tetapkan (DepKes RI,

2000).

Proses ekstraksi pada dasarnya adalah proses perpindahan massa

dari komponen zat padat yang terdapat yang terdapat pada simplisia ke

dalam pelarut organik yang digunakan. Pelarut organik akan menembus

dinding sel dan dan selanjutnya akan masuk ke dalam rongga sel

tumbuhan yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan terlarut dalam

pelarut organik pada bagian luar sel untuk selanjutnya berdifusi masuk ke

dalam pelarut. Proses ini terus berulang sampai terjadi keseimbangan

konsentrasi zat aktif diluar sel (Marjoni, 2016).

Ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai metode dan cara yang

sesuai dengan sifat dan tujuan esktraksi itu sendiri. Simplisia yang akan di

esktraksi dapat berbentuk simplisia segar ataupun simplisia yang telah

dikeringkan. Umumnya sampel yang digunakan adalah sampel segar


9

karena penetrasi pelarut akan berlangsung lebih cepat. Selain itu

penggunaan simplisia dapat mengurangi kadar air yang terdapat di dalam

simplisia, sehingga dapat mencegah kemungkinan rusaknya senyawa

akibat aktivitas antimikroba (Marjoni, 2016).

2.3. Kosmetik

Kosmetik adalah sediaan atau panduan bahan yang siap untuk

digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermidis, rambut, kuku,

bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut untuk

membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan,

melindungi supaya tetap dalam baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak

dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit

(Chasanah, 2019).

Kosmetika juga digunakan secara luas baik untuk kecantikan

maupun untuk kesehatan. Sehat dalam arti luas adalah keadaan sejahtera

fisik, mental dan sosial. Penampilan kulit sehat dapat dilihat dari struktur

fisik kulit berupa warna, kelenturan, tebal dan tekstur kulit. Berbagai

faktor yang mempengaruhi penampilan kulit sehat, misalnya umur, ras,

iklim, sinar matahari serta kehamilan. Kosmetik adalah zat perawatan

yang digunakan untuk meningkatkan penampilan atau aroma tubuh

manusia. Kosmetik umumnya merupakan campuran dari beragam

senyawa kimia, beberapa terbuat dari sumber-sumber alami dan

kebanyakan dari bahan sintetis. Kosmetik berguna untuk memperbaiki

kesehatan, kebersihan dan penampilan fisik manusia dan melindungi


10

bagian tubuh dari kerusakan yang disebabkan oleh lingkungan. Kosmetik

termasuk dalam sediaan farmasi, maka pembuatannya harus mengikuti

persyaratan, keamanan, dan pemanfaatan sesuai Undang-Undang

kesehatan serta peraturan pelaksanaannya (Larasati, 2014).

Penggunaan kosmetik harus diperhatikan, kesalahan dalam memilih

kosmetik dapat menyebabkan berbagai macam masalah. Efek penggunaan

kosmetik yang salah atau palsu dapat menimbulkan berbagai hal, mulai

dari perubahan warna kulit yang pada akhirnya dapat menyebabkan

bintik-bintik hitam pada kulit, perubahan warna kulit, alergi, iritasi kulit,

kulit kemerah-merahan, rasa pedih dan terbakar. Lebih dari itu dapat juga

menimbulkan gangguan system saraf, seperti insomnia, kepikunan,

gangguan penglihatan, gerakan tangan abnormal, gangguan emosi, gagal

ginjal, batu ginjal, kerusakan permanen otak, dan kerusakan paru-paru

serta merupakan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker) pada

manusia. Di dalam memilih kosmetik yang baik dalam hal ini cocok

dengan pemakai, mempunyai ciri-ciri khusus yaitu harus memiliki

keamanan yang cukup yaitu tidak menggunakan bahan terlarang,

disamping itu kosmetik harus memiliki mutu dengan produksi yang baik

dan hanya menggunakan bahan dengan spesifikasi yang sesuai dengan

kosmetik. Misalnya tabir surya, dan menggunakan bahan alami dalam

pembuatan kosmetik (Larasati, 2014).

2.3.1. Macam-Macam Kosmetik


11

Berdasarkan bahan dan penggunaanya serta untuk maksud

evaluasi, produk kosmetik dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu :

a. Kosmetik golongan 1 adalah kosmetik yang digunakan untuk

bayi misalkan minyak bayi, bedak bayi, dll.

b. Kosmetik perawatan untuk mandi misalnya sabun mandi,

bath capsule, dll.

c. Kosmetik untuk bagian mata misalnya mascara, eyes shadow,

dll.

d. Kosmetik bagian pengharum misalnya farfum.

e. Kosmetik bagian rambut misalnya pewarna rambut

f. Kosmetik perawatan kulit misalnya pelembab, pelindung,

toner dll.

2.4. Toner

Toner merupakan sediaan yang digunakan untuk menyempurnakan

pembersihan pada kulit wajah. Membersihkan sisa-sisa makeup dan

penggunaan cream yang masih menempel pada wajah. Perawatan kulit

sehari-hari dimulai dengan pembersihan wajah yang kemudian diikuti

dengan penggunaan toner dan pelembab,namun kebanyakan orang sering

melupakan penggunaan toner,padahal sebenarnya pada penggunaan toner

dapat membantu memperbaiki penampilan kulit dan mengurangi kelaian-

kelainan pada wajah. Kulit wajah yang cantik serta bersih dan serta sehat

adalah harapan dari semua orang (Sholikin, 2020).

Kriteria kulit wajah yang sehat dan normal yaitu mempunyai kriteria
12

kosistensi yang kenyal serta elastis atau lentur serta lembut dan memiliki

warna kulit yang cerah. Namun kenyataannya masih banyak saja orang

yang mempunyai keluhan kulit seperti jerawat (Acne). Jerawat sendiri

merupakan penyakit yang cukup besar jumlah penderitanya dan hamper

setiap orang pernah mengalami jerawat. Biasanya dialami paling banyak

pada remaja yang memasuki masa puber dalam rentang usia 14-15tahun

pada wanita dan pada kaum pria sendiri mengalami jerawat dengan

rentang usia sekitar 17-21 tahun (Sholikin, 2020).

2.4.1. Uraian Bahan Formulasi Toner

a. Gliserin

Merupakan suatu bahan tambahan yang berfungsi untuk

menjaga kelembapan kulit dari sediaan sehingga sediaan tetap

terjaga selama penyimpanan (Pramudia, 2016).

b. Coco betain

Adalah surfaktan sekunder yang bersifat amfoter dan jika

dicampurkan dengan surfaktan lain dapat stabil dan juga

dapat mengurangi terjadinya iritasi pada kulit (Pramudia,

2016).

c. Pottasium sorbate

Pottasium sorbate dalam kosmetik adalah sebagai pengawet

yang paling sering digunakan selain itu juga memiliki

kemampuan sebagai antibakteri (Melian, 2018).

d. Aquadest
13

Aquadest adalah aqua, aqua purificata, hydrogen oxide,

aquadest merupakan cairan jernih, tidak berbau, tidak

berwarna, tidak berasa. Dapat dicampur dengan pelarut polar

lainnya yang memiliki titik beku 0oC dan titik didih 100oC.

Bisa digunakan sebagai pelarut.

2.5. Mikro Emulsi

Mikroemulsi merupakan sediaan yang stabil secara termodinamik,

transparan, dispersi dari minyak dan air distabilkan oleh lapisan

antarmuka dari molekul surfaktan. Mikroemulsi menyebabkan

penghantaran obat lebih baik dibandingkan emulsi konvensional karena

dapat meningkatkan kelarutan dari obat yang sukar larut dalam air sebab

ukuran partikelnya yang lebih kecil (Endang, et al., 2016). Pembuatan

mikroemulsi tidak membutuhkan proses pengadukan yang tinggi sehingga

dengan pengadukan kecepatan rendah akan segera membentuk dispersi

yang transparan secara spontan. Pengamatan mikrograf elektron

menunjukkan bahwa sistem yang terbentuk memiliki tetes terdispersi

yang spheris, dan dispersi transparan terdiri atas tetes mikro oleh air

dalam minyak (A/M) atau minyak dalam air (M/A) yang dikelilingi oleh

lapisan tegangan permukaan yang dibentuk oleh surfaktan dan

kosurfaktan. Ukuran tetes terdispersi (100-600 nm) merupakan ukuran

yang sangat kecil dibandingkan ukuran tetes terdispersi emulsi biasa

(Amalia, 2018).

Formulasi mikroemulsi terdiri atas tiga hingga lima komponen,


14

yaitu fase minyak, fase air, surfaktan primer, dan biasanya juga

ditambahkan surfaktan sekunder (kosurfaktan), serta elektrolit. Sistem

isotropik ini biasanya lebih sulit untuk diformulasi dibandingkan dengan

emulsi biasa, karena formasinya merupakan proses yang sangat spesifik

termasuk interaksi spontan yang terjadi antara molekul penyusunnya

(Amalia, 2018).

2.5.1. Urain Bahan Pembuatan Mikro Emulsi

a. Etanol 70%

merupakan cairan yang dapat berfungsi sebagai antiseptik

maupun disinfektan untuk membunuh jamur dan bakteri pada

kulit. Alasan pemilihan pelarut etanol 70% yaitu karena

etanol dapat menarik senyawa aktif yang lebih banyak

dibandingkan dengan jenis pelarut organik lainnya Etanol

memiliki titik didih yang rendah yaitu 79oC sehingga

memerlukan panas yang lebih sedikit untuk proses pemekatan

(Pramudia, 2016).

b. VCO

Virgin coconut oil adalah minyak kelapa murni yang

didapat dari hasil pemanasan kelapa segar yang kemudian

akan mengeluarkan minyak esensialnya. Pada hasilnya,

minyak esensial inilah yang disebut sebagai Virgin coconut

oil. Disebut demikian karena dalam proses pembuatannya

tidak menggunakan campuran serta tambahan bahan kimia,


15

murni hanya proses pemanasan kelapa segar tersebut.  Maka

dari itu Virgin coconut oil disebut sebagai minyak esensial

yang paling sehat, demikian juga karena kemurniannya

tersebut Virgin coconut oil memiliki banyak khasiat yang

sangat berguna bagi kesehatan tubuh, salah satunya untuk

kecantikan.

c. Tween 80

Tween 80 (Polysorbat 80) berbentuk cairan kental berwarna

kuning. Larut dalam air, dalam minyak biji kapas, praktis

tidak larut dalam minyak mineral. Inkompatibilitas dengan

perubahan warna dan/atau pengendapan terjadi dengan

berbagai zat. Digunakan dalam formulasi sediaan sebagai

emulsifying agent (nonionik surfaktan).

Tween 80 merupakan surfaktan non-ionik hidrofilik yang

digunakan secara luas sebagai agen pengemulsi pada emulsi

minyak dalam air. Selain itu tween 80 juga digunakan sebagai

bahan untuk meningkatkan kelarutan dari minyak esensial dan

vitamin yang larut dalam minyak juga digunakan sebagai

agen pembasah pada suspensi oral dan parenteral. Kadar yang

digunakan sebagai agen pengemulsi jika dikombinasikan

dengan pengemulsi hidrofilik lain dalam emulsi minyak

dalam air adalah 1-10% (Rowe, et al,. 2019)

d. PEG 400
16

PEG 400 adalah polietilen glikol dengan berat molekul

rendah. Ini adalah cairan kental yang jernih, tidak berwarna.

Karena toksisitasnya yang rendah, PEG 400 banyak

digunakan dalam berbagai formulasi farmasi. PEG 400

merupakan pelarut kuat yang mampu meningkatkan kelarutan

bahan obat secara signifikan. Kelarutan bahan obat dalam air

dipengaruhi salah satunya oleh pH misalnya Phenytoin.

Phenytoin praktis tidak larut dalam air pada pH mendekati pH

tubuh (Rowe, et al,. 2019).

e. Metil paraben

Nipagin biasanya digunakan sebagai bahan pengawet atau

preservatif, mencegah kontaminasi, perusakan dan

pembusukan oleh bakteri atau fungi dalam formulasi sediaaan

farmasetika, produk makanan dan kosmetik. Rentan pH

berkisar antara 4-8. Dalam sediaan topikal, konsentrasi

nipagin yang umum digunakan adalah 0,02-0,3%. Bahan ini

dapat larut pada air panas, etanol dan methanol (Pramudia,

2016).

f. Aquadest

Aquadest adalah aqua, aqua purificata, hydrogen oxide,

aquadest merupakan cairan jernih, tidak berbau, tidak

berwarna, tidak berasa. Dapat dicampur dengan pelarut polar


17

lainnya yang memiliki titik beku 0oC dan titik didih 100oC.

Bisa digunakan sebagai pelarut.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penilitian ini menggunakan metode eksperimental dengan

tahapan penelitian yaitu identifikasi tumbuhan dan karakteristik simplisia,

pembuatan Formula Toner yang Mengandung Mikro Emulsi Ekstrak Etanol

70% Akar Kelakai dan evaluasi sediaan dengan uji organoleptis, uji iritasi, uji

homogenitas, uji pH, uji kejernihan, uji viskositas.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama bulan Maret sampai Juni 2023 di

Laboratorium teknologi Farmasi dan Biologi Farmasi Universitas Borneo

Lestari.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah Tanaman Kelakai. Sampel penelitian

ini adalah Akar Tanaman Kelakai di ambil dari Desa Pembuang Hulu,

Kecamatan Hanau, Kabupaten Seruyan, Provinsi Kalimantan Tengah sebanyak

kurang lebih 1-2 kg.

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Variabel Bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah konsentrasi gliserin pada

formulasi pembersih wajah yang mengandung mikro emulsi ektrak

etanol 70% akar kelakai.

18
19

3.4.2 Variabel Terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah hasil dari uji

organoleptis, uji ph, uji homogenitas, uji kejernihan, uji iritasi dan uji

viskositas.

3.5 Teknik pengumpulan data

Data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kuantitatif dan metode

pengumpulan data menggunakan proses eksperimen di Laboratorium

teknologi Farmasi dan Biologi Farmasi Universitas Borneo Lestari.

3.6 Alat dan Bahan

3.6.1 Alat

Alat penelitian yang digunakan adalah timbangan analitik (kern),

Ph meter, gelas ukur (pyrex), corong (pyrex), pengaduk, viskometer

(OEM), ostwald (pyrex), pipet tetes, beker gelas (pyrex), kaca arloji,

cawan penguap, spatel, blender, pisau, rotary evapotator (IKFR10R),

botol toner.

3.6.2 Bahan

Tanaman akar kelakai, Etanol 70%, VCO, tween 80, PEG 400,

Metil paraben, Propil paraben, Aquadest, Gliserin, Coco Betain,

Pottasium Sorbate, Propilen glikol.

3.7 Prosedur Penelitian


20

3.7.1 Pengumpulan Bahan dan Determinasi (Akar Kelakai)

Pengumpulan akar kelakai yang dipilih untuk digunakan pada

penelitian ini adalah akar yang tumbuh di desa Pembuang Hulu

Kecamatan Hanau Kabupaten Seruyan.

Determinasi dilakukan sebelum pembuatan simplisia, untuk

memastikan bahwa tanaman yang akan digunakan dalam penelitian ini

benar merupakan tanaman kelakai. Determinasi dilakukan di

Laboratorium Fakultas MIFA Universitas Lambung Mangkurat

Banjarbaru.

3.7.2 Pembuatan Simplisia Akar Kelakai

Proses pembuatan simplisia akar kelakai (stenochlaena palustris

(Burm. F) Bedd.) diawali dengan pengumpulan bahan baku berupa

akar kelakai kemudian dilakukan sortasi basah dengan cara di cuci

dengan air mengalir, setelah itu lakukan perubahan bentuk akar

dengan cara di rajang. Kemudian dikeringkan dengan cara

mengangin-anginkan simplisia hingga kering, setelah kering simplisia

kemudian di sortasi kering. Akarnya yang telah kering kemudian di

blender hingga halus dan di ayak menggunakan ayakan nomor 40 agar

lebih memudahkan saat digunakan dalam penelitian (Handayani,

2017).

Bobot Simplisia (akhir)


% Rendemen Simplisia = x 100%
Bobot Bahan Baku(awal)

3.7.3 Pembuatan Ekstrak

Proses ekstraksi sampel akar kelakai yang telah di haluskan akan di


21

maserasi menggunakan pelarut etanol 70% maserasi dilakukan

dengan melarutkan simplisia, serbuk ditimbang sebanyak 100 g,

kemudian diekstraksi menggunakan pelarut etanol 70% dengan

perbandingan 1:10 selama 3x24 dengan pergantian pelarut setiap 24

jam. Ekstrak cair kemudian dipisahkan dari residu menggunakan

kertas saring. Dilakukan remaserasi sebanyak 2 kali. Ekstrak cair yang

diperoleh dipekatkan menggunakan rotary evaporator, kemudian

diuapkan di atas waterbath hingga terbentuk ekstrak kental (Jamshidi,

et al., 2014).

Bobot Simplisia (akhir)


% Rendemen Simplisia = x 100%
Bobot Bahan Baku(awal)

3.7.4 Formula Pembuatan Mikro Emulsi Ekstrak Etanol 70% Akar


Kelakai

Tabel 1. Pembuatan Mikro Emulsi Ekstrak Etanol 70% Akar Kelakai

Bahan Formula (% b/v)

Ekstrak etanol 70% akar kelakai 0,1


VCO 3
Tween 80 35
PEG 400 15
Metil Paraben 0,18
Propil Paraben 0,02
Etanol 15
Aquadest ad 100 ml

Teknik pembuatan mikro emulsi dengan menambahkan air pada


22

campuran minyak-surfaktan dengan cara pengadukan dan pemanasan

menggunakan hotplate-magnetic stirrer suhu 70% selama 20 menit atau pada

kecepatan 300 rpm selama 7 menit. Urutan pembuatannya dengan dengan

mencampurkan surfaktan dan minyak di aduk dan dipanaskan dengan

hotplate-magnetic stirrer. Formula yang menghasilkan mikro emulsi di tandai

dengan kenampakannya jernih.

3.7.5 Formula Pembuatan Toner Ekstrak Etanol 70% Akar Kelakai

Tabel 2. Formula Pembuatan Ektrak Etanol 70% Akar Kelakai

BAHAN F1 F2 F3 F4 FUNGSI
Ekstrak Akar 2 2 2 2 zat aktif
Kelakai
Gliserin 2 3 4 5 emolient
Coco Betain 2 2 2 2 surfaktan
Propilen Glikol 3 3 3 3 humektan
Pottasium Sorbate 0,2 0,2 0,2 0,2 Anti
mikroba
Aquadest Ad Ad Ad Ad pelarut
100 100 10 100
ml ml 0 ml
ml

Masukan ke dalam botol yang telah didesinfeksi dan aduk hingga

menjadi larutan yang homogen. Ph 4,5. Isi larutan ke dalam botol atau

tabung yang sesuai.


23

3.7.6 Evaluasi Sediaan Ektrak Etanol 70% Akar Kelakai

1. Organoleptis

Organoleptis dilakukan pengamatan visual terhadap bau,

warna, dan bentuk (Khairina & Yuniarti, 2022).

2. Uji pH

Uji pH dilakukan untuk mengetahui nilai pH sediaan, pada

suatu produk kosmetika pasti ditentukan nilai pH yang

dianjurkan, sesuai dengan peraturan SNI No. 06-2588 oleh karena

itu perlu dilakukan uji pH, sediaan yang diambil Sebanyak 0,5 g

dan dilarutkan dalam 10 mL aquades, kemudian diukur nilai pH-

nya dengan pH meter. Nilai pH menurut standar SNI No. 06-2588

yaitu 4,5 – 6,5 (Ningsih et al, 2019).

3. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas dilakukan dengan cara setiap formulasi

ditimbang sebanyak 0,1 g kemudian di oleskan secara merata dan

tipis pada kaca transparan (Rasyadi, et al,. 2019).

4. Uji Kejernihan

Bertujuan untuk mengetahui apakah pembersih wajah

bebas dari partikel asing atau tidak. Uji pada pembersih wajah

harus dilakukan karena pembersih wajah harus bebas dari partikel

asing (Wulandari, 2019).

5. Uji Iritasi
24

Uji iritasi dilakukan dengan mengoleskan sampel pada

pergelangan tangan sukarelawan dan didiamkan selama 5 menit

lalu di amati apakah terjadi reaksi iritasi (Sartika & Permatasari,

2018).

6. Uji Viskositas

Pengujian viskositas dilakukan dengan menggunakan viscometer

brookfield pengukuran dilakukan dengan mengatur kecepatan

dan spindel yang di gunakan (Utami, et al,. 2019).

3.8 Analisis Data

Karakteristik fisik sediaan formulasi toner yang mengandung mikro emulsi

ekstrak etanol 70% akar kelakai dianalisis secara deskriptif dan statistika.

Pengujian deskriptif meliputi uji organoleptis, uji kejernihan, uji Ph, uji

viskositas dan uji homogenitas, uji iritasi. Sedangkan uji viskositas penentuan

nilai SPF dilakukan analisis secara statistika menggunakan software SPSS.

Analisis yang dilakukan adalah uji normalitas (Shapiro-wilk) dan uji

homogenitas (levene).

3.9 Jadwal Penelitian

Tabel 3. Jadwal Penelitan


Kegiatan Bulan ke
1 2 3 4 5 6
Persiapan X
Pelaksanaan X X X
Penelitian X X
Pengolahan data X
Penyusunan Skripsi X
25
DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, Rabiatul, & Muhammad Ikhwan Rizki. "Aktivitas antioksidan ekstrak


etanol akar Kalakai (Stenochlaena palustris Bedd) asal Kalimantan
Tengah." Jurnal Pharmascience 5.1 (2018).

Akter, S., Hossain, M. M., Ara, I., & Akhtar, P. (2014). Investigation of in vitro
antioxidant, antimicrobial and cytotoxic activity of Diplazium
esculentum (Retz.) Sw. Int J Adv Pharm Biol Chem, 3(3), 723-733.

Andri. C. K. 2015. Teknologi Ekstraksi Senyawa Bahan Aktif dari Tanaman Obat.
Plantaxia.Yogyakarta.

Asfi, Dzul. "UJI AKTIVITAS SEDIAAN SALEP EKSTRAK ETANOL DAUN


BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP
Staphylococcus aureus." Jurnal Kesehatan Yamasi Makassar 4.1 (2020).

Chasanah, U. "Kelayakan limbah batang buah naga sebagai toner untuk kulit
kering." Fak. Tek. Univ. Negeri Semarang (2019): 1-45.

Diah, P. L., and R. Hanifa. "Pengaruh PEG terhadap Stabilitas Fisik Formula
Pembersih yang Mengandung Nanoemulsi Minyak Biji Anggur (Vitis
vinifera) The Effect of Addition PEG 4000 on Physical Stability of
Facial Cleanser with Water Soluble Bases Ointment containing Grape
Seed Oil." Poltekkes Depkes Bandung 11.1 (2019): 9-17.

Draelos, Zoe Diana. "Cosmeceuticals: What’s real, what’s not." Dermatologic


Clinics 37.1 (2019): 107-115.

Endang Kurniasih. 2021. Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Propilenglikol Pada


Uji Sifat Fisik Sediaan Deodoran Spray Ekstrak Daun Sirih (piper betle

26
27

L.). Politeknik Harapan Bersama.

Fitriani, E. W., Imelda, E., Kornelis, C., & Avanti, C. (2016). Karakterisasi dan
Stabilitas Fisik Mikroemulsi Tipe A/M dengan Berbagai Fase
Minyak. Pharmaceutical Sciences and Research (PSR), 3(1), 31-44.

Kevin, A., Kusuma, C., Hertati, E., Fitriani, K. A., & Wirawan, V. (2018).
Analisa Tren Skin Care Natural Terhadap Preferensi
Konsumen. Indonesian Business Review, 1(1), 130-142.

Kumoro, Andri Cahyono. "Teknologi ekstraksi senyawa bahan aktif dari tanaman
obat." Plantaxia. Semarang (2015).

Malik, A., Edward, F., & Waris, R. (2014). Skrining fitokimia dan penetapan
kandungan flavonoid total ekstrak metanolik herba boroco (Celosia
argentea L.). Jurnal Fitofarmaka Indonesia, 1(1), 1-5.

Marjoni, R. 2016. Dasar-Dasar Fitokimia. Cetakan Pertama. CV. Trans Info


Media, Jakarta.

Markplus. (2020). ZAP Beauty Index 2020. ZAP Beauty Index, 1–36.

Nugroho, Adara Bintang. PENGARUH CONSUMER REVIEW PADA MEDIA


SOSIAL TWITTER TERHADAP BRAND IMAGE “SOMETHINC”. Diss.
UPN'Veteran" Yogyakarta, 2022.

Noval, Noval, and Siti Malahayati. "Teknologi Penghantaran Obat Terkendali."


(2021).

Puspitasari, E. (2021). Efektivitas gel ekstrak tanaman kelakai (stenochlaena


palustris) untuk mengobati luka mencit (mus musculus) yang diinduksi
28

aloksan (Doctoral dissertation, IAIN Palangka Raya).

Sartika, W. A. dan Permatasari, A. 2018. Formulasi Sabun Anti Jerawat Ekstrak


Etanol Daun Kersen (Muntingia calabura L.). Journal of
Pharmaceutical- Care: Anwar Medika. Volume 01, Nomor 01: 35-40.

Sholikin, W. S. P. N., & KUSSTIANTI, N. (2020). Pengaruh Proporsi Sari Pati


Kentang, Ekstrak Lemon, Virgin Coconut Oil (VCO) terhadap Hasil Jadi
Toner Untuk Kulit Wajah Berminyak Cenderung Berjerawat. Jurnal
Tata Rias, 9(2).

Wulandari, Ade Ayu. Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Propilenglikol Pada Uji


Sifat Fisik Sediaan Deodoran Spray Ekstrak Daun Beluntas (Pluchea
Indica Less.). Diss. Politeknik harapan Bersama Tegal, 2019.

Anda mungkin juga menyukai