Anda di halaman 1dari 119

STRATEGI PEMASARAN UNTUK MEMBANGUN SCHOOL

BRANDING DALAM UPAYA MENINGKATKAN DAYA


SAING LEMBAGA PENDIDIKAN
(Studi Kasus di MTS Negeri 1 Ponorogo)

SKRIPSI

Oleh:

ANIK NURRACHMAWATI

NIM: 206190004

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2023
ABSTRAK

Nurrachmawati, Anik. 2023. Strategi Pemasaran untuk Membangun School


Branding dalam Upaya Meningkatkan Daya Saing Lembaga Pendidikan
(Studi Kasus di MTs Negeri 1 Ponorogo). Skripsi. Jurusan Manajemen
Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama
Islam Negeri. Pembimbing: Dian Pratiwi, M.M
Kata Kunci: Strategi Pemasaran, School Branding, Daya Saing Madrasah
Sekolah merupakan lembaga yang berkaitan langsung dengan masyarakat.
Sekolah harus memiliki branding sendiri karena sangat penting untuk menjadi
kekuatan dan pembeda dari masing-masing sekolah lainnya. Sekolah yang
memiliki branding yang khas nantinya akan dapat menarik peserta didik dan wali
peserta didik, serta masyarakat untuk masuk ke sekolah tersebut. Branding
merupakan upaya yang digunakan dalam memperkenalkan suatu merek. Strategi
membangun branding ini di MTsN 1 Ponorogo dapat terlihat bagaimana
madrasah terus mengupayakan dalam mengembangkan MTsN 1 Ponorogo.
Berdasarkan Uraian diatas, peneliti bermaksud mengadakan penelitian
dengan tujuan penelitian sebagai berikut: (1) Perencanaan strategi pemasaran
untuk membangun school branding dalam meningkatkan daya saing lembaga
pendidikan di MTsN 1 Ponorogo. (2) Pelaksanaan strategi pemasaran untuk
membangun school branding dalam meningkatkan daya saing lembaga
pendidikan di MTsN 1 Ponorogo. (3) Implikasi school branding dalam upaya
meningkatkan daya saing lembaga pendidikan di MTsN 1 Ponorogo.
Penelitian ini termasuk penelitian lapangan dengan menggunakan
pendekatan metode kualitatif. Dalam pengumpulan data, penulisan data, penulisan
menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi sebagai teknik
pengumpulan datanya. Dan teknik yang dipilih dalam analisis data adalah
kondensasi, penyajian data, dan pengambilan kesimpulan.
Dari hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa (1) Bentuk
perencanaan strategi pemasaran dengan menganalisis dengan metode SWOT
untuk membangun school branding dalam meningkatkan daya saing lembaga
pendidikan, ada beberapa rencana strategi yang digunakan yaitu Internet
Marketing, Point of Purchase (POP), dan Earned Media (2) Pelaksanaan strategi
pemasaran untuk membangun school branding dalam meningkatkan daya saing
lembaga pendidikan yaitu dengan meningkatkan akreditasi sekolah;
meningkatkan kualitas learning output dan learning outcome, seperti prestasi
siswa, guru, sekolah, serta alumni; Membuat jargon, ‘tagline’, slogan yang
menarik kemudian direalisasikan dengan program sekolah; mengembangkan
program unggulan; menyelenggarakan program ekstrakurikuler; meningkatkan
pelayanan pendidik maupun tenaga pendidikan; menjalin kerjasama sekolah
dengan masyarakat, sesama sekolah, maupun instansi lain; meningkatkan nilai
jual sekolah melalui intensitas unggahan setiap even sekolah di media online. (3)
Implikasi school branding dalam meningkatkan daya saing lembaga pendidikan
yaitu Citra madrasah semakin meningkat, Kepuasan dan kepercayaan masyarakat
terhadap madrasah meningkat, Peningkatan pada pendaftar calon peserta didik
baru, Semakin luas jangkauan madrasah, Adanya hubungan yang harmonis antara
pelanggan dan madrasah.

ii
iii
iv
SURAT PERSETUJUAN PUBLIKASI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Anik Nurrachmawati

Nim : 206190004

Jurusan : Manajemen Pendidikan Islam

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Judul Skripsi : Strategi Pemasaran Untuk Membangun School Branding

Dalam Upaya Meningkatkan Daya Saing Lembaga

Pendidikan (Studi Kasus di Mts Negeri 1 Ponorogo)

Menyatakan bahwa naskah skripsi thesis telah diperiksa dan disahkan oleh dosen

pembimbing. Selanjutnya akan bersedia naskah tersebut dipublikasikan oleh

perpustakaan IAIN Ponorogo yang diakses di etheses.iainponorogo.ac.id.

adapaun isi dari keseleruhan tulisan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab

penulis. Demikian pernyataan ini semoga dapat dipergunakan sebagaimana

semestinya.

Ponorogo, 13 November 2023


Yang Membuat Pernyataan

Anik Nurrachmawati

v
vi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ··························································· i

ABSTRAK········································································· ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ····························· iii

LEMBAR PENGESAHAN ····················································· iv


SURAT PERSETUJUAN PUBLIKASI ······································ v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ·························· vi

DAFTAR ISI ····································································· xi


BAB I : PENDAHULUAN ····················································· 1

A. Latar belakang masalah ·············································· 1


B. Fokus penelitian ···················································· 7
C. Rumusan masalah ···················································· 7
D. Tujuan penelitian ····················································· 7
E. Manfaat penelitian ···················································· 8
F. Sistematika pembahasan ············································· 9
G. Jadwal penelitian ···················································· 10

BAB II : KAJIAN PUSTAKA ················································ 11


A. Kajian teori ··························································· 11
B. Kajian penelitian terdahulu ········································· 38
C. Kerangka pikir ························································ 44

BAB III : METODE PENELITIAN ········································· 45


A. Pendekatan dan jenis penelitian ···································· 45
B. Lokasi dan waktu penelitian ········································ 46
C. Data dan sumber data ··············································· 46
D. Teknik pengumpulan data ·········································· 47
E. Teknik analisis data ················································· 49
F. Pengecekan keabsahan data ········································ 51
G. Tahap penelitian ····················································· 53

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


a. Gambaran Umum Latar Penelitian
1. Profil, visi, misi tujuan MTsN 1 Ponorogo ·················· 54
2. Struktur Organisasi MTsN 1 Ponorogo ······················ 60
3. Sumber daya Manusia (Guru, tenaga kependidikan,

vii
siswa)MTsN 1 Ponorogo ······································ 61
4. Sarana Prasarana MTsN 1 Ponorogo ························ 63
5. Prestasi Lembaga MTsN 1 Ponorogo ························ 67
b. Deskripsi Data
1. Perencanaan strategi pemasaran dalam membangun
School branding dalam meningkatkan daya saing
lembaga pendidikan ············································ 68
2. Pelaksanaan strategi pemasaran dalam membangun
school branding dalam meningkatkan daya saing
lembaga pendidikan ············································ 73
3. Implikasi School branding dalam meningkatkan daya
saing lembaga pendidikan ····································· 79
c. Pembahasan
1. Analisis perencanaan strategi pemasaran dalam
membangun school branding dalam meningkatkan daya
saing lembaga pendidikan ······································ 86
2. Analisis pelaksanaan strategi pemasaran dalam
membangun school branding dalam meningkatkan daya
saing lembaga pendidikan ····································· 93
3. Analisis Implikasi School branding dalam
Meningkatkan daya saing lembaga pendidikan ············ 100

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ························································· 105
B. Saran ································································ 106

DAFTAR PUSTAKA ························································· 108

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Era globalisasi ditandai dengan kemajuan di segala bidang termasuk

bidang sains dan teknologi, terlebih lagi disebabkan terciptanya dunia digital

yang tidak lepas dari bidang pendidikan. apalagi dengan dibukanya dalam

memasuki dunia digital yang tak terkecuali dalam dunia pendidikan.

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam sejarah hidup

manusia, dikarenakan pendidikan dapat menciptakan kemajuan bangsa negara.

Akan tetapi, tanpa sebuah pendidikan suatu bangsa atau negara akan

mengalami kebobrokan 1 Pendidikan unggul dan baik ditentukan dengan

kesiapan serta kemampuan menyaingi atau mengimbangi kemajuan teknologi

informasi yang hingga pada saat ini perkembangan teknologi yng cepat

tersebar luas, cepat diterima dan mudah dicerna peserta didik. 2

Era disrupsi mendorong kita untuk bagaimana berpikir cepat, tepat dan

berorientasi pada tujuan. Di era ini memberi kita peluang untuk mengakses

informasi dalam bentuk apa pun. Informasi yang diberikan, sistem yang

mendukung transmisi informasi, tidak menciptakan penghalang antara

pencipta informasi dan penerima. Sistem pendidikan yang ada saat ini identik

dengan lembaga nonprofit atau lembaga swadaya masyarakat yang telah

didukung pemerintah mulai dari taman kanak-kanak hingga sekolah menengah.

1
Mohamad Mustari, Manajemen Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2015). 236.
2
Ahmad Fathoni, Ahmad Muhibbin, and Wariso, “Pengelolaan Konflik Kinerja Guru
(Studi Situs SMP Negeri 7 Klaten),” Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial 23, no. 1 (2013): 59.

1
2

Namun seiring berjalannya waktu, semakin banyak bermunculan lembaga

pendidikan dengan berbagai inovasi yang semakin maju dan modern, yang

membuat sebagian pihak merasa bahwa dunia pendidikan juga merupakan

tempat yang tepat untuk memanfaatkan peluang bisnis yang menjanjikan.

Faktor pendorong lainnya adalah masyarakat umum juga sadar akan

pentingnya pendidikan dan semakin banyak lembaga pendidikan yang

berlomba-lomba memasarkan jasa pendidikannya dengan cara yang beragam

dan inovatif. 3

Sekolah merupakan lembaga yang langsung berhubungan dengan

masyarakat. Sekolah harus memiliki brand sendiri karena memiliki kekuatan

dan pembeda itu sangat penting. Sekolah dengan brand yang kuat pada

akhirnya dapat menarik siswa, orang tua siswa dan masyarakat umum ke

sekolah tersebut. Merek yang melekat pada institusi pendidikan (yang positif)

menentukan bagaimana lulusan diterima di perguruan tinggi dan di

masyarakat, termasuk kehidupan profesional. Brand juga menjadi salah satu

faktor penentu saat siswa memilih sekolah dan mendapatkan predikat sekolah

favoritnya. Fenomena yang terjadi selama ini, sekolah belum secara khusus

membangun brand-nya. Namun sudah terbentuk dalam benak masyarakat

sekolah mana yang paling disukai dan mana yang bukan dari word of mouth

(WoM) atau mulut ke mulut antara siswa dengan orang tuanya. Manfaat dari

Word of mouth tidak hanya menyampaikan pesan positif tentang sekolah,

3
Nurma Atiah, “Pembelajaran Era Disruptif Menuju Masyarakat 5.0,” Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan, 2020, 605–17.
3

tetapi juga cenderung rentan membantu membangun citra dan merek negatif

untuk sekolah tersebut.4

Membangun brand image yang positif bagi sebuah lembaga

pendidikan tidaklah mudah. Bagi pimpinan lembaga pendidikan yang perlu

mengetahui dan memahami hal-hal yang dapat membentuk brand image pada

lembaga pendidikan yang dikelola. Untuk menciptakan citra merek lembaga

pendidikan yang positif di mata konsumen, pengelola pendidikan harus

memahami istilah yang disebut bauran pemasaran. Bauran pemasaran dalam

konteks pendidikan merupakan elemen yang sangat penting dan dapat

diintegrasikan untuk menciptakan strategi pemasaran yang menonjol dari

persaingan. Bauran pemasaran adalah alat bagi pemasar yang terdiri dari

berbagai elemen program pemasaran yang harus diperhitungkan agar berhasil


5
menerapkan strategi pemasaran dan pemosisian yang telah ditetapkan.

Strategi pemasaran sebagai alat untuk memasarkan layanan pendidikan, citra

produk, dan merek sekolah sebagai hasil pengelolaan umum sumber daya

kelembagaan untuk menciptakan label atau nama yang signifikan. Sekolah

adalah lembaga pendidikan yang dirancang untuk mendidik siswa di bawah

pengawasan seorang guru. Sebagian besar negara memiliki suatu sistem

pendidikan formal. 6

Sebuah fenomena dimana merek atau tanda digunakan sebagai bagian

dari strategi pemasaran oleh institusi pendidikan untuk menarik perhatian

4
Zulaikha, “Perlukah Branding Pada Sekolah? Studi Kasus Pada SMP Swasta Di
Surabaya,” Jurnal Komunikasi Profesional 1, no. 2 (2017): 92–104.
5
Afidatun Khasanah, “Pemasaran Jasa Pendidikan Sebagai Strategi Peningkatan Mutu
Di SD Alam Baturraden,” Jurnal EL-Tarbawi 8, no. 2 (2015): 166.
6
Fajri Dwiyana, “Brand Image: Upaya Memasarkan Pendidikan Bagi Lembaga Yang
Kurang Mampu Bersaing,” Jurnal Adaara 9, no. 2 (2019): 887.
4

pelanggan. Apabila strategi merek berhasil dan ekuitas merek dapat diciptakan,

konsumen harus yakin bahwa ada perbedaan antara merek dalam kategori

produk atau jasa. Dalam dunia pendidikan, branding sering terlihat pada

bagaimana sekolah menciptakan brand untuk mengidentifikasikan sekolah di

masyarakat sekitar. Merek dapat digunakan sebagai titik referensi di

masyarakat untuk menentukan sekolah bagi anak-anak mereka saat menempuh

pendidikan. Kegiatan ini tercermin dari bagaimana masyarakat menilai dan

memberikan argumen mengenai lembaga pendidikan. 7 Fenomena yang terjadi

hingga saat ini, tidak dipungkiri menjadi “sekolah favorit” akan selalu

dibanjiri siswa yang bahkan menolak calon siswa, saat sekolah yang tidak

"difavoritkan" memiliki kesulitan untuk menemukan kandidat siswa baik

secara kualitatif maupun kuantitatif.

Penamaan kata “favorit” pada sekolah terkadang diberikan oleh orang

lain yang tanpa disadari oleh sekolah yang bersangkutan. Oleh karena itulah

merupakan suatu kepentingan untuk membangun brand atau mengembangkan

citra positif lembaga pendidikan kita sendiri. Citra yang tercipta dengan

perencanaan yang matang sesuai dengan visi dan misi masing-masing lembaga

pendidikan, namun juga citra yang marketable yang memberi peluang sekolah

untuk menarik siswa yang berorientasi pada tujuan secara kualitatif dan

kuantitatif. 8

Mengingat layanan pendidikan yang tidak berwujud, konsumen

cenderung mencari indikator visual atau taktil untuk menilai kualitas layanan

7
Philip Khotler, Manajemen Pemasaran (Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama, 2008).
260.
8
Zulaikha, “Perlukah Branding Pada Sekolah? Studi Kasus Pada SMP Swasta Di
Surabaya.” 92-104.
5

pendidikan. Mereka melihat kualitas kinerja guru, kepala sekolah dan staf

sekolah, infrastruktur sekolah, bahan ajar sekolah, simbol yang digunakan

sekolah dan juga harga yang dapat mereka bayar untuk sekolah tersebut. Oleh

karena itu, komponen lembaga pendidikan harus terus memperbaharui

keterampilannya. Peningkatan mutu pada sisi komponen atau proses lembaga

pendidikan berarti perbaikan terus-menerus, dibangun atas dasar kerja yang

menghasilkan seperangkat output. Tujuan utama dari proses ini yakni untuk

meningkatkan mutu pendidikan secara berkelanjutan, berkesinambungan dan

terpadu. Upaya peningkatan mutu pendidikan tidak dilakukan secara serentak,

tetapi bertujuan untuk meningkatkan mutu pada setiap bagian pendidikan. 9

MTsN 1 Ponorogo (Jetis) adalah salah satu lembaga pendidikan MTsN

di Ponorogo dan termasuk ke dalam sekolah Adiwiyata tingkat provinsi saat

ini telah menunggu keputusan masuk sekolah Adiwiyata di tingkat nasional.

MTsN 1 Ponorogo bukan hanya sekolah Adiwiyata tetapi juga satu-satunya

madrasah yang selalu mempertahankan eksistensinya dengan menjadikan

madrasah berbasis agama dan budi pekerti di era yang terus berkembang. 10

Lokasi sekolah tersebut berada di Kecamatan Jetis Kabupaten Ponorogo.

Meskipun sekolahnya berada di desa, standar siswa dan tenaga pengajarnya

tidak kalah dengan siswa di sekolah perkotaan. Hal ini dibuktikan dengan

prestasi siswa baik di tingkat provinsi maupun nasional. Kenyataannya,

perkembangan dan tantangan masa depan serta tren globalisasi saat ini terjadi

begitu cepat sehingga era informasi mengubah kesadaran masyarakat dan

9
Arbangki, Dakir, and Umiarso, Manajemen Mutu Pendidikan (Jakarta: Prenadamedia,
2016). 117-118.
10
Lihat Transkip Dokumentasi Nomor: 05/D/020/II/2023 dalam Transkip Hasil
Penelitian
6

orang tua terhadap masalah pendidikan serta mendorong sekolah untuk

menjawab tantangan dan peluang tersebut. Seperti yang talah dijelaskan salah

satu tenaga pendidik di MTS 1 Ponorogo dimana pada masa sekarang ini

media sosial memberikan akses yang mudah untuk masyarakat dalam

menemukan informasi. Penggunaan media sosial dalam membangun branding

secara garis besar memberikan efek yang bagus pada madrasah. Dimana

madrasah juga memiliki manajemen yang baik dalam mengatur elemen yang

ada di madrasah baik tenaga pendidik, ataupun tenaga kependidikan.11 MTsN

1 Ponorogo memiliki visi “Terwujudnya lulusan Madrasah Tsanawiyah yang

beriman, berilmu, beramal dan berdaya saing dalam bidang ilmu pengetahuan

dan teknologi, olah raga dan budaya lingkungan”.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti menyadari

bahwasannya terjadi sebuah persaingan antar lembaga pendidikan dalam

membangun brand image dari segala aktivitas yang berlangsung di lembaga

pendidikan, brand image merupakan poin evaluasi pertama bagi pembeli jasa

pendidikan. Namun fakta di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar

lembaga pendidikan tidak memahami hal tersebut sehingga sulit bersaing

dengan lembaga swasta yang memiliki modal besar dan branding yang baik

serta dikenal masyarakat luas. Dengan uraian tersebut, penulis

mengembangkan sebuah penelitian yang membahas “Strategi Pemasaran

untuk Membangun School Branding dalam Upaya Meningkatkan Daya Saing

Lembaga Pendidikan di MTS Negeri 1 Ponorogo”.

11
Lihat Transkip Wawancara Nomor: 03/W/003-III/2023 dalam Transkip Hasil Penelitian
7

B. Fokus penelitian

Untuk mempermudah peneliti dalam menyelesaikan penelitian, peneliti

mementukan fokus masalah yakni strategi pemasaran membangun school

branding dalam upaya meningkatkan daya saing lembaga pendidikan di

madrasah.

C. Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka rumusan

masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana perencanaan strategi pemasaran untuk membangun school

branding dalam upaya meningkatkan daya saing lembaga pendidikan di

MTs Negeri 1 Ponorogo?

2. Bagaimana pelaksanaan strategi pemasaran untuk membangun school

branding dalam upaya meningkatkan daya saing lembaga pendidikan di

MTs Negeri 1 Ponorogo?

3. Bagaimana implikasi school branding dalam upaya meningkatkan daya

saing lembaga pendidikan di MTs Negeri 1 Ponorogo?

D. Tujuan penelitian

Mengacu pada latar belakang masalah dan rumusan masalah diatas, maka

tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan dan menganalisis perencanaan strategi pemasaran untuk

membangun school branding dalam upaya meningkatkan daya saing

lembaga pendidikan di MTs Negeri 1 Ponorogo


8

2. Mendeskripsikan dan menganalisis pelaksanaan strategi pemasaran untuk

membangun school branding dalam upaya meningkatkan daya saing

lembaga pendidikan di MTs Negeri 1 Ponorogo

3. Mendeskripsikan dan menganalisis implikasi school branding dalam

upaya meningkatkan daya saing lembaga pendidikan di MTs Negeri 1

Ponorogo

E. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis

maupun praktis:

1. Secara teoritis, Penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu

pengetahuan mengenai membangun school branding di lingkungan

madrasah tsanawiyah, dengan harapan suatu madrasah dapat membangun

school branding yang lebih baik dalam meningkatkan daya saing dengan

madrasah yang lain.

2. Secara praktis

a. Bagi MTS Negeri 1 Ponorogo, dengan harapan dapat digunakan

sebagai bahan informasi tambahan serta masukan bagi kepala sekolah,

guru, dan pihak lain yang terlibat dalam menciptakan school branding

dalam upaya meningkatkan daya saing madrasah

b. Bagi lembaga pendidikan, dengan harapan dapat digunakan sebagai

bahan informasi tambahan untuk lembaga pendidikan yang lain

mengenai school branding yang dimiliki madrasah sebagai upaya

dalam meningkatkan daya saing dengan lembaga yang lain.


9

c. Bagi peneliti atau masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat

membantu peneliti atau masyarakat untuk menjadi referensi tambahan

mengenai strategi pemasaran untuk membangun school branding di

masa mendatang dimana persaingan semakin ketat pada branding yang

dimiliki suatu lembaga.

F. Sistematika pembahasan

Sistematika pembahasan dalam penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk

mempermudah pembaca dalam menelaah isi kandungan yang ada didalamnya.

Secara garis besar, dalam pembahasan ini terbagi menjadi lima bab. Adapun

sistematikanya adalah sebagai berikut:

BAB I merupakan pendahuluan. Pada bab ini meupakan gambaran umum

untuk memberi pola pemikiran bagi keseluruhan penelitian, yang meliputi

latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, sistematika pembahasan, dan jadwal penelitian.

BAB II merupakan landasan teori dan tinjauan pustaka, yang ditulis untuk

memperkuat suatu judul penelitian, dengan adanya kajian teori maka antara

data dengan teori akan saling melengkapi dan menguatkan.

BAB III merupakan metode penelitian yang berisi tentang pendekatan dan

jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, data dan sumber data, teknik

pengumpulan data, pengecekan keabsahan data, dan tahapan penelitian.

BAB IV merupakan hasil penelitian dan pembahasan yang berisi tentang

gambaran umum latar belakang, paparan data, dan pembahasan hasil

penelitian,
10

BAB V merupakan penutup, pada bab ini dimaksudkan untuk

mempermudah dalam memahami intisari dari penelitian ini yang berisi

kesimpulan dan saran.

G. Jadwal penelitian

Kegiatan penelitian ini direncanakan berlangsung kurang lebih selama lima

bulan, dengan rincian alokasi waktu seabagai berikut:

Tabel 1.1 Jadwal Penelitian

Bulan
No Kegiatan
November Desember Januari Februari Maret April
1. Pengajuan
judul dan
pembuatan
proposal

2. Pendaftaran
seminar
proposal

3. Pelaksanaan
seminar
proposal dan
revisi

4. Meminta izin
untuk
mengadakan
penelitian dan
membuat
instrumen
wawancara
5. Mengadakan
penelitian
langsung di
lapangan serta
pencarian data
penelitian
6. Melakukan
analisis data
yang diperoleh
7. Penulisan hasil
laporan
penelitian
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Strategi Pemasaran Pendidikan

a. Pengertian strategi

Istilah strategi berasal dari bahasa Yunani strategia ( stratos

yang artinya militer dan ag artinya memimpin), maksudnya dari arti

tersebut yaitu seni atau ilmu untuk menjadi seorang jenderal. Strategi

bisa diartikan sebagai suatu rencana untuk pembagian dan penggunaan

kekuatan militer dan material pada daerah - daerah tertentu untuk

mencapai tujuan tindakan tertentu.12

Secara umum strategi adalah proses penentuan rencana

pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang

organisasi, disertai penyusunan suatu acara atau upaya bagaimana

tujuan tersebut dapat tercapai. Morrisey memahami strategi sebagai

proses penentuan arah yang harus diambil perusahaan untuk mencapai

semua misinya. Syafrizal juga memberikan pengertian strategi sebagai

cara untuk mencapai tujuan berdasarkan analisis faktor internal dan

eksternal. 13

Menurut Bittel dalam Buchari Alma, strategi merupakan suatu

rencana yang fundamental untuk mencapai tujuan perusahaan. Strategi

adalah rencana komprehensif yang mengintegrasikan semua sumber

12
Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2008). 3.
13
Apri Winge Adindo, Kewirausahaan Dan Studi Kelayakan Bisnis Untuk Memulai
Dan Mengelola Bisnis (Sleman: Penerbit Deepublish, 2021). 39-40.

11
12

daya dan keterampilan dengan tujuan jangka panjang untuk

memenangkan persaingan.14

Di era globalisasi, strategi adalah alat manajemen yang kuat

dan tak terelakkan tidak hanya untuk kelangsungan hidup dan

persaingan, tetapi juga untuk pertumbuhan dan perkembangan. Strategi

dipandang sebagai sebuah program yang meliputi tujuan yang ingin

dicapai, disertai dengan tindakan atau langkah-langkah khusus untuk

mencapai tujuan tersebut sebagai usaha merespon lingkungannya. 15

Menurut A. Mundir, strategi merupakan pendekatan secara

keseluruhan yang terlibat dalam implementasi gagasan, perencanaan,

dan pelaksanaan kegiatan selama periode waktu tertentu. 16 Strategi

yang baik terdapat kerja tim yang terkoordinasi, mampu

mengidentifikasi faktor-faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-

prinsip implementasi ide-ide rasional, efisien dalam pendanaan, dan

memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif. 17

Strategi merupakan sejumlah tindakan yang terintegrasi dan

terkoordinasi yang diambil untuk mendayagunakan kompetensi inti

serta memperoleh keunggulan bersaing. Keberhasilan suatu perusahaan,

sebagaimana diukur dengan daya saing strategis dan profitabilitas

tinggi, meupakan fungsi kemampuan perusahaan dalam

14
Buchari Alma, Pemasaran Stratejik Jasa Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2005). 199.
15
Imam Faizin, “Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan Dalam Meningkatkan Nilai Jual
Madrasah,” Jurnal Madaniyah 7 (2017): 261–83.
16
A Mundir, “Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan,” Jurnal Ekonomi Islam 7, no. 1
(2015).
17
Sahra Rohmatus Saidah et al., “Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan Dalam
Meningkatkan Minat Masyarakat Di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah 02 Cakru Kencong
Jember,” LEADERIA: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 3, no. 1 (2022): 22–36.
13

mengembangkan dan menggunakan kompetensi inti baru lebih cepat

daripada usaha pesaing untuk meniru keunggulan yang ada saat ini

Strategi dalam dunia pendidikan diartikan sebagai rencana, cara,

atau layanan untuk merancang kegiatan guna mencapai tujuan

pendidikan tertentu. Istilah tersebut kemudian diimplementasikan

dalam konteks pembelajaran yang diartikan sebagai suatu rencana

yang mencakup seperangkat kegiatan yang ditujukan untuk mencapai

tujuan pendidikan tertentu.18

Jadi pengertian dari strategi itu sendiri dapat didefinisikan

sebagai alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan

perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang

berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan program

pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran.

b. Pengertian pemasaran dan pemasaran pendidikan

Kegiatan pemasaran selalu ada dalam setiap usaha, baik usaha

yang berorientasi profit maupun usaha-usaha sosial. Pentingnya

pemasaran dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan dan

keinginan masyarakat akan suatu produk atau jasa. Pemasaran juga

dapat dilakukan dalam rangka menghadapi pesaing yang dari waktu ke

waktu semakin meningkat. Para pesaing justru semakin gencar

melakukan usaha pemasaran dalam rangka memasarkan produknya.

Kata pemasaran bukanlah bahasa asing dan maknanya telah

didefinisikan oleh banyak ahli. Dalam bahasa Inggris, pemasaran

18
Mustika, “Strategi Membangun School Branding Dalam Meningkatkan Daya Saing
Sekolah Di SMK Dr. Soetomo Surabaya,” Manejerial Bisnis 4, no. 1 (2020): 11–19.
14

dikenal dengan istilah marketing dan biasa digunakan dalam dunia

bisnis. Pada zaman dahulu, marketing merupakan prioritas untuk

tujuan penjualan dengan biaya yang minimal. Cara ini tidak cocok

untuk konsep pemasaran karena berguna bagi individu dan tidak

memberikan kepuasan kepada konsumen.19 Pemasaran secara inheren

berkaitan dengan pengakuan dan pemenuhan kebutuhan manusia dan

sosial. Pemasaran berkaitan dengan kegiatan penjualan, perdagangan,

distribusi dan lain-lainnya yang dimaksud untuk mengadakan

pertukaran produk baik berupa barang maupun jasa yang dihasilkan

oleh produsen (dalam hal ini pihak perusahaan) dengan konsumen

sebagai pembeli dan pengguna barang dan jasa yang dihasilkan.

Menurut Kotler dalam Ritonga, salah satu definisi pemasaran

yang paling sederhana adalah pemuasan kebutuhan yang

menguntungkan. Kotler menjelaskan pemasaran sebagai suatu proses

sosial yang lebih luas dimana terdapat individu dan kelompok yang

ingin memperoleh apa yang mereka butuhkan atau inginkan dengan

menciptakan dan menawarkan produk yang bernilai dan secara bebas

mempertukarkannya dengan orang lain. Menurut beberapa ahli,

beberapa definisi pemasaran telah dikemukakan di bawah ini: 20

1) William J. Stanton menyatakan bahwa pemasaran adalah sistem

total dari kegiatan bisnis untuk merencanakan, menentukan harga,

mempromosikan, dan mendistribusikan barang-barang yang dapat

19
Amiruddin, Ahmad Husein Ritonga, and Samsu, Manajemen Pemasaran Jasa
Lembaga Pendidikan Islam (Yogyakarta: Penerbit K-Media, 2021). 24.
20
Amiruddin, Ritonga, and Samsu. 24-25.
15

memuaskan keinginan dan jasa, baik kepada konsumen saat ini

maupun konsumen potensial.

2) Johan Backbro dan Hampus Nystrom menjelaskan bahwa

pemasaran adalah kegiatan penyaluran barang dan jasa dari

produsen ke konsumen.

3) Philip dan Duncan menjelaskan bahwa pemasaran mencakup

semua langkah yang digunakan atau diperlukan untuk

mendapatkan produk nyata ke tangan konsumen.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pemasaran

adalah proses sosial dan manajerial yang mencakup kegiatan-kegiatan

penting yang memungkinkan individu dan kelompok untuk memenuhi

kebutuhan dan keinginan mereka melalui pertukaran dengan orang lain

dan membangun hubungan pertukaran. Secara keseluruhan pemasaran

meliputi pengertian yang luas.

Persaingan antar lembaga pendidikan saat ini semakin atraktif dan

kompetitif, oleh karena itu diperlukan aktivitas pemasaran dalam

rangka membangun citra positif dan menarik minat masyarakat.

Apabila lembaga pendidikan tersebut berhasil melakuan aktivitas

pemasarannya, maka besar kemungkinan akan lebih mudah dalam

mengatasi persaingan. Jadi, pemasaran merupakan suatu proses yang

harus dilakukan oleh lembaga pendidikan untuk memberikan kepuasan

pada stakeholder dan masyarakat. Pemasaran pendidikan adalah proses

sosial dan manajerial, baik oleh individu maupun kelompok, untuk


16

mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan melalui layanan

pendidikan yang bernilai bagi mereka yang membutuhkannya.

Menurut Bukhari Alma, dalam pendidikan pemasaran penting

untuk memperhatikan etika pemasaran, yaitu penyediaan layanan

spiritual yang berkualitas dan pembentukan karakter yang utuh. Karena

pendidikan bersifat kompleks, maka penyelenggaraannya harus

bertanggung jawab, berhubungan dengan masa depan yang terukur,

memajukan kualitas kehidupan masyarakat yang lebih baik,

menghasilkan generasi muda yang berkualitas dan berkarakter, serta

ilmuwan di masa kini dan masa depan.21

Tujuan penerapan pemasaran adalah untuk menghasilkan pelatihan

kepuasan pelanggan, yang berarti kepuasan berhubungan langsung

dengan upaya untuk menerapkan sesuatu atau melakukan sesuatu yang

cukup. Oleh karena itu, kepuasan adalah reaksi konsumen yang telah

memenuhi keinginannya.22

c. Pengertian strategi pemasaran

Strategi pemasaran pada dasarnya adalah rencana yang menyeluruh,

terpadu dan menyatu dibidang pemasaran yang memberikan panduan

tentang kegiatan yang dijalankan untuk dapat tercapai tujuan

pemasaran suatu perusahaan.

Strategi pemasaran merupakan upaya memasarkan suatu produk,

baik itu berupa barang atau jasa dengan menggunakan pola rencana

Alma, Pemasaran Stratejik Jasa Pendidikan. 204.


21
22
Raba Nathaniel and Salma Abdullah, Paradigma Pendidikan Ekonomi (Yogyakarta:
PENERBIT KBM INDONESIA, 2022). 314-316.
17

dan taktik tertentu sehingga jumlah penjualan menjadi lebih tinggi.

Ada beberapa pendapat para ahli mengenai definisi strategi pemasaran,

diantaranya sebagai berikut:23

1) Menurut Kotler dan Amstrong (2008), definisi strategi pemasaran

yaitu logika pemasaran dimana unit bisnis berharap untuk

menciptakan nilai dan memperoleh keuntungan dari hubungan

dengan konsumen.

2) Menurut Kurtz (2008), pengertian strategi pemasaran adalah

keseluruhan program perusahaan dalam menentukan target pasar

dan memuaskan konsumen dengan membangun kombinasi elemen

dari marketing mix; produk, distribusi, promosi, dan harga.

3) Menurut Philip Kotler, pengertian strategi pemasaran yaitu suatu

mindset pemasaran yang akan digunakan untuk mencapai tujuan

pemasaran, dimana didalamnya terdapat strategi secara rinci

mengenai pasar sasaran, penetapan posisi, bauran pemasaran, dan

budget untuk pemasaran.

4) Menurut Tull & Kohle, definisi strategi pemasaran adalah alat

fundamental yang dirancang untuk mencapai tujuan perusahaan

dengan mengembangkan keunggulan daya saing yang

berkesinambungan melewati pasar yang dimasuki, dan program

pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar target.

5) Menurut Stanton, pengertian strategi pemasaran adalah sesuatu

yang melingkupi semua sistem yang memiliki hubungan dengan

23
Marissa Grace Haque Fawzi et al., Strategi Pemasaran: Konsep, Teori Dan
Implementasi (Tanggerang Selatan: Pascal Books, 2021). 9-11.
18

tujuan untuk merencanakan dan menentukan harga hingga

mempromosikan dan menyalurkan produk (barang atau jasa) yang

dapat memuaskan konsumen.

Strategi pemasaran mempunyai peranan yang sangat penting

dalam keberhasilan tujuan organisasi, karena didalamnya berisi

gambaran atau pedoman yang jelas dan terarah apa aja yang dilakukan

dalam menggunakan kesempatan dan peluang pada beberapa pasar

sasaran. Strategi pemasaran dibutuhkan untuk menentukan konsumen

mana yang akan di tuju. Penerapan dalam strategi pemasaran, manajer

pemasaran dapat mengetahui konsumen tertentu sebagai sasarannya,

sehingga dapat diketahui kepuasan seperti apakah yang diharapkan

oleh konsumen tersebut.

d. Bentuk strategi pemasaran jasa pendidikan

Terdapat komponen kunci yang dapat dijadikan bahan analisis

untuk memahami konsep pemasaran pendidikan, yaitu konsep pasar.

Pasar merupakan tempat bertransaksi berbagai komoditas yang

dihasilkan produsen dengan yang dibutuhkan, diinginkan dan

diharapkan konsumen Pemasaran ialah proses transaksional untuk

meningkatkan harapan, keinginan dan kebutuhan calon konsumen

sehingga calon konsumen menjadi terangsang untuk memiliki produk

yang ditawarkan dengan mengeluarkan imbalan sesuai yang disepakati.

Pendidikan termasuk dalam suatu organisasi yang bergerak

dalam bidang jasa. Pemasaran jasa pendidikan tidak hanya


19

membutuhkan pemasaran eksternal, akan tetapi juga membutuhkan

pemasaran internal dan interaktif. 24

1) Pemasaran eksternal, menggambarkan suatu aktivitas normal yang

dilakukan oleh organisasi pendidikan dalam mempersiapkan

produk, menetapkan harga, melakukan distribusi informasi, dan

mempromosikan produk jasa yang bernilai kepada pelanggan

(orang tua atau wali peserta didik).

2) Pemasaran internal, menggambarkan tugas yang diemban lembaga

pendidikan dalam upaya melatih dan memotivasi tenaga pendidik,

karyawan, dan peserta didik sebagai aset utama lembaga

pendidikan agar dapat memberikan terbaik kepada pelanggan.

Dalam hal ini, manajer pendidikan memberikan reward dan

pengakuan untuk membangkitkan, motivasi, moral kerja, loyalitas

terhadap lembaga pendidikan sehingga dapat memberikan

kontribusi yang besar pada lembaga tersebut.

3) Pemasaran interaktif, menggambarkan interaksi antara pelanggan.

dalam hal ini, orang tua atau wali peserta didik memiliki interaksi

dengan tenaga pendidik, staf, dan juga pemimpin. Dengan harapan

setiap sumber daya manusia di lembaga pendidikan yang loyal,

bermotivasi tinggi, serta diberdayakan dapat memberikan total

quality service kepada pelanggan ataupun calon pelanggan. Apabila

hal ini terealisasikan dengan baik, pelanggan yang merasa puas

24
Nathaniel and Abdullah, Paradigma Pendidikan Ekonomi. 331.
20

akan menjalin hubungan berkesinambungan yang bahkan bisa

menjadi sarana dan media pemasaran lembaga tersebut.

Dalam dunia pendidikan, bahan baku untuk menghasilkan jasa

ialah orang, yang memiliki ciri khas yang berbeda antara satu dengan

yang lainnya. Dengan melihat karakteristik tersebut, maka jasa

pendidikan diterima setelah melakukan interaksi dengan penghubung

yang sangat dipengaruhi oleh siapa, kapan dan dimana jasa tersebut

diproduksi. Hal itu menjelaskan bahwa keberhasilan pendidikan akan

sangat tergantung pada siapa, kapan dan dimana proses tersebut

terlaksana. Siapa, menunjukkan tenaga pendidik dan kependidikan,

artinya semakin tinggi kualitas dari penyampai pendidikan maka

semakin tinggi juga kualitas proses pendidikan tersebut. Dimana,

merupakan lokasi jasa pendidikan tersebut disampaikan, tentu saja hal

ini akan mempunyai arti yang luas namun intinya adalah lingkungan

yang kondusif akan mempengaruhi tinginya kualitas proses pendidikan.

Kapan, menunjukkan waktu yang paling tepat dilaksanakan proses

pendidikan sehingga proses tersebut berkualitas. 25

e. Strategi pemasaran jasa pendidikan

Pemasaran jasa pendidikan harus mampu membangun sudut

pandang masa depan lembaga sekolah dengan baik. Pemasaran jasa

pendidikan harus memiliki sebuah pola pikir yang berpandangan ke

25
Amiruddin, Ritonga, and Samsu, Manajemen Pemasaran Jasa Lembaga Pendidikan
Islam. 45.
21

depan dan jangka panjang, sehingga mampu menghasilkan peserta didik

yang berkualitas untuk menyongsong identitas diri sekolah.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Cravens & Piercy “each

market segment of interest needs to be studied to determine its potential

atrractiveness as a market segment”. 26 Irianto dalam Aditia Fradito,

menyatakan bahwa dalam bidang pendidikan diperlukan dua konsep

strategi pemasaran yang dapat dipertimbangkan, yaitu:

1) Distinctive competence (kompetensi khas), yaitu tindakan yang

dilakukan oleh lembaga pendidikan agar dapat melakukan kegiatan

yang lebih baik dari pada pesaing;

2) Competitive advantage (keunggulan kompetitif), yaitu kegiatan

spesifik yang dikembangkan oleh suatu lembaga pendidikan agar

lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya, melalui strategi

differensiasi yaitu keunggulan bersaing disebabkan oleh pilihan

strategi yang dilakukan lembaga pendidikan untuk merebut peluang

pasar.

Dalam hal ini sebagai produk pasar jasa pendidikan, Kotler (1995)

mengemukakan ada tiga tahapan dari perumusan strategi pemasaran

adalah sebagai berikut:27

1) Strategi Penentuan Pasar Sasaran (Target Market Strategy)

Kasmir memberikan definisi bahwa menetapkan pasar

sasaran artinya “mengevaluasi keaktifan setiap segmen, kemudian

26
M. Noor Sembiring, Strategi Pemasaran Jasa Teori Dan Aplikasi Di Indonesia
(Yogyakarta: Deepublish, 2016). 82.
27
Philip Kotler, Strategic Marketing for Educational Institution (Prentice Hall Inc. New
Jersey, 1995).
22

memilih salah satu dari segmen pasar atau lebih untuk dilayani.

Menetapkan pasar sasaran dengan cara mengembangkan ukuran-

ukuran dan daya tarik segmen kemudian memilih segmen

sasaran”28

Strategi ini bertujuan untuk mengelompokkan dan membuat

keputusan segmen pasar dari keseluruhan pasar jasa pendidikan

yang telah berjalan. Hasil dari identifikasi pasar yang didapat

kemudian di kelompokkan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan

para pelanggan. Dalam hal ini, sekolah perlu membagi pasar

pendidikan menurut karakteristik demografi, psikografi, dan

perilaku siswa. Dengan demikian, sekolah dapat lebih mudah

menentukan strategi pemasaran jasa pendidikan sesuai dengan

karakteristik dan kebutuhan pasar.

2) Strategi Penentuan Posisi Pasar (Competitive Positioning Strategy)

Penentuan posisi pasar dilakukan dengan tetap

menganalisis situasi merek yang sudah ada di pasaran. Pada

lingkungan dunia pendidikan seorang manajer sekolah harus

berusaha memahami pasarnya dan menyesuaikan posisi mereknya

untuk mengetahui reaksi konsumen terhadap strategi baru dan

untuk mencapai tujuan.

Menurut Agus Hermawan dalam melakukan strategi

mendekati pesaing, terdapat beberapa hal meliputi “pencocokan

atau pendekatan kompetitif, seperti pengisian dengan harga yang

28
Kasmir, Manajemen Perbankan (Jakarta: Rajawali Press, 2014). 210.
23

sama atau harga yang ditetapkan dengan persentase lebih rendah

dibanding pesaing. 29 Menurut Glatter dkk dalam buku David

Wijaya, mengidentifikasi delapan pilihan strategi penentuan posisi

pasar persaingan bagi sekolah, yaitu:

a) Perbedaan struktur, yaitu cara sekolah dalam mengelola

pendidikannya, karena sekolah negeri dan swasta punya

perbedaan.

b) Perbedaan kurikulum, yaitu mengembangkan salah satu

komponen dari kurikulum yang digunakan, agar sekolah

memiliki ciri khusus salah satu yang diunggulkan. (misalnya

keagamaan, kesenian, atau olahraga).

c) Perbedaan gaya, metode belajar dan mengajar yang digunakan.

d) Perbedaan agama atau filosofi, sekolah mengunggulkan

keagamaannya misalnya sekolah Islam terpadu atau sekolah

tahfidz al-Qur’an.

e) Perbedaan rentang kemampuan siswa, yaitu melalui klasifikasi

berdasarkan hasil tes pemilihan dari bakat dan minat siswa.

f) Perbedaan prestasi siswa, yaitu penekanan pada prestasi yang

diperoleh siswa berdasarkan hasil perolehan nilai riwayat

pendidikan sebelumnya atau hasil perolehan dari tes akademik

siswa. 30

3) Strategi Bauran Pemasaran (Marketing Mix Strategi)

29
Agus Hermawan, Komunikasi Pemasaran (Jakarta: Erlangga, 2012). 45.
30
David Wijaya, Pemasaran Jasa Pendidikan (Jakarta: Salemba Empat, 2012).62.
24

Bauran pemasaran merupakan alat bagi pemasar yang

terdiri atas berbagai unsur suatu program pemasaran yang perlu

dipertimbangkan agar implementasi strategi pemasaran dan

positioning yang ditetapkan dapat berjalan sukses. Bauran

pemasaran terdiri dari 7P yaitu product, price, place, promotion,

people, physical evidence, process.

a) Product (produk)

Kotler mendefnisikan produk sebagai segala sesuatu yang

dapat ditawarkan ke pasar untuk memenuhi keinginan atau

kebutuhan. Produk dengan kata lain adalah keseluruhan objek

atau proses yang memberikan sejumlah nilai kepada

konsumen. 31 Dalam konteks jasa pendidikan, produk adalah

jasa yang ditawarkan kepada pelanggan berupa reputasi,

prospek dan variasi pilihan. Lembaga pendidikan yang mampu

memenangkan persaingan jasa pendidikan adalah yang dapat

menawarkan reputasi, prospek, mutu pendidikan yang baik,

prospek dan peluang yang cerah bagi para siswa untuk

menentukan pilihan-pilihan yang diinginkannya. Sedangkan

kompetensi lulusan adalah yang kualifkasi kemampuan lulusan

yang mencakup sikap, pengetahuan, dan ketrampilan.

b) Price (harga)

Price (harga) adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan oleh

konsumen untuk mendapatkan suatu produk. Harga dalam

31
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, Edisi Mile (Jakarta: Prehellindo, 2002). 42.
25

konteks jasa pendidikan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan

untuk mendapatkan jasa pendidikan yang ditawarkan. Elemen

harga pendidikan dipertimbangkan mengenai penetapan harga

SPP, investasi bangunan, laboratorium dan lain-lain.

c) Place (lokasi)

Lokasi berarti berhubungan dengan dimana perusahaan jasa

harus bermarkas dan melakukan aktivitas kegiatannya. Dalam

konteks jasa pendidikan madrasah place adalah lokasi sekolah

berada. Lokasi sekolah sedikit banyak menjadi prefensi calon

pelanggan dalam menentukan pilihannya. Lokasi yang strategis,

nyaman dan mudah dijangkau akan menjadi daya tarik

tersendiri.

d) Promotion (promosi)

Promosi adalah kegiatan mengkomunikasikan penjualan

produk dipasaran yang berhubungan langsung dengan

masyarakat. Promosi bertujuan untuk memberikan informasi

dan meyakinkan konsumen akan manfaat produk yang

dihasilkan. Kegiatan promosi yang dapat dilakukan adalah

dengan cara advertising melalui media TV, radio, surat kabar,

buletin, dan lain-lain. Promosi penjualan juga dapat

dilakukakan melalui pameran pendidikan, bazar pendidikan dan

investasi, melakukan kontak langsung dengan siswa dan juga

melakukan kegiatan hubungan dengan masyarakat.


26

e) People (orang)

People dalam konteks pendidikan adalah orang-orang yang

terlibat dalam proses penyamaian jasa pendidikan seperti tata

usaha, kepala sekolah, guru dan karyawan. Sumber daya

pendidik dan kependidikan ini sangat penting bahkan menjadi

ujung tombak dalam proses pemberian layanan pendidikan

kepada para siswa dalam lembaga madrasah.

f) Physical Evendence (bukti fsik)

Physical evidence adalah lingkungan fsik tempat jasa

diciptakan dan langsung berinteraksi dengan konsumennya.

Terdapat dua macam bukti fisik yakni, pertama merupakan

keputusan-keputusan yang dibuat oleh pemberi jasa mengenai

desain dan tata letak gedung seperti desain kelas, gedung

sekolah, perpustakaan, lapangan olahraga dan lain-lain. Kedua,

bukti pendukung merupakan nilai tambah yang bila berdiri

sendiri tidak akan berdiri sendiri dan memiliki peran yang

sangat penting dalam proses jasa seperti raport, catatan siswa

dan lain-lain.

g) Process (proses)

Proses adalah prosedur atau mekanisme dalam rangkaian

aktivitas untuk menyampaikan jasa dari produsen ke konsumen.

Dalam konteks jasa pendidikan proses adalah proses

pendidikan yang mendukung terselanggaranya proses kegiatan


27

belajar mengajar guna terbentuknya produk/lulusan yang

diinginkan.32

2. School Branding

a. Definisi branding

Branding berasal dari kata dasar brand yang berarti merek. Secara

harfiah, brand merupakan kata benda yang yang cenderung

berhubungan dengan suatu produk atau jasa. Merek (brand) dapat

diartikan sebagai sebuah nama yang mewakili produk secara

keseluruhan, baik itu produk sendiri, jasa yangdiberikan produk

tersebut, perusahaan yang memproduksi, dan hal-hal terkait lainnya.

Semua hal tersebut merupakan suatu kesatuan yang diwakili oleh

sebuah simbol yang dinamai dengan “merek”. 33

Merek yang melabeli sebuah produk dan sebagai wakil dari sesuatu

yang dipasarkan menjadi sebuah penanda bagi suatu produk serta

menjadi pembeda dengn produk lainnya. Merek ini sendiri berfungsi

sebagai value indicator yakni menggambarkan seberapa kokoh value

atau nilai yang ditawarkan kepada pelanggan.

Kata brand dan branding memiliki makna yang berbeda. Kata

brand memiliki arti merek. Sedangkan branding merupakan berbagai

kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh suatu lembaga dengan tujuan

membangun sebuah brand atau merek.

32
Imam Machali and Ara Hidayat, The Handbook of Education Management
(Yogyakarta: Magister Pendidikan Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2015). 408-412.
33
Fathul Mujib and Tutik Saptiningsih, School Branding: Strategi Di Era Disruptif
(Jakarta: Bumi Aksara, 2020). 1-3.
28

Menurut Kotler dalam Fathul Mujib, mendefinisikan branding

adalah pemberian nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau

kombinasi dari ke semuanya. Branding dibuat dengan tujuan untuk

mengidentifikasikan barang, jasa, atau kelompok penjual dan untuk

membedakan dari barang atau jasa pesaing. 34

Dapat disimpulkan bahwa brand merupakan sebuah nama, istilah,

tanda, simbol atau desain, atau kombinasinya yang bertujuan untuk

mengidentifikasi barang dan jasa yang membedakan suatu produk

dengan produk saingan. Sedangkan branding merupakan poroses

komunikasi sebuah nama, istilah, tanda, lambang atau desain, serta

gabungan semua yang diharapkan bisa digunakan untuk membedakan

suatu lembaga dengan yang lainnya. Pada dasarnya, branding itu

sendiri akan membuat keaslian dari suatu brand tersebut, dan keaslian

itu akan membuat masyarakat serta konsumen percaya dan

menggunakan brand tersebut.

b. Fungsi dan tujuan branding

Branding memiliki empat fungsi dalam pengembangan bisnis yakni:

1) sebagai pembeda, yaitu produk yang sudah memiliki brand yang

kuat dapat dengan mudah membedakan dirinya dengan brand

merek lain.

2) Periklanan dan daya tarik, produk dengan merek yang kuat

menarik konsumen dan pemasaran lebih mudah,

34
Mujib and Saptiningsih. 2.
29

3) Membangun citra, kepercayaan, jaminan mutu dan penghargaan:

fungsi branding adalah untuk menciptakan citra agar produk

mudah diingat oleh orang lain

4) Pengendali pasar: merek yang kuat akan lebih mudah menguasai

pasar karena masyarakat sudah mengetahui, mempercayai, dan

mengingat merek tersebut.

Sedangkan untuk tujuan branding adalah:

1) Membentuk persepsi masyarakat

2) Membangun kepercayaan masyarakat terhadap merek

3) Membangun kecintaan masyarakat terhadap merek.

c. School branding

Istilah “branding” saat ini diadopsi dalam dunia sekolah,

sehingga muncul “School Branding” atau pencitraan sekolah yang

bertujuan untuk menciptakan “citra” sekolah di masyarakat. Untuk

pencitraan sekolah seperti halnya nama-nama merek produk, sekolah

perlu menciptakan karakteristik-karakteristik visual yang mudah

diingat dan dapat dibedakan dari sekolah lain. Selain fitur visual

karena sekolah itu berkaitan dengan produk hasil pembelajaran yang

berbeda dengan barang produksi, adalah mutu hasil pembelajarannya.

Mutu hasil pembelajaran adalah siswa dan lulusannya yang memiliki

nilai. Berdasarkan uraian di atas, ada tiga hal yang dapat kita

klasifikasikan dalam pencitraan sekolah (School Branding) .

a. Karakteristik Visual Sekolah. Sekolah perlu memiliki ciri khas

yang bisa dilihat dan bisa membedakan dari sekolah lain seperti
30

desain bangunan sekolah atau gerbang sekolah, warna khas sekolah,

logo, seragam khas, dan publikasi-publikasi di berbagai kegiatan

sekolah, prestasi sekolah baik di media cetak ataupun media sosial.

b. Visi dan “tagline” Sekolah yang menarik. Semua sekolah sudah

memiliki visi. Visi merupakan harapan ke depan yang menjadi

sumber inspirasi dan sumber motivasi bagi warga sekolah. Visi

dibuat untuk jangka waktu empat atau lima tahun. Term Tagline

merupakan kalimat pendek yang dipakai untuk mempromosikan

sebuah merek dagang perusahaan atau sekolah.

c. Para siswa dan lulusan yang mempunyai nilai artinya lulusan yang

memiliki kompetensi baik sikap, pengetahuan, atau keterampilan.

Untuk menciptakan mutu siswa dan lulusan tentu tidak mudah

karena banyaknya variabel yang mempengaruhinya. Namun

komitmen sekolah terhadap “core business" sekolah yakni

pendidikan yang berorientasi pada siswa dan pembelajaran menjadi

garapan utama sekolah. Merekalah sesungguhnya yang akan

menyampaikan pesan-pesan utama sekolah kepada masyarakat luas.

Mereka juga yang akan menyampaikan “kesaksian” dari mulut ke

mulut kepada orang-orang lain.35

Branding adalah upaya yang dilakukan oleh sebuah lembaga

pendidikan untuk menawarkan brand (merek) yang unik dan khas.

Merek merupakan aset berharga yang dimiliki oleh sebuah lembaga

pendidikan. Karena merek dapat memberikan label atau tanda pada

35
Wawan Kuswandi, “Sekolah Branding Dan Inovasi Sekolah,” Dinas Pendidikan
Bandung Barat, 2022. http://disdikkbb.org/news/school-branding-dan-inovasi-sekolah, diakses
tanggal 18 November 2022 pukul 19:16
31

produknya yang membantu orang membedakan produknya dengan

yang lain.

Seperti Swasty dalam Ayunisa dan Sholeh , branding adalah

proses menyeluruh yang dimulai dengan pemilihan elemen yang dapat

digunakan untuk memberi harga dan membuat janji merek (barang,

jasa, layanan, perusahaan, dll) sehingga berbeda dengan merek lain.

Oleh karena itu, tujuan branding pada lembaga pendidikan adalah

untuk menciptakan citra dan reputasi yang positif di masyarakat

sehingga masyarakat akan mengenali, mengingatnya, dan tidak

berpaling dari lembaga pendidikan yang lain karena telah tercipta dan

terbangun sebuah kepercayaan masyarakat pada lembaga pendidikan

atas merek produk yang dihasilkan sangat baik dan memenuhi

kebutuhan yang diinginkan. 36

Brand sekolah atau school branding tidak lepas dari visi dan misi

sekolah karena brand pada hakekatnya, brand adalah sistem nilai yang

dibangun ke dalam label sekolah. Siswanto menyatakan bahwa merek

sekolah yang kuat, bila ditarik ke dalam dunia pendidikan akan

memberikan menjamin kualitas dan nilai yang tinggi bagi pemangku

kepentingan, yang pada akhirnya juga berdampak luas pada lembaga

pendidikan. 37

Menurut Sudarwan Danim, keunggulan sekolah dapat dibedakan

menjadi keunggulan akademik dan keunggulan ekstrakurikuler.

36
Laily Nuril Ayunisa and Muhamad Sholeh, “Strategi Lembaga Pendidikan Formal
Dalam Meningkatkan School Branding Pada Masa Pandemi Covid-19,” Jurnal Inspirasi
Manajemen Pendidikan 10, no. 01 (2022): 59–72.
37
E Siswanto, Strategi Jitu Menciptakan Branding Sekolah (Surabaya: Pustaka Media
Guru, 2017). 105-112.
32

Keunggulan akademik dibuktikan dengan nilai yang diraih siswa,

sedangkan keunggulan ekstrakurikuler dibuktikan dengan berbagai

keterampilan yang dikuasai anak didik dalam kegiatan ekstrakurikuler.

Dua keunggulan ini yang harus diusahakan oleh suatu sekolah untuk

mencapai prestasi sekolah yang tinggi, sehingga tingkat kepercayaan

semakin meningkat.38

Keunggulan yang membedakan suatu lembaga dengan lembaga

lainnya harus memenuhi empat syarat, yaitu:

a. Keunggulan pelanggan, oleh karena itu perbedaannya, harus dilihat

dan dialami oleh konsumen sebagai keunggulan yang penting.

b. Unik, benefit yang ditawarkan tidak sama dengan kompetitor

karena memiliki nilai khusus,

c. Berkelanjutan, keunggulan sebisa mungkin tidak dapat ditiru oleh

pesaing. Oleh karena itu, diperlukan taktik khusus yang dapat

mencegah pesaing meniru keunggulan tersebut.

d. Menguntungkan, sekolah harus menawarkan produk yang

terjangkau

Branding sekolah didasarkan pada empat area menurut Kriyantono

dalam Mustika, yaitu: (1) Produk (Kualitas pabrikan); (2) kerjasama,

tepat waktu, keahlian multifaset, semangat anggota; (3) ruang kantor,

38
Sudarwan Danim, Pengantar Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2012). 83.
33

ruang informasi, laboratorium; (4) iklan, hubungan pribadi, brosur,

program identitas institusi. 39

Branding yang diciptakan melalui citra positif merupakan aset

karena mempengaruhi persepsi umum.40

3. Daya saing lembaga pendidikan

Menurut Joewono dalam Wijaya, daya saing (competitiveneness)

adalah pencapaian kerja dari kemampuan daya saing jangka pendek dan

jangka panjang untuk menciptakan nilai bagi pemangku kepentingan

secara berkelanjutan. Dalam konsep pendidikan, pelaku pendidikan

dihadapkan pada tujuan suatu lembaga pendidikan agar dapat beroperasi

dalam jangka panjang.41

Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses menyatakan

bahwa daya saing adalah kemampuan untuk menunjukkan hasil yang lebih

baik, lebih cepat, dan lebih berarti. Keterampilan tersebut meliputi:

kemampuan untuk memperkuat posisi pasar, kemampuan untuk

berhubungan dengan lingkungan, kemampuan untuk terus meningkatkan

kinerja, dan kemampuan untuk membangun posisi yang menguntungkan.

Daya saing adalah potensi atau kemampuan suatu lembaga untuk

mengungguli persaingannya, yaitu keunggulan dalam bidang yang tidak

dimiliki oleh pihak lain. Daya saing madrasah di era sekarang ini

merupakan suatu hal yang mutlak. Daya saing ini berkorelasi dengan

39
Mustika, “Strategi Membangun School Branding Dalam Meningkatkan Daya Saing
Sekolah Di SMK Dr. Soetomo Surabaya.” 11-19.
40
Siswanto, Strategi Jitu Menciptakan Branding Sekolah. 95.
41
Wijaya, Pemasaran Jasa Pendidikan. 64.
34

kualitas madrasah, semakin terampil dan profesional pengelola madrasah

semakin kompetitif. 42

Daya saing organisasi dapat diukur dengan membandingkan posisi

atau kinerja yang dicapai dengan kemampuan daya saingnya di masa

depan. Menurut Joewono dalam Wijaya ukuran keberhasilan daya saing

adalah:43

a. Penjualan

Salah satu yang menjadi tujuan sekolah adalah menjual jasa

pendidikan, karena penjualan jasa pendidikan merupakan “aliran darah”

likuiditas sekolah. Pendapatan sekolah diperoleh dari kegiatan promosi

dan pengelolaan merek pendidikan untuk menarik pelanggan layanan

pendidikan untuk membeli pelanggan layanan pendidikan.

b. Pangsa pasar

Dalam hal ini, dunia pendidikan merupakan perbandingan antara

penjualan jasa pendidikan dengan besarnya pasar jasa pendidikan di

sektor jasa pendidikan nasional. Pangsa pasar layanan pendidikan

mencerminkan dominasi pasar sekolah atas sekolah pesaing. Semakin

tinggi pangsa pasar jasa pendidikan, semakin tinggi pula dominasi

sekolah.

c. Kesadaran pelanggan

Kesadaran pelanggan menjadi sebuah ukuran sebuah keberhasilan. Jika

tidak ada sekolah di pasar layanan pendidikan, mereka tidak mungkin

membeli layanan pendidikan. Banyak sekolah berlomba-lomba untuk

42
Siti Umayah, “Upaya Guru Dan Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Daya Saing
Madrasah,” MUDARRISA: Journal of Islamic Education 5, no. 2 (2015): 259.
43
Wijaya, Pemasaran Jasa Pendidikan. 64.
35

menampilkan produk sekolah tersebut dalam promosi sesering

mungkin agar pelanggan memiliki kesadaran yang tinggi.

d. Citra pelanggan

Citra sekolah yang baik adalah citra sekolah yang memenuhi harapan

para pemimpin sekolah dan brand manager pendidikan, yang biasa

disebut dengan positioning. Positioning dapat berbentuk ekspektasi

yang dirasakan untuk sekolah, merek pendidikan, atau produk layanan

pendidikan.

e. Kepuasan pelanggan

Kepuasan pelanggan harus dicapai oleh pelanggan layanan jasa

pendidikan. Kepuasan pelanggan layanan jasa pendidikan merupakan

proses dari perencanaan produk layanan pendidikan, layanan

pendidikan pra-penjualan, layanan selama proses penjualan hingga

layanan pendidikan pasca-penjualan.

f. Loyalitas pelanggan

Adanya peningkatan biaya untuk mendapatkan pelanggan dalam

layanan pendidikan. Oleh karena itu, berusaha untuk mempertahankan

pelanggan layanan pendidikan yang sudah ada adalah tugas utama

pemasar layanan pendidikan. Pelanggan jasa layanan pendidikan

seringkali kurang peka terhadap layanan pendidikan yang paling

penting

g. Nilai untuk pemangku kepentingan

Kinerja kompetisi pendidikan dapat diukur dari keberhasilan sekolah

dalam menciptakan nilai bagi para pemangku kepentingannya. Selisih


36

antara manfaat layanan jasa pendidikan dan total biaya yang

ditanggung oleh pemangku kepentingan sekolah.

h. Pertumbuhan

Sekolah perlu berkembang dan tumbuh. Oleh karena itu, setiap

kompetisi pendidikan yang sukses harus terus ditingkatkan setiap

waktu.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi Daya saing suatu madrasah:44

a. Leadership kepala madrasah.

Tingkat daya saing madrasah sangat dipengaruhi oleh kualitas

leadership seorang kepala madrasah. Kepemimpinan kepala madrasah

yang berkualitas tinggi akan mampu mengerakkan, memanfaatkan dan

membangun komitmen yang tinggi terhadap segenap unsur madrasah

untuk secara bersama meningkatkan daya saing madrasah. Bahkan

leadership kepala madrasah yang berkualitas juga akan mampu

memanfaatkan potensi stakeholders untuk mendukung peningkatan

daya saing madrasah.

b. Kualitas pendidik dan tenaga kependidikan.

Kualitas pendidik dan tenaga kependidikan sangat berpengaruh pada

tingkat daya saing madrasah. Kualitas pendidik dan tenaga

kependidikan akan berdampak positif pada peningkatan kualitas

peserta didik dalam meraih prestasi. Semakin banyak peserta didik

yang berprestasi maka akan berdampak pada meningkatnya daya saing

madrasah tersebut. Kualitas pendidik dan tenaga kependidikan sangat

44
Imam Tholkhah, “Strategi Peningkatan Daya Saing Madrasah; Studi Kasus Madrasah
Ibtidaiyah Negeri Madiun,” EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama Dan Keagamaan 14,
no. 2 (2017), https://doi.org/10.32729/edukasi.v14i2.20.
37

dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala madrasah, dalam arti sejauh

mana kepala madrasah memberikan pembinaan, bimbingan, kontrol,

evaluasi dan motivasi terhadap guru.

c. Kualitas sarana prasarana.

Kualitas sarana prasarana juga menjadi faktor penting dalam

meningkatkan daya saing madrasah. Di beberapa madrasah yang

masuk kategori unggulan, umumnya memiliki kualitas dan ragam jenis

sarana yang memadai. Semakin tinggi kualitas sarana juga akan

semakin memiliki daya tarik masyarakat untuk memasukkan anak

mereka ke madrasah. Keberadaan sarana juga sangat tergantung atau

dipengaruhi oleh pola kepemimpinan kepala madrasah.

d. Prestasi madrasah.

Prestasi madrasah baik bidang akademik maupun non akademik dalam

ajang kompetisi baik di tingkat lokal maupun nasional yang

diselenggarakan oleh unit-unit atau organisasi pendidikan dapat

mendorong meningkatkan daya saing madrasah. Prestasi madrasah

merupakan salah satu indikasi dari sebuah madrasah yang berkualitas

dan berdaya saing. Semakin besar jumlah prestasi madrasah yang

diperoleh maka akan meningkatkan daya tarik masyarakat, yang berarti

juga akan meningkat daya saing madrasah. Prestasi madrasah dapat

berupa prestasi peserta didik, pendidik, atau institusi.

e. Minat masyarakat.

Besarnya jumlah peminat yang masuk madrasah dapat dipandang

sebagai indikasi madrasah tersebut berkualitas dan memiliki daya


38

saing yang tinggi. Semakin tinggi jumlah peminat madrasah maka

akan memungkinkan adanya seleksi peserta didik, sehingga madrasah

tersebut mendapatkan input siswa yang berkualitas. Input siswa yang

berkualitas ini tentunya akan memudahkan madrasah dalam

meningkatkan prestasi.

B. Kajian penelitian terdahulu

Sebagai telaah pustaka, penulis melihat pada beberapa hasil penelitian

terdahulu yang relevan dengan kajian penelitian ini, adapun hasil karya

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Skripsi oleh Desi Lestari Setyaningsih dengan judul “Strategi Humas

Dalam Menciptakan School Branding (Penelitian Kualitatif Di Sekolah

Dasar Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo)”. Penelitian tersebut

dilaksanakan pada tahun 2020 dengan menggunakan data kualitatif dengan

fokus pembahasan Strategi Humas Dalam Menciptakan School Branding

di Sekolah Dasar Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo. Dari hasil

penilitian dapat diambil kesimpulan:

a. Strategi humas untuk menginformasikan kepada masyarakat tentang

branding SDMT telah dilakukan melalui media sosial seperti

instagram, facebook, twitter, dan saat ini sedang digulirkan melalui

youTube. Hal ini dianggap penting karena komunikasi merupakan alat

yang paling penting dan efektif untuk memperkenalkan sebuah

branding kepada masyarakat. Pencitraan branding yang dibagikan

kepada orang mencakup kegiatan keagamaan atau keagamaan seperti


39

dasar agamanya yang kuat, ikhlas, beradab, menyangi orang tua, bisa

melaksanakan sholat, yasinan, berwudhu, dll.

b. Strategi humas untuk membuktikan branding SDMT kepada publik

sedang dilaksanakan dari waktu ke waktu dan ada kesempatan.

Buktinya bisa dibuktikan dengan skill yang digunakan sebagai bahan

dasar branding. Bukti penerimaannya yang berkelanjutan oleh

masyarakat dapat ditemukan dalam bentuk prestasi siswa yang

didemonstrasikan dan ditonjolkan baik di dalam maupun di luar

sekolah, seperti: tartil, tahfidz, olahraga, membaca, qiro'ah atau bidang

akademik lainnya.

c. Respon masyarakat terhadap branding SDMT sejauh ini positif

sebagai bentuk dukungan dalam pengembangan dan evolusi branding

SDMT itu sendiri. Respon yang dihasilkan telah meningkatkan minat

siswa baru yang ingin belajar di sekolah dasar formal atau SDMT

Ponorogo.

2. Tesis oleh Muhammad Burhan Jamuluddin dengan judul “Strategi

Branding Di Sekolah Dasar Islam Plus Masyitoh (Yayasan Miftahul Huda)

Kroya Cilacap”. Penelitian tersebut dilaksanakan pada tahun 2020 dengan

menggunakan data kualitatif dengan fokus pembahasan kebijakan

branding, elemen branding yang dikembangkan, implementasi strategi

branding, dan dampak branding di sekolah dasar Islam plus masyitoh

kroya cilacap. Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan:

a. Kebijakan branding yang dipilih oleh SD Islam Plus Masyitoh Kroya

berdasarkan visi dan misinya menjadikan sebagai sekolah unggulan


40

yang mampu menghasilkan lulusan atau generasi yang beriman,

bertaqwa, dan berilmu atau generasi sholeh cendikia.

b. Elemen yang membentuk branding dalam strategi branding sekolah

meliputi: akreditasi sekolah dengan nilai A, prestasi siswa, daya saing

lulusan, akhlal atau perilaku siswa, kegiatan bakti sosial, dan wisata

religi.

c. Strategi branding yang diterapkan di SD Islam Plus Masyitoh Kroya

meliputi: pencapaian akreditasi nilai A dengan cara analisis SWOT dan

pemenuhan 8 standar nasional pendidikan, prestasi siswa dan daya

saing lulusan dengan menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang

disiplin, aktif dan menyenangkan bagi siswa, akhlak siswa dibentuk

melalui kegiatan pembiasaan dan program-program unggulan sekolah.

d. Dampak branding di SD Islam Plus Masyitoh Kroya Cilacap telah

meningkatkan mutu pelayanan guru dan staf, memperbaiki perilaku

siswa, memperoleh kepercayaan masyarakat, dan menyekolahkan

putra putri di SD Islam Plus Masyitoh Kroya Cilacap meningkat.

3. Tesis oleh Ahmad Mahfud Hasim dengan judul “Strategi Brand

Comunication Dalam Upaya Peningkatan Peningkatan Kualitas

Pendidikan Di SD Terpadu Ainul Ulum Pulung Ponorogo”. Penelitian

tersebut dilaksanakan pada tahun 2020 dengan menggunakan data

kualitatif dengan fokus pembahasan kebijakan branding, langkah sekolah

dalam pelaksanaan branding, dampak branding peningkatan siswa. Hasil

penelitian ini dapat diambil keseimpulan:


41

a. Kebijakan strategi branding Sekolah Dasar Terpadu Ainul Ulm (1)

mendefinisikan merek terintegrasi dan menjalankannya melalui visi

dan misinya. (2) Membangun brand image yang positif melalui

program-program unggulan (bacaan Al Quran, gerakan sholat dan

tajwid yang benar dan benar, hafal Al Quran Juz 30 yang benar,

kegiatan pesantren, fasilitas sekolah antar jemput), serta meningkatkan

kualitas lembaga sekolah (peningkatan akreditasi, peningkatan prestasi

akademik, alumni dan moral siswa, wisata religi, lomba lukis)

b. Pelaksanaan strategi branding meliputi kedalam dan keluar. kedalam

lembaga ini meliputi peningkatan akreditasi, peningkatan prestasi dan

lulusan, serta mengamalkan akhlak yang baik. Sedangkan keluar

lembaga melalui kegiatan wisata religi dan lomba melukis antar TK.

c. Dampak strategi branding adalah menciptakan kualitas layanan yang

baik dan menciptakan moral yang baik melalui kebiasaan yang baik,

dan peningkatan jumlah siswa di SD Terpadu Ainul Ulum.

4. Jurnal oleh Aditia Fradito, Suti’ah, dan Muliyadi dengan judul “Strategi

Pemasaran Pendidikan dalam Meningkatkan Citra Sekolah”. Penelitian

tersebut dilaksanakan pada tahun 2020 dengan menggunakan data

kualitatif dengan fokus pembahasan layanan jasa pendidikan, strategi

pemasaran pendidikan, dan dampak strategi pemasaran dan implikasinya.

Hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan:

a. Layanan jasa pendidikan di SD Islam Surya Buana memprioritaskan

dalam upaya memenuhi harapan serta kepuasan pelanggan yang

indikatornya adalah (1) kualitas layanan akademik di SD Islam Surya


42

Buana yang fokus dalam memberikan layanan akademik terbaik untuk

siswa, (2) standarisasi tenaga pendidik dan kependidikan sekolah

berorientasi pada kualitas dan profesionalitas, (3) mutu lulusan yang

unggul dan sesuai dengan profil lulusan dalam prestasi (akademik atau

non akademik), terdepan dalam inovasi, maju dalam kreasi, dan

berwawasan lingkungan serta berkarakter akhlakul karimah.

b. Strategi pemasaran dalam upaya meningkatkan citra di SD Islam Surya

Buana dilakukan dengan promosi, strategi langsung dan tidak langsung,

strategi diferensiasi, strategi pembiayaan, dan strategi waktu

pembukaan pendaftaran siswa baru lebih awal.

c. Dampak strategi pemasaran dan implikasinya terhadap citra SD Islam

Surya Buana adalah tingginya loyalitas pelanggan pengguna jasa

pendidikan, kepercayaan masyarakat semakin kuat, adanya dukungan

masyarakat, dan terjalinya kerjasama yang efektif antara sekolah dan

orang tua siswa.

5. Jurnal oleh Catherine DiMartino dan Sarah Butler Jessen dengan judul

“Manajemen Merek Sekolah: Kebijakan, Praktik, dan Presepsi Branding

dan Pemasaran di Sekolah Menengah Umum kota New York”. Penelitian

tersebut dilaksanakan pada tahun 2014 dengan menggunakan data

kualitatif yang berfokus jenis praktik branding atau pemasaran yang

digunakan serta hasil praktik pada akses dan kesetaraan pendidikan. Hasil

penelitian ini dapat diambil kesimpulan:

“Strategi pemasaran yang dapat diambil dari beberapa bentuk. Dari

analisis penulis, kepala sekolah dan guru harus bekerja sama


43

menginvestasikan waktu dan tenaga untuk memasarkan sekolah mereka di

pameran sekolah atau acara rekrutmen lainnya. Saat kegiatan perwakilan

siswa dan staf yang mengenakan seragam sebagai jati diri sekolah. Papan

buletin dan pamflet yang jelas menampilkan nama sekolah, logo sekolah,

keunggulan prestasi akademik maupun non akademik, fasilitas pendidikan

yang bagus, dan kegiatan yang bisa menjadikan siswa untuk berprestasi.”

Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu dan Penelitian ini

Nama Peneliti, Tahun


N
Penelitian, Judul Persamaan Perbedaan
o
penelitian, Asal Lembaga
1 Desi Lestari a. Menggunakan a. Penelitian terdahulu lebih
Setyaningsih, 2020, metode penelitian fokus dalam strategi humas
“Strategi Humas Dalam yang sama yakni dalam pelaksanaan branding,
Menciptakan School metode penelitian sedangkan penelitian ini fokus
Branding (Penelitian kualitatif pada strategi pemasaran.
Kualitatif Di Sekolah b. Peneitian ini b. Objek penelitian terdahulu di
Dasar Muhammadiyah membahas strategi SD Muhammadiyah Terpadu
Terpadu (SDMT) melaksanakan Ponorogo, sedangkan
Ponorogo)”, IAIN branding penelitian ini di MTS Negeri 1
Ponorogo Ponorogo.
2 Muhammad Burhan a. Menggunakan a. Penelitian terdahulu cenderung
Jamuluddin, 2020, metode penelitian masuk pada perencanaan dan
“Strategi Branding Di yang sama yakni penerapan dari strategi
Sekolah Dasar Islam metode penelitian branding, sedangkan
Plus Masyitoh (Yayasan kualitatif penelitian ini cenderung pada
Miftahul Huda) Kroya b. Membahas pelaksanaan strategi
Cilacap”, IAIN dampak branding pemasaran branding
Purwokwerto di sekolah b. Objek penelitian terdahulu di
SD Islam Plus Masyitoh
Cilacap, sedangkan penelitian
ini di MTS Negeri 1 Ponorogo.
3 Ahmad Mahfud Hasim, a. Menggunakan a. Penelitian terdahulu
2020, “Strategi Brand metode penelitian pembahasan pelaksanan
Comunication Dalam yang sama yakni branding lebih fokus dalam
Upaya Peningkatan metode penelitian peningkatan kualitas
Peningkatan Kualitas kualitatif pendidikan, sedangkan
Pendidikan Di SD b. Membahas penelitian ini pelaksanaan
Terpadu Ainul Ulum pelaksanaan branding dalam peningkatan
Pulung Ponorogo”, strategi branding daya saing
IAIN Ponorogo c. Membahas b. Objek penelitian terdahulu di
dampak branding SD Terpadu Ainul Ulum
disekolah Pulung Ponorogo, sedangkan
penelitian ini di MTS Negeri 1
Ponorogo.
4 Aditia Fradito, Suti’ah, a. Menggunakan a. Penelitian terdahulu membahas
dan Muliyadi. 2020. metode penelitian layanan pendidikan yang ada
“Strategi Pemasaran yang sama yakni di SD Islam Surya Buana,
44

Pendidikan dalam metode penelitian sedangkan penelitian ini


Meningkatkan Citra kualitatif membahas bentuk strategi
Sekolah”. UIN Raden b. Membahas strategi pemasaran yang digunakan di
Intan Lampung, UIN pemasaran MTS Negeri 1 Ponorogo.
Maulana Malik Ibrahim c. Membahas b. Objek penelitian SD Islam
Malang. dampak dan Surya Buana, sedangkan
implikasi penelitian ini di MTS Negeri 1
Ponorogo.
5 Catherine DiMartino a. Menggunakan a. Penelitian terdahulu membahas
dan Sarah Butler Jessen, metode penelitian Presepsi Branding dan
2014, “Manajemen yang sama yakni Pemasaran, sedangkan
Merek Sekolah: metode penelitian penelitian ini membahas
Kebijakan, Praktik, dan kualitatif pemasaran
Presepsi Branding dan b. Membahas b. Objek penelitian terdahulu di
Pemasaran di Sekolah mengenai Sekolah Menengah Umum
Menengah Umum kota branding dan kota New York, sedangkan
New York”. New York pemasaran penelitian ini di MTS Negeri 1
Ponorogo.

C. Kerangka pikir

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan jenis penelitian

Pendekatan yang digunakan peniliti dalam penelitian ini adalah

penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan pengumpulan

data pada suatu latar ilmiah dengan maksud menafsirkan fenomena yang

terjadi dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci. 45 Menurut Lexy J.

Moleong, pendekatan kualitatif merupakan suatu prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif yang berupa ucapan, tulisan, dan perilaku yang

diamati dari subjek itu sendiri. 46 Pada pendekatan ini dimaksudkan untuk

menekankan catatan dengan deskripsi kalimat yag secara rinci, lengkap,

mendalam yang menggambarkan kondisi yang sebenarnya untuk mendukung

dalam penyajian data.47

Jenis penelitian ini merupakan penelitian studi kasus yang

menggunakan pendekatan kualitatif, dimana penelitian ini berupaya dalam

mendeskripsikan secara rinci dan mendalam mengenai potret kondisi dalam

suatu konteks yang memuat tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa

adanya yang ada di lapangan studi. 48

45
Albi Anggito and Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif (Sukabumi: CV.
Jejak, 2018). 8.
46
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2005). 3.
47
Farida Nugrahani, Metode Penelitian Kualitatif: Dalam Penelitian Pendidikan
Bahasa (Solo: Cakra Books, 2014). 96.
48
Nugrahani. 92.

45
46

B. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MTs Negeri 1 Ponorogo yang terletak di

Jl. Jendaral Sudirman No. 24A, Kel. Josari, Kec. Jetis, Kab. Ponorogo, Jawa

Timur. Untuk waktu penelitian ini dilaksanakan mulai pada bulan November

2022 – Maret 2023.

C. Data dan sumber data

Menurut Lofland dalam Moleong, sumber data utama dalam penelitian

kualitataif ialah kata kata, tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumen dan lain lain. Berdasarkan dengan hal itu pada bagian ini jenis

datanya dibagi menjadi ke dalam kata kata dan tindakan, sumber data tertulis,

foto dan statistik. 49

Sumber data adalah dimana data dapat diperoleh. Dikarenakan

penelitian ini bersifat lapangan, maka sumber data yang dipergunakan adalah

field research, yakni sumber data yang diperoleh dari penelitian lapangan

dengan cara terjun langsung ke objek penelitian untuk memilih data yang lebih

konkrit terkait dengan masalah yang diteliti. Sumber data memiliki dua

macam:50

1. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama,

baik melalui observasi, maupun wawancara kepada responden dan

informan. Pada penelitian ini, peneliti mencari data dengan menggali

informasi dengan wawancara mendalam dengan informan yang ada di

MTs Negeri 1 Ponorogo yakni kepala sekolah, waka humas, dan guru.

49
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2002). 117.
50
Samsu, Metode Penelitian: (Teori Dan Aplikasi Penelitian Kualitatif, Kuantitatif,
Mixed Methods, Serta Research & Development) (Jambi: Pusat Studi Agama dan Kemasyarakatan
(PUSAKA), 2017). 94-95
47

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua, selain dari

yang ditelitibertujuan untuk mendukung penelitian yang dilakukan. Data

sekunder dikatakan sebagai data pelengkap yang dapat digunakan untuk

memperkaya data agar data yang diberikan benar-benar sesuai dengan

harapan peneliti dan mencapai titik jenuh. Artinya data primer diperoleh

tidak diragukan karena juga didukung oleh data sekunder. Data sekunder

yang dimaksud disini adalah data tentang sejarah biografinya sekolah dan

dokumen-dokumen pendukung lainnya yang terkait dengan masalah

penelitian.

D. Teknik pengumpulan data

Dilihat dari sifat penelitiannya, peneliti menggunakan berbagai teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini, antara lain wawancara, observasi dan

dokumentasi. Karena penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran

tentang strategi pemasaran membangun school branding untuk meningkatkan

daya saing lembaga pendidikan MTS Negeri 1 Ponorogo, maka peneliti telah

mengidentifikasi kebutuhan yang diperlukan untuk pengambilan data. Teknik

pengumpulan data dapat dipaparkan sebagai berikut:

1. Wawancara

Menurut Bogdan dan Biklen, yang ditulis oleh Salim dan Syahrum,

wawancara adalah percakapan yang bertujuan, biasanya antara dua

(kadang lebih dari dua orang) yang diarahkan oleh seseorang dengan

maksud mendapatkan keterangan.51 Dalam penelitian ini akan melakukan

wawancara terstruktur untuk memperoleh informasi tentang pandangan

51
Salim and Syahrum, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Citapustaka Media,
2012). 119
48

responden atau untuk mendapatkan informasi yang detail dan rinci, dan

melakukan wawancara semi terstruktur untuk menemukan isu yang lebih

terbuka, meminta pemangku kepentingan yang diundang untuk wawancara

pandangan mereka tentang strategi pemasaran dan meminta ide terkait

membangun branding sekolah untuk menjadikan lembaga MTS Negeri 1

Ponorogo lebih berdaya saing. Wawancara ini akan dilakukan dengan

kepala sekolah, wakil humas, dan guru. Wawancara juga digunakan untuk

mendapatkan data terkait hambatan atau pendukung terciptanya branding

sekolah untuk meningkatkan daya saing pendidikan di MTS Negeri 1

Ponorogo serta implikasi strategi pemasaran. Untuk itu, ketika melakukan

wawancara, peneliti harus menyusun pedoman untuk memperoleh data

atau informasi yang dimaksud.

2. Observasi

Penelitian ini menggunakan model observasi non partisipan. Dalam

hal ini, peneliti tidak terlibat langsung dengan subjek yang diamati, tetapi

hanya bertindak sebagai pengamat independen. Observasi adalah suatu

kegiatan yang disengaja dan terfokus untuk melihat dan mencatat

serangkaian perilaku atau jalannya sebuah sistem dengan tujuan tertentu,

serta untuk mengungkapkan apa yang melatarbelakangi munculnya

perilaku dan dasar pendokumentasian sistem tersebut.52

Observasi yang akan dilakukan oleh peneliti yang bertujuan

mengetahui hal yang berhubungan dengan penelitian yaitu berupa faktor-

faktor yang mempengaruhi strategi pemasaran untuk membangun school

52
Umar Sidiq and Moh. Miftachul Choiri, Metode Penelitian Kualitatif Di Bidang
Pendidikan (Ponorogo: CV. Nata Karya, 2019). 67
49

branding untuk meningkatkan daya saing pendidikan di MTS Negeri 1

Ponorogo. Seperti halnya dalam proses pelaksanaan school branding serta

mengukur keberhasilan dan implikasi strategi pemasaran dalam

membangun school branding untuk meningkatkan daya saing lembaga

pendidikan di MTS Negeri 1 Ponorogo.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan mencari data tentang hal-hal dan variabel

berupa catatan, transkrip, buku, koran, prasasti, notulen rapat, agenda,

agenda, dan lain sebagainya. 53 Dalam hal ini catatan tertulis yang akan

digunakan untuk memperoleh data dokumen tentang strategi pemasaran

membangun branding school dalam upaya meningkatkan daya saing

lemabaga pendidikan di MTS Negeri 1 Ponorogo tersebut, seperti halnya

dokumen strategi membangun school branding, dokumen strategi

pemasaran membangun school branding, dokumen implikasi school

branding dalam meningkatkan daya saing lembaga madrasah, dan

sebagainya.

E. Teknik analisis data

Menurut Bogdan dan Biklen yang dikutip oleh Salim & Syahrum, analisis

data adalah proses mencari dan mengatur secara sistematis transkip

wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain yang telah dikumpulkan

utuk menambahan pemahaman sendiri. 54 Analisis data dilakukan dengan

tujuan supaya data yang telah diperoleh lebih bermakna. Analisis data dalam

penelitian kualitatif merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk

53
Sidiq and Choiri. 72.
54
Salim and Syahrum, Metodologi Penelitian Kualitatif. 145-146.
50

yang lebih mudah dibaca, diinterpretasikan, dan dipahami. Penelitian ini

menggunakan teknik analisi data model interaktif dari Miles, Huberman, dan

Saldana, langkah dalam melakukan analisis data kualitatif sebagai berikut:55

1. Kondensasi Data

Kondensasi merujuk pada proses pemilihan, penyederhanaan,

pemfokusan, pengabstrakan, dan transformasi data yang dikumpulkan

melalui penulisan catatan-catatan yang berasal dari lapangan secara tertulis,

transkip, atau hasil waancara, dokumen-dokumen serta materi-materi

empiris lainnya. Dengan adanya proses tersebut nantinya diharapkan data

yang didapat lebih akurat. Hal ini karena pada proses kondensasi data

diperoleh berdasarkan penelitian yang dilakukan secara kontinu dari

berbagai data yang diperoleh, dianalisis, dikumpulkan, dan didapatkan

untuk memilah, menajamkan, membuang, memfokuskan, serta menata

data sehinga dapat banayak cara melalui pemilihan, ringkasan bahkan

parafrase. Dalam penelitian ini, peneliti akan memahami data terkait

membangun school branding di lembaga madrasah, yang kemudian

memfokuskan informsi pada proses pelaksanaan strategi pemasaran

menciptakan school branding dilembaga madrasah.

2. Penyajian data

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang

memberi kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Pada penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dengan

bagan, hubungan antar kategori, uraian singkat, dan sejenisnya. Dalam

55
Miles Mattew B, A. Michael Huberman, and Johnny Saldana, Qualitative Data
Analysis A Methods Sourcesbooks, 3rd ed. (Singapore: SAGE Publication, 2014). 12-14.
51

penyajian daa biasanya menggunakan teks yang bersifat naratif, yang

bertujuan untuk memudahkan dalam memahami apa yang terjadi

selanjutnya berdasarkan informasi yang telah dipahami atau yang sudah

didapat.

3. Menarik kesimpulan atau verifikasi

Kesimpulan yang telah disampaikan di awal masih bersifat sementara,

yang akan berubah setelah mendapatkan bukti-bukti pada saat

pengumpulan data. Namun apabila bukti-bukti yang didapatkan bersifat

valid dan terbukti kebenarannya serta sesuai dengan kesimpulan di awal,

maka kesimpulan yang dikemukakan bersifat konsisten dan kedibel lalu

dalam poenelitian kesimpulan merupakan temuan. 56

Gambar 3.1 Analisis Data Teori Miles Matthew, Michael

Huberman, dan Saldana

F. Pengecekan keabsahan data

Untuk menguji keabsahan data penelitian ini, peneliti tentunya

menggunakan jenis kredibiltas dengan dua pendekatan sekaligus yakni:

1. Pendekatan berdasarkan lamanya waktu penelitian, dalam hal ini peneliti

memperpanjang waktu dalam mencari data di lapangan dengan melakukan

56
Mattew B, Huberman, and Saldana, Qualitative Data Analysis A Methods
Sourcesbooks. 12-14.
52

wawancara mendalam kepada narasumber yang dilakukan tidak hanya satu

kali tetapi berulang kali, berhari-hari, berminggu-minggu bahkan


57
berbulan-bulan. Hal ini berttujuan: (1) agar dapat menumbuhkan

kepercayaan diri dari subyek yang diteliti; (2) agar memahami atau

mengalami sendiri kompleksitas situasi; dan (3) agar dapat menghindarkan

distorsi akibat kehadiran peneliti di lapangan. 58

2. Menggunakan pendekatan triangulasi

Menurut Sugiyono, triangulasi dapat diartikan sebagai teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan data dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. 59

a. Triangulasi sumber yakni melakukan pengecekan data yang telah

diperoleh melalui beberapa sumber yang lainnya berguna sebagai

pembanding terhadap data yang sudah didapatkan berdasarkan proses

wawancara, observasi, dan dokumentasi. 60 Karena data yang sejenis

akan lebih mantap kebenarannya apabila digali dari sumber yang

berbeda.

b. Triangulasi metode yakni melakukan pengecekan data yang telah

diperoleh dengan metode yang berbeda. 61 Hal itu dilakukan supaya

memperoleh kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang

57
Tjipto Subadi, Metode Penelitian Kualitatif (Surakarta: Penerbit Muhammadiyah
University Press Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2006). 71.
58
Hardani Dkk., Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif (Yogyakarta: Pustaka Ilmu,
2020). 202.
59
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, Dan
R&D (Bandung: Alfabeta, 2015). 330.
60
Nugrahani, Metode Penelitian Kualitatif: Dalam Penelitian Pendidikan Bahasa. 116.
61
Ibid., 116
53

utuh mengenai informasi tertentu, dengan menggunakan metode yang

berbeda.

G. Tahap penelitian

Dalam tahapan penelitian ini, peneliti menggunakan tahapan-tahapan yang

mengacu pada pendapat Lexy J. Moelong. Tahapan-tahapan penelitian ini ada

3 tahapan dan ditambah dengan tahap terakhir penelitian yakni tahap

penulisan laporan hasil penelitian. Tahap-tahap tersebut sebagai berikut:62

Memilih dan memanfaatkan


informan
Menyiapkan perlengkapan
penelitian
Etika penelitian

Tahap Pra Lapangan Menyusun rancangan penelitian

Memilih lapangan penelitian

Mengurus perizinan
Menjaga dan menilai keadaan
lapangan
Memasuki lapangan

Mengumpulkan data
Tahap Pekerjaan
Lapangan
Memahami latar penelitian

Persiapan diri
Analisis selama pengumpulan
data
Tahap Analisis Data
Analisis setelah pengumpulan
Tahap Penulisan Hasil data
Laporan Penelitian

Gambar 3.1 Bagan Tahapan Penelitian

62
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 2005. 103.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran umum latar penelitian


1. Profil, visi, misi, dan tujuan MTs Negeri 1 Ponorogo
a. Profil MTs Negeri 1 Ponorogo
Cikal bakal Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Ponorogo dimulai

Tahun 1964, yaitu ketika itu Madrasah masih berada di komplek

Masjid Jami’ Tegalsari Jetis di bawah Yayasan Ronggo Warsito,

dengan nama Pendidikan Guru Agama Ronggo Warsito.

Pada Tahun 1968 Madrasah direlokasikan ke Masjid Jami’

Karanggebang Jetis dan berubah nama menjadi Pendidikan Agama

Negeri 6 Tahun. Pada Tahun 1970 berubah nama lagi menjadi

Pendidikan Guru Agama Negeri 4 Tahun. Pada Tahun 1979 Madrasah

direlokasikan ke Desa Josari Jetis Ponorogo dan berubah nama

menjadi Madrasah Tsanawiyah Negeri Jetis Ponorogo. Pada Tahun

2016 berubah nama lagi menjadi Madrasah Tsanawiyah Negeri 1

Ponorogo sampai sekarang. Berikut nama–nama Kepala Madrasah

Tsanawiyah Negeri I Ponorogo:

Tabel 4.1 Nama Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri I Ponorogo


No Nama Tahun
1 Drs. Zainun Shofwan 1979 – 1986
2 Kusto, BA. 1986 – 1993
3 Chozin, SH. 1993 – 1999
4 Drs. Imam Asj’ari, SH. 1999 – 2002
5 Drs. Muhammad Cholid, MA 2002 – 2006
6 H. Imam Sjafi”i, S.Pd., M.Si. 2006 – 2009
7 H. Wiyono, S.Pd.I., M.Si. 2009 – 2016
8 Nuurun Nahdiyyah, KY. M.Pd.I 2016 – sekarang

54
55

Identitas Lembaga
Nama Sekolah : MTs NEGERI 1 PONOROGO
NPSN : 20584877
Jenjang Pendidikan : SMP/MTS
Status Sekolah : Negeri
Alamat Sekolah : JL. Jendral Sudiman Nomor 24.a Jetis
Ponorogo
Kode Pos : 63471
Nomor Telepon : (032) 311866 atau (0352) 312260
Email : mtsnjetispo@yahoo.co.id
Website : http://mtsn1ponorogo.sch.id/
Tegangan/Daya Listrik : 66.000 Wat
Luas Lahan : 9.459 m2
Luas Tanah : 9.459 m
Status Tanah : Hak Pakai
Luas Bangunan : 2748 m2

b. Visi, misi, dan tujuan MTs Negeri 1 Ponorogo


1) Visi MTs Negeri 1 Ponorogo
Perkembangan dan tantangan masa depan seperti perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi, globalisasi yang begitu cepat, era

informasi secara berubahnya kesadaran masyarakat dan orang tua

terhadap persoalan pendidikan, mendorong sekolah untuk

merespon tantangan sekaligus peluang tersebut. MTs N 1

Ponorogo yang berazazkan Islam menggambarkan profil sekolah

yang diinginkan di masa depan dengan Visi sekolah yaitu:

“Terwujudnya lulusan madrasah tsanawiyah yang beriman,


berilmu dan beramal saleh, serta memiliki daya saing dalam
bidang ipteks, olah raga, dan berbudaya lingkungan."
Indikator-Indikator Visi:

a) Menjadikan ajaran-ajaran dan nilai-nilai Islam sebagai

pandangan hidip, sikap hidup dan keterampilan hidup dalam

kehidupan sehari-hari.

b) Memiliki daya saing dalam prestasi UNAS.


56

c) Memiliki daya saing dalam memasuki pendidikan lanjut

(SMA/MA/SMK) yang favorit.

d) Memiliki daya saing dalam prestasi olimpiade matematika, IPA,

KIR pada tingkat lokal, nasional dan/atau internasional.

e) Memiliki daya saing dalam prestasi ICT.

f) Memiliki daya saing dalam prestasi seni dan olah raga.

g) Memiliki kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan.

h) Memiliki kemandirian, kemampuan beradaptasi dan survive di

lingkungannya.

i) Memiliki lingkungan Madrasah yang nyaman dan kondusif

untuk belajar.

j) Terwujudnya Madrasah Adiwiyata.

2) Misi MTs Negeri 1 Ponorogo

Misi sekolah ialah tindakan untuk merealisasikan Visi yang telah

dirumuskan, adapun misi MTs Negeri 1 Ponorogodiantaranya

adalah:

a) Menumbuhkembangkan sikap, perilakuu dan amaliah keagaam

Islam di Madrasah.

b) Menumbuhkan semangat belajar ilmu keagamaan Islam.

c) Melaksanakan bimbingan dan pembelajaran secara aktif, kreatif,

efektif, dan menyenangkan, sehingga setiap siswa dapat

berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi yang

dimiliki.
57

d) Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif dan daya

saing yang sehat kepada seluruh warga Madrasah baik dalam

prestasi akademik maupun non akademik.

e) Menciptakan lingkungan Madrasah yang sehat, bersih dan

indah.

f) Mewujudkan Lingkungan Madrasah yang Nyaman, Aman,

Rindang, Asri dan Bersih.

g) Mendorong, membantu dan memfasilitasi siswa untuk

mengembangkan kemapuan, bakat dan minatnya, sehingga

dapat dikembangkan secara lebih optimal dan memiliki daya

saing yang tinggi.

h) Mengembangkan life-skills dalam setiap aktivitas pendidikan.

i) Mengembangkan perilaku dalam upaya melestarikan

lingkungan.

j) Mengembangkan perilaku dalam upaya mencegah pencemaran

lingkungan.

k) Mengembangkan perilaku dalam upaya mencegah kerusakan

lingkungan.

l) Mewujudkan perilaku 3R (Reduce, Reuse dan Recycle).

m) Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh

warga Madrasah, Komite Madrasah dan stakeholders dalam

pengambilan keputusan.

n) Mewujudkan Madrasah Tsanawiyah sebagi lembaga

pendidikan yang mendapatkan kepercayaan dari masyarakat


58

3) Tujuan MTs Negeri 1 Ponorogo

Tujuan pendidkian nasional ialah untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa

kepada Tuhan Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap

kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokrasi serta

bertanggung jawab. Sedangkan tujuan sekolah menengah yaitu

sebagai berikut:

”Mencetak output yang berakhlakul karimah, cerdas,


berpengetahuan luas, peduli pada lingkungan, memiliki
kecakapanhidup (life skill) dan kompetensi untuk melanjutkan ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi”.
Sedangkan di MTs N 1 Ponorogo pada tahun 2012-2017 MTs

berusaha untuk mencapai tujuan:

a) Meningkatkan kualitas iman, ilmu, dan amal saleh bagi seluruh

warga Madrasah.

b) Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana/prasarana serta

pemberdayaannya, yang mendukung peningkatan prestasi

amaliah keagamaan Islam, prestasi akademik dan non

akademik.

c) Meningkatkan kepedulian warga Madrasah terhadap kesehatan,

kebersihan dan keindahan lingkungan Madrasah.

d) Meningkatkan kualitas sarana madrasah yang Nyaman, Aman,

Rindang, Asri dan Bersih


59

e) Memaksimalkan keberadaan komunitas siswa yang peduli pada

kesehatan, kebersihan, dan keindahan lingkungan Madrasah

berupa camp sehat.

f) Menambahkan ekstrakurikuler yang menjadi media bagi anak –

anak untuk menanam.

g) Menambahkan ekstrakurikuler yang menjadi media bagi anak –

anak untuk beternak.

h) Mengelola kebun madrasah sebagai sarana pembelajaran siswa.

i) Mengembangkan pengelolaan produk unggulan dari salah satu

tanaman toga sebagai salah satu materi dalam prakarya

j) Mengembangkan pengelolaan produk unggulan dari salah satu

tumbuhan sebagai salah satu materi dalam prakarya

k) Memanfaatkan Bank sampah sebagai sarana pembelajaran

mengelola barang limbah sebagai barang yang bernilai jual.

l) Mengelola hasil daur ulang sampah sebagai produk yang

bernilai jual sehingga bisa sebagai sarana pembelajaran.

m) Meningkatkan nilai rata-rata UNAS secara berkelanjutan.

n) Meningkatkan jumlah lulusan yang diterima pada SMA/MA

yang favorit.

o) Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berbahasa Arab

dan Inggris secara aktif.

p) Meningkatkan kualitas lulusan dalam hal membca, menulis dan

menghafal Al –Qur’an.
60

q) Meningkatkan sistem informasi manajemen madrasah berbasis

IT

r) Meningkatkan hubungan madrasah dengan masyarakat dengan

memperluas jaringan dalam bentuk MOU (Memorandum Of

Understanding)

s) Meningkatkan kerjasama dengan lembaga-lembaga atau

perusahaan yang bisa mensuport eksistensi madrasah.

2. Struktur organisasi

Organisasi dalam KBBI berarti kesatuan (susunan dan sebagainnya) yang

terdiri atas bagian-bagian (orang dan sebagainya). Demikian juga di MTsN

1 Ponorogo, berdasarkan data yang diperoleh berikut struktur organisasi di

MTsN 1 Ponorogo:

STRUKTUR ORGANISASI KOMITE MTS NEGERI 1


61

PONOROGO

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Komite MTsN 1 Ponorogo


STRUKTUR ORGANISASI MTsN 1 PONOROGO

Gambar 4.2 Struktur Organisasi MTsN 1 Ponorogo

3. Sumber daya manusia (guru, tutor, siswa, dan tenaga kependidikan)


MTs Negeri 1 Ponorogo memiliki 54 guru yang memiliki tugas

mengajar yang sesuai dengan kompetensi yang dimiliki pada bidangnya.

MTs Negeri 1 Ponorogo juga memiliki 12 tenaga kependidikan serta

terdapat beberapa guru yang memiliki tugas tambahan selain mengajar

yakni dalam pengelolaan adminiatrasi sekolah. Sedangkan jumlah peserta

didik di MTs Negeri 1 Ponorogo ini sebanyak 933 peserta didik yang

terdiri dari kelas 7, 8, dan 9.

Tabel 4.2 Daftar Guru di MTs Negeri 1 Ponorogo


62

No Nama Guru Mata Pelajaran/Tugas Tambahan


1 Nuurun Nahdiyyah K.Y, S.Pd, M.Pd.I Kepala Madrasah
2 Nanik Linawati, S.Pd Waka Humas/ Matematika
3 Muh. Khoiruddin, S.Pd.I, M.Pd Waka Kesiswaan/ SKI
4 Widodo Setiawan, S.Pd Waka Kurikulum/ Matematika
5 Heri Muhlison, S.Pd Waka Sarpras/ PPKN
6 Ahjan Saudah, S.Pd Kepala Perpus/ B Inggris
7 Eny Susilowati, S.Pd Konseling/ BK
8 Dra. Hj. Umi Niswatin, M.Pd B Inggris
9 Muji, S.Pd B Inggris
10 Dra. Nur Indrati Djadjuli IPA
11 Dra. Siti Nurwidiastuti Prakarya
12 Ichwan Wahono, S.Pd IPA
13 Dewi Tsalitsatun Nur Laili, S.Ag, M.Pd.I B Arab
14 Drs. Amad Efendi B Indonesia
15 Drs. Hadi Suroso, M.Pd IPS
16 Retno Mintarsih, S.Pd IPS
17 Hj. Supri Handayani, S.Ag, M.Pd.I Aqidah Akhlaq
18 Siti Mufidah, S.Pd IPS
19 Hanik Zakiyah, S.Ag B Arab
20 Drs. Sumadi Penjasorkes
21 Dra. Darwati PPKN
22 Dra. Yuli Amanati B Indonesia
23 Imam Muhtar Abadi, S.Ag Aqidah Akhlaq
24 Sunaryo, S.Pd B Indonesia
25 Anis Ansori, S.Ag Seni Budaya
26 Siti Imroatul Mukaromah, S.Ag Al Qur’an Hadits
27 Usnida Junaeka Verawati, S.Pd Matematika
28 Dian Kurniawati, S.Pd, M.Sc Matematika
29 Siti Amin Faujiati, S.Pd B Indonesia
30 Irfan Jauhari, M.Pd.I B Arab
31 Nilin Supatmawati, S.Pd. IPA
32 M. Anton Nur Alfian, S.S B Jawa
33 Agus Salim, S.Pd. B Inggris
34 Puthut, S.Pd Matematika
35 Anies Mukhtaroh, S.Ag Fiqih
36 Supaidi, M.Pd. B Indonesia
37 Dwi Purwaningsih, S.Pd IPS
38 Siti Mariyam, S.Pd IPA
39 Yulik Sulistiara Prabawati, S.Pd BK
40 Suntik Mahliya, S.Pd PPKN
41 Latif Usman Wahid, S.Ag. Al Qur’an Hadits
42 Faida Halifah, S.Ag SKI
43 Umi Suswati, S.Ag Aqidah Akhlaq
44 Sri Wahyuni, S.Pd B Inggris
45 Sri Lestari, S.Pd Penjasorkes
46 Muh. Maksum, S.Pd IPA
47 Suprianto, S.Pd SKI
48 Supri Suyudi, S.Pd Penjasorkes
49 Miranti Dyah W, S.Pd Matematika
50 Ruliyanto, ST Prakarya
51 Erfansahlya Darmawan, ST BK
52 Mohamad Daroini, M.Pd Komputer
53 Taufiq Khaironi Fadli, M.Pd.I Seni Budaya
54 Ulfa Khoirothun Nisa, S.Pd.I B Jawa
63

Tabel 4.3 Daftar Tenaga Kependidikan MTs Negeri 1 Ponorogo

No Nama Guru Jabatan/Tugas


1 Nur Hidayati S.Ag Kepala PTSP
2 Ika Ernawati Staff Administrasi
3 Ruli Mariana S.Pd.I Staff Administrasi
4 Dewi Ulfatul Hidayah S.S Staff Administrasi
5 Salis Hidayana Se Staff Administrasi
6 Nanang Anshori S.Pd.I Staff Administrasi
7 Basir Staff Administrasi
8 Murtidjab Staff Administrasi
9 Hanif Zainal Abidin S. Pus. I Staff Administrasi
10 Puput Edi Kuncoro S.Pd Staff Administrasi
11 Suwanto Staff Administrasi
12 Kamadi Staff Administrasi

Tabel 4.4 Daftar Keadaan Peserta Didik MTs Negeri 1 Ponorogo

Kls Jumlah Kls Jml Kls Jml Jumlah Total Ket


No
7 L P Jml 8 L P Jml 9 L P Jml Kelas L P Jml
1 A 12 19 31 A 12 18 30 A 11 20 31 7 169 160 329
2 B 14 18 32 B 10 20 30 B 11 21 32 8 159 147 306
3 C 13 19 32 C 12 20 32 C 10 21 31 9 153 145 298
4 D 10 22 32 D 13 16 29 D 12 19 31
5 E 25 5 30 E 22 6 28 E 27 6 33
6 F 15 13 28 F 19 10 29 F 20 16 36
7 G 20 16 36 G 16 16 32 G 20 14 34
8 H 20 16 36 H 19 13 32 H 20 14 34
9 I 20 16 36 I 19 13 32 I 22 14 36
10 J 20 16 36 J 17 15 32
Jml 169 160 329 159 147 306 153 145 298

4. Sarana prsarana
Sarana dan prasarana di MTsN 1 Ponorogo sudah sangat dapat memnuhi

kebutuhan pada masing-masing program pembelajaran. Disamping fasilitas

pembelajaran yang dimiliki, MTsN 1 Ponorogo juga memiliki fasilitas

Mushola, Panggung Utama, Lapangan, Kantin, dll.


64

Tabel 4.5 Daftar Keadaan Sarana Prasarana MTsN 1 Ponorogo

NO NAMA SARANA KONDISI NYATA


PRASARANA

Madrasah sudah Memiliki lahan seluas100%


1. Luas lahan atau lebih dari ketentuan luas lahan
minimal (9.827 m2)
Madrasah Berada di lokasi yang nyaman,
2. Lokasi terhindar dari gangguan pencemaran air,
pencemaran udara, dan kebisingan serta
memiliki sarana untuk meningkatkan
kenyamanan.

Madrasah kami sudah Memiliki lantaibangunan


3. Luas lantai
seluas 85% dari ketentuan luas minimal atau
lebih (3.167 m2)

Madrasah kami memiliki status hak atas tanah


4. Administrasi
dan ijin pemanfaatan dari pemeganghak atas
keberada
tanah
anlahan

Madrasah Berada di lokasi aman, terhindar dari


5. Sistem keamanan potensi bahaya yang mengancam kesehatan dan
keselamatan jiwa, serta memiliki akses untuk
penyelamatan dalam
keadaan darurat
6. Alat pencegah bahaya Madrasah sudah Memiliki struktur yang stabil
dan kokoh serta dilengkapi dengan sistem
pencegahan bahaya kebakaran dan
petir

7. Sanitasi/pengolah limbah Madrasah telah memiliki 3 dari 4 sanitasi


sebagai persyaratan kesehatan yang diperlukan.

8. Sistem sirkulasi Madrasah kami telah Memiliki ventilasi udara


dan pencahayaan memadai serta memiliki
sarana penghubung antara ruang satu dengan
yang lain sesuai ketentuan

9. Instalasi listrik Madrsah kami telah Memiliki instalasi listrik


dengan daya 37.000 watt
10. Sistem perawatanbangunan Madrasah telah Melakukan 1 dari 2 ketentuan
pemeliharaan terhadap bangunan yaitu perbaikan
ringan tetapi melebihi waktu yang sesuai
ketentuan

11. Ruang kelas Madrasah telah Memiliki ruang kelas


dengan jumlah, ukuran, dan sarana sesuai
ketentuan yaitu panjang 8m X lebar 7 m
12. Ruang perpustakaan Madrasah telah Memiliki ruangperpustakaan
dengan luas dan sarana sesuai dengan ketentuan

13. Sumber belajar buku 1 Buku teks pelajaran 1buku/matapelajaran/siswa,


65

dan buku/mata pelajaran/sekolah


Buku pengayaan 870 judul/sekolah Buku
referensi 20 judul/sekolah Sumber belajar
lain 20 judul/sekolah
Madrasah telah menggunakan 7 mata pelajaran
menggunakan buku teks pelajaran yang telah
ditetapkan dengan Permendiknas
14. Laboratorium IPA Madrasah Memiliki ruang laboratorium IPA,
yang dapat menampung minimum satu
rombongan belajar, dengan luas sesuai ketentuan
dan memiliki sarana sesuai tabel, 50 peralatan
dari 54 peralatan sesuai ketentuan

15. Ruang Kepala Madrasah Madrasah telah Memiliki ruang pimpinan


dengan luas dan sarana sesuai ketentuan dalam
kondisi bangunan rusak

16. Ruang Guru Madrasah telah Memiliki ruang guru


dengan luas kurang memenuhi

17. Ruang Tata Usaha Madrasah talah Memiliki ruang tata usaha dengan
luas dan sarana sesuai ketentuantetapi dalam
kondisi bangunan rusak
18. Tampat Ibadah Madrasah telah Memiliki tempat beribadah dengan
luas dan perlengkapan sesuai ketentuan

19. Ruang BP/BK Madrasah telah Memiliki ruang konseling dengan


luas dan sarana sesuai ketentuan

20. Ruang UKS Madrasah telah memiliki ruang UKS/M dengan


dengan luas dan sarana 14 dari 15 sesuai
ketentuan tetapi dalam kondisi bangunan rusak

21. Ruang OSIS/Pramuka Madrasah Memiliki ruang OSIS dengan luas


dan 4 dari 5 sarana sesuai ketentuan

22. Jamban/ Toilet Madrasah memiliki 12 jamban dari 25 jamban


sesuai ketentuan tetapi memilikisarana sesuai
dengan ketentuan

23. Pakir Sepeda/motor Madrasah memiliki 1 tempat parkir guru dan 2


tempat parkir siswa

24. Pos satpam Madrasah memiliki 1 tempat pos satuan


pengamanan berada di depan pintu pagar masuk
madrasah tetapi Kurang memenuhi
kenyamanan

25. Lab Kompurer Madrasah memiliki 80 unit komputer yang


menempati 2 ruang dengan fasilitas Audiodan
jaringan internet
66

26. Lab Bahasa Madrasah memiliki 1 ruang dengan fasilitas 40


meja dan kursi khusus dan 40 canel audio
monitor LCD proyektor , 1 set komputer serta
perlengkapan perawatan kebersihan.

27. Dapur Madrasah memiliki 1 ruang dapur untuk


keperluan masak minuman guru dan karyawan
dengan fasilitas 1 uni kompor gas

28. Ruang penyimpanan alat Madrasah memiliki 1 ruang diperuntukkan


Drum band peralatan kesenian

29. Genset Madrasah memiliki1 ruang tempat


pengoperasian Genset/generator listriktetapi
kurang memenuhi kebutuhan daya
30. Panggung dan RuangMusik Madrasah memiliki ruang dan panggung pentas
bermain musik dengan sarana 1 set musik band,
1 set alat hadroh
31. Ruang Kesenian Madrasah memiliki ruang untuk
menampung hasil karya seni siswa danlatihan
music hadrah
32. Ruang KOPSIS Madrasah memiliki usaha pembelajaran
ekonomi yang melayani kebutuhan
perlengkapan sekolah yang dikelola oleh
OSIS dibawah bimbingan pembina.

33. Garasi mobil Madrasah memiliki 1 unit mobil dan 1


sepeda motor infentaris yang ditempatkandi
madrasah
34. Alat dokumentasi Madrasah memiliki alat untuk
mendokumentasikan kegiatan dengan kamera
digital dan handcam.

35. Alat kebersihan Madrasah memiliki alat kebersihan yang berupa


Fakum dan gerobak pengangkut sampah

Tabel 4.5 Sarana Prasarana Madrasah

No Jenis Jumlah Keadaan

1 Ruang Kelas 27 Kurang baik, memenuhi


standar
2 Ruang perpustakaan 1 Baik dan memenuhi standar
3 Ruang Laboratorium 5 Baik dan memenuhi standar
4 Ruang pimpinan 1 Kurang baik, memenuhi
standar
5 Ruang Guru 1 Baik, kurang memenuhi
standar
6 Ruang Tata Usaha 1 Bangunan Rusak berat
67

7 Ruang konseling 1 Baik, kurang memenuhi


standar
8 Ruang UKS/M 1 Bangunan rusak kurang
memenuhi standar
9 Jamban 12 Kurang 13 set
10 Gudang 1 Belum memenuhi Standar
11 Masjid 1 Baik dan memenuhi standar
12 Tampat bermain/berolahraga 2 Kurang memadahi
13 Ruang Organisasi kesiswaan 1 Kurang memenuhi

5. Prestasi lembaga MTs Negeri 1 Ponorogo


Tabel 4.6 Daftar Prestasi Akademik-NonAkademik Siswa MTsN 1 Ponorogo

N Nama Siswa Lomba Penyelenggara Hasil


O
1 Tara Khoirunisa Olympiade Bahasa Garuda Sains Harapan I
Inggris Indonesia
2 Nafisa Husniya Olympiade Bahasa Prisma Cendekia Peraih medali
Arab Foundation Emas
3 Tara Khoirunisa Olympiade Aqidah Ajnag Prestasi Pelajar Peraih medali
Akhlak Indonesia perunggu
4 Tara Khoirunisa Olympiade bhs Ajnag Prestasi Pelajar Peraih medali
Inggris Indonesia Emas
5 Nafisa Husniya Olympiade SKI Ajnag Prestasi Pelajar Peraih medali
Indonesia Emas
6 Kalista Athalia Pidato bhs Indonesia P3A Dinas Sosial Kab Juara 2
Phalosa Ponorogo
7 Rizka Amelia Olympiade IPA Akademi Osains Juara 2
Putri Indonesia
8 Nafisa Husniya Olympiade IPS Ajnag Prestasi Pelajar Peraih medali
Indonesia Emas
9 Nafisa Husniya Olympiade IPA Ajnag Prestasi Pelajar Peraih medali
Indonesia Emas
10 Rizka Amelia Olympiade IPA Pytagoras Harapan 3
Putri Institute
11 Rizka Amelia Olympiade IPS Pytagoras Peraih medali
Putri Institute Perak
12 Sal Hasbaya Olympiade Fiqih Olympiade Peraih medali
Ni'ma Nasional Madrasah Emas
Mardani Indinesia
13 Tim Voly Putra Voly antara Panitia HUR RI Juara 1
SMP/MTS se kec Jetis Kec Jetis
14 Tim Voly Putri Voly antara Panitia HUR RI Juara 1
SMP/MTS se kec Jetis Kec Jetis
68

B. Deskripsi data
1. Perencanaan Strategi Pemasaran dalam Membangun School
Branding dalam Meningkatkan Daya Saing Lembaga Pendidikan
Manajemen pemasaran pendidikan memegang peranan penting

dalam kaitannya dengan kelangsungan lembaga pendidikan dan harus

dimulai dari kebutuhan dan keinginan konsumen (masyarakat) yang

tentunya membutuhkan daya saing lembaga pendidikan tersebut. Lembaga

pendidikan diharapkan mampu memenuhi atau bahkan melampaui

keinginan dan kebutuhan masyarakat sebagai konsumen layanan

pendidikan dengan terus menerus melakukan perbaikan dalam segala

aspek pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Berkaitan dengan hal tersebut, peran manajemen pemasaran

pendidikan sebenarnya harus disesuaikan seoptimal mungkin agar dapat

bersaing dengan lembaga pendidikan lainnya, karena persaingan dalam

dunia pendidikan tidak dapat dihindari, oleh karena itu kemampuan

pengelola dalam memahami pemasaran pendidikan merupakan prasyarat

yang dapat meningkatkan pertumbuhan institusi lembaga.

Dalam suatu manajemen tersusun dari perencanaan, pelaksanaan,

pengawasan, dan evaluasi. Pemasaran yang di lakukan dalam membangun

branding ini telah di manage oleh kepala sekolah, sebagaimana

dikemukakan oleh ibu Nuurun Nahdiyah KY sebagai berikut:

“Strategi perencanaan dilakukan secara bersama. Mulai kepala sekolah


dengan beberapa stakeholder menyusun RKM yang berusia 4 tahun dan
ada RKAM yang rencana kerja tahunan madrasah tahunan di breakdown
oleh ketua program masing masing ketua program memberi. Dan apa
69

yang ada di RKM itu untuk dimasukkan secara kolektif dan disusun
bersama.”63
Hal ini dipertegas oleh ibu Umi Suswati, yang menegaskan bahwa:

“Berbagai hal selalu kami rancang dengan matang. Pengelolaan dengan


baik, dengan adanya rapat dinas, rapat terbatas dan lainnya”. 64
Dan ditambahkan sedikit oleh ibu Yulik Sulistiara Prabawati sebagai

berikut:

“Strategi pemasaran dilakuakn oleh semua warga madrasah. Karena di


awal tahun itu ada namanya SO surat tugas yang diberikan madrasah,
maka pelaksanaan strategi dilakukan sesuia dengsn tupoksi masing-
masing yang diberikan madrasah. Dan semuanya dapet semuanya dapat
surat tugas dari madrasah di awal tahun yang pada saat itu ada rapat
dinas ketika surat tersebut turun ya pelaksana melakukan tugas masing-
masing”65.
Pemasaran jasa pendidikan harus mampu dalam membangun sudut

pandang yang baik, yang berpandangan kedepan dan dalam waktu jangka

panjang sehingga madrasah mampu dalam menghasilkan peserta didik

yang berkualitas dalam menyongsong identitas madrasah.

Branding dalam pemasaran lembaga pendidikan sangat diperlukan,

selain menarik minat masyarakat juga memberikan kepuasan terhadap

layanan yang diberikan oleh suatu lembaga pendidikan. Kepuasan yang

diterima oleh masyarakat akan memberikan citra positif lembaga yang

berpengaruh terhadap kenaikan peserta didik di lembaga pendidikan dalam

beberapa waktu terakhir.

63
Lihat Transkip Wawancara Nomor: 02/W/020-II/2023 dalam Transkip Hasil
Penelitian
64
Lihat Transkip Wawancara Nomor: 01/W/015-II/2023 dalam Transkip Hasil
Penelitian
65
Lihat Transkip Wawancara Nomor: 03/W/003-III/2023 dalam Transkip Hasil
Penelitian
70

Hal ini disampaikan oleh ibu Umi Suswati selaku salah satu tenaga

pendidik dan juga Waka Humas MTs Negeri 1 Ponorogo:

“Minat masyarakat semakin tahun semakin mengalami peningkatan,


grafik yang diukur mengalami lonjakan yang sangat baik.”66
Dan juga dipertegas oleh ibu Nuurun Nahdiyyah selaku kepala sekolah

MTs Negeri 1 Ponorogo:

“Minat masyarakat dapat dlihat dari calon pendaftar peserta didik baru
yang cukup tinggi daripada pada tahun sebelumnya. melihat dari lembaga
lembaga lain yang masih kekurangan murid, akan tetapi di madrasah ini
justru harus memilih dengan selektif calon peserta didik untuk di terima
atau ataupun di tolak, sehingga seleksi tersbeut dilakukan untuk melihat
mana yang tidak bisa kita terima atau tidak.”67
Perkembangan suatu lembaga pendidikan akan terus berkaitan

dengan cara madarasah mengelola pemasaran pendidikan. Dalam proses

pemasaran membangun branding madrasah melakukan berbagai upaya

strategi yang diterapkan dalam mencapai target pemasaran yang telah

ditentukan. Perkembangan madrasah selama ini memiliki pengaruh yang

baik terhadap branding madrasah yang dimiliki68.

66
Lihat Trnskip Wawancara Nomor: 01/W/015-II/2023 dalam Transkip Hasil Penelitian
67
Lihat Transkip Wawancara Nomor: 02/W/020-II/2023 dalam Transkip Hasil
Penelitian
68
Lihat Transkip Observasi Nomor: 01/O/020-II/2023 dalam Transkip Hasil Penelitian
71

Gambar 4.3 Informasi Kouta Pendaftaran Calon Peserta Didik tahun


2023/2024

Penambahan kouta menandakan bahwa madrasah mengalami

perkembangan yang siginikfikan, dalam hal ini sesuai yang dikemukakan

ibu umi suswati:

“MTSN 1 Ponorogo mengalami perkembangan yang sangat signifikan


selama tiga tahun sampai saat ini, terlihat dari trust masyarakat yang
terus meningkat setiap tahunnya, berbagai torehan prestasi juga telah
didapatkan oleh madrasah ini, tak hanya siswa namun juga kepala
madrasah, tenaga pendidik dan kependidikan, berbagai program juga
terlaksana dengan sangat maksimal.”69
Hal ini dipertegas oleh ibu Nuurun Nahdiyah KY yang menegaskan

bahwa:

“Pada saat waktu pertama masuk di madrasah ini ada 737 siswa hingga
sekarang sudah mencapai 936 siswa, artinya ada grafik peningkatan luar
biasa di jumlah siswa. Kalau jumlah pendaftar mengalami kenaikan yang
cukup cukup tinggi, lebih tinggi dari yang kita terima. Oleh karena itu,
tidak bisa untuk semuanya terima. Pada awalnya hanya ada 27-28 rombel

69
Lihat Transkip Wawancara Nomor: 01/W/015-II/2023 dalam Transkip Hasil
Penelitian
72

yang sekarang sudah bertambah lagi. Mungkin pada tahun ini akan
menjadi 30 rombel tahun 2023/2024”.70
Dari hasil dokumentasi, diketahui bahwa peningkatan yang

signifikan terdapat peserta didik di madrasah ini tidak menurun tiga tahun

terakhir. Peningkatan calon-calon peserta didik baru serta minat orang tua

yang ingin memberikan madrasah terbaik untuk anak-anaknya. 71

Jumlah (Kelas
Kls VII Kls VIII Kls IX
VII+VIII+IX)
Th. Jml. Jml. Jml. Jml. Jml. Jml. Jumlah Jumlah
Ajaran Peserta Rombel Peserta Rombel Peserta Rombel Peserta Rombel
didik didik Didik Didik
baru
2018/2019 296 9 281 9 267 9 844 27
2019/2020 269 9 286 9 274 9 829 27
2020/2021 308 9 267 9 281 9 856 27
2021/2022 308 9 305 9 268 9 881 27
2022/2023 329 9 308 9 299 9 936 27

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat ditarik kesimpulan

bahwa dalam proses melakukan pemasaran diperlukan sebuah perencanaan

yang matang yang mana telah disusun bersama dengan melibatkan

berbagai pihak. Semua pihak baik itu temaga pendidik atau kependidikan

ikut serta dalam perencanaan tersebut.

Berdasarkan hasil diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa,

keterlibatan semua elemen madrasah dalam perencanaan pemasaran yang

dilakukan lembaga pendidikan MTs Negeri 1 Ponorogo dapat menemukan

strategi yang matang dalam melakukan pemasaran membangun school

70
Lihat Transkip Wawancara Nomor: 02/W/020-II/2023 dalam Transkip Hasil
Penelitian
71
Lihat Transkip Dokumentasi Nomor: 04/D/020-II/2023 dalam Transkip Hasil
Penelitian
73

branding. Perencanaan yang telah disusun serta adanya pembagian tugas

sesuai dengan tupoksinya memberikan dampak baik dengan berhasilnya

dalam melakukan pemasaran nantinya yang tentu akan meningkatkan

calon peserta didik baru.

2. Pelaksanaan Strategi Pemasaran untuk Membangun School Branding


dalam Meningkatkan Daya Saing Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan selalu berkaitan langsung dengan masyarakat,

madrasah perlu dalam melakukan branding di madrasah tersebut. Sebuah

merek harus menggunakan branding untuk menarik perhatian konsumen

terhadap merek yang dimilikinya, karena di mata masyarakat merek yang

kuat akan lebih mudah menjaga produktivitas produk jasa dari merek yang

dimilikinya. Oleh karena itu, branding juga memerlukan strategi yang

membentuk model yang menentukan untuk mewujudkan visi organisasi.

Suatu strategi dirumuskan untuk menghimpun berbagai sumber daya

organisasi dan mengarahkannya pada realisasi visi organisasi.

Dalam pelaksanaan pemasaran membangun branding di madrasah

perlu memperhatikan dan menganalisis hal-hal yang menjadi yang menjadi

pegangan dalam melakukan branding sebagaimana dikemukakan oleh Ibu

Nuuruun Nahdiyah KY sebagai berikut:

“Madrasah telah melakukan pemasaran sesuai kebutuhan masyarakat.


Pertama evaluasi diri madrasah itu harus dilakukan. Iya kedua melakukan
main map atau memetakan kebutuhan kebutuhan masyarakat hari ini. Apa
yang harus kita berikan? Hal ini bermula dari diskusi bersama yang
dilakukan dengan masyarakat, stakeholder, komite guru, siswa madrasah
ini, yang kemudian juga berpikir bagaimana output kita nanti akan ke
74

mana itu yang kemudian menjadi program yang harus kita lakukan untuk
menjawabnya.”72
Hal ini dipertegas oleh ibu Umi Suswati, menegaskan bahwasanya:

“Tugas kami melayani ummat, maka kami berusaha untuk teras


memberikan layanan terbaik sesuai perkembangan dan trend di
Masyarakat. Madrasah hannya berusaha memberikan pelayanan terbaik
selebihnya masyarakat sebagai penikmat layanan yang akan memberikan
penilaian”.73
Perkembangan madrasah hingga saat ini berkaitan dengan strategi

yang dilakukan madrasah dalam membangun school branding di MTs

Negeri 1 Ponorogo sebagaimana yang dikemukakan oleh ibu Yulik

Sulistia Prabawati selaku salah satu Pendidik MTs Negeri 1 Ponorogo:

“Dimasa sekarang ini sudah memasuki era digitalisasi, dalam melakukan


pemasaran madrasah lebih mudah dalam menggunakan media sosial.
Strategi pemasaran yang digunakan sekarang tidak semua media sosial
digunakan hanya ada beberapa yang digunakan misal seperti YouTube,
Instagram, Facebook, Twitter, website madrasah. Selain itu, tidak hanya
melalui media sosial melakukan pemasaran secara konvensional seperti
banner, radio, brosur, spanduk, dan lain sebagainya. Strategi pemasaran
dilakukan dengan sangat baik yang didalamnya terdapat manajemen yang
sesuai dengan tupoksi yang terlibat dalam pemasaran”74
Hal ini dipertegas oleh ibu umi Suswati yang menegaskan bahwasanya:

Dalam program unggulan akademik, tahfidz, olahraga dan terbaru adalah


program riset, mengingat MTsN 1 adalah satu-satunya madrasah riset ini

72
Lihat Transkip Wawancara Nomor: 02/W/020-II/2023 dalam Transkip Hasil
Penelitian
73
Lihat Transkip Wawancara Nomor: 01/W/015-II/2023 dalam Transkip Hasil
Penelitian
74
Lihat Transkip Wawancara Nomor: 03/W/003-III/2023 dalam Transkip Hasil
Penelitian
75

Kabupaten Ponorogo, kemudian yang terbaru juga adanya program


Ma'had75
Penggunaan media sosial ataupun media yang lain merupakan

sebuah hal yang telah dilakukan MTs Negeri 1 Ponorogo dalam

mempromosikan suatu kegiatan atau memberikan informasi kepada

masyarakat.

Gambar 4.4 Media Twitter, Facebook, dan Tiktok MTsN 1 Ponorogo

Penggunaan media Twitter Facebook dalam melakukan branding

itu memiliki nilai tersendiri. Dalam media tersebut yang saat ini telah

digunakan untuk beberapa kalangan baik itu orang tua, masyarakat,

maupun anak-anak remaja. Penggunaaan media tersebut membantu dalam

membangun branding di MTsN 1 Ponorogo yang mana banyaknya

pengikut serta unggahan terkait segala yang bersangkutan dengan

kegiatan yang dilakukan.

75
Lihat Transkip Wawancara Nomor: 01/W/015-II/2023 dalam Transkip Hasil
Penelitian
76

Gambar 4.5 Media YouTube, Instagram, dan Website MTsN 1


Ponorogo

Penggunaan media YouTube, Instagram, dan Tiktok merupakan


media sosial yang saat ini masih tetap eksis dikalangan masyarakat.
Dimana penggunaan media dalan branding dilakukan dengan banyaknya
konten atau vidio dalam memberikan informasi baik kegiatan yang
dilakukan madrasah, prestasi yang diraih peserta didik. Penggunaan media
sosiàl yang hingga saat ini masih digemari oleh masyarakat baik itu
kalangan orang tua ataupun remaja. Penggunaan media sosial dengan
pengikut yang banyak memberikan dampak positif terhadap segala
unggahan yang ada, dimana peran pengikut memberikan feedback dengan
meneruskan atau membagikan secara lebih luas untuk yang lainnya.
Sedangkan peñggunaan website MTsN 1 Ponorogo merupakan
sebuah halaman yang dijalankan oleh madrasah dimana juga merupakan
proses branding yang dilakukan madrasah. Penggunaan website ini
merupakan situs dalam mengakses informasi yang ada di madrasah tidak
hanya terkait kegiatan apa saja yang dilakukan, akan tetapi juga berisikan
77

informasi terkait sejarah singkat MTsN 1 Ponorogo serta informasi terkait


terkait PPDB yang dilakukan MTsN 1 Ponorogo.
Strategi pemasaran membangun branding bisa dikatakan berhasil

jika telah melakukan rangkaian yang telah ditentukan dengan target yang

sudah pasti. Target startegi branding ini, selain memasarkan madrasah

juga memberikan kepuasan terhadap madrasah yang dipilih. Dalam proses

keberhasilan itu sendiri tidak mudah dimana tentu ada nilai plus minusnya

dalam pemasaran. Adanya plus minus dalam pelaksanaan, yang menilai

bahwa keberhasilan pemasaran tersebut dapat tercapai dengan adanya

evaluasi dalam mengembangkan strategi yang dilakukan. Sebagaimana

dikemukakan oleh Ibu Yulik Sulistiara Prabawati sebagai berikut:

“Nilai minusnya apa yang diupload di media sosial stagnan gitu lah jadi
kegiatan itu secara gak langsung berulang ulang jadi. Terkadang bingung
jika stuck disitu jadi masih mencari hal yang lebih bagus lagi. Apalagi
yang harus digunakan seperti youtube gitu kan itu kan cuma ngatur dan
sebagainya itu perluan perlu ada inovasi lebih yang lain dari yang lain”.76
Dari hasil observasi yang terkait pemasaran di media sosial memang poin

minusnya di stagnan dengan apa yang di upload ke media sosial seperti

upload prestasi para peserta didik yang ada di salah satu media sosial

Instagram MTs Negeri 1 Ponorogo.77

76
Lihat Transkip Wawancara Nomor: 03/W/003-III/2023 dalam Transkip Hasil
Penelitian
77
Lihat Transkip Observasi Nomor: 02/O/020-II/2023 dalam Transkip Hasil Penelitian
78

Gambar 4.6 Prestasi Peserta didik pada Media Instagram

Menilai hal tersebut madrasah melakukan rapat evaluasi dalam

mengembangkan strategi yang telah direncanakan agar taget yang

ditentukan dapat terpenuhi. Sebagaimana yang dikemukakan oleh ibu Umi

Suswati sebagai berikut:

“Evaluasi selalu dilakukan. Kritik dan saran juga selalu kami terima
dengan terbuka dari berbagai macam pihak untuk terus berusaha
melakukan perbaikan dan improvement. Sehingga keberhasilan dapat
terlihat dari antusiasme masyarakat yang tinggi terhadap kami.”78
Hal ini dipertegas oleh Ibu Nuuruun Nahdiyah KY, menegaskan bahwa:

“Memandang keberhasikan strategi pemasaran dari potensi yang kita


tangkap sekarang, artinya murid banyak, terus kepercayaan masyarakat
yang naik itu itu merupakan keberhasilan marketing madrasah ini karena
kalau marketingnya tidak berhasil, otomatis madrasah ini akan turun.”79
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan

strategi pemasaran membangun branding dilakukan sesuai dengan

78
Lihat Transkip Wawancara Nomor: 01/W/015-II/2023 dalam Transkip Hasil
Penelitian
79
Lihat Transkip Wawancara Nomor: 02/W/020-II/2023 dalam Transkip Hasil
Penelitian
79

perencanaan yang telah disusun yang melibatkan berbagai pihak. Dalam

pelaksanaan pemasaran ini menggunakan berbagai media yang digunakan

baik itu media sosial atau media konvensional. Pada penggunaan media

sosial lebih mendukung diera globalisasi dimana teknologi juga semakin

canggih.

Dari hasil diatas dapat disimpulkan pelaksanaan pemasaran dalam

membangun school branding telah dilakukan oleh beberapa pihak yang

telibat dalam sebuah perencanaan yang dilakukan. Pihak-pihak yang

terlibat dalam penyusunan perencanaan pemasaran tersebut telah memiliki

tupoksinya masing-masing dalam proses pelaksanaan pemasaran

membangun school branding yang ada di MTs Negeri 1 Ponorogo. Dalam

proses pelaksanaan tersebut pihak yang terlibat terus memantau bagaimana

jalannya pemasaran tersebut yang nantinya semua kendala yang

didapatkan akan dilakukan evaluasi guna meningkatkan aspek yang ada di

lembaga pendidikan tersebut.

3. Implikasi School Branding dalam Meningkatkan Daya Saing


Lembaga Pendidikan
Branding merupakan sebuah kegiatan komunikasi yang dilakukan

oleh suatu lembaga dalam dengan tujuan membangun serta membesarkan

sebuah brand atau merek yang dimiliki. Dalam proses branding tentunya

akan menimbulkan dampak ataupun implikasi yang di rasakan oleh suatu

lembaga hingga saat ini mampu dalam meningkatkan daya saing terhadap

lembaga lainnya. Strategi branding adalah metode manajemen yang

digunakan oleh suatu organisasi atau institusi dengan melakukan branding

dan komunikasi dengan pelanggannya untuk menarik perhatian dan


80

mengubah kelompok sasarannya menjadi pelanggan. Tujuan branding

adalah untuk membentuk persepsi masyarakat, kemudian membangun

kepercayaan masyarakat terhadap merek tersebut, dan juga menggugah

kecintaan masyarakat terhadap merek tersebut. Tujuan dari branding ini

sangat bermanfaat bagi institusi pendidikan karena branding yang kuat

menyebabkan pelanggan lebih mempercayai brand mereka dan lebih setia

kepada institusi pendidikan. Seperti yang sudah disebutkan, bahwa

branding sangat penting bagi lembaga pendidikan di zaman sekarang ini. .

Dalam hal ini, sesuai dengan yang dipaparkan oleh ibu Umi

Suswati selaku salah satu tenaga pendidik dan sebagai Waka Humas

MTsN 1 Ponorogo:

“MTsN I Ponorogo mengalami perkembangan yag sangat signifikan


selama tiga tahun sampai saat ini, terlihat dari trust masyarakat yang
terus meningkat setiap tahunnya, berbagai torehan prestasi juga telah
didapatkan oleh madrasah ini, tak hanya siswa namun juga kepala
madrasah, tenaga pendidik dan kependidikan, berbagai program juga
terlaksana dengan sangat maksimal. Minat masyarakat semakin tahun
semakin mengalami peningkatan, grafik yang diukur mengalami lonjakan
yang sangat baik.”80
Perkembangan terhadap calon pendaftar dalam memasuki lembaga

pendidikan yang merupakan minat serta keantusiasan dalam mendaftarkan

pada suatu lembaga pendidikan. 81

80
Lihat Transkip Wawancara Nomor: 01/W/015-II/2023 dalam Transkip Hasil
Penelitian
81
Lihat Transkip Dokumentasi Nomor: 04/D/020-II/2023 dalam Transkip Hasil
Penelitian
81

Jumlah (Kelas
Kls VII Kls VIII Kls IX
VII+VIII+IX)
Th. Jml. Jml. Jml. Jml. Jml. Jml. Jumlah Jumlah
Ajaran Peserta Rombel Peserta Rombel Peserta Rombel Peserta Rombel
didik didik Didik Didik
baru
2018/2019 296 9 281 9 267 9 844 27
2019/2020 269 9 286 9 274 9 829 27
2020/2021 308 9 267 9 281 9 856 27
2021/2022 308 9 305 9 268 9 881 27
2022/2023 329 9 308 9 299 9 936 27

Dalam hal ini sesuai dengan pendapat yang dipaparkan oleh kepala

sekolah,

“Pada saat waktu pertama masuk di madrasah ini ada 737 siswa hingga
sekarang sudah mencapai 936 siswa, artinya ada grafik peningkatan luar
biasa di jumlah siswa. Kalau jumlah pendaftar mengalami kenaikan yang
cukup cukup tinggi, lebih tinggi dari yang kita terima. Oleh karena itu,
tidak bisa untuk semuanya terima. Pada awalnya hanya ada 27-28 rombel
yang sekarang sudah bertambah lagi. Mungkin pada tahun ini akan
menjadi 30 rombel tahun 2023/2024.82
Berdasarkan observasi yang dilakukan disekolah mengenai

pendaftaran peserta didik baru terlihat dengan jelas bagaimana

keantusiasan wali murid dalam mendaftarkan anaknya di Mtsn 1 Ponorogo

yang pada saat itu banyaknya antrian yang membludak sehingga

mendorong sekolah dalam menambah rentang waktu yang telah

ditetapkan.83

82
Lihat Transkip Wawancara Nomor: 02/W/020-II/2023 dalam Transkip Hasil
Penelitian
83
Lihat Transkip Observasi Nomor: 03//O/020-II/2023 dalam Transkip Haisl Penelitian
82

Gambar 4.7 Antrian Pendaftaran Peserta Didik Baru MTsN 1


Ponorogo

Branding yang dilakukan sekolah memberikan efek yang begitu

nyata di lapangan dimana dalam kasus PPDB yang diadakan disekolah

yang begitu antusias serta dilakukannya seleksi yang ketat dalam

menyaring peserta didik dengan peminat yang sangat tinggi, hal ini serupa

dengan penyataan yang dilakukan oleh ibu Nuurun Nahdiyah KY selaku

kepala sekolah Mts negeri 1 Ponorogo;

“Melihat dari pendaftar pendaftar yang cukup tingi dibandingkan ketika


kita melihat dari lembaga lembaga lain kan kekurangan yang di sini itu
justru kita harus memilih dengan selektif mungkin untuk menerima dan
menolak mana yang bisa dan tidak bisa kita terima”.84
Branding yang dimiliki suatu sekolah memiliki nilai yang positive

dalam pandangan orang tua serta masyarakat. Masyarakat memiliki opini

yang berbeda terhadap madrasah tempat belajar putra putrinya.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh bapak Parno salah satu wali murid

MTsN1 Ponorogo:

“Karena saya melihat dr kurikulum serta akreditasi mts ini sdh bs


dikatakan baik, dan kualitas profesional guru nya pun sudah diakui. Maka

84
Lihat Transkip Wawancara Nomor: 02/W/020-II/2023 dalam Transkip Hasil
Penelitian
83

dari itu, saya ingin anak-anak sy melanjutkan jenjang pendidikan yg


berbasis agama jg krna ya percuma sj kalo sekolahnya pelajarannya
hanya pendidikan umum tok.”85

Branding yang dilakukan tidak hanya berdampak terhadap kepercayaan

masyarakat akan tetapi nilai branding tersebut juga erdampak pada

lembaga itu sendiri. Hal ini disampaikan oleh ibu Yulik Sulistiara

Prabawati sebagaimana berikut:

“Alhamdulillah adanya kolaborasi sistem informatika ini sangat


berpengaruh sekali pada madarasah ini yang dibuktikannya lewat
kenaikan jumlah para pendaftar dari tahun ke tahun. Selain itu, orang tua
siswa melihat branding sosial dari prestasi-prestasi yang diperoleh baik
itu dari kalangan peserta didik, tenaga pendidik, ataupun tenaga
kependidikan, serta lumni-alumni yang mengabdi disini sangat
mempengaruhi sekali untuk implikasi citra positif”.86
Dalam hal ini, pernyataan tersebut diperkuat oleh ibu umi Siswati

selaku Waka humas di Mts negeri 1 ponorogo:

“Madrasah terus berusaha memfasilitasi peserta didik dengan mengikuti


berbagai event perlombaan baik ditingkat regional, maupun provinsi
bahkan juga nasional. Tak hanya dalam bidang akademik, namun juga
non-akademik. Hal ini terbukti dari berbagai prestasi selama
bulanjanuari 2023 ini, puluhan kejuaraan telah diraih oleh siswa lewat
event SMAGA Championship, SAC MAN 2 Po, SMA Babadan Event,
SMKN 1 Ponorogo dll. dan juga kepala madrasah, dinobatkan sebagai
kepala madrasah berprestasi oleh Kemenag Ponorogo. Satu guru dan satu
staff tata usaha juga mendapatkan anugrah oleh Kemenag Ponorogo
sebagai guru berprestasi dan pegawai ASN teladan.”87
Branding sendiri bisa menempatkan madrasah dalam citra positif yang

dimiliki sehingga dalam menjaga kepercayaan masyarakat terhadap

85
Lihat Transkip Wawancara Nomor: 05/W/015-VI/2023 dalam Transkip Hasil
Penelitian
86
Lihat Transkip Wawancara Nomor: 03/W/003-III/2023 dalam Transkip Hasil
Penelitian
87
Lihat Transkip Wawancara Nomor: 01/W/015-II/2023 dalam Transkip Hasil
Penelitian
84

madrasah. Hal ini dikemukakan oleh bapak Parno salah satu wali murid

MTsN 1 Ponorogo:

“Menurut saya sudah baik ya mbk, karena setiap ada pembaharuan


kegiatan biasanya juga diadakan rapat bersama komite sekolah yang
mana kegiatan tersebut juga membutuhkan dari orang tua si anak.”88

Hal ini dipertegas oleh bapak Karyanto sebagai salah satu wali murid

MTsN 1 Ponorogo:

“Kalau citra madrasah juga sudah bagus ya mbak, mungkin ditingkatkan


lagi ya dari segi untuk Ma'hadnya. Kalau bisa jangan dibuat anak yang
domisili jauh. Dan kegiatan Ma'had nya ditambah seperti kegiatan
lainnya.”89

Branding juga berdampak pada madrasah terhadap citra yang dimiliki.

Oleh karena itu, madrasah harus mampu dalam memposisikan dirinya agar

tidak berada pada posisi yang salah dengan madrasah yang lain, sehingga

efek dari penempatan yang salah akan langsung berdampak pada madrasah.

Sebagaimana dikemukakan oleh Ibu Nuurun Nahdiyah KY sebagai berikut:

“Setiap lembaga punya keunikan masing masing punya kecenderungan


masing masing. Jadi. Memposisikannya ya, bagaimana kita melakukannya
terbaik memberikan layanan yang terbaik dengan prinsip transparansi,
akuntabel. Dengan strategi diterapkan tidak perlu melirik kanan kiri lirik
kanan kiri nanti malah ketinggalan. Diibaratkan saya berlari ya fokus
berlari aja.”90
Hal ini dipertegas oleh Ibu Umi Suswati, yang menengaskan bahwa:

“Madrasah terus berusaha memberikan inovasi dalam berbagai bidang,


dengan berbagai pelatihan dan diklat.”91
Berdasarkan observasi yang dilakukan, MTS Negeri 1 Ponorogo terus

melakukan penguatan terhadap SDM yang ada baik itu pelatihan, diklat,
88
Lihat Transkip Wawancara Nomor: 05/W/015-VI/2023 dalam Transkip Hasil Penelitian
89
Lihat Transkip Wawancara Nomor: 04/W/014-VI/2023 dalam Transkip Hasil Penelitian
90
Lihat Transkip Wawancara Nomor: 02/W/020-II/2023 dalam Transkip Hasil
Penelitian
91
Lihat Transkip Wawancara Nomor: 01/W/015-II/2023 dalam Transkip Hasil
Penelitian
85

workshop dan lain sebagainya dalam mengembangkan kualitas SDM di

madrasah.92

Gambar 4.8 Workshop Tenaga Pendidik dan Kependidikan MTsN 1


Ponorogo

Dari hasil diatas, dapat disimpulkan bahwa proses dalam melakukan

branding tiap madrasah berbeda bahkan dampak implikasi yang

ditimbulkan juga berbeda. Oleh karena itu, berbagai upaya yang dilakukan

MTs Negeri 1 Ponorogo ini dalam membangun branding yang dimiliki

sehingga fokus dari strategi-strategi yang dilakukan adalah meningkatkan

madrasah itu sendiri serta meningkatkan pelayanan terbaik untuk

masyarakat. Sehingga, citra positif akan tercipta pada kalangan masyarakat

yang menyebar lewat word of mouth.

92
Lihat Transkip Observasi Nomor: 04//O/020-II/2023 dalam Transkip Hasil Penelitian
86

C. Pembahasan

1. Perencanaan strategi pemasaran untuk membangun school branding

dalam meningkatkan daya saing lembaga pendidikan

Persaingan di dunia pendidikan tidak dapat terelakkan lagi, banyak

lembaga pendidikan yang ditinggalkan oleh pelanggannya sehingga dalam

beberapa tahun ini banyak terjadi merger dari beberapa lembaga

pendidikan. Kemampuan administrator untuk memahami pemasaran

pendidikan menjadi pra-syarat dalam mempertahankan dan meningkatkan

pertumbuhan lembaganya. Dengan demikian, lembaga pendidikan adalah

sebuah lembaga yang bergerak dibidang layanan jasa pendidikan yang

kegiatannya melayani konsumen berupa murid, siswa, mahasiswa dan

masyarakat umum. Dan pada hasil penelitian inilah dapat dijelaskan

bagaimana perencanaan strategi pemasaran serta langkah-langkah dalam

pemasaran pendidikan. Tujuan utama proses ini adalah untuk

meningkatkan mutu pendidikan secara berkelanjutan, terus-menerus, dan

terpadu. Upaya peningkatan mutu pendidikan yang dimaksudkan tidak

sekaligus, tetapi dituju berdasarkan mutu pada setiap komponen

pendidikan. Perencanaan adalah proses menentukan apa yang seharusnya

dicapai dan bagaimana cara mewujudkannya dalam sebuah kenyataan.

Sehingga dapat digaris bawahi bahwasanya perencanaan menjadi landasan

melaksanakan program dengan adanya rencana atau cara-cara untuk

mencapai tujuan bersama. Perencanaan dalam pemasaran pendidikan

memiliki tujuan untuk mengurangi atau mengimbangi ketidakpastian dan

perubahan yang akan datang memusatkan perhatian kepada sasaran,


87

menjamin atau mendapatkan proses pencapaian tujuan terlaksana secara

efisien dan efektif serta dapat memudahkan dalam pengendalian.

Perencanaan yang dilakukan MTs Negeri 1 Ponorogo dengan

melakukan rapat koordinasi terkait perencanaan pemasaran ya baik dari

jajaran komite, tenaga pendidik maupun kependidikan karena hal ini

melibatkan seluruh warga sekolah. Dalam rapat koordinasi tersebut telah

terbentuk tim pemasaran yang telah memiliki tupoksinya tersendiri.

Dimana setiap bidang telah ada penanggung jawab yang dipegang baik itu

tenaga pendidik ataupun tenaga kependidikan.

Pendidikan termasuk dalam suatu organisasi yang bergerak dalam

bidang jasa. Pemasaran jasa pendidikan tidak hanya membutuhkan

pemasaran eksternal akan tetapi juga membutuhkan pemasaran interal dan

interaktif.

a. Pemasaran eksternal

Pemasaran eksternal ini menggambarkan semua aktivitas yang

dilakukan lembaga pendidikan dalam mempersiapkan produk,

mendistribusikan informasi, mempromosikan produk kepada

pelanggan. Dalam mempersiapkan produk, MTs telah berupaya dalam

menawarkan produk yang telah evaluasi dalam menarik minat

masyarakat. Berbagai produk telah di tawarkan pada masyarakat baik

itu program unggulan yang dimiliki MTs Negeri 1 Ponorogo ataupun

kegiatan ekstrakurikuler yang memiliki berbagai kegiatan dalam


88

mendukung minat serta bakat yang dimiliki peserta didik. Adapun

program unggulan yang dimiliki oleh MTs Negeri 1 Ponorogo adalah:

1) Program akademik, program akademik merupakan program yang

ada sejak awal hingga pada tahun 2016, MTs Negeri 1 Ponorogo

dapat menambah beberapa program baru dalam meningkatkan daya

saing lembaga pendidikan tersebut.

2) Program Adiwiyata, program yang didesain dalam menumbuhkan

sikap cinta lingkungan para peserta didik terhadap lingkungan yang

ada di madrasah.

3) Program tahfidz, dalam program ini memberikan akses kepada

peserta didik yang ada di MTs Negeri 1 Ponorogo untuk para

hafidz ataupun Hafidzah.

4) Program riset, program ini merupakan program pendukung untuk

peserta didik yang memiliki minat serta bakat terhadap karya-karya

ilmiah.

5) Program Ma’had, merupakan program terbaru yang dimiliki MTs

Negeri 1 Ponorogo. Program ini memberikan pilihan kepada

peserta didik yang memiliki jarak tempuh yang jauh dari MTs

Negeri 1 Ponorogo sehingga dapat memudahkan peserta didik yang

memiliki domisili jauh.

Sedangkan dalam proses promosi yang dilakukan MTs Negeri

1 Ponorogo dengan menggunakan tiga jenis media strategi pemasaran

yakni sebagai berikut:


89

1) Internet Marketing

Pemasaran internet (Internet marketing) adalah strategi

pemasaran yang banyak diketahui dan digunakan oleh para pelaku

bisnis saat ini. Karena metodenya yang sederhana dan cepat, strategi

ini banyak digunakan. Selain itu, banyak juga peluang media sosial

seperti Instagram, Facebook, website, email marketing dan masih

banyak lagi. Di MTsN 1 Ponorogo, dalam pelaksanaan pemasaran

dengan bantuan internet marketing, dalam pelaksanaan penawaran

dalam jangkauan luas yang dapat dilihat dengan cepat oleh semua

orang.

2) Point of Purchase

Point of Purchase (POP) merupakan strategi pemasaran

dimana materi pemasaran atau iklan diletakkan dekat dengan

produk yang diiklankan. Strategi ini mengerahkan seluruh

kemampuan produksi dan komunikasi agar konsumen tertarik dan

sulit ditolak. Strategi pemasaran produk point-of-purchase ini dapat

diimplementasikan dengan membuat display dengan custom design

yang menarik dan menempatkannya di lokasi strategis seperti dekat

pintu masuk dan keluar MTs Negeri 1 Ponorogo.

3) Earned Media

Strategi ini berbeda dengan penjualan langsung karena jenis

strategi ini sebenarnya diterapkan secara tidak langsung. Kunci

penerapan strategi ini adalah membangun hubungan dan


90

kepercayaan dengan masyarakat. Oleh karena itu perlu dibangun

brand dan image yang baik di jejaring sosial. Kepercayaan

masyarakat terhadap MTSN 1 Ponorogo terbilang sangat tinggi,

sehingga dengan strategi ini dapat membantu masyarakat dalam

memilih pendidikan yang terbaik bagi putra-putrinya.

b. Pemasaran internal

Pemasaran internal ini menggambarkan tugas yang diemban

lembaga pendidikan dalam meningkatkan aset yang dimiliki lembaga

dalam memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan. Aset yang

dimiliki oleh lembaga pendidikan terdiri peserta didik, tenaga pendidik,

dan tenaga kependidikan. Berbagai cara telah dilakukan MTs Negeri 1

Ponorogo dalam meningkatkan kualitas tenaga pendidik dan tenaga

kependidikan melalui workshop, diklat, seminar yang tak lupa

dukungan yang berikan pada para tenaga pendidik dan tenaga

kependidikan dalam meningkatkan semangat serta memberikan

motivasi yang kuat dalam melakukan pelayanan. Sedangkan untuk

peserta didik, MTs Negeri 1 Ponorogo telah memberikan dukungan

semangat serta sarana dalam menyalurkan minat bakat yang dimiliki

para peserta didik sehingga dapat mampu meraih kejuaran dalam event

yang diselenggarakan oleh lembaga yang lainnya.

c. Pemasaran interaktif

Pemasaran interaktif ini menggambarkan interaksi lembaga

pendidikan dan pelanggan. Dimana interaksi tersebut berdampak pada


91

hubungan yang terus terjalin secara berkesinambungan yang bahkan

dapat menjadi sarana media pemasaran. MTs Negeri 1 Ponorogo selalu

memberikan layanan terbaik untuk para konsumen atau orang tua

peserta didik sehingga meninggalkan kepuasan yang diterima

konsumen. Kepuasan tersebut dapat menjadikan hubungan yang terus

menerus memberikan dampak positif yang ada dibenak masyarakat.

Pengelolaan pemasaran pendidikan memegang peranan penting

dalam kaitannya dengan kelangsungan lembaga pendidikan dan harus

dimulai dari kebutuhan dan keinginan konsumen (masyarakat) yang

tentunya membutuhkan daya saing lembaga pendidikan tersebut. Tujuan

manajemen pemasaran pendidikan adalah memberikan arah dan tujuan

pada kegiatan lembaga pendidikan. Selain itu, tujuan pemasaran adalah

menjadikan produk suatu perusahaan atau lembaga berdaya saing karena

memiliki perbedaan nilai di atas persaingan. 93 Semakin tinggi nilai

diferensial, semakin baik untuk lembaga. Menemukan perbedaan

membutuhkan kejelian dan kreativitas yang hebat. Tujuan pemasaran

pendidikan adalah untuk memaksimalkan kepuasan pelanggan. Dalam

setiap program sekolah, pengelolaan fasilitas sekolah yang transparan

meningkatkan kesediaan orang tua untuk berpartisipasi. Dalam hal ini

orang tua menginginkan agar sekolah selalu transparan dan terbuka, selalu

memberikan informasi yang jelas dan bertanggung jawab kepada orang tua

siswa. Dengan terwujudnya transparansi dan akuntabilitas sebagai

kewajiban sekolah untuk melaporkan kepada masyarakat luas tentang

93
Elsah Fanisyah dkk, Manajemen Pemasaran Pendidikan Melalui Strategi Branding di
SMP Al Falaah Tangerang Selatan. Jurnal Improvement Vol. 9 No. 1, Juni 2022, 12
92

kegiatan atau program dan keuangan sekolah, hal ini meningkatkan minat

atau semangat orang tua siswa untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan

pendidikan yang bermutu.

Strategi pemasaran yang dilakukan MTs Negeri 1 Ponorogo sudah

sesuai dengan beberapa teori yang ada. Adapun teori tersebut antara lain,

pertama merupakan teori tentang strategi pemasaran yaitu alat

fundamental yang dirancang untuk mencapai tujuan lembaga pendidikan

dengan mengembangkan keunggulan daya saing dan program pemasaran

dalam memenuhi target pasar. Dalam hal ini MTs Negeri 1 Ponorogo telah

melakukan perencanaan dengan melibatkan seluruh elemen yang ada di

lembaga dengan melakukan rapat koordinasi dengan menyusun program-

program dalam memasarkan lembaga pendidikan. Kedua, teori Nathaniel

dan dan Abdullah tentang bentuk pemasaran yang meliputi pemasaran

eksternal, pemasaran internal, dan juga pemasaran interaktif. MTs Negeri

1. Ponorogo telah melakukan pemasaran yang sesuai dengan teori dimana

pemasaran tersebut tidak hanya memasarkan bagian luar, akan tetapi juga

bagian dalam serta membangun hubungan interaksi yang baik dengan

pelanggan.

Dengan hal ini menurut penulis, bahwasanya pemasaran yang

dilakukan MTs Negeri 1 Ponorogo ini telah semua cara digunakan dalam

mengenalkan lembaga tersebut. Hal ini dinyatakan dalam sebuah skripsi

yang berjudul Strategi Humas dalam Menciptakan School Branding

(Penelitian Kualitatif di Sekolah Dasar Muhammadiyah Terpadu (SDMT)

Ponorogo) yaitu strategi yang dilakukan dalam memberikan infomasi


93

terhadap branding SDMT menggunakan media sosial seperti Instagram,

Facebook, Twitter.

2. Pelaksanaan strategi pemasaran untuk membangun school branding

dalam meningkatkan daya saing lembaga pendidikan

Adanya perubahan terjadi pada dunia lembaga pendidikan pada

berbagai jenjang pendidikan, sehingga lembaga pendidikan harus mampu

mengemas pendidikan secara profesional dan kekinian, karena pendidikan

yang bermutu adalah pendidikan yang dapat menghasilkan suatu hasil

yang sesuai dengan pendidikannya. Kebutuhan (needs) secara nasional

atau internasional. Oleh karena itu, proses manajemen pemasaran di

lembaga pendidikan menjadi penting karena kemampuan lembaga

pendidikan dalam mengelola lingkungan internal dan eksternal

dipersepsikan oleh para pesaing dan juga oleh pelanggan lembaga

pendidikan itu sendiri. Agar tetap kompetitif dan dapat diterima oleh

masyarakat dan lembaga pendidikan, maka brand sekolah harus

ditingkatkan.94

Branding dipahami sebagai upaya lembaga pendidikan untuk

menawarkan merek (brand) yang unik dan memiliki ciri khas tersendiri.

Merek merupakan aset berharga bagi lembaga pendidikan karena merek

dapat memberikan label atau tanda pada suatu produk yang dapat

membantu orang membedakan produk tersebut dengan produk lainnya.

Branding adalah proses komprehensif yang dimulai dari pemilihan elemen,

94
Laily Nur Ayunisa dan Muhammad Sholeh. Strategi Lembaga Pendidikan Formal
dalam Meningkatkan School Branding pada Masa Covid-19. Jurnal Inspirasi Manajemen
Pendidikan Volume 10 Nomor 01 Tahun 2022, 60
94

nilai, dan janji merek (barang, jasa, perusahaan, dll.) untuk

membedakannya dari merek lain. Sehingga tujuan branding pada lembaga

pendidikan adalah untuk menciptakan citra dan reputasi yang positif di

kalangan umat beragama dan agar masyarakat dapat mengenali, mengingat

dan tidak berpaling pada lembaga pendidikan lain karena mengurangi

kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pendidikan terhadap brand dan

produk yang diciptakan dan dibangun. Produk diproduksi sesuai dengan

kebutuhan yang diinginkan. Strategi branding yang dapat diterapkan

lembaga pendidikan antara lain:95

a. Meningkatkan manajemen mutu seperti akreditasi. Strategi branding di

MTs ini dengan pencapaian akreditasi nilai A dengan cara analisis

SWOT dan pemenuhan 8 standar nasional pendidikan. Pada umumnya,

sekolah yang terakreditasi dengan baik dan mampu mempertahankan

statusnya tersebut akan mendapatkan predikat ‘sekolah favorit’ dihati

masyarakat.

b. Meningkatkan kualitas learning output dan learning outcome, seperti

meningkatkan prestasi siswa, guru, sekolah, serta alumni. Selain itu

dapat juga meningkatkan karakter seluruh warga sekolah, terutama

siswa sebagai subyek didik sekaligus lulusan yang menjadi bagian dari

masyarakat (pengguna lulusan). Misalnya, lulusan yang mengabdi

mengajar di MTs Negeri 1 Ponorogo, selain itu prestasi yang dirah

peserta didik setiap terselenggaranya event yang diadakan oleh

lembaga lain.

95
Siti Masyithah, Ulil Albab, And Nina Ramadhani W, “Usaha Toko Dikromoshop
Perspektif Ekonomi Islam,” n.d.
95

c. Membuat jargon, ‘tagline’, ataupun slogan yang menarik kemudian

direalisasikan dengan program-program sekolah. MTsN 1 Ponorogo

memiliki jargon “Unggul, Inovatif, dan Kompetitif”.

d. Mengembangkan program unggulan yang menjadi ciri khas sekolah

seperti program sekolah adiwiyata, sekolah tahfidz, kelas riset.

e. Selain program unggulan, satuan pendidikan dapat menyelenggarakan

program-program, misalnya ekstrakurikuler seperti team olahraga, baik

sepak bola, voli ,dll, kesenian, KIR, dan lain sebagainya.

f. Meningkatkan pelayanan prima pendidik maupun tenaga pendidikan

untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Bagi pendidik misalnya

dengan menyelenggarakan pelatihan, mendatangkan ahli, melakukan

studi banding, memberikan kesempatan untuk studi lanjut,

menempatkan sesuai kompetensi keahliannya, serta melibatkan dalam

kegiatan diklat atau workshop.

g. Menjalin kerjasama sekolah dengan masyarakat, sesama sekolah,

maupun instansi lain. Jalinan kerjasama ini sebagai bentuk dukungan

strategi branding sekolah dalam meningkatkan animo siswa dan

awareness masyarakat.

h. Meningkatkan nilai jual sekolah melalui intensitas unggahan setiap

even sekolah di media online seperti Instagram, website resmi sekolah,

facebook, website lembaga Pemerintah seperti Kanwil Kementerian

Agama, status whatsapp, dan lain-lain. Selain itu dapat diterbitkan ke

media cetak seperti koran, majalah, tabloid, banner, poster, spanduk,


96

dan sebagainya. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh MTs Negeri 1

Ponorogo.

Hasil penelitian lanjut, pelaksanaan pemasaran brand image

menurut peneliti yakni dengan brand communication yang dilakukan oleh

madrasah ini. Adapun upaya yang dilakukan dalam melaksanakan

pemasaran pendidikan melalui strategi Brand Communication yang

dilakukan oleh MTs Negeri 1 Ponorogo ini seperti:

a. Website Sekolah: Mts Negeri 1 Ponorogo memiliki website sekolah

dengan alamat https://mtsn1ponorogo.sch.id/

Gambar 4. 7 Website MTsN 1 Ponorogo

b. Kunjungan sekolah: kegiatan pemasaran pendidikan yang juga

dilakukan oleh sekolah yaitu melakukan kunjungan ke sekolah-sekolah

SD di wilayah Jetis dan sekitarnya


97

c. Spanduk dan banner: dalam pemasangan spanduk dan banner

penerimaan peserta didik baru, sekolah akan memasang di wilayah

yang strategis yaitu wilayah yang ramai biasa dilewati oleh masyarakat

seperti di depan sekolah dan wilayah perempatan.

d. Brosur: dalam proses sebelum dan saat penerimaan peserta didik baru

sekolah akan menyebarkan brosur kepada sekolah-sekolah sasaran,

membagikan kepada peserta didik, membagikan kepada peserta didik

dan wali murid di SD, dan masyarakat umum serta juga bisa diakses

melalui website sekolah.

Gambar 4.8 Brosur Pendaftaran Peserta Didik Baru

e. Event atau acara yang melibatkan sekolah lain atau masyarakat umum:

lewat event SMAGA Championship, SAC MAN 2 Ponorogo, SMA

Babadan Event, SMKN 1 Ponorogo dll; dan juga kepala madrasah

dinobatkan sebagai kepala madrasah berprestasi oleh KEMENAG

Ponorogo serta tenaga pendidik dan kependidikan yang mengikuti

event Diklat guru berprestasi.


98

f. Media sosial: dalam melakukan pemasaran pendidikannya sekolah

juga menggunakan berbagai platform Media sosial yaitu youtube dan

Instagram.

Gambar 4.9 Media Sosial MTsN 1 Ponorogo

Mutu pendidikan merupakan tingkat keunggulan dalam mengelola

pendidikan secara efektif dan efisien untuk mencapai keunggulan

akademik dan non-akademik pada peserta didik, dengan peserta didik

melaporkan telah menyelesaikan jenjang pendidikan tertentu atau

menyelesaikan program pembelajaran tertentu. Mutu dikatakan baik

apabila layanan dilakukan telah memenuhi persyaratan yang ada. Mutu

sebagai alat untuk menilai apakah suatu produk memenuhi standar atau

tidak masih bersifat relatif dan tidak eksklusif. Definisi relatif kualitas
99

memiliki dua aspek, yaitu penyesuaian diri dengan spesifikasi dan

berurusan dengan pelanggan atau pengguna. 96

Sebuah merek harus menggunakan branding untuk menarik

perhatian konsumen terhadap merek yang dimilikinya, karena di mata

masyarakat merek yang kuat akan lebih mudah menjaga produktivitas

produk jasa dari merek yang dimilikinya. Oleh karena itu, branding juga

memerlukan strategi yang membentuk model-model penentu dalam

implementasi visi organisasi. Suatu strategi dirumuskan untuk

menghimpun berbagai sumber daya organisasi dan mengarahkannya pada

realisasi visi organisasi.

Tujuan dari branding adalah untuk membentuk persepsi publik,

kemudian membangun kepercayaan masyarakat terhadap merek tersebut

dan juga menggugah kecintaan masyarakat terhadap merek tersebut.

Tujuan dari branding ini sangat bermanfaat bagi institusi pendidikan

karena branding yang kuat menyebabkan pelanggan lebih mempercayai

brand mereka dan lebih setia kepada institusi pendidikan. Seperti yang

sudah disebutkan, branding penting bagi lembaga pendidikan di zaman

sekarang ini. Brand Image atau citra merek adalah pencitraan dari sebuah

merek yang dibawa masuk ke dalam benak konsumen sehingga dapat

membantu dalam mengenali kebutuhan para konsumen dan kepuasan akan

merek. Strategi branding ini dapat dikomunikasikan melalui jargon slogan,

visi misi, logo sekolah yang dapat diposting melalui media sosial, website

96
Diajeng Ayu Kinanti dan Syunu Trihantoyo,, Urgensi Partisipasi Orang Tua Siswa
dalam Penyelenggaraan Pendidikan Bermutu.,260
100

resmi sekolah, media cetak seperti poster, spanduk, brosur, kalender

sekolah dan media publikasi lainnya.

Pelaksanaan strategi pemasaran membangun branding dengan

peningkatan akreditasi, prestasi yang dimiliki peserta didik,

mengembangkan program unggulan yang dimiliki MTs Negeri 1 Ponorogo.

Hal ini dinyatakan dalam Tesis Muhammad Burhan Jamulddin yang

berjudul Strategi Branding di Sekolah Dasar Islam Plus Masyitoh

(Yayasan Miftahul Huda) Kroya Cilacap dan Tesis Ahmad Mahfud Hasim

yang berjudul Strategi Brand Counication dalan Upaya Peningkatan

Kualitas Pendidikan di SD Terpadu Ainul Ulum Pulung Ponorogo yang

menegaskan bahwa strategi branding yang dilakukan dnegan peningkatan

pada akreditasi sekolah, prestasi para peserta didik, serta program-program

unggulan yang ada disekolah.

3. Implikasi School branding dalam meningkatan daya saing lembaga

pendidikan

Implikasi adalah akibat yang timbul atau terjadi karena suatu

alasan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), implikasi

merujuk pada suasana keterikatan atau keterikatan. Implikasi dalam bahasa

Indonesia berarti akibat yang diketahui atau akibat yang terjadi akibat

suatu perbuatan. Sebagaimana dijelaskan oleh Islamy (2003), implikasi

adalah segala sesuatu yang timbul sebagai akibat dari proses perumusan

kebijakan. Jadi, dapat dikatakan bahwa implikasi adalah konsekuensi dan

akibat yang ditimbulkan dari adanya beberapa kebijakan atau tindakan

yang diambil. Sedangkan menurut Silalah (2005), implikasi adalah


101

konsekuensi yang timbul dari pelaksanaan suatu kebijakan atau program


97
yang mungkin baik atau tidak baik bagi pihak yang bersangkutan.

Konsumen memilih suatu produk dengan mempertimbangkan

banyak hal, tidak hanya sekedar membutuhkan suatu produk terentu yang

dengan harapan dapat memberikan nilai yang lain. Sesuatu yang

diharapkan itulah yang memberikan citra yang tertanam pada diri sendiri.

Branding sekolah saat ini menambah warna dunia pendidikan. Seperti

yang kita ketahui, konsumen (orang tua) dapat bertindak “word of mouth”

dan menyampaikan informasi dari satu orang ke orang lain. Oleh karena

itu, jika pengelola lembaga pendidikan berhasil menjaga kepercayaan

pelanggan dengan ketat, ini bisa menjadi strategi yang sangat sederhana

untuk meningkatkan jangkauan sekolah. Membangun citra sekolah yang

baik memerlukan strategi yang tepat, karena strategi yang tepat akan

membawa pada hubungan yang harmonis antara sekolah dengan

masyarakat. Branding suatu sekolah atau citra sekolah yang baik

seringkali menjadi indikator terhadap tingginya peminat yang bahkan

terkadang melebihi kuota yang diperoleh.

School branding yang diterapkan dengan baik dapat meningkatkan

kepercayaan masyarakat. Sebaliknya, jika dilakukan secara tidak

profesional, dapat mempengaruhi lembaga pendidikan tersebut. Seperti

yang telah disebutkan sebelumnya, brand strategy yang baik berfokus

pada peningkatan kinerja sekolah, termasuk prestasi sekolah baik dari

siswa dan guru. Dibandingkan banyak pencitraan tanpa meningkatkan

97
https://dosenpintar.com/pengertian-implikasi/ diakses pada tgl 2 Juni jam 20.00
102

kualitas satuan pendidikan yang dalam hal ini adalah produk yang

diiklankan. Implikasi branding terhadap daya saing madrasah adalah

sebagai berikut:

a. Citra madrasah semakin meningkat

Citra madrasah yang baik adalah citra madrasah yang memenuhi

harapan para pemimpin sekolah dan brand manager pendidikan, yang

biasa disebut dengan positioning. Positioning dapat berbentuk

ekspektasi yang dirasakan untuk sekolah, merek pendidikan, atau

produk layanan pendidikan. Citra MTSN 1 Ponorogo terus mengalami

peningkatan, yang mana strategi-strategi yang digunakan telah

memenuhi harapan serta tujuan yang ditetapkan, sehingga berdampak

pada keberhasilan menaikan branding madrasah kepada masyarakat.

b. Kepuasan dan kepercayaan masyarakat terhadap madrasah meningkat

Kepuasan pelanggan harus dicapai oleh pelanggan layanan jasa

pendidikan. Kepuasan pelanggan terhadap madrasah memberikan

dampak yang baik terhadap madrasah serta kepuasan yang diperoleh

akan memberikan rasa kepercayaan yang kuat terhadap madrasah.

MTSN 1 Ponorogo telah memaksimalkan dalam melakukan pelayan di

madrasah untuk memberikan kepuasan serta kepercayaan yang telah

diberikan pada madrasah. Kepercayaan yang dimiliki masyarakat akan

membantu dalam memberikan pilihan terhadap suatu madrasah yang

akan di tempuh oleh putra putrinya.

c. Peningkatan pada pendaftar calon peserta didik baru.


103

Implikasi dari strategi branding yang dilakukan madrasah adalah

meningkatnya calon pendaftar peserta didik baru pada tiap tahunnya.

Selama kurang lebih 5 tahun MTSN 1 Ponorogo telah mengalami

kenaikan jumlah peseerta didik baru. Oleh karena itu, minat

masyarakat terhadap MTSN 1 Ponorogo terus mengalami kenaikan

sehingga memberikan kepercayaan serta nilai plus untuk madrasah ini

dalam benak masyarakat.

d. Semakin luas jangkauan madrasah

Implikasi dari branding yang dilakukan MTSN 1 Ponorogo yakni

madrasah memiliki jangkauan yang lebih luas yang merupakan efek

dari kepercayaan konsumen terhadap MTSN 1 Ponorogo. Kepercayaan

yang telah dibuktikan dengan nyata kualitas madrasah ini akan

menarik pelanggan yang lain dalam memberikan pilihan opsi dalam

memilih lembaga pendidikan.

e. Adanya hubungan yang harmonis antara pelanggan dan madrasah

Dalam menjalin hubungan yang harmonis antara pelanggan dengan

madrasah yakni dengan adanya sebuah komunikasi. Komunikasi inilah

yang memiliki nilai penting dan memberikan pegangan antara

pelanggan dan madrasah. Komunikasi yang dilakukan MTSN 1

Ponorogo dilakukan dengan berbagai media salah satunya penggunaan

media whattsap. Dalam komunikasi ini yang menjadi penghubung

antara konsumen dengan madrasah mengenai informasi-informasi serta

memberikan pelayanan terbaik dalam menjalin hubungan.


104

Implikasi yang telah diterima MTs Negeri 1 Ponorogo memiliki nilai yang

positif baik dari dalam madrasah ataupun diluar lingkungan madrasah. Hal

ini juga dinyatakan dalam jurnal Kependidikan Islam yang berjudul

Strategi Pemasaran Pendidikan dalam Meningkatkan Citra Sekolah yang

menegaskan bahwa dampak strategi pemasaran yakni kepercayaan

masyarakat yang semakin kuat, adanyan dukungan masyarakat, terjalinnya

kerja sama yang efektif antara sekolah dan orang tua siswa.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan paparan dan analisis data sebelumnya, maka dapat disimpulkan

sejumlah 3 poin penting terkait hasil penelitian ini sebagai berikut:

1. Bentuk perencanaan strategi pemasaran dengan menganalisis dengan

metode SWOT untuk membangun school branding dalam meningkatkan

daya saing lembaga pendidikan, ada beberapa rencana strategi yang

digunakan yaitu (1) Internet Marketing seperti instagram, youtube, twitter

dan sebagainya. (2) Point of Purchase (POP) merupakan strategi

pemasaran dimana materi pemasaran atau iklan diletakkan dekat dengan

produk yang diiklankan. (3) Earned Media jenis strategi ini dilakukan

secara tidak langsung dengan membangun hubungan dan kepercayaan

dengan masyarakat.

2. Pelaksanaan strategi pemasaran untuk membangun school branding dalam


meningkatkan daya saing lembaga pendidikan yaitu dengan (1)

Meningkatkan akreditasi sekolah, (2) Meningkatkan kualitas learning

output dan learning outcome, seperti meningkatkan prestasi

siswa, guru, sekolah, serta alumni. (3) Membuat jargon, ‘tagline’, ataupun

slogan yang menarik kemudian direalisasikan dengan program-program

sekolah. (4) Mengembangkan program unggulan, (5) Menyelenggarakan

program-program, misalnya ekstrakurikuler, (6) Meningkatkan pelayanan

prima pendidik maupun tenaga pendidikan, (7) Menjalin kerjasama

105
106

sekolah dengan masyarakat, sesama sekolah, maupun instansi lain. (8)

Meningkatkan nilai jual sekolah melalui intensitas unggahan setiap even

sekolah di media online.

3. Implikasi school branding dalam meningkatan daya saing lembaga

pendidikan yaitu Citra madrasah semakin meningkat, Kepuasan dan

kepercayaan masyarakat terhadap madrasah meningkat, Peningkatan pada

pendaftar calon peserta didik baru, Semakin luas jangkauan madrasah,

Adanya hubungan yang harmonis antara pelanggan dan madrasah.

B. Saran

1. Bagi kepala sekolah sebagai pimipinan serta administrator dan upaya

kepala sekolah dalam membangun school branding telah dilaksanakan

dengan baik. Hal ini dapat dilihat bagaimana kontribusi yang dilakukan

oleh kepala sekolah dalam membangun branding serta komunikasi yang

baik dalam lingkungan madrasah. Untuk itu kontribusi kepala sekolah

dalam meningkatkan daya saing ini harus tetap dipertahankan dan

ditingkatkan lagi dalam menghadapi kemajuan zaman yang saat ini dalam

dunia pendidikan semakin banyak sekolah yang tidak dapat bertahan.

2. Bagi guru dalam kontribusi pemasaran membangun branding itu perlu

keterlibatan semua pihak, sehingga kerja sama banyak pihak yang terlibat

dapat saling memberikan masukan kritik terhadap segala aspek yang ada

di madrasah. Maka dari, guru harus meningkatkan kinerja dan tugas

masing dalam meningkatan mutu di madrasah .

3. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti lebih mendalam

tantang cara dalam mempertahankan brand yang ada. Karena


107

mempertahankan lebih sulit daripada membuat lagi. Serta dengan

menambahkan faktor-faktor yang berkaitan dengan mempertahankan

branding school, sehingga dapat menyempurnakan penelitian ini.


DAFTAR PUSTAKA

Adindo, Apri Winge. Kewirausahaan Dan Studi Kelayakan Bisnis Untuk


Memulai Dan Mengelola Bisnis. Sleman: Penerbit Deepublish, 2021.
Alma, Buchari. Pemasaran Stratejik Jasa Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2005.
Amiruddin, Ahmad Husein Ritonga, and Samsu. Manajemen Pemasaran Jasa
Lembaga Pendidikan Islam. Yogyakarta: Penerbit K-Media, 2021.
Anggito, Albi, and Johan Setiawan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Sukabumi:
CV. Jejak, 2018.
Arbangki, Dakir, and Umiarso. Manajemen Mutu Pendidikan. Jakarta:
Prenadamedia, 2016.
Atiah, Nurma. “Pembelajaran Era Disruptif Menuju Masyarakat 5.0.” Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan, 2020, 605–17.
Ayunisa, Laily Nuril, and Muhamad Sholeh. “Strategi Lembaga Pendidikan
Formal Dalam Meningkatkan School Branding Pada Masa Pandemi Covid-
19.” Jurnal Inspirasi Manajemen Pendidikan 10, no. 01 (2022): 59–72.
Danim, Sudarwan. Pengantar Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2012.
Dkk., Hardani. Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka
Ilmu, 2020.
Dwiyana, Fajri. “Brand Image: Upaya Memasarkan Pendidikan Bagi Lembaga
Yang Kurang Mampu Bersaing.” Jurnal Adaara 9, no. 2 (2019): 887.
Faizin, Imam. “Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan Dalam Meningkatkan Nilai
Jual Madrasah.” Jurnal Madaniyah 7 (2017): 261–83.
Fathoni, Ahmad, Ahmad Muhibbin, and Wariso. “Pengelolaan Konflik Kinerja
Guru (Studi Situs SMP Negeri 7 Klaten).” Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial 23,
no. 1 (2013): 59.
Fawzi, Marissa Grace Haque, Ahmad Syarief Iskandar, Heri Erlangga, Nurjaya,
and Denok Sunarsi. Strategi Pemasaran: Konsep, Teori Dan Implementasi.
Tanggerang Selatan: Pascal Books, 2021.
Hermawan, Agus. Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Erlangga, 2012.
Kasmir. Manajemen Perbankan. Jakarta: Rajawali Press, 2014.
Khasanah, Afidatun. “Pemasaran Jasa Pendidikan Sebagai Strategi Peningkatan

108
109

Mutu Di SD Alam Baturraden.” Jurnal EL-Tarbawi 8, no. 2 (2015): 166.


Khotler, Philip. Manajemen Pemasaran. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama,
2008.
Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran. Edisi Mile. Jakarta: Prehellindo, 2002.
———. Strategic Marketing for Educational Institution. Prentice Hall Inc. New
Jersey, 1995.
Kuswandi, Wawan. “Sekolah Branding Dan Inovasi Sekolah.” Dinas Pendidikan
Bandung Barat, 2022.
Machali, Imam, and Ara Hidayat. The Handbook of Education Management.
Yogyakarta: Magister Pendidikan Islam Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga, 2015.
Masyithah, Siti, Ulil Albab, and Nina Ramadhani W. “USAHA TOKO
DIKROMOSHOP PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM,” n.d.
Mattew B, Miles, A. Michael Huberman, and Johnny Saldana. Qualitative Data
Analysis A Methods Sourcesbooks. 3rd ed. Singapore: SAGE Publication,
2014.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2002.
———. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.
Mujib, Fathul, and Tutik Saptiningsih. School Branding: Strategi Di Era Disruptif.
Jakarta: Bumi Aksara, 2020.
Mundir, A. “Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan.” Jurnal Ekonomi Islam 7, no. 1
(2015).
Mustari, Mohamad. Manajemen Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2015.
Mustika. “Strategi Membangun School Branding Dalam Meningkatkan Daya
Saing Sekolah Di SMK Dr. Soetomo Surabaya.” Manejerial Bisnis 4, no. 1
(2020): 11–19.
Nathaniel, Raba, and Salma Abdullah. Paradigma Pendidikan Ekonomi.
Yogyakarta: PENERBIT KBM INDONESIA, 2022.
Nugrahani, Farida. Metode Penelitian Kualitatif: Dalam Penelitian Pendidikan
Bahasa. Solo: Cakra Books, 2014.
110

Saidah, Sahra Rohmatus, Dani Hermawan, Hartono Hartono, and Moh Anwar.
“Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan Dalam Meningkatkan Minat
Masyarakat Di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah 02 Cakru Kencong
Jember.” LEADERIA: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 3, no. 1 (2022):
22–36.
Salim, and Syahrum. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Citapustaka
Media, 2012.
Samsu. Metode Penelitian: (Teori Dan Aplikasi Penelitian Kualitatif, Kuantitatif,
Mixed Methods, Serta Research & Development). Jambi: Pusat Studi Agama
dan Kemasyarakatan (PUSAKA), 2017.
Sembiring, M. Noor. Strategi Pemasaran Jasa Teori Dan Aplikasi Di Indonesia.
Yogyakarta: Deepublish, 2016.
Sidiq, Umar, and Moh. Miftachul Choiri. Metode Penelitian Kualitatif Di Bidang
Pendidikan. Ponorogo: CV. Nata Karya, 2019.
Siswanto, E. Strategi Jitu Menciptakan Branding Sekolah. Surabaya: Pustaka
Media Guru, 2017.
Subadi, Tjipto. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: Penerbit Muhammadiyah
University Press Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2006.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, Dan
R&D. Bandung: Alfabeta, 2015.
Susilo, Mohamad Joko. “STRATEGI BRANDING SEKOLAH DALAM
MENINGKATKAN ANIMO SISWA DAN AWARENESS
MASYARAKAT.” Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa 12, no. 1 (2022).
Suwandi, Basrowi. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Tholkhah, Imam. “Strategi Peningkatan Daya Saing Madrasah; Studi Kasus
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Madiun.” EDUKASI: Jurnal Penelitian
Pendidikan Agama Dan Keagamaan 14, no. 2 (2017).
https://doi.org/10.32729/edukasi.v14i2.20.
Tjiptono, Fandy. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2008.
Umayah, Siti. “Upaya Guru Dan Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Daya
Saing Madrasah.” MUDARRISA: Journal of Islamic Education 5, no. 2
(2015): 259.
111

Wijaya, David. Pemasaran Jasa Pendidikan. Jakarta: Salemba Empat, 2012.


Zulaikha. “Perlukah Branding Pada Sekolah? Studi Kasus Pada SMP Swasta Di
Surabaya.” Jurnal Komunikasi Profesional 1, no. 2 (2017): 92–104.

Anda mungkin juga menyukai