Anda di halaman 1dari 9

1

BAB IV

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PRODUK MAKANAN ATAU


MINUMAN IMPOR YANG TIDAK BERLABEL BAHASA INDONESIA

A. Pengaturan yang ditetapkan indonesia terkait dengan masuknya


produk impor yang tidak mencantumkan label berbahasa Indonesia

Pengaturan yang ditetapkan oleh Indonesia terkait dengan


masuknya produk impor yang tidak mencantumkan label berbahasa
Indonesia dapat berbentuk peraturan hukum dan kebijakan pemerintah.
Berikut adalah bentuk-bentuk pengaturan yang biasanya digunakan:

1. Peraturan BPOM
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memiliki peraturan yang
berkaitan dengan labelisasi produk impor, terutama yang berhubungan
dengan makanan dan minuman. BPOM bertugas memastikan bahwa
produk makanan dan minuman yang beredar di Indonesia aman dan
memenuhi standar kesehatan. Mereka memiliki peraturan yang
mengatur persyaratan label produk impor, termasuk bahasa Indonesia
yang jelas.
2. Peraturan Bea Cukai
Bea Cukai juga berperan dalam pengawasan produk impor. Mereka
dapat memberlakukan pemeriksaan produk dan mengawasi pemenuhan
persyaratan labelisasi. Jika produk impor melanggar aturan, Bea Cukai
memiliki wewenang untuk menahan atau mengambil tindakan lain
terhadap produk tersebut.
3. Sanksi dan Penindakan
Selain peraturan hukum dan peraturan dari lembaga seperti BPOM,
pemerintah Indonesia juga memiliki sanksi dan penindakan yang diatur
dalam undang-undang terkait. Sanksi ini dapat mencakup denda,
2

penarikan produk dari peredaran, atau larangan impor bagi perusahaan


yang melanggar peraturan labelisasi.
4. Kerjasama dengan Importir
Pemerintah Indonesia sering kali berkolaborasi dengan importir untuk
memastikan bahwa produk impor memenuhi persyaratan labelisasi.
Importir memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa produk yang
mereka impor sudah mencantumkan label bahasa Indonesia yang
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
5. Kebijakan dan Pedoman
Selain peraturan resmi, pemerintah juga dapat mengeluarkan pedoman
dan kebijakan yang memberikan arahan lebih lanjut mengenai
persyaratan labelisasi untuk produk impor.

Semua bentuk pengaturan ini bertujuan untuk memastikan bahwa


produk impor yang beredar di Indonesia memenuhi persyaratan labelisasi
yang sesuai dengan hukum dan kebijakan yang berlaku. Hal ini penting
untuk melindungi hak konsumen, memastikan keamanan produk, dan
memberikan informasi yang jelas kepada konsumen.

Ketentuan World Trade Organization (WTO) merupakan pedoman


perdagangan internasional antar Negara anggota yang terdiri atas aturan
materiil dan aturan prosedural. Dengan diratifikasinya perjanjian WTO,
membuat banyak produk impor yang dapat masuk ke Indonesia.Disini
pengawasan terhadap masuknya produk impor sangat dibutuhkan untuk
menghindari adanya produk impor yang masuk secara illegal. Berdasarkan
Pasal 8 huruf j Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen menyatakan “Pelaku usaha dilarang
memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa : tidak
mencantumkan informasi dan/atau petunjuk penggunaan barang dalam
bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku”.
3

Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan


juga dinyatakan dengan tegas bahwa setiap produk dalam negeri ataupun
yang diimpor wajib mencatumkan label yang ditulis atau dicetak
menggunakan bahasa indonesia (pasal 97). Dalam Peraturan Menteri
Perdagangan Republik Indonesia Nomor 22/M-DAG/PER/5/2010 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor
62/M-DAG/PER/12/2009 tentang Kewajiban Pencantuman Label Pada
Barang dalamPasal 2 ayat (1) menyatakan : “Pelaku usaha yang
memproduksi atau mengimpor barang untuk diperdagangkan di pasar
dalam negeri sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri
ini wajib mencantumkan label dalam Bahasa Indonesia”. Sehingga
masyarakat Indonesia yang berkedudukan sebagai konsumen bisa
mengetahui apa saja kandungan yang terdapat di dalam suatu produk dan
memilih dengan tepat produk yang memang dibutuhkannya.
Perlindungan hukum terhadap produk makanan atau minuman
impor yang tidak berlabel dalam bahasa Indonesia dapat dikaitkan dengan
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen di
Indonesia. Meskipun undang-undang tersebut tidak secara khusus
mengatasi isu label dalam bahasa Indonesia, ada beberapa ketentuan dalam
undang-undang ini yang relevan dan dapat diterapkan untuk melindungi
konsumen terkait dengan masalah ini. Berikut adalah beberapa aspek yang
relevan:
1. Hak atas Informasi yang Benar dan Lengkap
Undang-Undang Perlindungan Konsumen memberikan hak kepada
konsumen untuk menerima informasi yang benar, jelas, dan lengkap
tentang produk yang mereka beli. Ini mencakup informasi tentang
komposisi produk, tanggal kadaluwarsa, instruksi penggunaan, serta
peringatan keamanan.
2. Perlindungan terhadap Praktik Penjualan yang Menyesatkan
Undang-Undang tersebut juga melarang praktik penjualan yang
menyesatkan, termasuk memberikan informasi palsu atau merugikan
4

konsumen. Jika produk makanan atau minuman impor tidak memiliki


label dalam bahasa Indonesia dan informasi yang dibutuhkan oleh
konsumen tidak tersedia atau disajikan dengan buruk, hal ini bisa
dianggap sebagai praktik penjualan yang menyesatkan.
3. Otoritas Pengawasan
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) adalah lembaga yang
bertanggung jawab atas pengawasan produk makanan dan minuman di
Indonesia. Mereka memiliki peran penting dalam memastikan bahwa
produk, termasuk impor, mematuhi regulasi dan standar yang berlaku.
BPOM dapat mengambil tindakan jika ditemukan pelanggaran
terhadap ketentuan pengawasan pangan.
4. Sanksi Hukum
Undang-Undang Perlindungan Konsumen juga memberikan dasar
hukum bagi pemerintah dan otoritas terkait untuk memberlakukan
sanksi hukum terhadap pelanggaran ketentuan perlindungan
konsumen. Ini bisa termasuk denda, penarikan produk dari pasar, atau
tindakan hukum lainnya tergantung pada tingkat pelanggaran.

Namun, penting untuk diingat bahwa ketentuan hukum dan


regulasi yang lebih khusus mengenai persyaratan labeling mungkin juga
diberlakukan melalui peraturan tambahan atau regulasi yang dikeluarkan
oleh BPOM atau instansi lainnya. Oleh karena itu, produsen atau importir
produk makanan atau minuman impor harus memastikan bahwa produk
mereka mematuhi semua regulasi dan persyaratan yang berlaku di
Indonesia, termasuk label dalam bahasa Indonesia jika diperlukan.

Jika Anda menghadapi masalah terkait produk impor yang tidak


mematuhi persyaratan bahasa Indonesia atau peraturan perlindungan
konsumen, sebaiknya Anda konsultasikan dengan pihak berwenang atau
ahli hukum yang berpengalaman di Indonesia untuk mendapatkan panduan
yang tepat dalam menangani masalah tersebut.
5

B. Tanggung jawab pelaku usaha terhadap produk impor yang tidak


mencantumkan label berbahasa Indonesia
Salah satu penyebab banyaknya produk impor masuk ke Indonesia
adalah perdagangan bebas. Perdagangan bebas tidak sekedar menciptakan
pertumbuhan di negara-negara industri, namun juga di negara-negara
berkembang yang mengadopsi perdagangan bebas dan berintegrasi dengan
sistem secara keseluruhan. Sebagai negara berkembang Indonesia banyak
menerima produk-produk impor dari negara lain. Hal ini mendorong
Negara Indonesia untuk melaksanakan tugas negara yang utama dalam
industri adalah melindungi rakyat dari sisi negatif industrilisasi,
membetulkan kesalahan-kesalahan pada tahap-tahap sebelumnya dengan
menentukan kesejahtraan masyarakat. Semakin bertambahnya waktu
kebutuhan konsumen akan barang dan jasa juga akan semakin banyak.
Salah satu ciri terpenuhinya kesejahtraan masyarakat adalah dengan
terpenuhi segala kebutuhan hidupnya, hal ini akan membuat para
konsumen mudah terpengaruh pada label dan iklan-iklan yang memiliki
daya tarik tinggi. Mengingat lemahnya kedudukan konsumen pada
umunya dibandingkan dengan kedudukan produsen yang relatif lebih kuat
dalam banyak hal, kondisi tersebut kemudian menempatkan konsumen
dalam posisi yang lemah.
Banyaknya cara yang dilakukan oleh pelaku usaha untuk
memasarkan suatu produk agar laku dalam jumlah yang banyak, membuat
pelaku usaha akan menghalalkan segala cara agar konsumen mau tidak
mau harus mebelinya, walaupun cara tersebut kadang tidak sesuai dengan
peraturan hukum yang berlaku di Indonesia. Salah satu bentuk kecurangan
yang dilakukan oleh pelaku usaha adalah memasarkan produk-produk
impor yang tidak menggunakan label berbahasa Indonesia. Hal tersebut
menjadi suatu hal yang sangat memperhantinkan karena tidak semua
warga Indonesia mengerti akan bahasa asing. Bentuk pengaturan yang
ditetapkan Indonesia terkait masuknya produk impor yang tidak
6

mencantumkan label berbahasa Indonesia dan tanggung jawab pelaku


usaha yang kedapatan mengedarkan produk impor yang tidak
mencantumkan label berbahasa Indonesia masih lemah karena masih ada
saja produk impor yang beredar tidak sesuai dengan peraturan hukum yang
ada.

Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang


Perlindungan Konsumen pelaku usaha diwajibkan beritikad baik dalam
melakukan kegiatan usahanya, sedangkan bagi konsumen diwajibkan
beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa.
Memberikan infomasi yang benar dan mudah dimengerti terhadap suatu
produk adalah tanggung jawab dari pelaku usaha.Jika ada konsumen yang
merasa dirugikan maka dia memiliki hak untuk meminta pertanggung
jawaban dari pelaku usaha yang merugikannya. Ganti kerugian yang dapat
diberikan oleh pelaku usaha sesuai dengan Pasal 19 Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yaitu dapat berupa
pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis
atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau pemberian
santunan yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku. Sanksi-sanksi yang bisa dikenakan atas pelanggaran yang
dilakukan oleh pelaku usaha terkait dengan tidak mencantumkan label
berbasa Indonesia dalam suatu produk diatur dalam Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yaitu “ sanksi
administratif yang diatur dalam pasal 60 yang menyatakan terhadap pelaku
usaha yang melanggar Pasal 19 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 20, Pasal 25
dan Pasal 26 berupa penetapan ganti rugi paling banyak Rp
200.000.000,00. Sanksi pidana pokok diatur dalam pasal 62 yaitu sanksi
kurungan berupa penjara 5 tahun atau denda Rp 2.000.000.000,00 bagi
yang melanggar pasal 8, 9, 10, 13 ayat (2), 15, 17 ayat (1) huruf a, b, c, e
dan pasal 18. Jika mengakibatkam luka berat, sakit berat, cacat tetap atau
kematian dikenakan ketentuan pidana yang berlaku. Sanksi tambahan
diatur dalam pasal 63 yaitu berupa : perampasan barang tertentu,
7

pengumuman putusan hakim, pembayaran ganti rugi, perintah penghentian


kegiatan tetentu yang menyebabkan timbulnya kerugian konsumen,
kewajiban penarikan barang dari peredaran atau pencabutan izin usaha.

Tanggung jawab pelaku usaha terhadap produk impor yang tidak


mencantumkan label berbahasa Indonesia sangat penting dalam
memastikan kepatuhan terhadap peraturan dan perlindungan hak
konsumen di Indonesia. Berikut ini adalah uraian lebih lanjut tentang
tanggung jawab pelaku usaha terhadap produk impor yang tidak
mencantumkan label berbahasa Indonesia:

1. Memahami Peraturan dan Regulasi


Pelaku usaha harus memiliki pemahaman yang baik tentang semua
peraturan dan regulasi yang berkaitan dengan labelisasi produk impor
di Indonesia. Ini mencakup pemahaman terhadap Peraturan Menteri
Perdagangan, peraturan BPOM, dan peraturan lain yang berlaku.
Pelaku usaha harus mengikuti perkembangan terbaru dalam peraturan
ini dan memastikan bahwa produk impor mereka memenuhi
persyaratan yang berlaku.
2. Pengawasan Terhadap Produk Impor
Pelaku usaha harus melakukan pengawasan terhadap produk impor
yang mereka pasarkan. Ini mencakup memeriksa apakah produk
tersebut mencantumkan label bahasa Indonesia yang sesuai dengan
peraturan. Jika produk impor tidak memiliki label bahasa Indonesia
yang benar, pelaku usaha harus segera mengambil tindakan untuk
memperbaikinya.
3. Penerjemahan Label Bahasa Indonesia
Jika produk impor tidak mencantumkan label bahasa Indonesia, pelaku
usaha bertanggung jawab untuk menerjemahkan label produk ke dalam
bahasa Indonesia dengan benar. Ini mencakup semua informasi penting
seperti nama produk, komposisi, tanggal kedaluwarsa, instruksi
8

penggunaan, dan peringatan keamanan. Terjemahan ini harus akurat


dan mudah dipahami oleh konsumen Indonesia.
4. Kualitas Terjemahan
Pelaku usaha harus memastikan bahwa terjemahan label bahasa
Indonesia adalah kualitas yang baik dan tidak menyesatkan.
Terjemahan yang buruk atau tidak akurat dapat menyebabkan
konsumen salah paham tentang produk, yang bisa berdampak negatif
pada reputasi bisnis dan keamanan konsumen.
5. Pelabelan yang Jelas dan Terbaca
Pelaku usaha harus memastikan bahwa label bahasa Indonesia yang
ditambahkan pada produk impor jelas, terbaca, dan tidak tersembunyi.
Ini termasuk memastikan bahwa label bahasa Indonesia ditempatkan
dengan baik pada kemasan produk sehingga mudah dilihat oleh
konsumen.
6. Kerjasama dengan Pihak Asing
Produsen atau pemasok asing juga memiliki tanggung jawab dalam hal
ini. Pelaku usaha di Indonesia harus berkolaborasi dengan produsen
atau pemasok asing untuk memastikan bahwa produk impor sudah
mencantumkan label bahasa Indonesia dengan benar sebelum produk
tersebut diimpor ke Indonesia.
7. Kepatuhan Terhadap Sanksi dan Penindakan
Jika produk impor melanggar peraturan labelisasi, pelaku usaha harus
bersedia menerima sanksi hukum dan tindakan penindakan yang
diberlakukan oleh pihak berwenang, seperti BPOM atau Bea Cukai. Ini
termasuk membayar denda atau mengambil tindakan korektif sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
8. Pendidikan dan Pelatihan
Pelaku usaha juga dapat menyediakan pendidikan dan pelatihan
kepada karyawan mereka untuk memastikan pemahaman yang baik
tentang peraturan labelisasi produk impor dan tanggung jawab yang
harus dipenuhi.
9

Tidak mematuhi tanggung jawab ini dapat mengakibatkan sanksi


hukum dan denda bagi pelaku usaha, dan juga dapat merusak reputasi
bisnis mereka. Oleh karena itu, sangat penting bagi pelaku usaha yang
beroperasi di Indonesia untuk selalu mematuhi peraturan yang berlaku
dan memastikan bahwa produk impor mereka mencantumkan label
bahasa Indonesia yang sesuai. Hal ini juga penting untuk menjaga
kepercayaan konsumen dan menjalankan bisnis dengan integritas.

Anda mungkin juga menyukai