Anda di halaman 1dari 27

METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pemeliharaan Berkala Jalan Ruas Jalan Karangkobar - Batur

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG


Latar belakang adanya Pemeliharaan Berkala Jalan Ruas Jalan Karangkobar -
Batur dikarenakan pada ruas jalan tersebut merupakan jalur utama penghubung
antar Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara. Pada Ruas jalan Karangkobar - Batur tersebut
banyak badan jalan yang mengalami kerusakan, baik rusak retak buaya maupun berlubang
serta mengalami penurunan untuk lapis pondasi bawah.
Proses Pengadaan Kegiatan Pemeliharaan Berkala Jalan Ruas Jalan Karangkobar -
Batur dilaksanakan oleh Pokja Pengadaan UKPBJ Kabupaten Banjarnegara dengan Jangka
Waktu Pelaksanaan Pekerjaan yaitu 150 (Seratus lima puluh) hari kalender.

I.2. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dan tujuan dari dibangunnya paket ini adalah untuk :
1. Meningkatkan kelancaran arus lalu-lintas.
2. Mengurangi angka kecelakaan.
3. Meningkatkan rasa nyaman bagi pengguna jalan.
4. Meningkatkan ketertiban berlalu-lintas.

I.3 LOKASI
Lokasi Kegiatan Pemeliharaan Berkala Jalan Ruas Jalan Karangkobar - Batur
pada Kecamatan Karangkobar dan Batur Kabupaten Banjarnegara.

I.4. LINGKUP PEKERJAAN


Lingkup Kegiatan Pemeliharaan Berkala Jalan Ruas Jalan Karangkobar - Batur
meliputi :

DIVISI 1. UMUM
1.2. Mobilisasi
1.2. Mobilisasi

1.21 Manajemen Mutu


1 Penyiapan dokumen penerapan SMKK
SKh-1.1.22(1a) Pembuatan dokumen RKK, RPMK, RKPPL, dan RMLLP
SKh-1.1.22(1b) Pembuatan Prosedur dan instruksi kerja
SKh-1.1.22(1c) Penyusunan pelaporan penerapan SMKK

2 Sosialisasi, promosi dan pelatihan


SKh-1.1.22(1g) Spanduk ( Banner )
SKh-1.1.22(1i) Papan Informasi Keselamatan Konstruksi

3 Alat Pelindung Kerja dan Alat Pelindung Diri


3a APK
SKh-1.1.22.(3a5) Pembatas area ( Restricted Area )
3b APD
SKh-1.1.22.(3b1) Topi pelindung ( Safety helmet )
SKh-1.1.22.(3b6) Pelindung pernafasan dan mulut ( masker, masker respirator )
SKh-1.1.22.(3b7) Sarung tangan ( Safety gloves )
SKh-1.1.22.(3b8) Sepatu keselamatan ( Safety shoes, rubber safety shoes, and toe cap )
SKh-1.1.22.(3b11) Rompi keselamatan ( Safety vest )

4 Asuransi dan Perizinan terkait Keselamatan Konstruksi


Asuransi BPJS Ketenagaakerjaan
5 Personel Keselamatan Konstruksi
SKh-1.1.22.(5c) Petugas Keselamatan Konstruksi, Petugas K3 Konstruksi
SKh-1.1.22.(5h) Petugas Pengatur Lalu Lintas

6 Fasilitas sarana, prasarana, dan alat kesehatan


SKh-1.1.22.(6a) Peralatan P3K

7 Rambu dan Perlengkapan lalu lintas yang diperlukan atau manajemen


lalu lintas
SKh-1.1.22.(7a) Rambu petunjuk
SKh-1.1.22.(7b) Rambu larangan
SKh-1.1.22.(7c) Rambu peringatan
SKh-1.1.22.(7e) Rambu informasi
SKh-1.1.22.(7h) Kerucut lalu lintas ( Traffic cone )
SKh-1.1.22.(7i) Tongkat pengatur lalu lintas ( Warning light stick )
SKh-1.1.22.(7m) Lampu / Alat penerangan sementara

9 Kegiatan dan peralatan terkait Pengendalian Risiko Keselamatan


Konstruksi
SKh-1.1.22.(9a4) Bendera K3
SKh-1.1.22.(9a5) Pembuatan Kartu Identitas Pekerja ( KIP )
SKh-1.1.22.(9c) Pengujian Baku Mutu Udara Ambien Lengkap
SKh-1.1.22.(9d1) Pengujian Vibrasi Lingkungan untuk Kenyamanan dan Kesehatan
SKh-1.1.22.(9d2) Pengujian tingkat getaran kendaraan bermotor
DIVISI 2. DRAINASE
2.1.(1) Galian untuk Selokan Drainase dan Saluran Air
2.3.(35) Beton K175 (fc’ 14,5) untuk struktur drainase beton minor
2.3.(36) Baja Tulangan untuk struktur drainase beton minor

DIVISI 3. PEKERJAAN TANAH DAN GEOSINTETIK


3.1.(1) Galian Biasa
3.1.(10) Galian Perkerasan Beton
3.2.(1a) Timbunan Biasa dari sumber galian
3.2.(1b) Timbunan Biasa dari hasil galian
3.2.(2a) Timbunan Pilihan dari sumber galian

DIVISI 5. PERKERASAN BERBUTIR


5.1.(1) Lapis Pondasi Agregat Kelas A
5.3.(1a) Perkerasan Beton Semen ( tidak pakai finisher )
5.3.(3) Lapis Fondasi Bawah Beton Kurus

DIVISI 6. PERKERASAN ASPAL


6.1 (1) Lapis Resap Pengikat - Aspal Cair/Emulsi
6.1 (2a) Lapis Perekat - Aspal Cair/Emulsi
6.3(5a) Laston Lapis Aus (AC-WC)
6.3(6a) Laston Lapis Antara (AC-BC)

DIVISI 7. STRUKTUR
7.1 (8) Beton, fc’15 Mpa
7.1 (10) Beton, fc’10 Mpa
7.3.(1) Baja Tulangan Polos-BjTP 280
7.9.(1) Pasangan Batu
7.15.(2) Pembongkaran Beton

DIVISI 9. PEKERJAAN HARIAN & PEKERJAAN LAIN-LAIN


9.2.(1) Marka Jalan Termoplastik
9.2.(5) Patok Pengarah
Taksir Unit Lampu Penerangan Jalan Lengan Tunggal, Tipe Merkuri 250 Watt
BAB II
PEKERJAAN UTAMA

Dalam Pemeliharaan Berkala Jalan Ruas Jalan Karangkobar - Batur ini yang
termasuk dalam Item Pekerjaan Utama antara lain:
Di bawah ini akan dijabarkan lebih luas pengertian tentang item pekerjaan utama diatas serta
digambarkan bagaiman cara pengerjaan serta penggunaan alat dan lama waktu pelaksanaan pada
paket tersebut.

1. Galian untuk Selokan Drainase dan Saluran Air


Melaksanakan penggalian, penimbunan dan pemangkasan menggunakan Alat Mekanis
(Excavator) harus dilakukan sebagaimana yang diperlukan untuk membentuk selokan baru
atau lama sehingga memenuhi kelandaian (atau Pondasi Saluran Drainase).
Seluruh bahan hasil galian harus dibuang (menggunakan Dump Truck) dan diratakan oleh
Penyedia Jasa sedemikian rupa sehingga dapat mencegah setiap dampak lingkungan yang
mungkin terjadi, di lokasi yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

2. Beton K175 (fc’ 14,5) untuk struktur drainase beton minor


- Menggunakan satu merek semen, kecuali jika diizinkan oleh Direksi
Pekerjaan. Apabila hal tersebut diizinkan, maka Penyedia Jasa harus
mengajukan kembali rancangan campuran beton sesuai dengan merek
semen yang digunakan. Air yang digunakan untuk campuran, perawatan,
atau pemakaian lainnya harus bersih dan bebas dari bahan yang merugikan
seperti minyak, garam, asam, basa, gula atau organik. Agregat yang
digunakan harus bersih, keras, kuat yang diperoleh dari pemecahan batu
atau koral, atau dari penyaringan dan pencucian (jika perlu) kerikil dan
pasir sungai. Bahan tambahan yang berupa bahan kimia ditambahkan
dalam campuran beton dalam jumlah tidak lebih dari 5% berat semen
selama proses pengadukan atau selama pelaksanaan pengadukan
tambahan dalam pengecoran beton.
- Penyedia Jasa harus mengirimkan contoh dari seluruh bahan yang hendak
digunakan dengan data pengujian yang memenuhi seluruh sifat bahan
yang disyaratkan dan rancangan campuran (mix design) untuk masing-
masing mutu beton yang akan digunakan sebelum pekerjaan pengecoran
beton dimulai, lengkap dengan hasil pengujian bahan dan hasil pengujian
percobaan campuran beton di laboratorium berdasarkan kuat tekan beton
untuk umur 7 dan 28 hari. Bilamana percobaan campuran beton telah
sesuai dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka Penyedia Jasa boleh
melakukan pekerjaan pencampuran beton sesuai dengan Formula
Campuran Kerja (Job Mix Formula, JMF) hasil percobaan campuran.
(fc’=15 MPa atau K-175)
- Untuk keperluan pengujian kuat tekan beton, Penyedia Jasa harus
menyediakan benda uji beton berupa silinder dengan diameter 150 mm
dan tinggi 300 mm atau kubus 150 x 150 x 150 mm, dan harus dirawat
sesuai dengan SNI 03-4810-1998. Benda uji tersebut harus dicetak
bersamaan dan diambil dari beton yang akan dicorkan (per 20 m3 1 hasil
pengujian), dan kemudian dirawat sesuai dengan perawatan yang
dilakukan di laboratorium.
- Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda
lain yang harus dimasukkan ke dalam beton (seperti pipa atau selongsong)
harus sudah dipasang dan diikat kuat sehingga tidak bergeser pada saat
pengecoran serta acuan harus dibasahi dengan air atau diolesi minyak di
sisi dalamnya dengan minyak yang tidak meninggalkan bekas. Penuangan
beton dilakukan dari atas Jalan atau Jembatan existing dibantu dengan alat
pakai talang dan dibantu tenaga kerja. Beton dimasukkan secara merata
dan dipadatkan dengan Concrete Vibrator sedikit demi sedikit hingga
mencapai elevasi sesuai gambar rencana, kemudian diratakan dengan
tenaga manusia dan alat bantu seperti mistar. Setiap alat penggetar
mekanis dari dalam harus dimasukkan ke dalam beton basah secara
vertikal sedemikian hingga dapat melakukan penetrasi sampai ke dasar
beton yang baru dicor, dan menghasilkan kepadatan pada seluruh
kedalaman pada bagian tersebut. Alat penggetar kemudian harus ditarik
pelan-pelan dan dimasukkan kembali pada posisi lain tidak lebih dari 45
cm jaraknya. Alat penggetar tidak boleh berada pada suatu titik lebih dari
30 detik, juga tidak boleh digunakan untuk memindah campuran beton ke
lokasi lain, serta tidak boleh menyentuh tulangan beton. Setelah
pengecoran selesai maka finishing dilakukan oleh tenaga manusia untuk
mendapatkan permukaan yang rata & halus. Beton harus dirawat, sesegera
mungkin setelah beton mulai mengeras, dengan menyelimutinya dengan
bahan yang dapat menyerap air. Lembaran bahan penyerap air ini yang
harus dibuat jenuh dalam waktu paling sedikit 3 hari.
- Direksi Pekerjaan dapat mengijinkan untuk menggunakan sisi galian
sebagai pengganti cetakan. Dalam hal ini, tebal dinding yang menghadap
sisi galian dan selimut beton harus ditambah 25 mm tanpa pembayaran
tambahan.

3. Baja Tulangan untuk struktur drainase beton minor


- Pekerjaan ini harus mencakup pengadaan dan pemasangan baja tulangan
sesuai dengan Spesifikasi dan Gambar, atau sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
- Baja tulangan harus dipasang sedemikian sehingga selimut beton yang
menutup bagian luar baja tulangan (Minimal 2,5cm) yang terletak pada
tengah/as tebal lantai dinding saluran. Bilamana penyambungan dengan
tumpang tindih disetujui, maka panjang tumpang tindih minimum haruslah
40 diameter batang dan batang tersebut harus diberikan kait pada
ujungnya.
- U24 Baja Lunak 2.400 diikat dengan kawat pengikat untuk mengikat
tulangan harus kawat baja lunak yang memenuhi SNI 07-6401-2000.
- Jumlah kilogram yang dipasang harus dihitung dari panjang aktual yang
dipasang, atau luas anyaman baja yang dihampar, dan satuan berat dalam
kilogram per meter panjang untuk batang (Dilaksanakan Penimbangan).
Penjepit, pengikat, pemisah atau bahan lain yang digunakan untuk
penempatan atau pengikatan baja tulangan pada tempatnya tidak akan
dimasukkan dalam berat untuk pembayaran.

4. Galian Biasa
Pekerjaan ini mencakup penggalian, penanganan, pembuangan atau penumpukan tanah atau
batu atau bahan lain dari jalan atau sekitarnya yang diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan

Prosedur penggalian:
1) Penggalian dilaksanakan menurut kelandaian, garis dan elevasi yang ditentukan dalam
gambar atau ditunjukkan oleh Pengguna Barang/Jasa dan mencakup pembuangan semua
bahan dalam bentuk apapun yang dijumpai, termasuk tanah, batu, batu bata, beton,
pasangan batu dan bahan perkerasan lama, yang tidak digunakan untuk pekerjaan
permanent.
2) Pekerjaan galian dilaksanakan dengan gangguan yang seminimal mungkin terhadap bahan
di bawah dan di luar batas galian.
3) Bilamana bahan yang terekspos pada garis formasi atau tanah dasar atau pondasi dalam
keadaan terlepas atau lunak atau kotor atau menurut pendapat pengguna barang/jasa tidak
memenuhi syarat, maka bahan tersebut diganti dengan bahan yang memenuhi syarat.
4) Bilamana batu, lapisan keras sulit dibongkar, maka bahan harus digali 15 cm lebih dalam
sampai permukaan yang mantap dan merata. Tonjolan batu yang runcing pada permukaan
dan batu D<15 cm dibuang. Profit galian diperoleh dengan cara menimbun kembali.

5. Galian Perkerasan Beton


Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, penanganan, pembuangan atau penumpukan jenis
beton biasa dari jalan atau sekitarnya yang diperlukan untuk penyelesaian dari pekerjaan
dalam Kontrak ini.
Melaksanakan penggalian, penimbunan dan pemangkasan menggunakan Alat Mekanis
(Excavator, Jack Hammer dan Wheel Loader) harus dilakukan sebagaimana yang diperlukan
untuk keprasan tebing atau galian struktur.
Seluruh bahan hasil galian beton harus dibuang (menggunakan Dump Truck) dan diratakan
oleh Penyedia Jasa sedemikian rupa sehingga dapat mencegah setiap dampak lingkungan yang
mungkin terjadi, di lokasi yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

6. Timbunan Biasa dari Hasil Galian, Timbunan Biasa Dari Sumber Galian, Timbunan
Pilihan dari Sumber Galian
1. Penghamparan Timbunan

a. Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan disebar


dalam lapisan yang merata yang bila dipadatkan akan memenuhi toleransi tebal
lapisan yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.1.3). Bilamana timbunan dihampar lebih
dari satu lapis, lapisan-lapisan tersebut sedapat mungkin dibagi rata sehingga
samatebalnya.
b. Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi sumber bahan ke
permukaan yang telah disiapkan pada saat cuaca cerah dan disebarkan.
Penumpukan tanah timbunan untuk persediaan biasanya tidak diperkenankan,
terutama selama musim hujan.
c. Timbunan di atas atau pada selimut pasir atau bahan drainase porous, harus
diperhatikan sedemikian rupa agar kedua bahan tersebut tidak tercampur. Dalam
pembentukan drainase sumuran vertikal diperlukan suatu pemisah yang menyolok
di antara kedua bahan tersebut dengan memakai acuan sementara dari pelat baja
tipis yang sedikit demi sedikit ditarik saat pengisian timbunan dan drainase porous
dilaksanakan.
d. Penimbunan kembali di atas pipa dan di belakang struktur harus dilaksanakan
dengan sistematis dan secepat mungkin segera setelah pemasangan pipa atau
struktur. Akan tetapi, sebelum penimbunan kembali, diperlukan waktu perawatan
tidak kurang dari 3 jam setelah pemberian adukan pada sambungan pipa atau
pengecoran struktur beton gravity, pemasangan pasangan batu gravity atau
pasangan batu dengan mortar gravity. Sebelum penimbunan kembali di sekitar
struktur penahan tanah dari beton, pasangan batu atau pasangan batu dengan
mortar, juga diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 14 hari.

e. Bilamana timbunan badan jalan akan diperlebar, lereng timbunan lama harus
disiapkan dengan membuang seluruh tetumbuhan yang terdapat pada permukaan
lereng dan harus dibuat bertangga (atau dibuat bergerigi) sehingga timbunan baru
akan terkunci pada timbunan lama sedemikian sampai diterima oleh Pengawas
Pekerjaan. Selanjutnya timbunan yang diperlebar harus dihampar horizontal lapis
demi lapis sampai dengan elevasi tanah dasar, yang kemudian harus ditutup
secepat mungkin dengan lapis fondasi bawah dan atas sampai elevasi permukaan
jalan lama sehingga bagian yang diperlebar dapat dimanfaatkan oleh lalu lintas
secepat mungkin, dengan demikian pembangunan dapat dilanjutkan ke sisi jalan
lainnya bilamana diperlukan.
f. Lapisan penopang di atas tanah lunak harus dihampar sesegera mungkin dan
tidak lebih dari tiga hari setelah persetujuan setiap penggalian atau pembersihan dan
pengupasan oleh Pengawas Pekerjaan. Lapisan penopang dapat dihampar satu
lapis atau beberapa lapis dengan tebal antara 0,5 sampai 1,0 meter sesuai dengan
kondisi lapangan dan sebagimana diperintahkan atau disetujui oleh Pengawas
Pekerjaan. Ketentuan Pasal 3.2.4.2) tidak digunakan.

2. Pemadatan Timbunan

a. Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis harus


dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai dan disetujui Pengawas
Pekerjaan sampai mencapai kepadatan yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.4.
b. Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air bahan
berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1% di atas kadar
air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air pada
kepadatan kering maksimum yang diperoleh bilamana tanah dipadatkan sesuai
dengan SNI 1742:2008.
c. Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih setebal 20 cm
dari bahan bergradasi menerus dan tidak mengandung batu yang lebih besar dari
5 cm serta mampu mengisi rongga-rongga batu pada bagian atas timbunan batu
tersebut. Lapis penutup ini harus dilaksanakan sampai mencapai kepadatan
timbunan tanah yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.4.2) di bawah.
d. Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang
disyaratkan, diuji kepadatannya dan harus diterima oleh Pengawas Pekerjaan
sebelum lapisan berikutnya dihampar.
e. Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke arah
sumbu jalan sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan menerima jumlah usaha
pemadatan yang sama. Bilamana memungkinkan, lalu lintas alat-alat konstruksi
dapat dilewatkan di atas pekerjaan timbunan dan lajur yang dilewati harus terus
menerus divariasi agar dapat menyebarkan pengaruh usaha pemadatan dari lalu
lintas tersebut.

f. Dalam membuat timbunan sampai pada atau di atas gorong-gorong dan


bilamana disyaratkan dalam Kontrak sampai pada jembatan, Penyedia Jasa
harus membuat timbunan tersebut sama tinggi pada kedua sisinya. Jika kondisi-
kondisi memerlukan penempatan penimbunan kembali atau timbunan pada satu
sisi jauh lebih tinggi dari sisi lainnya, penambahan bahan pada sisi yang lebih
tinggi tidak boleh dilakukan sampai persetujuan diberikan oleh Pengawas
Pekerjaan dan tidak melakukan timbunan sampai struktur tersebut telah berada
di tempat dalam waktu 14 hari, dan pengujian-pengujian yang dilakukan di
laboratorium di bawah pengawasan Pengawas Pekerjaanmenetapkan bahwa
struktur tersebut telah mencapai kekuatan yang cukup untuk menahan tekanan
apapun yang ditimbulkan oleh metoda yang digunakan dan bahan yang
dihampar tanpa adanya kerusakan atau regangan yang di luar faktor keamanan.
g. Untuk menghindari gangguan terhadap pelaksanaan abutmen jembatan, tembok
sayap dan gorong-gorong persegi, Penyedia Jasa harus, untuk tempat- tempat
tertentu yang ditetapkan oleh Pengawas Pekerjaan, menunda pekerjaan
timbunan yang membentuk oprit dari setiap struktur semacam ini sampai saat
ketika pelaksanaan selanjutnya boleh didahulukan untuk penyelesaian oprit
tanpa resiko mengganggu atau merusak pekerjaan jembatan. Biaya untuk
penundaan pekerjaan harus termasuk dalam harga satuan Kontrak untuk
masing-masing mata pembayaran yang relevan.
h. Bahan untuk timbunan pada tempat-tempat yang sulit dimasuki oleh alat
pemadat normal harus dihampar dalam lapisan mendatar dengan tebal gembur
tidak lebih dari 10 cm dan seluruhnya dipadatkan dengan menggunakan
pemadat mekanis.
i. Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat mesin gilas,
harus dihampar dalam lapisan horizontal dengan tebal gembur tidak lebih dari 10 cm
dan dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis atau timbris (tamper) manual
dengan berat statis minimum 10 kg. Pemadatan di bawah maupun di tepi pipa harus
mendapat perhatian khusus untuk mencegah timbulnya rongga-rongga dan untuk
menjamin bahwa pipa terdukung sepenuhnya.

7. Lapis Pondasi Agregat Kelas A


Pelaksanaan pekerjaan ini menggunakan alat (secara mekanik) yaitu: Wheel Loader
mencampur & memuat Agregat ke dalam Dump Truck di Base Camp Dump. Truck
mengangkut Agregat ke lokasi pekerjaan dan dihampar dengan motor greder. Hamparan
Agregat dibasahi dengan Water Tank sebelum dipadatkan dengan Tandem Roller.Pekerjaan
ini menggunakan material Lapis Pondasi agregat Kelas A. Selama pemadatan sekelompok
pekerja akan merapikan hamparan dengan menggunakan alat bantu. LPA Klas A digunakan
untuk pelebaran badan jalan sesuai dengan rencana setelah material LPA klas B terampar dan
dipadatkan.
LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi pengadaan, pengangkutan, penghamparan, pembasahan dan pemadatan
agregat bergradasi diatas permukaan yang telah disiapkan.

8. Perkerasan Beton Semen ( Tanpa Finisher )


1. Pemotongan Beton

a. Pemotongan beton dilakukan pada batas-batas tambalan yang sudah


diberi tanda.
b. Pemotongan beton harus lurus dan vertikal dengan kedalaman sesuai
dengan rancangan.
2. Pembongkaran Beton

a. Pembongkaran
Pembongkaran dilakukan dengan menggunakan jack hammer yang dimulai
pada bagian tengah daerah penambalan dan bergeser menuju ke arah tepi.
Pembongkaran harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak beton yang
baik di bawah tambalan, tidak menyisakan bagian beton yang harus dibongkar
dan tidak menimbulkan gompal pada tepi-tepi daerah penambalan.
b. Pemahatan

Beton keropos di tengah daerah penambalan dibongkar dengan menggunakan


jack hammer, kemudian beton di dekat tepi daerah penambalan selanjutnya
dibongkar dengan menggunakan peralatan manual (pahat). Pembongkaran
harus dimulai dari bagian dalam daerah penambalan menuju ke arah tepi, dan
ujung pahat harus selalu diarahkan menuju bagian dalam daerah penambalan.
3. Penyiapan Daerah yang akan Ditambal

a. Permukaan daerah penambalan harus bersih dan kasar, untuk menjamin lekatan
yang kuat antara bahan tambalan dengan pelat yang ada.
b. Permukaan yang bersih dihasilkan melalui penyapuan dalam keadaan kering,
peniupan dengan udara bertekanan (compressed air blasting), penyemprotan
dengan pasir (sand blasting) bila diperlukan menurut Pengawas Pekerjaan.
c. Apabila terjadi keterlambatan penambalan pada permukaan yang telah
dibersihkan, permukaan perlu dibersihkan ulang.
4. Penyiapan Tempat Sambungan

Sebelum pemasangan bahan tambalan pada lokasi celah sambungan harus


dipasang pemecah lekatan (bond breaker) yang terdiri lembaran polistirin atau
polietilin

5. Penggunaan Bahan Perekat (Bonding Agent)

a. Sebelum pemasangan bahan tambalan, daerah penambalan harus dilapisi


dengan perekat, dan dilakukan dalam kondisi kering permukaan jenuh.
b. Penggunaan bahan perekat harus mengikuti petunjuk yang dikeluarkan oleh
produsen.
c. Pelapisan bahan perekat pada dinding dan dasar daerah tambalan dilakukan
dengan cara mengoleskan perekat dengan kuas; untuk daerah tambalan yang
luas, penggunaan perekat dapat dilakukan dengan cara disemprotkan.
d. Bahan perekat tidak boleh tergenang (berlebihan), pemasangan bahan
tambalan segera dilakukan sebelum perekat mengeras.
e. Bahan perekat yang terlanjur mengeras harus dibuang dengan penyemprotan
air atau pasir dan selanjutnya digunakan bahan perekat yang baru.
f. Pemilihan bahan perekat untuk bahan tambalan yang cepat mengeras harus
sesuai persyaratan AASHTO M235M/M235-13.
6. Pemasangan Bahan Tambalan

a. Kapasitas alat pencampur beton yang digunakan disesuaikan dengan volume


bahan tambalan yang diperlukan.
b. Bahan tambalan ditimbang dan dimasukkan ke dalam kantong-kantong sesuai
hasil percobaan pencampuran, untuk memudahkan proses pencampuran
selanjutnya.
c. Penggunaan produk jadi yang dikemas untuk bahan tambalan, harus mengikuti
ketentuan pemasangan yang dikeluarkan oleh produsen.
d. Pemadatan tambalan dilakukan dengan menggunakan peralatan manual.
e. Untuk meratakan permukaan bahan tambalan digunakan papan kaku, sehingga
permukaan tambalan rata dengan permukaan perkerasan yang ada.
f. Agar bahan tambalan dapat melekat kuat dengan perkerasan yang ada maka
bahan tambalan harus diratakan menuju sisi-sisi daerah penambalan.
7. Pembuatan Tekstur (Grooving)

a. Pembuatan tekstur menggunakan grooving tool pada permukaan tambalan


agar sama dengan kondisi permukaan sekitarnya.
b. Jarak antar baris adalah 12,5 mm dengan kedalaman tidak boleh kurang dari
3 mm (sesuai dengan permukaan eksisting).
8. Perawatan

a. Perawatan harus dimulai sebelum setting akhir terjadi untuk menghindari


retak susut yang akan mempercepat kerusakan dini tambalan.
b. Untuk beton semen, perawatan dilakukan dengan mengaplikasikan
kompon (pigmen putih).
c. Perawatan bahan tambalan khusus dalam bentuk kemasan harus
dilakukan sesuai rekomendasi produsen.
9. Penggerindaan (Diamond Grinding)

Untuk mendapatkan permukaan tambalan yang rata dengan permukaan


perkerasan sekitarnya, diperlukan penggerindaan pada sisi-sisi tambalan.
10. Penutupan Sambungan
Tambalan pada lokasi sambungan harus dibentuk dengan cara pemotongan
ulang sambungan untuk mendapatkan bentuk yang baru, kemudian dibersihkan
dengan penyemprotan udara (air blasting), penyisipan tali penyokong (backer
rod), serta pemasangan bahan penutup. Bahan untuk mengisi celah sambungan
yang disyaratkan sesuai dengan SNI 03-4814-1998.

9. Lapis Pondasi Bawah Beton Kurus


Kuat tekan rata-rata Lapis Pondasi Bawah Beton Kurus pada umur 28 hari dari produksi
harian 80 - 110 kg/cm2

10. Lapis Resap Pengikat dan Perekat – Aspal Cair/Emulsi


Dikerjakan secara mekanik dengan urutan kerja sebagai berikut Aspal dan minyak Flux
dicampur dan dipanaskan sehingga menjadi campuran aspal cair. Permukaan yang akan
dilapis dibersihkan dari debu dan kotoran dengan Air Compresor. Di semprotkan dengan
merata dengan asphal sprayer pada badan jalan yang akan dipasang Lapisan Laston
Lapis Aus (AC-WC) dan Laston Lapis Antara (AC-BC). Campuran aspal cair
disemprotkan dengan Asphalt Sprayer ke atas permukaan yang akan dilapis.
LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini mencakup penyediaan dan penghamparan bahan aspal pada permukaan
yang telah disiapkan sebelumnya / di atas permukaan berbahan pengikat (seperti : Lapis
Penetrasi Macadam, Laston, Lataston, Lapis Fondasi Semen Tanah, Lapis Fondasi
Agregat Semen, Roller Compacted Concrete (RCC), Perkerasan Beton Semen, dll)
untuk pemasangan lapisan beraspal berikutnya. Dan dihampar diatas permukaan yang
beraspal.

11. Laston Lapis Aus (AC-WC).


Laston Lapis Aus (AC-WC) adalah jenis Lapis Pondasi Atas yang yang digunakan untuk
penutup lapisan paling atas pada pekerjaan ini.
Dipergunakan sebagai lapis aus yang mempunyai nilai struktural dengan tingkat
kekedapan air cukup. Laston cocok untuk perkerasan yang mengalami peningkatan
pelapisan secara berkala untuk mencapai tebal rencana perkerasan. Tebal nominal padat
yang digunakan 4 cm. Pekerjaan ini mencakup penyiapan material, penghamparan,
pemadatan diatas pondasi jalan yang telah disiapkan atau diatas permukaan jalan lama.

Pelaksanaan Campuran Aspal Panas


a) Agregat dan aspal dicampur di dalam Asphalt Mixing Plant dalam keadaan panas.
Campuran aspal panas yang selesai dicampur didalam AMP diangkut dengan Dump
truck ke lapangan. Temperatur yang diijinkan adalah sebagai berikut :
Suhu agregat 154-174 o C
Suhu asphalt 140-160 o C
Suhu pencampuran didalam AMP < 165 o C
Suhu campuran aspal panas di atas Dump Truck > 135 o C
b) Pada saat Dump Truck meninggalkan AMP, campuran aspal panas diatas bak Dump
Truck ditutup dengan terpal untuk pencegah penurunan temperature campuran aspal
panas.
c) Di lokasi penghamparan campuran aspal, permukaan jalan yang akan dilapisi
dengan diberi lapis perekat ( tack coat ) terlebih dahulu
d) Penyerahan campuran aspal panas ke dalam Asphalt Finisher harus dalam keadaan
padas pada temperature antara 120 – 150 o C
e) Pemadatan pertama (Breakdown Rolling) dilaksanakan pada saat temperature
campuran aspal panas antara 110 – 120 o C
f) Pamadatan antara (Intermediate Rolling) dilaksanakan pada saat temperature
campuran aspal panas antara 95 – 110 o C
g) Pemadatan akhir (Finishing Rolling) dilaksanakan pada saat temperature campuran
aspal panas antara 80 -95 o C
h) Agar persyaratan teknis dipenuhi, maka ketebalan akhir yang dicapai dari
pelaksanaan ini tidak boleh kurang dari 10 % terhadap teba lnominal yang
ditetapkan.
i) Bila dijumpai ketebalan akhir kurang dari persyaratan teknis yang dipersyaratkan,
maka hasil akhir tidak dapat diterima dan diadakan pelapisan ulang dengan
ketebalan minimal 1,5 kali sentimeter agrgat terbesar.
Untuk analisa penggunaan tenaga, bahan, peralatan serta waktu penyelesain digunakan
sesuai dengan analisa yang ada di dalam AHSP/ATSP.

12. Laston Lapis Antara (AC-BC)


Laston Lapis Antara (AC-BC) adalah lapis perkerasan yang berfungsi untuk
meratakan/leveling pada perkerasan badan jalan baru (diatas pelebaran).
Dipergunakan diatas lapis pondasi atas yang telah dipersiapkan atau diatas perkerasan
dengan system penetrasi macadam. Merupakan pelindung lapis Pondasi atas atau lapis
perkerasan dengan system penetrasi macadam. Pekerjaan ini mencakup penyiapan
material, penghamparan, pemadatan diatas pondasi jalan yang telah disiapkan atau
diatas permukaan jalan lama.

Pelaksanaan Campuran Aspal Panas


a) Agregat dan aspal dicampur di dalam Asphalt Mixing Plant dalam keadaan panas.
Campuran aspal panas yang selesai dicampur didalam AMP diangkut dengan
Dump truck ke lapangan. Temperatur yang diijinkan adalah sebagai berikut :
Suhu agregat 154-174 o C
Suhu asphalt 140-160 o C
Suhu pencampuran didalam AMP < 165 o C
Suhu campuran aspal panas di atas Dump Truck > 135 o C
b) Pada saat Dump Truck meninggalkan AMP, campuran aspal panas diatas hak
Dump Truck ditutup dengan terpal untuk pencegah penurunan temperature
campuran aspal panas.
c) Di lokasi penghamparan campuran aspal, permukaan jalan yang akan dilapisi
dengan diberi lapis perekat ( tack coat ) terlebih dahulu
d) Penyerahan campuran aspal panas ke dalam Asphalt Finisher dalam keadaan padas
pada temperature antara 120 – 150 o C
e) Pemadatan pertama (Breakdown Rolling) dilaksanakan pada saat temperatur
campuran aspal panas antara 110 – 120 o C
f) Pamadatan antara (Intermediate Rolling) dilaksanakan pada saat temperatur
campuran aspal panas antara 95 – 110 o C
g) Pemadatan akhir (Finishing Rolling) dilaksanakan pada saat temperatur campuran
aspal panas antara 80 -95o C
h) Agar persyaratan teknis dipenuhi, maka ketebalan akhir yang dicapai dari
pelaksanaan ini tidak boleh kurang dari 10% terhadap tebal nominal yang telah
ditetapkan.
Untuk analisa penggunaan tenaga, bahan, peralatan serta waktu penyelesain digunakan
sesuai dengan analisa yang ada di dalam AHSP/ATSP.

13. Beton struktur fc’ 15 Mpa, Beton struktur fc’ 10 MPa


Yang dimaksud dengan beton adalah campuran antara semen portland atau semen
hidraulik yang setara, agregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa bahan
tambahan membentuk massa padat. Mencakup pelaksanaan seluruh struktur beton
bertulang, beton tanpa tulangan, beton prategang, beton pracetak dan beton untuk struktur
baja komposit, sesuai dengan spesifikasi dan gambar rencana atau sebagaimana yang
disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Penyedia Jasa harus mengirimkan rancangan campuran (mix design) untuk mutu beton
(fc’=15 MPa atau K-175) yang akan digunakan sebelum pekerjaan pengecoran beton
dimulai, lengkap dengan hasil pengujian bahan dan hasil pengujian percobaan campuran
beton di laboratorium berdasarkan kuat tekan beton untuk umur 7 dan 28 hari. Penyedia
Jasa harus membuat campuran percobaan menggunakan proporsi campuran hasil
rancangan campuran serta bahan yang diusulkan, dengan disaksikan oleh Direksi
Pekerjaan, yang menggunakan jenis instalasi dan peralatan yang sama seperti yang akan
digunakan untuk pekerjaan (serta sudah memperhitungkan waktu pengangkutan dll).
Bilamana percobaan campuran beton telah sesuai dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan,
maka Penyedia Jasa boleh melakukan pekerjaan pencampuran beton sesuai dengan
Formula Campuran Kerja (Job Mix Formula, JMF). Untuk keperluan pengujian kuat
tekan beton, Penyedia Jasa harus menyediakan benda uji beton berupa silinder dengan
diameter 150 mm dan tinggi 300 mm atau kubus 150 x 150 x 150 mm, dan harus dirawat
sesuai dengan SNI 03-4810-1998. Benda uji tersebut harus dicetak bersamaan dan
diambil dari beton yang akan dicorkan (per 20 m3 1 hasil pengujian), dan kemudian
dirawat sesuai dengan perawatan yang dilakukan di laboratorium hasil percobaan
campuran.
Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis dari jenis dan ukuran
yang disetujui sehingga dapat menjamin distribusi yang merata dari seluruh bahan
(Batching Plant). Bila tidak memungkinkan penggunaan mesin pencampur, Direksi
Pekerjaan dapat menyetujui pencampuran beton dengan cara manual, sedekat mungkin
dengan tempat pengecoran. Penggunaan pencampuran beton dengan cara manual harus
dibatasi pada beton non-struktural.
Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda lain yang harus
dimasukkan ke dalam beton (seperti pipa atau selongsong) harus sudah dipasang dan
diikat kuat sehingga tidak bergeser pada saat pengecoran. Acuan yang dibuat dapat dari
kayu atau baja dengan sambungan dari adukan yang kedap dan kaku untuk
mempertahankan posisi yang diperlukan selama pengecoran, pemadatan dan perawatan.
Kayu yang tidak diserut permukaannya dapat digunakan untuk permukaan akhir struktur
yang tidak terekspos, tetapi kayu yang diserut dengan tebal yang merata harus digunakan
untuk permukaan beton yang terekspos. Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan
harus dibasahi dengan air atau diolesi minyak di sisi dalamnya dengan minyak yang tidak
meninggalkan bekas. Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan
sambungan konstruksi (construction joint) yang telah disetujui sebelumnya atau sampai
pekerjaan selesai. Beton tidak boleh jatuh bebas ke dalam cetakan dengan ketinggian
lebih dari 150 cm. Beton tidak boleh dicor langsung dalam air (menggunakan Tremie).
Setelah pengecoran selesai maka finishing dilakukan oleh tenaga manusia untuk
mendapatkan permukaan yang rata & halus. Beton harus dirawat, sesegera mungkin
setelah beton mulai mengeras, dengan menyelimutinya dengan bahan yang dapat
menyerap air. Lembaran bahan penyerap air ini yang harus dibuat jenuh dalam waktu
paling sedikit 3 hari.
Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom yang tipis dan struktur
yang sejenis lebih awal 30 jam setelah pengecoran beton. Cetakan yang ditopang oleh
perancah di bawah pelat, balok, gelegar, atau struktur busur, tidak boleh dibongkar hingga
pengujian menunjukkan bahwa paling sedikit 85 % dari kekuatan rancangan beton telah
dicapai. Sedangkan acuan yang digunakan untuk pekerjaan ornamen, sandaran (railing),
dinding pemisah (parapet), dan permukaan vertikal yang terekspos harus dibongkar
dalam waktu paling sedikit 9 jam setelah pengecoran dan tidak lebih dari 30 jam,
tergantung pada keadaan cuaca.

1. BAHAN
Bahan pokok untuk mutu perkerasan beton semen harus sesuai dengan gambar
rencana dan atau Dokumen Pengadaan.
Agregat
Agregat halus harus memenuhi AASHTO M6 dan pasal 7.1.2.(3) dari spesifikasi
selain yang di sebabkan di bawah ini. Ageregat halus harus terjadi dari bahan yang
bersih, butiran yang dilapisi oleh apapun dengan mutu yang seragam, dan harus :
a) Mempunyai ukuran yang lebih kecil dari ayakan ASTM No.4 (4,75mm)
b) Sekurang-kurangnya terdiri dari 50% (terhadap berat) pasir alam
c) Jika dua jenis agregat halus atau lebih di campur, maka setiap sumber harus
memenuhi ketentuan-ketentuanyang disetujui pengawas / staff teknis.
d) Setiap variasi agregat harus buatan halus terdiri dari batu pecah yang memenuhi
pasal.
Table 5.3.2.(2) sifat sifat agregat Ketentuan Metode pengajuan
kasar Sifat
Kehilangan akibat abrasi los Tidak melampuhi 40% SNI 2417 : 2008
angles untuk 500 putaran
Berat isi lepas Minimum 1.200 kg/m SNI 03-4804-1998
Berat jenis Minimum 2,1 SNI 19970 :2008
Penyerapan oleh iar Ampas besi : maks 6% SNI 1970 :2008
Lainnya : maks 2,5 %
Bentuk partikel pipih dan lonjong Masing masing maks 25% ASTM D-4791
dengan rasio 3:1
Bidang pecah (2 atau lebih) Minimum 80% ASTM D-5821

Semen
Semen adalah bahan ikat hidrolis yang digunakan dalam pekerjaan struktur beton
dan pasangan beton;
Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus jenis semen Produksi Dalam
Negeri (TKDN) dengan nilai TKDN minimal 74,62% (Merk Semen Tiga Roda);
atau Merk Semen Gresik (SNI) Produksi Dalam Negeri (TKDN), nilai TKDN :
86.82% atau Merk Semen Dynamix, Produksi Dalam Negeri (TKDN), nilai TKDN
: 89.11% atau merk lain dengan nilai TKDN lebih tinggi dapat digunakan apabila
diizinkan tertulis oleh Pengawas Pekerjaan.
Di dalam satu kegiatan harus menggunakan satu tipe dan satu merek semen, kecuali
jika diizinkan oleh Pengawas Pekerjaan. Apabila hal tersebut diizinkan, maka
Penyedia Jasa harus mengajukan kembali rancangan campuran beton sesuai dengan
tipe dan merek semen yang digunakan.
Agar daya ikat semen tidak mengalami penurunan, maka perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
• Semen harus terlindung dari hujan dan udara lembab;
• Penumpukan zak semen diusahakan minimum 25 cm dari dinding gudang, dan
disusun diatas balok-balok kayu minimum 20 cm diatas lantai;
• Tumpukan semen dibatasi maksimum 12 zak. Hal ini dimaksudkan untuk
menghindari pengerasan semen akibat berat diatas tumpukan semen tersebut;
• Penumpukan diatur berurutan sesuai urutan datangnya;
• Pemeriksaan terhadap kualitas semen di lapangan dilakukan dengan cara meremas
butiran semen memakai tangan, jika semen telah menggumpal atau mengeras
tidak boleh dipakai;
• Pengawas berhak menolak dan atau menghentikan pekerjaan apabila dalam
pelaksanaan pekerjaan Penyedia Jasa menggunakan semen yang tidak memenuhi
persyaratan;
• Semen yang dipakai harus Porland Cement dari 3 semen (Tiga roda, Gresik,
Dynamic) yang ada di perdagangan dan yang dalam segala hal memenuhi
persyaratan beton tersebut di atas;

Air
Penyedia Jasa harus menyampaikan kepada Pengawas tentang air kerja yang akan
dipergunakan untuk mendapatkan persetujuan;
• Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam,
alkali, garam, bahan-bahan organik atau bahan-bahan lain yang merusak beton
dan atau baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat
diminum;
• Apabila terdapat keraguan mengenai air, Penyedia Jasa diharuskan mengirimkan
contoh air ke lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui atau yang
direkomendasi oleh Pengawas dan staff teknis untuk diselidiki sampai seberapa
banyak air itu mengandung zat-zat yang dapat merusak beton dan atau baja
tulangan. Dalam hal yang demikian pekerjaan beton harus dihentikan sampai di
dapat keputusan yang pasti mengenai air yang dapat dipakai untuk konstruksi
beton dan penghentian pekerjaan ini tidak membebaskan rekanan dari waktu
pelaksanaan seluruh pekerjaan yang telah ditetapkan;
• Jumlah air yang dipakai untuk membuat adukan beton ditentukan dengan ukuran
isi atau ukuran berat setepat-tepatnya;

14. Baja Tulangan Polos BjTP 280


1. Pembengkokan

a. Terkecuali ditentukan lain oleh Pengawas Pekerjaan, seluruh baja tulangan


harus dibengkokkan secara dingin dan sesuai dengan prosedur SNI 03-
6816-2002, menggunakan batang yang pada awalnya lurus dan bebas dari
lekukan-lekukan, bengkokan-bengkokan atau kerusakan. Bila
pembengkokan secara panas di lapangan disetujui oleh Pengawas Pekerjaan,
tindakan pengamanan harus diambil untuk menjamin bahwa sifat-sifat fisik
baja tidak terlalu berubah banyak.

b. Batang tulangan dengan diameter 2 cm dan yang lebih besar harus


dibengkok-kandengan mesin pembengkok.
2. Penempatan dan Pengikatan

a. Tulangan harus dibersihkan sesaat sebelum pemasangan untuk


menghilangkan kotoran, lumpur, oli, cat, karat dan kerak, percikan adukan
atau lapisan lain yang dapat mengurangi atau merusak pelekatan dengan
beton.
b. Tulangan harus ditempatkan akurat sesuai dengan Gambar dan dengan kebu-
tuhanselimut beton minimum yang disyaratkan dalam Pasal 7.3.1.5) di atas,
atau sepertiyang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.

c. Batang tulangan harus diikat kencang dengan menggunakan kawat


pengikat sehingga tidak tergeser pada saat pengecoran. Pengelasan
tulangan pembagi ataupengikat (stirrup) terhadap tulangan baja tarik utama
tidak diperkenankan.
d. Seluruh tulangan harus disediakan sesuai dengan panjang total yang
ditunjukkan pada Gambar. Penyambungan (splicing) batang tulangan,
terkecuali ditunjukkan pada Gambar, tidak akan diizinkan tanpa
persetujuan tertulis dari Pengawas Pekerjaan. Setiap penyambungan yang
dapat disetujui harus dibuat sedemikian hingga penyambungan setiap
batang tidak terjadi pada penampang beton yang sama dan harus
diletakkan pada titik dengan tegangan tarik minimum.
e. Bilamana penyambungan dengan tumpang tindih disetujui, maka panjang
tumpang tindih minimum haruslah 40 diameter batang dan batang tersebut
harusdiberikan kait pada ujungnya.
f. Pengelasan pada baja tulangan tidak diperkenankan, terkecuali terinci
dalam Gambar atau secara khusus diizinkan oleh Pengawas Pekerjaan
secara tertulis. Bilamana Pengawas Pekerjaan menyetujui pengelasan
untuk sambungan, maka sambungan dalam hal ini adalah sambungan
dengan panjang penyaluran penuh yang memenuhi ketentuan dari AWS
D1.4/D1.4M:2011. Pendinginan terhadap pengelasan dengan air tidak
diperkenankan.
g. Simpul dari kawat pengikat harus diarahkan membelakangi permukaan
beton sehingga tidak akan terekspos.
h. Anyaman baja tulangan yang dilas harus dipasang sepanjang mungkin,
dengan bagian tumpang tindih dalam sambungan paling sedikit satu kali
jarak anyaman. Anyaman harus dipotong untuk mengikuti bentuk pada
kerb dan bukaan, dan harus dihentikan pada sambungan antara pelat.
i. Bilamana baja tulangan tetap dibiarkan terekspos untuk suatu waktu yang
cukup lama, maka seluruh baja tulangan harus dibersihkan dan diolesi
dengan pasta semen (semen dan air saja).
j. Tidak boleh ada bagian baja tulangan yang telah dipasang boleh digunakan
untuk memikul perlengkapan pemasok beton, jalan kerja, lantai untuk
kegiatan bekerjaatau beban konstruksi lainnya.

15. Pasangan Batu


Penyiapan Formasi atau Pondasi
Formasi untuk pelapisan pasangan batu disiapkan.
Penyiapan batu
Batu dibersihkan dari bahan yang merugikan, yang dapat mengurangi kelekatan
dengan adukan. Sebelum pemasangan, batu dibasahi seluruh permukaannya dan
diberikan waktu yang cukup untuk proses penyerapan air sampai jenuh.
Pemasangan Lapisan Batu
Suatu landasan dari adukan semen paling sedikit setebal 3 cm harus dipasang pada
formasi yang telah disiapkan. Landasan adukan ini dikerjakan sedikit demi sedikit
sedemikian rupa sehingga permukaan batu akan tertanam pada adukan sebelum
mengeras.
Batu ditanam dengan kuat di atas landasan adukan semen sedemikian rupa sehingga
satu batu berdekatan dengan lainnya sampai mendapatkan tebal pelapisan yang
diperlukan dimana tebal ini akan diukur tegak lurus terhadap lereng. Rongga yang
terdapat diantara satu batu dengan lainnya diisi adukan dan adukan ini harus
dikerjakan sampai hampir sama rata dengan permukaan lapisan tetapi tidak smpai
menutupi permukaan lapisan.
Pekerjaan dimulai dari dasar lereng menuju ke atas, dan permukaan segera
diselesaikan setelah pengerasan awal (initial setting) dari adukan dengan cara
menyapunya dengan sapu yang kaku.
Permukaan yang telah selesai dikerjakan dirawat seperti yang disyaratkan untuk
pekerjaan beton sesuai dengan ketentuan.
Lereng yang bersebelahan dengan bahu jalan harus dipangkas dan dirapikan untuk
memperoleh bidang antar muka yang rapat dan halus dengan pasangan batu dan
mortar sehingga akan memberikan drainase yang lancar dan mencegah gerusan pada
tepi pekerjaan pasangan batu dengan mortar.
Pelaksanaan Pasangan Batu Dengan Mortar Untuk Pekerjaan Struktur
Tumit (cut off wall) dan struktur lainnya yang dibuat dalam galian parit dimana
terdapat kestabilan akibat daya daya lekat tanah atau akibat disediakannya cetakan,
dilaksanakan dengan mengisi galian atau cetakan dengan adukan setebal 60% dari
ukuran maksimum batu yang digunakan dan kemudian dengan segera memasang batu
di atas adukan yang belum mengeras. Selanjutnya adukan segera ditambah dan proses
tersebut diulangi sampai cetakan tersebut terisi penuh. Adukan berikutnya segera
ditambah lagi sampai ke bagian puncak sehingga memperoleh permukaan atas yang
rata.
Bilamana bentuk batu sedemikian rupa sehingga dapat saling mengunci dengan kuat,
dan bilamana digunakan adukan yang liat, pekerjaan pasangan baru dengan mortar
untuk struktur dapat pula dibuat tanpa cetakan, sebagaimana yang diuraikan untuk
pasangan batu.
Permukaan pekerjaan pasangan batu dengan mortar untuk struktur yang terekspos
diselesaikan dan dirawat seperti yang disyaratkan di atas untuk pelapisan batu.
Penimbunan kembali di sekeliling struktur yang telah selesai dirawat ditimbun sesuai
dengan ketentuan.

16. Pembongkaran Beton


Pekerjaan ini harus mencakup pembongkaran, baik keseluruhan ataupun sebagian, dan
pembuangan, jembatan lama, gorong-gorong, tembok kepala dan apron, bangunan dan
struktur lain yang dibongkar sehingga memungkinkan pembangunan atau perluasan
atau perbaikan struktur yang mempunyai fungsi yang sama seperti struktur yang lama
(atau bagian dari struktur) yang akan dibongkar adalah Pasangan Beton.
Pekerjaan harus juga meliputi pembuangan bahan ke tempat yang ditunjuk oleh
Direski Pekerjaan meliputi baik pembuangan atau pengamanan, penanganan,
pengangkutan, penyimpanan dan pengamanan dari kerusakan atas bahan.
Terkecuali diperintahkan lain, bangunan bawah jembatan dari struktur lama harus
dibongkar sampai dasar sungai asli dan bagian yang tidak terletak pada sungai harus
dibongkar paling sedikit 30 cm di bawah permukaan tanah aslinya. Bilamana bagian
struktur lama semacam ini terletak seluruhnya atau sebagian dalam batas-batas untuk
struktur baru, maka bagian tersebut harus dibongkar seperlunya untuk memudahkan
pembangunan struktur yang diusulkan dan setiap lubang atau rongga harus ditimbun
kembali dan dipadatkan sampai dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.

17. Marka Jalan Termoplastik


Pekerjaan ini meliputi pengecatan marka jalan baik pada permukaan perkerasan lama
maupun yang selesai di-overlay, pada lokasi yang ditunjukkan dalam Gambar atau
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
SNI 06-4826-1998 : Spesifikasi Cat Termoplastik Pemantul Warna Putih dan Warna
Kuning Untuk Marka Jalan (Bentuk Padat).
Pelaksanaan Pekerjaan :
1. Semua bahan cat yang digunakan tanpa pemanasan (bukan termoplastik) harus
dicampur terlebih dahulu menurut petunjuk pabrik pembuatnya sebelum digunakan
agar suspensi pigmen merata di dalam cat.
2. Pengecatan tidak boleh dilaksanakan pada suatu permukaan yang baru diaspal
kurang dari 1 bulan setelah pelaksanaan lapis permukaan, kecuali diperintahkan lain
oleh Pengawas Pekerjaan. Selama masa tunggu yang disebutkan di atas, pengecatan
marka jalan sementara (pre-marking) pada permukaan beraspal harus dilaksanakan
segera setelah pelapisan.
3. Penyedia Jasa harus mengatur dan menandai semua marka jalan pada per- mukaan
perkerasan dengan dimensi dan penempatan yang presisi sebelum pelaksanaan
pengecatan marka jalan.
4. Pengecatan marka jalan dilaksanakan pada garis sumbu, garis lajur, garis tepi dan
zebra cross dengan bantuan sebuah mesin mekanis yang disetujui, bergerak dengan
mesin sendiri, jenis penyemprotan atau penghamparan otomatis dengan katup
mekanis yang mampu membuat garis putus-putus dalam pengoperasian yang
menerus (tanpa berhenti dan mulai berjalan lagi) dengan hasil yang dapat diterima
Pengawas Pekerjaan. Mesin yang digunakan tersebut harus menghasilkan suatu
lapisan yang rata dan seragam dengan tebal basah minimum 0,38 milimeter untuk
“cat bukan termoplastik” dan tebal minimum 1,50 mm untuk “cat termoplastik”
belum termasuk butiran kaca (glass bead) yang juga ditaburkan secara mekanis,
dengan garis tepi yang bersih (tidak bergerigi) pada lebar ran-cangan yang sesuai.
Bilamana tidak disyaratkan oleh pabrik pembuatnya, maka cat termoplastik harus
dilaksanakan pada temperatur 204 - 218 C.
5. Bilamana penggunaan mesin tak memungkinkan, maka Pengawas Pekerjaan dapat
mengizinkan pengecatan marka jalan dengan cara manual, dikuas, disemprot dan
dicetak dengan sesuai dengan konfigurasi marka jalan dan jenis cat yang disetujui
untuk penggunaannya.
6. Butiran kaca (glass bead) harus ditaburkan di atas permukaan cat segera setelah
pelaksanaan penyemprotan atau penghamparan cat. Butiran kaca (glass bead) harus
ditaburkan dengan kadar 450 gram/m2 untuk semua jenis cat, baik untuk “bukan
termoplastik” maupun “termoplastik”.
7. Semua marka jalan harus dilindungi dari lalu lintas sampai marka jalan ini dapat
dilalui oleh lalu lintas tanpa adanya bintik-bintik atau bekas jejak roda serta
kerusakannya lainnya.
8. Semua marka jalan yang tidak menampilkan hasil yang merata dan memenuhi
ketentuan baik siang maupun malam hari harus diperbaiki oleh Penyedia Jasa atas
biayanya sendiri.
9. Ketentuan dari Seksi 1.8 Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas harus diikuti
sedemikian sehingga rupa harus menjamin keamanan umum ketika pengecatan
marka jalan sedang dilaksanakan.
10. Semua pemakaian cat secara dingin harus diaduk di lapangan menurut ketentuan
pabrik pembuat sesaat sebelum dipakai agar menjaga bahan pewarna tercampur
merata di dalam suspensi.

18. Patok Pengarah


1. Pemasangan Patok Pengarah atau Kilometer, Rambu Jalan dan Rel Pengaman

Jumlah, jenis dan lokasi pemasangan setiap rambu jalan, patok pengarah, patok
kilometer dan bagian rel pengaman harus sesuai dengan perintah Pengawas
Pekerjaan. Semua patok harus dipasang dengan akurat pada lokasi dan ketinggian
sedemikian rupa hingga dapat menjamin bahwa patok tersebut tertanam kuat di
tempatnya, terutama selama pengerasan (setting) beton.
2. Pengecatan Patok Pengarah atau Kilomater

Semua patok kilometer, patok hektometer dan patok pengarah harus diberi satu
lapis cat dasar (primer), satu lapis cat bawah permukaan dan satu lapis akhir
sebagai lapis permukaan sesuai dengan yang ditunjukkan dalam Gambar. Penandaan
lainnya dan bahan pemantul harus dilaksanakan sebagaimana yang diperintahkan
oleh Pengawas Pekerjaan.

19. Lampu Penerngan Jalan Lengan Tunggal, Tipe Merkuri 250 Watt

Satuan pencahayaan seperti terlihat pada Gambar harus terdiri dari lente- ra, lampu,
ballast dan perlengkapan pemasangan. Penyedia Jasa harus menyerahkan untuk
disetujui diagram panel penerangan jalan untuk tiap lentera yang harus dipasang.
Selanjutnya, harus diserahkan perhitunganyang menunjukkan percahayaan horisontal
dalam lux pada ketinggian jalan, dan distribusi pencahayaan dalam candela per meter
persegi untuk2 meter pada arah badan jalan dan tiap 1,2 meter melintang badan jalan.
i. Satuan Pencahayaan Jalan (Tiang Terpasang)

Lampu untuk sistem penerangan dapat berupa tipe 250 watt high- pressure
sodium. Semua lentera harus dari tipe seperti terlihat pada Gambar atau ekivalen
seperti disetujui Pengawas Pekerjaan. PJU tidak dihubungkan dengan genset.
ii. Ballast untuk Lampu Merkuri Bertekanan Tinggi

Ballast untuk lampu merkuri bertekanan tinggi harus ditentukan agar berfungsi
dengan benar pada daya yang ditentukan dalam Gambar. Semua ballast harus
tahan tetesan, dikemas secara ortosikilk agar tahan sobek, unit kehilangan daya
rendah dan kontruksi mekanikal-elektrikal dibuat kasar. Ballast harus dilengkapi
blok terminal untuk hubungan listrik. Petunjuk untuk hubungan listrik harus
memunyai plat nama permanen yang dilekatkan pada bungkus semua data elektrik.
BAB III
PEKERJAAN PENUNJANG

Pekerjaan penunjang adalah pekerjaan-pekerjaan yang mempengaruhi


kelancaran dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut. Termasuk pengaturan rambu lalu
lintas, antisipasi cuaca, jembatan sementara (apabila diperlukan).
1. Pengaturan Rambu Lalu-lintas.
Demi kelancaran dan keamanan serta kenyamanan bagi pengguna jalan maka untuk
itu kami akan buat rambu-rambu lalu-lintas yang akan di pasang pada minimal 200
m’ sebelum dan sesudah lokasi pekerjaan, dan sepanjang lokasi pekerjaan.
Demi kelancaran pekerjaan dan kelancaran arus lalu lintas kami juga akan
melaksanakan penutupan dengan sistim penutupan setengah lajur jalan/setengah
badan jalan dan apabila sangat mendesak, maka akan kami gunakan dengan sistim
buka-tutp jalur yang akan dijaga oleh penjaga rambu pada awal dan akhir pekerjaan
dengan dilengkapi alat komunikasi dan lampu penerangan serta lampu rambu yang
memadai. Apabila diperlukan kami akan meminta bantuan satlantas dalam
pengaturan arus lalu-lintas.
2. Penempatan Material.
Dalam hal penempatan materil pada lokasi pekerjaan, diusahakan untuk penempatan
material dilakukan ditepi/bahu jalan (tidak mengganggu badan jalan). Apabila tidak
ada lokasi / sampai mengganggu pengguna jalan maka akan kami pasang rambu.
Dan dalam droping material kami usahakan kalu material tersebut akan segera
digunakan, sehingga diusahan material yang dating sekali habis. Agar tidak
mengganggu pengguna jalan.
3. Penerangan.
Apabila dilaksanakan pekerjaan pada malam hari maka kami akan menyediakan
penerangan yang cukup dengan mengadakan alat genset, serta lampu-lampu yang
terang sehingga pekerjaan dapat berjalan dengan lancar dan sesaui dengan spek.
Untuk kelancaran lalu-lintas penerangan juga kami pasang pada awal dan akhir
pekerjaan dan pada beberapa sepanjang lokasi pekerjaan sehingga pengguna jalan
dapat melihat bahwa di daerah tersebut sedang ada pekerjaan jalan.
4. Antisipasi Cuaca.
Untuk antisipasi cuaca, pada setiap dump truck kami lengkapi dengan terpal,
sehingga apabila pada saat bermuatan terjadi hujan material langsung ditutup
dengan terpal. Dan pada saat dump truck bermuatan hotmix, maka bak dump truck
selalu ditutup terpal agar suhu tetap terjaga.
Selain terpal kami juga menyediakan plastik untuk penutupan agregat apabila
sebelum tergelar padat sudah terjadi hujan.
Mengingat jarak antara AMP dengan lokasi pekerjaan tidak begitu jauh, maka
terutama pada saat penggelaran hotmix kami akan selalu berkomunikasi tentang
cuaca di lapangan dan di AMP/Base Camp.
BAB. IV
PENUTUP

Demikian Metode pelaksanaan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana


mestinya untuk kelancaran paket pekerjaan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai