Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KOMUNIKASI FARMASI

“KONSELING PASIEN UNTUK PASIEN ASMA”


DOSEN PENGAMPU : DRA. MASNIAH, M.KES., APT

DISUSUN OLEH :
NAMA : GLORY AMELIA MUTHIA SARAGIH
KELAS : 2A
NIM : P07539022018

JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
MEDAN
T. A 2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah mengalami perubahan orientasi dari obat ke pasien.
Kegiatan pelayanan kefarmasian yang awalnya hanya berfokus pada pengelolaan dari obat sebagai
komoditi menjadi pelayanan yang komperhensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien (Depkes RI, 2004). Pelayanan kefarmasian adalah salah satu tanggung jawab dari apoteker
untuk memaksimalkan terapi dengan cara mencegah dan memecahkan masalah terkait obat (Drug
Related Problem) (Depkes RI, 2006). Salah satu interaksi antara apoteker dengan pasien adalah
melalui konseling obat. Konseling obat sebagai salah satu cara atau metode pengetahuan pengobatan
secara tatap muka atau wawancara merupakan usaha untuk meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman pasien dalam penggunaan obat (Depkes RI, 2006). Melalui konseling, apoteker dapat
mengetahui kebutuhan pasien saat ini dan yang akan datang. Apoteker dapat memberikan informasi
kepada pasien apa yang perlu diketahui oleh pasien, keterampilan apa yang harus dikembangkan
dalam diri pasien dan masalah yang perlu diatasi.
Asma merupakan penyakit respiratorik yang paling sering ditemukan dan paling sering
menjadi masalah di masyarakat. Berdasarkan data organisasi kesehatan dunia (WHO), jumlah
penderita asma di dunia mencapai 300 juta orang. Angka ini di khawatirkan terus meningkat hingga
400 juta orang pada tahun 2025 (GINA, 2014).Berbagai penelitian menunjukan bahwa
kepatuhan pasien pada pengobatan penyakit yang bersifat kronis pada umumnya rendah. Penelitian
yang melibatkan pasien berobat jalan menunjukan bahwa lebih dari 70% pasien tidak meminum obat
sesuai dengan dosis yang seharusnya. Ketidakpahaman pasien terhadap terapi yang sedang dijalaninya
akan meningkatkan ketidakpatuhan pasien dalam mengkonsumsi obatnya. Penyakit asma merupakan
penyakit lima besar penyebab kematian di dunia yang bervariasi antara 5-30% (berkisar 17,4%).Di
Indonesia prevalensi asma belum diketahui secara pasti, namun diperkirakan 2-5% penduduk
Indonesia menderita asma,(Oemiati, 2010).

1.2 Rumusan Masalah


Apa saja bentuk konseling pasien untuk pasien asma?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui hal hal dan informasi konseling pasien untuk pasien asma
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konseling Obat


a) Pengertian Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan pasien/keluarga untuk
meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan
perilaku dalam penggunaan obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien.

b) Tujuan Konseling
 Membangun hubungan kepercayaan dengan pasien
 Menunjukkan perhatian dan kepedulian kepada pasien
 Membantu pasien mengatur dan beradaptasi dengan penyakit dan obatnya
 Membantu pasien menggunakan obat dengan benar
 Meningkatkan kemampuan pasien untuk menyelesaikan masalah kesehatannya
 Mencegah atau mengurangi masalah berkaitan dengan efek samping, reaksi obat yang
merugikan, dan ketidakpatuhan

c) Kondisi Pasien yang Perlu diberikan Konseling


1. Pasien dengan kondisi khusus (pediatri, geriatri, pasien dengan gangguan fungsi ginjal, ibu
hamil dan menyusui).
2. Pasien dengan penyakit kronis atau pengobatan jangka panjang (hipertensi, diabetes melitus,
epilepsi, HIV/AIDS, TB, dll).
3. Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit (Digoksin, Fenitoin).
4. Pasien yang menggunakan banyak obat (polifarmasi).
5. Pasien yang menggunakan obat dengan instruksi khusus (kortikosteroid tappering off).
6. Pasien yang mendapatkan obat dengan bentuk sediaan khusus (inhaler, enema, insulin pen)
7. Pasien dengan riwayat kepatuhan rendah.

d) Tahapan Konseling
Tahapan konseling kepada pasien bervariasi sesuai dengan kebijakan dan prosedur sistem
kesehatan, lingkungan, dan aturan praktik. Umumnya, langkah-langkah konseling sebagai berikut:
1. Bangun rasa percaya dalam membuat hubungan dengan pasien.
2. Kaji pengetahuan dan sikap pasien tentang penyakit dan obatnya serta kemampuan fisik dan
mental untuk menggunakan obat dengan tepat.
3. Gunakan demonstrasi untuk mengisi gap antara pengetahuan dan pemahaman pasien.
Menunjukkan bentuk, warna, tanda dosis, dll. dari obat yang digunakan serta
mendemonstrasikan alat khusus seperti inhaler hidung dan mulut.
4. Verifikasi pengetahuan dan pemahaman pasien tentang penggunaan obat-obatan. Minta pasien
untuk menjelaskan bagaimana mereka akan menggunakan obat mereka dan mengidentifikasi
efeknya.

2.2 Asma
a) Pengertian Asma
Asma adalah masalah kesehatan yang terjadi pada sistem pernapasan, tepatnya organ paru-paru.
Asma membuat penderitanya kesulitan bernapas karena peradangan dan penyempitan di saluran
pernapasan. Pengidap asma memiliki saluran pernapasan yang lebih sensitif. Ketika paru-paru
mengalami iritasi, saluran pernapasan menyempit sehingga udara yang masuk dalam paru-paru
menjadi terbatas. Kondisi itulah yang membuat penderita asma sering mengalami sesak napas atau
batuk saat terpapar asap rokok, debu, bulu binatang atau zat pemicu lain yang berpotensi
mengiritasi paru-paru.

b) Penyebab Asma
Beberapa hal yang diduga dapat memicu asma adalah sebagai berikut:
 Infeksi saluran pernapasan, seperti flu
 Alergen (zat pemicu alergi), seperti bulu hewan, tungau, debu, dan serbuk bunga
 Paparan asap kimia, asap rokok, dan polusi udara
 Kondisi cuaca, seperti badai, udara dingin atau panas, serta perubahan suhu yang drastis
 Kondisi ruangan yang lembap, berjamur, atau berdebu
 Stres, Emosi yang berlebihan
 Aktivitas fisik atau olahraga yang terlalu berat
 Makanan atau minuman yang mengandung zat aditif dan alergi makanan
 Penyakit asam lambung (GERD)

c) Faktor Risiko Asma


Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko asma pada anak-anak, yaitu:
 Menderita infeksi pernapasan, seperti bronkitis dan pneumonia.
 Memiliki keluarga dengan riwayat penyakit asma.
 Kelahiran premature, terlahir dengan kondisi BBLR (berat badan lahir rendah).
 Memiliki alergi atopik.
 Kebiasaan merokok, atau terkena paparan asap rokok
d) Gejala Asma
Gejala umum asma cukup mudah untuk dikenali, di antaranya adalah:
 Sesak napas atau dada terasa terikat.
 Batuk-batuk, terutama pada malam hari.
 Mengi (muncul suara siulan saat bernapas).
 Badan lemas dan lesu, rasa gelisah yang tidak biasa.
 Sering menghela napas.
Sementara itu, pola serangan asma yang paling umum terjadi yaitu:
 Semakin parah saat malam hari atau pagi hari.
 Timbul dan hilang seiring waktu pada hari yang sama.
 Dipicu oleh cuaca tertentu, olahraga, atau karena tertawa dan menangis.
 Semakin memburuk karena adanya infeksi virus, seperti pilek.

e) Pengobatan Asma
Pengobatan Jangka Pendek
Metode pengobatan jangka pendek bertujuan untuk secara cepat meredakan serangan asma saat
sedang terjadi dan mencegah kekambuhan gejala. Ada tiga jenis obat yang dapat digunakan pada
metode ini, yaitu:
1. Inhaler short-acting beta2-agonist
Inhaler dapat digunakan untuk meredakan gejala dengan cepat saat serangan asma sedang
berlangsung. Bronkodilator hirup dan cepat ini bekerja dalam beberapa menit untuk
meredakan gejala dengan segera selama serangan asma. Agonis beta2 kerja cepat dapat
digunakan dengan nebulizer atau inhaler genggam portabel. Contohnya adalah salbutamol dan
terbutalin.
2. Kortikosteroid oral atau infus
Akan diresepkan kortikosteroid untuk meredakan peradangan di saluran pernapasan.
Kortikosteroid sistemik ini (yaitu melalui rute oral dan intravena) meredakan radang saluran
udara yang disebabkan oleh asma parah. Akan tetapi, akibat efek samping serius saat
digunakan dalam jangka panjang, rute sistemik hanya digunakan dalam jangka pendek untuk
mengobati gejala asma parah. Contohnya adalah prednison dan metilprednison.
3. Obat antikolinergik
Obat antikolinergik, seperti ipratropium dan tiotropoium, digunakan untuk melemaskan
saluran pernapasan sehingga pasien bisa lebih mudah bernapas.

Pengobatan Jangka Panjang


Pengobatan jangka panjang bertujuan untuk meredakan gejala dengan mengurangi peradangan dan
mencegah penyempitan saluran pernapasan. Metode ini dilakukan dengan mengonsumsi obat-obatan
secara rutin, seperti:
 Kortikosteroid dalam bentuk hirup atau pil : pencegahan yang paling efektif, namun Anda
mungkin perlu menggunakan obat ini selama beberapa hari hingga minggu sebelum manfaat
maksimumnya dicapai.contohnya fluticasone atau budesonide,
 Obat biologis bentuk suntik, seperti omalizumab, mepolizumab, reslizumab, dan
benralizumab, yang berfungsi meredakan respons tubuh terhadap alergen pada
 Obat antihistamin ketotifen, sebagai terapi tambahan untuk mengurangi frekuensi, durasi, dan
tingkat keparahan asma.
 Obat modifikasi leukotrien, seperti montelukast, zafirlukast, dan zileuton, untuk meredakan
peradangan dan menjaga saluran pernapasan tetap terbuka
 Stabilisator sel mast, seperti cromolyn, untuk mencegah peradangan pada saluran pernapasan
saat terpapar alergen
 Imunoterapi, dalam bentuk hirup, tablet, atau sirup, untuk mengurangi respons tubuh terhadap
alergen penyebab asma
 Inhaler bronkodilator long acting beta agonist, seperti salmeterol dan procaterol, untuk
mencegah penyempitan saluran pernapasan

2.3 Konseling Pengelolaan Asma


Berikut 10 hal yang diperhatikan dalam konseling pengelolaan asma :
1. Patuhi aturan dalam penggunaan obat asma
“Banyak orang dengan asma cenderung berhenti minum obat pengontrol mereka ketika mereka
merasa baik,” kata Wayne Samuelson, MD,
Pastikan apoteker memberikan edukasi kepada pasien agar memahami penggunaan obat
pengendali asma. Sebagai contoh jika untuk digunakan setiap hari maka walaupun tidak memiliki
gejala maka obat tetap dikonsumsi secara rutin.
2. Sarankan untuk mewaspadai perubahan cuaca
Ketika terjadi perubahan cuaca, maka pasien perlu tahu bagaimana tubuhnya cenderung untuk
menanggapi berbagai kondisi. Bagi sebagian orang dengan asma, dingin, udara kering adalah
pemicu. Jika pasien harus pergi ke tempat dingin, kenakan scarf di atas hidung dan mulut.
3. Hindari sumber debu
Polusi udara, asap, dan debu semua potensi pemicu asma yang dapat membuat jalan mereka di
dalam ruangan jika pasien meninggalkan jendela terbuka. “Tutup jendela dan gunakan pendingin
udara,” kata Miller. Periksa Indeks Kualitas Udara di daerah pasien dan juga merekomendasikan
melepas pakaian pasien yang dikenakan dari luar dan disarankan mandi untuk mencegah sumber
pemicu serbuk atau debu dalam ruangan.
4. Basmi dan hindari kecoa di rumah
Ada korelasi yang kuat antara gejala asma dan kecoa. Untuk menyingkirkan kecoa, pasien
memerlukan strategi khusus seperti tutup lubang kebocoran dan keretakan dinding, tidak
meninggalkan makanan, minuman, atau piring kotor semalam, dan menggunakan perangkap
kecoa.
5. Bersihkan Debu atau sumber pemicu di rumah
“Langkah pertama mengontrol alergi dan asma adalah menghindari,” kata Miller. Tungau debu
adalah pemicu umum, sehingga membersihkan rumah pasien secara teratur harus menjadi suatu
keharusan. Memakai masker dan sarung tangan saat membersihkan rumah atau meminta bantuan
dari orang lain jika pasien terlalu sensitif untuk melakukannya sendiri. Debu bisa berada di bantal
dan kasur, boneka , bahkan binatang piaraan di rumah. Saat membersihkan, perhatikan kualitas
udara dalam ruangan dan menyingkirkan sumber asap, wewangian, cetakan, dan jamur – yang
dapat mengiritasi saluran udara.
6. Gunakan produk pembersih yang sesuai
Tindakan pembersihan rutin bisa membuat asma pasien lebih berbahaya jika menggunakan produk
yang salah. Misalnya, orang dengan asma harus menggunakan vacuum cleaner dengan efisiensi
tinggi partikulat udara (HEPA) filter untuk mengontrol debu yang selama proses pembersihan.
Produk yang mengandung wewangian, seperti penyegar udara, bisa menyebabkan iritasi, juga.
“Jika Anda memiliki asma, sebaiknya menghindari produk pembersih baru yang bukan untuk
Anda,” kata Dr Samuelson.
7. Mungkin hewan piaraan yang dimiliki pasien sebagai pemicu alergi
Pengujian alergi akan memberitahu pasien jika bulu hewan peliharaan adalah pemicunya.
Disarankan mandi mingguan untuk hewan peliharaan dan mencuci tangan setelah kontak dengan
hewan peliharaan untuk mengurangi respon alergi.
8. Penggunaan Inhaler yang salah
Apoteker harus mampu mengajarkan pasien dalam menggunakan inhaler karena beberapa orang
dengan asma mungkin tidak dapat menguasainya. ”Teknik inhaler yang tepat sangat penting untuk
deposisi memadai obat ke paru-paru.” kata Miller.
Kesalahan inhaler digunakan paling umum termasuk tidak membuang nafas sebelum menghirup
dosis, tidak menahan napas cukup lama, dan tidak menghirup nafas cukup tegas. Secara khusus,
pastikan untuk menghembuskan napas sepenuhnya sebelum memulainya, menekan inhaler dan
mengambil napas dalam stabil secara lambat, dan kemudian menahan nafas selama 10 detik
sebelum menghembuskan napas.
9. Sarankan pasien mendapat vaksin influensa
“Masalah dengan influenza adalah bahwa itu sebagai penyakit pernapasan,” dan kombinasi dari
infeksi pernapasan serius dan peradangan asma dapat menyebabkan eksaserbasi gejala di atas
mengalami flu. Mendapatkan vaksinasi flu tahunan dan vaksin pneumonia ketika
direkomendasikan dapat meningkatkan perlindungan pasien selama musim dingin dan flu, katanya.
10. Ingatkan untuk memiliki rencana tindakan darurat Asma
Setiap orang dengan asma harus memiliki rencana tindakan darurat secara tertulis. “Rencana ini
akan menjelaskan langkah-langkah yang tepat yang harus diambil, tergantung pada gejala”. “Anda
mungkin juga akan diberikan peak flow meter, yang akan mendekati tingkat keparahan gejala
Anda.” Pastikan darurat rencana tindakan asma pasien termasuk informasi kontak untuk dokter
serta petunjuk untuk kapan harus pergi ke ruang gawat darurat.

Edukasi Penggunaan Alat Inhalasi


Beberapa poin terkait edukasi penggunaan alat inhalasi, yaitu choose, check, correct, dan confirm.
Choose:
Poin choose berhubungan dengan pemilihan alat inhalasi yang cocok dengan keadaan pasien
sebelum peresepan. Hindari penggunaan berbagai jenis alat inhalasi untuk mencegah kebingungan
pada pasien. Dalam memiliki alat inhalasi, dokter dapat mempertimbangkan beberapa hal, seperti
usia, jenis kelamin, harga, hingga faktor sosioekonomi pasien. Seperti jenis inhaler dosis terukur,
inhaler serbuk kering, soft mist inhaler, dan nebulizer
Untuk alat pressurized metered dose inhaler (pMDI) dokter dapat mempertimbangkan penggunaan
alat bantu spacer untuk meningkatkan kemungkinan pemberian obat dan menurunkan potensi
terjadinya efek samping. Selain itu, jangan lupa lakukan identifikasi hambatan fisik pemberian obat
seperti artritis, untuk memaksimalkan pemberian obat ke jalan napas pasien.
Check:
Pada poin check, diharapkan apoteker melakukan evaluasi terhadap teknik penggunaan alat inhalasi
pasien tergantung pada jenis inhaler yang digunakan pasien tersebut.
Correct:
Peragakan cara penggunaan alat bantu inhalasi menggunakan inhalasi plasebo. Dokter dapat
mempertimbangkan penggunaan alat bantu inhalasi lainnya apabila pasien terlihat kesulitan
menggunakan alat bantu inhalasi tertentu.
Confirm:
Pada poin confirm, apoteker harus memastikan pasien dapat menggunakan alat bantu inhalasi
dengan teknik yang benar.

Konseling Inhaler Bagi Pasien


Konseling inhaler bagi pasien dengan asma adalah langkah penting untuk memastikan bahwa pasien
menggunakan perangkat inhaler dengan benar. Penggunaan yang tepat dari inhaler asma sangat
penting untuk memaksimalkan manfaat obat dan mengendalikan gejala asma.
Berikut adalah beberapa poin yang perlu diperhatikan dalam memberikan konseling inhaler kepada
pasien asma:
1. Pemilihan Inhaler:
 Jelaskan kepada pasien jenis inhaler yang mereka gunakan (misalnya, inhaler dosis terukur,
inhaler diskus, nebulizer) dan bagaimana cara kerjanya.
 Pastikan bahwa inhaler yang digunakan sesuai dengan rekomendasi dari profesional kesehatan
dan cocok dengan kebutuhan pasien.
2. Teknik Pernapasan:
 Ajarkan pasien teknik pernapasan yang benar saat menggunakan inhaler. Ini termasuk inspirasi
lambat dan dalam diikuti dengan menahan napas selama beberapa detik sebelum perlahan-lahan
mengeluarkannya.
 Jelaskan bahwa pernapasan yang benar membantu obat mencapai saluran pernapasan yang lebih
dalam dan lebih efektif.
3. Persiapan Inhaler:
 Tunjukkan kepada pasien cara memeriksa ketersediaan obat dalam inhaler mereka dan
memastikan bahwa ada cukup obat untuk dosis yang dibutuhkan.
 Pastikan pasien memahami cara membersihkan atau merawat inhaler mereka sesuai dengan
petunjuk.
4. Langkah-langkah Penggunaan:
 Ajarkan langkah-langkah yang benar saat menggunakan inhaler, termasuk cara memasang kartu
atau pelindung mulut (jika diperlukan), mengguncang inhaler (jika diperlukan), dan mengklik atau
memutar inhaler sesuai instruksi.
 Berikan penjelasan tentang dosis yang harus diberikan dan berapa kali dalam sehari pasien perlu
menggunakan inhaler mereka.
5. Pengendalian Inhaler:
 Pastikan pasien memahami cara mengendalikan dosis obat dengan benar, termasuk menekan
inhaler dengan kuat dan tahan napas saat menyemprotkan obat ke dalam mulut.
 Ingatkan pasien untuk tidak bernapas terlalu cepat saat menggunakan inhaler.
6. Kontrol Napas:
 Anjurkan pasien untuk mengontrol napas mereka dengan baik, terutama jika mereka mengalami
sesak napas. Ini dapat membantu memastikan obat masuk ke dalam saluran pernapasan dengan
lebih baik.
7. Membersihkan Mulut:
 Ingatkan pasien untuk berkumur atau menyikat gigi setelah menggunakan inhaler dosis terukur
untuk menghindari efek samping mulut kering atau infeksi jamur.
8. Kapan Menggantinya:
 Ajarkan pasien tentang tanda-tanda inhaler sudah habis (biasanya ditunjukkan oleh penunjuk
obat yang terlihat pada inhaler) dan kapan harus menggantinya.
9. Pertanyaan dan Keprihatinan:
 Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengajukan pertanyaan atau mengungkapkan
kekhawatiran mereka terkait penggunaan inhaler.
 Pastikan pasien merasa nyaman dalam menggunakan inhaler mereka dan memahami dengan baik
semua petunjuk yang diberikan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan :
Asma adalah penyakit pada saluran pernafasan yang ditandai dengan sesak atau sulit bernafas akibat
peradangan dan penyempitan pada saluran pernafasan. Konseling merupakan proses interaktif antara
Apoteker dengan pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan
kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat dan menyelesaikan masalah
yang dihadapi pasien. Adapun hal yang perlu disampaikan apoteker saat konseling dengan pasien
asma yaitu patuhi aturan dalam penggunaan obat asma, waspadai perubahan cuaca, hindari sumber
debu, basmi dan hindari kecoa, bersihkan debu dan sumber pemicunya, gunakan produk pembersih
yang sesuai, cara pemakaian inhaler, disarankan tuk vaksin influenza, dan diingatkan untuk memiliki
rencana tindakan darurat asma.

3.2 Saran
Anda memiliki peran penting dalam memastikan bahwa pasien memahami obat-obatan mereka dan
cara penggunaannya dengan benar, komunikasi yang efektif, edukasi obat, dukungan psikologis.
Pastikan pasien merasa nyaman untuk mengajukan pertanyaan dan memastikan bahwa mereka
memahami dengan benar informasi yang telah anda berikan karena konseling yang efektif dapat
membantu pasien asma mengelola penyakit mereka dengan lebih baik, meningkatkan pemahaman
mereka tentang obat-obatan, dan mengurangi risiko kesalahan dalam penggunaan obat. Konseling
yang baik juga dapat meningkatkan kepatuhan pasien dan memberikan dukungan yang sangat
dibutuhkan dalam manajemen asma.
DAFTAR PUSTAKA

Adrieza, Rania. 2018. “Konseling Obat : Pelayanan dari Apoteker untuk Masyarakat”,
https://farmasetika.com/2018/11/13/konseling-obat-pelayanan-dari-apoteker-untuk-masyarakat/,
diakses pada 27 September 2023
Dr. pittara. 2022.“Asma”, https://www.alodokter.com/asma/, diakses pada 27 Septemberi 2023
Tim Medis Siloam Hospitals. 2023.“Asma – Penyebab, Gejala, Cara Mengatasi dan Pencegahannya”,
https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-asma, diakses pada 27
September 2023
Dr. Fadhli Rizal Makarim. 2021. “Asma https://www.halodoc.com/kesehatan/asma, diakses pada 27
September 2023
Hisfarsidiy. 2018.“ 10 Konseling Pengelolaan Asma yang Wajib Diketahui Oleh Apoteker”,
http://hisfarsidiy.org/10-konseling-pengelolaan-asma-yang-wajib-diketahui-oleh-apoteker/, diakses
pada 27 September 2023
Indonesia MKR. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Jakarta:, Keputusan Menteri Kesehatan No 1023 /
MENKES / SK / XI. 2008. p. 4– 16.

Anda mungkin juga menyukai