Bab Iii
Bab Iii
sekian banyak mufasir pada masa tersebut adalah Jalāl al-Dīn al-Suyūṭī. Menjadi
sebuah keharusan bagi para pengkaji tafsir mengenal sosok mufasir dan metodologi
tafsirnya jika ingin memahami sebuah karya tafsir. Oleh karena itu, pada bab ini
akan dipaparkan mengenai biografi Jalāl al-Dīn al-Suyūṭī beserta karakteristik kitab
Muḥammad bin Sābiq al-Dīn bin ‘Uthmān bin Nāẓir al-Dīn Muḥammad bin
Sayf al-Dīn bin Najm al-Dīn Abī al-Ṣalāḥ Ayyūb bin Nāṣir al-Dīn Muḥammad
kuniyah Abū al-Faḍal dan nama laqab Jalāl al-Dīn. Al-Suyūṭī dilahirkan di
Mesir pada bulan Rajab tahun 849 H / 1445 M setelah maghrib. Beliau tumbuh
dalam keadaan piatu setelah Ibunya wafat sesaat setelah kelahirannya. Al-
Suyūṭī ditinggal wafat sang Ayah dan menjadi yatim pada saat beliau belum
49
‘Abd al-Raḥman bin Abi Bakar al-Suyūṭi, Ḥusn al-Muḥāḍarah fī Tārīkh Miṣr wa al-Qāhirah (t.tp
: Dār Iḥyā` al-Kutub al-‘Arabiyyah, 1967), p. 335.
50
Al-Suyūṭi, al-Itqān ..., p. 3.
29
30
belum genap usia 8 tahun, al-Suyūṭī telah hafal kitab al-‘umdah, minhāj al-fiqh,
ilmu hadis, meliputi rijāl al-ḥadīth, gharīb al-ḥadīth, matan hadis, sanad hadis,
berkata sekiranya dia menemukan hadis lain, maka hadis tersebut akan
dihafalkannya.51
manusia dan sibuk beribadah kepada Allah. Di saat itu pula, al-Suyūṭī fokus
menulis banyak kitab di Rawḍat al-Miqyās (daerah sekitar sungai Nil). Pada
usianya ini beliau juga meninggalkan berbagai profesi yang telah ditekuninya
sebagai mufti dan pengajar. Al-Suyūṭī wafat pada malam jum’at tanggal 19
selama tujuh hari disertai pembengkakan berat di lengan kirinya. Jasad beliau
51
Muḥammad Ḥusayn al-Dhahabī, al-Tafsīr wa al-Mufassirūn, Vol. 1 (Kairo: Maktabah
Wahbah,t.th), p. 180.
52
Al-Suyūṭi, al-Itqān ..., p. 6.
31
sangat tinggi. Saat masih kecil al-Suyūṭī sudah diajak oleh sang ayah hadir
perjalanan ke berbagai daerah, dari satu negara ke negara yang lain dengan
tujuan mencari ilmu. Beliau pergi ke kota-kota di Mesir, Shām, Ḥijāz, Yaman,
Hindia, Maghrib (Maroko). Ketika sampai di Mekah pada Rabiul Awwal 869
berdoa agar diberi derajat keilmuan dalam fikih sekelas Shaykh Sirāj al-Dīn al-
nahwu dari sejumlah ulama, mempelajari ilmu farāiḍ dari seorang alim pada
ilmu dengan Shaykh al-Islām al-Bulqīni dalam bidang fikih hingga wafat,
berguru kepada al-Shaykh Muḥyi al-Dīn al-Kāfiyāji selama empat belas tahun
sehingga darinya diperoleh berbagai disiplin ilmu, seperti tafsir, uṣūl, al-
‘Arabiyyah, dan lain-lain. Al-Suyūṭī dalam bidang hadis dan tata bahasa juga
53
Al-Suyūṭi, Ḥusn al-Muḥāḍarah ..., p. 338.
32
kedalaman ilmu dalam bidang tafsir, hadis, fikih, nahwu, ma’ani, bayan, dan
mau, aku akan menulis sebuah karya tulis dalam setiap permasalahan, lengkap
beserta keterangan para ulama dengan dalil-dalilnya yang naql atau qiyās serta
perbandingan antar mazhab, namun itu semua atas pertolongan Allah, bukan
menimbulkan kontroversi di kalangan ulama pada masa itu, salah satunya al-
ia maksud dengan mujtahid mutlak adalah dalam bidang tertentu, yakni dalam
bidang hukum-hukum syari’at, hadis, dan ilmu bahasa Arab. Hal ini
ini.56
54
Ibid., p. 336-338.
55
Ibid., p. 339.
56
‘Abd al-Raḥman bin Abi Bakar al-Suyūṭi, al-Taḥadduth bi Ni’mat Allāh Ta’ālā (t.tp: al-Maṭba’ah
al-‘Arabiyyah al-Ḥadīthiyyah, t.th), p. 205.
33
pada semua aspek hadis saat itu, termasuk menentukan sahih tidaknya suatu
hadis.57
menghasilkan karya yang sangat banyak mencapai 600 ratus lebih karya. Pada
masa ini pula al-Suyūṭī juga berprofesi sebagai pengajar di Madrasah al-
Syaikhuniqah selama 12 tahun serta menjabat sebagai mufti dalam waktu yang
relatif lama.58
57
Khoirul Anam, dkk, “Metodologi Periwayatan Hadis Musalsal: Analisis Deskriptif terhadap Kitab
Jiyād al-Musalsalāt karya Jalal ad-Din as-Suyuthi”, Gunung Djati Conference Series, Vol. 21
(2023), 58.
58
Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam (Jakarta: Ichtiar Baru, 1994), 4:324.
59
Al-Suyūṭi, al-Taḥadduth bi Ni’mat Allāh Ta’ālā. p. 43.
34
beliau juga mempunyai guru-guru ahli hadis dari kaum perempuan, di antaranya:
Ḥanafī
6. Aḥmad bin Muḥammad bin Muḥammad bin ‘Alī bin Ḥajar al-Haytāmī
al-Shāfi’ī
35
beliau.60
a. Tafsīr al-Jalālayn
b. Al-Aḥādīth al-Ḥisān
d. Al-Jāmi’ al-Ṣaghīr
Ṭāhir Sulayman, Jalāl al-Dīn al-Suyūṭi ‘Aṣruhu wa Ḥayātuhu wa Āthāruhu wa Juhūduhu fī al-
61
4. Bahasa Arab
a. Al-Tadhkirah fī al-‘Arabiyyah
5. Sejarah
b. Tārīkh al-Khulafā
6. Tasawuf
keilmuannya. Di antara mereka ada yang mengakui dan ada yang tidak
oleh sifat dan pemikiran serta penafsiran dari al-Suyūṭī sendiri yang terkadang
2. Ibnu ‘Imad dari suriyah merupakan ahli fikih dari mazhab hanbali
mantiq. Selain itu dikatakan al-Suyūṭī juga menjiplak karya Ibnu Ḥajar al-
‘Asqlānī tentang ilmu hadis seperti Nashr al-‘Abīr fī Takhrīj Aḥādīth al-Sharḥ
al-Kabīr62. Selain itu al-Sakhāwī juga mengatakan dalam kitab al-Durr al-
Manthūr banyak menghadapi kritik keras karena banyak riwayat hadis sahih
dalam bidang tafsir dari ratusan karya al-Suyūṭi. Tafsir ini sebenarnya
62
Muḥammad bin ‘Abd al-Raḥman al-Sakhāwī, al-Daw`u al-Lāmi’ li Ahli al-Qur`ān al-Tāsi’, Vol.
4 (Bairut: Dār al-Jīl, 1992), p. 66.
38
berbeda dari mufassir lainnya adalah tafsir ini mencakup berbagai hadis
tafsir bi al-Ma`thūr tercakup dalam tafsir ini. Jadi tafsir ini murni
dalam menjelaskan lagi mana-mana hadis yang ṣaḥīḥ, ḥasan, dan ḍa’īf.
sebagai berikut:
63
Al-Suyūṭi, al-Durr al-Manthūr fī Tafsīr al-Ma`thūr, Vol. 1, p. 9.
39
tersebut, apakah sahih atau ḍa’īf, dengan kata lain riwayatnya masih
64
Ibid., Vol, 1, p. 38.
40
g. Riwayat-riwayat isrāīliyyāt
ini merupakan salah satu tafsir bi al-ma`thūr, yang menjadi ciri utama
65
Ibid., Vol. 2, p. 545.
41
Qur`an dengan hadis nabi; al-Qur`an dengan perkataan sahabat; dan al-
tafsir ini.
Dāwud, Ibnu Jarīr, Ibnu Abī Ḥātim, dan masih banyak lainnya. Namun,
al-Suyūṭī tidak memilah antara riwayat yang ṣaḥīḥ dan ḍa’īf bahkan
sebuah tafsir oleh para ulama tidak menutup kemungkinan terdapat segi-
asli pengutipan
66
Mannā’ al-Qaṭṭān, Mabāḥith fī ‘Ulūm al-Qur`ān, p. 337.
67
Muḥammad Ḥusayn al-Dhahabī, al-Tafsīr wa al-Mufassirūn, Vol. 1, p. 181.
42
imam qirā`āt
68
Nasihatul Ulya Az Zahra, “Ad-Dakhīl Dalam Tafsir Ad-Durr Al-Mantsūr Fī At-Tafsīr Bi Al-
Ma`tsūr Karya Jalāl Ad-Dīn As-Suyūthī (Telaah Penafsiran Ayat-Ayat Kisah dalam Surat Al-
Baqarah)”, (Skripsi di Institut Ilmu Al-Qur`an Jakarta, 2020), 69.