Anda di halaman 1dari 8
poe) Moralitas Pemimpin dalam Perspektif Islam Holy’ Quran and Hadi contain ‘maniy teachings oe - morality. The range of morality in Islam so inclusive and integrative that it combines at once faith in God, religious rites, sprititual observances, social conduct, decision making, intellectual pursuits, habit of con- sumptions, manner of speech, and all other aspects of human life. All the Muslims, have to manifest good values in these rites in their daily life. The rulers and the leaders must have good morality if they want to be success in fulfilling their tasks. KKonnr crv “aandards of boner principles of right and wrong”? D.D. Raphaet dalam bukunya Moral Phitosophy-mengatakan ‘bahicoa moral adalah sesuatu yang berkaitan dengan norma-norma, nilai-nilai, konsep-konsep tentang benar dan salah, baik dan buruk, apa yang seharusnya patut dan tidak patut dilakukan2? Sedangkan Mudlor Achmad mengartikan ‘moral sebagai suatu tindakan manusia yang berlandaskan pada pengertian baik dan buruk? Berdasarkan beberapa pengertian yang dike- mukakan para Pakar di atas, dapatlah dikatakan bahwa moral adalah suatu aturan dan norma untuk menetapkan baik dan buruk, salah dan benar, patut dan tidaknya suatu tindakan manusia Ada yang berpendapat balnoa moral itt sama dengan eta. Pendapat ini Kurang teat, sebab kedua- ‘nya mempunyai perbedaan. Etika, yang secara etimologi bernsal dari bahasa Yunani ethos= adat ebinacan. Etikadiartikan sebagai “system of moral principles, rules of conduct Secara terminologi, etika, seperti yang dikatakan Sidi Gazalba, adalasteori ~ tentang findakan dae perbuatan mafwusia dilihat dari aspok nila bak dan buruk, sejauh yang dapat diten tka oles akal$ Selanjutnya, menurut Sidi Gazalba bahwa perbedaan antara etika dan moral adalah bahwa etika bersifat teori, sedangkan moral bersifat praktek; Etika membicarakan bagaimana seha- Tusnya, sedangkan moral bagaimana adanya; TAS, Horby etal. « The Advancot Laamne's Dictionary of Curent Engl (Onford Uni. Pres, Grea Britain, 1963), p 634 D.D. Raphael: Moral Philosophy (Oxford Univ, Pres London, 1951), p.§ Lihat: Mudlor Achmad: Esk dalam Islam (ALK, Surabaya, uth), him At +AS. Homby, et al: opeit.p. 335 Sidi Gazal Sistema Flat (Bulan ang Jaks, Etika menyelidiki dan mempertimbangkan ten- tang baik dan buruk, sedangkan moral mene- tapkan ukuran yang baik tentang laku-perbuatan manusia dalam kesatuan sosial tertentu; Etika menjelaskan ukuran laku-perbuatan manusia, sedangkan moral menyatakan ukurannya; Moral, bukan saja muara dan buah dari etika, melainkan juga merupakan sesuatu yang dibentuk oleh etika!* Dengan demikian jelaslah bahwa morallah ‘yang mengukur, menetapkan can menilai apakah Jaku-perbuatan seorang itu baik atau buruk, benar atau salah dan layak atau tidak. Kalau laku- perbuatannya buruk, salah dan tidak layak, maka dikatakan dia tidak bermoral. Sebaliknya kalau laku-perbuatannya baik, benar dan layak, maka dikatakan dia bermoral. ‘Karena moralitas di dalam tulsa vite dari sudut pandarig (point of view) ajaran Islam, maka yang dijadikan landasan untick menetapkan, menilai dan mengukur suatu laku-perbuatan seovang pemimpin adalah didasarkan atas kaida-kaidak moral dalam pandangan Islam. Di dalam Islam, norma dan aturan tentang aku-perbuatan manusia dipandang dari bike dan beruk disebut dengan “akhlaq” bentuk jamat darikate “khulq”. Kendati ada perbedaan antara ‘moral dengan aklak, tetapi wntuk Reperluan tulisan ini Penulis menggunakan kedua istiteh ini dalam pengertian yang sama, ... moral sekuler yang landasannya akal, Moral dalam Islam berlandaskan adalah wahyu liabi.... akal manusia dapat membedakan yang baik dengan yang buruk, yang benar dengan yang salah, yang patut dengan yang tidak patut. Tetapi apa yang dihasilkan akal manusia— sesuai dengan keterbatasan akal itu sendiri—kebenarannya nisbi Jumal limiah Bestar, No. 82 Th. XIV, 2001 b b - a = Fr 4 ki is El is ie he TSETesesTssT Imam al-Gazali memberikan pengertian akhlak sebagai sifat yang tortanam dalam jiwa, yang melahirkan suatu tindakan dengan mudah, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran? Berbeda dengan moral sekuler yang landas- anya akal, Moral dalam Islam landasannya adalah Wahyu Tlahi, Memang akal manusia dapat mbedakan antara yang baik dengan yang sruk, antara yang benar dengan yang salah, sotara yang patut dengan yang tidak patut. Tetapi apa yang dihasilkan akal manusia—sesuai de- gan keterbatasan akal itu sendiri—kebenarannya ssbi. Mengapa terjadi perbedaan pendapat di Selangan manusia? Mengapa kadang-kadang seatu teori hasil produk ofak manusia yang di- sessap benar pada masa sekarang, disalahkan pada masa yang akan datang? Hal ini tidak lain ‘Serena apa yang dihasilkan oleh akal manusia Sebenarannya telatif. Contohnya, pada mulanya s=ang berpendapat bahwa bumi merupakan pusat pesedaran semua planet (geocentric), tetapi kemu- ian teori itu dianggap salah oleh teori yang Setang kemudian, yang menyatakan bahwa ssstzharilah yang merupakan pusat peredaran semua planet (Heliocentric). Sedangkan kaidah sporal yang didasarkan pada wahyu Tahi ‘sempunyai kebenaran yang bersifat mutlak. ‘Sear menurut akal, belum tentu benar menurut ‘Seetapan Agama. Karena itulah Muhammad “Ssah—di dalam Tafsir al-Manar—membagi ‘Seayah Allah kepada manusia itu menjadiempat “seein: hidayah thabi‘iyah (labi‘al), hidayah al- ‘Seerwas (panca indera), hidayah al -aql dan Geteyah al-Din (Agama)." Hidayah Agama menempati urutan yang ‘sees tinggi, Karena ketetapan-ketetapan Agama yang harus dijadikan sebagai rujukan oleh _Semessia untuk menetapkan apakah sesuatu benar “see salah, baik atau buruk dan patut atau tidak. ‘amid Muhammad bin Muhammad al-Gazali: Tha in (Mv'asasah a-alaby, Kair, 1968), 92 3, hal 92 etammad Rasyld Rilo: Tafsir ak Quran al akin (AL ar alManasr, Mest, 1954, agian tatsral-Fatihah # limiah Bestari, No. 32 Th. XIV, 2001 Kalau terjadi pertentangan antara pendapat akal dengan wahy Tabi, make yang harus didabulu- kan adalah wahyu Tai Moralitas pemimpin dalam perspektif Islam Islam menganggap moral sebagai hal yang sangat fundamental dalam kehidupan manusia Penegasan ini dinyatakan oleh Rasulullah s.a.w., yang artiny “Sesuorggulnys alse diutus wituk menyem= purnakan aise yong mula Al-Qur’an dan Sunnah, sebagai sumber pokok ajaran islam, merupakan sumber moralitas Di dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa kotika Aisyah ra. ditanya tentang akhlak Ra- sulullah s.a.w, ia menjawab bahwa akhlak beliau adalah al-Qur’an, Hal ini menunjukkan bahwa al- Qur’an merupakan tuntunan moralitas yang, paling lengkap. Berbicara tentang moralitas pemimpi Rasulullah saw. merupakats possutars yang pale ing ideal dalam masalah ini *Sunggu pada dir Rasulllh lah ad contoh- contol yang Baik” Salah satu faktor yang menyebabkan beliau berhasil dalam memimpin ummat adalah mora- litasnya yang baik. Moralitas yang baik ini me- rupakan refleksi dari keimanan beliau yang kus Sehingga tidak heran dalam kurun waktu yang sangatsingkat, kurang lebih duapulub tiga tahun, beliau berhasil menyelamatkan masyarakat Jahiliyah dari kehancuran akidah dan moral Sejarah mencatat dan menjadi saksi atas keber- hasilan beliau ini, Keberhasilan Rasulullah s.a.w. dalam memimpin ummat ini diakui oleh Michael! Haart, seorang sarjana Amerika yang melakukan studi tentang tokoh-tokoh dunia yang sangat lis Riwayat Iain Maik: that Muhammad al-Gaal Khulug al-Mustiss (Dass al-Qulam, Damaskus, 1986), sugeddimah, him 7. "© ALQur'an, surat al-Ahgab, ayat 20 LS eCZNPE berpengaruh dalam menentukan jalannya sejarah dunia, Dari hasil penelitiannya ada seratus tokoh dunia yang mempunyai pengaruh besar dalam mengubah sejarah dunia. Di antara mereka ini yang paling berpengaruh dan berhasil dalam mengubah sejarah dunia adalah Nabi Mu- hammad s.a.w. Pengakuannya ini dapat diketahui dari ucapannya: My choice of Muhammad so fend thelist ofthe world’s mest influential persons may surprise some readers and may be questioned by other, but he was ‘the only man in history tho was supremely succesful cn both the religous and seculer levels, Of humble origins, Muhsmroad founded and promulgated one ofthe world’s great religions, and became af amensely effective political leader. Today, thirtoen centuries after his death, his influence is till power- ful and peroasive.® Mungkin banyak pembaca buku Hart ini akan terkejut tethadap hasil penelitian Hart ini yang memposisikan Nabi Muhammad s.a.w sebagai pemimpin yang paling berhasil di antara ‘para pemimpin dunia lainnya. Masalahnya, Hart, menulis dan mempublikasikan hasil peneliti- annnya ini di negara yang mayoritas beragama Nasrani, Dalam masalah ini Hart memberikan jawaban: "amy ranking Muhammad higher thar Jesus, in large par beeause of my believe that Muhanemad had « much greater personal influence on te fore ‘mulation ofthe Mostem religion than Jesus had on ‘the formulation ofthe Christian religion, This does not imply. of cours. that I think Muhammad was greater man than Jesus”! Dengan merujuk kepada sifat-sifat pemimpin secara umum yang dikemukakan oleh Imam ‘Munawwir, dapatlah dikatakan bahwa di antara sifatsifatterpuji yangharus dimiliki oleh seorang pemimpin, antara lain adalah: Bertanggungjawab, adil rendah hati (tawadidiu’), berdisiplin, ikut ‘mentaati hukum dan aturan, menepatijanji, me- Miche Fare The 10, Ranking ofthe Most Inserts Persons in History (Hart publishing company, Inc. Now York Cig 1978 84 Mengelaborasi gagasan masyarakat madani dari perspektif ini merupakan hal yang niscaya agar aspek penguatan dan pemberdayaan masyarakat tidak malah melahirkan bentuk ketidakseimbangan baru miliki akidah yang kuat, jujur dan sederhana, tidak mementingkan diri sendiri, percaya pada iri sendiri, ramah dan penuh pengertian, sabar dan tawakkal, obycktif dalam menilai sesuatu, berjiwa toleran (tasamuh), berjiwa demokratis dan terbuka menerima kritik, tidak fanatik go- longan', tidak suka membuka aib orang lain, tidak berprasangka buruk pada orang lain, dan lain sebagainya. Dalam kaitannya dengan moralitas pe- mimpin ini, Deliar Noer mengatakan bahwa or- ‘ang yang bertqawa kepada Allah swt. akan selalu berusaha untuk merefleksikan ketagwaan ini pada dirinya: di samping menjaga hablun min Allah (hubungan dengan al-Khaliq), ia juga ‘menjaga hablun min al-naas (hubungan dengan ssesamna manusia) (Q.S:3:112); Ia tidak melakukan tindakan destruktif, dalam bisnis ia tidak menipu dan juga tidak korup dan menyogok (Q. 2: 204, 205); fa tidak sombong (Q.16: 23; 31:18), ia wajib berikhtiar dan mengusahakan kemakmuran (Q. 28:77), ia membela yang lemah (Q. 4: 75), ia tidak ‘bors dan berlebihan (Q.17: 26, 27) dan ia mem- bela kebenaran (Q. 2:42, 147), ia akan menegakkan keadilan tanpa pandang bulu (Q. 4: 135 dan 138, 5:8, 6: 152). Yang paling bertanggungjawab me- negakkan semua itu adalah para Ulama (Q. 35: 28, 58:11), abli pikir (ulul albab) (Q. 3: 190, 191) dan Umara’ (Q, 4:59). ibid, the premise am Munawwie: Asas-asas Kepemimpinan Dalam Islam (Usaha Nasional Surabaya, th), hin 16-163, % Lihat: Deliar Noce dalam tis “Fika Politik Dalam [Negara Demokrasi: UNISA,Jurnal lime dan Kebudayaan UI, no. 35/XX/TI/ 197, Jamal limiah Bestar, No. 32 Th. XIV, 2001 Pemimpin yang mempunyai ‘moralitas yang baik tidak hanya pandai memerintah orang-orang lain berbuat kebaikan, membuat peraturan dan undang-undang, tapi juga ikut menjaga dan menaatinya Masih banyak sifat-sifat terpuji lainnya, selain yang sudah disebutkan di atas, yang harus liki oleh seorang pemimpin. Kalau ditelaah al-Qur’an dan Sunnah, maka akan ditemukan sifatsifat terpuji di atas dan sifat-sifat terpuji ainnya yang harus dimiliki oleh seorang pe- mpin, Sekedar ilustrasi di sini akan dikemu- kakan beberapa saja di antaranya. Dalam al-Qur’an Allah berfirman, yang Wohat orang-orang yang beriman, jauhilah chown sekalian kebanyakan dari prasangka, ungguiyasebagian dari prasangka itu adalah sa dan janganiah kamu mencari-carikesalahan orang lain dan jangontasebagian kamu menggosip fan yang Iain, Apakah kame suka memakan ing soudaranya yang sudah mati? Maka tentulah tamu merasa ijk kepadanys. Dan bertakwaleh ada Allah. Sesunggultnya Allah Maha Peneri at lagi Maha Penyayang,’ Ayatdi atasmelarang orang-orang yang ber- Seen, termasuk pemimpin mereka, untuk banyak Sexprasangka buruk, mencari-cari kesalahan dan meragosip orang lain. Allah juga melarang orang-orang yang beriman severima pengaduan dan menjatuhkan hukumast Serpe memeriksa dengan teliti tentang kebenaran berta sesut.“ “Wahai orang-orang yang beriman,jika eang kepadamu orang fasik membawa berita, sala telitilah kebenarannya agar kamu tidak ‘esumpakan sesuatu kepada suatu kaum tanpa ~ Ai-Qur'n, strat al-tinjura,ayat 6 ALQur'an surat a-Baqaeah,ayat #4 tama! limiah Bestari, No. 32 Th. XIV, 2001 pengetahuan, yang menyebabkan kamu menye- sali perbuatanmu”.* Di dalam ayat-ayat yang lain Allah berfir- man, yang artinya “Apa engkay akin memerintaikon manusia untuk berbuatkebaitan,sedangkan kari melupatan dirt sendiri (untuk berbuat kebaikany"® ‘Stuigguh besar dosa orang yang mengatakan (memerintaan) sesuatu yang ia sendiri tidak me- Iakukannya”* Pemimpin yang mempunyai moralites yang, baik tidak hanya pandai_memerintah orang- ‘orang lain berbuat kebaikan, membuat peraturan dan undang-undang, tapi juga ikut menjaga dan ‘menaatinya Masih banyak lagi ayat-ayat lain dalam al- (Qur‘an yang menganding sifat-sifat terpuji yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, Demikian juga Hadits tidak sedikit di antaranya yang berkaitan dengan masalah moralitas, Diantaranya, seperti sahela Rasulullah saw: "Tande-tanda orang mung itu ada tiga: kala berbicara dia berdiusta,apabila berjanji dia ingkari dan bila dipercaya dia Khianat”® Seorang pemimpin yang sering obral janji, berdusta dan mengabaikan tanggung jawab dianggap sebagai pemimpin yang hipokrit. Bila sifat-sifat yang tidak terpuji semacam ini melekat pada dirinya, maka bukan saja akan kehilangan kredibilitas, apijuga dapat menimbulkan kegon- cangan di kalangan pengikutnya. Salah satu penyebab terjadinya kegoncangan dan krisis politik di masyarakat—seperti dika- takan Alfian—adalah karena terjadinya kris moralitas di kalangan pemimpinnya. Para pe- ‘mimpin mereka sudah tidak lagi mengindahkan ‘moral dalam kehidupan dan dalam menjalankan kekuasaannya. Mereka saling berebut kekuasaan, Dalam usaha berebut kekuasaan ini, bukan saja ALQuran, surat al-Sha,ayat 3 °° HR Imam Bukhas:Ubat Thow Hajar al-Atgalan Fath stBaari (Maktabah a-Gavali, Damas, th), fz 1 him 5 Ii, ju 13, him 126 ——— mereka berani saling ejek dan menjelekkan satu. sama lain, tapi juga tidak jarang ada yang sampai melakukan kekerasan dan adu fisik. Apakah ke- kuasaan dan jabatan yang diraih dengan cara yang tidak terpuji seperti ini akan membawa berkah dalam kehidupannya dan keluarganya? Di dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari, Rasulullah s.a.w. bersabda, yang, artinya: ‘Davi Aludurvalimare bin Samurah berkato: Tela bersabda Rasulullah s.a.10, kepadaku: Wahat ‘Abdurrahman bin Sansurah, janganlah engkau tmintak kokuasean (jabatan), sebab bila diberian pula, maka berarti kama telah membeban divin tdenganniyatKekaasaan tersebut).Tetapi bila engkau ipercaya untuk memang jabatan tersebut bukan falas permintaanonis, maka jabatan tersebut akan smeringarckan bebanma ‘Menurut fbnu Hajar—ketika memberikan ppenjelasan terhadap Hadits di atas—bahwa pada dasamya minta jabatan/kekuasaan it makruh Jhukumnya.” Termasuk dalam pengertian minta liberi jabatan ini adalah melakukan suatu reka~ vyasa, baik secara halus maupun paksa, agar or- ang-orang memilih dirinya untuk menduduki suatu jabatan, Dipandang dari segi moral, me- ‘minta-minta jabatan seperti itu merupakan perbuatan yang tidak terpuji, Bahkan Rasulullah saaw. sendiri, dalam sebuah Hadits yang juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari, bersabda, yang artinya “Dari Abu Musa ra, berkate: Saya dan dua rang laki-laki dari keumku datang kepada Rasuullak saw. Berkata sala satu dari dua or- fang Inkl tersebut: Wahai Rasulullah, bella Saye jabatan! Kemudian yang satu orang lagi ‘meng demika. Lal dae oleh Resuullh sa. Kami tidak akan mengangat pemimpin yang rmeminta dan terlalu berambisi mendudui jabatan dalam wrusan ini” 2 2 Sidi Gazaba: op. cit, Men 538. 86 ‘Menurut Sidi Gazalloa semua tindakan dalam kohidupan sehari-hari mengandung.nilai akhlak, baik it dalam hubungan dengan Pencipta, dengan diri sendiri, dengan sesama manusia maupun dalam hubungannya dengan alam sekitar® Dengan demikian cakupan moralitas dalam Islam itu sangat luas sekali, yaitu men cakup selurih ajaran akhlak yang ada di dalam al-Qur’an dan Hadits. Di dalam struktur mater! pokok ajaran Islam, akhlak tidak dapat dipi- sahkan dari akidah/keimanan dan syari/ah (iba- dah). Ketiganya—akidah, syari‘ah dan akhiak (ihsan)—saling berkaitan antara satu dengan lainnya, Di dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari, Rasulullah s.a.w. bersabda: Dari Abu Huraira ra, bahwasanye ketik pada sunt hard Nabi Muhamemad s.a.w. berada di tengah frang-orang banyak, detanglah seorang lak-lakt (Malaikat Jibril yang menyamar. Pent.) seraya bertanys kepada beau; Apa iman itu? jaoab beliau: Iman it adalah engkau berinan kepada Allah, para Malaikat-Nyo, akan menjumpai-Nya dam pereaya adanye Hari Kebangkiton. Laki-lak fersebut ber- tanya tai: Apa Islam itu? Rasullta s.a.. men= jconb: Isom adalah engkaue menyembal Alla dar tidak menyekutukan-Nya dengan sesuate apap, mendiriken shalat, menunaikan zakat yang déw- jibkan dan berpuasa di bulan Ramadtan. Setelah itu ia bertanya lagi: Apa Thsan itu: Engkau me- nyembah Allah seolah-olak engka melihat-Nya, fapabita engkaw tidak dapat membayangkan-Nya seperti itu, maka yakinlah balnon Dia melikatme® Kalau merujuk kepada misi diutusnya Rasulullahs.a.w. untuk menyempurnakan akhlak yang mulia, maka pada dasarnya Islam—dengan Segala macam bentuk ibadah— bertujuan ingin ‘membentuk insan yang susila dan bermoral. Ahmad bin Al bin Hajar al-Atsalani: Fath a-Baad bi yah Shabihi al-Bokhari (Mu'assasah Manabi al-ofan,Beirt, inp joe babso!a bla aman, waattslam wa a-thsan, him 218 Mur Achmad op. cit, him 128. Jumal limiah Bestari, No. 32 Th. XIV, 2001 akhlak fengan »ingin ral pBass bi » Bait, sibs, RHAZANAH Mudlor Achmad, dengan mengutip dari Abdurrahman Azam, mengatakan bahwa kalau: ariat Islam ditelitidengan seksama, maka akan idapati di dalamnya berupa perintah-perintah, Jarangan-larangan dan pettunjuk-petunjuk, yang semuanya mengarahkan agar laku-perbuatan manusia menjadi baik. Islam adalah satu-satunya Agama yang meletakkan asas moralitas dengan seluruh cabangnya, baik itu yang menyangkut ibungan dengan Tuhan maupun dengan sesama ‘manusia. Perwujudan nilai-nilai moralitas inilah yang dinamakan dengan amal shaleh Jadi pada dasarnya ihadah (ritual) dalam Islam, baik dalam arti sempit maupun luas,antara lain, bertujuan untuk membentuk dan membina moralitas yang baik. Misalnya shalat, diperin- tahkan Allah, antara lain, untuk membina dan membentuk kebiasaan baik (habit formation) pada diri seseorang. Firman Allah: “Sesunggubnys shalt itu dapat mencegah seseorang dari perbuatan keji dan munkar” ® Di antara tuyuan Allah menciptakan shalat agai salah satu sarana pengabdian ini agar ‘mat Islam, lebih-lebih seorang pemimpin, dapat mengaplikasikan nilai-nilai positif dan Kebaikan dalam shalat tersebut ke dalam kehidupan schari-hari, Baik dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia dan lingkung- anya. Apalah artinya, seseorang yang rajin lat, bahkan ditambah dengan shaiat sunnah, ‘pi kalau di dalam kehidupan schari-hari dia snasih sering melakukan tindakan-tindakan yang, ‘dak terpuiji? Muhammad al-Gazali, antara lain, menga- ‘akan bahwa meninggalkan perkataan dan per- buatan yang tidak terpuji merupakan hakekat shalat® Shalat tidak memberikan pengaruh apa- techadap pelakunya, karena ia melaksanakan- ya sekedar formalitas saja. Secara lahiriyah ia [Arkaba ayat 45. Muhammad abGazali: op: et, hm § > Pid, hin 9 tumal limiah Bestari, No. 32 Th. XIV, 2001 ... lebih-lebih seorang pemimpin, dapat mengaplikasikan nilai-nilai positif dan kebaikan dalam shalat tersebut ke dalam kehidupan sehari- hari, baik dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia dan lingkungannya. Apalah artinya, seseorang yang rajin shalat, bahkan ditambah dengan shalat sunnah, tapi kalau di dalam kehidupan sehari-hari dia masih sering melakukan tindakan-tindakan yang tidak terpuji? kelihatan rajin melaksanakan shalat, tapi pada dasamya ia ia melaksanakannya hanya sekedar untuk show dan rasa riya’ serta tanpa disertai penghayatan. Apakah shalat yang demikian akan memberikan pengaruh terhadap dirinya? Begitt: pula halnya dengan ibadah puasa Puasa ini, antara lain, mendidik sescorang untuk menjadi orang yang jujur. Pada saat ia sedang berpuasa, dia tidak berani melakukan hal-hal yang akan membatalkan puasanya sekalipun tidakada orang lain yang mengetahuinya, karena ia yakin Allah tetap mengawasinya. Allah tidak hanya menuntut dia jujur pada saat sedang puasa saja,tetapi juga nilai kejujuran ini harus diterap- kan di dalam kehidupan sehari-hari. Kenda ia sering berpuasa di buslan Ramadlan, hahkean dic tambah sering melakukan puasa Sunnah pada hari Senin dan Kamis, tetapi kalau di dalam kehi- lupan sehari-hari sering berdusta misalnya, maka kualitas puasanya harus dipertanyakan. Hal ini didasarkan pada salah satu sabda Rasulullah saaw. yang artinya: "Puasa itu bickan semata-samata menahan dri dari makan dan minum, tetapi juga menghindarkan diri dari melakukan perbuatan yang sia-sin dan tidak terpuji.”® tid, hm 30 a7 Islam mendidik dan menanamkan nilai moral dan kebajikan terhadap pemeluknya termasuk pemimpin, agar sifat-sifat terpuji tersebut melekat dan menjadi bagian dari hidupnya, yang selanjutnya dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari Demikian pula dengan Zakat, Haji, dan lain- lain Seperti dikatakan Muhammad al-Gazali bahwa iman yang kuat akan melahirkan moral yang baik dan kuat pula. Sedangkan lemahnya moral seseorang merupakan indikasi kelemahan imannya.” Dalam Islam sendiri iman yang se- sungguhnya bukan hanya sekedar pengakuan dengan lisan (al-ikrar bi al-lisan) saja, tapi di samping harus diyakini dengan hati (al-tashditq bi abjinaan), juga yang paling penting harus di buktikan dengan amalan-amalan (al-amal bi al- arkaan), yait dengan melaksanakan ibadah- ibadah, minimal yang diwajibkan. Bila ketiga syarat ini terpenuhi, maka dikatakanlah seseorang itu beriman, Iman yang demikianlah yang akan melahirkan tindakan-tindakan yang terpuji. Menurut Yusuf al-Qardlawi bahwa iman yang kuat akan memberikan pengaruh positif terhadap kehidupan. Pengaruhnya, antara lain, adalah melahirkan sifat jujur, adil, sportif dalam tindakan dan tcapan, berani ikhlas dalam tindak- an dan ucapan, tidak tamak, tidak gentar oleh kekuatan materi Dengan demikian, tidak diragukan lagi bahwa bila seorang pemimpin memiliki iman yang kuat, maka moralitasnya akan menjadi baik, Dr Yusuf alQardlawé Iman, Revolust dan Reformast Kehidupan alin Bahasa Anweae Wahdi Has dan HM. Mochtar Zoean (Bina Hn, Surabaya, 1986), Am 55-59 88 sebab moralitas yang baik tersebut pada hake- katuya merupakan reflcksi dari iman yang kuat Demikianlah Islam, dengan berbagai macam cara dan bentuk ibadal, mendidik dan menanaikan nila nila moral dan kebajikan terkadap pemeluknya ter- masuk pemimpin, agar sifat-sifat terpuji tersebu melekat dan menjadi bagian dari hidupnya, yang selan: jutnya dapat digplikasikan di dalam kehidupannye sehari-hari, baik itu dalam kaitennya dengan hablun, min Allah maupun hablun min al-naas dan lainnya Dari deskripsi di atas tentang moralitas pemimpin, dapatlah diambil suatu konklusi bahwa dalam perspektif Islam seorang pemimpin harus mempunyai moral yang baik. Tanpa moralitas yang baik, maka sult baginya mencapai keberhasilan dalam kepemimpinannya, Modal Kecerdasan saja tidak cukup bagi seorang pe- mimpin. Kecerdasan tanpa disertat moral yang baik akan membuat seseorang, buas bagaikan binatang. Bukankah penipuan, korupsi dan pe nindasan yang dilakukan oleh orang yang cerdas tanpa moral yang baik lebih berbanaya daripada yang dilakukan oleh orang bodoh tapi mempu nyai moral yang baik. Peribahasa Belanda me- ngatakan Hoe hooger greest, hoe grooter bees (se- makin cerdas otaknya, semakin besar kebina- tangannya). Dalam Islam, tuntunan moral yang paling lengkap adalah agama itu sendiri. Seorang, pemimpin yang melaksanakan ajaran-ajaran ‘agama dengan baik dan penuh penghayatan serta ditindaklanjuti dengan mengaplikasikan nilai- nila yang terkandung dalam ajararr-ajatan agama itu ke dalam kehidupan sehari-hari, seperti ber- Iaku jujur, adil, menepatijanji, tidak dzalim, tidak suka mengambil hak-hak orang lain, dan lain se bagainya, maka berarti. Tidak diragukan lagi bahwa di tangan pemimpin yang mempunyai moralitas yang baiklah kemajuan, kedamaian, zkemanan dan stabilitas suatu masyarakat, bangsa dan negara akan dapat tercip dural iimiah Bestari, No. 32 Th. XIV, 2001

Anda mungkin juga menyukai