Anda di halaman 1dari 9

A.

KAKAO

Kakao termasuk tanaman perkebunan yang biasanya dibudidayakan di areal yang


luas. Dengan demikian pembudidayaan tanaman kakao dapat menciptakan keadaan iklim
mikro yang relative stabil, baik dari sisi pencahayaan matahari, kelembaban dan sebagainyan.
Akibat negative dari kondisi iklim yang stabil ini adalah berkembangnya hama dan penyakit
dengan lebih baik, karena makanan selalu tersedia.

JENIS -JENIS PENYAKIT PADA BIJI KAKAO

1. Penyakit yang disebabkan oleh jamur Kontaminan


 Jenis Kerusakan
 kerusakan fisik dan mekanis
Kerusakan pada biji kakao dapat disebabkan oleh perlakuan fisik, misalnya
penggunaan peralatan pada saat pemecahan atau pengupasan buah kakao yang
menyebabkan biji dapat tergores atau luka. Kerusakan mekanis terjadi akibat benturan,
gesekan atau goresan selama penanganan pasca panen, pengemasan, pengangkutan, dan
penyimpanan. Benturan antar biji, tertindih atau tertekan, serta gesekan dengan bahan
kemasan dapat mengakibatkan biji mengalami perubahan bentuk, memar, pecah, kotor,
tercampur dengan benda asing, dan berbau asap/asing.
 Kerusakan biologis
Kerusakan biologis disebabkan oleh hama gudang dan binatang pengerat/rodensia
seperti tikus, bajing, dan lain-lain. Jenis hama gudang antara lain Cadra cutella,
Lasioderma serricacarne, Araeccerus fasciculatus, dan Tribolium castaneum. Laju
kerusakan biologis dipengaruhi oleh kadar air, suhu penyimpanan, dan oksigen. Kondisi
iklim di negara produsen kakao pada umumnya sangat cocok untuk perkembangbiakan
dan pertumbuhan hama gudang yang dapat merusak biji kakao. Serangan hama gudang
tersebut sulit dikendalikan terutama pada biji kakao yang disimpan di karung-karung
dalam jumlah besar., mikrobiologis, serta kimia (Supriyanto, 2012)
 Kerusakan kimia
Kerusakan kimia terjadi karena faktor intrinsik/dalam (reaksi biologis yang masih
berlangsung di dalam biji) ataupun faktor ekstrinsik/luar. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kerusakan kimia antara lain: suhu selama reaksi berlangsung, oksigen
yang mempercepat reaksi oksidasi, reaksi biologis seperti enzimatik, pH yang
mempengaruhi denaturasi protein atau perubahan warna, dan logam yang menjadi
prekursor reaksi.

 Proses Kontaminasi Jamur Melalui Kerusakan


Jenis jamur yang mengkontaminasi dan menyebabkan kerusakan pada biji kakao
dapat berpotensi sebagai mikotoksin. Jamur tersebut dapat terbawa oleh biji dan
ditemukan di permukaan biji atau telah menginfeksi ke dalam biji. Jamur patogen dapat
mengkontaminasi dan menginfeksi biji sejak di lapang (pra panen), saat penanganan
panen, dan pasca panen (pengangkutan, pengolahan, dan penyimpanan). Namun
demikian, jamur kontaminan lebih sering ditemukan pada saat kegiatan pengolahan dan
penyimpanan, karena pada saat tahapan pemanenan tidak terlalu menjadi perhatian dan
jamur kemungkinan belum berkembang. Terdapat empat kategori jamur yang
mengkontaminasi produk pangan, antara lain field fungi, storage fungi, contaminant
fungi, dan invasive fungi. Jamur yang ditemukan pada saat proses pemanenan disebut
field fungi, sementara pada proses penyimpanan dikenal dengan storage fungi. Invasive
fungi adalah jamur yang dapat menyerang biji kakao sedangkan contaminant fungi
merupakan jamur yang mengkontaminasi pada saat proses pengolahan . Populasi jamur
biasanya baru terlihat pada saat biji akan difermentasi dan saat penjemuran, jumlahnya
akan semakin meningkat selama masa penyimpanan. Biji yang sudah terkontaminasi
ditandai dengan munculnya spora maupun hifa yang menempel di permukaan biji, serta
perubahan bentuk dan warna biji. Biji-biji yang sebelumnya tampak sehat dan bersih,
bisa juga terkontaminasi jamur karena bersinggungan dan ditularkan dari biji lain.

Gambar . Biji kakao yang terkontaminasi jamur

 Jenis Mikotoksin Pada Biji Kakao Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Perkembangannya
Mikotoksin merupakan produk metabolit sekunder yang dihasilkan oleh suatu
jamur yang bersifat racun bagi manusia maupun hewan. Penelitian tentang mikotoksin
pada biji kakao telah banyak dilakukan, di antara informasi yang diperoleh menunjukkan
jenis mikotoksin yang paling dominan ditemukan adalah Aflatoksin dan Okratoksin,
yaitu dari jenis jamur Aspergillus dan Penicillium. ICMSF (2005) melaporkan
kemungkinan adanya aflatoksin dan okratoksin pada produk kakao, coklat, kacang-
kacangan, dan sereal. Studi lanjut yang mengkonfirmasi pernyataan ini dilakukan oleh
Tafuri, Ferracane, & Ritieni (2004) dan sekaligus mempublikasikan tentang keberadaan
okratoksin pada produk kakao. Jenis mikotoksin lainnya yang juga ditemukan pada biji
kakao, antara lain fumonisin dan patulin. Keberadaan mikotoksin pada produk biji kakao
kering tersebut juga perlu diwaspadai sehingga upaya pencegahan dan pengendalian
dapat dilakukan secara menyeluruh. Metabolit sekunder dipengaruhi oleh berbagai faktor
antara lain: keadaan jenis atau strain jamur tertentu, substrat tempat tumbuh jamur, dan
faktor fisik (suhu, kelembaban, kadar air).
Suttajit (2014) menjelaskan jamur akan tumbuh selama penyimpanan biji karena
iklim yang lembab dan suhu hangat (25-40 °C). Menurut Maryam (2006) biji muda
banyak mengandung air yang sangat menguntungkan untuk pertumbuhan
danperkembangan jamur sehingga dapat merusak citarasa dan penampakannya.
Dharmaputra et al. (2000) bahwa selama penyimpanan, persentase populasi jamur pada
biji kakao meningkat akibat infestasi serangga hama Ephestia cautella. Gejala yang
ditimbulkan akibat infestasi serangga pada biji kakao adalah biji luka dan berlubang
sehingga jamur semakin mudah untuk menginfeksi dan mendukung perkembangannya.
Jamur ini tidak hanya menghasilkan mikotoksin tetapi juga menyebabkan kerusakan
sehingga menurunkan mutu dan kuantitas komoditas tersebut.

 Teknologi Pengendalian Jamur Kontaminan


Keberadaan jamur kontaminan terutama mikotoksin dapat mempengaruhi
kuantitas dan mutu atau mutu biji kakao, serta berdampak terhadap kesehatan manusia.
Beberapa tahun mendatang, persyaratan mutu perdagangan biji kakao diperkirakan akan
semakin ketat. Sebagai ilustrasi, dalam pertemuan meja bundar yang membahas ekonomi
kakao dunia berkelanjutan (Roundtable on a Sustainable World Cacao Economy),
negara-negara maju, telah membuat sebuah standar mutu kakao kering fermentasi yang
dapat diterima oleh semua pihak.
a) Salah satu standar yang diterapkan adalah bersertifikasi HACCP (hazard analysis critical
control point) (Yasa, 2004). Pendekatan HACCP merupakan salah satu cara untuk
mengendalikan kontaminasi jamur khususnya jamur yang menghasilkan aflatoksin
(Anonymous, 2001). Selain itu, HACCP juga merupakan suatu pendekatan untuk
mencegah dan mengontrol penyakit karena keracunan makanan. Sistem ini dirancang
untuk mengidentifikasi bahaya yang berhubungan dengan beberapa tahapan produksi,
pengolahan atau penyiapan makanan, serta memperkirakan risiko yang akan terjadi dan
menentukan prosedur operasi untuk prosedur control yang efektif (Bryan, 1992). Sistem
HACCP merupakan alat yang tepat untuk menetapkan sistem pengendalian karena
berfokus pada pencegahan daripada pengujian produk akhir.
b) Teknologi yang digunakan sebaiknya bersifat ramah lingkungan untuk meminimalkan
penggunaan bahan kimia yang berdampak negatif pada lingkungan dan manusia,
meliputi: 1) tindakan pencegahan pada tahapan panen (kegiatan panen sebaiknya lebih
awal, sortasi, Fermentasi, pencucian biji kakao dan penjemuran, penyimpanan
menggunakan karung di Gudang, sanitasi dilapangan dan digudang, monitoring berkala
di Gudang penyimpanan) 2) Tindakan pengendalian dengan penggunaan pestisida nabati
dan agens hayati

Gambar. Penanganan pasca panen: (a) buah kakao hasil panen, (b) pemecahan dan
pengupasan, (c) fermentasi biji kakao, (d) pencucian, (e) pengeringan dengan
penjemuran sinar matahari, dan (f) penyimpanan biji kakao kering

2. Penyakit Disebabkan Oleh Busuk Buah


 Proses Masuknya Penyakit Busuk Buah pada Biji Kakao
Besarnya tingkat kerusakan dipengaruhi oleh faktor lingkungan baik iklim mikro
di sekitar lokasi pertanaman maupun curah hujan dan sinaran surya. Faktor utama
yang berperan dalam memengaruhi perkembangan penyakit busuk buah pada tanaman
kakao ialah kondisi iklim. Kelembaban yang tinggi akan membantu pembentukan
spora dan meningkatkan infeksi. Infeksi hanya dapat terjadi apabila pada permukaan
buah terdapat air. Hal ini berasal dari air hujan ataupun terjadi karena pengembunan
uap air pada permukaan buah. Hal tersebut yang sering menyebabkan terjadinya
busuk buah pada tanaman kakao. Dengan ke-lembaban yang tinggi patogen dapat
menginfeksi dengan baik pada buahan kakao (Chamami & Hidayanti, 2014).
Kejadian penyakit busuk buah kakao di lapangan dapat bervariasi karena
kondisi agroekologis yang berbeda dan pengetahuan petani tentang pengelolaan
penyakit ini masih kurang sehingga menyebabkan banyak tanaman yang terinfeksi.
Di lapangan tidak ditemukan tanaman pelindung sehingga menyebabkan iklim
mikro disekitar pertanaman kakao cocok dan mendukung perkembangan pathogen
ini.Umumnya pengetahuan petani local mengenai varietas tahan, penyakit busuk
buah maupun hama dan penyakit.
Penyakit ini dapat timbul pada berbagai umur buah, sejak buah masih kecil
sampai menjelang masak. Gejala awal diawali dengan warna buah berubah, mulai
dari dekat tangkai atau ujung buah dan dengan cepat meluas ke seluruh buah dan
akhirnya buah menjadi coklat kehitaman. Jika buah terserang oleh P.palmivora tidak
segera dipetik, maka patogen ini akan berkembang melalui tangkai buah dan
menginfeksi kulit batang cabang menimbulkan kanker. Menurut Drenth& Guest,
(2004), suhu optimum untuk melepas zoospora 15o-18oC dan per-kecambahan
sebesar 28o-30oC.Penyebaran spora penyakit ini dapatmelalui percikan air hujan,
angin,beberapa jenis serangga, dan Binatang yang mendarat pada permukaan buah
kakao. Proses infeksi oleh patogen tersebut dapat terjadi apabila pada pemukaan
kulit buah terdapat air yang berasal dari air hujan maupun air yang terbentuk akibat
pengembunan uap air pada pangkal dan ujung buah kakao. Bentuk permukaan kulit
yang tidak rata dan posisi buah yang masih melekat pada Kejadian Penyakit dan
cabang kakao dapatmenjadi areal sumber air pada buah. Menurut Purwantara dan
Junianto (2000),penyakit ini menghasilkan spora dibagian cabang atau batang dan
kebanyakan ditemukan pada buah sakit yang menggantung pada ranting atau
cabang. Adanya air bebas dapat merangsang sporangia untuk melepas zoospora yang
masing-masing dapat berkecambah dan melakukan proses infeksi. Suhu optimum
untuk me-lepas zoospora 15o– 18oC sedangkan perkecambahan spora pada suhu
28–30oC dan sporangium mampu menghasilkan 15-30 zoospora (AndréDrenth &
Guest, 2013).
 Ciri-Ciri Penyakit Busuk Buah Biji Kakao

A B
a) Busuk basah dan berwarna hitam pada kulit biji kakao
b) Busuk buah menginfeksi semua fase buah biji kakao
 Pengendalian Terpadu Busuk Buah pada Biji Kakao
a) Melakukan sanitasi buah busuk
b) Pemangkasan pada di pohon pada biji kakao yang sudah terinfeksi penyakit
busuk buah
c) Pembenaman busuk buah agar tidak menyebar pada biji kakao yang masih sehat
d) Pengendalian menggunakan fungisida . Fungisida bahan aktif tembaga (kontak)
atau mefenoksam (sistemik) dengan dosis 3 ml/l.

A B

C D
Gambar. Pengendalian Terpadu Busuk Buah

3. Penyakit yang Disebabkan oleh Serangga Penggerek Buah Kakao


 Proses Masuknya serangga penggerek buah kakao
Serangga hama termasuk golongan ngengat yang memiliki ukuran mikro. Serangga
betina meletakkan telur pada permukaan buah dengan lama stadium 2-7 hari. Larva yang baru
menetas berwarna putih transparan,. Larva langsung menggerek kulit telur yang berbatasan
dengan kulit buah kakao, selanjutnya menggerek kedalam kulit buah arah tegak lurus hingga
mencapai lapisan sklerotik. Selanjutnya larva langsung mengadakan penetrasi ke dalam buah
atau menggerek sepanjang permukaan lapisan sklerotik sebelum akhirnya mencpai bagian
biji. Apabila mencapai bagian biji larva menggerek dan makan permukaan dalam kulit buah,
daging buah, saluran makanan ke biji dan bahkan kotiledon. Larva muda kadang-kadang juga
menggerek dan makan bagian kulit biji yang sedang berkembang. Sebagai akibat serangan
larva biji menjadi lengket satu sama lain, tidak berkembang dan ukurannya menjadi lebih
kecil
 Ciri-Ciri Buah kakao yang terserang serangga penggerek buah
Gejala serangan PBK mengakibatkan buah kakao berwarna agak jingga atau pucat
keputihan, buah menjadi lebih berat dan bila diguncangkan tidak terdengar suara ketukan
antara biji dan dinding buah. Hal itu terjadi karena timbulnya lendir dan kotoran pada daging
buah dan rusaknya biji-biji di dalam buah. Hama Penggerek Buah Kakao menyerang semua
fase buah yaitu buah muda, buah dewasa dan buah matang. Gejala serangan pada buah muda
ditandai dengan permukaan kulit buah yang terserang terlihat bercak besar berwarna kuning.
Jika buah-buah yang menunjukkan gejala tersebut dibelah, kulit buah dan tempat masuknya
larva serta saluran (plasenta) biji tempat larva mengambil makanan terlihat berwarna coklat
akibat serangan larva. Sedangkan daging buah masih tetap berwarna putih. Pada serangan
berat bagian dalam buah berwarna coklat kehitaman.
Gambar . Buah yang Terserang
 Upaya Pengendalian terpadu
Wajib (secara fisik/ mekanik)
a) Pemangkasan pemendekan tajuk< 4 m, bertujuan untuk memudahkan panen dan
pengendalian PBK
b) Pemupukan agar tanaman sehat, produksi tinggi
c) Sering melakukan panen dan sanitasi untuk membunuh ulat PBK dengan membenamkan
kulit buah, gulma
d) Pemilihan pohon pelindung, misalnya: jati, suren, mahoni, kopi, kapok, kayu manis,
rambutan (harus dihindari karena tumbuhan inang dari PBK)
Tambahan:
e) Penyarungan buah , bertujuan mencegah ngengat PBK bertelur. Hal ini bisa
menyelamatkan buah dari PBK sampai 80%.
f) Semut hitam/ semut merah pengendalian PBK dan Helopelti. Populasi semut yang
berlimpah dapat menekan serangan PBK, pemasangan sarang dari daun kelapa atau daun
kakao. Areal yang ada semut sebaiknya tidak disemprot insektisida secara intensif
Pengendalian Secara hayati : Penggunaan (daun sirsak, daun cengkehm dan daun papaya
yang telah diekstraksi terlebih dahulu)
Pengendalian secara kimiawi : seperti merek : 500 ml capture, 250 ml chlormite dan 1 botol
alika atau 250 ml chlormite dan vetra .

B. Pala (Myristica fragrans H)


Pala (Myristica fragrans H) merupakan tanaman asli Indonesia yang sudah terkenal
sebagai tanaman rempah yang memiliki nilai ekonomis dan multiguna karena setiap bagian
tanaman dapat dimanfaatkan dalam berbagai industri, sehingga Indonesia merupakan
produsen pala di dunia (70-75 %).
1. Penyakit Busuk Buah Kering
Gejala awal menujukan bahwa buah pala yang telah terinfeksi penyakit menunjukan
adanya bercak coklat kecil yang lama kelamaan akan membesar. Buah pala yang terserang
penyakit busuk kering menunjukan adanya perbedaan warna pada buah pala secara umum,
hal itu di tunjukan dengan bentuk dan warna pada pala yang terserang penyakit. Penyakit
busuk buah kering diindikasikan dengan adanya gejala bercak berwarna cokelat kehitaman
dengan ukuran bervariasi, ada bercak-bercak kecildengan ukuran diameter 0,5-1 cm, bahkan
bercak membesar sampai hampir menutupi seluruh permukaan buah. Permukaan bercak
menjadi keras dan mengendap atau cekung. Umumya buah pala yang terserang cendawan
Stigmina myristicae memilik gejala awal berwarana coklat muda yang lama kelamaan akan
berubah menjadi coklat tua, disertai dengan bagian yang mengering pada pinggir buah pala
yang terserang, pada kondisi yang sangat parah buah pala yang terserang penyakit akan
mengkerut hingga terjadi proses gagal matang pada buah. Tingkat kelembaban tinggi dan
panjang hari akan sangat berpengaruh proses perkembangan dan penyebarang penyakit.
Menurut Kalay dkk., (2015) Buah pala yang terserang mengalami proses berubahan
warna dan bentuk, warna yang dihasilkan yaitu coklat dengan corak tidak beraturan serta
bentuk buah yang tidak bulat. Lebih lanjut Sunanto (1993) menjelaskan bahwapenyakit busuk
kering buah pala memiliki ciri berwarna coklat hingga coklat tua dengan diameter 0,5-3
cm.Kerusakan akibat penyakit ini menyebar dibeberapa wilayah di Indonesaia,
presentasetertinggi mencapai 77%. Semangun (2008), lamanya sinar matahari menyinari
akan mempengaruhi kelembaban dan berpengaruh terhadap intensitas serangan penyakit.
Khirullah (2010). Penyakit busuk buah merupakan penyakit yang sering menyerang tanaman
pala .Hami dkk (2011), lebih lanjut Hami menjelaskan bahwa jamur akar putih dan penyakit
busuk buah pala akan lebih banyak ditemukan jika cura hujan terlalu tinggi. Penyakit busuk
buah sendiri memiliki ciri berwarna coklat kehitaman pada bagian pangkal buah.Wahyu dkk,
(2019).

Gambar. Penyakit Busuk Buah Kering Pala


 Gejala serangan
Biasa menyerang buah umur 4-6 bulan, seiring dengan menurunnya kadar fenol total
dari buah yang mengakibatkan ketahanan buah terhadap penyakit berkurang.Mula-mula
tampak bercak berwarna coklat kecil, bulat dan cekung.Selanjutnya bercak meluas sampai
berukuran sekitar 3 cm. Kadang-kadang dua bercak yang berdekatan bersatu menjadi bercak
yang lebih besar.Pada permukaan bercak terdapat jamur berwarna hitam kehijauan yang
terdiri atas konidiofor dan konidia jamur.Selanjutnya bercak-bercak tersebut mengering dan
keras (mumifikasi). Umumnya disertai dengan pecahnya buah yang sakit kemudian gugur.
2. Penyakit Busuk Buah Basah
Buah yang terinfeksi oleh jamur ini menunjukkan gejala pada pangkalbuah,
selanjutnya bagian buah yang terinfeksi warna buah awalnya berwarna kuning kecoklatan
berubah warnanya menjadi coklat. Perkembangan bercak sangat cepat, sehingga dalam waktu
beberapa hari garis tengahnya sudah mencapai 2,5 cm. Bagian yang sakit tidak menjadi
cekung, apabila bagian ini diamati maka terlihat, daging buah sudah rusak,agak lunak, dan
berair atau kebasah-basahan. Buah yang terinfeksi pada pangkal buahnya mudah gugur.
Infeksi jamur penyebab penyakit busuk buah basah umumnya terdapat pada buah-buah yang
pecah akibat busuk buah kering dan pecah buah mentah/fisiologi. Apabila buah tidak gugur
dan cuaca cukup kering, maka buah atau bagian buah yang sakit busuk basah akan
mengeriput. Jika cuaca lembab, pada permukaan buah akan tampak massa misellium jamur
berwarna putih kelabu dan massa konidium yang berwarna jingga.

Gambar. Penyakit Busuk Buah Basah pada Pala


 Pengendalian Penyakit Busuk Buah Basah dan Busuk Buah Kering pada tanaman
pala
o Menjaga kondisi kebun agar jangan terlalu lembab, dengan mengatur jarak tanam
menjadi 8 m x 10 m atau 10 m x 10 m.
o Pemupukan sesuai dengan jenis dan dosis pupuk sesuai yang direkomendasikan, agar
tanaman pala menjadi kuat sehingga tanaman dapat menghasilkan buah pala yang
banyak dan tidak mudah pecah.
o Menghilangkan sumber inokulum dengan cara mengumpulkan dan membenamkan buah-
buah yang sakit/terserang ke dalam tanah ataupun dengan cara dibakar di tempat yang
aman.
o Membersihkan gulma atau tanaman perdu lainnya di sekitar pertanaman pala agar
kondisi kebun tidak lembab.
o Mengurangi tanaman pelindung (pohon kelapa, duku, dan rambutan) pada waktu
tanaman pala berumur 4 - 5 tahun. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kelembaban di
pertanaman pala.Melakukan pemangkasan cabang dan ranting yang sudah saling
bersentuhan.
o Melakukan penyemprotan fungisida berbahan aktif mancozeb dengan konsentrasi 2 g/l
dan interval aplikasi 2 - 4 minggu sekali.

3. Penyakit busuk buah oleh serangga di Penyimpanan


Berdasarkan peranannya, serangga di penyimpanan terdiri atas hama (hama primer dan
sekunder),predator, parasit, pemakan cendawan, scavenger,foragers, dan allidentals (Rees
2004). Serangga hama merupakan penyebab kerusakan utama pada bahan pangan di
penyimpanan, diikuti oleh mikroorganisme (terutama cendawan), tungau,dan tikus. Serangan
serangga hama pada bahan pangan di penyimpanan dapat menyebabkan penurunan kualitas
bahan pangan. Sebanyak empat spesies serangga hama termasuk Ordo Coleoptera ditemukan
pada biji pala selama empat bulan penyimpanan, yaitu A.fasciculatus (Coleoptera:
Anthribidae) (Gambar 1),C. dimidiatus (Coleoptera: Nitidulidae), Oryzaephilus surinamensis
(Linnaeus) (Coleoptera: Silvanidae),dan T. castaneum.
Keberadaan dan populasi setiap spesies serangga hama di penyimpanan ditentukan antara
lain oleh adanya interaksi intra- dan interspesifik.Walaupun, pada awal penyimpanan tidak di-
temukan adanya serangga, keberadaan serangga setelah 4 bulan penyimpanan kemungkinan
disebabkan oleh migrasi serangga yang terdapat pada tumpukan-tumpukan biji pala yang
tidak digunakan untuk penelitian dan disimpan pada ruang yang sama. Keempat spesies
serangga hama yang di-temukan termasuk kelompok kumbang (OrdoColeoptera). Spesies
dari kelompok kumbang paling banyak ditemukan dibandingkan dengan kelompok serangga
lainnya di penyimpanan.A. fasciculatus terutama menyerang biji kopi,kakao, dan rempah-
rempah, antara lain bijipala. Serangannya pada biji pala membentuklubang-lubang yang tidak
beraturan sehingga menghasilkan bubuk dalam jumlah besar (Haines 1991).
Distribusi Carpophilus spp. di daerah tropik,subtropik, dan temperate. Serangga tersebut
dapat menyerang buah, terutama buah yang telah masak dan menyebabkan pembusukan.
Selain itu, Carpophilus spp. juga dapat menyerang serealia, baik sebelum maupun setelah
dipanen.C. dimidiatus dapat menyerang biji kacang tanah,pala, padi, kakao, dan jagung.
Beberapa spesies Carpophilus dapat ditemukan di lapangan dandi penyimpanan pada
sebagian besar komoditas(Haines 1991).

 Upaya Penanganan yang dapat dilakukan


Penanganan pascapanen biji pala yang layak untuk mencegah serangan serangga,
yaitu biji pala berasal dari buah pala dipetik dari pohon,biji pala bercangkang
dikeringkan baik dengan bantuan sinar matahari maupun pengasapan, dan penyimpanan
biji bercangkang

Anda mungkin juga menyukai