Pemberdayaan Masyarakat Swot
Pemberdayaan Masyarakat Swot
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam hal ini Puskesmas dituntut untuk selalu meningkatkan keprofesionalan dari para
pegawainya serta meningkatkan fasilitas atau sarana kesehatannya untuk memberikan kepuasan
kepada masyarakat pengguna jasa layanan kesehatan. Semakin ketatnya persaingan serta
pelanggan yang semakin selektif dan berpengetahuan mengharuskan Puskesmas selaku salah
satu penyedia jasa pelayanan kesehatan untuk selalu meningkatkan kualitas pelayanannya. Untuk
dapat meningkatkan kualitas pelayanan, terlebih dahulu harus diketahui apakah pelayanan yang
telah diberikan kepada pasien atau pelanggan selama ini telah sesuai dengan harapan atau belum.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang yang dikemukakan diatas maka diambil sebuah rumusan masalah
bagaimanakah mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas ?
1
C. TUJUAN
3. Untuk mengetahui factor – factor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan
hambatan dari pelayanan kesehatan di Puskesmas melalui pendekatan analisis SWOT
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP PUSKESMAS
Menurut DepKes RI (2004), Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten atau Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
suatu wilayah kesehatan.
Sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan kabupaten / kota (UPTD), Puskesmas
berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional dinas kesehatan
kabupaten/kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan
kesehatan di Indonesia.
b. Pembangunan Kesehatan
c. Pertanggungjawaban Penyelenggaraan
d. Wilayah Kerja
Secara Nasional standar wilayah kerja puskesmas adalah satu Kecamatan, tetapi apabila
di satu Kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja
dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau
RW). Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggung jawab langsung
kepada Dinas K esehatan kabupaten/kota.
B. FUNGSI PUSKESMAS
3
a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan
masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri
sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan
kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut menetap, menyelenggarakan dan
memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat
ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya social budaya
masyarakat setempat.
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi dengan tujuan
utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat
jalan dan untuk puskesmas tertentu di tambahkan dengan rawat inap.
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik dengan tujuan
utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut
antara lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi,
peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai
program kesehatan masyarakat lainnya.
Setiap Puskesmas mempunyai pelayanan didalam gedung atau diluar gedung, menurut
jumlah sasaran dan wilayah kerjanya. Sesuai status puskesmas, perawatan atau non perawatan,
4
bisa melaksanakan kegiatan pokok, maupun pengembangan, tergantung kemampuan sumber
daya manusia dan sumber daya material. Adapun 9 (sembilan) program pokok tersebut meliputi :
Surveilens Terpadu Penyakit (STP), Pelacakan Kasus: TBC, Kusta, DBD, Malari, Flu
Burung, Infeksi Saluran Peranafasan Akut (ISPA), Diare, Infeksi Menular Seksual (IMS),
Penyuluhan Penyakit Menular
c. Program Pengobatan :
Pengobatan Dalam Gedung : Poli Umum, Poli Gigi (Rawat Jalan), Apotek,, Unit Gawat
Darurat (UGD), Perawatan Penyakit (Rawat Inap), Pertolongan Persalinan (Kebidanan).
Pengobatan Luar Gedung : Rujukan Kasus, Pelayanan Puskesmas Keliling (Puskel)
ANC (Antenatal Care), PNC (Post Natal Care), Pertolongan Persalinan, Rujukan Ibu
Hamil Risiko Tinggi, Pelayanan Neonatus, Kemitraan Dukun Bersalin, Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS)
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR), Imunisasi Calon Pengantin (TT Catin),
Pelayanan KB Pasangan Usia Subur (PUS), Penyuluhan KB
Penimbangan Bayi Balita, Pelacakan dan Perawatan Gizi Buruk, Stimulasi dan Deteksi
Dini Tumbuh Kembang Anak, Penyuluhan Gizi
5
i. Program Pencatatan dan Pelaporan :
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) disebut juga Sistem
Informasi dan Manajemen Puskesmas (SIMPUS)
a. Kepala puskesmas
b. Unit tata usaha yang bertanggung jawab membantu kepala puskesmas dalam
pengelolaan:
c) Keuangan
Unit puskesmas pembantu, Unit puskesmas keliling, dan Unit bidan di desa/komunitas
a. Petugas Medis
a) Dokter Umum : melakukan pelayanan medis di poli umum, puskel, pustu, posyandu.
6
c) Dokter Spesialis : khusus untuk puskesmas rawat inap bagus juga ada kunjungan dokter
spesialis sebagai dokter konsultan, misalnya : dokter ahli anak, kandungan dan penyakit dalam.
a) Bidan : pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA), pelaksana asuhan kebidanan.
c) Perawat Gigi : pendamping tugas dokter gigi, pelaksana asuhan keperawatan gigi.
7
Jika terjadi kesenjangan atau penyimpangan harus segera diatasi. Setiap penyimpangan harus
dapat dideteksi sedini mungkin, dicegah, dikendalikan, atau dikurangi. Melalui pelaksanaan
fungsi P3 Puskesmas, hasil pelaksanan kegiatan dan program Puskesmas yang telah dicapai
dibandingkan dengan standar kinerja program Puskesmas yang tertuang dalam tujuan, target,
standar mutu pelayanan, standard operating procedure Puskesmas. Masalah yang banyak terjadi
dalam organisasi pelayanan sektor publik termasuk Puskesmas adalah masih lemahnya fungsi
P3, sehingga terjadi peyimpangan atau kesenjangan antara yang direncanakan dengan yang
dilaksanakan. Pengawasan, pengendalian, dan penilaian mempunyai makna dan esensi yang
sama yaitu proses pemantauan, penilaian, dan pelaporan keberhasilan suatu kegiatan dan
program dalam rangka pencapaian tujuan organisasi, adanya penetapan standar, tolok ukur dan
kriteria, adanya pengukuran hasil kegiatan dan program, adanya pembandingan hasil kinerja
pegawai dan organisasi dengan standar, dan adanya pengambilan tindakan korektif bila
diperlukan.
Untuk dapat melakukan P3 Puskesmas dengan baik ada 2 ( dua ) hal yang perlu
diperhatikan, yaitu:
a. Obyek P3 Puskesmas
Yang dimaksud dengan obyek P3 Puskesmas adalah hal-hal yang harus diawasi,
dikendalikan dan dievaluasi. P3 Puskesmas sebaiknya mencakup 10 jenis objek yang perlu
dijadikan sasaran P3 Puskesmas, yaitu:
a) Hasil cakupan kegiatan dan program Puskesmas baik upaya kesehatan wajib, upaya
kesehatan pengembangan, maupun upaya kesehatan inovatif: Dilakukan dengan membandingkan
pencapaian hasil kegiatan dengan arget yang telah ditetapkan dalam Rencana Operasional
Puskesmas;
d) Manajemen Obat dan Alat kesehatan (Pengelolaan obat dan alat kesehatan di gudang dan
pelayanan obat alat kesehatan di Puskesmas) : Permintaan dan penerimaan obat alat kesehatan,
pemeriksaan obat alat kesehatan yang diragukan kualitasnya, lokasi dan kelengkapan
penyimpanan obat alat kesehatan di gudang, sarana gudang obat alat kesehatan Puskesmas,
fasilitas penyimpanan, proses distribusi, kegiatan dan proses pelayanan obat dan alat kesehatan,
cara penyerahan dan pemberian informasi, membuat indikator peresepan;
8
e) Manajemen Keuangan yaitu pengelolaan pemasukan dan penggunaan keuangan kegiatan
rutin dan program Puskesmas serta keuangan program Jamkesmas: Puskesmas mempunyai buku
adminisrasi keuangan/buku kas berisi uang masuk dan uang keluar berdasarkan kegiatan dan
sumber anggaran setiap bulan, laporan pertanggungjawaban keuangan program Jamkesmas
tahunan. Pimpinan Puskesmas seyogyanya melakukan pemeriksaan keuangan secara berkala;
j) Objek yang bersifat strategis: Misalnya pengawasan tentang penggunaan jarum suntik
untuk mencegah penyakit menular melalui suntikan (Hepatitis C, HIV/AIDS, dan sebagainya),
jenis, jumlah dan kualitas vaksin yang tersedia, dan sebagainya.
b. Sasaran P3 Puskesmas
a) kinerja pegawai dan organisasi baik kuantitas maupun kualitas layanan kesehatan,
9
H. EVALUASI PELAYANAN PUSKESMAS DENGAN ANALISIS SWOT
a) Strength (kekuatan) :
· Puskesmas telah didirikan di hampir seluruh pelosok tanah air. Untuk menjangkau seluruh
wilayah kerja, Puskesmas diperkuat dengan Puskesmas Pembantu serta Puskesmas Keliling.
Kecuali itu untuk daerah yang jauh dari sarana pelayanan rujukan, Puskesmas dilengkapi dengan
fasilitas rawat inap. Juga ditunjang oleh Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM)
berupa Posyandu, Pondok Bersalin Desa (Polindes)-Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)-Desa
Siaga, dan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) – Usia Lanjut, dan lain-lain;
· Adanya wilayah kerja tertentu yang menjadi tugas tanggung jawab dan pangsa pasar
Puskesmas;
· Adanya tenaga kesehatan Puskesmas yang telah ditempatkan di sarana kesehatan baik di
Puskesmas Induk, Puskesmas Pembantu, BalaiPengobatan Desa, Pos Kesehatan Desa, dan Bidan
Desa di wilayah kerja Puskesmas;
· Adanya pola struktur organisasi dan tata kerja (SOTK) Puskesmas yang merujuk pada
Peraturan Menteri Dalam Negeri No.23 Tahun 1994 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja
Puskesmas dan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan
Dasar Puskesmas yang ditetapkan oleh Peraturan Daerah;
10
· Adanya standard operating procedure (SOP)/Prosedur tetap (Protap), seperti Protap
pelayanan kesehatan di dalam gedung Puskesmas, Protap Posyandu, dan sebagainya;
· Adanya dukungan dan kerjasama serta kemitraan lintas program di Puskesmas dan lintas
sektoral tingkat kecamatan;
· Adanya sistem informasi manajemen Puskesmas (SIMPUS) yang bersumber dari sistem
pencatatan dan pelaporan Puskesmas (SP3), sistem informasi posyandu (SIP), laporan sarana
kesehatan swasta, laporan lintas sektor, dan lain-lain;
b) Weakness (kelemahan):
· Visi, misi, dan tujuan Puskesmas belum dipahami sepenuhnya oleh pimpinan dan staf
Puskesmas. Hal ini dapat melemahkan komitmen, dukungan, dan keikutsertaan mereka dalam
mengembangkan fungsi Puskesmas. Mereka terperangkap oleh tugas-tugas rutin yang bersifat
kuratif yang kebanyakan dilakukan di dalam gedung Puskesmas. Akibatnya, kegiatan Puskesmas
di luar gedung yang bersifat promotif dan preventif kurang mendapatkan perhatian.
· Upaya kesehatan masih menitikberatkan pada upaya kuratif dan belum menitikberatkan
pada upaya promotif dan preventif. Dengan kata lain belum berlandaskan pada paradigma sehat;
· Beban kerja Puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) kesehatan
kabupaten/kota terlalu berat. Pertama, karena rujukan kesehatan ke dan dari Dinas kesehatan
kabupaten/kota kurang berjalan. Kedua, karena Dinas kesehatan kabupaten/kota yang sebenarnya
bertanggung jawab penuh terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan secara menyeluruh di
wilayah kabupaten/kota lebih banyak melaksanakan tugas-tugas administratif;
· Pengelolaan Puskesmas, meskipun telah ditetapkan merupakan aparat daerah tetapi masih
masih terlalu bersifat sentralistis. Puskesmas dan daerah belum memiliki keleluasaan
menetapkan kebijakan program yang sesuai dg kebutuhan masy setempat, yang tentu saja tidak
sesuai lagi dengan era desentralisasi;
· Kegiatan yang dilaksanakan Puskesmas kurang berorientasi pada masalah dan kebutuhan
kesehatan masyarakat setempat. Setiap Puskesmas dimanapun berada menyelenggarakan upaya
kesehatan ang sama;
11
· Waktu kerja efektif pegawai Puskesmas di beberapa Puskesmas berlangsung antara jam
08.00 sampai dengan 11.00. Selama waktu tersebut, kegiatan mereka hanya melayani masyarakat
yang berkunjung ke Puskesmas. Waktu antara jam 11.00 sampai dengan jam 14.00 belum
dimanfaatkan secara optimal untuk mengembangkan peran mereka sebagai petugas kesehatan
masyarakat;
· Ketidakefisienan Puskesmas juga tampak dari pemanfaatan ruang rawat inap di beberapa
Puskesmas dengan tempat perawatan. Kurang tegasnya pemisahan antara tugas pokok untuk
melakukan perawatan pasien rawat inap dengan pelayanan kesehatan masyarakat merupakan
salah satu kendala pengembangan upaya kesehatan promotif dan preventif di Pukesmas dengan
tempat perawatan;
· Citra Puskesmas masih kurang baik, utamanya yang berkaitan mutu,penampilan fisik
Puskesmas kurang bersih dan nyaman, disiplin, profesionalisme, dan keramahan petugas dalam
pelayanan kesehatan yang masih lemah;
· Belum tersedianya sumber daya Puskesmas yang memadai seperti ketersediaan tenaga
belum sesuai standar ketenagaan Puskesmas dan penyebaran tidak merata, kemampuan dan
kemauan petugas belum memadai, penanggung jawab program Puskesmas belum memiliki
kemampuan manajerial program, pengembangan sumber daya tenaga kesehatan tidak
berorientasi pada kebutuhan Puskesmas atau program, namun seringkali merupakan keinginan
dari pegawai yang bersangkutan; kurangnya tanggung jawab, motivasi, dedikasi, loyalitas dan
kinerja petugas Puskesmas;
· Ketersediaan obat-obatan baik jenis maupun jumlahnya terbatas, alat kesehatan juga
kurang memadai, dana operasional maupun program sangat kurang dan hanya bersumber dari
persentase pengembalian retribusi Puskesmas dengan besaran yang bervariasi di setiap
kabupaten/kota;
· Belum tersedianya data dan informasi registrasi vital tentang kependudukan dan program
kesehatan yang saheh dan akurat;
12
· Jumlah kader kesehatan masih kurang, tingginya drop out kader, adanya kejenuhan dari
kader, sulitnya mencari kader baru, kurangnya dana stimulasi kader, kurangnya sarana kegiatan
kader seperti buku pegangan kader, sarana pencatatan dan pelaporan kegiatan kader dan
sebaginya;
a) Opportunity (kesempatan/peluang)
· Amandemen UUD 1945 Pasal 28 H yang menyatakan, bahwa setiap warga negara berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal merupakan dukungan landasan hukum untuk
menciptakan peluang pemerintah dan masyarakat dalam mempercepat upaya pemerataan
pelayanan dan peningkatan mutu;
· Reformasi yang menuntut adanya transparansi, akuntabilitas, good government, dan lain-
lain dalam segala bidang yang merupakan tuntutan rakyat membuka peluang yang besar bagi
perbaikan system dan tata nilai di pelbagai bidang, termasuk bidang kesehatan;
· Kesepakatan para Bupati/Walikota tanggal 28 Juli 2000 untuk menyediakan alokasi dana
kesehatan minimal 15% dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) atau 5% dari
Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan peluang yang besar bagi Puskesmas
untuk mengembangkan program-program kesehatan di wilayah kerjanya dengan dukungan
anggaran yang memadai;
· Secara politis program kesehatan termasuk dalam 3 (tiga) besar prioritas pembangunan,
yakni pendidikan, kesehatan, dan ekonomi;
· Adanya komitmen dan dukungan politis dari Pemerintah Daerah dan DPRD
Kabupaten/Kota untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat;
13
· Adanya Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) bidang kesehatan seperti Pokjanal
Posyandu diberbagai tingkatan administrasi pemerintahan yang merupakan forum kerjasama
lintas sektoral untuk membina, membimbing, memantau, menilai dan mengembangkan Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) seperti Posyandu, Desa Siaga, dan sebagainya;
· Kemajuan pengetahuan dan teknologi dalam bidang kesehatan memberi peluang untuk
mempercerat peningkatan pemerataan pelayanan serta kualitas pelayanan Puskesmas;
· Adanya peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan berupa UKBM antara lain
Posyandu, Polindes, Poskesdes, Posbindu, dan lain-lain;
· Adanya sumber dana untuk pembiayaan kesehatan yang bersumber dari masyarakat
melalui program JPKM, Dana Sehat Masyarakat, Dana Sehat Sekolah, Dana Sosial Ibu Bersalin
(Dasolin), jimpitan, dana kematian, dan sebagainya;
· Adanya dana stimulasi dari Pemerintah daerah untuk Dana Sosial Ibu Bersalin (Dasolin)
yang dapat dikembangkan menjadi Dana Sehat berpola JPKM;
· Adanya komitmen dan dukungan dari stakeholder serta tokoh masyarakat terhadap
program Puskesmas;
· Adanya kader kesehatan, dokter kecil, Palang Merah Remaja, Paraji dan sebagainya;
· Adanya momentum program kesehatan yang strategis seperti Gerakan Sayang Ibu, Desa
Siaga, Gerakan Terpadu Nasional, dan lain-lain;
14
· Keadaan geografis yang dapat dijangkau oleh kendaraan, serta tersedianya sarana
transportasi dan komuniksi yang sudah menjangkau seluruh wilayah kerja Puskesmas.
b) Threat (ancaman/rintangan/tantangan)
15
Puskesmas dijadikan revenue center (pusat pendapatan) untuk meningkatkan Pendapatan
Asli Darah (PAD) yang mengakibatkan upaya kesehatan terkonsentrasi pada upaya
kuratif dan rehabilitative serta mengesampingkan upaya promotif dan preventif;
Pemanfaatan tenaga dan sarana kesehatan Puskesmas masih kurang, termasuk
pemanfaatan Bidan Desa, dimana Bidan Desa lebih banyak dimanfaatkan sebagai tenaga
kuratif dan kurang dimanfaatkan dalam upaya promotif dan preventif;
Masih adanya persalinan oleh dukun paraji dan belum terjalin kemitraan antara Bidan
Desa dengan dukun paraji;
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masih belum memasyarakat dan membudaya
baik PHBS rumah tangga, sarana kesehatan, institusi pendidikan, tempat kerja, maupun
tempat-tempat umum.
16
BAB III
KESIMPULAN
a) merubah paradigma berupa paradigma sehat yakni upaya kesehatan menitikberatkan pada
upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif,
c) mempunyai daya ungkit besar terhadap penurunan AKI dan AKB seperti program
e) upaya kesehatan Puskesmas memfokuskan pada program pokok utama (Basic – six.).
17
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. Sekretaris Jenderal. 2002. Paradigma Sehat Menuju Indonesia
Sehat 2010. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2003. Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan (Keputusan
Menteri Kesehatan RI No.1457Menkes/SK/X/ 2003). Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2004. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota (Keputusan MenteriKesehatan RI
No.1091/Menkes/SK/X/2004). Jakarta.
18