Anda di halaman 1dari 9

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. ASPEK HUKUM

Pada Pasal 30 UU No. 3 Tahun 2022 menetapkan bahwa tanah di IKN

ditetapkan sebagai Barang Miliki Negara (BMN) dan/atau aset dalam

penguasaan Otorita IKN. Namun, penetapan ini harus dilakukan dengan

memperhatikan HAT masyarakat adat. Hal ini perlu cukup menjadi perhatian

dikarenakan tidak adanya PEMDA untuk tanah adat sekitar penajam.

Sementara, di dalam UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, dinyatakan

bahwa Masyarakat hukum adat diakui keberadaannya, jika menurut

kenyataannya memenuhi unsur antara lain:1

 Masyarakatnya masih dalam bentuk paguyuban

 Ada kelembagaan dalam bentuk perangkat penguasa adatnya

 Ada wilayah hukum adat yang jelas

 Ada pranata dan perangkat hukum, khususnya peradilan adat, yang

masih ditaati

 Masih mengadakan pemungutan hasil hutan di wilayah hutan

sekitarnya untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari

Paguyuban yang menaungi Masyarakat Hukum Adat umumnya tidak

memiliki badan hukum, sehingga sering terjadi kesulitan ketika masyarakat

1
Yanti Fristikawati, Nugroho Adi Pradana “Perlindungan Lingkungan, dan Pembangunan Ibukota
Negara (IKN) Dalam Tinjauan Hukum”
tersebut memperjuangkan haknya. Masyarakat Hukum Adat tidak memiliki

kekuatan subyek hukum yang dianggap setara dengan pihak lawannya ketika

terjadi sengketa atau perebutan lahan2. Oleh karena itu, salah satu langkah

hukum yang dapat diambil adalah setiap Masyarakat Hukum Adat membentuk

sebuah perkumpulan. Menurut Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 3

Tahun 2016, perkumpulan adalah badan hukum yang merupakan kumpulan

orang didirikan untuk mewujudkan kesamaan maksud dan tujuan tertentu di

bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan dan tidak membagikan

keuntungan kepada anggotanya. Karakteristik dari badan hukum perkumpulan

ini pun sejalan dengan Masyarakat Hukum Adat yang umumnya memiliki

kesamaan kepentingan dalam bidang sosial, agama dan kemanusiaan. 3

Dengan adanya badan hukum yang menaungi Masyarakat Hukum Adat, maka

diharapkan mereka dapat memiliki legal standing yang jelas di mata hukum

dan negara.

- Perlindungan Hak Masyarakat Hukum Adat di IKN oleh Pemerintah

Masyarakat hukum adat termasuk ke dalam subjek hukum negara yang

diakui UUD 1945 dan berbagai peraturan perundang-undangan. Pada

Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945 dinyatakan bahwa “Negara mengakui dan

menghormati kesatuankesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak

tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan

masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur

dalam undang - undang”. Selanjutnya, pada Pasal 28I juga dinyatakan

bahwa ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 juga diamanatkan bahwa


2
https://tirto.id/ciri-ciri-kelompok-sosial-paguyuban-dan-patembayan-serta-contohnya-gkuT
3
Loc.cit, ciri-ciri-kelompok-sosial-paguyuban-dan-patembayan-serta-contohnya-gkuT
“Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan

perkembangan zaman dan peradaban”.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) menyatakan

bahwa untuk menetapkan kebijakan mengenai tata cara pengakuan

keberadaan Masyarakat Hukum Adat (MHA), kearifan lokal, dan hak

Masyarakat Hukum Adat yang terkait dengan perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup tingkat provinsi adalah kewenangan

Pemerintah provinsi (Pasal 63 ayat (2) point huruf (n)). Sementara, untuk

kewenangan pada tingkat kabupaten/kota disebutkan pada pasal 63 ayat

(3) huruf (k)4 (Aden, 2022). Berkenaan dengan peraturan perundang-

undangan tersebut, sambung Herson, negara, Pemerintah dan seluruh

pemangku kepentingan memiliki kewajiban yang sama dalam melindungi

dan mengelola lingkungan hidup dengan selalu mempertimbangkan

pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan dalam setiap

kebijakan.

Tidak adanya PEMDA pada tanah adat didaerah Ibukota Baru

membuat tidak adanya kepastian hukum bagi masyarakat adat disekitar

terhadap kedudukan hak tanah adat mereka, sehingga masyarakat adat

mau tidak mau harus melepaskan tanah mereka karena tidak adanya

kepastian hukum, namun pemerintah sudah mengganti kerugian dan

membayar sejumlah uang kepada masyarakat adat atas tanah mereka yang

digunakan untuk kepentingan pembangunan Ibukota Baru.


4
https://mmc.kalteng.go.id/berita/read/39680/herson-b-aden-upaya-perlindungan-terhadap-
masyarakat- hukum-adat-penting-dibentuk-panitia
2. ASPEK SOSIAL DAN BUDAYA

Hukum adat tak terlepas dari sebuah kebudayaan masyarakat Indonesia.

Hukum adat merupakan gagasan kebudayaan yang terdiri atas nilai budaya,

norma, dan atura-aturanyang saling berkaitan satu sama lain yang menjadi

satu sistem dan memiliki sanksi. Menurut Koentjaraningrat, ada 3 (tiga)

wujud kebudayaan :

1. Wujud ideel; sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai,

norma-norma dan aturan-aturan.

2. Wujud kelakuan; sebagai suatu kompleks dari aktivitas kelakuan berpola

dari manusia dalam masyarakat.

3. Wujud fisik; sebagai benda hasil karya manusia.

Selanjutnya, adat dalam kebudayaan terbagi atas 4 (empat) tingkatan, yaitu :

1. Nilai Budaya :

 Lapisan yang paling abstrak

 Luas ruang lingkupnya

 Ide-ide yang mengkonsepsikan hal-hal yang bernilai, salah satunya

kebudayaan masyarakat

 Berakar dalam bagian emosi dari dalam jiwa manusia

2. Nilai Norma :

 Nilai budaya yang telah dikaitkan kepada pera-peranan dari

manusia dalam masyarakat


 Merupakan pedoman manusia dalam hal memainkan peranan

dalam masyarakat

3. Tingkat Hukum :

 Norma yang terang batas ruang lingkupnya

 Mengatur suatu aspek tertentu dalam kehidupan masyarakat

 Lebih banyak jumlah norma-norma yang menjadi pedoman

4. Aturan Hukum :

 Hukum yang mengatur aktivitas yang sangat jelas dan sangat

terbatas ruang lingkupnya

 Lebih konkret sifatnya

- Peran Hukum Adat Sebagai Aspek Sosial Kebudayaan

Hukum adat merupakan suatu aktivitas di dalam rangka suatu kebudayaan

yang mempunyai fungsi pengawasan sosial. Pengawasan sosial yang

dimaksud meliputi :

1. Ciri Otoritas (Attribute of Authority)

Menentukan bahwa aktivitas kebudayaan yang disebut hukum adalah

keputusan-keputusan melalui suatu mekanisme yang diberi kuasa dan

pengaruh dalam masyarakat, keputusan itu memberi pemecahan

terhadap ketegangan sosial yang disebabkan karena :

2. Ciri Kelembagaan (Attribute of Intention of Universal Applycation)

Bahwa keputusan dari pihak yang berkuasa itu harus dimaksudkan

sebagai keputusan yang mempunyai jangka waktu panjang dan harus


dianggap berlaku terhadap peristiwa-peristiwa yang serupa dalam

masa yang akan datang.

3. Ciri Kewajiban (attribute of Obligation)

Bahwa keputusan dari pemegang kuasa harus mengandung rumusan

hak dan kewajiban dari para individu yang hidup.

4. Ciri Penguat (Attribute of Sanction)

Bahwa keputusan dari pihak yang memegang kuasa harus dikuatkan

dengan sanksi.

Hukum adat dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk budaya hukum

yang masyarakatnya terapkan secara turun termurun untuk mengatur

pedoman hidup bermasyarakat. Kehidupan masyarakat terikat oleh

solidaritas akan persamaan kepentingan dan kesadaran. Sebagai budaya

hukum, hukum adat merupakan formulasi aturan yang pembentukannya

tanpa melalui legislatif, melainkan lahir dari opini-opini popular dan

diperkuat oleh sanksi yang bersifat kebiasaan.

Dengan bentuknya sebagai kebiasaan itulah, maka budaya hukum

yang ada dalam suatu masyarakat hukum adat cenderung tidak tertulis.

Karakterlain dari budaya hukum dalam suatu masyarakat adat adalah

senantiasa mempertimbangkan dan memerhatikan kondisi psikologi

anggota masyarakat, sehingga substansi fungsi dari aplikasi ketaatan akan

hukum atas rasa moralitas kebiasaan yang telah tertanam sejak dahulu.

3. FUNGSI TANAH

A. PEMUKIMAN
Tanah adalah salah satu sumber daya alam yang sangat penting untuk

manusia, salah satunya untuk pemukiman warga dan pemukiman ini juga

menjadi tempat Perkebunan atau tempat untuk warga sekitar Bertani untuk

memenuhi kebutuhan pangan mereka.

B. KEHIDUPAN DAN PENDIDIKAN

Kehidupan dan Pendidikan masyarakat disekitar daerah pembangunan

masih jauh dari yang namanya sejahtera, mata pencarian masyarakat

sekitar rata-rata berprofesi sebagai pekerja diperkebunan sawit dan karet,

namun profesi seperti buruh kasar, karyawan Perusahaan, guru, aparatu

pemerintahan desa/PNS serta anggota DPRD kabupaten Penajam Paser

juga ditemukan dilokasi analisis. Penghasilan masyarakat diwilayah

Sepaku (Ibukota Baru) sebesar Rp. 500.000,- hingga Rp. 3.000.000,-

perbulannya. Namun demikian angka penghasilan tersebut tidak dapat

menggambarkan kenyataan yang sebenarnya. Hal ini dikarenakan kondisi

harga kelapa sawit maupun hasil pertanian dan perdagangan tidak stabil.

Kecuali Karyawan Perusahaan dan pegawai pemerintah memiliki

pendapatan yang stabil disana. Dengan adanya perpindahan IKN,

Ekonomi masyarakat disekitar lokasi IKN sempat meningkat, namun

demikian biaya hidup akan semakin tinggi pula. Ada rasa ketakutan terkait

dampat perpindahan IKN dikarenakan tempat mereka mencari rezeki

Sebagian terkena patok tanpa sepengetahuan mereka. Mereka menyatakan

tidak bisa berbuat apa-apa karena merasa hanya masyarakat kecil.

Masyarakat berharap IKN diwilayah baru tidak seperti DKI Jakarta

yang sering banjir. Selain itu masyarakat juga berharap tidak kekurangan
air. Selama ini masyarakat masih mengandalkan air hujan sebagai sumber

pemenuhan air. Belum ada PDAM yang masuk ke daerah wilayah IKN

Baru. Masyarakat berharap agar bendungan yang sedang dibangun didesa

Semoi Dua Bukit Raya dioptomalkan sebagaimana mestinya.

Pendidikan di daerah IKN terkhusus Kecamatan Sepaku masih sangat

minim. Masyarakat mengeluhkan bahwa harus menempuh jarak yang

sangat jauh untuk mengakses fasilitas Pendidikan. Beasiswa belum merata

dan persyaratannya cukup sulit. Menurut warga, permasalahan anggaran

yang terjadi dikabupaten PPU menyebabkan pengelolaan beasiswa ikut

terganggu. Ada ketakutan juga jika masyarakat sekitar harus bersaing

dengan masyarakat pendatang di IKN nantinya.

C. RELIGI ATAU KEAGAMAAN

Bercorak relegiues-magis: menurut kepercayaan tradisionil Indonesia, tiap

masyarakat diliputi oleh kekuatan gaib yang harus dipelihara agar

masyarakat itu tetap aman tentram dan lain-lain. Adanya pemujaan khusus

terhadap arwah-arwah nenek moyang sebagai pelindung adat istiadat yang

diperlukan oleh masyarakat. Setiap perbuatan Bersama seperti membuka

tanah, membangun rumah, menanam dan peristiwa-peristiwa penting

lainnya selalu diadakan upacara-upacara religious yang bertujuan agar

maksud tujuan mendapat berkah serta berhasil dengan baik.

- Arti religius magis adalah:

a. Bersifat kesatuan batin

b. Adanya kesatuan dunia lahir dan dunia gaib


c. Adanya hubungan dengan arwah nenek moyang dan makhluk halus

lainnya

d. Percaya adanya kekuatan gaib

e. Pemujaan terhadap arwah-arwah nenek moyang

f. Setiap kegiatan selalu diadakan upacara religi

g. Percaya adanya roh halus, hantu-hantu yang menempati alam semesta

seperti terjadi gejala alam, tumbuh-tumbuhan, Binatang, batu dan lain

sebagainya

h. Percaya adanya kekuatan sakti

i. Adanya beberapa pantangan.

Anda mungkin juga menyukai