Anda di halaman 1dari 42

Akuntansi Perpajakan

Ratih Kumala, S.AP., M.A., BKP


01
Siklus Akuntansi dan
Siklus Perpajakan
Perbedaan Perlakuan Transaksi Perpajakan dan Akuntansi
Definisi Akuntansi
Ø Akuntansi adalah sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan
kondisi perusahaan.
Ø Akuntansi sebagai proses mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan
informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian dan
keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yg menggunakan informasi
tersebut.

Di bidang Perpajakan sering disebut Akuntansi Komersial

Laporan Keuangan Komersial


Laporan Keuangan Komersial

01 LAPORAN LABA 03 LAPORAN POSISI


KEUANGAN (NERACA)
RUGI

02 LAPORAN PERUBAHAN 04 LAPORAN ARUS


EKUITAS
KAS (CASHFLOW)
Akuntansi & Pembuatan Keputusan Ekonomi
PSAK 1

TUJUAN LAPORAN KEUANGAN

Memberikan informasi mengenai


posisi keuangan, kinerja keuangan
dan arus kas entitas yang bermanfaat
bagi sebagian besar kalangan
penggunaan laporan dalam
pembuatan keputusan ekonomi
Major Internal & External Stakeholder Groups

Investors
Government
Community

Board of Directors
Analysts Management Suppliers
Employees

Customers Employees
Creditors
Laporan Keuangan Relevan & Reliable

• Pasar Modal yang


Standar
Kerangka efisien
Akuntansi
Konseptual • Keputusan yang
Berkualitas
tepat

Laporan
Manajemen
Keuangan yang Informasi yang
Corporate
Relevan dan berkualitas
Governance
Reliable

Independen
Dampak Informasi
assimetri
Kualitas
Standar Audit 1. Adverse
Audit
selection
2. Moral hazard
Kompeten
Konsep Penyusunan Laporan Keuangan

Objectives
of Financial
Reporting

Qualitative Elements
Characteristics of Financial
of Information Statements
Accounting

Recognition and Measurement Concepts

Assumptions Principles Constraints


Siklus Akuntansi Komersial & Fiskal
Dokumen Jurnal
Buku Besar Neraca saldo
Sumber transaksi

Laporan
Rekonsiliasi SPT Tahunan
Keuangan
Fiskal PPh Badan
(Laba Rugi)

Koreksi Fiskal

Perbedaan temporer Perbedaan permanen


PSAK 46
(koreksi positif/negatif) (koreksi positif/negatif)
Niswonger dan Fees (Accounting
Principles, 2007):
Akuntansi perpajakan dirumuskan
sebagai bagian dari akuntansi
yang menekankan kepada
penyusunan surat pemberitahuan
pajak (tax return) dan
pertimbangan konsekuensi
perpajakan terhadap transaksi
atau kegiatan perusahaan dalam
rangka pemenuhan kewajiban
perpajakan (tax compliance).
Persamaan Prinsip Akuntansi &
Akuntansi Perpajakan
Kesatuan Ekonomi Kesinambungan Usaha Harga Pertukaran
Pemisahan yang jelas (Going Concern) yang Obyektif/Wajar
antara perusahaan Historical Cost & Independent Price (Arm’s
dengan pemilik Periodisasi Length Price)

Matching Cost Against Revenue Konsisten


Mempertemukan pendapatan dan beban Jika ada perubahan metode akuntansi/
yang paling tepat berdasarkan Stelsel pembukuan harus diungkapkan dalam laporan
keuangan à secara fiscal harus mendapat
persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak
Kewajiban Pembukuan & Pencatatan

Pembukuan Pencatatan

WP Orang Pribadi
WP Orang Pribadi WP tertentu yang
yang melakukan
kegiatan usaha atau
Badan menggunakan Norma
Penghtungan
pekerjaan bebas Penghasilan Neto

Tata Cara Penyelenggaraan Pembukuan


dengan Menggunakan Bahasa Asing dan
Satuan Mata Uang selain Rupiah

Peraturan Menteri Keuangan No.24/PMK.011/2012


Ketentuan Perpajakan
● Pasal 1 angka 29 UU KUP à Pengertian Pembukuan
● Pasal 28 ayat (1) UU KUP Jo Pasal 14 ayat (1) UU PPh
No.36/2008 à Kewajiban
● Pasal 28 ayat (2) UU KUP à Dikecualikan dari Kewajiban
Pembukuan tetapi Wajib Pencatatan
● Pasal 28 (3), (4), (5), (7) UU KUP à Syarat Pembukuan
● Pasal 28 (6) UU KUP à Perubahan Tahun Buku dan/atau
Metode Pembukuan
● Pasal 28 ayat (9) UU KUP à Pengertian Pencatatan
● Pasal 28 ayat (11) UU KUP à Kewajiban Penyimpanan
Buku/Catatan/Dokumen
● Pasal 28 ayat (12) UU KUP dan Peraturan Menkeu (Keputusan
Dirjen Pajak KEP-520/PJ./2000) à Kegiatan Pencatatan

Mari membaca langsung…


Ketentuan Perpajakan
UU KUP MENGENAI

Pasal 1 angka 29 Pengertian Pembukuan

Pasal 28 ayat (1) Jo Pasal 14 ayat (1) Kewajiban Pembukuan


UU PPh No.36/2008

Pasal 28 ayat (2) Dikecualikan dari Kewajiban Pembukuan tetapi Wajib


Pencatatan

Pasal 28 (3), (4), (5), (7) Syarat Pembukuan

Pasal 28 (6) Perubahan Tahun Buku dan/atau Metode Pembukuan

Pasal 28 ayat (9) Pengertian Pencatatan

Pasal 28 ayat (11) Kewajiban Penyimpanan Buku/Catatan/Dokumen

Pasal 28 ayat (12) Kegiatan Pencatatan

Mari membaca langsung…


02
Akuntansi Pajak
Penghasilan
Penghitungan dan Penjurnalan
Pemotongan & Pemungutan PPh
1. Pemotongan dan pemungutan Pajak Penghasilan:
● PPh Pasal 21/26
● PPh Pasal 22
● PPh Pasal 23
● PPh Pasal 4 (2)

2. Pajak Penghasilan Tahun Berjalan (PPh Pasal 25)


3. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN dan PPnBM)
4. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah & Bangunan (BPHTB), dan
Bea Materai

q REVIEW
● Akuntansi Umum
● Koreksi Fiskal
● PPh Witholding Tax
● PPN
● Saldo Normal
Pemotongan VS Pemungutan
PEMOTONGAN
PPh Pasal 21
PPh Pasal 23
PPh Pasal 4 (2)
PPh Pasal 26
PEMUNGUTAN 100 – X% X
%

PPh Pasal 22 X
PPN %
100%

Mari melihat kasusnya …


PPh Pasal 21

Terutang pada
saat dilakukan PER
pembayaran Terutang setiap
atau pada saat
32/PJ/2015 masa pajak
terutangnya

Saat terutang untuk setiap masa pajak adalah akhir bulan


dilakukannya pembayaran atau pada akhir bulan
terutangnya penghasilan yang bersangkutan.
Mari melihat kasusnya …
PPh Pasal 21 – Ilustrasi Kasus
Bapak Ami pegawai pada perusahaan PT A, menikah tanpa anak, memperoleh gaji
sebulan Rp7.000.000. PT A mengikuti program Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan
Kerja dan premi Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-
masing 0,50% dan 0,30% dari gaji. PT A menanggung iuran Jaminan Hari Tua setiap
bulan 3,70% dari gaji sedangkan Bapak Ami membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar
2,00% dari gaji setiap bulan. Disamping itu PT A juga mengikuti program pension untuk
pegawainya.

PT A membayar iuran pensiun untuk Bapak Ami ke dana pensiun untuk Bapak Ami ke dana
pensiun, yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar
Rp.100.000, sedangkan Bapak Ami membayar iuran pensiun sebesar Rp.50.000. Pada bulan ini
Bapak Ami hanya menerima pembayaran berupa gaji.
PPh Pasal 21 – Ilustrasi Kasus
Gaji 7.000.000
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja 35.000
Premi Jaminan Kematian 21.000
------------------
Penghasilan bruto 7.056.000

Pengurangan:
1. Biaya jabatan 5% x Rp7.056.000 352.800
2. Iuran Pensiun 50.000
3. Iuran Jaminan Hari Tua (2% x Rp7.000.000) 140.000
------------------
542.800
------------------
Penghasilan neto sebulan 6.513.200
Penghasilan neto setahun (12 x Rp6.513.200) 78.158.400

PTKP
- Untuk WP Sendiri 54.000.000
- Tambahan karena menikah 4.500.000
------------------
58.500.000
-----------------
Penghasilan Kena Pajak setahun 19.658.400
Pembulatan 19.658.000

PPh Pasal 21 terutang 5% x Rp19.658.000 982.900


PPh Pasal 21 per bulan Rp982.900 : 12 81.908
PPh Pasal 21 – Ilustrasi Kasus
Jurnal Akuntansi
1. Saat pemotongan pajak atas pembayaran gaji setiap bulan
Biaya Gaji 7.000.000
Biaya Asuransi – JKK 35.000
Biaya Asuransi – Jaminan Kematian 21.000
Asuransi – JKK Terutang 35.000
Asuransi – Jaminan Kematian Terutang 21.000
Iuran Pensiun Terutang 50.000
Iuran JHT Terutang 140.000
PPh Pasal 21 Terutang 81.908
Kas dan Bank 6.728.092

2. Saat menyetor PPh Pasal 21 ke kas negara dan pembayaran


pensiun via bank:
PPh Pasal 21 Terutang 81.908
Asuransi – JKK Terutang 35.000
Asuransi – Jaminan Kematian Terutang 21.000
Iuran Pensiun Terutang 50.000
Iuran JHT Terutang 140.000
Kas dan Bank 327.908

Adakah Jurnal yang kurang di atas?


PPh Pasal 22
Saat terutang PPh Pasal 22

Dana
APBN/APBD :
Impor barang :
saat
bersamaan pembayaran
pembayaran 254/PMK.03/
Bea Masuk 2001
(BM)
Premix, super
TT, dan gas
Jika BM atas penjualan
Ditunda : Saat hasil
penyelesaian Industri produksinya :
PIB semen, kertas, saat DO
baja dan
otomotif : saat
penjualan
Mari melihat kasusnya …
PPh Pasal 22 – Ilustrasi Kasus
PT B adalah produsen semen Roda dan menjual semen kepada PT C distributor semen, senilai Rp600.000.000
secara tunai. Tarif PPh Pasal 22 atas penjualan sebesar 0,25% dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
Jurnal oleh PT B selaku Pemungut PPh 22:

Saat terjadi transaksi:


Kas dan Bank 661.500.000
PPh Pasal 22 terutang 1.500.000
Penjualan 600.000.000
Utang PPN 60.000.000

Saat penyetoran PPh Pasal 22:


PPh Pasal 22 terutang 1.500.000
Kas dan Bank 1.500.000

Jurnal oleh PT C selaku Pihak yang Dipungut:

Saat terjadi transaksi:


Pembelian 600.000.000
PPh Pasal 22 – Dibayar Dimuka 1.500.000
PPN – Masukan 60.000.000
Kas dan Bank 661.500.000

Saat pengkreditan PPh Pasal 22 di PPh Badan terutang akhir tahun:


PPh terutang 1.500.000
PPh Pasal 22 – Dibayar Dimuka 1.500.000

Adakah Jurnal yang kurang di atas?


PPh Pasal 23

“Atas penghasilan tersebut di bawah ini dengan nama dan


dalam bentuk apapun yang dibayarkan, disediakan untuk
dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh
badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri,
penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan
perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam
negeri atau bentuk usaha tetap, dipotong pajak oleh pihak yang
wajib membayarkan …” (Pasal 23 UU Nomor 36 Tahun 2008)
PPh Pasal 23 – Ilustrasi Kasus
PT E menyewa alat sebesar dengan harga sewa 120 juta per tahun dari PT F dengan pembayaran tiap tengah
tahun dimuka (semi annual)
Atas pembayaran sewa sebesar Rp60 juta tiap semester, maka jurnal
yang terkait:

Bagi PT E (Pihak yang membayar):


- Saat Pembayaran Sewa:
Sewa Dibayar Dimuka 60.000.000
PPh Pasal 23 terutang 1.200.000
Kas dan Bank 58.800.000

- Saat menyetor PPh Pasal 23 ke kas negara:


PPh Pasal 23 terutang 1.200.000
Kas dan Bank 1.200.000

Bagi PT F (pihak yang menerima penghasilan sewa):


Saat pembayaran :
Kas dan Bank 58.800.000
PPh Pasal 23 – Dibayar Dimuka 1.200.000
Penghasilan Diterima Dimuka 60.000.000

Saat mengkreditan PPh Pasal 23 ke PPh Badan terutang akhir tahun:


PPh Badan terutang 1.200.000
PPh Pasal 23 – Dibayar Dimuka 1.200.000

Adakah Jurnal yang kurang di atas?


PPh Pasal 4 ayat 2
Penghasilan di bawah ini dapat dikenai pajak bersifat final:
a. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya. Bunga
obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang
dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;
b. penghasilan berupa hadiah undian;
c. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi
derivative yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan
saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan
pasangannya yang diterima oleh perusahaan model ventura;
d. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau
bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan
atas tanah dan bangunan; dan
e. Penghasilan tertentu lainnya;
yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah (Pasal 4 ayat
2 UU PPh Nomor 36 Tahun 2008).
PPh Pasal 4 ayat 2 – Ilustrasi Kasus

PT G membayar sewa kantor sebesar Rp.100.000.000 pada 1 Januari kepada PT XYZ. Atas sewa bangunan
dikenakan PPh final 10%.
Jurnal yang terkait dengan transaksi di atas:

Pihak yang membayar sewa:


Sewa Kantor Dibayar Dimuka 100.000.000
PPh Final – Terutang 10.000.000
Kas dan Bank 90.000.000

Pihak yang menerima penghasilan:


Kas dan Bank 90.000.000
Beban PPh Final not creditable à 10.000.000
Penghasilan Sewa Diterima Dimuka 100.000.000

Adakah Jurnal yang kurang di atas?


PPh Pasal 25
v Besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk
setiap bulan adalah sebesar Pajak penghasilan yang terutang menurut SPT PPh Tahun Pajak yang lalu
dikurangi dengan (kredit pajak):

q Pajak Penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 23 serta
Pajak Penghasilan yang dipungut sebagaimana dimaksud dalam PPh Pasal 22; dan
q Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24,
dibagi 12 (dua belas) atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.

v Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk bulan-bulan sebelum SPT
Tahunan Pajak PPh disampaikan sebelum batas waktu penyampaian SPT Tahunan PPh sama dengan
besarnya angsuran pajak untuk bulan terakhir tahun pajak yang lalu.

v Apabila dalam tahun pajak berjalan diterbitkan Surat Ketetapan Pajak untuk tahun pajak yang lalu,
besarnya angsuran pajak dihitung Kembali berdasarkan Surat Ketetapan Pajak tersebut dan berlaku
mulai bulan berikutnya setelah bulan penerbitan Surat Ketetapan Pajak .
PPh Pasal 25 – Ilustrasi Kasus
PT G memiliki data Pajak Penghasilan yang terutang berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan sbb:

Pajak Penghasilan Terutang Rp.50.000.000

Dikurangi:
Pajak Penghasilan yang dipungut oleh pihak lain (Pasal 22) Rp.25.000.000
Pajak Penghasilan yang dipotong oleh pihak lain (Pasal 23) Rp.10.000.000
Kredit Pajak Penghasilan luar negeri Rp 0 (+)
Jumlah Kredit Pajak Rp.35.000.000
Selisih Rp.15.000.000

Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar senndiri setiap bulan untuk tahun berikutnya adalah sebesar
Rp.1.250.000 (Rp.15.000.000 dibagi 12)
Jurnal pada saat penyetoran PPh Pasal 25 setiap bulan:
PPh Pasal 25 – Dibayar Dimuka 1.250.000
Kas dan Bank 1.250.000

Jurnal pada saat mengkreditkan PPh Pasal 25 di akhir tahun:


PPh Terutang 15.000.000
PPh Pasal 25 – Dibayar Dimuka 15.000.000

Adakah Jurnal yang kurang di atas?


03
Akuntansi Pajak
PPN & PPnBM
Penghitungan dan Penjurnalan
Pajak Pertambahan Nilai

ü PPN = pajak pertambahan nilai


ü PPN dikenakan atas setiap penyerahan barang kena pajak yang dilakukan
oleh Pengusaha Kena Pajak.
ü PPN dikenakan pada setiap level distributor
ü PPN akan ditambahkan dari harga jual, sehingga jumlah yang dibayar oleh
konsumen adalah harga jual ditambah dengan PPN.
ü PPN yang dibayar oleh konsumen akan dicatat sebagai PPN keluaran
Pajak Pertambahan Nilai
1) Pencatatan akuntansi yang harus diperhatikan adalah:

v Akun PPN Masukan (Value Added Tax – In/VAT-in)

Untuk mencatat besarnya PPN terutang yang dibayar atau dipungut atas
terjadinya transaksi pembelian BKP dan JKP.

v Akun PPN Keluaran (Value Added Tax – Out/VAT-out)

Untuk mencatat besarnya PPN terutang yang wajib dipungut atas


penyerahan BKP dan JKP kepada pihak lain.

2) Beberapa kemungkinan transaksi perolehan dan penyerahan BKP/JKP antara lain


perolehan secara tunai dan secara kredit, terdapat diskon atau tidak, terjadinya
retur barang atau tidak, terjadi penggantian Faktur Pajak yang mengakibatkan
pembetulan SPT Masa PPN, kompensasi PPN lebih bayar ke masa berikutnya.
3) Pemahaman saat terutang dan saat paling lambat penerbitan Faktur Pajak,
khususnya Faktur Pajak standar menjadi hal penting yang harus diperhatikan
oleh Wajib Pajak untuk melakukan pembukuan terkait dengan PPN secara benar.
PPN – Ilustrasi Kasus
PT ABC, telah PKP, melakukan penjualan barang secara tunai, diskon 10%, kepada PT
XYZ dengan harga jual sebesar Rp 100 juta.
Harga jual Rp 100.000.000
Potongan tunai Rp 10.000.000
Jumlah Pembayaran Rp 90.000.000
PPN (11%) Rp 9.900.000
Jumlah yang harus dibayar PT XYZ Rp 99.900.000
Potongan harga yang tercantum dalam Faktur Pajak Standar dapat mengurangi dasar
pengenaan PPN. Ayat jurnal terkait:
Bagi PT ABC selaku penjual:
Kas Rp 99.900.000
Potongan Penjualan 10.000.000
Penjualan 100.000.000
PPN Keluaran 9.900.000

Bagi PT XYZ selaku pembeli:


Pembelian-net Rp 90.000.000
PPN Masukan 9.900.000
Kas Rp 99.900.000
Adakah Jurnal yang kurang di atas?
PPN – Ilustrasi Kasus
Masih melanjutkan kasus sebelumnya, jika PT ABC juga melakukan pembelian barang secara tunai
kepada PT FGH dengan harga jual sebesar Rp 88.800.000 termasuk PPN, maka jurnal terkait:

Bagi PT ABC selaku pembeli:


Pembelian-net Rp 80.000.000
PPN Masukan 8.800.000
Kas Rp 88.800.000
(Harga Jual sebelum PPN (DPP) = 100/111 x Rp88.800.000 = Rp 80.000.000)

Jika pajak keluaran dan pajak masukan PT ABC dilaporkan pada SPT Masa PPN yang sama, maka
pencatatan akuntansi untuk menunjukkan selisih kurang atau lebih bayar PPN sebagai berikut:
PPN Keluaran Rp 9.900.000
PPN Masukan Rp 8.800.000
PPN Terutang Rp 1.100.000

Selanjutnya, penyetoran PPN terutang ke kas negara:


PPN terutang Rp 1.100.000
Kas dan Bank Rp 1.100.000
Pajak Penjualan atas Barang Mewah

ü PPnBM = Pajak penjualan Barang Mewah


ü Dikenakan hanya satu kali yaitu pada :
ü Produsen penghasil barang mewah
ü Importir barang mewah
ü PPnBM tidak boleh dikreditkan dengan pajak yang lain.
ü PPnBM akan ditambahkan dari harga jual yang telah ditetapkan oleh produsen
atau importir
ü Jumlah pajak yang dibayar oleh pembeli akan dicatat sebagai utang PPnBM.
ü Utang PPnBM dibayarkan ke kas negara dan dilaporkan kepada fiskus.
PPN & PPnBM – Ilustrasi Kasus

PT UNYU memproduksi BKPTM (Barang Kena Pajak Tergolong


Mewah, tarif 20%) dalam bulan Nopember 2022 menjual barang
kepada PT. ABX seharga Rp. 50.000.000 belum termasuk PPN.

Perhitungan PPN dan PPnBM :


Harga barang Rp. 50.000.000,00
PPN (11% X 50.000.000) Rp 5.500.000,00
PPn BM (20% X 50.000.000) Rp. 10.000.000,00
Jumlah harga yg dibayarkan PT ABX Rp.65.500.000,00

Mari lihat jurnalnya…


PPN & PPnBM – Ilustrasi Kasus
Jurnal bagi PT UNYU sebagai penjual/pemungut PPnBM:
Kas/Piutang Rp. 65.500.000,00
PPN Keluaran Rp. 5.500.000,00
Utang PPnBM Rp. 10.000.000,00
Penjualan Rp. 50.000.000,00

Jurnal bagi PT ABX sebagai pembeli/yang terpungut PPnBM:


Pembelian/Persediaan Rp. 60.000.000,00
PPN Masukan Rp. 5.500.000,00
Kas/Utang Rp. 65.500.000,00
Keterangan:
Apabila PT ABX akan menjual lagi barang yang dibeli dari PT UNYU tersebut maka PT ABX
tidak boleh lagi memungut PPnBM namun masih boleh memungut PPN ke konsumennya.
Adakah Jurnal yang kurang di atas?
04
Akuntansi PBB &
BPHTB
Penghitungan dan Penjurnalan
PBB & BPHTB

ü BPHTB atas hak atas tanah yang dimiliki dan dipergunakan dalam perusahaan, atau
dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara, dapat dikurangkan sebagai
biaya dalam penghitungan Penghasilan Kena Pajak melalui amortisasi hak atas tanah
sepanjang hak atas tanah tersebut dapat diamortisasi sesuai ketentuan Pasal 11 dan
11A Undang-undang Pajak Penghasilan.
ü Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri
dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan Pajak Penghasilan sesuai ketentuan
Pasal 9 ayat 1 huruf h Undang-undang Pajak Penghasilan.
PBB & BPHTB
v Pada akhir tahun 2021 PT ABC melakukan transaksi sebagai
berikut:

Membayar PBB tahun 2021 untuk gedung kantor sebesar


Rp25.000.000 dan bangunan rumah dinas sebesar Rp15.000.000
serta sanksi keterlambatan pembayaran PBB sebesar Rp50.000

Membayar BPHTB untuk gedung kantor yang baru sebesar


Rp60.000.000

Adakah yang bisa membantu jawab?


Jawab
Jurnal:

Pada saat pembayaran PBB:


Biaya PBB Rp 40.000.000
Biaya Sanksi Rp. 50.000
Kas/Bank Rp 40.050.000

Pada saat pembayaran BPHTB:


Biaya BPHTB Rp 60.000.000
Kas/Bank Rp 60.000.000
TERIMA
KASIH
Ratih Kumala, S.AP., M.A., BKP
Follow me : @rkumala07
Phone : 0812.94.9090.22
Email : rhaty07@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai