SCRIPT REPORTER

Halo viewers, Dalam beberapa tahun terakhir, belanja online telah tumbuh pesat, mengubah
cara masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Fenomena ini tidak hanya
merubah perilaku konsumen, tetapi pastinya sangat mempengaruhi pasar belanja offline.
Kini, pasar belanja offline keberadaannya semakin tergerus karena adanya online shop.
Menurut data dari kementrian perdagangan Indonesia
Apabila kita membicarakan mengenai belanja secara offline salah satu contohnya adalah di
pasar Boyolangu. Yang dulunya merupakan pasar primadona di kecamatan Boyolangu dan
pusat perbelanjaan masyarakat. Namun, kini Pasar Boyolangu tergerus oleh era belanja serba
online dan era gratis ongkir. Hal ini membuat banyak pedagang bangkrut.
Inilah kondisi pasar Boyolangu terkini, kondisinya tidak seperti dulu yang selalu dipadati
oleh pembeli. Sekarang terlihat jauh lebih sepi. Bahkan saya tadi sempat berkeliling, di dalam
pasar dan kios kios disini, terlihat sedikit sekali pengunjung yang berbelanja di pasar. Banyak
juga pedagang yang tidak berjualan dan memilih untuk menutup tokonya.
Mari kita tanyakan bagaimana tanggapan para penjual melihat kondisi ini.

Assalamualaikum war wb. Hello viewers, back with me Maulida Hanifah Erlian Putri. Today
I will discuss the phenomenon of online shopping which is now eroding offline shopping. If
we talk about offline shopping, one of them is in the Boyolangu market. Which used to be the
prima donna market in Boyolangu sub-district and a community shopping center. However,
Boyolangu Market is now being eroded by the era of online shopping and free shipping. This
has made many sellers go bankrupt.

This is the current condition of the Boyolangu market, which is not like in the past when it
was always crowded with buyers. Now it looks much quieter. In fact, I was able to walk
around the market and the shops here, and there were very few visitors shopping at the
market. Many sellers are also not selling and have chosen to close their shops.