Anda di halaman 1dari 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/298425516

DARI MEMORIA PASSIONIS KE FORERI: SEJARAH POLITIK PAPUA 1999-2000

Article in Paramita Historical Studies Journal · July 2012


DOI: 10.15294/paramita.v22i2.2116

CITATIONS READS

5 3,930

1 author:

I Ngurah Suryawan
State University of Papua
15 PUBLICATIONS 18 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by I Ngurah Suryawan on 29 June 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Paramita Vol. 22, No. 2 - Juli 2012: 131—248

DARI MEMORIA PASSIONIS KE FORERI:


SEJARAH POLITIK PAPUA 1999-2000
I Ngurah Suryawan
Fakultas Sastra, Universitas Negeri Papua, Manokwari
Research Fellow Indonesian Young Leaders di Universitiet Leiden, Netherlands
ngurahsuryawan@gmail.com

ABSTRACT ABSTRAK

This paper focuses on Papua memory of suffering Makalah ini berfokus pada memori Papua orang
in the tragedies of violations against humanity tentang penderitaan dalam tragedi pelanggaran
(memoria passionis) under the authority of the terhadap kemanusiaan (Memoria Passionis) di
Indonesian Government with brutal military bawah kewenangan Pemerintah Indonesia den-
actions. Memoria Passionis was also a founda- gan tindakan militer yang brutal. Memoria Pas-
tion of social movement in the urban people of sionis juga adalah dasar dari gerakan sosial di
Papua in 1999-2000. FORERI (Forum Rekonsi- masyarakat perkotaan Papua pada 1999-2000.
liasi Rakyat Irian Jaya – Forum of the Irian Jaya FORERI (Forum Rekonsiliasi Rakyat Irian Jaya)
People’s Reconciliation) and PDP (Presidium dan PDP (Presidium Dewan Papua) merupakan
Dewan Papua- Papuan Presidium Council) were elite berpendidikan lokal berjuang kebebasan
educated local elites who struggled for Papua Papua dengan damai. FORERI kemudian ber-
freedom peacefully. FORERI then transformed transformasi menjadi Tim 100 yang bertemu
into Tim 100 who met President Habibie in Feb- Presiden Habibie pada Februari 1999 dengan
ruary 1999 with the claim that the people of tuntutan bahwa rakyat Papua menuintut kemer-
Papua wanted independence (separation) from dekaan (memisahkan diri) dari Indonesia.
Indonesia. They carry out MUBES (Great Coun- Mereka melaksanakan MUBES (Musyawarah
cil) of Papuan people on 23 to 26 February 2000 Besar) Rakyat Papua 23-26 Februari 2000 dan
and the Papuan Congress II from May to June Kongres Rakyat Papua II Mei-Juni 2000. Kon-
2000. Consolidation of democracy and social solidasi demokrasi dan gerakan sosial di Papua
movement in Papua ended after Theys Hiyo berakhir setelah Theys Hiyo Eluay, salah satu
Eluay, one of the leaders of PDP was killed by pemimpin dari PDP dibunuh oleh Angkatan
Indonesian Army in 2001. Darat Indonesia pada tahun 2001.

Keywords: Papuan, memoria passionis, social


movement, local elites

PENDAHULUAN sitas persoalan di Tanah Papua terjadi


seiring dengan sejarah peralihan kekua-
Heteroginitas etnik yang tinggi, saan-kekuasaan. Salah satu momen
kebudayaan dan kompleksitas adat penting pentas kekuasaan terhadap
serta gerakan sosial di tanah Papua tanah Papua terjadi pada tahun 1940-an
memiliki sejarah yang kompleks dan hingga 1960-an. Saat itu terjadi Perang
penuh dengan ketegangan dan konflik. Dunia II yang berimpikasi kepada
Terdapat lebih dari 253 etnik dengan proses penyerahan kedaulatan Belanda
bahasa, struktur sosial, tradisi, sistem atas Indonesia termasuk di dalamnya
keperca ya an/aga ma , dan kon dis i Papua. Proses peralihan kekuasaan di
geografis yang berbeda-beda. Komplek- Papua berujung kepada Penentuan Pen-

Paramita Vol. 22 No. 2 - Juli 2012 [ISSN: 0854-0039]


Hlm. 143—156
Paramita Vol. 22, No. 2 - Juli 2012: 131—248

dapat Rakyat (Pepera) Juli-Agustus 1969 Merdeka). Artikel ini juga memberikan
yang menyatakan Papua menjadi bagian perhatian terhadap ingatan kekerasan
dari Negara Kesatuan Republik Indone- dan penderitaan (memoria passionis)
sia. Namun demikian, sejarah Papua yang menjadi salah satu sumber dari
setelah 1969 menunjukkan bahwa hasil gerakan-gerakan aspirasi kemerdekaan
Pepera itu justru menjadi salah satu rakyat Papua sepanjang tahun 1999-
akar konflik yang berkepenjangan. 2000.
Sepanjang pemerintahan Orde
Baru sejak tahun 1969, Papua menjadi
salah satu objek pembangunan tanpa Memoria Passionis: Ingatan Kekerasan
rekognisi yang memadai pada komplek- dan Penderitaan
sitas sejarah dan budaya Papua. Salah
satu diantaranya dalam bentuk penye- Dalam tesisnya, John Giyai (2010:
ragaman desa berdasar Undang- 91-92; Giay, 2000: 9) menyebutkan
Undang Desa Nomor 5 Tahun 1979 dan bahwa memoria passionis adalah suatu
eksploitasi sumber daya alam oleh per- ingatan masa lalu yang tak bisa lupa
usahaan komersial. Pemaksaan- dari ranah kehidupannya karena pe-
pemaksaan nilai terjadi melalui pendi- ngalaman suatu peristiwa yang me-
dikan, birokrasi bahkan melalui lem- nyakitkan fisik maupun psikis dan
baga-lembaga keagamaan. Catatan pe- ceritanya diingat oleh generasi ke gene-
langgaran Hak Asasi Manusia (HAM) di rasi. Rentetan peristiwa kemanusiaan
Papua dikenal secara internasional (violence) seperti inilah yang menjadi
dalam intesitas yang tinggi. Berita me- ingatan penderitaan kolektif bagi
ngenai Papua sarat dengan kisah-kisah bangsa Papua. Sejarah kekerasan itulah
mengenai gerakan-gerakan perlawanan yang disebut dengan memoria passionis
untuk merdeka dan protes pelanggaran dengan mengambil istilah dari seorang
hak asasi manusia. Pasca reformasi, teolog Johan Baptist Metz. Memoria pas-
pemberlaksuan Undang-Undang No- sionis mengacu pada kenangan akan
mor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi trauma akibat kekerasan terbuka dan
Khusus Provinsi Papua serta Inpres No- marginalisasi sosial dan ekonomis se-
mor 1 Tahun 2003 tentang pemekaran cara umum.
daerah semakin mewarnai pergolakan Metz mengungkapkan, apabila
kekuasaan terhadap tanah Papua. saya memandang memoria passionis seba-
Artikel ini memfokuskan untuk gai satu-satunya kategori universal
melihat sejarah politik Papua pada ta- mengenai kemanusiaan, saya tidak ber-
hun 1999-2000 ketika zaman kebangkit- pikir tentang suatu ingatan yang hanya
an gerakan-gerakan memperjuangkan menguatkan dan mendukung identitas
aspirasi kemerdekaan rakyat Papua ber- kita (sebagai pihak yang menang dan
langsung di seluruh bumi Cendera- beruntung), tetapi sebaliknya ingatan
wasih, yang sering disebut dengan Pap- yang mempertanyakan identitas kita
uan Spring atau Renaissance Papua yang telah terbangun dan dijaga ketat
(Timmer, 2007; ICG, 2001). Momentum oleh kita yang maju dan menang. Ingat-
pasca reformasi 1998 di Indonesia di- an ini adalah suatu ingatan yang berba-
manfaatkan oleh kalangan-kalangan ak- haya, ia melemahkan seseorang, ia
tivis Papua urban di kota-kota Papua membuka satu sisi kehidupan. Ia adalah
untuk mengkonsolidasikan gerakan- peringatan yang tidak mau menjadikan
gerakan kemerdekaan yang dikenal penderitaan sebagai alasan untuk kita
dengan GERASEM (Gerakan Aspirasi menjadi lebih agresif, tetapi merenung-

144
Dari Memoria Passionis ke Foreri - I Ngurah Suryawan
Paramita Vol. 22, No. 2 - Juli 2012: 131—248

kan nasib mereka yang menderita pada Gerakan sosial di Tanah Papua
masa lampau. Di mana saja tradisi dan adalah proses kesadaran melawan bu-
ingatan masa lalu diangkat secara daya lupa dan upaya “menyelematkan
serius, tradisi dan ingatan itu selalu masa lalu”. Masa lalu yang trautamis
amat berbahaya terhadap mereka yang dan penuh dengan penderitaan di-
memiliki tradisi dan ingatan itu, karena hadirkan ke masa kini, agar masa lalu
mereka menuntut pertobatan dan trans- yang hilang dimakan “kelupaan” itu
formasi. Ingatan itu harus kritis dan dapat diselamatkan. Tujuannya untuk
subversif sebagai oposisi terhadap status mengingatkan kepada semua pihak, ter-
quo keadaan sekarang untuk membebas- utamanya penguasa, untuk menyelesai-
kan masyarakat dari kesadaran diri dan kan tugasnya untuk membawa kese-
kutukan satu dimensi yang dibangun jahteraan dan menyebar kedamaian
oleh kelompok yang dominan, sehingga serta keadilan yang belum pernah diwu-
tradisi ini digunakan sebagai potensiali- judkan hingga kini.
tas yang kritis dan membebaskan. Jadi Farhadian (2007) dalam
sangatlah jelas bahwa masa lalu korban proyeknya tentang Kisah-kisah Hidup
kekerasan negara inilah yang sering dia- Tokoh Papua: Kesaksian Mereka yang
baikan yang kemudian menjadi per- Ditindas mengajukan betapa pentingnya
hatian dari refleksi teologi Metz. Masa menghadirkan kesaksian-kesaksian
lalu yang dibicarakan di sini tidaklah orang Papua sebagai korban dan pe-
kosong, namun mengutip Walter Benja- juang dari tragedi kemanusiaan dan
min, masa lalu adalah masa yang penuh penderitaan di tengah kekuatan kapital-
dengan penderitaan karena berisi kisah- isme global yang mengepung Tanah
kisah dan pengalaman-pengalaman Papua. Namun, di tengah situasi dunia
penindasan (Metz, 1999 dalam Giay, yang mengglobal menyerang kampung-
2006: 24-25). kampung di Tanah Papua, suara-suara
Metz mengungkapkan untuk rakyat Papua seolah ditelan dengan
menggumuli kekerasan dan penderitaan kisah-kisah kesuksesan investor
masa lalu dari masyarakat dalam menanamkan modalnya dan memberi-
“sejarah sunyi” tersebut, beberapa pers- kan kesejahteraan kepada rakyat Papua.
pektif yang perlu dijadikan pedoman Akan tetapi, mungkin kisah-kisah itu
dalam “gerakan sosial” dari masyarakat adalah palsu dan kebohongan semata.
adalah; memandang memoria (ingatan) Suara-suara rakyat Papua tenggelam
mereka yang menjadi korban tidak lagi oleh kekuatan-kekuatan ahli strategi
sebagai hiasan atau pelengkap atau se- pembangunan dan perusahaan-
bagai “kekalahan”dan sikap menarik perusahaan eco-tourism yang terus-
diri dari realitas. Selanjutnya adalah menerus mempromosikan alasan
membangun kesadaran akan proyek mereka dengan mengeksploitasi
keadilan dan keselamatan terhadap “keterbelakangan” rakyat Papua deng-
identitas komunitas yang terancam an menyebutkan “ penduduk asli jaman
yang belum diselesaikan. Dalam hal ini, batu yang terisolasi” untuk memapar-
masyarakat (dan gereja) membangun kan secara pejoratif penduduk asli.
solidaritas dengan mereka sebagai Berdasarkan kepada kesaksian
korban kekerasan untuk bersama-sama iman Kristen yang membimbing dan
mengaktualisasikan dirinya maupun menguatkan perjuangan kisah-kisah
perjuangannya untuk menyelamatkan hidup tokoh-tokoh Papua ini, Fahardian
masa lalu dan merehabilitasi identitas- (2007:vii) mengungkapkan bahwa ke-
nya. saksian yang berarti menceritakan ke-

145
Paramita Vol. 22, No. 2 - Juli 2012: 131—248

benaran tentang suatu persoalan, kesan bagi prasangka dan sikap kasar
apakah di pengadilan hukum atau di dan juga bagi realitas rakyat Papua kini
dalam konteks religi. Pengadilan hukum yang samar. Penyajian identitas rakyat
menjadi hukum moral kesadaran orang- Papua yang bersuku-suku sangat
orang yang memiliki itikad baik di berkontribusi pada ilusi bahwa orang-
dalam komunitas dunia. Konteks religi orang Papua adalah orang primitif dan
yang menjadi perjuangan rakyat Papua membutuhkan bimbingan seperti anak-
untuk melibatkan lingkungannya seba- anak. Inti dari semua persoalan tersebut
gai penganut Kristen. Ketika orang ber- adalah orang-orang Papua ingin menga-
saksi, ia akan mengaitkan pernyataan- tur dirinya sendiri.
pernyataan sebagai saksi mata peristi- Proses keterdesakan rakyat Papua
wanya. Kekuatan kesaksian berada di salah satunya disebabkan karena pro-
dalam fakta bahwa kata-kata para saksi gram transmigrasi yang perlahan tapi
didasarkan pada pengetahuan pribadi, pasti meminggirkan rakyat Papua oleh
langsung dan disuarakan di dalam para pendatang yang didukung oleh
orang pertama tunggal. pemerintah dan kekuasaannya. Rakyat
Oleh karena itulah, narasi-narasi Papua adalah orang-orang yang mem-
kesaksian rakyat Papua berada di ten- bentuk mayoritas hampir 2,2 juta pen-
gah-tengah proses penundukan dan duduk yang tinggal di belahan barat
pengabaian yang dilakukan oleh negara. kepulauan New Guinea. Tapi dengan
Pada kesaksian inilah kita akan mene- program transmigrasi oleh pemerintah
mukan bagaimana iman dan pengalam- Indonesia, perpindahan penduduk me-
an-pengalaman religi dan kemanusiaan lebihi hampir satu juta jiwa ke Tanah
memberikan harapan, semangat, dan Papua. Mayoritas utama para transmi-
keberanian untuk melawan penindasan gran ini secara ras berbeda dari rakyat
dan kekejaman yang mereka hadapi. Papua yang adalah orang-orang Mela-
Narasi dan kesaksian-kesaksian rakyat nesia. Sebagian besar pendatang ini juga
Papua akan mencerminkan suatu yang tidak memiliki keimanan utama pen-
sangat rumit (complicated) yang mencer- duduk Papua yaitu Kristen dan ani-
minkan kehidupan orang-orang Papua misme. Selama beberapa dekade peme-
hari ini. Orang-orang Papua secara kul- rintah pusat di Jakarta, yang mengguna-
tural adalah orang Melanesia, sebagian kan kebrutalan militer dan polisi, me-
besarnya penganut Kristen, dan berada maksa rakyat Papua keluar dari tanah-
di tengah salah satu negara muslim ter- nya sendiri. Teror dan intimidasi ini bi-
besar di dunia. Kehidupan orang-orang asanya dilakukan tanpa kompensasi un-
Papua mencerminkan sebuah percam- tuk membuka jalan bagi komunitas-
puran ranah sosial, kultural, politik, dan komunitas transmigran. Level pendidik-
religius sekaligus. an dan keterampilan para pendatang
Konstruksi kebudayaan Papua baru yang lebih tinggi dan disukai oleh
yang “terkebelakang” dan “primitif” pemerintah dengan cepat meming-
dipropagandakan oleh beberapa ma- girkan rakyat Papua. Perbedaan budaya
jalah internasional dan juga majalah- dan iman rakyat Papua dengan para
majalah Indonesia serta brosur-brosur pendatang juga menguatkan sikap rasis
wisata. Mereka inilah yang mengambil mereka.
keuntungan dari citra-citra rakyat Selama bertahun-tahun komunitas
Papua yang dipublikasikan mengena- internasional dalam bentuk Bank Dunia,
kan koteka, memegang busur dan anak Dana Moneter Internasional (IMF), pe-
panah. Penggambaran ini memberikan merintah negara lain termasuk Amerika

146
Dari Memoria Passionis ke Foreri - I Ngurah Suryawan
Paramita Vol. 22, No. 2 - Juli 2012: 131—248

Serikat, berkonspirasi di dalam kebijak- pertambangan tembaga dan emas yang


an Papua dari Pemerintah Indonesia di terkenal dan terbesar di dunia. Freeport
Jakarta dengan menyediakan hibah dan Indonesia telah mulai beroperasi di ta-
pinjaman yang besar untuk mendanai hun 1967, sebelum aneksasi Jakarta me-
transmigrasi dan menyokong keluarga- lalui kesepakatan dengan mantan Presi-
keluarga transmigran dengan kese- den Soeharto.
hatan, pendidikan, benih tanaman, dan Freeport Indonesia telah menim-
sertifikat tanah gratis. Sekalipun prog- bulkan polusi di sebagai besar pantai
ram transmigrasi formal telah dihenti- selatan Papua dengan menggunakan
kan, para migran “sukarela” terus ber- sistem sungai buatan untuk membuang
datangan dan justru sangat massif. jutaan ton tailing (sisa olahan pertam-
Kegagalan Jakarta menyediakan bangan). Perusahaan ini meratakan ben-
layanan kesehatan, pendidikan dan tangan luas daratan hutan dan
layanan dasar lainnya kepada rakyat menghancurkan pohon sagu penduduk
Papua, khususnya di wilayah pedala- asli yang menjadi makanan pokok pen-
man yang menjadi tempat bermukim duduk local. Tailing itulah yang kini te-
rakyat Papua, menujukkan bahwa mar- lah mencapai laut dan karena arus
ginalisasi rakyat Papua telah menjadi pasang sepanjang pantai menyebabkan
kebijakan kelalaian yang disengaja dan tersebardan merusak hutan bakau pe-
telah mengurat akar. Ketiadaan layanan lindung pantai. Freeport telah memaksa
k e s e h a t a n b i s a d i a rt i k a n s e b a g a i penduduk lokal angkat kaki tanpa kom-
“hukuman mati” yang perlahan-lahan pensasi, meracuni air dengan asam sisa
bagi rakyat Papua. HIV/AIDS dibawa pertambangan, dan mengeksploitasi
masuk oleh militer Indonesia yang men- pekerja Papua selama bertahun-tahun.
jalankan atau melindungi lingkaran pe- Pembayaran di Jakarta dan ke pi-
lacuran yang menyebabkan penularan hak militer dan polisi untuk menjaga
HIV/AIDS di Tanah Papua menjadi keamanaan menyebabkan Freeport
yang tertinggi. merasa mendapatkan kebebasan. Selain
Rakyat Papua juga menjadi itu, pembajakan liar dan operasi-operasi
korban langsung dari pendatang baru perikanan seringkali dilindungi oleh
lainnya yaitu perusahaan-perusahaan militer dan polisi Indonesia, dan untuk
multinasional raksasa yang masuk de- beberapa kasus bahkan dimiliki oleh
ngan silih berganti ke Tanah Papua. Per- pasukan keamanan tersebut. Praktik
usahaan raksasa global ini masuk ke inilah yang telah merampok rakyat
Tanah Papua seringkali melalui ke- Papua dari sumberdaya alamnya yang
sepakatan-kesepakatan rahasia yang berlimpah. Ini diperparah lagi dengan
sangat korup di Jakarta, yang dari bisnis prostitusi dan alkohol yang dibawa ma-
gelap yang korup itu Presiden Soeharto suk militer ke Papua telah memberi ke-
dengan keluarga dan kroni-kroninya untungan dan juga merongrong resis-
mendapatkan keuntungan yang luar tensi rakyat Papua terhadap keputusan
biasa selama lebih dari 30 tahun. Eks- sepihak Jakarta. (Edmund McWilliams
ploitasi asing terhadap sumberdaya dalam Farhadian, 2007: xi-xiii)
alam di Tanah Papua yang sangat besar “Jiwa yang patah” adalah istilah
secara legal dan tentunya sangat banyak dari John Rimbiak, pembela hak-hak
yang illegal terus berlangsung hingga asasi manusia Papua dan salah satu pu-
hari ini tanpa henti. Freeport McMoran tera terbaik yang dimiliki bangsa Papua
Cooper & Gold, Inc yang dimiliki oleh untuk menggambarkan bagaimana isi
Amerika Serikat mengontrol operasi hati, harkat, dan jati diri rakyat Papua

147
Paramita Vol. 22, No. 2 - Juli 2012: 131—248

untuk membebaskan dirinya telah ditutupi oleh rezim otoritarian negara.


diram pas oleh berbagai tinda kan Ingatan sosial kekerasan dan penderi-
kekerasan terhadap kemanusiaan yang taan rakyatnya adalah sebuah ancaman
telah dilakukan negara dan kekua- serius yang distigma “separatis”,
saannya (baca: Indonesia). Mereka men- “terkebelakang”, “barbar” dan “tidak
galami “Jiwa yang Patah” (hilang per- berbudaya” untuk membenarkan tin-
caya diri, frustrasi, apatis, mengendap- dakan kekerasan dan diskriminasi.
kan dendam dan kebencian yang men- Memori subyektif rakyat Papua
dalam terhadap pihak yang membuat tentunya menjadi ancaman serius bagi
mereka menderita). Secara sosial, rakyat stabilitas “keamanan dan ketertiban”
terpecah belah dan saling tidak percaya yang dibangun negara. Setiap rezim
satu sama lain. Suatu kenyataan yang, otoriter/totaliter senantiasa meman-
selain berbagai faktor lainnya, juga me- dang memori sebagai ancaman serius.
latar-belakangi mengapa rakyat Papua Sebab, memori yang diartikulasikan se-
saat ini menuntut untuk melepaskan cara publik bisa membuat segala bentuk
diri dari Negara Kesatuan Republik In- kekerasan politik yang dilakukan rezim
donesia sebagai bangsa yang merdeka. itu menjadi tampak telanjang. Itulah se-
Dalam sebuah essaynya yang ins- babnya rezim yang demikian senantiasa
piratif, John Rumbiak menulis dengan berusaha membungkam atau memutar-
tajam, “Penjajahan didukung oleh teori- balikkan memori tentang kejahatan atas
teori kebudayaan yang rasialis. Kaum kemanusiaan. Dengan teknik pengenda-
penjajah beranggapan bahwa kelompok lian ingatan semacam ini, penguasa me-
masyarakat yang dijajah tidak berkebu- lakukan normalisasi kebohongan, yang
dayaan atau kebudayaannya rendah dilakukan sedemikian rupa sehingga
dan oleh karena itu berbagai kebijakan kebohongan itu dite rima seba gai
dilakukan untuk memperadabkan seka- "kebenaran. (Budiawan, 2004)
ligus menaklukkan kelompok masyara- Di Tanah Papua, sudah menjadi
kat tersebut.” Ia mengutip tokoh Pembe- pemandangan umum bahwa aparat
basan Frantz Fanon, seorang psikiater TNI/Polri akan jauh melebihi guru-
asal Caribia yang kemudian mendu- guru dan tenaga kesehatan. Sekolah-
kung perjuang bangsa Aljazair dari pen- sekolah dan Puskesmas akan tampak
jajahan Perancis. Hal yang sama juga lengang karena kekurangan tenaga atau
dilihat John Rumbiak dalam konteks meninggalkan tugas, sementara aparat
penjajahan Indonesia terhadap bangsa keamanan dan pos-pos penjagaan tidak
Papua Barat. terhitung jumlahnya. Wilayah-wilayah
Selain kompleksitas sejarah dan dimana kehadiran TNI dan/ atau Polri
manipulasi status politik, ingatan amat dominan biasanya rentan meng-
kekerasan dan penderitaan adalah per- alami konflik dan bentrokan antara
soalan akut dan paling membekas rakyat, gerakan perlawanan, dan aparat
dalam sejarah kekerasan dan ingatan keamanan. Wilayah itu mencakup
penderitaan rakyat Papua. Ingatan wilayah perbatasan RI-PNG, jalur
sosial kejahatan kemanusiaan yang dila- pegunungan Tengah (Paniai sampai
kukan pemerintah Indonesia melalui Pegunungan Bintang), wilayah-wilayah
aparat TNI/Polri diwariskan secara tu- yang memiliki eksploitasi sumber alam
run-menurun tumbuh menjadi “ingatan yang kaya seperti Teluk Bintuni dan
penderitaan bangsa Papua” dan dasar Timika.
gerakan sosial pembebasan bangsa Rentetan panjang sejarah pelang-
Papua. Namun, ingatan penderitaan ini garan berat HAM telah mendorong

148
Dari Memoria Passionis ke Foreri - I Ngurah Suryawan
Paramita Vol. 22, No. 2 - Juli 2012: 131—248

masyarakat Papua untuk menamai lah besar. Operasi Militer yang dimak-
perasaan dan pengalaman tak dilin- sudkan adalah Operasi Sadar (1965-
dungi dengan istilah genosida. Istilah 1967), Operasi Brathayuda (1967-1969),
ini sebenarnya adalah istilah hukum Operasi Wibawa (1967-1969),Operasi
HAM internasional dari Konvensi PBB Pamungkas (1969-1971) Operasi militer
tentang Genosida tahun 1948 untuk di Kabupaten Jayawijaya (1977), Operasi
menamai kejahatan terhadap kemanu- Sapu Bersih I dan II (1981), Operasi
siaan yang paling serius setara dengan Galang I dan II (1982), Operasi Tumpas
kejahatan perang. Intinya adalah tindak (1983-1984) dan Operasi Sapu Bersih
kejahatan yang secara sengaja dan teren- (1985), Operasi Militer di Mapnduma
cana berniat membasmi sebagian atau (1996). Kemudian jalan kekerasan sete-
seluruh kelompok masyarakat, suku, ras lah pemberlakukan Otonomi Khusus
atau agama. Meski secara teknis hukum, adalah pelanggaran HAM di Wasior
genosida yang berkembang di Papua (2001), Operasi militer di Wamena
belum memenuhi syarat-syarat yang (2003) dan di Kabupaten Puncak Jaya
amat ketat terutama mengenai motif (2004) (Tebay, 2009:2; Giyai, 2010: 91)
dan kebijakan negara serta jumlah John Rumbiak secara periodik
korban, tetapi inti perasaan dan terlebih menuliskan bagaimana pemerintah In-
pengalaman tak terlindung makin hari donesia telah melakukan “perang” me-
makin kuat. lawan bangsa Papua sejak 1963 dengan
Hak hidup orang Papua makin serangkaian kejahatan terhadap ke-
sulit dijamin ditambah lagi jumlahnya manusiaan yang dilakukan oleh TNI/
yang jauh lebih kecil dibandingkan den- Polri. Saya akan kutip secara utuh ba-
gan seluruh penduduk Indonesia. Kini gaimana periode-periode penindasan
perbandingan antara pribumi dan pen- terhadap rakyat Papua dilakukan oleh
datang hampir sama, yakni 58% : 42%. Pemerintah Indonesia.
Umumnya, pendatang menguasai sek- Periode 1963 – 1969 adalah masa
tor ekonomi menengah ke atas dan se- transisi di mana sesudah kedaulatan
cara geografis, mendiami wilayah per- Papua Barat, berdasarkan New York
kotaan; sementara pribumi Papua Agreement 15 Agustus 1962, dilim-
umumnya tidak memiliki akses ke sek- pahkan dari Pemerintah Belanda ke Pe-
tor ekonomi/bisnis serta lebih banyak merintah Indonesia dan persiapan
tinggal di wilayah pedalaman. Perasaan menuju ke apa yang disebut “Act of Free
dan pengalaman terpojok, tersudut, dan Choice” pada tahun 1969. Pada masa ini
tak terlindung inilah yang menjadi sum- pemerintah dan angkatan bersenjata
ber gerakan perlawanan rakyat Papua. Republik Indonesia memasukkan
(Hernawan, 2006) ribuan aparat keamanan dan petugas-
Dalam sejarah Indonesia, pada petugas pemerintah untuk memastikan
zaman pemerintah Soeharto, Provinsi bahwa rakyat Papua Barat menjadi
Papua dijadikan Daerah Operasi Militer bagian integral dari Republik Indonesia
(DOM), sehingga beberapa kali terjadi bilamana Act of Free Choice terjadi.
Operasi Militer yang dilakukan oleh Rakyat diintimidasi, terjadinya penang-
ABRI atau sekarang disebut TNI. Pada kapan dan penahanan di luar hukum,
tanggal 1 Mei 1963, pemerintah Indone- pembunuhan-pembunuhan. Akibatnya
sia menempatkan TNI dalam jumlah hanya 1025 saja dari total 800.000 rakyat
besar di seluruh Tanah Papua dan dila- Papua waktu itu yang ditentukan oleh
kukan operasi besar-besaran terjadi dan Pemerintah Indonesia untuk secara ter-
menewaskan rakyat Papua dalam jum- paksa memilih menjadi bagian dari Ne-

149
Paramita Vol. 22, No. 2 - Juli 2012: 131—248

gara Kesatuan Republik Indonesia. diperkosa, 166 rumah penduduk dan 13


Periode 1970–1984 adalah periode gereja (Gereja Kemah Injil Indonesia)
perlawanan rakyat Papua yang mem- dibakar musnah.
protes hasil Act of Free Choice dalam Periode 1998 – 2000 adalah masa
bentuk berdirinya Organisasi Papua tumbangnya kekuasaan otoritarian
Merdeka (OPM) menjustifikasi berlang- rezim Suharto. Namun di Tanah Papua
sungnya operasi-operasi militer di pada bulan Mei 1998 berbagai tindak
wilayah-wilayah yang diidentifikasi se- kekerasan dilakukan oleh aparat kea-
bagai kantong-kantong gerakan OPM. manan terhadap rakyat Papua Barat
Ribuan pasukan militer diturunkan di yang melakukan hak kebebasan berek-
wilayah-wilayah tersebut, kebebasan spresi dengan berdemonstrasi dan me-
rakyat dipasung dan pembantaian ter- ngibarkan bendera Papua Barat
hadap rakyat pun digelar. Operasi- (Bintang Fajar) di berbagai kota di
operasi militer tersebut antara lain: Ka- Tanah Papua.
sus Biak (1970/1980); Kasus Wamena
(1977) dan Kasus Jayapura (1970/1980).
Kasus 1984 di mana Arnold C. Ap dan Nasionalisme Papua dan Benih Gera-
Eduard Mofu, dua seniman Papua kan Sosial Urban: Politik Papua 1999-
dibunuh dan 12 000 penduduk ke- 2000
mudian mengungsi ke Papua New
Guinea. Melihat begitu maraknya pelang-
Periode 1985 – 1995 mencatatkan garan HAM di Tanah Papua, maka
bagaimana operasi milite r untuk hadirlah Lembaga Studi dan Advokasi
menumpas OPM terus dilancarkan Hak Asasi Manusia (ELSHAM) Papua
aparat keamanan, terutama di kawasan yang menjadi jawaban atas situasi
pegunungan tengah Papua Barat. Dari kekerasan kemanusiaan yang begitu
semua peristiwa yang terjadi ‘Kasus massif. Konflik dan kekerasan yang ter-
Timika 1994/1995’ yang melibatkan PT. jadi di Tanah Papua, telah mendorong
Freeport Indonesia yang dilaporkan terjadinya rangkaian pelanggaran HAM
Keuskupan Gereja Katolik Jayapura di secara sistematik dan meluas di Papua.
mana 16 orang dibunuh, 4 orang hilang Meningkatnya eskalasi kekerasan yang
dan puluhan lainnya ditahan dan disertai dengan pelanggaran HAM, te-
disiksa serta 5 perempuan ditahan dan lah menimbulkan kekhawatiran terha-
diperkosa. dap eksistensi orang Papua, termasuk
Periode 1996 – 1998 kembali dila- didalamnya upaya penyelesaian konflik
kukan operasi militer menumpas OPM secara komprehensif.
pimpinan Kelly Kwalik yang menyan- Berawal dari diskusi terbatas yang
dera para ilmuwan barat di wilayah dilakukan oleh beberapa individu yang
Mapnduma, Pegunungan Tengah Papua peduli dengan situasi HAM di Papua,
Barat dalam jangka waktu 1996 – 1998. dibentuklah Irian Jaya Working Group for
Menurut ELSHAM Papua Barat (Mei Justice and Peace (IWGJP) 1995. Ke-
1998), drama penyanderaan ini menjadi hadiran IWGJP telah berhasil untuk me-
alasan bagi pihak militer Indonesia un- lakukan monitoring dan investigasi ter-
tuk kemudian melacnarkan operasi mili- hadap serangkaian kasus pelanggaran
ter baik pada masa penyanderaan, ope- HAM yang terjadi di daerah Asmat,
rasi pembebasan sandera dan pasca Bade dan Tembagapura. Melalui kerja
pembebasan sandera di mana sekitar 35 sama dengan ACFOA di Australia, Her-
penduduk sipil dibunuh, 13 perempuan man Muninghoff, OFM (Uskup

150
Dari Memoria Passionis ke Foreri - I Ngurah Suryawan
Paramita Vol. 22, No. 2 - Juli 2012: 131—248

Jayapura), mengirimkan laporan situasi (1945-1963) sama sekali tidak melibat-


pelanggaran HAM yang terjadi di seki- kan rakyat Papua. Papua juga tidak per-
tar areal konsesi PT. Freeport Indonesia, nah ikut (diikut-s ertakan) da lam
tepatnya di kampung Arwanop dan peristiwa historis seperti Sumpah Pe-
Mbanti. Laporan tersebut menjadi lang- muda 1928. Maka konsepsi dan wacana
kah awal dari pengungkapan sejumlah lokal Papua berkembang sendiri untuk
kasus pelanggaran HAM yang terjadi di jangka waktu lama dan kemudian dibe-
Papua, yang sejak tahun 1963, tidak bani pula oleh rezim otoritarian Orde
terungkap ke publik. Baru dengan perilaku kekerasan dan
Memandang pentingnya peman- diskriminasi terhadap orang Papua.
tauan, penyelidikan dan publikasi se- Singkatnya, nasionalisme Papua
cara lebih efektif dan kontinyu, maka berkembang dari kesadaran-lokal, kesa-
sejumlah individu bersepakat untuk daran etnik dan menjadi kental akibat
membentuk lembaga independen yang pengalaman pahit dan tragis di bawah
secara permanen bekerja untuk melaku- Orde Baru.
kan advokasi yang lebih intensif terha- Dr. Benny Giay, seorang antro-
dap kasus-kasus pelanggaran HAM di polog dan teolog Papua seperti dikutip
Papua. Akhir 1997, bertempat di Honai Santoso (2001) mengungkapkan pada
Yayasan Pengembangan Masyarakat hakekatnya nasionalisme Papua terdiri
Desa (YPMD), IWGJP memprakarsai atas tiga unsur: kesadaran etnik ke-
pertemuan yang dihadiri oleh beberapa Papua-an; protes besar terhadap Orde
individu seperti: Pdt. Herman Saud, Baru; dan protes terhadap permainan
MTh, Uskup Herman Muninghoff. dunia luar. Di bawah Orde Baru, untuk
OFM, Zadrak Wamebu, Edison Giay, pertama kali dalam sejarah,
Barend Rumaikeuw, John Rumbiak, Papua mengalami suatu kolonialisme
Aloy Renwarin, Johanes Bonay, Fien yang bukan cuma menyerap sumber
Jarangga, Yan C.H. Warinusi, Demianus daya alam ke wilayah lain, tapi juga
Waney, Robert Mandosir, Silvester memperkenalkan pembantaian manu-
Wogan, Deny Yomaki, Yoseph Bawen sia oleh aparat negara. Itulah pasal
dan Ferry Marisan. Pertemuan tersebut pokoknya, kata orang di sini. Dalam kai-
kemudian memberikan rekomendasi tan itu, ada permainan dunia interna-
untuk mendirikan lembaga yang kini sional terhadap Papua. Yang terakhir
dikenal sebagai ELSHAM Papua. ini merujuk pada peranan Belanda, In-
Berlangsungnya kejahatan terha- donesia, PBB dan Amerika Serikat yang
dap kemanusiaan di Tanah Papua inilah akhirnya melahirkan kompromi Perjan-
yang mengakibatkan tumbuh suburnya jian New York 1962 dan Pepera
gerakan nasionalisme Papua dan me- (Penentuan Pendapat Rakyat) 1969.
nyemaikan gerakan-gerakan sosial baru Amerika, dengan obsesi Perang Dingin
da ri ka lan gan Lemba ga Swada ya kala itu, membantu Presiden Soekarno
Masyarakat (LSM), perempuan, or- menuntut hak atas Irian Barat. Adalah
ganisasi pembebasan Papua, dan gereja ulah jendral-jendral Orde Baru seperti
di daerah-daerah perkotaan di Tanah Ali Moertopo yang tak pernah hormat
Papua. Ruang politik kelompok pada demokrasi dan hak hak bangsa
masyarakat sipil ini terbuka saat refor- lain, yang kemudian memanipulasi
masi 1998 membuka saluran politik dan Pepera tersebut, dengan memperdaya
aspirasi rakyat Papua. 1026 wakil Papua pada 1969. Sekarang,
Masa-masa penting dalam pem- orang Papua tidak mau dipecundangi
bentukan identitas ke-Indonesia-an lagi.

151
Paramita Vol. 22, No. 2 - Juli 2012: 131—248

Sementara gerakan sosial pasca itu berat. Uncen mulai takut karena per-
nasionalisme etnik tersebut bertransfor- soalan kritis yang dilontarkan oleh IR-
masi menjadi gerakan-gerakan sosial JADISC dan YPMD. IRJADISC Uncen
berbasis pada LSM dan gereja. Adalah kemudian ditinggalkan dan orang-
pada tahun 1980 ketika dilakukan orangnya masuk ke YPMD plus KDK
diskusi di di Biara APO dan Keuskupan hingga mulai dikenal di luar negeri.
Jayapura. Tujuan dari diskusi itu adalah Pada tahun itu juga LBH didirikan di
untuk melihat kemungkinan bagaimana Papua. Gereja Katolik dan GKI meminta
cara mengangkat permasalahan- kepada YLBHI agar LBH didirikan di
permasalahan HAM di Papua kepermu- Papua (Baab dan Mambor, 2011).
kaan, termasuk ke tingkat Internasional. Konsolidasi demokrasi bagi elite-
Maka terbentuklah KKO (Kelompok elite lokal Papua terbuka saat jatuhnya
Kerja Oikumene) yang kemudian mem- rezim otoritarian Soeharto 1998. Alter-
bentuk IRJADISC yang berbasis di lem- natif yang tersedia adalah bergabung
baga Antropologi Uncen sehingga sang- dengan perlawanan bersenjata OPM
at dekat hubungannya dengan kurator (Organisasi Papua Merdeka), membang-
Museum Uncen yaitu Arnorld Ap mau- un bentuk perlawanan lainnya atau
pun Ketua Lembaga Antropolodi Un- memilih berjuang di jalur pengasingan.
cen, Dr Daan Ajamiseba. IRJA DISC Namun, pada Agustus 1998, selang be-
menjadi lembaga hukum yang solid berapa pekan setelah dilakukan pem-
dengan diberi nama Yayasan Pengem- bungkaman demonstrasi kemerdekaan
bangan Masyakat Desa.(YPMD). Tahun di Jayapura, Sorong, Wamena dan Biak,
1984, gerakan masyarakat sipil ini para intelektual, pemuka gereja dan ak-
dalam situasi yang rumit. Karena Ar- tivis membentuk Forum Rekonsiliasi
nold Ap dituduh otak dibalik eksodus Rakyat Irian Jaya (FORERI). Foreri beru-
10.000. orang ke Papua New Guinea dan paya untuk mencari peluang bagi orang
dituding sebagai Menteri Kebudayaan Papua untuk mengelola masalah
Republik Papua Merdeka dibawah Ko- mereka sendiri, melalui otonomi, system
mando Brigjen Zet Rumkorem. Ia di- federal atau kemerdekaan. Ada kesada-
tangkap oleh Kopasanda, dijebak dan ran diantara para aktivis di Jayapura
melarikan diri dan dibunuh di Pasir 6. khususnya bahwa mereka perlu men-
Ini tentu menjadi pukulan yang sangat jauhkan diri dari OPM setelah perstiwa
berat bagi IRJA DISC. penculikan Ekspedisi Lorentz pada ta-
Berita dari kampung pun terbit hun 1996.
yang kemudian berubah nama menjadi FORERI dengan dukungan tiga
Kabar Dari Kampung (KDK). KDK se- gereja terbesar (Gereja Kristen Injil,
lalu diasuh dalam bahasa Indonesia Gereja Katolik, dan Gereja Kristen Injil
populer dan bahasa Indonesia-Papua. Indonesia), pemuka intelektual dan
Waktu itu KDK merupakan majalah LSM serta sejumlah pemuka adat, mun-
yang banyak dibaca oleh masyarakat cul sebagai wahana utama bagi cita-cita
desa dan masyarakat di Papua. Itulah orang Papua. Foreri menjadi mitra dia-
spiritnya Arnorld Ap, termasuk yang log dengan pemerintah Indonesia dalam
lainnya yaitu pentingnya mengetahui serangkaian pertemuan–pertemuan in-
struktur budaya, sistem budaya, sistem formal menuju pertemuan Tim 100
sosial masyarakat diberbagai di Papua Pemimpin Papua dengan Presiden
sebagai entripoint sewaktu introduksi Habibie pada Februari 1999. 100 ang-
sosial. Tetapi ketergantungan IRJADISC gota delegasi tersebut secara luas me-
pada Universitas Cenderawasih (Uncen) wakili para elite Papua baik secara

152
Dari Memoria Passionis ke Foreri - I Ngurah Suryawan
Paramita Vol. 22, No. 2 - Juli 2012: 131—248

geografis maupun latarbelakang social MUBES Papua inilah didirikan PDP


dan agama. Pada pertemuan Tim 100 (Presidium Dewan Papua) yang menjadi
dan Presiden Habibie inilah Tom Beanal organisasi politik utama dalam perju-
sebagai pemimpin Tim 100 memba- angan kemerdekaan Papua.
cakan pernyataan sikap bahwa Irian PDP terdiri atas 22 anggota den-
Jaya ingin memisahkan diri dari Indone- gan dua ketua umum dan dua modera-
sia dan agar dibentuk pemerintahan tor. Sebagai badan eksekutif anggota
peralihan di Irian jaya di bawah penga- dewan bertanggungjawab kepada se-
wasan PBB dan bila perlu PBB menjadi buah panel yaitu sebuah badan legislatif
bagian dari dialog internasional antara terdiri atas 200 wakil dari kabupaten-
Pemerintah Indonesia dengan rakyat kabupaten dan masyarakat-masyarakat
Papua (ICG, 2001: 11-12) Papua di luar negeri. PDP mendirikan
Pertemuan dengan Presiden dirinya sebagai sebuah kepemimpinan
Habibie yang dilakukan Tim 100 dan kolektif. Presidium memberikan struk-
terbentuknya FORERI menjadi babak tur kepemimpinan bagi semua kekuatan
baru dalam perjuangan demokrasi di yang berlainan yang menghendaki ke-
Papua. Pertemuan dengan Presiden merdekaan, selain memberi legitimasi
Habibie menjadi tahapan penting dalam bagi dialog yang tengah berjalan dengan
perubahan perlawanan orang Papua pemerintah Indonesia (ICG, 2001; Alua,
dengan munculnya kepemimpinan baru 2002, 2002a, 2002b). Akhir dari gerakan
pada kelas menengah urban di perko- PDP adalah ketika pemimpinnya Theys
taan. Pertemuan tersebut memberikan Hiyo Eluay ditemukan terbunuh pada
legitimasi kepada Tim 100 dan me- 2001 dan Tom Beanal direkrut menjadi
mungkinkan diberlakukannya strategi komisaris PT Freeport Indonesia.
gerakan sosial tanpa kekerasan untuk Mulai berkembangnya gerakan
mencapai kemerdekaan. Lahirnya masyarakat sipil pada 1999-2000 dengan
FORERI juga menunjukkan konsolidasi dukungan gereja direspon dengan ding-
gerakan masyarakat sipil dan gereja- in dan hati-hati oleh pemerintah Indo-
gereja untuk memperjuangkan hak nesia. Catatan yang menarik dilakukan
politik orang Papua. oleh SKP (Sekretariat Keadilan dan Per-
FORERI sejak November 1999 me- damaian) Jayapura (2001). Gaya pena-
lalui pemimpin-pemimpinnya (Tom nganan pemerintah sejak 1998 hingga
Beanal, Benny Giay, Theys Eluay, dan 2000 boleh disebut kebijakan menebar
yang lainnya) melakukan serangkaian jala. Mula-mula segala ungkapan hati,
pertemuan-pertemuan dengan tujuan kejengkelan, demo-demo, reaksi anti
utama untuk menggalang dukungan, militer/ polisi, teriakan Merdeka dibiar-
memantapkan kepemimpinan, dan kan tanpa ada pelarangan apalagi
mengutarakan tuntutan-tuntutan penangkapan. Seluruh lapisan masyara-
kepada pemerintah Indonesia dan ko- kat Papua seakan-akan mendapat ruang
munitas internasional. Berbagai perte- hidup seluas-luasnya. Tim 100 boleh
muan-pertemuan politik dilakukan un- bertemu dengan Presiden BJ. Habibie.
tuk memobilisasi massa dan melakukan Boleh diadakan Mubes dan Kongres.
konsolidasi gerakan social. Ujung dari Boleh dikibarkan bendera Papua dan
transformasi gerakan sosial yang dilaku- d i n ya n y i ka n la g u "H a i , T a n a h k u
kan oleh FORERI adalah terlaksananya Papua". Boleh didirikan Satgas Papua
MUBES (Musywarah Besar) Papua 2000 berikut posko-poskonya. Jala ditebarkan
pada 23-26 Februari 200 dan Kongres dalam-dalam hingga akhirnya ikan ma-
Papua II pada Mei-Juni 2000. Pada suk dan jala ditarik. Inilah yang terjadi

153
Paramita Vol. 22, No. 2 - Juli 2012: 131—248

dengan instruksi penurunan bendera yang terdiri atas elemen-elemen Ang-


Papua tanggal 29 September 2000 dari katan Bersenjata dan Pemerintah Sipil.
Kapolri yang menjadi gebrakan awal TNI/Polri dan aparat birokrasi berga-
untuk melakukan langkah represi luar bung dalam kegiatan-kegiatan yang
biasa. dirancang untuk membuat masyarakat-
Terhadap gerakan massa, represi masyarakat pedalaman Papua beradab
dilakukan dengan begitu mudahnya dan untuk mengembangkan serta men-
masyarakat dianiaya, ditangkap, ciptakan kondisi-kondisi sosial, budaya,
disiksa, dan ditembak mati sedangkan ekonomi dan politik, yang akan diguna-
pemimpin-pemimpin rakyat ditahan. kan untuk pengembangan Papua lebih
Represi ini mendatangkan dampak yang lanjut, dengan tujuan utamanya mencip-
tidak sederhana: (1) kekerasan antar takan ide-ide nasional (dalam perspektif
kelompok masyarakat seperti telah ter- Indonesia) yaitu, masyarakat yang adil
bukti di Wamena (6 Oktober), Merauke dan makmur berdasarkan Pancasila dan
(2 Desember); (2) pengungsian baik Undang-undang Dasar 1945.
warga Papua maupun non-Papua; (3) Operasi Koteka adalah kampanye
ketakutan yang bersifat sistemik di ting- militer Indonesia yang bertujuan untuk
kat masyarakat; (4) kecurigaan antar mempengaruhi orang asli Papua di
berbagai kelompok dalam masyarakat; pegunungan untuk meninggalkan aspek
(5) kebingungan karena kehilangan ke- -aspek dari kebudayaan asli mereka,
pemimpinan; (6) makin menipisnya ke- bersekolah, menjadi modern secara eko-
percayaan masyarakat kepada pemerin- nomi, dan mengadaptasi identitas Indo-
tah di segala tingkat. Nada dasar dari nesia yang lebih umum. Para pejabat
semua ini adalah diciptakannya suasana berusaha untuk memaksa masyarakat
konflik dan kekerasan yang pelan-pelan suku Dani sebagai orang Pegunungan
diidentikkan sebagai ciri perjuangan Papua untuk menukar Koteka mereka
orang Papua. Semua tindakan ini sangat dengan pakaian bergaya Indonesia.
tidak proporsional mengingat bahwa Dengan demikian, strategi memper-
seluruh perjuangan rakyat Papua di- malukan (humiliation strategy) diguna-
jalankan secara damai; maka sangat kan dalam proses pembangunan di
sinis bahwa aparat negara hanya tahu kalangan masyarakat Dani untuk mem-
menjawab dengan menahan "tokoh- buat mereka lebih terlibat dalam per-
tokoh perjuangan damai", dan hanya ubahan sosial. Ketidakberimbangan ke-
tahu turut mengubah suatu iklim damai kuasaan tercermin dalam persepsi ter-
menjadi suatu iklim kekerasan. hadap penduduk asli melalui pelecehan
Dalam konteks budaya, masyara- terhadap budaya-budaya tradisional
kat dong juga menjadi korban dengan lokal dan melabel budaya tersebut seba-
pemaksaan nilai “keberadaban” yang gai “terbelakang” dan “tidak beradab”.
dilakukan dalam program-program pe- Atas nama pembangunan modern dan
merintah. Salah satunya adalah operasi kemajuan, strategi mempermalukan
koteka. Identitas kolektif orang asli yang meyakinkan masyarakat atas keti-
Papua sebagai sebuah masyarakat yang dakberhargaan diri dan budaya mereka
modern dan beradab dipaksakan me- tidak berharga sehingga mereka merasa-
lalui program pemerintah tersebut. Ta- kan inferiority complex dan dipaksa un-
hun 1971-1973, pemerintah Indonesia tuk terlibat dalam perubahan sosial.
melaksanakan Operasi Koteka (penutup Akumulasi keputusasaan pen-
penis dari sejenis labu, sebagai pakaian duduk asli Papua dilanjutkan dengan
tradisional di dataran tinggi di Papua) pengabaian hak-hak budaya sebagai

154
Dari Memoria Passionis ke Foreri - I Ngurah Suryawan
Paramita Vol. 22, No. 2 - Juli 2012: 131—248

cerminan martabat kolektif mereka. tandai dengan gerakan FORERI dan


Masyarakat asli Papua merasa martabat Tim 100 untuk melaksanakan MUBES
dan identitas mereka tidak diakui (Musyawarah Besar) Rakyat Papua 23-
(contoh: proses yang tidak melibatkan 26 Februari 2000 dan Kongres Rakyat
mereka dalam kebijakan seperti pro- Papua II Mei-Juni 2000. Dalam momen-
gram transmigrasi, penolakan penga- momen penting sejarah politik Papua
kuan terh adap tanah ulayat atau 1999-2000 inilah terbentuk PDP
wilayah nenek moyang, eksploitasi (Presidium Dewan Papua) sebagai or-
sumber daya alam, kurangnya kesem- ganisasi perjuangan politik rakyat
patan bagi masyarakat lokal untuk ber- Papua untuk kemerdekaan. Namun se-
partisipasi dalam administrasi negara, jarah politik Papua 1999-2000 dan kon-
dan sebagainya). Masyarakat asli Papua solidasi gerakan masyarakat sipil me-
mengekspresikan kefrustasian mereka lalui FORERI, Tim 100, dan PDP
yang sudah terakumulasi sejak lama diakhiri dengan kembalinya kekerasan
melalui pelbagai demonstrasi damai. dilakukan oleh Pemerintah Indonesia
(Sugandi, 2008:5-6) dengan mengakhiri riwayat hidup salah
satu pimpinan PDP dan masyarakat
adat Papua, Theys Hiyo Eluay. Ling-
SIMPULAN karan kekerasan dan penderitaan dan
ekspresi demokrasi yang didapat rakyat
Sejarah politik Papua 1999-2000 P a p u a s e l a m a 1 9 9 9 - 2 0 0 0 k e m ba li
ditandai dengan terbukanya gerakan- terkubur oleh aksi-aksi kekerasan.
gerakan untuk mengekspresikan tun-
tutan kemerdekaan. Elite-elite lokal
Papua di perkotaan membangun sebuah
gerakan sosial masyarakat sipil yang
DAFTAR PUSTAKA
melakukan perjuangan tanpa kekerasan.
Berdasarkan ingatan akan kekerasan
Alua, Agus A. 2002. Mubes Papua 2000 23-26
dan penderitaan (memoria passionis)
Februari : Jalan Sejarah, Jalan Kebenaran,
rakyat Papua di bawah pemerintah In- Jayapura: Sekretariat Presidium De-
donesia dan keyakinan akan keberbe- wan Papua dan Biro Penelitian STFT
daan sejarah dengan negara Indonesia, Fajar Timur.
gerakan masyarakat sipil urban ini se- -------. 2002a. Dialog Nasional Papua dan Indo-
makin mendapatkan legitimasinya den- nesia 26 Februari 1999: Kembalikan Ke-
gan terbentuknya FORERI (Forum Re- daulatan Papua Barat, Pulang dan Re-
konsiliasi Rakyat Irian Jaya) pada Agus- nungkan Dulu, Jayapura: Sekretariat
Presidium Dewan Papua dan Biro
tus 1998. Forum elite-elite lokal Papua
Penelitian STFT Fajar Timur.
urban inilah yang melakukan mediasi
-------. 2002b. Kongres Papua 2000 21 Mei- 04
dan serangkain pertemuan-pertemuan Juni: Marilah Kita Meluruskan Sejarah
yang melibatkan seluruh elemen rakyat Papua Barat, Jayapura: Sekretariat Pre-
Papua untuk berdialog dengan Pemer- sidium Dewan Papua dan Biro Peneli-
intah Indonesia. FORERI kemudian ber- tian STFT Fajar Timur.
transformasi menjadi Tim 100 yang -------. 2006. Papua Barat dari Pangkuan ke
bertemu Presiden Habibie pada Febru- Pangkuan: Suatu Ikhtisar Kronologis,
ari 1999 dengan tuntutan bahwa rakyat Jayapura: Sekretariat Presidium De-
Papua menuntut kemerdekaan wan Papua dan Biro Penelitian STFT
Fajar Timur.
(memisahkan diri) dari Indonesia. Se-
Budiawan. 2004. “Sejarah dan Emansipasi
jarah politik Papua 1999-2000 juga di- Poltik” (resensi buku Tahun yang Tak

155
Paramita Vol. 22, No. 2 - Juli 2012: 131—248

Pernah Berakhir: Memahami Pengalaman Keadilan dan Perdamaian Keuskupan


Korban 65: Essay-essay Sejarah Lisan), Jayapura.
Kompas, 24 Juli 2004. ICG. 2006. “Bahaya yang Dapat Timbul Jika
Fahardian, Charles. 2007. Kisah-kisah Hidup Menghentikan Dialog”, Update Brief-
Tokoh Papua: Kesaksian Mereka yang ing, Asia Briefing No. 47. Jakarta/
Ditindas. Jayapura: Penerbit Deiyai Brussels, 23 Maret 2006.
“Gerakan Masyakarat Sipil di Papua”, ICG. 2002. “Sumberdaya dan Konflik di
Wawancara Simone Baab dan Victor Papua”, Update Briefing, Asia Brief-
Mambor dengan George Junus Adit- ing No. 39. Jakarta/Brussels, 13 Sep-
jondro, fokerlsmpapua.org (diakses tember 2002.
10 April 2011) Rumbiak, John. Kejahatan terhadap Kemanu-
Giay, Benny. 1986. Kargoisme di Irian Jaya. siaan di Papua Barat (Demi Persatuan
Sentani: Region Press. Nasional dan Pembangunan), (artikel
-------. 2000. Menuju Papua Baru: Beberapa tanpa tahun), elsahmnewsservice
Pokok Pikiran sekitar Emansipasi Orang (diakses Januari 2011)
Papua. Jayapura: Deiyai/Els-ham Salftford, John., 2003, The United Nations and
Papua. the Indonesian Takeover of West Papua,
-------. 2008. Mari Mengambil Alih Kendali Ke- 1962-1969, London: Routledge Cur-
hidupan: Memperjuangkan Pemulihan zon .
Negeri Ini (Kumpulan Renungan Pdt. Santoso, Aboeprijadi, 2001, “Bintang Kejora
Benny Giay). Jayapura: Penerbit Dei- Nasionalisme Etnik Papua Berkem-
yai. bang Alamiah,” Radio Hilversum, 26
Giyai, John Yontinus. 2010. “Resistensi Januari 2001.
Masyarakat Mimika terhadap Pelak- Tebay, Neles. 2009. Dialog Jakarta-Papua Se-
sanaan Otonomi Khusus di Kabu- buah Perspektif Papua. Jakarta: SKP
paten Mimika, Provinsi Papua”, tesis Jayapura.
di Program Magister Kajian Budaya, Timmer, Jaap, 2007, “Desentralisasi Salah
Program Pascasarjana Universitas Kaprah dan Politik Elit di Papua”,
Udayana 2010. dalam Henk Schulte Nordhold dan
Hernawan OFM, J. Budi. 2006.“Membangun Gerry van Klinken (eds.), Politik Lokal
Papua Sebagai Tanah Damai: Sum- di Indonesia, Yayasan Obor Indonesia,
bangan Gagasan untuk Sinode Keusk- Jakarta, hal. 595-625
upan Jayapura”. Makalah. Sekretariat

156

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai