Dari Memoria Passionis Ke Foreri Sejarah Politik P
Dari Memoria Passionis Ke Foreri Sejarah Politik P
net/publication/298425516
CITATIONS READS
5 3,930
1 author:
I Ngurah Suryawan
State University of Papua
15 PUBLICATIONS 18 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by I Ngurah Suryawan on 29 June 2016.
ABSTRACT ABSTRAK
This paper focuses on Papua memory of suffering Makalah ini berfokus pada memori Papua orang
in the tragedies of violations against humanity tentang penderitaan dalam tragedi pelanggaran
(memoria passionis) under the authority of the terhadap kemanusiaan (Memoria Passionis) di
Indonesian Government with brutal military bawah kewenangan Pemerintah Indonesia den-
actions. Memoria Passionis was also a founda- gan tindakan militer yang brutal. Memoria Pas-
tion of social movement in the urban people of sionis juga adalah dasar dari gerakan sosial di
Papua in 1999-2000. FORERI (Forum Rekonsi- masyarakat perkotaan Papua pada 1999-2000.
liasi Rakyat Irian Jaya – Forum of the Irian Jaya FORERI (Forum Rekonsiliasi Rakyat Irian Jaya)
People’s Reconciliation) and PDP (Presidium dan PDP (Presidium Dewan Papua) merupakan
Dewan Papua- Papuan Presidium Council) were elite berpendidikan lokal berjuang kebebasan
educated local elites who struggled for Papua Papua dengan damai. FORERI kemudian ber-
freedom peacefully. FORERI then transformed transformasi menjadi Tim 100 yang bertemu
into Tim 100 who met President Habibie in Feb- Presiden Habibie pada Februari 1999 dengan
ruary 1999 with the claim that the people of tuntutan bahwa rakyat Papua menuintut kemer-
Papua wanted independence (separation) from dekaan (memisahkan diri) dari Indonesia.
Indonesia. They carry out MUBES (Great Coun- Mereka melaksanakan MUBES (Musyawarah
cil) of Papuan people on 23 to 26 February 2000 Besar) Rakyat Papua 23-26 Februari 2000 dan
and the Papuan Congress II from May to June Kongres Rakyat Papua II Mei-Juni 2000. Kon-
2000. Consolidation of democracy and social solidasi demokrasi dan gerakan sosial di Papua
movement in Papua ended after Theys Hiyo berakhir setelah Theys Hiyo Eluay, salah satu
Eluay, one of the leaders of PDP was killed by pemimpin dari PDP dibunuh oleh Angkatan
Indonesian Army in 2001. Darat Indonesia pada tahun 2001.
dapat Rakyat (Pepera) Juli-Agustus 1969 Merdeka). Artikel ini juga memberikan
yang menyatakan Papua menjadi bagian perhatian terhadap ingatan kekerasan
dari Negara Kesatuan Republik Indone- dan penderitaan (memoria passionis)
sia. Namun demikian, sejarah Papua yang menjadi salah satu sumber dari
setelah 1969 menunjukkan bahwa hasil gerakan-gerakan aspirasi kemerdekaan
Pepera itu justru menjadi salah satu rakyat Papua sepanjang tahun 1999-
akar konflik yang berkepenjangan. 2000.
Sepanjang pemerintahan Orde
Baru sejak tahun 1969, Papua menjadi
salah satu objek pembangunan tanpa Memoria Passionis: Ingatan Kekerasan
rekognisi yang memadai pada komplek- dan Penderitaan
sitas sejarah dan budaya Papua. Salah
satu diantaranya dalam bentuk penye- Dalam tesisnya, John Giyai (2010:
ragaman desa berdasar Undang- 91-92; Giay, 2000: 9) menyebutkan
Undang Desa Nomor 5 Tahun 1979 dan bahwa memoria passionis adalah suatu
eksploitasi sumber daya alam oleh per- ingatan masa lalu yang tak bisa lupa
usahaan komersial. Pemaksaan- dari ranah kehidupannya karena pe-
pemaksaan nilai terjadi melalui pendi- ngalaman suatu peristiwa yang me-
dikan, birokrasi bahkan melalui lem- nyakitkan fisik maupun psikis dan
baga-lembaga keagamaan. Catatan pe- ceritanya diingat oleh generasi ke gene-
langgaran Hak Asasi Manusia (HAM) di rasi. Rentetan peristiwa kemanusiaan
Papua dikenal secara internasional (violence) seperti inilah yang menjadi
dalam intesitas yang tinggi. Berita me- ingatan penderitaan kolektif bagi
ngenai Papua sarat dengan kisah-kisah bangsa Papua. Sejarah kekerasan itulah
mengenai gerakan-gerakan perlawanan yang disebut dengan memoria passionis
untuk merdeka dan protes pelanggaran dengan mengambil istilah dari seorang
hak asasi manusia. Pasca reformasi, teolog Johan Baptist Metz. Memoria pas-
pemberlaksuan Undang-Undang No- sionis mengacu pada kenangan akan
mor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi trauma akibat kekerasan terbuka dan
Khusus Provinsi Papua serta Inpres No- marginalisasi sosial dan ekonomis se-
mor 1 Tahun 2003 tentang pemekaran cara umum.
daerah semakin mewarnai pergolakan Metz mengungkapkan, apabila
kekuasaan terhadap tanah Papua. saya memandang memoria passionis seba-
Artikel ini memfokuskan untuk gai satu-satunya kategori universal
melihat sejarah politik Papua pada ta- mengenai kemanusiaan, saya tidak ber-
hun 1999-2000 ketika zaman kebangkit- pikir tentang suatu ingatan yang hanya
an gerakan-gerakan memperjuangkan menguatkan dan mendukung identitas
aspirasi kemerdekaan rakyat Papua ber- kita (sebagai pihak yang menang dan
langsung di seluruh bumi Cendera- beruntung), tetapi sebaliknya ingatan
wasih, yang sering disebut dengan Pap- yang mempertanyakan identitas kita
uan Spring atau Renaissance Papua yang telah terbangun dan dijaga ketat
(Timmer, 2007; ICG, 2001). Momentum oleh kita yang maju dan menang. Ingat-
pasca reformasi 1998 di Indonesia di- an ini adalah suatu ingatan yang berba-
manfaatkan oleh kalangan-kalangan ak- haya, ia melemahkan seseorang, ia
tivis Papua urban di kota-kota Papua membuka satu sisi kehidupan. Ia adalah
untuk mengkonsolidasikan gerakan- peringatan yang tidak mau menjadikan
gerakan kemerdekaan yang dikenal penderitaan sebagai alasan untuk kita
dengan GERASEM (Gerakan Aspirasi menjadi lebih agresif, tetapi merenung-
144
Dari Memoria Passionis ke Foreri - I Ngurah Suryawan
Paramita Vol. 22, No. 2 - Juli 2012: 131—248
kan nasib mereka yang menderita pada Gerakan sosial di Tanah Papua
masa lampau. Di mana saja tradisi dan adalah proses kesadaran melawan bu-
ingatan masa lalu diangkat secara daya lupa dan upaya “menyelematkan
serius, tradisi dan ingatan itu selalu masa lalu”. Masa lalu yang trautamis
amat berbahaya terhadap mereka yang dan penuh dengan penderitaan di-
memiliki tradisi dan ingatan itu, karena hadirkan ke masa kini, agar masa lalu
mereka menuntut pertobatan dan trans- yang hilang dimakan “kelupaan” itu
formasi. Ingatan itu harus kritis dan dapat diselamatkan. Tujuannya untuk
subversif sebagai oposisi terhadap status mengingatkan kepada semua pihak, ter-
quo keadaan sekarang untuk membebas- utamanya penguasa, untuk menyelesai-
kan masyarakat dari kesadaran diri dan kan tugasnya untuk membawa kese-
kutukan satu dimensi yang dibangun jahteraan dan menyebar kedamaian
oleh kelompok yang dominan, sehingga serta keadilan yang belum pernah diwu-
tradisi ini digunakan sebagai potensiali- judkan hingga kini.
tas yang kritis dan membebaskan. Jadi Farhadian (2007) dalam
sangatlah jelas bahwa masa lalu korban proyeknya tentang Kisah-kisah Hidup
kekerasan negara inilah yang sering dia- Tokoh Papua: Kesaksian Mereka yang
baikan yang kemudian menjadi per- Ditindas mengajukan betapa pentingnya
hatian dari refleksi teologi Metz. Masa menghadirkan kesaksian-kesaksian
lalu yang dibicarakan di sini tidaklah orang Papua sebagai korban dan pe-
kosong, namun mengutip Walter Benja- juang dari tragedi kemanusiaan dan
min, masa lalu adalah masa yang penuh penderitaan di tengah kekuatan kapital-
dengan penderitaan karena berisi kisah- isme global yang mengepung Tanah
kisah dan pengalaman-pengalaman Papua. Namun, di tengah situasi dunia
penindasan (Metz, 1999 dalam Giay, yang mengglobal menyerang kampung-
2006: 24-25). kampung di Tanah Papua, suara-suara
Metz mengungkapkan untuk rakyat Papua seolah ditelan dengan
menggumuli kekerasan dan penderitaan kisah-kisah kesuksesan investor
masa lalu dari masyarakat dalam menanamkan modalnya dan memberi-
“sejarah sunyi” tersebut, beberapa pers- kan kesejahteraan kepada rakyat Papua.
pektif yang perlu dijadikan pedoman Akan tetapi, mungkin kisah-kisah itu
dalam “gerakan sosial” dari masyarakat adalah palsu dan kebohongan semata.
adalah; memandang memoria (ingatan) Suara-suara rakyat Papua tenggelam
mereka yang menjadi korban tidak lagi oleh kekuatan-kekuatan ahli strategi
sebagai hiasan atau pelengkap atau se- pembangunan dan perusahaan-
bagai “kekalahan”dan sikap menarik perusahaan eco-tourism yang terus-
diri dari realitas. Selanjutnya adalah menerus mempromosikan alasan
membangun kesadaran akan proyek mereka dengan mengeksploitasi
keadilan dan keselamatan terhadap “keterbelakangan” rakyat Papua deng-
identitas komunitas yang terancam an menyebutkan “ penduduk asli jaman
yang belum diselesaikan. Dalam hal ini, batu yang terisolasi” untuk memapar-
masyarakat (dan gereja) membangun kan secara pejoratif penduduk asli.
solidaritas dengan mereka sebagai Berdasarkan kepada kesaksian
korban kekerasan untuk bersama-sama iman Kristen yang membimbing dan
mengaktualisasikan dirinya maupun menguatkan perjuangan kisah-kisah
perjuangannya untuk menyelamatkan hidup tokoh-tokoh Papua ini, Fahardian
masa lalu dan merehabilitasi identitas- (2007:vii) mengungkapkan bahwa ke-
nya. saksian yang berarti menceritakan ke-
145
Paramita Vol. 22, No. 2 - Juli 2012: 131—248
benaran tentang suatu persoalan, kesan bagi prasangka dan sikap kasar
apakah di pengadilan hukum atau di dan juga bagi realitas rakyat Papua kini
dalam konteks religi. Pengadilan hukum yang samar. Penyajian identitas rakyat
menjadi hukum moral kesadaran orang- Papua yang bersuku-suku sangat
orang yang memiliki itikad baik di berkontribusi pada ilusi bahwa orang-
dalam komunitas dunia. Konteks religi orang Papua adalah orang primitif dan
yang menjadi perjuangan rakyat Papua membutuhkan bimbingan seperti anak-
untuk melibatkan lingkungannya seba- anak. Inti dari semua persoalan tersebut
gai penganut Kristen. Ketika orang ber- adalah orang-orang Papua ingin menga-
saksi, ia akan mengaitkan pernyataan- tur dirinya sendiri.
pernyataan sebagai saksi mata peristi- Proses keterdesakan rakyat Papua
wanya. Kekuatan kesaksian berada di salah satunya disebabkan karena pro-
dalam fakta bahwa kata-kata para saksi gram transmigrasi yang perlahan tapi
didasarkan pada pengetahuan pribadi, pasti meminggirkan rakyat Papua oleh
langsung dan disuarakan di dalam para pendatang yang didukung oleh
orang pertama tunggal. pemerintah dan kekuasaannya. Rakyat
Oleh karena itulah, narasi-narasi Papua adalah orang-orang yang mem-
kesaksian rakyat Papua berada di ten- bentuk mayoritas hampir 2,2 juta pen-
gah-tengah proses penundukan dan duduk yang tinggal di belahan barat
pengabaian yang dilakukan oleh negara. kepulauan New Guinea. Tapi dengan
Pada kesaksian inilah kita akan mene- program transmigrasi oleh pemerintah
mukan bagaimana iman dan pengalam- Indonesia, perpindahan penduduk me-
an-pengalaman religi dan kemanusiaan lebihi hampir satu juta jiwa ke Tanah
memberikan harapan, semangat, dan Papua. Mayoritas utama para transmi-
keberanian untuk melawan penindasan gran ini secara ras berbeda dari rakyat
dan kekejaman yang mereka hadapi. Papua yang adalah orang-orang Mela-
Narasi dan kesaksian-kesaksian rakyat nesia. Sebagian besar pendatang ini juga
Papua akan mencerminkan suatu yang tidak memiliki keimanan utama pen-
sangat rumit (complicated) yang mencer- duduk Papua yaitu Kristen dan ani-
minkan kehidupan orang-orang Papua misme. Selama beberapa dekade peme-
hari ini. Orang-orang Papua secara kul- rintah pusat di Jakarta, yang mengguna-
tural adalah orang Melanesia, sebagian kan kebrutalan militer dan polisi, me-
besarnya penganut Kristen, dan berada maksa rakyat Papua keluar dari tanah-
di tengah salah satu negara muslim ter- nya sendiri. Teror dan intimidasi ini bi-
besar di dunia. Kehidupan orang-orang asanya dilakukan tanpa kompensasi un-
Papua mencerminkan sebuah percam- tuk membuka jalan bagi komunitas-
puran ranah sosial, kultural, politik, dan komunitas transmigran. Level pendidik-
religius sekaligus. an dan keterampilan para pendatang
Konstruksi kebudayaan Papua baru yang lebih tinggi dan disukai oleh
yang “terkebelakang” dan “primitif” pemerintah dengan cepat meming-
dipropagandakan oleh beberapa ma- girkan rakyat Papua. Perbedaan budaya
jalah internasional dan juga majalah- dan iman rakyat Papua dengan para
majalah Indonesia serta brosur-brosur pendatang juga menguatkan sikap rasis
wisata. Mereka inilah yang mengambil mereka.
keuntungan dari citra-citra rakyat Selama bertahun-tahun komunitas
Papua yang dipublikasikan mengena- internasional dalam bentuk Bank Dunia,
kan koteka, memegang busur dan anak Dana Moneter Internasional (IMF), pe-
panah. Penggambaran ini memberikan merintah negara lain termasuk Amerika
146
Dari Memoria Passionis ke Foreri - I Ngurah Suryawan
Paramita Vol. 22, No. 2 - Juli 2012: 131—248
147
Paramita Vol. 22, No. 2 - Juli 2012: 131—248
148
Dari Memoria Passionis ke Foreri - I Ngurah Suryawan
Paramita Vol. 22, No. 2 - Juli 2012: 131—248
masyarakat Papua untuk menamai lah besar. Operasi Militer yang dimak-
perasaan dan pengalaman tak dilin- sudkan adalah Operasi Sadar (1965-
dungi dengan istilah genosida. Istilah 1967), Operasi Brathayuda (1967-1969),
ini sebenarnya adalah istilah hukum Operasi Wibawa (1967-1969),Operasi
HAM internasional dari Konvensi PBB Pamungkas (1969-1971) Operasi militer
tentang Genosida tahun 1948 untuk di Kabupaten Jayawijaya (1977), Operasi
menamai kejahatan terhadap kemanu- Sapu Bersih I dan II (1981), Operasi
siaan yang paling serius setara dengan Galang I dan II (1982), Operasi Tumpas
kejahatan perang. Intinya adalah tindak (1983-1984) dan Operasi Sapu Bersih
kejahatan yang secara sengaja dan teren- (1985), Operasi Militer di Mapnduma
cana berniat membasmi sebagian atau (1996). Kemudian jalan kekerasan sete-
seluruh kelompok masyarakat, suku, ras lah pemberlakukan Otonomi Khusus
atau agama. Meski secara teknis hukum, adalah pelanggaran HAM di Wasior
genosida yang berkembang di Papua (2001), Operasi militer di Wamena
belum memenuhi syarat-syarat yang (2003) dan di Kabupaten Puncak Jaya
amat ketat terutama mengenai motif (2004) (Tebay, 2009:2; Giyai, 2010: 91)
dan kebijakan negara serta jumlah John Rumbiak secara periodik
korban, tetapi inti perasaan dan terlebih menuliskan bagaimana pemerintah In-
pengalaman tak terlindung makin hari donesia telah melakukan “perang” me-
makin kuat. lawan bangsa Papua sejak 1963 dengan
Hak hidup orang Papua makin serangkaian kejahatan terhadap ke-
sulit dijamin ditambah lagi jumlahnya manusiaan yang dilakukan oleh TNI/
yang jauh lebih kecil dibandingkan den- Polri. Saya akan kutip secara utuh ba-
gan seluruh penduduk Indonesia. Kini gaimana periode-periode penindasan
perbandingan antara pribumi dan pen- terhadap rakyat Papua dilakukan oleh
datang hampir sama, yakni 58% : 42%. Pemerintah Indonesia.
Umumnya, pendatang menguasai sek- Periode 1963 – 1969 adalah masa
tor ekonomi menengah ke atas dan se- transisi di mana sesudah kedaulatan
cara geografis, mendiami wilayah per- Papua Barat, berdasarkan New York
kotaan; sementara pribumi Papua Agreement 15 Agustus 1962, dilim-
umumnya tidak memiliki akses ke sek- pahkan dari Pemerintah Belanda ke Pe-
tor ekonomi/bisnis serta lebih banyak merintah Indonesia dan persiapan
tinggal di wilayah pedalaman. Perasaan menuju ke apa yang disebut “Act of Free
dan pengalaman terpojok, tersudut, dan Choice” pada tahun 1969. Pada masa ini
tak terlindung inilah yang menjadi sum- pemerintah dan angkatan bersenjata
ber gerakan perlawanan rakyat Papua. Republik Indonesia memasukkan
(Hernawan, 2006) ribuan aparat keamanan dan petugas-
Dalam sejarah Indonesia, pada petugas pemerintah untuk memastikan
zaman pemerintah Soeharto, Provinsi bahwa rakyat Papua Barat menjadi
Papua dijadikan Daerah Operasi Militer bagian integral dari Republik Indonesia
(DOM), sehingga beberapa kali terjadi bilamana Act of Free Choice terjadi.
Operasi Militer yang dilakukan oleh Rakyat diintimidasi, terjadinya penang-
ABRI atau sekarang disebut TNI. Pada kapan dan penahanan di luar hukum,
tanggal 1 Mei 1963, pemerintah Indone- pembunuhan-pembunuhan. Akibatnya
sia menempatkan TNI dalam jumlah hanya 1025 saja dari total 800.000 rakyat
besar di seluruh Tanah Papua dan dila- Papua waktu itu yang ditentukan oleh
kukan operasi besar-besaran terjadi dan Pemerintah Indonesia untuk secara ter-
menewaskan rakyat Papua dalam jum- paksa memilih menjadi bagian dari Ne-
149
Paramita Vol. 22, No. 2 - Juli 2012: 131—248
150
Dari Memoria Passionis ke Foreri - I Ngurah Suryawan
Paramita Vol. 22, No. 2 - Juli 2012: 131—248
151
Paramita Vol. 22, No. 2 - Juli 2012: 131—248
Sementara gerakan sosial pasca itu berat. Uncen mulai takut karena per-
nasionalisme etnik tersebut bertransfor- soalan kritis yang dilontarkan oleh IR-
masi menjadi gerakan-gerakan sosial JADISC dan YPMD. IRJADISC Uncen
berbasis pada LSM dan gereja. Adalah kemudian ditinggalkan dan orang-
pada tahun 1980 ketika dilakukan orangnya masuk ke YPMD plus KDK
diskusi di di Biara APO dan Keuskupan hingga mulai dikenal di luar negeri.
Jayapura. Tujuan dari diskusi itu adalah Pada tahun itu juga LBH didirikan di
untuk melihat kemungkinan bagaimana Papua. Gereja Katolik dan GKI meminta
cara mengangkat permasalahan- kepada YLBHI agar LBH didirikan di
permasalahan HAM di Papua kepermu- Papua (Baab dan Mambor, 2011).
kaan, termasuk ke tingkat Internasional. Konsolidasi demokrasi bagi elite-
Maka terbentuklah KKO (Kelompok elite lokal Papua terbuka saat jatuhnya
Kerja Oikumene) yang kemudian mem- rezim otoritarian Soeharto 1998. Alter-
bentuk IRJADISC yang berbasis di lem- natif yang tersedia adalah bergabung
baga Antropologi Uncen sehingga sang- dengan perlawanan bersenjata OPM
at dekat hubungannya dengan kurator (Organisasi Papua Merdeka), membang-
Museum Uncen yaitu Arnorld Ap mau- un bentuk perlawanan lainnya atau
pun Ketua Lembaga Antropolodi Un- memilih berjuang di jalur pengasingan.
cen, Dr Daan Ajamiseba. IRJA DISC Namun, pada Agustus 1998, selang be-
menjadi lembaga hukum yang solid berapa pekan setelah dilakukan pem-
dengan diberi nama Yayasan Pengem- bungkaman demonstrasi kemerdekaan
bangan Masyakat Desa.(YPMD). Tahun di Jayapura, Sorong, Wamena dan Biak,
1984, gerakan masyarakat sipil ini para intelektual, pemuka gereja dan ak-
dalam situasi yang rumit. Karena Ar- tivis membentuk Forum Rekonsiliasi
nold Ap dituduh otak dibalik eksodus Rakyat Irian Jaya (FORERI). Foreri beru-
10.000. orang ke Papua New Guinea dan paya untuk mencari peluang bagi orang
dituding sebagai Menteri Kebudayaan Papua untuk mengelola masalah
Republik Papua Merdeka dibawah Ko- mereka sendiri, melalui otonomi, system
mando Brigjen Zet Rumkorem. Ia di- federal atau kemerdekaan. Ada kesada-
tangkap oleh Kopasanda, dijebak dan ran diantara para aktivis di Jayapura
melarikan diri dan dibunuh di Pasir 6. khususnya bahwa mereka perlu men-
Ini tentu menjadi pukulan yang sangat jauhkan diri dari OPM setelah perstiwa
berat bagi IRJA DISC. penculikan Ekspedisi Lorentz pada ta-
Berita dari kampung pun terbit hun 1996.
yang kemudian berubah nama menjadi FORERI dengan dukungan tiga
Kabar Dari Kampung (KDK). KDK se- gereja terbesar (Gereja Kristen Injil,
lalu diasuh dalam bahasa Indonesia Gereja Katolik, dan Gereja Kristen Injil
populer dan bahasa Indonesia-Papua. Indonesia), pemuka intelektual dan
Waktu itu KDK merupakan majalah LSM serta sejumlah pemuka adat, mun-
yang banyak dibaca oleh masyarakat cul sebagai wahana utama bagi cita-cita
desa dan masyarakat di Papua. Itulah orang Papua. Foreri menjadi mitra dia-
spiritnya Arnorld Ap, termasuk yang log dengan pemerintah Indonesia dalam
lainnya yaitu pentingnya mengetahui serangkaian pertemuan–pertemuan in-
struktur budaya, sistem budaya, sistem formal menuju pertemuan Tim 100
sosial masyarakat diberbagai di Papua Pemimpin Papua dengan Presiden
sebagai entripoint sewaktu introduksi Habibie pada Februari 1999. 100 ang-
sosial. Tetapi ketergantungan IRJADISC gota delegasi tersebut secara luas me-
pada Universitas Cenderawasih (Uncen) wakili para elite Papua baik secara
152
Dari Memoria Passionis ke Foreri - I Ngurah Suryawan
Paramita Vol. 22, No. 2 - Juli 2012: 131—248
153
Paramita Vol. 22, No. 2 - Juli 2012: 131—248
154
Dari Memoria Passionis ke Foreri - I Ngurah Suryawan
Paramita Vol. 22, No. 2 - Juli 2012: 131—248
155
Paramita Vol. 22, No. 2 - Juli 2012: 131—248
156