Anda di halaman 1dari 11

RENUNGAN FILOSOFI KASIH KEMANUSIAAN ATAS DASAR KASIH TUHAN

I. AYAT KITA SUCI

Kisah Para Rasul 4:32-37 (TB) Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu,
mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorang pun yang berkata, bahwa sesuatu dari
kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan
mereka bersama.

Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan
Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah.

Sebab tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua
orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil
penjualan itu mereka bawa dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu
dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya.

Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas, artinya anak
penghiburan, seorang Lewi dari Siprus. Ia menjual ladang, miliknya, lalu membawa
uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul.

II. RENUNGAN

A. Kesejahteraan Gereja; Kebebasan Murid-murid (Kis 4:32-37)

Di dalam ayat-ayat ini kita mendapati gambaran umum yang sangat indah mengenai
semangat dan keadaan jemaat mula-mula yang masih sangat bersahaja ini. Inilah
conspectussæculi – suatu gambaran suatu masa kanak-kanak tanpa dosa.

1. Para murid itu saling mengasihi dengan sungguh. Tengoklah betapa


menyenangkan melihat kumpulan orang yang telah percaya itu sehati dan
sejiwa (ayat.Kis PR. 4:32), dan di antara mereka tidak terdapat Perselisihan
ataupun Perpecahan. Amatilah di sini,

a. Terdapat banyak orang yang percaya, bahkan di Yerusalem, tempat


pengaruh jahat para imam kepala terasa paling kuat. Dalam sehari saja
terdapat tiga ribu jiwa yang bertobat, dan pada hari lain lima ribu orang,
dan selain itu, tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka. Tidak perlu
diragukan lagi bahwa mereka semua dibaptis dan membuat pengakuan
iman. Karena Roh yang sama, yang memberi para rasul itu keberanian
untuk memberitakan iman kepada Kristus, juga memberi mereka
keberanian untuk mengakuinya. Perhatikanlah, pertumbuhan gereja
merupakan kemuliaan bagi jemaat dan banyaknya orang yang percaya
menggambarkan sifatnya. Sekarang gereja bersinar, dan terangnya telah
datang ketika jiwa-jiwa datang berbondong-bondong seperti awan ke
dalam pelukannya, bagaikan burung merpati ke pintu kandangnya (Yes.
60:1, 8).

b. Mereka sehati dan sejiwa. Walaupun jumlah mereka banyak, sangat


banyak, dari berbagai usia, tabiat, dan kedudukan dalam dunia, mereka
yang sebelum percaya boleh jadi sama sekali tidak saling kenal, saat
berjumpa di dalam Kristus, mereka langsung akrab seakan-akan sudah
saling mengenal selama bertahun-tahun. Sebelum bertobat, mereka
mungkin berasal dari berbagai golongan di antara orang Yahudi, atau
berselisih paham tentang kepentingan warga negara. Namun, sekarang
semua hal itu telah dilupakan serta diabaikan. Mereka bersepakat di
dalam iman kepada Kristus dan karena menggabungkan diri kepada
TUHAN, mereka juga saling menggabungkan diri dalam kasih yang kudus.
Inilah buah berkat yang dihasilkan dari perintah Kristus menjelang
kematian-Nya, supaya mereka saling mengasihi, dan hasil dari doa-Nya
untuk mereka sebelum Ia mati, supaya mereka menjadi satu. Kita
mempunyai alasan untuk berpikir bahwa mereka terbagi menjadi
beberapa jemaat atau perhimpunan ibadah, sesuai tempat tinggal mereka,
di bawah pimpinan gembala masing-masing. Meskipun demikian, hal ini
tidak menimbulkan iri hati atau perasaan tidak enak, sebab mereka sehati
dan sejiwa. Mereka mengasihi jemaat-jemaat lain sama seperti mereka
mengasihi jemaat sendiri. Seperti itulah keadaannya waktu itu, dan kita
tidak perlu kehilangan harapan bisa melihat keadaan semacam itu lagi,
sampai dicurahkan kepada kita Roh dari atas.

2. Para pelayan Tuhan itu pun melanjutkan pekerjaan mereka dengan penuh
semangat dan keberhasilan (ay.Kis 4:33), Dan dengan kuasa yang besar
rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus.
Pengajaran yang mereka beritakan adalah tentang kebangkitan Kristus, yang
merupakan suatu kenyataan yang tidak saja berperan untuk meneguhkan
kebenaran agama suci Kristus, tetapi karena dijelaskan dan digambarkan
dengan kesimpulan yang tepat, juga meringkaskan semua kewajiban, hak
istimewa, dan penghiburan orang-orang Kristen. Kebangkitan Kristus, apabila
dipahami dan dimanfaatkan dengan tepat, akan membawa kita masuk ke
dalam rahasia-rahasia agung agama ini. Yang dimaksudkan dengan kuasa
besar yang digunakan para rasul untuk membuktikan kebenaran kebangkitan
itu adalah

a. Tenaga, semangat, dan keberanian luar biasa yang mereka miliki untuk
memberitakan dan mengakui pengajaran ini di depan umum. Mereka tidak
melakukannya dengan lemah lembut dan malu-malu, tetapi dengan
semangat dan tekad kuat, seperti mereka yang sangat puas dengan
kebenarannya, serta sangat ingin agar orang lain juga mengalaminya.

b. Mujizat-mujizat yang mereka adakan untuk meneguhkan pengajaran


mereka. Dengan perbuatan penuh kuasa itu, mereka memberi kesaksian
tentang kebangkitan Tuhan Yesus, dan Allah sendiri yang berada di dalam
diri mereka, turut bersaksi juga.

3. Keindahan Tuhan Allah kita bersinar ke atas mereka dan seluruh tindakan
mereka, Mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah.
Bukan hanya para rasul, melainkan semua orang percaya, charismegalē –
kasih karunia yang mengandung sesuatu yang agung di dalamnya (yang
hebat dan sangat luar biasa) ada atas mereka semua.
a. Kristus mencurahkan anugerah bagi mereka semua dengan berlimpah-
limpah, yang melayakkan mereka melakukan berbagai pelayanan yang
besar, dengan cara memberi mereka kuasa besar. Anugerah itu datang
bagi mereka dari tempat tinggi, dari atas.

b. Ada buah-buah yang menjadi bukti dari anugerah itu dalam semua yang
mereka katakan dan lakukan, hingga mendatangkan kehormatan bagi
mereka dan melayakkan mereka mendapat perkenanan Allah. Dengan
begitu dalam pandangan-Nya, mereka itu sangat berharga.

c. Ada yang beranggapan bahwa ini mencakup perkenanan orang banyak


terhadap mereka juga. Semua orang melihat keindahan dan keunggulan
di dalam diri mereka, serta menghormati mereka.

4. Mereka sangat bermurah hati kepada orang miskin, dan mati terhadap dunia
ini. Ini juga merupakan salah satu bukti luar biasa dari pekerjaan kasih
karunia Allah di dalam diri mereka, seperti bukti-bukti lainnya, sehingga
mendatangkan rasa hormat orang banyak kepada mereka.

a. Mereka tidak mementingkan harta benda, yang bahkan oleh anak-anak


sekalipun digila-gilai dan dicemburui, dan dibangga-banggakan oleh orang
duniawi, seperti Laban (Kej. 31:43), segala yang kaulihat di sini adalah
milikku. Juga seperti Nabal (1Sam. 25:11), rotiku, air minumku. Orang-
orang percaya ini begitu penuh dengan pengharapan mewarisi harta di
dunia lain hingga kekayaan duniawi tidak ada artinya bagi mereka. Tidak
seorang pun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah
miliknya sendiri (ay.Kis 4:32). Mereka memang tidak menyingkirkan harta
benda, tetapi juga tidak terlalu merisaukannya. Mereka tidak menyebut
apa yang mereka miliki itu sebagai kepunyaan sendiri dengan sikap
angkuh dan kemegahan yang sia-sia, menyombongkannya, atau
mengandalkannya. Mereka tidak menyebutnya sebagai milik sendiri,
sebab mereka telah mencampakkan semuanya bagi Kristus dengan
penuh rasa kasih sayang. Mereka senantiasa siap kehilangan semuanya
demi ketaatan mereka kepada-Nya. Mereka tidak berkata bahwa
semuanya itu adalah milik mereka, sebab kita memang tidak dapat
menyebut apa pun selain dosa sendiri sebagai milik kita. Apa yang kita
punyai di dunia ini lebih menjadi milik Allah daripada milik kita. Kita
menerimanya dari Dia, harus menggunakannya bagi Dia, dan harus
memberikan pertanggungjawaban atas kekayaan itu kepada-Nya. Tidak
seorang pun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah
miliknya sendiri, idion – miliknya seorang. Sebab setiap orang dari mereka
suka memberi dan membagi, serta tidak ingin menghabiskan makanannya
sendiri. Sebaliknya, apa yang masih dipunyainya bagi diri sendiri dan
keluarganya juga boleh dinikmati oleh sesamanya yang miskin. Mereka
yang memiliki harta tidak ingin menyimpannya untuk diri sendiri, tetapi
bersedia berbagi dan bahkan mengekang diri supaya dapat membantu
sesama mereka. Tidak mengherankan bahwa mereka sehati dan sejiwa,
karena mereka begitu tidak terikat dengan kekayaan dunia ini. Sebab
meum – kepunyaanku, dan tuum – kepunyaanmu, merupakan hal-hal
yang dapat memicu pertarungan dan pertengkaran. Sikap manusia yang
mempertahankan milik sendiri dan merebut lebih dari yang menjadi hak
mereka, merupakan pemicu peperangan dan pertempuran.

b. Mereka melimpah dalam perbuatan amal, sehingga yang terjadi adalah


segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama. Sebab (ay.Kis 4:34),
tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka. Sebaliknya,
semua yang mereka butuhkan telah diatur. Orang-orang yang tadinya
disokong badan amal masyarakat, boleh jadi dikeluarkan dari
keanggotaan ketika mereka menjadi orang Kristen. Oleh sebab itu sudah
sepatutnya jemaat kemudian mengurus mereka. Sama seperti terdapat
banyak orang miskin yang menerima Injil, demikian pula terdapat
beberapa orang kaya yang mampu memelihara kesejahteraan mereka,
dan anugerah Allah sajalah yang membuat orang-orang kaya itu bersedia
melakukannya. Mereka yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan,
sebab kelebihan yang mereka punyai itu telah mereka berikan kepada
orang-orang yang hanya mampu mengumpulkan sedikit, supaya mereka
ini tidak kekurangan (2Kor. 8:14-15). Injil telah membuat segala sesuatu
menjadi kepunyaan bersama, bukan supaya orang miskin diperbolehkan
merampok orang kaya, melainkan supaya orang kaya ditunjuk untuk
membantu orang miskin.

c. Banyak dari antara mereka yang menjual tanah atau mengumpulkan dana
untuk perbuatan amal, Semua orang yang mempunyai tanah atau rumah,
menjual kepunyaannya itu (ay.Kis 4:34). Menurut perhitungan Dr.
Lightfoot, tahun terjadinya peristiwa ini adalah dalam tahun Yobel bangsa
Yahudi, yakni tahun kelima puluh (tahun kedua puluh delapan sejak
mereka menetap di Kanaan seribu empat ratus tahun sebelumnya). Jadi,
karena apa yang terjual tahun itu dan tidak dapat terulang sampai tahun
Yobel berikutnya, maka harga tanah pun meningkat. Karena itu penjualan
tanah-tanah tadi menghasilkan lebih banyak uang lagi. Sekarang,

1.) Diceritakan di sini tentang apa yang mereka lakukan dengan uang
hasil penjualan itu. Mereka meletakkannya di depan kaki rasul-rasul.
Mereka meninggalkan uang itu untuk dipergunakan dengan sepatutnya
menurut penilaian para rasul itu. Mungkin rasul-rasul itu juga menerima
sebagian dari situ untuk penghidupan sehari-hari mereka, sebab jika
tidak, dari mana lagi mereka memperolehnya? Amatilah, para rasul
membiarkan uang itu diletakkan di depan kaki mereka sebagai tanda
betapa mereka menolak kekayaan dunia dengan rasa jijik yang kudus.
Bagi mereka, lebih baik uang itu diletakkan di kaki mereka daripada di
tangan atau pangkuan mereka. Dengan meletakkannya di depan kaki,
uang itu tidak ditimbun, tetapi dibagi-bagikan, oleh orang-orang yang
tepat, kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya. Orang harus
sangat hati-hati dalam membagi-bagikan amal,

a.) Supaya diberikan kepada orang yang memerlukannya, misalnya


mereka yang tidak mampu menghasilkan pendapatan cukup bagi
diri sendiri, karena usia lanjut, masih terlampau kecil, mempunyai
penyakit, cacat tubuh, cacat mental, kekurangan kepintaran atau
pekerjaan, tiadanya dukungan, dan mengalami kehilangan,
penindasan, atau biaya hidup yang tinggi. Orang-orang yang
karena berbagai hal tadi atau karena hal lain benar-benar
mempunyai kebutuhan mendesak, dan tidak memiliki sanak
keluarga sendiri untuk membantu mereka, namun, di atas
segalanya, orang-orang yang berkekurangan karena berbuat baik
dan demi kesaksian yang diberikan suara hati, patut diurus,
dipelihara, dengan menggunakan pemberian itu dengan bijaksana
sehingga bermanfaat bagi mereka.

b.) Supaya uang itu diberikan kepada setiap orang, untuk siapa
pemberian itu dimaksudkan, sesuai dengan keperluannya, tanpa
sikap memihak atau memberikan perhatian khusus kepada orang-
orang tertentu. Hal ini merupakan aturan dalam membagi-bagikan
amal dan juga dalam menjalankan keadilan, utparium par sit ratio –
supaya mereka yang berkekurangan dan layak menerimanya,
mendapatkan bantuan, dan supaya pemberian amal itu disesuaikan
dengan keperluannya, seperti yang tertulis tadi.

2.) Di sini disebutkan nama orang tertentu yang dikenal karena


kemurahan hatinya. Orang itu adalah Barnabas, yang di kemudian hari
menjadi rekan sekerja Paulus. Amatilah,

a.) Gambaran yang diberikan di sini mengenai dirinya (ay.Kis 4:36).


Dulu, namanya adalah Yusuf. Ia berasal dari suku Lewi, sebab di
antara orang-orang Yahudi yang tersebar-sebar terdapat orang-
orang Lewi, yang boleh jadi memimpin di rumah ibadat mereka –
beribadah, dan sesuai dengan kewajiban suku itu, menunjukkan
akal budi yang baik dalam melayani TUHAN. Dia lahir di Siprus,
sangat jauh dari Yerusalem, karena meskipun orangtuanya orang
Yahudi, mereka bertempat tinggal di sana. Disebutkan bahwa para
rasul mengubah namanya setelah ia bergabung dengan mereka.
Ada kemungkinan dia adalah salah seorang dari ketujuh puluh
murid, dan sementara ia makin bertambah dalam karunia dan
anugerah, menjadi semakin terkenal, dan dihormati oleh para rasul,
yang sebagai tanda bahwa mereka menghargai dia, memberinya
nama Barnabas, yang artinya anak nubuat (begitulah arti yang
seharusnya), karena ia diberi karunia bernubuat yang luar biasa.
Namun, orang-orang Yahudi yang mendukung Helenisme (menurut
Grotius) menyebutnya paraklēsis yang pendoa, dan oleh sebab itu,
di sini istilah itu (oleh beberapa orang) diterjemahkan dengan anak
nasihat, yaitu orang yang memiliki kemampuan menyembuhkan
dan memberikan dorongan. Kita bisa melihat contoh
kemampuannya ini di pasal 11:22-24. Di sini kita membaca bahwa
namanya berarti anak penghiburan, seseorang yang banyak
berjalan dalam penghiburan Roh Kudus, yakni orang Kristen yang
penuh keriangan. Hal ini semakin meluaskan hatinya untuk
melakukan perbuatan amal bagi orang miskin. Atau, ini artinya ia
seorang yang terkenal suka menghibur umat Tuhan dan
menenteramkan hati nurani yang gelisah. Kemampuannya di
bidang itu sungguh mengagumkan. Di antara para rasul terdapat
dua orang yang disebut Boanerges – anak-anak guruh (Mrk. 3:17).
Tetapi di sini terdapat seorang anak penghiburan di tengah mereka.
Masing-masing memiliki karunianya sendiri. Janganlah yang
seorang mencela yang lain, tetapi justru saling melengkapi. Biarlah
yang seorang mencari lukanya, dan yang lainnya mengobati dan
membebatnya.

b.) Di sini dicatat perihal perbuatan amalnya dan juga kemurahan


hatinya menyangkut dana bagi kepentingan umum. Hal ini terutama
disebutkan karena kemasyhuran pelayanannya di kemudian hari di
tengah jemaat Allah, terutama dalam hal memberitakan Injil kepada
orang-orang bukan-Yahudi. Dan supaya hal ini tidak tampak
seakan-akan timbul dari kedengkian terhadap bangsanya sendiri, di
sini diceritakan tentang kebajikannya terhadap orang-orang Yahudi
yang sudah bertobat. Atau, mungkin juga hal ini disebutkan sebagai
teladan bagi orang lain. Ladang miliknya, entah itu berada di Siprus
tempat ia dilahirkan, atau di Yudea, tempat ia sekarang tinggal,
ataupun di tempat lain, tidaklah jelas, tetapi ia menjualnya tidak
untuk membeli lagi di tempat lain guna mencari keuntungan.
Sebaliknya, sebagai orang Lewi yang tahu bahwa ia memiliki Tuhan
Allah orang Israel sebagai warisannya, ia membenci warisan
duniawi dan tidak mau dibebani lagi dengannya. Karena itu, ia
membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-
rasul, untuk diberikan bagi perbuatan amal. Demikianlah, sebagai
orang yang telah ditentukan untuk menjadi pemberita Injil, ia
melepaskan diri dari kekusutan urusan-urusan hidup ini, dan ia
tidak menderita kerugian apa pun dengan meletakkan uang hasil
penjualan tanah itu di depan kaki rasul-rasul, karena setelah itu ia
akhirnya terhitung di antara rasul-rasul juga, sesuai dengan
perkataan Roh Kudus, Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku
untuk tugas yang telah kutentukan bagi mereka (13:2). Jadi, karena
rasa hormat yang ditunjukkannya kepada rasul-rasul sebagai rasul,
ia menerima pahala seorang rasul.

B. NASKAH NASB (UPDATED): Kis 4:32-35

32 Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa,
dan tidak seorangpun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya
adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka
bersama. 33 Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian
tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih
karunia yang melimpah-limpah. 34 Sebab tidak ada seorangpun yang
berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai
tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualannya itu
mereka bawa 35 dan mereka letakkan di bawah kaki rasul-rasul; lalu dibagi-
bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya.

Kis 4:32 "orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa" Semangat
persatuan di antara orang percaya (lih. Kis 1:14) mencerminkan kesatuan
Allah Tritunggal (lih. Ef 4:4-6). Kata-kata ini digunakan dalam Mr 12:30 untuk
mencerminkan perintah pertama dalam Ul 6:4-5.

□ "segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama" Mereka berpikir dan


bertindak seperti satu keluarga. Ini adalah usaha pertama gereja untuk
membiayai pelayanan. Dilakukan secara sukarela dan timbal balik, bukan
kewajiban. Motivasinya kasih dan perhatian, bukan pemerintah atau
penyamarataan sosial.

Kis 4:33 "memberikan kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus" Ini


adalah pusat kebenaran pemberitaan mereka(lih 1Kor 15). Yesus hidup!

□ "mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah" Kita


belajar dari surat-surat Paulus bahwa di lain waktu gereja ini sangat miskin
(lih. Rom 15:03; Gal 2:10). Kasih karunia melimpah, seperti hidup
berkelimpahan (lih. Yoh 10:10) tak ada hubungannya dengan hal-hal material.
Perhatikan kelimpahan ini ada pada mereka semua, bukan hanya para
pemimpin, para pemilik karunia tertentu, atau mereka dari tingkat sosial-
ekonomi tertentu.

Kis 4:34 Gereja bertanggung jawab satu sama lain. Mereka yang empunya,
bebas memberi bagi yang membutuhkan (lih. ayat Kis 4:35). Ini bukan
komunisme, tetapi kasih dalam perbuatan.

Kis 4:35 "mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul" Ini adalah idiom budaya
tentang memberi sesuatu kepada yang lain. Mereka meletakkan barang-
barang dan uang mereka di kaki Rasul karena mereka telah meletakkan
hidup mereka pada kaki Yesus.

□ "lalu dibagi-bagikan" ini merupakan IMPERFECT PASSIVE INDICATIVE,


yang menunjukkan tindakan berkesinambungan di masa lampau.

□ "sesuai keperluannya" Ada komentar menarik dalam Klein, Blomberg, dan


Hubbards Introduction to Biblical Interpretation, hal 451-453, bahwa
manifesto Marx berisi dua kutipan dari Kisah para rasul:

1. "Dari masing-masing sesuai dengan kemampuannya" - Kis 11:29


2. "Untuk masing-masing menurut kebutuhannya"

Masalah hermeneutis adalah bahwa orang modern mencoba menggunakan


Alkitab untuk mendukung sesuatu yang bukan menjadi tujuan atau maksud
Alkitab itu sendiri. Alkitab tidak dapat menjelaskan kepada kita apa yang tidak
pernah dimaksudkan penulis asli atau pendengar. Kita bisa menerapkan
tulisannya dalam cara yang berbeda untuk situasi budaya dan eksistensial
kita, tetapi dalam penerapan kita tidak boleh memisahkan hubungannya
dengan makna yang dimaksudkan penulis asli. Setiap naskah alkitabiah
hanya memiliki satu makna, tetapi banyak aplikasi atau signifikansi.

Kisah Para Rasul 2:44 (TB) Dan semua orang yang telah menjadi percaya
tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama,
Sebuah ringkasan yang serupa dengan yang tercantum dalam Kis 2:42-47.
Pokok utama di sini ialah: semua harta benda menjadi milik bersama.
Demikian disiapkan dua contoh yang hendak diceritakan, yakni Barnabas dan
Ananias dan Safira, Lukas suka menekankan bahwa orang sungguh-sungguh
meninggalkan harta miliknya. Ini ciri khas agama Lukas, bdk Luk 12:33+.

Lukas 12:33 (TB) Juallah segala milikmu dan berikanlah sedekah! Buatlah
bagimu pundi-pundi yang tidak dapat menjadi tua, suatu harta di sorga yang
tidak akan habis, yang tidak dapat didekati pencuri dan yang tidak dirusakkan
ngengat.

C. GEREJA YANG DIPENUHI ROH KUDUS, MINGGU 30 mei 1999

Para rasul mengabaikan larangan Sanhedrin, dan mereka tetap bersaksi


dengan keberanian dan semangat (31, 33). Kasih karunia Allah yang
melimpah-limpah menguatkan mereka untuk tetap menyaksikan kebangkitan
Yesus (33). Gereja mula-mula yang dipenuhi Roh Kudus, nyata melalui
perkataan dan perbuatan; pelayanan dan kesaksian; kasih kepada sesama
anggota dan kesaksian bagi dunia luar. Apa yang digambarkan dalam perikop
ini merupakan kejadian kedua setelah kisah dalam pasal 2:42-47. Sumbernya
sama yaitu Roh Kudus yang memenuhi, menguasai dan menggerakkan. Hal
ini tampak pada keseimbangan kerja Roh Kudus di dalam gereja mula-mula.

Komunisme Kristen? Ada sebagian pihak yang menggunakan perikop ini


untuk mendukung paham komunisme Kristen. Apakah memang demikian?
Kita bisa melihat tiga pokok penting dari bagian ini. Pertama, adanya sikap
yang radikal terhadap harta yang dimiliki oleh mereka. Semua harta mereka
dianggap milik bersama (32b). Secara hukum dan fakta mereka masih
memiliki barang mereka, namun mereka memutuskan untuk menganggap
bahwa harta-harta mereka bisa dipakai oleh saudara-saudara lain yang
membutuhkan. Kedua, sikap radikal mereka telah memimpin mereka pada
tindakan pengorbanan untuk orang lain (34b-35). Ketiga, sikap radikal dan
pengorbanan ini berdasarkan prinsip persamaan sehingga terjaminnya
distribusi yang merata (35b). Ketiga pokok pikiran di atas memberikan
penekanan tentang dua hal yaitu tidak seorang pun kehilangan hak atas harta
yang mereka miliki (paham komunis) dan setiap Kristen lebih mementingkan
kebutuhan saudara mereka daripada harta mereka (paham Kristen).

Barnabas sang teladan. Gereja terus bersatu dalam iman, kasih dan
kesaksian yang luar biasa, sehingga dunia sekeliling dapat merasakannya.
Barnabas adalah contoh seorang tokoh yang patut diteladani. Nilai-nilai yang
sudah ditunjukkan oleh si anak penghiburan ini haruslah menjadi prinsip bagi
gereja sekarang di dalam sikap mereka terhadap harta dan umat.

D. MENGASIHI TUHAN, MEMBERI KEPADA SESAMA, (SELASA 17 JULI


2003)

Allah mengasihi kita, manusia berdosa, dan Ia menunjukkan kasih- Nya


kepada kita melalui pengurbanan-Nya di kayu salib. Don Richardson utusan
Injil ke Papua berhasil mengadaptasi budaya "anak perdamaian" masyarakat
Papua untuk mengkomunikasikan kebenaran ini. Don Richardson
menyampaikan berita Injil bahwa Tuhan telah memberikan putra tunggal-Nya
Yesus Kristus kepada manusia untuk mendamaikan manusia dengan diri-
Nya. Pengurbanan Allah yang besar merupakan wujud kasih-Nya kepada
kita.

Orang Kristen mula-mula, seperti Barnabas, memiliki kasih yang besar


kepada Tuhan dan sesamanya. Itu sebabnya mereka rela membagikan harta
milik mereka tanpa pamrih. Tidak mudah untuk menganggap harta milik
pribadi sebagai harta milik bersama karena bukankah lebih mudah jika harta
bersama diperlakukan sebagai harta pribadi? Inilah sifat dosa yang tersisa
dalam diri kita.

Tuhan berwawasan luas sekaligus pribadi. Ia mengasihi dan menjaga kita


satu per satu, namun secara pribadi Ia berelasi dengan kita, seakan-akan di
dunia ini tidak ada orang lain kecuali kita. Mata-Nya memandang semua umat
manusia dan rencana keselamatan-Nya untuk semua, bukan hanya kita. Ia
bekerja melalui kita untuk semua dan Ia menginginkan agar kita menjadi
saluran berkat, bukan penampung berkat.

Tuhan menyenangi dan mengasihi anak-anak-Nya yang berhati luas; Ia tidak


menyukai hati yang sempit. Hati yang luas adalah hati yang memandang
kepada Tuhan, bukan manusia. Kadang kita tidak rela memberi sebab kita
mengarahkan mata pada calon penerima; ingatlah bahwa penerima akhir
pemberian kita adalah Tuhan sendiri.

Renungkan: Tuhan memberi, bukan sekadar menitipkan, namun Ia pun


meminta kita untuk memberi, bukan sekadar menitipkan.

E. SALING MELAYANI DAN MEMBERI, (SELASA 16 JUNI 2009)

Apa ciri khas jemaat pertama selain giat memberitakan Injil? Memiliki
persekutuan yang intim dan indah. Itu-lah yang diperlihatkan dalam perikop
yang kita renungkan hari ini. Jemaat yang telah diselamatkan oleh Kristus
menunjukkan sifat Kristus mulai terbentuk dalam hidup bergereja.

Saling melayani dan saling memberi adalah wujud yang terlihat dalam gereja
perdana. Pertama-tama, mereka dikatakan sehati dan sejiwa bukan dalam
bentuk abstrak, tetapi konkret. Sedemikian konkret sehingga setiap orang
berkata bahwa kepunyaan sendiri adalah milik bersama (ayat 32). Dasarnya
adalah oleh kuasa kebangkitan Kristus, mereka telah menerima kasih karunia
yang berlimpah-limpah. Kedua, bukan hanya dalam tataran kata-kata,
melainkan dalam tindakan nyata setiap anggota jemaat menyatakan kasih
dengan harta mereka. Mereka yang diberkati membagikan hartanya kepada
yang berkekurangan sehingga semua diberkati. Ketiga, jemaat Tuhan
melayani dan memberi bukan dengan sembarangan atau semau sendiri.
Mereka memercayakan hal itu kepada para rasul yang menjadi pemimpin
gereja saat itu. Ini menunjukkan kedewasaan dalam memberi, bukan sekadar
unjuk diri sebagai seorang yang murah hati.
Kini kita menyebut pelayanan kasih seperti itu dengan pelayanan diakonia.
Pelayanan ini memerhatikan kebutuhan jasmani dengan kesadaran bahwa
Tuhan menyelamatkan manusia secara utuh. Pelayanan ini dibutuhkan dalam
kon-teks bergereja di Indonesia, terutama dalam masa krisis berkepanjangan
yang melanda negara kita dan dialami oleh banyak orang. Oleh karena itu,
kita tidak boleh mengabaikan pelayanan kasih ini atas nama pelayanan
rohani atau penga-baran Injil. Sebab semua pelayanan harus mendapatkan
tem-pat secara proporsional dalam pelayanan gereja dan terutama harus
terintegrasi dengan visi dan misi gereja. Sebagai jemaat, sudahkah Anda
terlibat dalam pelayanan kasih ini? Sebagai majelis atau pelayan Tuhan,
sudahkah Anda menjadikan pelayanan diakonia sebagai program yang
teratur?

F. DIA DAN DIAKONIA, (SELASA 21 JUNI 2011)

Rasul-rasul dan jemaat mula-mula ketika mendengar kabar bahwa Petrus dan
Yohanes mengalami intimidasi, bersehati mendukung mereka dalam doa
kepada Allah yang berkuasa, Pencipta langit dan bumi beserta segala isinya
(23-24). Mereka menyadari bahwa hanya Allah satu-satunya sumber
pertolongan mereka. Mereka berdoa berlandaskan firman Tuhan (Mzm. 2:1-2)
dan menyadari bahwa apa yang Yesus sendiri alami akan mereka alami juga,
karena seorang murid tidak akan lebih daripada gurunya (Luk. 6:40). Mereka
tidak berdoa agar situasi berubah, kesaksian mereka lancar, atau ancaman
musuh-musuh lenyap, tetapi agar Allah melaksanakan kehendak-Nya di
dalam dan melalui mereka (28). Untuk itu mereka meminta Tuhan
memberikan keberanian untuk memanfaatkan setiap kesempatan untuk
memberitakan Injil. Mereka juga meminta kuasa Roh Kudus untuk melakukan
tanda dan mukjizat di dalam nama Yesus. Maka Tuhan pun menjawab doa
mereka yang tulus dan penuh kesehatian (31, 33).

Mereka bukan hanya bersatu dalam doa ketika menghadapi ancaman,


melainkan juga dalam persekutuan yang berlandaskan kasih. Mereka
mewujudnyatakan iman mereka dalam perbuatan dengan mengasihi dan rela
berkurban bagi saudara seiman. Itulah sebabnya mereka, seperti Barnabas
(36-37), menganggap harta milik pribadi sebagai milik bersama, bukan
sebaliknya. Mereka tidak mementingkan diri sendiri, melainkan rela dan tulus
menjual dan mempersembahkan harta bendanya untuk berbagi dengan orang
lain yang membutuhkan. Rasul-rasul pun membagi-bagi berdasarkan prinsip
keadilan (34-35; 2:44-45). Tidak heran, hidup mereka penuh kasih karunia
Allah yang berlimpah-limpah sehingga tidak seorang pun yang
berkekurangan.

Hidup yang berdasarkan iman adalah hidup yang benar. Hidup yang
berdasarkan iman harus nyata di dalam ibadah kepada Tuhan. Dan hidup
yang berdasarkan iman adalah hidup yang diwujudnyatakan dalam kasih
kepada sesama, bukan hanya waktu Paskah dan Natal, tetapi sehari-hari pun
kita perlu terlibat menolong sesama.

G. PERLAWANAN PERTAMA DARI PARA PEMIMPIN YAHUDI


Salah satu tujuan utama dari penulisan Kitab Para Rasul ialah menunjukkan
bahwa orang-orang Yahudi yang telah menolak dan menyalibkan Yesus
melanjutkan pemberontakan mereka terhadap Allah dengan menolak Injil
tentang Yesus yang telah bangkit dan naik ke surga sebagaimana diberitakan
oleh para rasul. Pasal ini membahas awal dari perlawanan tersebut yang
mencapai puncaknya pada usaha orang-orang Yahudi untuk membunuh rasul
Paulus ketika ia berkunjung ke Yerusalem untuk terakhir kalinya (23:12-15;
25:1-3).

H. REFERENSI TAMBAHAN

32. Ayat 32-37 berisi suatu ringkasan yang lain tentang sifat persekutuan
Kristen yang mula-mula itu yang serupa dengan yang terdapat di dalam 2:42-
47. Salah satu ciri khas yang menonjol dari gereja yang dipenuhi Roh ini ialah
kesatuan, suatu rasa bersatu yang termanifestasikan dalam saling membagi
kekayaan materi.

34. Untuk memenuhi kebutuhan orang-orang Kristen yang miskin, orang-


orang percaya yang lebih kaya menjual tanah atau rumah mereka lalu
mempersembahkan uang itu untuk dipakai bagi kesejahteraan bersama.

35. Para rasul mengawasi pelayanan kasih ini, yang dilaksanakan Bukan
berdasarkan Azas Kesetaraan, tetapi pada Azas Kebutuhan Pribadi.

Anda mungkin juga menyukai