mereka kaya dalam kemurahan. Mereka memberi dari milik mereka yang sedikit,
dengan percaya bahwa Allah akan memenuhi kebutuhan mereka, dan
mencukupi kekurangan mereka, ay. 2-3; sangat siap dan bersedia melakukan
pekerjaan kasih itu, dengan kerelaan sendiri (ay. 4), dan Paulus sama sekali
tidak perlu mendesak dan menekan mereka dengan banyak alasan, bahkan
mereka yang meminta untuk turut dalam pelayanan kasih.
4. Pelayanan kasih mereka lahir dari iman yang sejati, melakukan pelayanan kasih
dengan penuh sukacita adalah karena mereka telah terlebih dahulu
mempersembahkan diri mereka sepenuhnya untuk Tuhan (ay. 5). Kita tidak akan
dapat memberi dengan sukacita, jika kita tidak terlebih dahulu menyerahkan
hidup sepenuhnya kepada Tuhan (baca; Roma 12:1-2); dan dalam hal
pengumpulan persembahan kasih dari jemaat di Korintus, Paulus
mempercayakan pengumpulan persembahan itu kepada Titus ay.6, serta
meyakinkan jemaat Korintus bahwa persembahan yang dikumpulkan itu akan
dikelola dengan baik, karena yang diutus oleh Paulus adalah seorang
kepercayaan Paulus yang perilakunya terpuji dan banyak jemaat-jemaat telah
mempercayakan persembahan mereka dikumpulkan oleh Titus, serta
memotivasi jemaat Korintus dengan pujian bahwa mereka kaya dalam segala
sesuatu (ay. 7), bahwa jemaat Korintus tidak kalah baiknya dengan jemaat yang
ada di Makedonia. Mereka memiliki kekayaan yang mereka miliki lebih dari
cukup, memiliki iman dengan pengetahuan rohani yang baik, dan hendaknya
mereka juga memiliki kekayaan dalam pemberian kasih.
5. Firman ini mau mengingatkan kepada jemaat Tuhan untuk bagaimana
memperhatikan sesama manusia atau jemaat yang membutuhkan. Disini
dibutuhkan kepekaan, kesadaran, kerelaan untuk berbagi dengan jemaat lain.
Memberi bukan hanya diukur dengan uang, tetapi dari bacaan ini diungkapkan
bahwa jemaat Korintus yang kaya dalam segala sesuatu yaitu dalam iman,
dalam perkataan, dalam pengetahuan, dalam kasih tetapi kaya juga dalam
pelayanan kasih. Ada ungkapan dari Mother Teresa “Jangan sampai kita puas
hanya dengan memberi uang. Uang tidak cukup, uang bisa didapat, tetapi
mereka membutuhkan hatimu untuk mencintai mereka.” Jadi sebarkan cintamu
kemana pun kamu pergi.
6. Paulus mendorong dan memotivasi jemaat Korintus untuk meneladani jemaat-
jemaat yang ada di Makedonia. Mereka tidak tinggal diam ketika mendengar
bahwa saudara-saudara seiman mereka membutuhkan bantuan, sekalipun
mereka juga membutuhkan bantuan. Ini memberikan pemahaman kepada kita
bukan nanti gereja kaya baru membantu gereja yang miskin, tetapi karena
2
3
saluran yang dibuat untuk membagikan. Alangkah hebatnya kita ketika dalam
kekurangan, dalam kesulitan, dalam penderitaan tetapi kita masih berbagi dan
memberikan yang terbaik bagi pelayanan Tuhan. Selmat, Melayani Dengan
Kasih.
Pdt. Ro Sininta Hutabarat, MTh
GKPI JK-SK
Catt:
Menjadi tantangan tersendiri bagi Paulus, sebab di kota Korintus terdapat agama-agama
Helenis dengan dewa-dewi dan kuil-kuil di mana dipersembahkan korban-korban untuk dewa-
dewi setempat. Selain dari itu, raja-raja dan kaisar-kaisar yang terpandang juga dipuja sebagai
dewa. Banyak juga dewa-dewi ‘impor’ yang dibawa pedagang-pedagang dari kawasan oriental.
Dewa-dewi itu juga kerap digambarkan saling bersaing satu dengan yang lain. Hubungan
antara penyembah dengan dewa-dewi biasanya berpola “beri – terima” yang begitu khas dalam
agama politeis kuno.
Misalnya, warga kota memberikan persembahan dan kepercayaan kepada dewi Fortuna
(Tykhe), dewi yang begitu tenar dalam masyarakat Helenis (Yunani). Dewi tersebut dipercaya
oleh orang-orang Yunani pada masa itu bukan hanya dapat memberi kebahagiaan
perseorangan, melainkan juga kesejahteraan masyarakat, secara khusus komunitas
masyarakat kota. Mereka menyembah, memberikan persembahan, serta kepercayaan kepada
dewi Fortuna demi memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan, baik secara individu maupun
secara komunal.
Sikap ini tersebar luas dan dipercayai oleh masyarakat Helenis dalam dunia kuno, yaitu: do ut
des – “saya beri, agar saya terima”. bersifat dua arah: pertama, manusia memberikan
persembahan (korban) kepada dewa-dewi, dengan harapan supaya dewa-dewi itu memberikan
kesejahteraan serta kebahagiaan bagi manusia yang telah memberikan persembahan
kepadanya.
Paulus dalam hal ini mencela sikap/pemahaman do ut des dengan pengajarannya mengenai
pembenaran manusia oleh karena anugerah Allah belaka, yang diterima melalui iman kepada
Yesus Kristus (sola gratia-sola fide). Sikapnya tegas, “Sebab sungguhpun ada apa yang
disebut ‘allah’, baik di sorga, maupun di bumi – dan memang benar ada banyak “allah” dan
banyak “tuhan” yang demikian – namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang
dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja,
yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita
hidup” (1 Kor 8:5-6).
Kemurahan hati bagi si pemberi bukanlah kelelahan mental atau berkurangnya harta. Hasil dari
kemurahan hati justru adalah pengalamannya bergantung pada Tuhan dalam proses menolong
orang lain menjadi semakin dalam. Setidaknya, inilah yang dialami dan dirasakan oleh orang-
orang Makedonia yang nampak dalam sukacita mereka yang meluap (ayat 2). Sukacita yang
tidak bergantung pada keadaan mereka yang miskin dan dalam pelbagai penderitaan,
melainkan yang berasal dari Tuhan sendiri.
4
5