Anda di halaman 1dari 49

[Document title]

[Document subtitle]

Hildan Nur Taufiq [Date] [Course title]

|0
KATA
PENGANTAR

Dalam rangka pengajuan izin pembuangan limbah cair,


maka kami selaku Pengelola Istana Bandung Electronic (BEC
1) menyusun “KAJIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH”
sebagai prasyarat pengajuan izin sesuai dengan PERMENLHK
No. 102 Tahun 2018 tentang Tata Cara Perizinan
Pembuangan Air Limbah Melalui Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik.

Demikian laporan ini kami sampaikan dengan harapan dapat


dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bandung, November 2019

PT. Bandung Arta Mas

Tim Penyusun

|i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG...........................................................................1
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN.....................................................................2
1.3 RUANG LINGKUP.............................................................................3
1.3.1 Lingkup Wilayah........................................................................3
1.3.2 Lingkup Kegiatan.......................................................................3
1.4 LANDASAN HUKUM.........................................................................3
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN................................................................3
BAB 2 PROFIL KEGIATAN............................................................................5
2.1 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN.......................................................5
2.2 LOKASI KEGIATAN..........................................................................5
2.3 JENIS KEGIATAN.............................................................................7
BAB 3 RONA LINGKUNGAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH..................................10
3.1 IDENTIFIKASI BADAN AIR PENERIMA...............................................10
3.1.1 Status Mutu Dan Kelas Air........................................................10
3.1.2 Arah Dan Kecepatan Air Di Badan Air.........................................11
3.1.3 Kualitas Sumber Air Sekitar Kegiatan.........................................11
3.1.4 Pemanfaatan Badan Air Oleh Masyarakat....................................13
3.2 KEGIATAN LAIN DISEKITAR AREA KEGIATAN....................................13
BAB 4 KAJIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH....................................................15
4.1 PEMAKAIAN AIR BAKU...................................................................15
4.1.1 Sumber dan Volume Air Baku....................................................15
4.1.2 Titik Pengambilan Air Baku........................................................16
4.1.3 Unit Proses Pengolahan Air Baku................................................16
4.1.4 Titik Pemantauan Kualitas Air Baku............................................21
4.1.5 Pemanfaatan Air Baku Untuk Kegiatan........................................22
4.2 KEGIATAN PENGHASIL AIR LIMBAH.................................................22

| ii
KAJIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

4.2.1 Neraca Air..............................................................................22


4.3 SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH..................................................25
4.3.1 Lokasi IPAL.............................................................................25
4.3.2 Kapasitas IPAL........................................................................26
4.3.3 Desain IPAL............................................................................27
4.3.4 Rekapitulasi Perhitungan Efisiensi IPAL Eksisting..........................30
4.3.5 Analisa Kualitas dan Kuantitas Air Limbah...................................30
BAB 5 KONDISI PENANGANAN DARURAT AIR LIMBAH...................................35
BAB 6 KESIMPULAN..................................................................................40
6.1 Kesimpulan..................................................................................40

| iii
DAFTAR TABEL
DAN GAMBAR

TABEL
Tabel 2.1 Penggunaan Lahan Istana BEC.......................................................7
Tabel 2.2 Detail Pengunaan Lahan per Lantai.................................................7
Tabel 3.1 Analisa Kualitas Sumber Air Masyarakat........................................12
Tabel 4. 1 Profil Sumur Dalam di Gedung Istana BEC....................................16
Tabel 4.2 Daftar Sistem Peralatan Air Minum Gedung Istana BEC....................20
Tabel 4.3 Analisa Kualitas Air Baku Istana BEC.............................................21
Tabel 4.4 Catatan Pengambilan Air Bersih....................................................23
Tabel 4.5 Catatan Debit Air Limbah pada Biotech..........................................24
Tabel 4.6 Rekapitulasi Titik Penataan Air Limbah Gedung Istana BEC 1............26
Tabel 4.7 Kapasitas Penyisihan biotech Gedung Istana BEC 1.........................26
Tabel 4.8 Perhitungan Kinerja Efisiensi IPAL Istana BEC 1..............................30
Tabel 4.9 Hasil Pengukuran Kualitas Efluen Istana BEC 1...............................31
Tabel 4.10 Hasil Pengukuran Kualitas Efluen Istana BEC 1 Juli 2019................32
Tabel 4.11 Hasil Pengukuran Kualitas Efluen Istana BEC 1 September 2019.....32

GAMBAR
Gambar 2.1 Citra Udara Istana BEC..............................................................6
Gambar 2.2 Layout Istana BEC....................................................................8
Gambar 2.3 Diagram Alir Penjualan/Penyewaan Tenant Gedung Istana BEC.......9
Gambar 3.1 Kondisi Badan Air di Belakang Bangunan BEC 1..........................10
Gambar 3.2 Persentase Sumber Air Minum Masyarakat Sekitar Lokasi Kegiatan11
Gambar 3.3 Persentase Pengelolaan Air Limbah Masyarakat di Sekitar Lokasi
Kegiatan.................................................................................................13
Gambar 3.4 Kondisi Lingkungan Sekitar Istana BEC 1...................................14
Gambar 4.1 Layout Kegiatan Air Baku dan Air Limbah di Istana BEC...............15
Gambar 4.2 Deep Well di Gedung Istana BEC 2............................................16

| iv
KAJIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

Gambar 4.3 Lokasi Titik Pengambilan Air Baku di Basement 7 Gedung Istana BEC
.............................................................................................................18
Gambar 4.4 Skematik Air Minum Gedung Istana BEC....................................19
Gambar 4.5 Neraca Air Eksisting Istana BEC 1.............................................24
Gambar 4.6 Siteplan Biotech Gedung Istana BEC 1.......................................25
Gambar 4.7 Denah Bio Tech Istana BEC 1...................................................28
Gambar 4. 8 Flowchart Sistem Pengolahan Air Limbah..................................29
Gambar 4. 9 Biotech Istana BEC 1..............................................................30
Gambar 4.10 Perbaikan Kualitas Efluen BEC 1 Per Parameter dalam mg/L (Total
coliform dalam jml/100 mL)...................................................34

|v
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam menyambut kebutuhan masyarakat akan pemenuhan kebutuhan
dibidang teknologi, Istana Group sebagai salah satu developer yang juga
bergerak dalam bidang pembangunan sarana prasarana kegiatan komersil
menghadirkan Istana BEC. Istana BEC adalah mall elektronik terbesar dan
pertama di Kota Bandung, yang telah berjalan sejak tahun 2001. Terletak di
pusat Kota Bandung, tepatnya di Jalan Purnawarman no. 13 – 15 dan
dikelilingi oleh gedung-gedung perkantoran, hotel, universitas, dan sekolah.
Dari dulu hingga saat ini, mall ini menjadi primadona bagi yang mencari
barang-barang elektronik terutama gadget.

Istana BEC berdiri di kawasan strategis Kota Bandung sebagai pusat belanja
berbagai perangkat elektronik teknologi informasi yang terbesar dan
terlengkap, tidak hanya di Kota Bandung, namun juga Jawa Barat.

Di sisi lain, setiap kegiatan yang dilaksanakan haruslah memperhatikan


aspek-aspek penting lingkungan demi menjaga kondisi daya tampung dan
daya dukung lingkungan di masa depan. Terutama dalam hal ini adalah
lingkungan air. Kegiatan komersil pasti akan menghasilkan air limbah, baik
rumah tangga pengelola, maupun dari kegiatan komersil itu sendiri. Air
limbah dari kegiatan tersebut pada akhirnya akan dibuang ke badan air,
baik itu air permukaan, air laut, maupun rembesan ke air tanah. Padahal,
air merupakan sumber daya alam yang memiliki fungsi paling penting bagi
kehidupan setiap makhluk hidup, sehingga harus dijaga kualitasnya untuk
kepentingan generasi sekarang maupun yang akan datang, serta untuk
menjaga keseimbangan ekosistem. Oleh karena itu menjaga kualitas air,
perlu dilakukan upaya pengendalian pencemaran air dengan pembatasan
pembuangan air limbah.

|1
KAJIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan


Kehutanan telah mengeluarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor P.102/MENLHK/SETJEN/KUM.1/11/2018 tentang Tata
Cara Perizinan Pembuangan Air Limbah Melalui Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik, dalam rangka mendukung
kegiatan pengendalian pencemaran air. Maka dari itu setiap pelaku usaha
yang melakukan kegiatan pembuangan air limbah wajib memiliki Izin
Pembuangan Limbah Cair (IPLC) untuk memastikan bahwa limbah yang
dibuang tidak akan mencemari badan air penerimanya.

Dokumen Kajian IPLC ini disusun sebagai syarat pengajuan izin


pembuangan limbah cair Bangunan Bandung Electronic Center (BEC 1)
sebagaimana diamanahkan di dalam PERMENLHK
P.102/MENLHK/SETJEN/KUM.1/11/2018. Diharapkan di dalam dokumen
kajian ini akan dapat terjabarkan secara jelas upaya -upaya dan komitmen
dari Pengelola di dalam keikutsetaannya dalam menjaga kualitas sumber
daya air khususnya di Kota Bandung.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dari kajian pembuangan air limbah ini adalah untuk memastikan
kualitas air limbah yang berasal dari efluen IPAL yang dibuang ke badan air
penerima telah memenuhi standar baku mutu sehingga tidak mencemari
dan menurunkan kualitas badan air penerima serta aman bagi lingkungan
dan tidak mengakibatkan pencemaran lingkungan.
Sedangkan tujuan dari kegiatan penyusunan dokumen kajian ini adalah:
1. Effluent Standard Air Limbah (Permen LHK No. P.68/Menlhk-Setjen/2016)
• Menghitung batas maksimum beban pencemaran air limbah agar
dapat diketahui batas aman kualitas effluent air limbah jika dibuang
ke badan air penerima.
• Mengevaluasi beban pencemar aktual dengan membandingkannya
dengan beban pencemaran maksimum air limbah.

2. Stream Standard Air Limbah (PP No.82 Tahun 2001)


Mengevaluasi beban pencemar actual (stream) dengan pendekatan
neraca massa untuk menghitung atau memprediksi beban pencemaran
dan dampak yang dihasilkan dari kegiatan pembuangan air Istana BEC 1.

|2
KAJIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

1.3 RUANG LINGKUP


1.3.1 Lingkup Wilayah
Wilayah pelaksanaan kegiatan penyusunan kajian Izin Pembuangan
Limbah Cair (IPLC) ini yaitu di area Istana BEC 1 serta badan air
penerima yang ada disekitarnya. Lokasi Istana BEC 1 ini terletak di
jalan Jalan Purnawarman No. 13 - 15, Kelurahan Babakan Ciamis,
Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung.

1.3.2 Lingkup Kegiatan


Metoda yang digunakan dalam pencapaian kerja dilaksanakan
dengan cara kontraktual dengan beberapa tahap kegiatan sebagai
berikut:
1. Melakukan analisa sistem pengolahan air limbah eksisting yang
terdiri dari analisa efektifitas, kinerja, dan kapasitas pengolahan
dalam upaya penyisian beban pencemar air limbah.
2. Melakukan analisa karakteristik air limbah yang dihasilkan
berdasarkan data analisa laboratorium uji secara periodik.

1.4 LANDASAN HUKUM


1. Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 32 Tahun 2009. Tentang.
Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
2. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kuatitas
Air dan Pengendalian Pencemaran.
3. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.68/Menlhk-
Setjen/2016 Tahun 2016 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik.
4. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.102/MENLHK/SETJEN/KUM.1/11/2018 Tahun 2018 tentang Tata Cara
Perizinan Pembuangan Air Limbah Melalui Pelayanan Perizinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik.

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN


Sistematika Laporan Pendahuluan dalam pekerjaan “Izin Pembuangan
Limbah Cair (IPLC) Istana BEC 1”, adalah, sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

|3
KAJIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

Pada Bab ini dijelaskan mengenai Latar Belakang, Maksud dan Tujuan,
Ruang Lingkup Kegiatan, dan Sistematika Penulisan pekerjaan IPLC Istana
BEC 1.

BAB 2 PROFIL PERUSAHAAN


Pada Bab ini dijelaskan mengenai profil atau identitas perusahaan sebagai
pihak yang menghasilkan air limbah meliputi nama perusahaan, lokasi
kegiatan, jenis kegiatan yang dilaksanakan serta layout lokasi kegiatan.

BAB 3 KAJIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE AIR PERMUKAAN


Pada Bab ini dijelaskan mengenai sumber air baku dan air minum lokasi
kegiatan, jenis kegiatan produksi air limbah, proses kegiatan produksi air
limbah, diagram alir kegiatan produksi air limbah, rona lingkungan
pembuangan air limbah, tata letak layout lokasi kegiatan penghasil air
limbah serta neraca air limbah.

BAB 4 SISTEM IPAL DAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH


Pada Bab ini dijelaskan mengenai kondisi sistem pengolahan air limbah
eksisting yang terdapat di lokasi kegiatan meliputi desain pengolahan,
kapasitas sistem pengolahan, kualitas air limbah hasil pengolahan, lokasi
koordinat inlet dan outlet, tata letak saluran air limbah, serta pengelolaan
air limbah.

BAB 5 PENANGANAN KONDISI DARURAT


Pada Bab ini berisikan mengenai SOP penanganan yang harus dilakukan
apabila terjadi hal–hal yang menyebabkan sistem pengolahan air limbah
terpasang mengalamai trouble/masalah dan atau tidak dapat berfungsi
sebagai mana mestinya.

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


Pada Bab ini berisikan mengenai kesimpulan dari hasil kajian yang telah
dibuat yang meliputi seluruh aspek yang dipersyaratkan serta rekomendasi
yang mesti dilakukan oleh pihak penghasil air limbah.

|4
BAB 2
PROFIL KEGIATAN

2.1 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN


Istana Group sebagai salah satu pengembang property terbesar di
Indonesia selain mengembangkan hunian di pusat kota juga
mengembangkan beberapa pusat komersil yang salah satunya terletak di
Kota Bandung. Pusat Komersial yang dikelola oleh Istana Group ini salah
satunya adalah Bandung Electronic Centre (BEC). BEC berdiri untuk
menjawab kebutuhan masyarakat kota Bandung akan tempat komersil
dibidang elektronik yang terpusat dan layak dengan aksesibilitas yang baik.

Istana Group adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri properti


yang didirikan di Kota Bandung pada tahun 1988. Istana Group adalah
developer properti pertama di Jawa Barat yang mentransformasikan Kota
Bandung menjadi kota modern tanpa meninggalkan identitas aslinya
sebagai “Paris Van Java”.

Istana BEC 1 adalah mall elektronik terbesar dan pertama di Kota Bandung,
yang telah berjalan sejak tahun 2001. Istana BEC 1 terletak di pusat Kota
Bandung, tepatnya di Jalan Purnawarman no. 13 – 15 dan dikelilingi oleh
gedung-gedung perkantoran, hotel, universitas, dan sekolah. Dari dulu
hingga saat ini, mall ini menjadi primadona bagi yang mencari barang-
barang elektronik terutama gadget.

Mall yang memiliki tagline One Stop Gadget & IT Shopping Mall, ini telah
direnovasi beberapa kali untuk memberikan kenyamanan para
pengunjungnya, pengelola menambah food court di lantai 3 BEC. Ada juga
meeting room yang disewakan terletak di lantai 3 dan bisa menampung 40
orang, jadi BEC memang tidak hanya menawarkan tempat berbelanja saja.

2.2 LOKASI KEGIATAN


Lokasi kegiatan berada pada wilayah administrasi Kelurahan Babakan
Ciamis Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat

|5
KAJIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

dengan titik koordinat berada pada posisi 6°54’27,30” S dan 107°36’32,48”


E, dan batas-batas langsung adalah,

Sebelah Utara : Kantor Pajak Pratama Bandung Cibeunying


Sebelah Timur : Permukiman penduduk dan area komersil Jalan
Purnawarman
Sebelah : Permukiman penduduk dan area komersil Jalan
Selatan Purnawarman

Sebelah Barat : Komplek Pangdam

Lokasi kegiatan merupakan lahan milik PT. Bina Bintang Priangan dan PT.
Bandung Arta Mas dengan luas lahan sebesar ± 4.380 m2. Lokasi tersebut
telah memiliki izin yakni:
1. Surat Persetujuan Pemanfaatan Ruang No. 640/1138-Bappeda tanggal
30 Mei 2012
2. Surat Keterangan Rencana Kota (KRK) No. 503.644.2/KRK-2559-
DISTARCIP/VI-2012 tanggal 1 Juni 2012

Istana BEC 1

Gambar 2.1 Citra Udara Istana BEC


(Sumber: Citra Google Earth, diakses September 2019)

|6
KAJIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

2.3 JENIS KEGIATAN


Istana BEC 1 berfungsi sebagai kegiatan komersial/perdagangan. Kegiatan
dilakukan di atas lahan seluas 11.238 m 2 dengan total luas bangunan
62.552,32 m2 dengan jumlah lantai bangunan adalah 9 lantai ditambah 5
basement yang dilengkapi berbagai sarana prasarana pendukung kegiatan.
Jenis penggunaan lahan Istana BEC 1 + BEC Extention disajikan pada
Tabel 2.1 dan Tabel 2.2.

Tabel 2.1 Penggunaan Lahan Istana BEC


Luas Lantai
No. Jenis Pengunaan Lahan %
(m2)
A Lahan tertutup
1 Bangunan gedung (parkir & TPS) 5.990,21 53,30
2 Jalan, saluran drainase, dan gorong- 1.876,39 16,70
gorong
Luas lahan tertutup 7.866,6 70,00
B Lahan terbuka
1 Taman 2.247,6 20,00
2 Open space 1.123,8 10,00
Luas lahan terbuka 3.371,4 30,00
Total luas lahan (A+B) 11.238,0 100,00
Sumber: PT Bina Bintang Priangan, 2019

Kegiatan yang terdapat di Istana BEC 1 mencakup:


1. Area komersil dengan total 7 (tujuh) lantai
2. Sarana Pendukung kegiatan komersil:
a. Sarana Parkir
i. 5 (lima) lantai parking level
ii. 5 (lima) lantai basement
3. Kantor Pengelola
4. Multi-Function Room

Tabel 2.2 Detail Pengunaan Lahan per Lantai


Jenis Pengunaan Luas Lantai
No. Kapasitas Keterangan
Lahan (m2)
1 Basement 5 106 mobil 4.248,10 Parkir
2 Basement 4 106 mobil 4.248,10 Parkir
3 Basement 3 139 mobil 4.248,10 Parkir
4 Basement 2 + 15 mobil 5.567,70 Parkir
Parking level 5
5 Parking level 4 113 mobil 610,78 Parkir
6 Basement 1 15 mobil 4.522,10 Parkir
7 Parking level 3 15 mobil 610,78 Parkir
8 Parking level 2 110 mobil 610,78 Parkir
9 Ground floor 110 mobil 4.417,20 Parkir
10 Parking level 1 15 mobil 610,78 Parkir
11 Mezanin ground floor 152 unit 4.564,4 Area komersil

|7
KAJIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

Jenis Pengunaan Luas Lantai


No. Kapasitas Keterangan
Lahan (m2)
12 Lower ground 159 unit 4.762,80 Area komersil
13 Upper ground 157 unit 4.716,90 Area komersil
14 Lantai 1 158 unit 4.737,0 Area komersil
15 Lantai 2 156 unit 4.677,70 Area komersil
16 Lantai 3 154 unit 4.624,60 Area komersil
17 Mezanin lantai 3 128 unit 3.830,5 Area komersil
Reservoir,
18 Lantai atap 2.387,40
Genset, dll
Luas Total Bangunan 62.552,32
Sumber: PT Bina Bintang Priangan, 2019

Gambar 2.2 Layout Istana BEC


(Sumber: PT. Bina Bintang Priangan, 2019)

|8
KAJIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

Untuk dapat menggunakan fasilitas dengan membeli/menyewa space room pada


Gedung Istana BEC, terdapat beberapa standar operasional yang harus diikuti
oleh calon pembeli/penyewa. Diagram alir pembelian/penyewaan tenant pada
Gedung Istana BEC ditampilkan pada Gambar 2.3. Adapun SOP lengkapnya
juga dapat dilihat pada bagian LAMPIRAN.

Gambar 2.3 Diagram Alir Penjualan/Penyewaan Tenant


Gedung Istana BEC
(Sumber: Management Istana BEC, 20019)

|9
BAB 3
RONA LINGKUNGAN
PEMBUANGAN AIR LIMBAH

3.1 IDENTIFIKASI BADAN AIR PENERIMA


Kegiatan komersial yang berlangsung di Istana BEC 1 dipastikan akan
memberikan dampak terhadap lingkungan sekitar area kegiatan. Dalam hal
ini, konsentrasi akan difokuskan kepada rona lingkungan pembuangan air
limbah, dimana semua timbulan air limbah hasil dari pengolahan IPAL
Biotech BEC 1 disalurkan ke badan air penerima yaitu saluran drainase
Nangka Suni yang bermuara ke sunagi Cikapundung. Pada sub-bab ini, tim
akan mengulas sedikit mengenai badan air yang berada di sekitar
lingkungan Istana BEC 1 yang diperkirakan terpengaruh oleh adanya
kegiatan komersil ini.

Gambar 3.1 Kondisi Badan Air di Belakang Bangunan BEC 1


(Sumber: Dokumentasi, 2019)

3.1.1 Status Mutu Dan Kelas Air


Jika ditinjau berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun
2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air, badan air penerima adalah air dengan klasifikasi
mutu berada pada kelas IV (empat). Kesimpulan penetapan
klasifikasi ini diambil dengan pertimbangan kondisi eksisting saluran

| 10
KAJIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

yang tidak dimanfaatkan sebagai klasifikasi air kelas I (satu) sampai


dengan kelas III (tiga).

3.1.2 Arah Dan Kecepatan Air Di Badan Air


Arah dan kecepatan air pada badan air perlu diketahui untuk
memastikan bahwa efluen dapat mengalir dengan baik saat sudah
dibuang ke badan air. Arah dan kecepatan ini juga diperlukan untuk
mempertimbangkan adanya akumulasi polutan lain di badan air
penerima dan perkiraan self-purification badan air itu sendiri.

Normalnya, arah aliran air pada saluran mengalir ke arah selatan


Jalan Purnawarman dari lokasi Istana BEC 1, melalui saluran
drainase kota. Namun pada tinjauan lapangan di Bulan Agustus-
September, arah dan kecepatan aliran air sangat sulit untuk dilihat
maupun diukur karena kondisi saluran yang kering.

3.1.3 Kualitas Sumber Air Sekitar Kegiatan


Kegiatan operasional Istana BEC 1 berpotensi menyebabkan
perubahan-perubahan langsung terhadap kondisi air bawah tanah.
Hal ini perlu menjadi perhatian karena masih terdapat masyarakat
sekitar yang menggunakan sumur pompa/gali sebagai sumber air
utamanya, walaupun mayoritas telah memiliki sambungan air dari
PDAM Kota Bandung.

Sumur
Pompa
20%

Sumur Gali
10%

PDAM
70%

Gambar 3.2 Persentase Sumber Air Minum


Masyarakat Sekitar Lokasi Kegiatan
(Sumber: PT Bina Bintang Priangan, 2012)

| 11
KAJIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

Oleh karena itu, dilakukan pemeriksaan laboratorium pada satu titik


sumber air masyarakat berupa sumur gali sebagai upaya
pemantauan kualitas lingkungan. Pada Tabel 3.1 disajikan hasil
pemeriksaan laboratorium untuk kualitas sumber air yang
digunakan oleh masyarakat sekitar kegiatan.

Tabel 3.1 Analisa Kualitas Sumber Air Masyarakat


Hasil
No Parameter Satuan Baku Mutu
Analisa
1 FISIKA
Tidak
a Bau - Tidak berbau
berbau
b Warna PtCo 50 5
Padatan Terlarut Total
c mg/L 1.500 78,44
(TDS)
d Kekeruhan NTU 25 1,26
e Suhu °C Suhu udara ±3 23,4
2 KIMIA
a Alumunium (Al)* mg/L - < 0,02
b Besi (Fe)* mg/L 1,0 0,08
c Derajat Keasaman (pH) - 6,5 – 9,0 7,92
d Fluorida (F) mg/L 1,5 0,32
e Kesadahan Total (CaCO3) mg/L 500 105,60
f Klorida (Cl) mg/L 600 31,35
g Mangan (Mn)* mg/L 0,5 < 0,05
h Nilai Permanganat (KmnO4) mg/L 10 3,21
i Nitrat (NO3-N) mg/L 10 1,00
j Nitrit (NO2-N) mg/L 1 0,01
k Sulfat (SO42-) mg/L 400 3,05
3 MIKROBIOLOGI
a Coliform Jml/100 mL 50 14
Sumber: Laporan Hasil Pengujian Lab. LPKL PDAM Tirtawening Kota Bandung, 2012
*Nilai hasil uji parameter tersebut merupakan nilai total kandungan
Suhu udara lab adalah 24 °C

Berdasarkan hasil analisis laboratorium yang dilakukan oleh


pengelola melalui LPKL PDAM Kota Bandung, tidak terdapat
parameter yang melebihi baku mutu yang telah ditetapkan. Sampel
uji yang diambil dari sumur gali milik masyarakat masih layak untuk
dijadikan air baku air minum untuk masyarakat di wilayah kegiatan.
Baku mutu yang digunakan adalah baku mutu yang dipersyaratkan
PERMENKES No. 492/Men-Kes/IV/2010 tentang Syarat-Syarat
Kualitas Air Minum.

Meskipun begitu, perlu diperhatikan bahwa pemantauan kualitas air


tidak dapat hanya dilakukan satu kali saja. Perlu dilakukan
pemantauan berkala dengan jangka waktu yang tetap supaya dapat

| 12
KAJIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

dipastikan bahwa kegiatan komersial Istana BEC 1 tidak


mengganggu kualitas sumber air baku masyarakat secara langsung.

3.1.4 Pemanfaatan Badan Air Oleh Masyarakat


Saluran drainase di pinggir Jalan Purnawarman sebagaimana
saluran drainase lainnya, berfungsi untuk mengalirkan air hujan
secepat-cepatnya menuju ke saluran air berikutnya. Namun, pada
drainase di Jalan Purnawarman, saluran berfungsi pula sebagai
badan air penerima air limbah dari beberapa kegiatan komersil di
sepanjang Jalan Purnawarman.

Kegiatan masyarakat (domestik) sekitar Istana BEC 1 tidak


menggunakan saluran drainase ini sebagai pembuangan air black
water. Masyarakat membuang air limbah black water-nya di saluran
besar di Jalan Wastukencana. Berdasarkan kajian ANDAL Istana BEC
Extension, 50% masyarakat membuang limbahnya langsung ke
sungai/selokan, 40% menggunakan pengolahan septic tank, dan
10% sisanya membuang ke saluran drainase untuk pembuangan
grey water-nya.

10%

Ke Sungai/Selokan
50%
Tangki Septic
4 Ke Drainase
0
%

Gambar 3.3 Persentase Pengelolaan Air Limbah


Masyarakat di Sekitar Lokasi Kegiatan
(Sumber: PT Bina Bintang Priangan, 2012)

3.2 KEGIATAN LAIN DISEKITAR AREA KEGIATAN


Ketika melakukan pembuangan air limbah ke badan air, perlu diperhatikan
pula kondisi lingkungan sekitar tempat air limbah dibuang. Hal ini perlu

| 13
KAJIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

dilakukan karena air limbah mempunyai dampak terhadap lingkungan hidup


yang berpotensi meyebabkan terjadinya perubahan-perubahan terhadap
komponen lingkungan hidup, terutama pada lingkupan kegiatan ini adalah
air dan kesehatan masyarakat.

Untuk dapat menggambarkan lebih jelas mengenai rona lingkungan


pembuangan air limbah Istana BEC 1, ditampilkan Gambar 3.4 yang
menunjukkan lingkungan sekitar Istana BEC 1.

PERKANTORAN

PERKANTORAN

Istana BEC 1

DOMESTIK

KOMERSIL

BEC EXTENTION

KOMERSI
L

Gambar 3.4 Kondisi Lingkungan Sekitar Istana BEC 1


(Sumber: Analisa, 2019)

Dari Gambar 3.4 dapat dilihat bahwa terdapat beberapa jenis kegiatan
masyarakat di sekitar Istana BEC 1. Kegiatan di lingkungan sekitar Istana
BEC didominasi oleh kegiatan-kegiatan komersial dan perdagangan. Selain
itu terdapat pula kegiatan domestik dari perumahan KASDAM III Siliwangi
yang berlokasi di sebelah barat Istana BEC 1. Sisanya adalah kegiatan
perkantoran seperti Bank Perkreditan Rakyat dan Kantor Pajak Pratama

| 14
KAJIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

Cibeunying Kota Bandung yang masing-masing berada di sebelah utara dan


timur laut dari gedung Istana BEC 1.

| 15
BAB 4
KAJIAN PEMBUANGAN
AIR LIMBAH

4.1 PEMAKAIAN AIR BAKU


Proses pembuangan limbah cair berkaitan erat dengan kondisi topografi,
jarak, hingga kondisi pengelolaan air minum yang digunakan. Pemakaian air
minum akan berdampak secara langsung terhadap kuantitas dan kualitas
air buangan. Maka dari itu perlu diperhatikan secara seksama neraca air
dari lokasi kegiatan. Dari neraca air tersebut akan dapat dilihat dan
diperkirakan berapa jumlah air buangan yang harus dikelola, sehingga akan
menentukan kapasitas dari instalasi pengolahan air limbah yang harus
disiapkan, hingga perkiraan beban pencemar ke badan air.

outfall

Penghasil
limbah

Roof tank BIOTECH

Air baku STP


sumur dalam

Gambar 4.1 Layout Kegiatan Air Baku dan Air Limbah di Istana BEC
(Sumber: Rekapitulasi, 2019)

4.1.1 Sumber dan Volume Air Baku


Kebutuhan air minum di Gedung Istana BEC 1 seluruhnya
memanfaatkan air dari sumur dalam yang berada pada Gedung
Istana BEC 2. Gedung Istana BEC memiliki dua izin pengusahaan air
tanah yang masing-masing dikeluarkan untuk PT. Bina Bintang
Priangan dan PT. Bandung Arta Mas. Surat izin milik Bandung Arta

| 16
KAJIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

Mas hingga saat laporan ini disusun sedang dalam masa


perpanjangan.

Berdasarkan Surat Izin Pengusahaan Air Tanah yang dikeluarkan


oleh Dinas Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu Satu Pintu
Provinsi Jawa Barat Nomor 546.2/461/10.1.02.0/DPMPTSP/2018,
Gedung Istana BEC memiliki izin untuk pengambilan air tanah
sebesar 54 m3/hari dengan masa berlaku hingga 2020.

Gambar 4.2 Deep Well di Gedung Istana BEC 2


(Sumber: Rekapitulasi, 2019)

4.1.2 Titik Pengambilan Air Baku


Titik Pengambilan Air Baku berada di Lantai Basement 7 Gedung
Istana BEC 2, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4.2 di atas.
Sumur ini memenuhi kubutuhan air bersih untuk kedua gedung
Istana BEC. Profil sumur dalam sesuai dengan Surat Izin
Pengambilan Air (SIPA) Tanah yang dikeluarkan Dinas Penanaman
Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu Provinsi Jawa Barat dapat
dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4. 1 Profil Sumur Dalam di Gedung Istana BEC


No. Nomor Sumur Kedalaman (m) Koordinat
6°54’30.32” S
1 SB-1 37,8
107°36’32.69” E
Sumber: DPMPTSP Prov. Jawa Barat, 2018

Lokasi titik pengambilan air baku yang berada di gedung Istana BEC
2 dapat dilihat pada Gambar 4.2.

4.1.3 Unit Proses Pengolahan Air Baku


Air baku yang diambil dari bawah tanah menggunakan pompa
submersible ditampung di dalam Ground Tank dengan konstruksi

| 17
KAJIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

beton berkapasitas total 390 m 3. Dari ground tank tersebut,


sebelum air kemudian dipompa naik ke Roof Tank, air terlebih
dahulu melewati dua unit saringan, yakni sand filter dan carbon
filter.

Air yang sudah bersih kemudian dipompa naik ke dua unit roof tank
dengan tipe panel dua kompartemen yang masing-masing
3 3
berkapasitas 60 m dan 32 m . Dari kedua roof tank tersebut air
kemudian dialirkan secara gravitasi ke masing-masing fasilitas yang
membutuhkan. Skematik air baku pada gedung Istana BEC dapat
dilihat pada Gambar 4.4.

| 18
KAJIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

Gambar 4.3 Lokasi Titik Pengambilan Air Baku di Basement 7 Gedung Istana BEC
(Sumber: PT. Bina Bintang Priangan, 2019)

| 19
KAJIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

Gambar 4.4 Skematik Air Minum Gedung Istana BEC


(Sumber: PT. Bandung Arta Mas, 2019)
Tabel 4.2 Daftar Sistem Peralatan Air Minum Gedung Istana BEC

| 20
KAJIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

Nama Ground Roof Tank 1 Roof Tank 2 Transfer Filter Sand Carbon Booster Booster Deep Well Booster
Water Pump Pump Filter filter pump pump pump
Tank
Tipe Beton Panel Panel Centrifugal Centrifuga Manual Manual Package Packaged Submersibl Packaged
End l End Backwash backwash d booster e Multi booster
Suction Suction booster pump Stage pump
pump C/W VSD
C/W VSD
Kapasitas; 390 m3 60 m3 32 m3 @ 810 @ 300 18 18 @ 435 @ 300 @ 200 LPM; @ 200
Head; LPM; 77 LPM; 25 m3/jam m3/jam LPM; 48 LPM; 1 74 M LPM; 35
Daya M; 22 kW M; 3,7 kW M; 7,5 BAR; 1,5 M; 3,7
kW kW kW
Jumlah 1 unit 1 unit/2 1 unit/2 2 unit 2 unit 1 unit 1 unit 1 1 1 unit 1
kompartemen kompartemen package package package
(3 (2 (2
pumps) pumps) pumps)
Operasi - - - 1 duty, 1 1 duty, 1 - - 2 duty, 1 1 duty, 1 - 1 duty, 1
standby standby standby standby standby
(Sumber: PT Bina Bintang Priangan, 2019)

| 21
KAJIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

4.1.4 Titik Pemantauan Kualitas Air Baku


Untuk memastikan air baku yang didistribusikan kepada setiap
kegiatan di Gedung Istana BEC 1 aman digunakan, maka pengelola
melaksanakan pemeriksaan laboratorium secara berkala terhadap
sumber air baku yang digunakan.

Titik pemantauan air baku terletak di unit pengolahan air baku yang
berada di basement 7 Gedung Istana BEC 2. Adapun hasil dari
pemeriksaan laboratorium terhadap air baku pada Bulan Juli 2019
disajikan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Analisa Kualitas Air Baku Istana BEC

No Parameter Satuan Hasil Analisa Batas Maksimum


1 Fisika
a Bau - Kaporit Tidak berbau
b Zat Padat Terlarut (TDS) mg/L 76,35 1.000
c Warna PtCo 2 50
2 Kimia
a Besi mg/L < LoD (0,0285) 1
b Fluorida mg/L < LoD (0,0198) 1,5
c Kesadahan CaCO3 mg/L 44,04 500
d Klorida mg/L 1,46 (-)
e Mangan mg/L 0,04 0,5
f Nitrat, sebagai N mg/L 0,21 10
g Nitrit, sebagai N mg/L 0,00 1
h pH - 7,31 6,5 – 8,5
i Sulfat mg/L 0,68 400
3 Kimia Organik
j Detergent mg/L 0,00 0,05
k Zat Organik mg/L 2,81 10
l Sisa Klor mg/L 0,50 (-)
4 Mikrobiologi Air
m Total Coliform APM/100 mL <2 50
n E. Coli APM/100 mL <2 0
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2019
- Hasil dibuat berdasarkan contoh uji yang diterima di laboratorium
- Teregistrasi KLH-RI no. 0039/LPJ/LABLING-1/RK/KLH
**Mengacu kepada PERMENKES no. 32 Tahun 2017
(-) Tidak dipersyaratkan

Dari hasil pemeriksaan laboratorium di atas, dapat dilihat bahwa


terdapat satu parameter yang melebihi baku mutu yang
dipersyaratkan (PERMENKES no. 32 Tahun 2017 tentang Standar
Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air

| 22
KAJIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua,


dan Pemandian Umum), yakni kadar sisa klor.

Sisa klor ini adalah sisa dari proses penambahan klorin (Cl 2) atau
hipoklorit yang dilakukan dengan tujuan membunuh bakteri dan
mikroba tertentu pada air. Klorinasi digunakan untuk mencegah
penyakit-penyakit bawaan air seperti diare, disentri, kolera, dan
tipus.

Meski berfungsi sebagai desinfektan agar air aman untuk


dikonsumsi, klorin juga memiliki dampak negatif terhadap
kesehatan bila masuk ke dalam tubuh. Besarnya dampak yang
ditimbulkan oleh senyawa klorin tergantung dari jumlah, jenis, serta
tingkat daya zat tersebut menyebabkan keracunan dalam tubuh.

4.1.5 Pemanfaatan Air Baku Untuk Kegiatan


Air baku yang digunakan untuk seluruh kegiatan di BEC 1
seluruhnya diambil dari sumur yang berada di Gedung Istana BEC.
Selain untuk keperluan utama pengunjung, ada pula keperluan air
untuk kegiatan-kegiatan pendukung seperti kegiatan kitchen di food
court, kantor pengelola gedung, pemeliharaan gedung (pembersihan
lantai, kaca, penyiraman tanaman, dll), musholla, serta pemadam
kebakaran.

Berdasarkan dokumen ANDAL Pembangunan Gedung Istana BEC 2,


total rencana kebutuhan air minum pada kegiatan saat operasional
adalah sebesar 157,9 m3/hari, dengan alokasi kebutuhan air minum
utuk Istana BEC 1 adalah sebesar 40%-nya sebesar 63,16 m 3/hari.

4.2 KEGIATAN PENGHASIL AIR LIMBAH


4.2.1 Neraca Air
Berdasarkan data yang diperoleh dari pihak pengelola, pada Bulan
September 2019 jumlah pemakaian air yang tercatat pada flow
meter di Gedung Istana BEC mencapai 7.763 m 3/bulan atau sebesar
258,75 m3/hari. Sementara pemakaian air paling tinggi pada tahun
ini (sampai Agustus 2019) adalah pada Bulan Februari, yakni
sebesar 511,36 m3/hari. Angka pemakaian air tersebut adalah masih

| 23
KAJIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

angka pemakaian air gabungan antara Gedung Istana BEC 1 dan


Gedung Istana BEC 2 (lihat Bab 4.1.1). Karena tidak terdapat flow
meter pada Gedung Istana BEC 1, maka pemakaian air rata-rata
diperoleh dari asumsi perbandingan luas bangunan BEC 1 dan 2,
dimana perbandingannya adalah 40:60. Maka, rata-rata pemakaian
air di Gedung Istana BEC 1 adalah sebesar 40% dari 511,36
m3/hari, yakni sebesar 204,54 m3/hari. Angka di atas sudah
melewati rencana awal pemakaian air bersih pada Gedung BEC 1,
yang pada awalnya diproyeksikan sebesar 63,16 m 3/hari. Tabel 4.4
di bawah menunjukkan data pengambilan air pada Sumur Bor yang
berlokasi di Gedung BEC.

Tabel 4.4 Catatan Pengambilan Air Bersih


Pemakaia
Pengambilan Air n Air BEC
Bulan 1
m3/
m3/bulan m3/hari
hari
Januari 15.419 497,39 198,95
Februari 14.318 511,36 204,54
Maret 6.292 202,97 81,19
April 5.811 193,70 77,48
Mei 4.718 152,19 60,88
Juni 7.655 255,17 102,07
Juli 8.031 259,06 103,63
Agustus 7.791 251,31 100,53
September 7.763 258,75 103,50
Rata-Rata 8.644 286,88 114,75
Maksimu
15.419 511,36 204,54
m
Minimum 4.718 152,19 60,88
(Sumber: Rekapitulasi data, 2019)

Produksi air limbah tidak lepas dari luas penggunaan lahan, jenis
kegiatan, dan jumlah air minum yang digunakan. Umumnya, 80%
dari total penggunaan air minum akan menjadi air limbah. Terdapat
beberapa kegiatan di Istana Gedung BEC 1 dan masing-masing
berpotensi menghasilkan limbah cair.

Sumber air limbah didominasi oleh kegiatan domestik dari toilet


pengunjung dan tenant serta toilet kantor pengelola. Sementara
kegiatan lainnya yang menghasilkan air limbah adalah dari kegiatan
dapur, pemeliharaan gedung, dan musholla. Intalasi pengolahan air

| 24
KAJIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

limbah pada Gedung Istana BEC 1 tidak memiliki flow meter pada
inletnya sehingga tidak dapat diketahui secara tepat berapa banyak
air limbah aktual yang masuk dan diolah setiap harinya. Oleh
karena itu, kuantitas air limbah diperkirakan dari jumlah pemakaian
air bersihnya.

Dari pemakaian air maksimal gedung sebesar 204,54 m 3/hari, maka


berdasarkan perhitungan, timbulan air limbah yang dihasilkan dari
kegiatan domestik di BEC 1 adalah sebesar 163,63 m 3/hari (± 80%
dari pemakaian air bersih). Neraca air ditampilkan pada Gambar
4.5, sementara catatan debit air limbah eksisting pada Biotech
Gedung Istana BEC 1 disajikan pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Catatan Debit Air Limbah pada Biotech


Debit Air Limbah
Bulan
m3/bulan m3/hari
Januari 4.934,08 159,16
Februari 4.581,76 163,63
Maret 2.013,44 64,95
April 1.859,52 61,98
Mei 1.509,70 48,7
Juni 2.449,60 81,65
Juli 2.569,90 82,9
Agustus 2.493,02 80,42
September 2.484,00 82,8
(Sumber: PT. Bandung Arta Mas, 2019)

| 25
KAJIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

Gambar 4.5 Neraca Air Eksisting Istana BEC 1


(Sumber: Analisa, 2019)

4.3 SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH


Sistem pengolahan limbah cair domestik pada Gedung Istana BEC 1 diolah
secara biologis dengan menggunakan sistem IPAL Biotech atau septic tank
biotech.

4.3.1 Lokasi IPAL


Instalasi pengolahan air limbah pada Gedung Istana BEC 1 berlokasi
di Basement 3 gedung BEC 1. Effluent kemudian dipompakan
dengan saluran perpipaan ke tiga lantai di atasnya untuk kemudian
di buang ke saluran drainase. Lokasi STP berada pada koordinat
6°54’26.97”S dan 107°36’31.53”E. Inletnya sendiri berada pada
koordinat 6°54’26.95”S dan 107°36’31.55”E. Sementara outletnya
berada pada koordinat 6°54’27.00”S dan 107°36’31.55”E.

| 26
KAJIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

Gambar 4.6 Siteplan Biotech Gedung Istana BEC 1


(Sumber: PT. Bandung Arta Mas, 2019)

Sementara itu, outfall dari Biotech berada di luar lokasi dari gedung
yakni pada koordinat 6°54’26.95”S dan 107°36’31.29”E.

Tabel 4.6 Rekapitulasi Titik Penataan Air Limbah Gedung Istana BEC 1
No Keterangan Lokasi Koordinat
1 Biotech 6°54’26.97”S
(Basement 3) 107°36’31.53”E
2 Inlet 6°54’26.95”S
(Basement 3) 107°36’31.55”E
3 Outlet 6°54’27.00”S
(Basement 3) 107°36’31.55”E
4 Outfall 6°54’26.95”S
(Lower Ground) 107°36’31.29”E
5 Titik Pemantauan Kualitas 6°54’26.97”S
Air Limbah (Basement 3) 107°36’31.53”E
Sumber: Survey Lokasi, 2019

| 27
KAJIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

4.3.2 Kapasitas IPAL


4.3.2.1 Kapasitas Terpasang
Berdasarkan perhitungan, unit biotech pada Gedung Istana BEC 1
memiliki kapasitas pengolahan sebesar 210 m3/hari. Biotech ini
dirancang sedemikian rupa untuk mampu mengolah air limbah
dengan konsentrasi polutan seperti yang disajikan pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Kapasitas Penyisihan biotech Gedung Istana BEC 1


No Konsentrasi Konsentrasi Kapasitas
Pencemar
. Influen Efluen Penyisihan (%)
1 BOD5 IN 200 PPM 15 PPM 92,5
2 SS IN 100 PPM 10 PPM 90
Sumber: PT Bandung Arta Mas, 2019

4.3.2.2 Kapasitas IPAL Terpakai


Seperti dijelaskan pada sub bab 4.2.1 bahwa pemakaian IPAL di
Istana BEC 1 tidak memiliki unit flow meter pada inlet-nya, maka
kapasitas air limbah terpakai di IPAL BEC 1 diketahui berdasarkan
kalkulasi matematis.

Perhitungan dilakukan berdasarkan data-data yang diperoleh oleh


tim dari pihak pengelola, yakni:

1. Data pengambilan air baku


2. Data pencatatan debit efluen pada outlet IPAL
3. Standar timbulan air limbah harian (80% x pemakaian air
minum)
4. Keterangan dari pihak pengelola
Debit air limbah maksimal yang dihasilkan dari kegiatan Istana
BEC 1 saat ini sebesar 163,63 m3/hari dimana besar debit tersebut
mencapai sekitar 78% dari kapasitas IPAL terpasang. Kondisi
tersebut menunjukan bahwa kuantitas air limbah yang dibuang ke
badan air pada prinsipnya tidak melampaui kapasitas IPAL
tersebut. Namun yang perlu juga menjadi pertimbangan adalah
kondisi badan air penerima, apakah badan air penerima memiliki
volume yang cukup untuk mampu menampung debit air limbah.

4.3.3 Desain IPAL


Pengolahan limbah tinja di Gedung Istana BEC 1 berlangsung secara
biologis dengan menggunakan IPAL Biotech atau septic tank biotech
dengan kapasitas 210 m3/hari. Septic tank Biotech merupakan

| 28
KAJIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

septic tank yang dilengkapi media cell ganda menjadi tempat


berkembang biaknya mikroorganisme ataupun bakteri pengurai
yang memiliki fungsi sebagai filterisasi serta pengurai dari limbah
domestik dijadiakn air yang sudah layak buang. Jadi tidak timbul
endapan dan tanpa resapan. Kemudian air yang dihasilkan tidak jadi
bau dan bisa disalurkan langsung pada selokan, saluran umum, atau
ke sungai langsung.

Dengan menggunakan tanki fiberglass pengolahan limbah domestik


akan semakin maksimal. Sebab tangki ini memiliki banyak
keunggulan seperti:
 Tahan bocor
 Mampu menampung air limbah dalam waktu lama
 Awet dan tidak mudah mengalami kerusakan
 Mampu mengolah limbah yang ditampung dengan baik
Pengolahan limbah menggunakan sistem IPAL Biotech, limbah yang
akan dibuang sudah tidak menjadi cairan yang membahayakan bagi
lingkungan.

Gambar 4.7 Denah Bio Tech Istana BEC 1


4.3.3.1 Reaktor Biotech
Unit Reaktor Biotech ini merupakan alat utama yang berfungsi
untuk menguraikan polutan air limbah (mereduksi BOD, COD,
Amonia, Detergent, Suspended Solid (SS), Phospate dan polutan

| 29
KAJIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

lain). Proses di dalam reactor biofilter adalah secara aerobik.


Polutan dalam air limbah akan diuraikan oleh bakteri/biomassa
yang melekat pada media piramid dan membentuk biofilm.

Unit Proses pengolahan:


 Pompa Umpan Air Limbah
 Unit Separation Chamber:
Adalah unit bak penampungan awal dari air inlet, yang juga
berfungsi sebagai bak pengendap awal dan bak equalisasi
pencampuran dan penampungan air limbah sebelum diolah
serta sebagai bak anerob karena dalam kondisi anoxic tanpa
udara yang menjadikan bakteri anerob tumbuh dan
membantu mengurai air limbah.

 Unit Aerobic Chamber 1:


Adalah unit bak pengolahan secara biologi dengan
memanfaatkan bakteri aerob dalam mengurai air limbah yang
didukung oleh blower aerator sebagai sumber udara.
 Unit Aerobic Chamber 2:
Adalah unit bak pengolahan secara biologi ke 2 dengan
memanfaatkan bakteri aerob dalam mengurai air limbah yang
didukung oleh blower aerator sebagai sumber udara. Untuk
mengoptimalkan pengolahan secara biologi pada sistem
aerob.

 Sediment Chamber :
Adalah unit bak pengendap yang mengendapkan suspensi dan
koloid serta substrat dari unit aerob kemudian akan
terpisahkan secara gravitasi antara endapan yang merupakan
produk samping dari proses penguraian dengan air limpahan
sehingga dihasilkan air olahan yang lebih jernih.

 Discharge Chamber :
Adalah unit bak akhir yang berfunsgi sebagai bak transisi
sebelum air olahan di pompa ke bak control/outlet, pada bak
ini tidak terdapat treatment hanya dibagian akhir diberi media
filter untuk mneyaring suspensi yang lolos pada proses

| 30
KAJIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

pengolahan sebelumnya, pada bak ini pun di alirakn


desinfektan untuk menghilangkan kandungan bakteri
pathogen pada air limbah.

Gambar 4. 8 Flowchart Sistem Pengolahan Air Limbah


4.3.4 Rekapitulasi Perhitungan Efisiensi IPAL Eksisting
Berdasarkan data-data eksisting yang telah dijelaskan, disajikan
hasil perhitungan efisiensi dari kinerja operasional IPAL Istana BEC.
Dengan debit air limbah eksisting yang masuk ke IPAL dan hasil
pengujian laboratorium maka:
Debit : 80,42 m3/hari
BOD in : 196,38 mg/l
COD in : 701,33 mg/l
SS in : 732 mg/l
BOD out : 69,87 mg/l
COD out : 249,53 mg/l
SS out : 149 mg/l
Tabel 4.8 Perhitungan Kinerja Efisiensi IPAL Istana BEC 1
UNIT VOLUME EFISIENSI (%)
PENGOLAHAN (m3/hari) BOD COD TSS
Biotech 140 64% 64% 80%
Sumber: Analisis, 2019

4.3.5 Analisa Kualitas dan Kuantitas Air Limbah


Sebagai upaya pengelolaan dan pengendalian lingkungan, pengelola
Istana BEC 1 telah melakukan pemeriksaan laboratorium terhadap
kualitas efluen STP secara berkala. Berdasarkan hasil dari

| 31
KAJIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

pemeriksaan tersebut, parameter pencemar air dari efluen STP


sudah memenuhi baku mutu kualitas air yang dipersyaratkan pada
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor 68 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah
Domestik. Hasil pengukuran kualitas efluen yang sudah dilakukan
selama 6 (enam) bulan terakhir disajikan pada Tabel 4.9

Gambar 4. 9 Biotech Istana BEC 1


(Sumber: Dokumentasi, 2019)

| 32
KAJIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

Tabel 4.9 Hasil Pengukuran Kualitas Efluen Istana BEC 1


Hasil Analisa
No Parameter Satuan Baku Mutu
Januari Februari Maret April Mei Juni Agustus*
1 Parameter Fisika
TSS (Residu
a mg/L 30 < 20 < 20 < 20 < 20 < 20 < 20 149
Tersuspensi)
2 Parameter Kimia
a pH - 6–9 7,47 7,67 7,48 7,27 7,72 7,48 7,00
b Amonium (NH3-N) mg/L 10 < 1,1 < 1,1 9,5 < 1,1 6,7 18,7 12,70
c BOD5 mg/L 30 19 14 7 5 5 <2 69,87
d COD mg/L 100 59 38 < 34 < 34 < 34 < 34 249,53
Parameter
3
Mikrobiologi
a Total Coliform Jml/100 mL 3000 240 20 30 1.100 120 10 2.400
4 Kimia Organik

a Minyak dan Lemak mg/L 5 < 1,1 < 1,1 < 1,11 < 1,11 < 1,11 < 1,11 8,00

- Sumber: UPT Laboratorium Lingkungan DLH Kab. Bandung, 2019


- Baku mutu berdasarkan PerMEn LHK RI No. 68 Tahun 2018 Lamp. 1 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik
- Contoh uji diantar ke lab di dalam wadah yang tidak didinginkan dan tanpa penambahan bahan pengawet, sehingga pihak lab. tidak bertanggungjawab terhadap
kesalahan yang terjadi yang diakibatkan oleh proses pengambilan contoh uji yang salah
*dilaksanakan oleh Tim Konsultan

| 33
KAJIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

Selain data series pada Tabel 4.9 diatas, konsultan juga melakukan
pengukuran kualitas efluen guna memperkuat analisa efektifitas dari
kinerja Biotech di Gedung Istana BEC 1. Data hasil pengukuran
kualitas efluen dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Hasil Pengukuran Kualitas Efluen


Istana BEC 1 Agustus 2019
Hasil Uji
Baku
No Parameter Satuan Agustus 2019
Mutu
Outlet
1 pH - 6-9 7,00
2 BOD5 mg/L 30 69,87
3 COD mg/L 100 249,53
4 TSS mg/L 30 149
5 Minyak dan Lemak mg/L 5 8,0
6 Amonia mg/L 10 12,7
7 Total Coliform jml/100 mL 3.000 2.400
Sumber: LPKL PDAM Tirtawening Kota Bandung, 2019
Baku mutu tersebut berlaku untuk contoh uji yang berasal dari outlet
American Public Health Association, Standard Method Edisi ke 22 Tahun 2012
Suhu udara ambien pada saat pengambilan contoh uji: 30,5 °C

Kualitas efluen hasil pengolahan STP Istana BEC 1 menunjukkan


nilai parameter BOD5, COD, TSS, minyak lemak dan parameter
amoniak yang melebihi baku mutu. Dari hasil pengujian pada Bulan
Agustus ini dapat dikatakan bahwa STP Gedung Istana BEC 1 tidak
berfungsi dengan baik, dan air hasil pengolahannya belum layak
untuk dialirkan ke badan air.

Parameter-parameter tersebut menunjukkan nilai yang melebihi


baku mutu dikarenakan pada Bulan Agustus terjadi kerusakan pada
unit aerator dimana pompa tidak dapat beroperasi. Hal ini
menyebabkan pengolahan air limbah pada Bulan Agustus menjadi
tidak optimal. Aerator tersebut berfungsi untuk memberikan suplai
oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri pengurai untuk menurunkan
konsentrasi pencemar pada air limbah. Oleh karena itu, ketika
aerator dalam kondisi mati, maka pengolahan limbah menjadi
terganggu dan tidak dapat berjalan dengan baik.

Selain itu, oksigen tersebut juga sangat dibutuhkan dalam proses


penyisihan pencemar amoniak untuk memecah NH 3 menjadi NO dan
H2O.

| 34
KAJIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

Merespon hal tersebut, PT. BAM selaku pengelola Gedung Istana


BEC 1 melakukan upaya memperbaiki Biotank agar pengolahan air
limbah dapat berlangsung dengan normal kembali dengan cara
memperbaiki unit pompa aerator. Setelah melakukan perbaikan, uji
laboratorium terhadap efluen kembali dilaksanakan untuk
memastikan bahwa air limbah yang akan dibuang ke badan air
sudah memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan. Hasil pengujian
tersebut disajikan pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11 Hasil Pengukuran Kualitas Efluen Istana BEC 1 Bulan


September

Hasil Analisa
No Parameter Satuan Baku Mutu
September
1 Parameter Fisika
TSS (Residu
a mg/L 30 < 20
Tersuspensi)
2 Parameter Kimia
a pH - 6–9 7,5
b Amonium (NH3-N) mg/L 10 44
c BOD5 mg/L 30 24
d COD mg/L 100 88
Parameter
3
Mikrobiologi
Jml/100
a Total Coliform 3000 110
mL
4 Kimia Organik

a Minyak dan Lemak mg/L 5 < 1,1

Sumber: PT Bandung Arta Mas, 2019

Dapat dilihat pada Tabel 4.11 di atas, bahwa upaya yang dilakukan
oleh pengelola sudah mulai menunjukkan hasil ke arah yang lebih
baik. Nilai BOD5 dari pada awalnya mencapai angka 69,87 mg/L
telah berhasil diturunkan menjadi 24 mg/L. Begitu pula dengan
angka TSS, COD, Coliform, dan Minyak dan Lemak.

| 35
KAJIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

Minyak dan Lemak 8 1

Total Coliform 2400 110

COD 249.53 88

BOD5 69.87 24

TSS 149 10

Agustus September

Gambar 4.10 Perbaikan Kualitas Efluen BEC 1 Per Parameter


dalam mg/L (Total coliform dalam jml/100 mL)

Walaupun sudah melakukan upaya di atas dan menunjukkan hasil


yang cukup baik pada beberapa paremeter, namun parameter
amonia masih belum menunjukkan angka yang sesuai dengan baku
mutu. Hal ini menunjukkan masih perlunya sistem aerasi di dalam
Biotank untuk diperbaiki. Alternatif yang dapat dicoba adalah
dengan penggunaan media perkembangbiakan bakteri seperti yang
lazim digunakan adalah sarang tawon atau media bio ball. Hingga
laporan ini disusun, pihak pengelola masih melakukan upaya untuk
perbaikan sistem aerasi dengan mempertimbangkan alternatif-
alternatif yang juga telah diberikan oleh tim konsultan.

Contoh Media Bio Ball Contoh Media Sarang Tawon

| 36
BAB 5
KONDISI PENANGANAN
DARURAT AIR LIMBAH

Untuk mempermudah para operator atau maintenance yang bertugas di


lingkungan Biotech BEC 1, maka diperlukan suatu pedoman dan pengetahuan
dari setiap operator yang bertugas di lingkungan biotech. Setiap operator harus
mampu menguasai berbagai permasalahan yang dapat terjadi pada peralatan
Biotech. Pedoman ini juga disusun agar seluruh peralatan Biotech dapat bekerja
dengan optimal sesuai dengan desain perencanaan. Cara pengoperasian Biotech
yang baik dan benar akan menentukan keberhasilan sistem Biotech tersebut,
dan dapat memperpanjang umur pakai dari Biotech.

5.1 Penanganan Kondisi Darurat


Pengoperasian dan pemeliharaan IPAL Biotech BEC 1 dapat menyebabkan
resiko baik berupa kecelakaan kerja, kesehatan kerja dan resiko kerugian
ekonomi walaupun dalam resiko sedang dan tidak terlalu berbahaya. Untuk
itu, pada bangunan dan area lokasi IPAL serta manajemen pengelolaannya
perlu dilengkapi dengan sistem tanggap darurat yang berguna untuk
meminimalisir resiko yang timbul.

Sistem tanggap darurat yang perlu dilengkapi, meliputi:


1. Sistem keamanan fasilitas
- Untuk memenuhi sistem penjagaan 24 jam
- Mempunyai pagar pengaman atau penghalang lain yang memadai
- Mempunyai tanda (signs) yang mudah terlihat dari jarak 10 meter
- Mempunyai penerangan yang memadai disekitar lokasi.
2. Sistem pencegahan terhadap kebakaran
Kebakaran pada pengoperasian IPAL sering kali terjadi disebabkan oleh
konslet arus listrik akibat pemilihan instalasi yang tidak berkualitas,
kerusakan akibat gigitan tikus, tumpahan bahan bakar dan lain-lain.
Untuk itu dalam bangunan IPAL, perlu:

- Memasang sistem arde (Electronik-Spark Grounding)


- Memasang tanda peringatan dari jarak 10 meter

| 37
KAJIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

- Memasang peralatan pendeteksi bahaya kebakaran outomatis selama


24 jam:
• Alat deteksi peka asap (smoke sensing alarm)

• Alat deteksi peka panas (heat sensing alarm)

- Tersedia alat pemadam kebakaran


- Jarak antara bangunan yang memadai bagi karyawan pemadam
kebakaran

3. Sistem Pencegahan Tumpahan Bahan Kimia


Pengoperasian IPAL menggunakan bahan kimia yang bersifat reaktif dan
korosif. Untuk itu terhadap bahan kimia tersebut perlu dilakukan sebagai
berikut:
- Harus mempunyai rencana, dokumen dan petunjuk teknis operasi
(Material Safety Data Sheet) pencegahan tumpahan bahan kimia
IPAL, seperti bahan kimia asam sulfat.
- Pengawasan harus dapat mengidentidikasi setiap kelainan yang
terjadi, seperti : kerusakan, kelalaian operator, kebocoran, tumpahan
dan lain-lain.
- Pengunaan bahan penyerap yang sesuai :
 Absorben (serbuk gergaji)
 Air bersih untuk cucian

4. Sistem penanggulan keadaan darurat


Kejadian darurat dalam pengoperasian dan pemeliharaan IPAL terjadi
secara tiba-tiba. Untuk itu, maka guna mencegah dan meminimalisir
dampak yang terjadi perlu dilakukan hal-hal, sebagai berikut:
- Ada petugas (coordinator) penganggulangan keadaan darurat IPAL
- Jaringan komunikasi atau pemberitahuan kepada:
 Tim penanggulangan keadaan darurat
 Operator IPAL tiap masing-masing penanggung jawab unit
pengolahan
 Pelayanan kesehatan darurat (IGD)

| 38
KAJIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

4.1 Keadaan apabila air limbah hasil olahan tidak memenuhi baku mutu
- Analis laboratorium dan manager laboratorium memberitahukan
hasil pengujian apabila terdapat hasil di atas baku mutu kepada
penanggung jawab IPAL
- Penanggung jawab IPAL menginformasikan kepada operator
untuk menutup pompa saluran pembuangan ke badan air
- Penanggung jawab IPAL mengintruksikan kepada operator
masing-masing penanggung jawab unit pengolahan untuk
mengevaluasi, memeriksa instrument dan mengoptimalkan dosis
penggunaan bahan kimia/biologi pengolahan air limbah
- Membuat laporan hasil evaluasi penyimpangan yang terjadi

4.2 Keadaan apabila terjadi kecelakaan kerja


- Seluruh staf dan Penanggung jawab IPAL Biotech
menginformasikan apabila terjadi penyimpangan atau kecelakaan
kerja ke pihak tanggap darurat
- Melakukan tindakan pertolongan pertama sesuai prosedur
penanganan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
- Menghubungi pelayanan kesehatan darurat
- Mensterilkan dan mengevaluasi setiap penyimpangan atau
kecelakaan yang terjadi.

5. Keadaan Bila Air Limbah Olahan Tidak Memenuhi Baku Mutu


Pengujian analisa laboratorium dilakukan secara berkala, sampel yang
diuji adalah sampel yang berada pada bak outlet. Apabila terjadi kondisi
dimana air limbah hasil olahan berada diatas baku mutu maka lakukan:
 Matikan saluran pompa dari bak outlet ke badan air penerima
 Nyalakan pompa transfer / pompa celup untuk memompa air pada
bak outler ke bak penampungan
 Apabila IPAL belum penuh, alirkan air limbah dari bak penampung
tadi ke dalam sistem IPAL untuk kemudia diolah kembali pada
sistem pengolahan air limbah.
 Lakukan kroscek pada tiap unit pengolahan dengan mengambil
sampel pada tiap unit pengolahan dan diujikan lalu di evaluasi unit
mana yang penyisihannya tidak berjalan optimal

| 39
KAJIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

 Lakukan penambahan bakteri pengurai pada unit pengolahan agar


hasil pengolahan berjalan optimal dan dapat kembali memenuhi
baku mutu.

6. Sistem pengujian peralatan


Pengoperasian peralatan mekanikal dan elektrik IPAL akan menghadapi
gangguan sistem akibat kerusakan peralatan yang tidak terkontrol
pemeliharaannya. Untuk itu perlu dilakukan upaya, sebagai berikut:
- Semua alat pengukur, peralatan operasi pengolahan dan
perlengkapan pendukung operasi harus diuji minimum sekali dalam
setahun.
- Hasil pengujian harus dituangkan dalam berita acara.

7. Pelatihan Karyawan
Reaksi cepat dan tepat perlu diterapkan dalam pengoperasian IPAL guna
untuk mencegah dan mengendalikan dampak akibat keadaan darurat IPAL.
Peran operator IPAL perlu dibekali pengetahuan melalui pelatihan, sebagai
berikut:

- Pelatihan dasar: seperti pengenalan limbah, peralatan pelindung,


keadaan darurat prosedur inspeksi, P3K, dan K3

Pelatihaan khusus: seperti pemeliharaan peralatan, pengoperasian alat


pengolahan, laboratorium lingkungan, dokumentasi dan pelaporan.

URAIAN PENANGANAN KONDISI DARURAT PENCEMARAN AIR

Pengertian 1. Tanggap darurat pengelolaan limbah cair adalah suatu kegiatan yang
dilakukan pada saat terjadi masalah atau trouble sistem pada prasarana
pendukung kelangsungan operasional IPAL yang beresiko menimbulkan
pencemaran lingkungan.
2. Permasalahan yang terjadi pada pencemaran Air meliputi : kebocoran
tangki IPAL dan over flow Air Limbah.
Tujuan 1. Mencegah terjadinya dampak dari masalah yang terjadi berupa
pencemaran Air ke lingkungan sekitar.
Prosedur 1. Penatalaksanaan sistem IPAL yang dikarenakan overflow adalah sebagai
berikut :
a. Over flow terjadi akibat adanya sumbatan dalam perpipaan atau
sistem plumbing tangki IPAL yang menyebabkan air limbah kehilangan

| 40
KAJIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

waktu tinggal
b. Segera lakukan pengosongan atau pengurangan volume air limbah
dalam tangki IPAL yang mengalami over flow
c. Bersihkan sumbatan yang terjadi dalam sistem perpipaan IPAL
d. Lakukan pengujian aliran air di tangki IPAL untuk memastikan tidak
terjadinya overflow
Prosedur 2. Penatalaksanaan sistem IPAL yang dikarenakan overflow adalah sebagai
berikut :
e. Over flow terjadi akibat adanya sumbatan dalam perpipaan atau
sistem plumbing tangki IPAL yang menyebabkan air limbah kehilangan
waktu tinggal
f. Segera lakukan pengosongan atau pengurangan volume air limbah
dalam tangki IPAL yang mengalami over flow
g. Bersihkan sumbatan yang terjadi dalam sistem perpipaan IPAL
h. Lakukan pengujian aliran air di tangki IPAL untuk memastikan tidak
terjadinya overflow
3. Penatalaksanaan sistem IPAL karena kebocoran tangki adalah sebagai
berikut :
a. Lakukan penyedotan dan pembuangan air pada tangki yang
mengalami kebocoran.
b. Lakukan pembersihan tangki yang diduga mengalami kebocoran.
c. Lakukan pengamatan dan pemantauan kebocoran tangki dari
rembesan air tangki sebelah.
d. Lakukan perbaikan kebocoran tangki dengan bahan water proofing
apabila sudah ditemukan indikasi kebocora tangki tersebut.
Evaluasi hasil pekerjaan setelah dilakukan perbaikan.

| 41
BAB 6
KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan
Sistem pengolahan air limbah di Istana BEC 1 berlangsung dengan
menggunakan sistem pengolahan secara biologis. Sistem ini memanfaatkan
mikroorganisme yang hidup dalam air untuk menguraikan zat pencemar
yang terkandung dalam air limbah.

Debit air yang dihasilkan dari kegiatan Istana BEC 1 saat ini sebesar 163,63
m3/hari dimana besar debit tersebut hanya sekitar 78% dari kapasitas IPAL
terpasang sebesar 210 m3/hari. Kondisi ini memungkinkan waktu tinggal air
limbah lebih lama, sehingga penyisihan beban pencemar menjadi lebih
optimal. Kondisi tersebut juga menunjukan bahwa kuantitas air limbah yang
dibuang ke badan air pada prinsipnya tidak melampaui kapasitas IPAL
tersebut. Namun yang perlu juga menjadi pertimbangan adalah kondisi
badan air penerima, apakah badan air penerima memiliki volume yang
cukup untuk mampu menampung debit air limbah.

Berdasarkan hasil pengujian Laboratorium, efluen IPAL Istana BEC 1 telah


memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan pada PERMEN LHK NO.68
TAHUN 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik kecuali untuk
parameter amoniak. Amoniak dengan kadar yang terlalu tinggi dapat
menimbulkan bau tidak sedap yang dapat menyebabkan kerusakan
ekosistem perairan jika langsung dibuang ke badan air.

Sistem pengolahan air limbah Istana BEC 1 saat ini dinilai belum efektif
dalam menyisihkan beban pencemar air limbah sebelum dibuang ke badan
air. Oleh karena itu, pengelola masih harus melakukan upaya-upaya
perbaikan kondisi IPAL Biotech tersebut agar dapat berjalan secara optimal
dalam mengolah air limbah agar kualitasnya memenuhi baku mutu dan
aman ketika dibuang ke badan air.

| 42
KAJIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

Terdapat beberapa point yang harus diperhatikan agar kinerja biotech


menjadi lebih efisien. Adapun catatan yang harus diperhatikan oleh
pengelola IPAL biotech, diantaranya:

1. Diperlukan inventarisasi pemakaian air yang lebih baik. Hal tersebut


dapat dilakukan dengan cara pemasangan flow meter pada setiap unit
kegiatan yang diperlukan;
2. Diperlukan monitoring secara rutin terhadap unit biotech sehingga
kualitas effluent tetap memenuhi standar baku mutu yang beraku;
3. Pengelola diharuskan melakukan pengecekan rutin pada inlet IPAL
biotech agar tidak ada sampah padat (plastik, kain, batu, softex, dll)
yang masuk ke dalam sistem IPAL.
4. Menghindari masuknya zat-zat kimia beracun yang dapat menggaggu
pertumbuhan mikroba yang ada di dalam biofilter misalnya, cairan
limbah perak nitrat, merkuri atau logam berat lainnya
5. Perlu dilakukan perawatan rutin terhadap pompa pengumpul, pompa air
limbah, serta pompa aerasi yang dilakukan 3-4 bulan sekali.
6. Perawatan rutin pompa dan blower udara dapat dilihat pada buku
operasional dan perawatan dari pabriknya.
7. Menambahkan unit exhaust pada ruangan Biotech untuk mengurangi
bau tidak sedap yang dikeluarkan ke area sekitarnya.

| 43

Anda mungkin juga menyukai